POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA dan DEWAN KEAMANAN PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 )
Oleh DANA PERMANA 040906019
Dosen pembimbing Dosen Pembaca
: Indra Kesuma : Warjio SS,MA
DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL dan ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
Abstrak Isu nuklir Iran menjadi pembahasan hangat sejak tahun 2006, disamping isu nuklir Korea Utara. Dalam tata hubungan internasional keberadaan senjata nuklir masih menjadi ancaman ( threatment ) bagi tatatan keamanan dan perdamaian dunia ( securty and peacefull order). Sebagai sebuah ancaman bagi kelangsungan perdamain dunia abik di tingkat regional ataupun global menajdikan Iran sebagai dalang atau biang keladi serta sumber lamapetaka bagi perdamaian dunia sehingga layak untuk diprebincangkan di DK PBB ( Security council of UN ). Sebagai salah anggota tidak tetap DK PBB (Security council of UN). Indonesia memang dikenal memilki hubungan yang baik dengan Iran serta mewakili suara negara-negara berkembvang lainnya. Namun sebagi sebuah bangsa sejatinya Indonesia tetap memiliki kepentingan ( interest )nasionalnya terkait isu nuklir Iran. Skripsi ini secara khusus menyoroti kiprah politik luar negri Indonesia dalam kancah internasional di DK PBB (Security council of UN) menyangkut kepentingan nasional Indonesia ( Indonesia’ natioanal interest ) serta arah politik luar negerinya meyangkut maslah nuklir Iran. Metode Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitis, dimana akan digambarkan tentang peran Indonesia dalam menangani nuklir Iran di DK PBB (ty council of UN) serta menelurkan analisis tentang peran yang dimainkan oleh Indonesia tersebut yang bersumber dari data-data baik dokumendokumen resmi, surat kabar, petikan wawancara. Adapun kesimpulan dari penelitian ini diketahui bahwa peran Indonesia serta poltik luar negerinya memjiliki wajah ganda yaitu emdnukung resolusi 1747 ( 2007 ) dan Abstai pada resolusi 1803 ( 2008 ) lebih disebabkan oleh dua hal penting yaitu: 1. Faktor Domestik - Artikulasi aspirasi massa islam - Adanya kepentingan nasional di bidang ekonomi dan teknologi - Untuk menjaga stabilnya politik dalam negeri 2. Faktor Lingkungan Internasional - Hubungan bilateral kedua negara - Menjaga nama baik ( marwah ) Indonesia di mata publik internasional khususnya negara dunia ke-3 - Tidak ada tekanan dari pihak manapun terkait perubahan politik luar negeri yang diambil oleh Indonesia
Key Words
: Politik Luar negeri ( Foreign Policy ), DK PBB ( Security Council of UN), Kepentingan Nasional ( national interest )
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI Abstrak...................................................................................................................i Lembar Persetujuan.............................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah ...........................................................................
1
1.2.Perumusan Masalah ................................................................................
5
1.3 Tujuan dan Mafaat Penelitian ..................................................................
5
1.4 Kerangka Dasar Pemikiran ......................................................................
7
1.4.1 Kepentingan Nasional .........................................................
7
1.4.2 Kepentingan Nasional Indonesia .........................................
10
1.4.3 Politik Luar Negeri .............................................................
14
1.4.4 Variabel Pembentukan Politik Luar Negeri .........................
15
1.4.5 Kebijakan Luar Negeri ........................................................
16
1.4.6 Tipologis Pembuatan Teori Kebijaksanaan Luar Negeri ......
17
1.4.7 Pembuatan Keputusan Politik Luar Negeri Sebagai Pemecahan Masalah .............................................................................
18
1.4.8 Faktor-faktor dalam Kebijaksanaan Politik Luar Negeri ......
19
1.4.9 Diplomasi ...........................................................................
20
1.4.9.1 Defenisi ...........................................................................
20
1.4.9.2 Fungsi Diplomat ..............................................................
21
1.6 Metodologi Penelitian .............................................................................
22
1.6.1 Jenis Penelitian ...................................................................
22
1.6.2 Tehnik Pengumpulan Data ..................................................
23
1.6.3 Analisis Data ......................................................................
23
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
1.7 Sistematika Penulisan..............................................................................
24
BAB II SEJARAH TEKNOLOGI NUKLIR IRAN 2.1 Sejarah Nuklir Iran ..................................................................................
25
2.1.1 Dekade 60-an ......................................................................
27
2.1.2 Dekade 70-an ......................................................................
27
2.1.3 Dekade 90-an ......................................................................
28
2.2 Kontroversi Nuklir Iran ...........................................................................
33
2.3 Nuklir Iran di DK PBB............................................................................
38
2.4 Resolusi DK PBB bagi Iran .....................................................................
38
BAB III PERAN INDONESIA di PBB 3.1 Awal Mula Indonesia di PBB ..................................................................
41
3.1.1 Indonesia Keluar dari PBB ..................................................
44
3.1.2 Masuk kembali ke PBB .......................................................
44
3.2 Indonesia dan DK PBB ...........................................................................
45
3.2.1 Keanggotan Indonesia di DK PBB ......................................
45
3.2.2 Periode 1974-1975 ..............................................................
45
3.2.3 Periode 1995-1996 ..............................................................
46
3.2.4 Periode 2007-2008 ..............................................................
47
BAB IV POLUGRI RI TERHADAP KRISIS NUKLIR IRAN di DK PBB 49 4.1 Hubungan Bilateral RI-Iran .....................................................................
50
4.2 Polugri RI Terhadap Krisis Nuklir Iran....................................................
53
4.2.1 Secara Umum .......................................................................................
53
4.3 Peran Indonesia di DK-PBB ....................................................................
55
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
4.3.1 Polugri RI Atas Resolusi 1747 ............................................
55
4.3.2 Respon Masyarakat Domestik .............................................
60
4.3.3 Polugri RI Atas Resolusi 1803 ............................................
62
4.4 Faktor2 Yang Memperngaruhi Polugri RI Atas Rsolusi 1747 dan 1803 ...
68
KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan ............................................................................................
72
5.2 Saran
............................................................................................
73
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
74
LAMPIRAN
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
BAB I I. Latar Belakang Masalah Skripsi ini secara umum akan membahas tentang peranan Indonesia dalam penganan krisis nuklir Iran di Dewan Keamanan Persatuan Bangsa-Bangsa ( DKPBB). Studi ini akan dipusatkan pada peranan Indonesia sebagai anggota tidak tetap PBB dalam menangani isu nuklir Iran tersebut Hal ini menjadi penting untuk dikaji mengingat isu nuklir Iran telah membawa perbincangan yang hangat dalam tata system perpolitikan global. Dan berkait dengan masalah perdamain dunia ( world Peace). Sehingga wajar jika nuklir Iran diangkat sebagai isu yang panas dalam percaturan di DK –PBB. Pengembangan teknologi nuklir Iran juga disinyalir akan menciptakan ketegangan di timur tengah ( Middle east ), terlebih menyangkut soal eksistensi Israel sebagai sekutu AS di timur tengah ( middle east ). Krisis nuklir Iran ini juga menjadi perbincangan hangat di dalam sela-sela pemilihan umum ( general elections ) di Teal Aviv 1. Indonesia menjadi anggota tidak tetap DK –PBB untuk kali ketiga setalah tahun 1973-1974 dan 1995-1996) terlepas dari ketidak fairan pengambilan keputusn di DK-PBB. Namun kebedaan Indonesia di –DK PBB kali menunjukkan kepercayaan masyarakat dunia khususnya negara-negara Asia terhadap Indonesia untuk mengatasi permasalahan kemanan dan mewujudkan perdamaian dunia 2.
1
Wall Street Journal,August 2008, Ney York., Hal. 5 Indonesia terpilih melalui pemungutan suara dengan perolehansuara sebanyak 158 dari 192 Selain Indonesia yang dipilih dari kawasan Asia, Majelis Umum juga telah memilih Afrika Selatan dari kawasan Afrika, Belgia dan Italia dari kawasan Eropa Barat sebagai anggota tidak tetap pada periode yang sama. Lihat PTRI New york 2
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
Segudang masalah harus di hadapi tidak saja Indonesia namun seluruh anggota tetap atau tidak tetap DK PBB, karena proses hakiki untuk mewujudkan kondisi keamanan dunia diperbincangkan melalui meja perundingan oleh negara anggota DK PBB. Problem yang akut dan kentara selain masalah Israel kontra Palestina yang hingga kini belum mendapatkan jalan penyelesaian yang berimbang diantara kedua negara yang bertikai, isu nuklir juga mendapat perhatian yang serius khususnya nuklir yang dikembangkan oleh Korea utara dan nuklir Iran mendapat porsi yang cukup besar dalam diskursus percaturan di DK-PBB. Termasuk dalam hal ini adalah keinginan AS dalam menggunakan pendekatan militer ( Force ) dalam menangani krisis nuklir Iran. Terkait dengan krisis nuklir Iran pada tanggal 25 Februari 2005, Presiden Amerika Serikat, George W. Bush memberikan pernyataan bahwa baik Amerika maupun Eropa keduanya telah sepakat program pengayaan uranium Iran haruslah sesegera mungkin dihentikan. Menanggapi hal tersebut, tanpa merasa tertekan oleh Amerika, Iran menyatakan bahwa mereka mempunyai hak untuk menggunakan energi nuklir untuk tujuan damai. Hal tersebut dinyatakan oleh Presiden Iran, Mahmood Ahmadinejad dihadapan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (General Assembly of the United Nations). Bahkan pada kesempatan itu pula Iran menjuluki Amerika sebagai agresor dan menuding Amerika telah membelah dunia terbagi menjadi “negara baik dan jahat”. Penanganan nuklir ini sebenarnya sudah termaktub dalam kerjasama perjanjin Nonpoliferasi nuklir Perjanjian Nonproliferasi Nuklir (Nuclear NonProliferation Treaty) adalah suatu perjanjian yang ditandatangi pada 1 Juli 1968 Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
yang membatasi kepemilikan senjata nuklir. Sebagian besar negara berdaulat (187) mengikuti perjanjian ini, walaupun dua di antara tujuh negara yang memiliki senjata nuklir dan satu negara yang mungkin memiliki senjata nuklir belumlah meratifikasi perjanjian ini. Perjanjian ini diusulkan oleh Irlandia dan pertama kali ditandatangani oleh Finlandia. Pada tanggal 11 Mei 1995, di New York, lebih dari 170 negara sepakat untuk melanjutkan perjanjian ini tanpa batas waktu dan tanpa syarat.3 Namun kondisi kekikinian dan pengalaman sejarah tentang efek dari senjata nuklir tersebut mengharuskan negara-negara besar khususnya AS merasa perlu untuk mengawasi dan mengontrol setiap negara yang memiliki teknoogi nuklir tersebut. Termasuk juga dalam kategori ini ialah Iran yang memang dalam beberapa decade belakangan ini mengalami lompatan yang signifikan dalam pengembangan teknoligi nuklirnya. Namun dengan dalih apa saja yang dikemukakan oleh Iran yang memiliki niat mengembangkan teknologi nuklir untuk tujuan damai yaitu pembangkit linstrik tenaga nuklir yang akan dioperasikan September 2009. 4namun tetap saja AS dan sekutunya tindak mempercayai hal tersebut dan menuduh Iran mengembangkan teknologi nuklirnya untuk memproduksi senjata nuklir. Ketidak pwercayaan negara-negara besar tersebut akhirnya membawa nuklir iran mengegelinding ke meja perundingan DK PBB.
3
lihat www.wikepedia.com.negara-negara non polifersi nuklir, diakses tanggal 20 November 2008
4
Kompas,5 Maret 2009
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
Sikap keras yang diambil oleh AS dan sekutunya itu membawa perdebatan ,pro dan kontra tidak hanya di kalangan negara-negara maju seperti Rusia, Cina namun juga merembet ke negara-negara berkembang seperti Indonesia. Khususnya setelah isu nuklir Iran menjadi agenda penting dalam setiap kesempatan sidang di DK PBB. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan ini karena menyangkut tentang kepentingan Indonesia serta pelaksanaan politik luar negeri Indonesia di kancah internasional ( DK –PBB ). Disatu sisi bila dilihat lebih jauh, isu nuklir Iran ini membawa Indonesia kepada dua hal yang sangat penting untuk diperhatikan yaitu pertama, tekanan ( pressure ) di dalam negeri ( domestic ) untuk mendukung pengayaan program nuklir Iran khususnya berasal dari kalangan islam. Namun disisi lain Indonesia harus berhadapan vis a-vis dengan Negara besar seperti AS, Rusia, Cina menyangkut kepentingan mereka di Dk PBB. . Selain itu kehadiran Indonesia di DK PBB terkait dengan krisis nuklir Iran juga membawa dilemma tersendiri bagi Indonesia dilihat dari segi persahabatan dan kedekatan emosional antara Indonesia dan Iran. Indonesia dikenal sebagai salah satu Negara dengan penduduk mayoritas islam selain itu kedua Negara ini juga memiliki hubungan yang baik dalam forum-forum internasional seperti OPEC ataupun OKI ( Islamic conference organizatition ). Selain itu dalam
pengembangan teknologi Indonesia yang juga akan
mengembangkan teknologi nuklir untuk memasok daya energi bagi Indonesia adalah sebuah perhatian penting bagi Indonesia dalam hal memberikan
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
kepercayaan dunia internasional terhadap pengembangan nuklir yang akan dikembangkan di Indonesia. Hal ini tentunya yang menjadi pertimbangan dan perhatian bagi Indonesia untuk berhati-hati dalam mengambil sikap di DK-PBB terkait nuklir Iran tersebut. Kehati-hatian Indonesia dalam menyikapi krisis nuklir Iran ini dapat kita lihat dari resolusi-resolusi yang di keluarkan DK PBB terhadap Iran. dalam Hal ini Indonesia mengambil tindakan yang berubah-ubah dalam pelaksanaan Polugri nya itu. Adalah
sangat
menarik
untuk
menganalisis
mengapa
Indonesia
mengeluarkan kebijakan yang berbeda terhadap resolusi yang dikeluarkan DK PBB untuk Iran yaitu resolusi 1747 ( 2007 ) dan resolusi 1803 ( 2008 ). Kepentingan nasional ( national interest ) apakah yang diperjuangkan Indonesia didalamnya. 1.2 PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini ialah: -
Bagamainakah Peran yang dimainkan Indonesia dalam menyelesaikan krisis nuklir Iran di DK-PBB khususnya dalam merumuskan resolusi 1747 dan 1803
-
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi politik luar negeri Indonesia menyangkut krisis nuklir Iran di DK PBB
1.3 TUJUAN dan MANFAAT PENELITIAN Sedang tujuan diadakan penelitian tentang sikap pilitik luar negeri Indonesia terhadap krisis nuklir Iran yaitu; Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
-
Utuk mengetahui peran Indonesia dalam penanganan krisis nuklir Iran terkait dengan konstelasi yang terjadi di DK PBB
-
Utuk mengetahui faktor-faktor apa sajayang mempengaruh sikap politk luar negeri indoensia terkait dengan konstelasi di DK PBB
-
Untuk mengetahui dan menganalisis arah kebijakan politik luar negeri Indonesia dalam menyelesaikan krisis nuklir Iran
Sedang manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini ada 3 yaitu. Pribadi, teoritis dan masyarakat. Untuk pribadi -
Sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan jenjang pendidikan strata satu di Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Sumatera Utara
-
Sebagai sarana penulis untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama dibangku perkuliahan dalam penelitian yang nyata
-
Menambah pemahaman dan cakrawala berpikir khususnya tentang politik luar negeri Indonesia dan politik global
Akademis -
Sebagai wujud pengembangan konsep-konsep teoritis dalam ilmu politik internasional
-
Sebagai bahan kajian dalam politik internasional indonesia khususnya studi percaturan politik global di timur tengah
Masyarakat
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
-
Sebagai bahan informasi kepeda masayarakat tentang kiprah Indonesia khususnya dilembaga internasional seperti PBB dalam percaturan politk global
-
Sebagai bahan referensi bagi masyarakat yang berminat mengkaji dan menelaah politk luar negeri Indonesia dalam hal khususnya menjaga perdamaian dunia
-
Sebagai bahan diskusi bagi masyarakat khususnya tentang arah kebijakan politik luar negeri Indonesia
1.4 KERANGKA DASAR PEMIKIRAN Untuk menelaah sebuah masalah maka diperlukan sebuah kerangka dasar pemikiran, agar permasalahan yang dibahas dapat tepat sasaran dan tidak melenceng serta lebih mudah untuk dianalisis dan membuat kesimpulannya . 1.4.1 Kepentingan Nasional ( national interest ) Kepentingan nasional merupakan konsep yang paling dikenal luas di kalangan para penstudi hubungan internasional dan politik internasional baik itu pengamat aliran tradisional atau saintifik. Hal ini terjadi selama Negara bangsa (Nation State ) masih merupkan aktor yang utama dalam hubungan internasional. Semua ahli agaknya sepakat bahwa determinan utama yang menggerakkan Negara-negara menjalankan hubungan internasional ( international relation ) adalah kepentingan nasionalnya. 5 Paul Seabury mendefenisikan “kepentingan nasional secara normatif dan deskriptif: secara deskriptif kepentingan nasional adalah tujuan yang harus dicapai
5
Drs T May rudy,2002,Studi Strategis dalam transformasi system internasional pasca Perang dingin,Bandung: PT Rafika Aditama.,Hal. 60
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
oleh suatu bangsa secara tetap melalui kepemimpinan pemerintah. Sedang secara normatif kepentingan nasional adalah kumpulan cita-cita suatu bangsa yang berusaha dicapainya dengan berhubungan dengan Negara lain”.
Hans J Morgenthau menyebutnya sebagai power ( pengaruh,kekuasaan dan kekuatan ). 6 Berbeda dengan Morgenthau Joseph Frankel ( 1970 ),menyangkal pendapat
tersebut
dengan
menekankan
pada
kepentingan
moral,religi dan kepentingan manusia lainnya. 7 George F. Kennan (1951) memahami makna konsep kepentingan nasional (national interest )dalam hubungan antarnegara. Kennan membuat definisi konsep ini secara negatif tentang apa yang tidak termasuk ke dalam pengertian kepentingan nasional. Pertama, konsepsi kepentingan nasional bukan merupakan kepentingan yang terpisah dari lingkungan pergaulan antarbangsa atau bahkan dari aspirasi dan problematika yang muncul secara internal dalam suatu negara. Kepentingan nasional suatu bangsa dengan sendirinya perlu mempertimbangkan berbagai nilai yang berkembang dan menjadi ciri negara itu sendiri. Nilai-nilai kebangsaan, sejarah, dan letak geografis menjadi ciri khusus yang mempengaruhi penilaian atas konsepsi kepentingan nasional suatu negara. Kedua, kepentingan nasional bukan merupakan upaya untuk mengejar tujuan-tujuan yang abstrak, seperti perdamaian yang adil atau definisi hukum lainnya. Sebaliknya, ia mengacu kepada upaya perlindungan dari segenap potensi nasional terhadap ancaman eksternal maupun upaya konkrit yang ditujukan guna meningkatan kesejahteraan warga negara.
6
Ketiga, konsepsi ini pada dasarnya bukan
lihat dalam Hans J Morgenthau, Politics Among Nations
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
merupakan pertanyaan yang berkisar kepada tujuan, melainkan lebih kepada masalah cara dan metode yang tepat bagi penyelenggaran hubungan internasional dalam rangka mencapai tujuan tersebut secara efektif. Sementara itu Donald E Nuechterlin menyebutkan klasifikasi kepentingan nasional menjadi 4 jenis yaitu 8: 1. Kepentingan Pertahanan Diantaranya menyangkut kepentingan untuk melindungi warga negaranya serta wilayah dan system politiknya dari ancaman negara lain. 2. Kepentingan Ekonomi Yaitu kepentingan pemerintah untuk meningkatkan perekonopmian negara melalui hubungan ekonomi dengan negara lain 3. Kepentingan Tata Internasional Yaitu kepentingan untuk mewujudkan dan mempertahankan sistem politik dan ekonomi internasional yang menguntungkan bagi negaranya 4. Kepentingan Idiologi Berkaitan dengan idiologi atau pandangan hidup Sedang KJ Holsti mengindentifikasikan kepentingan nasional kedalam 3 hal yaitu 9: 1
Core Values Dianggap paling vital bagi negara dan menyangkut eksistensi negara
2
Middle –Range Objectives
7
Joseph Frankel dalam May Rudi ,.Hal. 60
8
Ibid., Hal 62
9
Lihat KJ Holsti,1981,International politics: framework for Analysis,New delhi: Prentice-Hall of India
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
Kebutuhan memperbaiki derajat perekonomian 3
Long-Range Objectives Sesuatu yang bersifat ideal misalnya keinginan mewujudkan perdamaian dan ketertiban dunia. Sedang disisi lain Dadelford dan Lincoln ( 1962 ) berpendapat bahwa
kepentingan nasional suatu bangsa meliputi : 1. kepentingan keamanan nasional 2. kepentingan pengembangan ekonomi 3. kepentingan peningkatan kekuatan nasional 4. kepentingan prestise nasional Dari semua pendapat para ahli tersebut dapat ditarik satu kesimpulan bahwa kepentingan nasional itu berpusat pada perlindungan diri ( Self preservation ) sebuah bangsa. Dewi fortuna anwar dalam orasi ilmiahnya sebagai staff ahli peneliti LIPI memberi keterangan tentang kepentingan nasional secara kontradiktif, disatu sisi secara objektif
bahwa kepentingan nasional bisa didefenisikan secara jelas
dengan criteria yang objektif dan cenderung konstan dari waktu ke waktu. Disisi lain kepentingan nasional bisa diartikan subjektif, artinya kepentingan nasional selalu berubahmengikuti preferensi subjektif para pembuat keputusan. 10 1.4.2 Kepentingan Nasional Indonesia Pencapaian kepentingan nasional Indonesia di dunia internasional tidak terlepas dari perubahan lingkungan strategis baik dalam tataran global maupun
10
Ganewati Wuryandari Dkk,2008, Politik Luar Negeri Indonesia di Tengah Pusaran Politik Domestik,Yogyakarta: Pustaka Pelajar., Hal. 14 Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
regional yang memberikan tantangan sekaligus kesempatan bagi proses pencapaian kepentingan tersebut. Dan dalam rangka menghadapi tatanan dunia yang semakin berubah dengan cepatnya, semakin disadari perlunya untuk mengembangkan kelenturan dan keluwesan dalam pelaksanaan kebijakan luar negeri agar dapat memanfaatkan berbagai tantangan dan peluang yang muncul dari perubahan lingkungan strategis secara optimal. Upaya untuk mencapai kepentingan nasional Indonesia di dunia Internasional dilaksanakan melalui diplomasi. Dengan total diplomasi Diplomasi Indonesia yang dilaksanakan oleh Departemen Luar Negeri (Deplu) turut mengaktualisasikan program dan prioritas Kabinet Indonesia Bersatu yang pada intinya adalah melakukan diplomasi total untuk ikut mewujudkan Indonesia yang bersatu, lebih aman dan damai, adil, demokratis dan sejahtera. Kepentingan nasional Indonesia diterjemahkan kedalam visi Departemen luar negeri yang disebut sebagai “Sapta Dharma Caraka”, yaitu: (1) Memelihara dan meningkatkan dukungan internasional terhadap keutuhan wilayah dan kedaulatan Indonesia; (2) membantu pencapaian Indonesia sejahtera melalui kerja sama pembangunan dan ekonomi, promosi dagang dan investasi, kesempatan kerja dan alih tekonologi; (3) meningkatkan peranan dan kepemimpinan Indonesia dalam proses integrasi ASEAN, peran aktif di AsiaPasifik, membangun kemitraan strategis baru Asia-Afrika serta hubungan antar sesama negara berkembang; (4) memperkuat hubungan dan kerja sama bilateral, regional dan internasional di segala bidang dan meningkatkan prakarsa dan kontribusi Indonesia dalam pencapaian keamanan dan perdamaian internasional serta memperkuat multilateralisme; (5) meningkatkan citra Indonesia di Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
masyarakat internasional sebagai negara demokratis, pluralis, menghormati hal asasi manusia, dan memajukan perdamaian dunia; (6) meningkatkan pelayanan dan perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) di luar negeri serta melancarkan diplomasi kemanusiaan guna mendukung tanggap darurat dan rekontruksi Aceh dan Nias dari bencana gempa dan tsunami; (7) melanjutkan benah diri untuk peningkatan kapasitas kelembagaan, budaya kerja dan profesionalisme pelaku diplomasi serta peranan utama dalam koordinasi penyelenggaraan kebijakan dan hubungan luar negeri. Terkait dengan posisi Indonesia dalam menangani krisis nuklir Iran ada beberapa segi jika kita menyimpulkan kepentingan nasional Indonesia terkait dengan politik luar negerinya itu hal itu meliputi: - Kepentingan ekonomi Kepentingan ekonomi Indonesia berkait dengan pembangunan ekononi nasional. Sejak krisis ekonomi yang melanda Indonesia di tahun 1997 kemarin pertumbuhan ekonomi Indonesia terpuruk tidak sampai 5 %. Ketika reformasi di era Habibie sampai Megawati kondisi ekonomi tidak mengalami perbaikan yang signivikan. Di era SBY pertumbuhan ekonomi agak emmabik dengan berkisar diatas 6 %. Namun dalam tataran mikro ekonomi belum membaik termasuk juga dalam menarik investasi asing kedalam negeri. Dalam suasana ketidak pastian kondisi ekonomi global di masa-masa yang akan datang maka setiap kesempatan yang ada dianfaatkan dengan semaksimalkan mungkin melalui diplomasi yang baik. - Kepentingan Idiologi
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
Dalam tatarana percaturan internasional pandangan pancasila sebagai indiolog bangsa adalah mutlah untuk disandingkan dengan idiologi lain didunia seperti liberalisme atau sosialieme. Dalam pembukaan UUD 1945 tercantum secara jelas tetntang tujuan nasional yaitu: 1. Kesejahtraan masyarakat 2. Menghapuskan kolonialisme dan imperalisme 3. turut aktif menciptakan perdamaian dunia - Kepentingan energi dan teknologi Dalam beberapa dasarwa terakhir memang tidka bisa di pungkiri bahwa permasalahan krisis energi menjadi permaslahan akut bagi bangsa Indonesia. Adanya energi alternatif yang dapat dikembangkan adalh sebuah keharusan dan salah satunya energi nuklir khusunya untuk pembangkit tenaga listrik. Selain itu untuk mengurangi ketregantungan terhadap Amerika dan sekutunya terhadap pasokan senjata militer. Maka Indonesia sejak era Mega sudah mencari alternatif lain misalnya melalui Rusia dengan pembelian kapal sukhoi pada tahun 2004. dan bisa jadi mengenai teknologi nuklir yang akan dijalin dengan Iran - Persahabatan dengan negara-negara senasib Pengalaman pahit sebagai negara terjajah setidaknya tela mendorong kerjasama yang intens dengan negara-negara senasib atau begara dunia ketiga. Pada masa orde lama Indonesia termasuk pelopor dalam membentuk gerakan nonblok, yang sebelumnya secara fantatis berhasil mengadakan Konferensi AsiaAfrika tahun 1955 sebagai cikal bakal GNB. Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
Selain itu di era orde baru sukses untuk menggalang kerjasama dengan negara-negara sekawasan ( Asia tenggara ) melalui ASEAN tahun 1987. dan ikut serta dalam organisasi Konferensi islam bergabung dengan negara-negara islam yang sebagaian besar termasuk negara dunia ke-3. Hubungan baik tersebut setidaknya masih dipertahankan oleh Indonesia sampai hari ini 1.4.3 Politik Luar Negeri Kepentingan nasional
merupakan kunci dalam politik luar negeri.
Menurut Columbis dan wolfe ,Politik luar negeri merupakan sintesis daari tujuan atau kepentingan nasional dengan power dan kapabilitas ( Coulombis dan wolfe, 126 ) Oleh karena kesamaan itu kepentingan nasional lazim diidentikkan dengan tujuan nasional ( national goals ) namun untuk hal-hal lainnya bisa saja berubah dalam jangka waktu tertentu. Contohnya kepentingan ekonomi atau kepentingan pengembangan sumber daya manusia. 11 Tujuan dari politik luar negeri adalah untuk mewujudkan kepentingan nasional. Tujuan tersebut memuat gambaran atas keadaan negara dimasa yang akan datang dan kondisi masa depan yang diinginkan . Pemerintah negara menetapkan berbagai sarana yang diusahakan untuk dicapai dengan melakukan berbagai tindakan yang menunjukkan adanya kebutuhan,keinginan dan tujuan. Landasan Polugri RI adalah UUD 1945 sebagai landasan konstitusional. hal ini berarti bahwa pasal-pasal UUD 1945 mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara memberikan garis-garis besar dalam kebijakan luar negeri Indonesia.
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
sedang palsafah hidup bangsa, yaitu pancasila menjadi landasan idiil dalam Polugr i RI. 12 Prinsip Polugri dapat dilhat secara jelas dalam pembukaan UUD 1945. yang ,menjadi acuan bagi pengamalan Polugri Indonesia. hal ini juga diperjelas oleh Moh Hatta dalam pidatonya yang berjudul ‘Mendayung antara dua karang’ yang merupakan penjelasan perdana dan pengenalan nama politik luar negri Indonesia yang bebas dan aktif yang dinyatakan didepan badan pekerja KNIP pada 2 september 1948. Apakah bangsa Indonesia yang memerjuangkan kemerdekaan harus memilih saja antara pro Rusia dan pro Amerika? apakah tidak ada pendirian lain yang harus diambil dalam mengejar cita-cita bangsa?pemerintah berpendapat bahwa pendirian yang harus diambil ialah supaya Indonesia jagan men jadi objek dalam pertrungan politik internasional melainkan ia harus tetap menajdi subjek yang berhak menentukan sikap sendiri....Polugri RI harus ditentukan oleh kepentingannya sendiri dan dijalankan menurut keadaan dan kenyataan yang kita hadapi..... garis-garis politik Indonesia tidak dapat ditentuksn oleh haluan politik negara lainyang berdasarkan kepada kepentingan negara itu sendiri. 13
Pelaksanaan politik luar negeri didahului oleh penetapan kebijaksanaan dan keputusan serta harus memperhatikan pertimbangan-pertimbangan yang didasarkan pada faktor-faktor nasional sebagai faktor internal dan faktor-faktor internasional sebagai faktor eksternal . Disamping itu dalam pelaksanaan politik luar negeri harus dipilih tehknik maupun instrumen yang cocok untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. 1.4.4 Variabel Variabel pada Pembentukan Politik Luar Negeri
11
R Soeprapto,1997,Hubungan Internasional,sistem prilaku dan interaksi,Jakarta: Grafindo Media Persada., Hal. 118. 12 Athiqah Nur Alami,landasan dan prinsip politik luar negeri dalam Politik Luar Negeri Indonesia di tengah pusaran Politik Domestik Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
Dengan mengacu pada pendapat Rosenau,Coulumbis dan Wolfe (Coulumbis dan Wolfe : 129-137 ). Ada beberapa variable yang berpengaruh terhadap politik luar negeri sebuah Negara Variabel tesebut antara lain : 14 -
Variabel Ideosinkretik Berkaitan dengan image dan karakter pribadi pembuat keputusan, anatar lain mengenai ketenagan lawan ketergesaan,kemarahan lawan prudensi, ketakutanlawan percaya diri sendiri. Intinya karakteristik psikologis para pemimpin pembuat keputusan, demikian juga para pelaksana politik.
-
Variabel Peranan Biasanya didefenisikan sebagai- aturan-aturan perilaku yang diharapkan dari seseorang sesuai dengan pekerjaannya. Seseorang yang memegang peranan spesifik, hasil prilakunya dimodifikasi oleh harapan dan ekspektasi publik.
-
Variabel birokratis Menyangkut struktur dan proses pemerintahan serta efeknya terhadap politik luar negeri. Menurut Allison kompleksitas birokratis merupakan karakteristik yang terdapat hampir semua negara terbelakang
-
Variabel Nasional Mencakup berbagai atribut nasional yang mempengaruhi hasil politik luar negeri.
1.4.5 Kebijakan Luar Negeri
13
Mohammad Hatta,1976, Cet Pertama Mendayung Antara Dua Karang,Jakarta: Bulan Bintang., Hal . 17. lihat juga Mohhmad Hatta,1953,Indonesia Foreigen Policy: Foreign Affairs., Hal 444 14 Ibid., Hal 189 Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
Kebijakan luar negeri ( foreign policy ) merupakan strategi atau rencana tindakan yang dibentuk oleh para pembuat keputusan suatu negara dalam menghadapai negara lain atau unit politk internasional lainnya . Dikendalikan dalam kepentingan nasional. Rosenau memberi defenisi terhadap kebijakan luar negeri ( foreign policy ) sebagai berikut: “ all the attitudes and activities through which organized nation societes seeks with and benefit from international environment”. Sedang tipe-tipe keputusan luar negeri dapat dibedakan menjadi 3 yaitu (Toma dan Gorman 1991,135-136) : 1. Keputusan mikro dikenal sebagai keputusan administratif dan biasanya dibuat lebih rendah dari organisasi pemerintah, dan biasnya dikerjakan secara individu bukan oleh kepemimpinan politik. Keputusan ini sempit jangkaunnya dan rendah tingkat keseriusannya ancamannnya. Sehingga tidak membutuhkan perhatian dari pembuat keputusan tingkat atas. 2. Keputusan krisis adalah keputusan yang mirip dengan keputusan mikro, namun merupakan keputusan kecil yang melibatkan pembuatan keputusan tingkat tinggi. Keputusan ini dibuat pada situasi yang mengancam, dengan demikian keputusan ini mengandung elemen yangv tidak diperhitungkan sebelumnya ( surprise ) dan diputuskan dalam jangka waktu yang pendek. 1.4.6 Tipologis Pembuatan Teori Kebijaksanaan Luar Negeri Pengertian terhadap politik luar negeri tidak terlepas dari uraian teori pembuatan kebijaksanaan atau keputusan luar negeri dan menjadi sentral dalam bagian ini. Untuk mengenal dan merumuskan berbagai kebijaksanaan luar negeri
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
ada tiga jenis tipologis keputusan atau kebijaksanaan luar negeri yaitu ( Wllian D Coplin,1992,32) : 1. Keputusan-keputusan luar negeri administrative Kebijaksanaan luar negeri yang bersifat umum terdiri dari serangkaian keputusan yang diekspresikan dengan melalui pernyataan-pernyataan dan kebiaksanaan serta tindakan yang tidak secara langsung biasanya banyak menyangkut pernyataan-pernyataan umum dan acapkali pernyataanpernyataan umum tersebut tidak mengungkapkan kebijaksanaan yang sebenarnya tetapi merupakan suatu cara yang sering dugunakan dalam interaksi antar-negara. 2. Keputusan-keputusan luar negeri yang bersifat umum Keputusan yang dibuat oleh anggota biriokrasi pemerintah yang bertugas untuk melaksanakan hubungan luar negeri bagi negaranya. Dalam hal ini departemen luar negeri yang merupakan organisasi atau lembaga birokrasi utama kendatipun ada badan-badan pemerintahan yang lain seperti dinas militer,dinas intelijen dan departemen perdagangan juga sering terlibat dalam proses pengambilan keputusan-keputusan administrative yang sekanjutnya memberi pengaruh terhadap kebijaksanaan politik luar negeri yang diambil. 3. Keputusan-keputusan luar negeri yang bersifat krisis. Yakni berupa keputusan-keputusan yang bersifat krisis dan merupakan kombinasi antara dari dua tipologis kebijaksanaan politik luar negeri antara tipe I dan tipe II.keputusan –keputusan yang bersifat krisis bisa berdampak luas terhadap kebijaksanaan politik luar negeri yang bersifat Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
umum oleh suatu Negara. Kebijaksanan politik luar negeri seperti itu juga dapat menguatkan kebijaksanaan politik luar negeri yang sudah ada. 1.4.7 Pembuatan Keputusan Politik Luar Negeri Sebagai Pemecahan Masalah Pendekatan pemecahan masalah secara rasional merujuk pada sesuatu yang ideal yaitu bagaimanakah menciptakan suatu keputusan luar negeri yang baik atau sesuatu yang ideal. Deskripsi yang ideal itu sebagai kemungkinan yang dapat diterapkan kedalam beberapa situasi dan kondisi terutama dengan politik luar negeri Negara lain. Pendekatan tersebut terdiri dari beberapa langkah: 1. Merumuskan Sitasinya ( Define of the Situation ) 2. Memilih Tujuan ( Select Goal ) 3. Pencaharian Alternative-Alternatif ( Search for Alternatives ) 4. Memilih Alternatif-Alternatif ( Choosing Alternatives ) 1.4.8 Faktor-Faktor dalam Kebijaksanaan Politik Luar Negeri Wiiliam D Coplin mengelompokkan kedalam tiga hal yang berkaitan dengan factor psikologis yaitu penetapan situasi,pemilihan tujuan,pencaharian alternative dan pemilihan alternative. - Penetapan Situasi ( Defening Situation ) Berkaitan dengan konsep citra ( image ) untuk menganalisis variabel psikologis serta pengalaman-pengalaman pribadi ( personal experience ). Saalh satu ciri citra tyang sangat mempengaruhi cara seseorang menetapkan lingkungannya yang pada akhirnya mempengareuhi orang tersebut untuk berprilaku. Bisa juga dikatakan sebagai rangkaian yang disebut sebagai citra tewrbuka dan citra tertutup. - Pemilihan Tujuan ( Selecting Goals ) Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
Pemilihan tujuan berdasarkan suatu anggapan bahwa pembuatan keputusan adalah merupakan suatu proses intelektual rasional, maka tujuannya yanbgh secara eksplisit dan hirarkis dapat dirumuskan sebagai peluang yang diberikan oleh lingkungan. Meskipun lingkungan ( internasional )akan mempersulit permbuatan pernyataan yang tegas dan jelas dan penyusunan tujuantujuan, pembuat keputusan atau kebijaksanaan politik luar negeri yang rasional dan berupaya melakukannya secara masksimal. Jadi kecendrungan seorang pemimpin politik untuk memelihara dan memperbaiki posisi politiknya ( dalam negerinya ) akan membawa konsekuensi yang jelas dalam penetapan tujuan poliitk luar negeri. Kabutuhan para pembuat keputusan politik luar negeri akan kekuasaan dan prestasi memang mempengaruhi penekanaan akan ancaman terhadap keamanan nasional yang sering dibuat oleh para pemimpin dari berbagai negara. 1.4.9 Diplomasi 1.4.9.1 Defenisi Dalam the advanced learners dictionary of current English diuraikan bahwa diplomasi ialah skill in making arrangements cleverness in dealing with people so that they remain friendly and willing to help. Sedang akar kata diplomasi berasal dari bahasa yunani yaitu ZIPLWMA, Duplicate yang artinya di gandakan dalam abab pertengahan kata diploma disebarkan sebagai nama naskah dokumen-dokumen tertentu.
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
Berikut beberapa defenisi yang dikutip dari kamus dan pendapat para ahli15 Dalam kamus besar bahasa indonesia diplomasi diartikan sebagai urusan penyelengaraan perhubungan resmi antara satu negara dengan negara lain. Bisa juga dairtikan sebagai urusan kepentingan sebuah negara dengan perantaraan wakil-wakilnya di negara lain. Dalam oxford advanced leaners dictionary of current english Dairtikan sebagai art of skill in dealing with people so that business is done smoothly. Sedang sir Ernest Satow mengartikan sebagai the application of tact and intelligence to the conduct of foreign relations between governments of indenpendent states. Dalam dipolamasi sendiri terdapat merupakan prosedur hubungan antar Negara yang bebas nilai dan dangat bergantung pada kemampuan serta kecakapan dari mereka yang melaksanakannya. 16 Dengan kata lain diplomasi itu merupakan mesin atau alat dari politik luar negeri sebuuah Negara. Pentiungnya diplomasi ini sanga vital dalam mengkomunikasikan sesama negara-negara dunia untuk menjaga perdamaian dunia. Karena memang salah faktor pecahnya perang ( war ) dikarenakan tidak adanya komunikasi antar negara-negara yang bertikai seperti kasus perang dunia. 17 15
Jusuf banri,1994, Kiat diplomasi Mekanisme dan Pelaksanaannya,Jakarta: Sinar Harapan., Hal. 16
Suwardi Wiriaatmadja,1970 Pengantar Hubungan Internasional,Bandung : Alumni David W Ziegler,1984 ,third edition,War,Peace and International relations, Toronto: Little Brown Company., Hal. 272
17
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
Oleh sebab itu ziegler menyebut diplomasi sebagai the process of talking over diffrences, clarrifying aims and exploring adjustment short of fighting is called diplomacy. 18 1.4.9.2 Fungsi Diplomat Sebagai duta dari negaranya maka diplolasi memiliki fungsi yaitu: 19 - Representasi Yaitu mewakili Negara asalnya dalam melakukan perundingan dan sebagainya dengan membawa nama Negara asal - Negosiasi Melakukan negosiasi dengan Negara lain berkait dengan permasalahan Negara asal - Reporting - Protection of the interest of the nation and of its citizans in foreigen lands. Sedang tujuan dari diplomasi yaitu: 20 - tujuan politik berkaitan dengan kebebasan politik dan integritas teritorialnya. Dalam konteks Indonesia adalah mempertahankan kemerdekaan yang telah diperoleh serta melindungi kedaulatan wilayah NKRI dari sabang sampau Merauke. -Tujuan Ekonomi berkaitan dengan pembangunan ekonomi nasional -Tujuan Kultur
18
Ibid., Hal 272 Norman dan Howard c parkins,1957,second edition,International relations,London: The London Institute of world Affairs 20 S L Roy,1991,Diplomasi,Jakarta: Rajawali Press., Hal. 5-13 19
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
melestarisakn serta memperkenalkan kebudayaan nasional pada dunia internasional -idiologi mempertahankan keyakinan dan kepercyaan yang diyakini oleh sebuah bangsa. Dalam konteks indonesia adalah pancasila. 1.5 METODOLOGI PENELITIAN 1.5.1 JENIS PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitis artinya. Penelitian ini akan menggambarkan ( mendeskripsikan ) tentang fakta-fakta yang terjadi seputar percaturan dan peran yang dimainkan Indonesia dalam DK PBB terkait krisis nuklir Iran. Setelah itu akan ditarik analisis tentang bagaimana sebeanarnya peran yang dimainkan oleh Indonesia. Sasarannya adalah memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan apa, bagaimana dan mengapa terhadap kejadian dan fakta dalam politik internasional. Kenneth Thomson mengingatkan agar tidak meremehkan jenis penelitian deskriptif. Dimana ia berpendapat bahwa seorang teoritikus hanya dapat mengembangkan teorinya apabila menguasai semua fakta yang esensial dan terdapat dalam tulisan-tulisan yang bersifat deskriptif analitis. 1.5.2
TEKNIK PENGUMPULAN DATA Adapun tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan datadata yang berasal dari jurnal ilmiah, dokumen-dokumen, surat-surat kabar atau buku-buku dan pernyataan serta konferensi pers yang berkaitan
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
dengan tema penelitian politik luar negeri Indonesia terhadap krisis nuklir Iran. 1.5.3 ANALISIS DATA Setelah data dan fakta yang diperlukan diperoleh maka langkah selanjutnya yaitu menganalisis data sesuai dengan fakta-fakta yang dihadirkan dalam penelitian untuk mencari jawaban atas permasalahan dalam penelitian.
1.6
SISTEMATIKA PENULISAN BAB I PENDAHULUAN Pada bab I akan dibahas latar belakang penelitian ,manfaat tujuan , teori dan konsep-konsep yang melandasai peneltian serta metodologi yang diopakai dalam penelitian BAB II SEJARAH TEKNOLOGI NUKLIR IRAN Pada bab ini akan dipaparkan tentang sejarah, geoegrafis dan pengembangan nuklir di negeri para Mullah tersebut. BAB III KETERLIBATAN INDONESIA dalam DK PBB Pada Bab ini kan dibahas tentang profil Persatuan Bangsa-bangsa ( PBB ) dan sejarah keikutsertaan Indonesia dalam Lembaga internasional tersebut. Lebih khusus dalam Lembaga Dewan Keamanan ( DK PBB ) BAB IV Analisis Politik Luar Negeri Indonesia Terhadap Krisis Nuklir Iran di DK PBB Bab ini akanmembahas bagaimana peran dan sikap politik luar negeri Indonesia terhadap Krisis nuklir Iran khususya dalam kontelasi di DK PBB dan lingkup politik global
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
BAB V Kesimpulan dan Saran Pada bab ini akan berisi kesimpulan dari pembahasan pada bab- bab sebelumnya. Serta saran-saran bagi pengembangan penelitian selanjutnya
BAB II SEJARAH TEKNOLOGI NUKLIR IRAN
Dalam peta perpolitikan global permasalahan tentang energi nuklir telah menjadi perhatian yang serius khususnya pasca perang dunia ke-2 semenjak AS menjadi pemenang ( the winner ) setelah meluluhlantakkan Jepang dengan bom Atomnya pada 6 dan 9 Agustus 1945. 21 Kejadian sesudahnya merupakan perkembangan terkini dari isu pengembangan senjata nuklir atau dari konflik perlombaan senjata nuklir oleh dua kubu yaitu barat (west ) yang diwakili oleh AS dan kubu timur ( east ) yang dikomandoi oleh Uni soviet. 22 Yang akhirnya berkesudahan dengan runtuhnya Uni soviet dari pentas internasional. Pasca perang dingin isu tentang teknologi nuklir ini juga selalu menjadi agenda hangat dalam berbagai perbincangan di forum-forum internasional karena keberadaannya ditakuti akan menghancurkan bukan saja manusia melainkan juga planet ini sebagai tempat tinggal manusia. Tentunya perlombaan akan produksi
21
Bom atom yang dijatuhkan sekutu kejepang yaitu kota hiroshima dan Nagasaki menanadai berakhirnya perang dunia ke-2 ( world war II). Serta menandai berakhirnya pendudukan Jepang di Indonesia setalah Pada 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
senjata berbasis nuklir akan mengakibatkan perang yang dahsyat, karena secara khusus perang dapat digunakan untuk mempertahankan seluruh kesepakatan wastphalia sehingga pada masa depan perang akan berfungsi nyaris sama seperti fungsinya pada masa lalu. Karena sekurang-kurangnya dalam teori , perang mengagabungkan kekuatan militer sebuah negara dengan nilai-nilai penting keamanannya, perang dalam defenisi klasik Clausewitz, merupakan kelanjutan politik melalui cara yang lain. 23 Di era kontemporer saat ini keberadaan negara-negara yang memiliki teknologi nuklir terpusat pada negara-negara besar saja. Diantara negara-negara dunia ke-3 mungkin Iran termasuk beruntung karena memilki teknologi nuklir yang mumpuni. Isu nuklir Iran sebagai sebuah dilema tentang hak ( right ) sebuah negara di region timur tengah ( middle east ) merupakan perdebatan yang serius berkaitan tentang kelanjutan perdamain dunia. Adanya ketidakpercayaan (distrust) masyarakat internasional khususnya AS dan sekutunya menyatakan adanya penyelewengan yang dilakukan oleh Iran untuk memproduksi senjata nuklir memaksa negara-negara dunia termasuk AS dan DK PBB menjadikan isu nuklir Iran sebagai agenda yang maha penting saat ini. Di sisi lain, Keberadaan teknologi nuklir iran memiliki catatan panjang sejarah hingga hari ini. perkembangannya menglami pasang surut karena diakibatkan oleh persoalan domestik dalam negeri Iran.
22 23
Lebih jelasnya lihat Lynn H, Miller,1990, Agenda Politik Internasional,Yogya: Pustaka Pelajar Lynn H, 1990, Agenda Politik Internasional,Yogya: Pustaka Pelajar., hal. 222
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
Gawdat Bahgat, Director of the Center for Middle Eastern Studies di Indiana University of Pensylvania mengatakan bahwa pengembangan nuklir Iran tidak lebih disebabkan oleh 3 faktor:24 1. Dilema keamanan ( perception of security ) Ancaman ( threat) yang berasal dari Iraq,Pakistan, Israel ataupun AS 2. Dinamika Politik dan ekonomi dalam negeri ( domestic ) 3. Gengsi atau ambisi ( National Pride ) Pada bab ini akan dibahas tentang bagaimana awal mula perkembangan nuklir Iran hingga menjadi isu internasional sampai akhirnya sampai menjadi pembahasan sengit dan menjadi agenda maha penting di meja perundingan Dewan Kemanan Persatuan bangsa-Bangsa( DK-PBB ). 2.1 Sejarah Nuklir Iran 2.1.1 Dekade 60-an Langkah awal pengembangan program nuklir Iran , sebenarnya sudah mulai dirintis pada dekade 60-an. Pada dekade tersebut Iran bersama beberapa negara Arab lainnya melakukan sebuah riset penelitian tentang pengembangan nuklir. Saat itu Iran mendapat bantuan dari Amerika Serikat. Bahkan Jerman berniat untuk membantu Iran membangun instalasi nuklirnya untuk tujuan damai. Tujuh tahun kemudian tepatnya juni 1967 Iran mendirikan pusat riset nuklir di Teheran yang memiliki reaktor nuklir berskala 5 megawatt,melalui TNRC (Tehran Nuclear Research Center). Iran mendirikannya sebagai dasar riset ilmiah untuk membangun kapasitas reaktor nuklir yang jauh lebih besar, yaitu 20000 megawatt dibawah kepemimpinan Syah Reza Pahlevi.
24
www.wikepedia.the free enxiclopedi: history of nuclear Iran, Diakses tanggal 2 Januari 2009
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
Perkembangan teknologi nuklir Iran diawal –awal pengembangan membawa optimesme yang tinggi tentang keberhasilan proyek pengembangan nuklir Iran tersebut. Pada fase ini AS senantiasa selalu menjadi mitra yang baik bagi bagi Iran untuk bertukar pikiran mengenai pengembangan teknoligi nuklir yang sedang dikembangkan oleh Iran. 2.1.2 Dekade 70-an ( Pasca revolusi Islam) Pada tahun 1979 usaha Iran untuk terus mengembangkan reaktor nuklirnya harus jeda sesaat diakibatkan terjadinya kemelut politik didalam negeri yang mengakibatkan timbulnya revolusi islam Iran dibawak tokoh besar ulama iran imam Khoimeni. Akibat peristiwa tersebu Iran harus merugi sekitar 6 miliar dolar-ongkos yang sudah dibayar kepada perusahaan Jerman Siemens. Berhentinya kegiatan nuklir Iran ini disinyalir karena pengembangan nuklir Iran ( reaktor ) yang dilakukan pada masa syah terindikasi korupsi senilai 30 Miliar dolar. Selain itu AS dan eropa barat juga menarik dukungannya pada Iran untuk terus mengembangkan nuklir.Sejak saaat itu program pengembangan nuklir Iran berhenti total. Ketidak sukaan AS terhadap revolusi islam Iran membawa babk baru bagi hubungan kedua negara yang sebelumnya baik –baik saja namun pasca revolusi islam Iran AS memandang bahwa Iran adlah termasuk negara islam yang fundamentalis. 2.1.3 Dekade 90-an Sampai pada akhirnya, ditahun 1990-an Rusia dan Cina bersedia membantu untuk mengembangkankembali aktivitas riset nuklir Iran. Ditahun Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
yang sama rusia segera mengirimkan bebrapa bantuan tekhnis untuk pendirian fasilitas reaktor nuklir. Dan ditahun 1991 giliran cina mesdistribusikan 1.800 gram beberapa jenis uranium ke Teheran, dan selanjutnya dipakai untuk proses pengayaan bahan nuklir. Di tahun 1995,pertemuan antara Rusia dan Iran kembali digelar. Tujuannya untuk memantapkan kesepakatan ( deal) akhir mengenai proses penyempurnaan pembangunan reaktor nuklir milik Iran. Sedikitnnya lima institusi ( badan pengembangan teknologi
nuklir) termasuk Russian Federal Space
Agency membantu Tehran untuk mengembangkan melepaskan misil. 25 Saat itu , reaktor yang sudah berjalan beberapa tahun telah mampu memproduksi energi nuklir 1.000 megawatt. Sesuai rencana , kemampuan produkdi tersebut akan terus ditingkatkan ,hingga mencapai angka 6.000 megawaat. Serta diperkirakan akan selesai pada tahun 2020, dengan puncak produksi mencapai 23.000 megawatt, jumlah fantastis yang diharapkan dapat menutupi pasokan listrik Iran setiap tahunnya. Sebenarnya langkah gemilang Iran sangat ditentukan oleh teknologi pemisahan dan pengayaan uranium yang mereka miliki. Dimana mereka mamapu melakukan penyempurnaan atas fuel cycle nuklir secara laboratoris melalui 164 perangkat sentrifugal, yang kemudian mampu menghasilkan uranium hingga level 3,5 % level minimum yang harus diperoleh untuk menghasilkan satu tegangan listrik. Sentrifugasi tersebut, mensuplai sejumlah reaktor untuk riset dan reaktor
25
Stanislav Lunev. Through the Eyes of the Enemy: The Autobiography of Stanislav Lunev, Regnery Publishing, Inc., 1998. ISBN 0-89526-390-4, pages 19-22. Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
untuk tenaga di Mahathah, Posyar. Sedang untuk menghasilkan senjata atau bom nuklir. Iran harus memproduksi 235 uranium yang tersenfugasi dengan level 9 %, serta membutuhkan sedikitnya 1.500 perangkat sentrifugal. Saat ini Iran memiliki tiga rantai perangkat sentrifugal. Setiap rantainya terdiri dari 1 64 perangkat tipe B1. selain itu saat ini Iran telah memiliki 110 ton uranium fluoroid level ke-enam, yaitu bahan mentah bagi uranium yang dikembangkan untuk selanjutnya dituangkan kedalam perangkat sentrifugal, untuk memisahkan gas dari uranium hingga dihasilkan uranium
dengan level 3,5 %. Melalui proses sentrifugasi
yangmenggunakan 235 uranium hingga level 9 % keatas. Maka akan diperoleh bentuk logam sebagai bahan inti pembuatan bom nuklir. 26 Kemajuan nuklir Iran ini juga tak lepas dari banyaknya insinyur Iran yang belajar diliuar negeri khususnya ke Amerika dan Inggris. Dalam proses pengembangan nuklirnya kerjasama yang dijalinnya dengan institusi yang khusus mengani tentang nuklir juga berjalan dengan baik. Hal ini dapat dapat kita lihat di tahun 1992,dimana Iran memulai memasuki era baru pengembangan nuklir itu, IAEA, seperti yang diutarakan oleh Director General Blix melaporkan bahwa seluruh aktivitas nuklir yang telah diobservasi tidak membahayakan dan bertujuan damai. 27 Hingga tahun 2002, Iran tetap melakukan program mpengembangan nuklirnya dibawah pengawasan IAEA. Pada tahapan ini Amerika beserta
26
Itu artinya Iran hanya butuh 25 Kg bahan logam untuk membuat satu bom nuklir kecil , seperti yang dijatuhkan Amerika di Hiroshima, Jepang pada perang dunia ke-2
27
Atomic Team Reports on Iran Probe; No Weapons Research Found by Inspectors - The Washington Post - HighBeam Research" (2008). Retrieved on 2008-02-24. Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
sekutunya semakin gerah melihat program pengembangan nuklir Iran. Hingga menimbulkan sengit.
2.2 Kontroversi Nuklir Iran Nuklir Iran menjadi isu global dan Perbincangan hangat diawal dekade tahun 2000-an . Proses pengembangan teknologi yang mulanya mendapat restu dari masyarakat internasional mulai diusik dengan isu dapat mengancam peradaban dan nilai-nilai perdamaian dunia. Walaupun pihak Teheran sendiri sudah berkali-kali mengatakan bahwa proyek pengembangan nuklirnya adalah murni bertujuan untuk damai, memasok energi bagi keperluan indusrtri dan listirk dalam negeri. 28 Masyarakat dunia dalam hal ini AS dan negera-negara eropa, khusunya eropa barat berkali-kali mendesak Iran untuk segera mengehentikan kegiatan pengayaan Uranium untuk keperluan teknologi nuklirnya. Meski mendapat kecaman dari Amerika dan para sekutunya namun keinginan Iran untuk mengembangkan teknologi nuklirnya tidak bisa dibendung Kecaman Amerika dan kroni-kroni-nya atas nuklir yang dikembangkan Iran tidak membuat Iran gentar sambil meyakinkan dunia bahwa nuklir Iran dimaksudkan untuk tujuan damai dan kemajuan bangsa Iran, bukan untuk dikembangkan menjadi senjata pemusnah massal seperti yang digembar-gemborkan Amerika
28
Lihat misalnya pernyataan Mustafa Abdurrahman, dalam kolom kompas 7 April 2007, dalam forum internasional Ahmadinejad berkali-kali mengaskan bahwa pengembangan nuklir Iran murni bertujuan damai termasuk saat pertemuan dengan majelis umum perserikatan bangsa-bangsa, lihat juga Pernyataan Ahmadinejad tentang nuklir Iran, Hollocoust, Israel dalam Ahmadinejad,2008, Ahmadinejad menggugat, republik islam Iran mematahkanarogansi Israel dan Amerika, Jakarta: Zahra. Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
kepada masyarakat dunia. Menurut Ahmadinejad, nuklir adalah teknologi prestisius yang dapat membawa bangsa Iran melesat menjadi bangsa yang maju, karena apabila Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir nya tersebut berkembang, maka anggaran subsidi listrik nasional dapat dikurangi secara drastis yang berarti dalam jangka panjang Iran akan menjadi Negara yang mandiri disemua bidang. Dan dalam jangka pendeknya, devisa Negara yang sangat besar akan masuk ke dalam kas Negara Iran seiring meningkatnya harga gas dan minyak dunia, dan itu berarti kemakmuran akan segera datang menghampiri bangsa Iran. Salah satu alasan di ataslah yang membuat Ahmadinejad (Iran) menolak segala bentuk usaha-usaha perundingan damai yang ditawarkan oleh negaranegara eropa (seperti Perancis, Inggris dan Jerman), yang pada intinya tetap menuntut Iran untuk menghentikan Program pengembangan nuklirnya. Dan seperti layaknya sebuah sinetron, Amerika selalu menyutradarai ketiga pemeran utama atas opsi damai dari pihak eropa tersebut. Begitu pula Israel (yang notabene juga sudah mengebangkan nuklir sejak 1952), 29 juga turut ambil bagian dalam setiap usaha menjegal nuklir Iran. Dan kesemuanya hanya dijawab dengan gelengan jari telunjuk yang teracung dari Ahmadinejad. 30 Sikap ngotot Iran ini menjadikan isu nuklir Iran mengelunding seperti bola salju yang semakin besar hingga akhirnya isu nuklir Iran menjadi bahasan hangat di forum-forum internasional. Amerika secara tanggap membawa isu ini kedewan 29
Seperti yang dilansir oleh mantan presiden AS Jimmy Carter di di sebuah jumpa pers dalam festival sastra di Wales, Inggris, Hay Festival 30
Menurut laporan IAEA, no evidence bahwa Iran mengembangkan teknologi nuklir untuk keperluan perang, dan juga tidak terbukti Iranmemiliki teknologi nuklir yang tersembunyi.lihat laporan IAEA per 10 November 2003. implementation of the safeguards agreement in the islamic republic of Iran,IAEA 10 November 2003,www.iaea.org/publications/documents/board/200375.pdf.
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
keamanan PBB ( security council of united nations) sebagai isu keamanan dunia atau dunia sedang dalam ancaman. Situasi ini semakin diperparah karena Iran tidak mau bekerjasama lagi dengan IAEA, karena Iran merasa bahwa IAEA berpotensi membawa isu nuklir Iran menjadi agenda untuk membawa permasalahan nuklir Iran ke DK PBB. maka Parlemen Iran mengeluarkan kebijakan untuk tidak mengizinkan IAEA untuk melakukan inspeksi ataupun pemeriksaan di Iran. Kebijakan tersebut disetujui mayoritas hampir dari seluruh anggota Parlemen Iran, di mana dari 197 suara 183 diantaranya mendukung pemberlakuan kebijakan tersebut. Sementara Amerika mengklaim bahwa program pengayaan uranium Iran adalah untuk memproduksi bom atom, namun Iran menyangkal dengan tegas hal tersebut dan menyatakan bahwa program tersebut digunakan untuk pengembangan tenaga listrik. Iran juga menyatakan bahwa seandainya negara mereka diserang, maka mereka pun tidak segan untuk melakukan penyerangan balik yang sepatutnya. Dikarenakan kondisi yang demikian, maka Cina dan Rusia tidaklah setuju dengan rencana dari Amerika Serikat dan mereka menginginkan adanya solusi diplomatik dan politik terhadap krisisberkepanjangan ini. 31 2.3 Nuklir Iran di DK-PBB Pada tanggal 25 Februari 2005, Presiden Amerika Serikat, George W. Bush memberikan pernyataan bahwa baik Amerika maupun Eropa keduanya telah sepakat program pengayaan uranium Iran haruslah sesegera mungkin dihentikan. Menanggapi hal tersebut, tanpa merasa tertekan oleh Amerika, Iran menyatakan
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
bahwa mereka mempunyai hak untuk menggunakan energi nuklir untuk tujuan damai. Hal tersebut dinyatakan oleh Presiden Iran, Mahmood Ahmadinejad dihadapan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (General Assembly of the United Nations). Bahkan pada kesempatan itu pula Iran menjuluki Amerika sebagai agresor dan menuding Amerika telah membelah dunia terbagi menjadi “negara baik dan jahat”. Sebulan berikutnya, tepatnya pada tanggal 24 Septemeber 2005, IAEA mengeluarkan resolusi bahwa isyu Iran akan dipercayakan kepada Dewan Keamanan. Resolusi ini dikeluarkan dan disetujui melalui 22 suara, sedangkan suara tidak setuju hanyalah satu suara dan sisanya sebanyak 12 negara memberikan suara abstain. Keluarnya resolusi ini ternyata juga telah menjadi saksi mata adanya pembagian antara negara-negara berkembang dan negaranegara maju. Berbagai negara, terutama Rusia, Cina, dan Afrika Selatan, tidak setuju dengan metode yang diinginkan oleh Amerika Serikat untuk menyelesaikan krisis Iran. Dalam hal ini, India adalah satu di antara banyak negara yang berhasil ditekan oleh Amerika sehingga memberikan suara untuk resolusi tersebut. Sedangkan Rusia dan Cina tidak memberikan suara untuk resolusi tersebut dan abstain dari pemungutan suara. Kelima negara anggota tetap PBB – Amerika, Inggris, Perancis, Rusia dan Cina – akhirnya melakukan pertemuan darurat pada tanggal 16 Januari 2006 dan hasil pertemuan tersebut meminta agar Iran dapat meyakinkan dunia bahwa
31
www.google.com//Muhammad faiz,krisis nuklir Iran dalam tinjauan hukum, diakses tanggal 20
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
program pengayaan uranium yang dikembangkannya itu benar-benar ditujukan untuk tujuan yang damai. Meskipun demikian, di dalam pertemuan tersebut, Uni Eropa tetap memberikan rekomendasi kepada PBB bahwa krisis Iran ini sebaiknya dipercayakan kepada Dewan Keamanan. Hal tersebut dilatarbelakangi dari inisiatif Inggris, Perancis dan Jerman yang menggelar pertemuan dan menyimpulkan bahwa krisis Iran telah sampai pada kata akhir. Oleh karenanya, Uni Eropa meminta ke-36 negara anggotanya untuk melaksanakan pertemuan darurat. Pertemuan IAEA mengenai isyu Iran yang seyogyanya diselenggarakan pada tanggal 3 Februari 2006 ditunda hingga hari berikutnya. Ketika pada hari tersebut, yaitu 4 Februari 2006, IAEA memutuskan untuk menyerahkan Krisis Nuklir Iran kepada Dewan Keamanan. Dua puluh tujuh negara, memberikan suaranya terhadap resolusi yang pada intinya menyatakan untuk menyerahkan isyu Iran kepada Dewan Keamanan. Tiga negara, yaitu Kuba, Syiria, dan Venezuela, memberikan suara untuk menolak resolusi tersebut. Sedangkan Indonesia, Algeria, Belarus, Libya dan South Africa memberikan suara abstain. Setelah keluarnya keputusan tersebut, Iran tetap bertahan pada pendiriannya dan menyatakan bahwa mereka tidak akan berkompromi terhadap program pengayaan uraniumnya dengan Amerika ataupun negara-negara barat lainnya. Pernyataan ini kemudian diulangi kembali oleh Presidan Iran pada tanggal 10 April 2006. Disela-sela pernyataan itu DK-PBB meminta Iran untuk menghentikan program pengembangan nuklirnya selama 30 hari dan memeinta Iran untuk kembali bekerjasama dengan IAEA,pernyataan DK itu dikeluarkan pada 5 April januari 2008
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
2006.Terhadap krisis ini, Iran sebenarnya telah menginginkan untuk melanjutkan perundingan mengenai konflik program nuklir tersebut, akan tetapi dengan syarat tanpa adanya pra-kondisi tertentu.32 Seiring dengan berjalannya waktu, pada awal bulan Juli 2006, kekuatan negara-negara barat dan Amerika kembali memutuskan untuk menggiatkan usaha-usaha untuk menghukum Iran melalui berbagai kemungkinan sanksi DK-PBB, kecuali Iran mau menghentikan program pengayaan uranium dan program nuklirnya hingga tanggal 12 Juli 2006. Negara-negara tersebut menawarkan paket bantuan kepada Teheran berupa teknologi maju dan termasuk dengan reaktor penelitian nuklir. DK akhirnya kembali mengeluarkan resolusi bertanggal 31 Juli 2006 yang memberikan jangka waktu satu bulan kepada Iran untuk memberhentikan pengayaannya atau siap untuk menerima resiko penjatuhan sanksi. Dengan sengaja Iran tidak mengindahkan pernyataan tersebut. Iran juga sama sekali tidak mempedulikan terhadap paket bantuan yang telah ditawarkan dan dengan berani secara berungkali menyatakan bahwa hal tersebut tidak akan menggangu program pengayaan uranium mereka di mana program tersebut dipergunakan untuk stasiun tenaga nuklir dan memproduksi energi listrik. Hangatnya perbincangan dunia tentang nuklir Iran tidak semata menghadapkan Iran an-sich dengan Negara-negara maju seperti AS, Cina, Rusia, Inggris . tetapi lebih dari itu isu ini juga menjalar pada isu internasional seperti ketergantungan ( depedensi), serta isu klasik tentang Negara maju dan Negara berkembang. Hal ini dapat dilihat dari Peristiwa terakhir terkait dengan krisis ini
32
lihat pernyataan Qolam Ali Hadad Adel, juru bicara parlemen Iran.dalam CNN,2006 Bush: Iran’s defiance will bring concecuences Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
yaitu terjadi pada tanggal 16 November 2006, lebih dari 50 kepala negara dan pemimpin dari hampir 100 negara ketiga di dunia, termasuk Iran dan Venezuela, menolak penyebutan dan pelabelan “axis of evil” oleh Amerika Serikat dan kesemuanya memberikan dukungan penuh bagi Teheran atas haknya menerapkan teknologi nuklir untuk tujuan damai. Hal tersebut dilakukan dalam pertemuan Non-Aligned Movement di Havana pada tanggal 14 September 2006. Musuh terbesar Amerika dari komunis yaitu Kuba hingga Korea Utara meminta kepada negara-negara berkembang di waktu yang sama itu untuk menentang dominasi Amerika Serikat melalui peninjuan terhadap Non-Aligned Movement. Dukungan yang terus mengalir dari Negara-negara berkembang lainnya menjadikan Iran setidaknya menjadi tambah yakin dan instiqomah untuk terus mengembangkan teknologi nuklirnya. Walau dunia dalam hal ini DK-PBB terus memberikan resolusi serta tawaran berupa bantuan ekonomi dan insentif lainnya. Namun Iran tetap tak bergeming
bahkan
dalam
suatu
kesempatan
Presiden
Iran
Mahmoud
Ahmadinejad, menegaskan bahwa Iran tidak mundur selangkahpun untuk mengembangkan teknologi nuklirnya. Selain itu di kesempatan lain, jebolan doktor di bidang bangunan , rekonstruksi tata kota itu mengeaskan bila pihak yang tidak senang dengan Iran, terlebih Amerika sekalipun yang pada akhirnya mengambil opsi untuk menyerang Iran, maka Ia menegaskan bahwa Iran akan melawannya. Dan menjadikan pertempuran ini akan sangat berat bagi Amerika dan para sekutunya itu.
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
Bahkan pada fase—fase ketegangan kedua negara ini Amerika tiada hentinya menarik simpati dari warga dunia khusunya Timur tengah untuk berpartisipasi dalam melakukan invasi terhadap Iran. Termasuk juga dengan Inggris sebagai salah satu sekutu terdekat AS. Dalam suatu kesempatan presiden George.W Bush menegaskan keperihatinan ketika terjadi peristiwa penyanderaan 15 personel angkatan laut Inggris oleh oleh Garda Revolusi Iran di Shatt al-Arab (23 Maret 2007) Berikaitan dengan krisis UK( united kingdom) -Iran Bush menyatakan: “The British hostages issue is a serious issue because the Iranians took these people out of Iraqi waters, and it's inexcusable behaviour (isu sandera warga Inggris merupakan hal yang serius karena Iran menangkap mereka di perairan Irak, dan itu merupakan tindakan yang tak bisa dimaafkan) Dalam kesempatan itu Bush memanfaatkan situasi tersebut untuk mengajak UK(united kingdom) bersama-sama mengempur Iran. Dimana Bush emang berambisi kuat untuk menguasai Iran sebelum ia turun tahta 2009 nanti. Selain karena faktor minyak, sebagaimana ditulis Scott Ritter dalam bukunya, Target Iran: The Truth about the US Government's Plan for Regime Change (2007), juga lantaran kuatnya tekanan lobi Israel di AS. 2.4 Resolusi DK PBB untuk Iran Dalam menanggapi isu Iran yang tak kunjung usai DK-PBB melalui ototitasnya sebagai penjaga perdamaian dunia memberikan resolusi kepada Iran terkait dengan program penyaan Uranium untuk keperluan nuklirnya. Walau Iran Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
berdalih untuk tujuan damai namun DK-PBB selama rentang waktu 2006 -2008 telah mengeluarkan 4 resolusi kepada Iran. Resolusi tersebut yaitu: No
Resolusi
Tahun
Substansi
1
1696
2006
Penghentian aktivitas pengembangan nuklir dan saknsi atau embargo ekonomi
2
1737
2006
Pelarangan izin bepergian bagi warga Iran, tidak
membantu
Iran,pembatasan
bagi
program
nuklir
orang-orang
yang
berusaha memperoleh alat,bahan-bahan dan teknologi yang dilarang 3
1747
2007
Larangan
bepergian,pembekuan
asset-aset
berharga Iran dan adanya sanksi bagi mereka yangterlibat langsung dalam mengembangkan teknologi nuklir Iran 4
1803
2008
Iran harus menghentikan kegiatan pengayaan Uraniumnya serta riset-riset tentang Uranium
( Diolah dari berbagai sumber ) Berturut-turut sejak diangkatnya isu nuklir Iran di DK-PBB. Seejak tahun 2006 berturut sampai tahun 2008 kemarin. DK-PBB memberikan ancaman dan
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
sanksi tegas bagi Iran untuk mengurungkan niatnya mengembangkan teknoligi nuklir dimasa-masa yang akan datang. Sampai tahun 2008 kemarin tidak ada resolusi yang dikeluarkan oleh DKPBB. Namun ketegangan antara DK-PBB dengan Iran tidak berhenti dan mungkin masih menunggu perkembangan selanjutnya. Namun sampai saat ini Iran tetap berpegang teguh pada pendiriannya untuk mengembangan tekonologi nuklir yang bertujuan damai. Sebagai hak yang dimiliki oleh Negara-negara NPT.
BAB III PERAN INDONESIA DI PBB Perserikatan bangsa-bangsa
( united nations ) sebagai sebuah istilah
pertama kali digunakan tanggal 1 januari 1942, yang disulkan oleh presiden Amerika F.D Roosevelt 33 pada saat itu, sebanyak 26 negara yang berkumpul di Washington menakan dirinya PBB dengan mengeluarkan suatu deklarasi34 yang didasarkan pada pokok-pokok dasar piagam Atlantik. Secara eksplisit PBB tanggal 1 januari 1942 adalah PBB untuk perang (for war) dan bukan PBB dari tahun 1945 yaitu PBB utuk perdamaian ( for peace ).
33
Roeslan Abdul Gani,1972, 25 Tahun Indonesia dan PBB, Jakarta: Gunung Agung., Hal. 23 Negara –negara yang menandatangi deklarasi dua dari amerika utara yaitu AS dan Kanada, sembilan dari Amerika tengah dan selatan, 10 dari Eropa barat dan Timur dua dari Benua Australia dan satu dari Afrika 34
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
PBB tahun 1942 digunakan sebagai koalisi dimasa perang yaitu dimana kekuatan demokrasi dan sosialisme sedang berhadapan dengan kekuatan Fasisme Jerman, Itali serta militerisme Jepang. 35 Namun pasca berakhirnya perang dingin ( cold war ), PBB mengalami perubahan tidak saja berorientasi kepada aspek kemanan semata namun lebih dari itu isu-isu seperti HAM, Ekonomi, budaya dan sebagainya mulai mendapat perhatian khusus walaupunmemang mesalah keamanan ( security) dan penjagaan perdamaian ( peacefull keeping) tetap menjadi agenda utama Keterlibatan Indonesia di PBB dimulai pertama kali pada masa presiden Soekarno dimana pada saat itu Indonesia berupaya melakukan berbagai diplomasi untuk mencari dukungan terhadap kemerdekaan yangbaru diperolehnya. Selain mencari dukungan Indoensia juga turut berpartisipasi aktif dalam menjaga perdamaian dunia. Salah
satu
wujud
kepedualian
Indonesia
tersebut
terlihat
pada
partisipasinya dalam lembaga dewan kemanan PBB ( security council of UN ). Tercatat sebanyak tiga kali Indonesia menempati diri sebagai anggota tidak tetap DK-PBB yaitu tahun 1974-1975, 1995-1996 dan 2006-2008. Secara khusus bab ini akan membahas tentang keterlibatan Indonesia di PBB khusunya dalam kapasitasnya menjadi anggota tidak tetap DK PBB 3.1 Awal Mula Indonesia di PBB
35
Ibid., Hal. 24. lihat juga Thomas G Weiss Dkk,1997,second editiond,The UN and Chaning World Politics,United states: West View Press., Hal. 1 Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan tanggal 17 agustus 1945 adalah sebuah momentum baru bagi Indonesia untuk menjalani kehidupansebagai sebuah bangsa yangberdaulat. Dalam masa diawal kemerdekaan tersebut Sering terjadi perseteruan antara Indonesia dan Belanda, isu tersebut dibawa kedalam siding-sidang
di
Perserikatan
Bangsa-Bangsa.
Disaat
Indonesia
sedang
memepertahankan kemerdekaannya disitulah PBB melakukan sidang-sidang darurat terkait dengan kasus Indonesia tersebut. Tepatnya pada tanggal 21 januari 1946 saat republic sosialis Ukraina mengajukan soal Indonesia kemuka DK-PBB yang bersidang di London. Ukraina mengungkapkan dengan menulis surat pada DK-PBB bahwa tentara Inggris di Indonesia dengan menggunakan tentara jepang sdang menindas gerakan rakyat Indonesia, yang dianggab sebagai sebuah “ threat to the maintenance of international peace and security”. 36 Usul Ukraina ini dibicarakan dalam DK selama satu minggu dan tidak menghasilkan apapun. RI belum dapat mengirimkan wakilnya namun demikian perjuangan Indonesia melawan kolonialiesme Belanda telah menarik perhatian dunia internasional. Malahan masalah Indonesia telah menjadi
A full-blown
international dispute. Dari fakta sejarah dapat dilihat bahwa sebelum Indonesia masuk secara resmi menjadi anggota PBB permasalahan yang menyangkut tentang Indonesia sudah lebih dlu menjadi agenda perbincangan hangat di DK-PBB.
36
Ibid., Hal. 10
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
Roeslan Abdul Gani ( 1972 ) 37 menyebut bahwa ada lima hal yang terjalin secara khusus
antara Indonesia dan PBB diawal-awal proses kemerdekaan
Indonesia menuju keanngotaanya di PBB: 1. Pertempuran pertempuran di Indonesia pada akhir tahun 1945 merupakan salah satu dari agenda dalam sidang pertama di DK-PBB tahun 1946 di London. Dengan demikian Indonesia merupakan satu test dan kesempatan untuk memperkembangan penafsiran piagam PBB serta tata tertibnya. 2. Aksi militer Belanda yang pertama pada bulan juli 1947 serta perang gerilya Indonesia untuk mempertahankan diri terhadap agresi militer Belanda menyebabkanuntuk pertama kalinya dalam sejarah PBB menggunakan pasal 39 dari bab ke-VII piagam PBB. Demikian juga bahwa RI yang dalamperjanjian linggarjati diakui secara defacto oleh Belanda dapat duindang ke meja siding DK _PBB sekalipun Indonesia belummenjadi anggota PBB. 3. Prakarsa Indonesia untuk mengadakan konferensi Asia-Afrika di Bandung yang para persertanya lebih luas dari apda kelompok Asia-Afrika dalam PBB merupakan salah satu pendobrakan dalam kemacetan antara Negaranegara besar dalam DK –PBB yang saling haling menghalangi masuknya calon anggota baru dalam forum PBB. Pendobrakan ini mengakibatkan pula suatu pergeseran otoritas dalam organisasi intern PBB yaitu bahwa sejak tahun 1955-1956 titik berat otoritas intern PBB yang sejak tahun
37
Ibid.,Hal 20-22
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
1948-1949 bergeser dari DK-PBB kea rah Majelis umum ( general assembly ), bergeser ke sekretaris jendral PBB. 4. Keluarnya Indonesia pada permulaan tahun 1965 dari PBB dan kemudian masuknya kembali pada bulan September 1966 merupakan suatu tindakan yang untuk pertama kalinya terjadi sepanjang sejarah usia PBB. 5. Penyelesain sengketa antara Indonesia-Belanda tentang Irian Barat melalui suatu perjanjian bilateral dengan menggunakan PBB sebagai pengayoman adalah sutu peace keeping operation yang unik khas dan khusus. Awal mula kertelibatan Indonesia menjadi Anggota resmi PBB dimulai tahun 1950. dengan mempertimbangkan eksistensi Indonesia saat itu khususnya untuk terlepas dari cengkraman kolonialisme.
3.1.1 Indonesia Keluar dari PBB Tanggal 20 januari 1965 , wakil perdana mentri dan mentri luar negeri Indonesia, Subandrio mengirim surat lepada sekretaris jendral PBB. Yang menyatakan bahwa Indonesia merasa keberatan atas ditermanya Malaysia menjadi anggota tidak tetap DK-PBB. Yang dainggap sebagai sebuah ejekan bagi DK PBB mengingat sesuai pasal 23 piagam bahwa pemilihan anggota tidak tetap DK-PBB
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
didasarkan atas pentingnya dan sumbagsihnya terhadap pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. 38 Sejak saat itu Indonesia mengehntinakn kegiatannya di PBB. Dan selanjutnya dalamsejarah Soekarno melakukan propaganda konforntasi terhadap Malaysia yang dianggabnya sebagai boneka dari Inggris 1.1.3 Masuk kembali ke PBB Pergantian kekuasaan di dalam intern pemerintahan Indonesia merubah haluan politik dari konfrontasi ke kooperasi, dimana Soeharto mengembalikan Indonesia ke lembaga internasional tersebut. Perubahan gaya pandangan serta prinsip politik Indonesia dari Hard profile ke low profile dengan mengutamakan kepada perbaikan citra diri dan pembanguna ekonomi Indonesia yang terpuruk dashyat di masa Soekarno. Memaksa Soeharto untuk kembali membangun hubungan yang baik dengan lembaga-lembaga internasional termasuk PBB. 39 Kembalinya Indonesia ke PBB menimbulkan pro dan kontra diantara anggota ( member ) yang lain misalnya dari Inggris dan Itali. Inggris pada tanggal 8 maret 1965 menyatakan antara lain bahwa alas an Indonesia untuk menarik diri dari keanggotaannya kerana pemilihan suatu Negara anggota tidak tetap DK – PBB Malaysia tidak memenuhi ketentuan pasal 23 merupakan anggapan yang sepihak dan bukan karena adanya suatu kedaan yang luar biasa ( exceptional circumstances )yang benar-benar dapat mendasari penarikan diri tersebut.
38
Sumaryo suryo kusomo,1987,Organisasi Internasional,Jakarta: UI Press., Hal.109 Lihat Tri Nuke Pudjiastuti dalam Politik Luar negeri Indonesia Di tengah Pusaran Domestik,2008, jakarta: Pustaka Pelajar 39
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
Hingga saat ini memang kasus tersebut meerupakan pengalaman sejarah yang tertulis dalam setiap derap langkah politik internasional Indonesia. Adapun sikap politik Indonesia pada saat itu tidak lebih untuk memperbaiki hubungan Indonesia dengan masyarakat internasional khususnya PBB dalam memperbaiki citra Indonesia yang sempat tercoreng pada masa pemerintahan presiden Soekarno. 3.2 Indonesia dan DK PBB 3..2.1 Keanggotaan Indonesia di DK PBB Keterlibatan strategis Indonesia di DK PBB dimulai pertama kali pada tahun 1974-1975. selanjutnya Indonesia kembali dipercaya menjadi anggota tidak tetap DK PBB pada periode 1995-1996. dan terakhir diamanahi tugas sebagai anggota tidak tetap DK PBB pada perriode 2006-2008. Masing-masing periode tersebut memiliki tingkat tantangan yang berbedabeda dalam lingkup system politik internasional serta kejadian-kejadianpada masanya.
3.2.2 Periode 1974-1975 Pada periode ini Indonesia mendapat kesempatan untuk membuktikan keiukutsrtaan dalam menjaga perdamaian dunia. Pada masa Orba ini kertelibatan Indonesia tidak bisa terlepas dari isu keamanan khususnya di Timur Tengah. Konflik Israel kontra negara-negara arab masih saja berlanjut di kedua bela pihak. Perbaikan citra Indonesia di kawasana Asua tenggra juga mejadi perhatian sentral Indonesia dalam periode ini khususnya mengakhiri kontroversinya dengan sesama negara Asean yaitu Malasya.
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
3.2.3 Periode 1995-1996 Pada periode ini keterlibatan Indonesia di DK PBB bertepatan dengan berakhirnya perang dingin ( cold war ) yang sedikit banyaknya mempengaruhi peta system politik internasional. Termasuk berpangaruh pada percaturan di PBB sendiri. 40 namun pada periode ini keterlibatan Indonesia lebih banyak diarahkan pada penyeleseaian sengketa di berbagai kawasan dunia. 41 Kawasan-kawasan seeprti Asia, Eropa Amerika terus bergolak dan memerlukan penaganan khusus. Peristuwa –peristiwa yang nenjadi bahan diskusi antara Indonesia dengan Negara-negara lain di DK PBB meliputi permasalahan Afganisthan tentang perang antar kelompok, serta konflik antara Israel dan Libanon didataran tinggi goland. Selain itu konstelasi politik antara dua Negara bertetangga lainnya di timur tengah antara Irak dan Kuwait. Secara umum memang permasalahan di Timur Tengah menjadi fokus diplomasi Indonesia di DK PBB. Keterlibatan Indonesia di DK PBB di periode merupakan kertrelibatan Indonesia pada masa pemerintahan Soeharto atau orde baru.
3.2.4 Periode 2006-2008 Mulai 1 Januari 2007, sebagai anggota Dewan Keamanan PBB selama dua tahun, Indonesia diberi kehormatan bersama-sama dengan lima negara besar (AS, Inggris, Prancis, China, Rusia) dan sembilan negara lain untuk memutuskan
40
Lihat Thomas G Weiss Dkk,1997,second editiond,The UN and Chaning World Politics,United states: West View Press 41 Lebih jelasnya lihat Indonesia and the UN Security Council,1997: The Permanent Mission of The Republic of Indonesia to UN Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
upaya-upaya mengatasi setiap konflik besar yang mengundang perhatian internasional. Indonesia berhasil terpilih sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB pada pemilihan yang dilakukan Majelis Umum PBB melalui pemungutan suara, dengan perolehan 158 suara dukungan dari keseluruhan 192 negara anggota yang memiliki hak pilih. Wajar bila delegasi RI untuk PBB yang dipimpin Duta Besar Rezlan Ishar Jenie bergembira mendapat ucapan selamat dari para kolega di ruang sidang Majelis Umum. Ini merupakan kali ketiga Indonesia ditunjuk sebagai anggota Dewan Keamanan PBB setelah periode 1974-1975 dan 19951996. Terpihnya Indonesia menjadi anggota tidak tetap PBB untuk kali ketiga merupakan prestasi tersendiri disaat Indonesia baru saja mulai bangkit dari ketrpurukan dari krisis ekonomi. Kepercayaan dunia internmasional kepada Indoenesia un tuk mengemban amanah sebagai anggota tidak tetap DK PBB merupakan pembuktian bagi Indonesia untuk mengamalkan sikap politik luar negerinya yang bebas aktif dalam memasuki abab
ke-21. seperti yang telah
dikemukakan bahwa pasca perang dingin maka konstelasi perpolitikan global masih tetap di warnai dengan kengerian atas tragedi perang nuklir serta berkembangnya teknologi nuklir di masa-masa yang akan dating. Termasuk dalam kategori mengkwatrikan adalah teknologiu nuklir korea utara dan nuklir Iran. Untuk isu nukir Iran selama rentang waktu 2006-2008 DK PBB telah mengeluarkan resolusi khusus yang berkait dengan nuklir Iran tersebut. Keterlibatan Indonesia dalam menggodok isi serta sanksi yang akandikenakan kepada Iran merupakan agnda wajib yang harus dikuti Indonesia. Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
Disinilah kiprah diplomasi serta perubahan politik luar negeri Indonesia di pertaruhkan demi mencapai kepentingan nasional serta tujuan nasional.
BAB IV POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP KRISIS NUKLIR IRAN di DK PBB
Dinamika konstelasi internasional di dawarsa 2000-an sulit dilepaskan dari kontroversi tentang nuklir Iran. 42 sangking panasnya dinamika seputar nuklir Iran
42
Lihat Bab II Sejarah Teknologi Nuklir Iran
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
yang membawa kegoncangan pihak Eropa dan Amerika menjadikan krisis nuklir Iran bak bola salju mengelinding semakin besar dan berlabuh di meja peundingan DK-PBB. Perlu atau tidaknya dihentikan plus pemberian sanksi baik ekonomi, teknologi
,pembatasan
mengupayakan
ruang
gerak
disediakan
sebagai
senjata
untuk
agar Iran menerima dengan ikhlas memberhentikan kegiatan
nuklirnya itu. Tarik ulur kepentingan masing-masing anggota di DK PBB mewarnai jalannya perundingan dalam proses menghasilkan resolusi bagi Iran berikut sanksinya. Termasuk Indonesia sebagai salah satu anggota tidak tetap DK PBB pada periode 2007-2008. dalam proses diplomasinya politik luar negri RI banyak dipengaruhi baik oleh faktor-faktor demostik maupun faktor internasional. 43 Perjuangan serta bentuk politk luar negeri RI dapat tergambar dari lobilobi yang terjadi di DK PBB dalam menelorkan resolusi bagi Iran tercatat 2 resolusi dihasilkan oleh DK PBB selama keanggotaan Indonesia selama kurun waktu dua tahun tersebut yaitu resolusi 1747 ( 2007 ), dan 1803 ( 2008 ). Pada bab ini akan dianalisis tentang politik luar negeri Indonesia ( Polugri) dalam kapasitasnya sebagai anggota tidak tetap DK PBB berkaitan dengan kontroversi nuklir Iran. Selain itu akan dipaparkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi politik luar negeri Indonesia dalam kaitannya dengan penanganan krisis nuklir Iran di DK PBB. Namun sebelumnya akan terlebih dahulu dibahas tentang hubungan bilateral Indonesia dan Iran yang telah terjalin sejak lama
43
faktor domestik adalah yang berasal dari dalam negeri sedang faktor internasional berasala dari lingkungan internasional. Penglklasifikasian ini agar lebih mudah untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi politik luar negeri Indoenesia terhadap nuklir Iran.
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
4.1 Hubungan RI-Iran secara umum Secara historis hubungan Indonesia dengan negara-negara dikawasan timur tengah ( middle east ) sebenarnya sudah terjalin sejak awal-awal kemerdekaan di tahun 1945 dimana saat itu Mesir sebagai salah satu negara arab menjadi negara pertama yang menyatakan pengakuan terhadap kemerdekaan Indonesia secara de facto dan de jure. Selain itu juga pada awal abad ke -20 sudah terjalin hubungan antara masyarakat Mesir dan Indonesia dalam bentuk hubungan religio kultural khususnya agama islam dan pendidikan. Salah satu faktor
yang
mempengaruhi
munculnya
gerakan
pembaharuan
islam
Muhammadiyah adlah gerakan pembaharuan islam yang dipelopori oleh Jamaluddin Al afghani dan Muhammad Abduh di Mesir. 44 Lebih dari itu memang hubungan masyarakat Indonesia dan masyarakat Arab khususnya yang berasal dari Hadramaut ( Yaman ), telah terjalin sejak masuknya agama islam ke Indonesia yaitu sekitar abad ke 10 dana abad ke 13 45yang sudah masuk secara besar-besaran ke Indonesia. 46 Jika dilihat lebih jauh keterikatan antara Indonesia dengan negara-negara Arab atau timur tengah ( Middle East ), umumnya dikenal dalam kaitannya dengan aspek agama ( islam ) dan masalah Palestina. Sampai saat ini pemerintah RI terus mendukung bangsa Palestina untuk mendapatkankembali tanah airnya yang dirampas oleh Israel. 47
44
Riza sihbudi,1997, Indonesia Timur Tengah : Masalah dan Prospek, Jakarta: Gema Insani Press., Hal. 17 45 M C Ricklefs,1981, A History of Modern Indonesia, London: The Macmillan Press., Hal.3. 46 Karel A. Steenbrink,1984, Beberapa Aspek tentang Islam di Indonesia Abad ke 19, Jakarta: Bulan Bintang., Hal.4. 47 Op.Cit., Hal 33 Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
Namun memang secara tradisional hubungan antara Indoenesia dengan negara-negara timur tengah terjalin berabad-abad lamanya namun hingga saat ii belum terdapat suatu bentuk hubungan yang melembaga. Dukungan Indonesia terhadap Palestina misalnya masih sebatas pernyataan –pernyataan politik dan sumbangan logistik semata. Hal ini memang terasa kontras jika dibandingkan dengan indonesia dengan negara-negara di kawasan Asia-Pasifik dan masyarakau Uni Eropa ( EU ). Dengan negara-negara tersebut Indonesia memiliki hubungan yang melembaga, misalnya dalam bentuk pertemuan tingkat mentri ” ASEAN-Mitra Dialog” dalam forum ini Indonesia memiliki kesempatan untuk merundingkan berbagai masalah politik dan ekonomi dengan Jepang, Korea Selatan,Australia , Selandia Baru,Amerika, dan kedua belas negara eropa yang tergabung dalam EU. Begitu juga dengan Iran sebagai slah satu negara timur tengah dan penghasil minyak bumi terbesar kedua setelah Arab Saudi. Secara umum Riza Sihbudi mengklasifikasikan fase terkait hubungan RI-Iran pasca revolusi islam Iran ( 1979 ), fase pertama ( 1979-1988), Indonesia bisa dikatakan berusaha menjaga jarak dengan Iran hal ini diakibatkan karena dua faktor yaitu: pertama, adanya kekhawatiran terhadap pengaruh revolusi Iran dikalangan masyarakat Indonesia. Pada saat itu memang tidak bisa dipungkiri revolusi islam Iran membangkitkan kekaguman dikalangan sebagaian anakmuda Indonesia. Kedua berkaitan dengan sikap Indonesia terhadap perang Irak-Iran dan konflik Arab Saudi-Iran. Sebagai pihak yang bersikap netral dalam perang IrakIran ( 1980-1988 ), Indonesia tampak berusaha menjaga jarak baik dengan Iran maupun dengan Irak saat itu juga hal yang sama dilakukan guna memelihara Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
hubungan baik dengan Indonesia-Aran Saudi. Pada waktu jakarta bahkan hampir cendrung memihak Arab Saudi ketika konflik Riyadh-Teheran semakin memuncak terutama pasca tragedi Mekah (1987 ). Fase kedua ( 1989-1991) bisa disebut sebagai masa transisi dalam hubungan ekonomi dan politik kedua negara sebagai masa transisi dimana mulai terjadi peningkatan arah yang arah yang lebih positif. Perubahan sikap jakarta terhadap Teheran pada fase ini tidak terlepas dari terjadinyaperubahan politik di Iran sendiri. Berakhirnya perang Irak-Iran, serta wafatnya imam Khoimeni, dan naikny akaum moderat dibawah Rafsanjani revolusi
merupakan
faktor-faktor
yang
dan teredusirnya slogan ekspor mempengaruhi
terjadinya
arus
moderasibaik pada politik dalam maupun luar negeri Iran. Bila kita lihat membaiknya hubungan RI-Iran ditandai mulai intensnya kunjungan pejabat ataupun pengusaha Indonesia ke Iran dan sebaliknya. Misalnya pada juni 1990 atas undangan memperindag Iran Abbol Husein vahaji mengundang memperindag Ri Arifin Siregar untuk berkunjung Iran. Kendati kunjugan tersebut berrkaitan dengan misi erdagangan namun dampak politisnya terasa dengan semakin eratnya hubungan bilateral kedua negara. Pada september 1990, wakil presiden Iran yang juga kepala badan atom nasional Iran Dr Amrollahi berkunjungke Jakarta untuk menghadiri sebuah seminar tentang proyek nuklir di negara-negara berkembang. Pada bulanyang sama. Penasehat presiden Iran bidang internasional. Alireza Maoyeri juga datang ke Jakarta untuk meyampaikan pesan Rafsanjani pada Soeharto untuk berkunjung Ke Iran.
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
Dua bulan kemudian ( november 1990 ) Memperdag Iran , Vahaji datang ke Jakarta sebagai balasan atas kunjungan Meperdag RI ke Iran. Dalam kesempatan itu kedua Memperdag sepakat untuk memperpanjang MOU di bidang imbal beli ( counter trade ). Sementara itu selama tahun 1991. tercatat sejumlah mentri Indonesia yangberkunjung ke Iran diantaranya ialah H Harmoko ( mentri penerangan ), Ali Alatas ( Menlu ) Sudrajat Djiwandono ( Menmudperdag ). Sedang dari pihak Iran yang datang ke Jakarta , daintaranya adalah delegasi parlemen ( Majelis Syuro Islami) yang mengadakan pembicaraan dengan pimpinan DPR RI. 4.3. Polugri Terhadap Krisis Nuklir Iran 4.3.1 Secara Umum Secara umum pandangan RI , terkait polugri terhdap nuklir Iran adalah bersikap netral dan mendukung upaya Iran untuk mengembangkan teknologi nuklirnya yang bertujuan damai. Iran sebagai salah satu negara penandatangan NPT memiliki hak untuk mengembangkanteknologi nuklir untuk tujuan damai tersebut.
Sama
seperti
negara-negara
lain
yang
memiliki
hak
untuk
mengembangkanteknologi nuklir yang bertujuan untuk damai. Walaupun mendukung usaha pengembangan teknologi nuklir Iran, sikap kehatian- kehatian kerap diperlihatkan Indonesia dalam memberi pandangan terhadap nuklir Iran.
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
Dalam setiap kesempatan Indonesia selalu menempatkan nuklir Iran sebagai titik pandang dan konsentrasi Indonesia terhadap situasi global khususnya masalah keamanan ( security ) dan keamanan ( peace ). 48 Dalam hal ini presiden RI Soesilo Banbang Yudhoyono selalu menyerukan pentingnya dialog terkait dengan krisis nukli Iran. langkah-langkah penggunaan kekerasan ( using force ), dirasa belum tepat dilakukan mengingat nuklir Iran masih bisa diperbincangkan. 49 Dalam hal ini Indonesia menyadari bahwa politik yang keras ( hard power) tidak akan menyelesaikan masalaha justru hanya akan menambah masalah, terlebih konflik di timue tengah khususnya di Irak ataupun Palestina belum terselesaikan dengan sempurna. Walau begitu politik luar negeri Indonesia juga bukan berarti membati buta mendukung teknologi nuklir Iran tapi juga dilandaskan sikap rasionalitas misal berlandaskan pada informasi khusus ( IAEA ) dalam nuklir Iran. Seperti yang diungkap kan oleh Hasan Wirajuda menanggapi keikutsertaan Indonesia di DK PBB. Ketika laporan IAEA memastikan bahwa Iran tidak cukup bekerja sama dan tidak transparan pengembangan teknologi nuklirnya, mendukung resolusi (Resolusi 1737/2007). Tetapi ketika laporan IAEA menampilkan cukup bekerja sama dan lebih transparan, maka Indonesia memilih posisi abstain (1 dari 15 anggota) dalam menghasilkan Resolusi 1803 ( 2008 ).
48
Lihat Pernyataan Deplu RI, penyataan tahunan 2006,2007,2008. RI selalu memasukkan permaslahan nuklir Iran sebagai bagian dari haluan politik luar negeri Indonesia dalam kancah internasional 49 Berita sore, 16 Agustus 2007 Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
Dalam diplomasi di tataran organisasi internasional Indonesia senantiasa mengajak masyarakat dunia untuk mendialogkan permasalahan nuklir Iran sekaligus mendukung upaya pengembangan nuklir Iran untuk tujuan damai. 50 4.3.2 .3.2 Peran Indonesia di DK PBB Sebagai bagian atau elemen dalam majelis DK PBB peran aktif Indonesia juga diperlihatkan tatkala mengatasi persoalan krisis nuklr Iran yang memang sejak 2006 mejadi agenda pembahasan di DK PBB. 51 selama 3 tahun beruturutturut 2006-2008 isu nuklir Iran selalu menjadi perbincangan hangat dan mengemuka. Karena dianggap sebagai sebuah ancaman terhadap tatanan ketertiban dunia ( worl order ). Maka dalam hal ini DK PBB di rasa perlu mengambil sikap tegas terhadap Iran. Konsekuensinya Iran harus dijatuhi sanksi berupa resolusiresolusi yang bertujuan agar Iran bisa menghentikan kegiatan nuklirnya. Selama dekade 1 tahun tersebut ( 2007-2008 ), Indonesia turut terlibat dalam kapasitasnya sebagai anggota tidak tetap DK PBB untuk merancang resolusi bagi Iran yang sedikit banyaknya berkaitan dengan kepentingan serta peran yang dimainkan dalam perancangan ketiga resousi tersebut. 4.3.3 Polugri RI dan Resolusi 1747 Berkait dengan resolusi 1747 Indonesia mengambil pilihan (opsi) setuju dan mendukung sepenuhnya ide tersebut. PBB mengeluarkan Resolusi 1747 (24 Maret 2007) mengenai Iran yang didukung secara aklamasi oleh 15 negara anggota DK PBB, termasuk Indonesia. Sebelumnya, DK PBB mengeluarkan
50
Momen Konferensi OKI ( organisasi Konferensi Islam ), February 2007 di Kuala Lumpur, selain Indonesia turut mendukung juga Turkey, Algeria, Iraq. Lihat www.wikepedia.history nuclear Iran Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
Resolusi 1737 (23 Desember 2006) yang memberikan sanksi terbatas terhadap Iran, tetapi pada waktu itu Indonesia belum menjadi anggota DK PBB. Berkaitan dengan sikap Indonesia yang mendukung resolusi 1747 Menlu Hasan Wirajuda mengatakan bahwa Indonesia mendukung resolusi tersebut di keranakan reslusi 1747 lebih mendorong terwujudnya solusi damai bagi Iran yang memang sudah sejak lama diupayakan oleh Indonesia. Pihak Indonesia dan Iran selalu melakukan konsultasi sepanjang berlakunya resolusi tersebut di New york. Posisi Indonesia bukan berarti tidak menunjukkan solidaritas terhadap Negara-negara Arab ataupun Negara berkembang lainnya. Hasan menambahkan contoh sikap yang diambil oleh Qatar ( Negara arab) ataupun Afrika Selatan ( mantan ketua GNB ) yang menga,mbil opsi yang sama yaitu menyetujui draft resolusi 1747 tersebut.52 Disamping itu juga dialog antara P5+1 masih terus dipuayakan oleh Indonesia untuk secara seruis mencari jalan damai. Dalam kesempatan lain Indonesia berharap agar Iran dapat mengambil pelajaran dari krisis nuklir di Korea Utara. Indonesia dalam hal ini masih terus mengupayakan agar Iran dapat lebioh pro aktif dalam mengkomunikasikan kepada dunia khususnya DK PBB tetntang pengembangan teknologi nuklirnya itu Dalam kesempatan yang berbeda Presiden RI juga menjelaskan melalui jubirnya tentang politik luar negeri Indonesia terhadap nuklir Iran seperti yang
51
Isu nuklir iran menjadi pembahasan di meja perundingan DK PBB setelah IAEA melimpahkan kasus ini kemuka DK PBB. Lihat BAB II 52 www.kapanlagi.com.Menlu Jelaskan Alasan RI Dukung Rasolusi 1747 kepada DPR. Diakses tanggal 6 Maret 2009 Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
diuatarakan oleh Dino pato jalal :Untuk memahami posisi Indonesia terhadap Resolusi 1747, perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut. Pertama, dengan mendukung resolusi ini, posisi prinsip Indonesia tetap tidak berubah, yakni mendukung hak Iran untuk mengembangkan energi nuklir selama untuk tujuan damai dan kepentingan sipil, bukan militer. Sayangnya, kepercayaan masyarakat internasional terhadap program nuklir Iran sangat lemah. Betapapun kita memercayai niat Iran, selama Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA)—badan internasional yang paling berkompetensi untuk urusan energi nuklir damai—belum dapat memberikan jaminan resmi bahwa program nuklir Iran adalah hanya untuk tujuan damai, sulit bagi Indonesia untuk mendukung Iran sepenuhnya. Faktanya, sampai sekarang Direktur Jenderal IAEA Mohammed El Baradei, pemenang Nobel yang kompetensi teknis dan kredibilitas moralnya sangat tinggi, menyatakan bahwa ia masih belum bisa mengambil kesimpulan yang pasti terhadap program nuklir Iran karena kurangnya "transparansi dan kerja sama" dari Iran. Kedua, Resolusi 1747 juga didukung oleh Qatar sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB yang mewakili kawasan Timur Tengah. Dalam kenyataannya, banyak negara Islam di Timur Tengah yang, karena berbagai faktor, juga prihatin terhadap program nuklir Iran. Dengan kata lain, ini bukan masalah membela negara Islam karena pada kenyataannya negara Islam lainnya juga mendukung Resolusi 1747. Bahkan, sederetan negara Islam dan Arab mengharapkan Indonesia mendukung resolusi ini. Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
Ketiga, apa pun posisi Indonesia, Resolusi 1747 sejak awal dipastikan akan gol; apakah melalui keputusan konsensus ataupun pemungutan suara, karena suara lima anggota tetap DK PBB yang mempunyai hak veto (AS, Inggris, Perancis, Rusia, dan China) sudah bulat memajukan rancangan resolusi tersebut. Karena itu, Indonesia mempunyai dua pilihan: 1) abstain, dengan risiko bahwa
resolusi
tersebut
akan
jalan
terus
tanpa
Indonesia
mampu
memengaruhinya; atau 2) ikut proses merancang resolusi sehingga Indonesia bisa memasukkan unsur-unsur politis dan strategis yang bisa memodifikasi resolusi tersebut, dengan membuatnya lebih konstruktif, lebih berimbang, serta tetap membuka peluang bagi Iran untuk kembali ke meja perundingan. Terhadap kedua pilihan ini, Indonesia memilih opsi kedua yang memungkinkan Indonesia berperan di dalam (ketimbang tertinggal di luar). Setelah mengadakan konsultasi yang sengit dengan negara-negara anggota tetap, akhirnya masukan-masukan Indonesia dan Afrika Selatan dimasukkan dalam
resolusi.
Sebagian
dari
masukan-masukan
ini
sebenarnya
juga
mencerminkan aspirasi Iran, misalnya mengenai perlunya perundingan kembali dilakukan dengan itikad baik (selama ini kecurigaan Iran terhadap negara-negara Barat juga sangat tinggi), serta jaminan pengembangan nuklir untuk tujuan damai. Bahkan, masukan Indonesia dalam resolusi justru dihargai oleh negaranegara Arab karena dengan mengajukan konsep kawasan bebas senjata pemusnah massal di Timur Tengah, DK PBB didorong untuk konsekuen dan tak diskriminatif terhadap Iran karena implikasinya konsep tersebut berlaku bagi
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
semua negara di Timur Tengah, termasuk Israel yang disinyalir memiliki senjata nuklir. Dalam saat-saat terakhir, Presiden Yudhoyono sendiri turut aktif mengupayakan jalan tengah dengan menelepon Presiden Afrika Selatan dan Presiden Iran. Sebelumnya, dalam pembicaraan dengan Presiden George W Bush, Presiden SBY juga menekankan hak Iran untuk mengembangkan nuklir selama untuk tujuan damai. Namun sayangnya, terlepas dari segala upaya tersebut, tetap tidak ada gejala kompromi dari Iran. Keempat, posisi Indonesia terhadap Resolusi 1747 justru mencerminkan politik luar negeri yang bebas aktif. Pada prinsipnya, Indonesia tidak tunduk pada anggota tetap DK PBB mana pun, tetapi kita juga tidak serta-merta bertuan kepada Iran. Indonesia hanya dipertuan oleh kepentingan dan pertimbangannya sendiri. Ada 4 hal pokok yang memang menjadi alasan mengapa Indonesia mengambil opsi menyetujui resolusi tesebut: 1.
Dengan
mendukung
resolusi
1747
Indonesia
tidak
menghilangkan prinsipnya terus mendukung nuklir Iran yang bertujuan untuk damai 2.
Melihat posisi Qatar yang juga mendukung Resolusi 1747
3.
Apapun sikap yang diambil oleh Indonesia tetap saja tidak berarti
4.
Menunjukkan sikap kehati-hatian dan bebas aktifnya Indonesia
4.3.4 Respon Masyarakat Domestik
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
Adanya distrust yang tidak penuh terhadap Iran serta posisi pragmatisme dalam percaturan internasional yang menjadikan RI mengambil opsi setuju karena di satu sisi saat itu juga Qatar sebagai perwakilan dari negara timur tengah juga mengambil opsi yang sama dengan negara-negara besar lainnya di DK PBB. Terkait
kebijakan
politik
luar
negeri Indonesia
yang
cendrung
mempersalahkan Iran lingkungan domestik dalam hal ini masyarakat khususnya kalangan islam merasa tindakan yang diambil oleh Indonesia adalah salah besar karena tidak menjunjung prinsip politik luar negeri yang bebas dan aktif Hal ini juga diaminin oleh wakil rakyat ( parlemen ) yang langsung menggunakan hak interpelasinya terkait dengan kebijakan yang diabil l oleh pemerintah mendukung resolusi 1747 terhadap Iran. Fraksi PKS misalnya menyesalkan dukungan RI terhadap Resolusi 1747 tersebut yang menurut mereka akan memperkuat posisi Israel di Palestina dan Libanon. Karena pasokan senjata bagi penjuang di kedua Negara yang sedang bertikai dengan Negara Israel tersebut berasal dari Iran. 53 Menurut Hilman ( Fraksi PKS dan anggota komisi I DPR RI ) resolusi ini juga akan memberikan legitimasi kepada Amerika Serikat (AS) untuk memperlemah kekuatan militer Iran sebelum akhirnya melakukan intervensi terhadap negara pimpinan Ahmaninejad tersebut. Hal serupa pernah terjadi pada Irak dimana Resolusi DK PBB atas tetangga Iran ini menjadi senjata awal AS untuk memperlemah militer Irak sebelum invasi 2003. Di sisi lain, papar Hilman, DK PBB tidak memberikan sanksi atas program nuklir Israel. Padahal negara zionis tersebut secara resmi telah mengakui
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
kepemilikan senjata nuklirnya. Di duga persenjataan nuklir yang dimiliki hingga mencapai 3.000 hulu ledak nuklir. Akibat tidak adanya sanksi tersebut Israel semakin percaya diri untuk mempertahankan kebijakan kolonialnya di atas tanah Arab karena tidak berimbangnya kekuatan (balance of power). Karenanya keputusan Pemerintah untuk turut menandatangani resolusi tersebut menurut Hilman menunjukkan bahwa politik luar negeri Indonesia telah mengabaikan realitas bahwa Iran telah diperlakukan secara tidak adil dan kedaulatan Palestina semakin terancam. Padahal Pembukaan UUD 45 telah menjamin kemerdekaan bagi setiap bangsa dan menyatakan bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. Tidak itu saja protes yang bernada ketidakpuasan terhadap politik luar negeri Indonesia yang dinilai tidak menjunjung kemerdekaan negara lain juga berdatangan dari ormas-ormas islam seperti HTI, NU,ICMI dan sebagainya. Lebih lanjut ICMI menyesalkan tindakan yang diambil oleh Indonesia yang sesungguhnya tidak mempertimkbangkan aspirasi dari negara-negara OKI dan juga dapat menghadirkan ancaman baru bagi ketegangan di wilayah timur tengah ( middle east ).54 Dukungan terhadap Iran dalam pengembangan nuklirnya mendapat respon yang cukup positif dari masyarakat Indonesia tak terkecuali yang berada di luar
53
http://fpks-dpr.or.id/main.php?op=isi&id=3204. Diakses tanggal 10 Maret 2009 lihat pernyataan ICMI di http://www.icmi.or.id/ind/content/view/610/60/., diakses tanggal 23 Februari 2009 54
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
negeri. 55 Dan dalam hal ini pemerintah dianggap gagal dalam meuwujudkan prinsip politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif 4.3.5 Resolusi 1803 dan Polugri RI Pada kesempatan lain terkait resolusi 1803 Indonesia mengubah haluan politiknya untuk mengambil abstain dalam pemungutan suara di DK PBB terkait sanksi tambahan bagi Iran DK PBB telah mensahkan resolusi yang memperberat sanksi untuk Iran dalam masalah program pengayaan uranium dan pembangunan reaktor nuklir di negara itu. Sanksi yang didukung oleh seluruh anggota DK-PBB, kecuali Indonesia yang memilih bersikap abstain itu meliputi pembatasan bepergian dan larangan bagi pejabat lain Iran, perluasan pembekuan aset, larangan barang yang lebih dari satu manfaat, kredit eksport, pemantauan keuangan, pemeriksaan barang atas pesawat dan kapal. Adanya perubahan sikap Indonesia tentu tidak bisa dilepaskan dari konstelasi saat itu dimana hampir semua negara menyepakati untuk menggolkan resolusi tersebut dan justru dikesempatan ini Indonesia mengambil langkah cerdas dengan mengambil sikap abstain yang memang tidak berpengaruh terhadap tambahan sanksi pada resolusi 1803 tersebut. Namun sikap abstain yang diambil oleh pemerintah adalah pertimbangn dari konteks domestik dan perbaikan citra Indonesia dimata Iran khususnya dan
55
Tulisan Ammar Fauzi Heryad i(Kandidat
Qom,
Republik
Islam
Iran,
sekaligus
Doktor Filsafat Islam di Universitas Imam Khomeini anggota Redaksi Islam Alternatif) ..Dalam
http://islamalternatif.net/iph/content/view/65/1/, diakses tanggal 25 Februari 2009 Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
negara-negara dunia ketiga khususnya diakhir masa jabatannya sebagai anggota tidak tetap DK PBB pada tahun 2008 kemarin. Hal ini dapat kita lihat pada kunjungan SBY, pasca resolusi 1803 melakukan lawatanya ke Iran. 56 dalam kesempatan lawatannya tersebut SBY dengan presiden iran Mahmod Ahmadinejad melakukan pembahasan terkait resolusi DK PBB 1803. Kunjungan SBY ke Iran merupakan kunjungan balasan atas kehadiran Mahmoud Ahmadinejad ke Indonesia beberapa waktu lalu. Pertemuan ini bukan pertemuan kedua. Presiden Yudhoyono sempat bertemu dengan Ahmadinejad saat menghadiri KTT G-8 dan Sidang Umum PBB di New York. Selama di Iran, Presiden Yudhoyono mengadakan pertemuan bilateral dengan Presiden Iran Ahmadinejad dan pertemuan dengan Pemimpin Spitual Iran Ayatollah Khamaeini. Ada pun permasalahan yang akan dibahas dalam pertemuan ini meliputi kerja sama perdagangan, energi dan pertanian. Selama di Iran, Presiden juga dijadwalkan menyaksikan penandatanganan MoU antara lain di bidang pertanian, pendidikan, dan kepemudaan. Kedua kepala negara akan menyaksikan penandatanganan lima perjanjian yaitu Nota Kesepahaman (MoU) di bidang kerjasama pertanian, MoU antara pemerintah RI dan Iran di bidang pendidikan, ’share holder agreement" antara PT Pertamina (persero) dengan Oil Refining Industries Developing Company (ORIDC) dan Petrofield Refining Company Ltd, kesepakatan kerjasama antara KADIN dengan Kamar Dagang Industri dan Pertambangan Iran, serta MoU antara
56
kompas, 12 Maret 2008
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
Iran Central Chamber of Cooperative dengan The Indonesian Cooperative Council. Di bidang perdagangan, total nilai perdagangan antara RI-Iran terus meningkat selama lima bulan terakhir. Pada 2007, dari Januari sampai Oktober nilai perdagangan kedua negara mencapai 409.454,5 dollar AS dengan nilai ekspor Indonesia sebesar 347.835,1 dollar AS dan nilai impor sebesar 61.619,4 dollar AS. Di bidang energi memang rencana Indonesia untuk mengembangkan teknologi pembangkit listrik tengaga nuklir juga mendapat perhatian dari phak Iran. Di tengahnya kian melambungnya harga minyak dunia yang telah menembus angka 145 dollar AS per barel hari ini, penggunaan energi nuklir diyakini mampu menstabilkan pasokan energi listrik dengan lebih aman dan ekonomis. Porsi uranium sebagai bahan bakar sejauh ini baru mencapai 5 persen, sehingga secara ekonomis energi ini diyakini mampu menstabilkan harga listrik. "Dari semua jenis energi nuklir di dunia, porsi penggunaan uranium sebagai bahan bakar hanya 5 persen, ini yang belum kita maksimalkan untuk mengefektifkan penggunaan energi ini," ujar Adi Wardoyo dari Badan Teknologi Atom Nasional (BATAN) dalam Seminar Nasional "Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia" di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta. Mengenai kerja sama energi ini juga di sampaikan oleh Dubes Iran untuk Indonesia Behroz Kamalvandi. Dalam konteks kerja sama internasional atau kerja sama bilateral, sejumlah pengamat mengatakan, mengakses Iran adalah sesuatu Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
yang sangat penting bagi Indonesia, terutama dalam kaitan dengan energi dan teknologi. Karena bagaimanapun harus diakui dalam bidang ini, Iran memilki keunggulan dari negara-negara berkembang lainnya terutama yang mayoritas berpenduduk Muslim. 57 Kontradiksi sikap yang diambil indonesia yang berbeda dengan resolusi 1747 dalam prinsip pemerintah merupakan hal yang tekhnis Juru bicara kepresidenan Dino Patti Djalal mengemukakan, sikap abstain Indonesia terhadap resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa diputuskan karena melulu alasan teknis, bukan politis atau tekanan dan kepentingan dari pihak mana pun. Sikap abstain juga tidak terkait rencana kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Iran, pertengahan Maret 2008. "Ini posisi prinsipal Indonesia. Bersama IAEA Iran sudah menunjukkan kerja sama yang baik. Dulu Indonesia mendukung resolusi karena Iran belum menunjukkan kerja sama yang baik," ujar Dino dalam jumpa pers di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (4/3). Dino menyebut bentuk kerja sama Iran dengan IAEA sudah maju. Lima dari enam aksi yang diprogramkan IAEA sudah dipatuhi. Indonesia melihat kerja sama ini sebagai hal positif. "Memang yang dikhawatirkan adalah upaya pengayaan uranium," ujarnya. Dino
mengemukakan,
meskipun
sikap
Indonesia
melulu
teknis
pertimbangannya, Indonesia sadar dampak politis dari masalah nuklir Iran ini.
57
kompas 27 Desember 2008. ini yang penulis maksudkan bahwa Indonesia mencari partner lain untuk menyokong keperluan teknologinya diluar Amerika, Eropa atau Jepang Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
Indonesia sebagai satu dari 15 negara anggota DK PBB dilobi terus soal resolusi itu. "Keputusan sikap kita keluar dari nurani yang jernih," ujarnya. Dalam pemungutan suara yang dipimpin Duta Besar Rusia untuk PBB di Markas Besar PBB Vitaly Churkin, New York, hanya juru runding Indonesia Marty Natalegawa yang mengacungkan tangan saat Churkin bertanya dalam sidang,"Adakah yang abstain?". Sebelumnya Churkin meminta negara anggota Dewan Keamanan lainnya untuk mengacungkan tangan jika mereka setuju terhadap rancangan resolusi. Para duta besar 14 negara anggota mengacungkan tangan tanda setuju, Dubes Rusia menyatakan bahwa Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 1803 resmi disahkan dengan kedudukan 14 suara mendukung dan satu suara abstain. Saat menyampaikan pernyataan sebelum pemungutan suara dilakukan, Wakil Tetap RI untuk PBB, Duta Besar Marty Natalegawa, kembali menegaskan bahwa pada saat ini, tambahan sanksi terhadap Iran bukanlah jalan terbaik. Ia juga antara lain mengatakan bahwa situasi pada saat resolusi sebelumnya tentang pemberian sanksi terhadap Iran, yaitu Resolusi Nomor 1737 dan 1747, tidak sama dengan situasi saat ini, karena Indonesia melihat Iran sedang bekerja sama dengan badan pengawas atom PBB, IAEA. "Dengan pertimbangan dan alasanalasan tersbut, Saudara Presiden, Indonesia akan memberikan suara abstain terhadap rancangan resolusi yang sekarang," kata Marty dalam sidang yang dipimpin Vitaly Churkin. Adanya langlah cerdas yang diambil pemerintah khususnya dalam memanfaatkan situasi dan kondisi di DK PBB tidak memberikan keresahan Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
ditingkat domestik sepereti resolusi sebelumnya artinya. Masayrakat dalam hal ini kalangan islam cuku puas. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan ketua PBNU Hasyim Muzadi saat menerima lawatan jaksa agung Iran Dorri Najaf Abadi. 45 Langkah yang diambil indonesia disambut baik setidaknya oleh ormas islam semacam NU dan lainnya menaikkan pamor pemerintah di tingkatan donestik dan internasional khususnya negara Iran sendiri selaku korban dari resolusi tersebut. Hasyim Muzadi ( ketua umum PBNU) menilai bahwa langkah yang diambil pemerintah dengan abstain pada pemungutan suara dalam mengesahkan resolusi 1803 adalah suatu sifat yang wajib dan patut dihargai. Langkah ini menurutnya akan menaikkan citra Indonesia di mata internasional khususnya negara-negara dunia ke tiga. Nampaknya Indonesia ingin meningalkan kesan positif diakhir masa jabatannya di DK PBB. Karena akhir 2008 kemarin Indonesia akan menangglkan posisinya sebagai anggota tidak tetap DK PBB. Namun yang jelas keberutungan dan sikap cremate Indonesia itu menghasilkan hubungan yang lebih baik dengan Iran disamping juga menetralisir hubungan dengan negara-negara besar seeprti AS, RUsia atau Cina. Politik luar negeri Indonesia yang hati-hati konstruktive itu setidaknya menjadikan
Indonesia
tetap
teguh
dalam
mmperjuangkan
kepentingan
45
Kompas 4 Maret 2009. pada kesempatam itu Jaksa Agung Iran itu juga menyampaikan terimakasihnya pada Indonesia yang memilih abstain saat ke 14 negara anggota DK PBB lainnya menyetuj resolusi tresebut
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
nasionalnya di tengah pusaran kepentingan berbagai macam negara-negara besar terkait dengan krisis nuklir Iran. 4.3.6 Faktor –faktor yang Memperngaruh Politik Luar negeri RI terhadap resolusi 1747 dan 1803 Adanya perubahan serta haluan politik luar negeri RI terkait dengan resolusi 1747
dan 1803
setidaknya ada
beberapa
faktor
yang
turut
memperngaruhinya jika kita lihat dari pemamaparan diatas yaitu: 1. Faktor Lingkungan Domestik Faktor lingkungan domestik terkait dengan kondisi dalam negeri indonesia sendiri seperti: -
Adanya penolakan atau Pressure dari kalangan islam terhadap resolusi 1747 Penolakan sebagaian besar massa islam didalam negeri sewaktu indonesia mendukung resolusi 1747 setidaknya memberi pelajaran kepada emerintah bahwa faktor islam didalam negeri tidka dapat dipungkiri. Bahwa memang mayoritas jumlah penduduk indonesia adalah umat muslim tidak bisa dipungkiri sebagai sebuah dampak sejarah. Kmunitas muslim yang bersebrangan dalam menanggapi krisis nuklir Iran menunjukkan bahwa kedekatan mereka terhadap negara-negara arab ( palestina, iran ) masih terjaga dengan baik
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
-
Terkait Kepentingan Indonesia Dalam setiap aspek pelaksanaan politik luar negerinya setiap negara tentunya tidak dapat menghindari kepentingan dalam negerinya. Karena memang politik luar negeri sebuah negara merupakan cerminan dari politik dalam negeri Berkaitan dengan nuklir Iran ini kepentingan Indonesia yang diperjuangkan yaitu berkaitan dengan alih teknologi yaitu teknologi nuklir dimana Indonesia berniat untuk mengembagkan teknologi nuklir yang tentu saja Iran menjasi salah satu partner yang diharapkan indonesia selain As, Eropa atau cina.Selain itu juga Indonesia mencoba meningkatkan hubungan bilateral kedua negara khususnya untuk menaikkan intesitas perdagangan antar dua negara Pada 2007, dari Januari sampai Oktober nilai perdagangan kedua negara mencapai 409.454,5 dollar AS dengan nilai ekspor Indonesia sebesar 347.835,1 dollar AS dan nilai impor sebesar 61.619,4 dollar AS.
-
untuk menjaga stabilnya sistem politik didalam negeri mengingat pada resolusi 1747 yang pertama sempat terjadi pro dan kontra diantara pemerintah ( eksukutif ) dan DPR ( legislatif ). Dimana DPR menggunakan hak intrpelasi terkait dengan dukungan Indonesia terhadap resolusi 1747
2. Faktor Lingkungan Internasional Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
Yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi politik luar negeri Indonesia yang berasal dari luar Indonesia itu sendiri -
Hubungan Bilateral kedua negara ( RI-Iran ) Hubungan bilateral RI-Iran tidak mengalami halangan yang berarti dan cendrung harmanis sejak era Soekarno. Hubungan kedua negara sempat renggang ketika Iran memasuki fase revolusi islam pada 1979. namun pasca revolusi islam hubungan kedua negara kembali normal. Termasuk juga dalam interaksi di beberapa organisasi internasional seperti OPEC atau OKI.
-
Menjaga nama baik RI dihadapan negara-negara dunia ke-3 Adanya perubahan sikap politik RI terkait resolusi 1747-1803 juga disebabkan adanya usaha Indonesia untuk terus menajga nama baik Indonesia dimata internasional khusunya negara muslim dan berkembag lainnya. Indonesia tetap berupaya untuk tetap berdiri tegak adn netral dalam menghadapi setiap permasalahan yang menyangkut kepentingan dunia termasuk nuklir Iran. Adanya kesamaan sejarah dan senasib sepenangungan sepertinya menjadikan Indoensia lebih respek terhadap nasib negara-negara dunia ke-3 tersebut
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
-
Tidak ada tekanan dari pihak manapun Tidak adanya pressure dari pihak manapun baik AS dan sekutunya maupun Rusia atau cina memberikan keleluasaan bagi Indonesia untuk menentukan sikap sendiri berkait dengan resolusi 1803. keleluasaan ini menjadikan Idnoenesia tidak memilki beban untuk bersikap beda dengan negara-negara lain pada sidang DK PBB
KESIMPULAN dan SARAN Krisis nuklir Iran membawa konstelasi politik global pada masa klasik yaitu masalah keamanan ( security ) dan perdamaian ( peace ). isu nuklir Iran setidaknya telah membuka mata dunia tentang isu klasik tersebut. perjalanan sejarah pengembangan teknologi nuklir Iran serta kengotan Iran untuk mendapatkan
haknya
mengembangkan
nuklir
semakin
memperuncing
permasalahan antara AS disatu sisi dan Iran.
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
Permasalahan krisis nuki Iran mendapat porsinya dalam lingkup DK PBB setelah IAEA membawa isu tersebut menjadi agenda penting di DK PBB. konatelasi seputar pro dan kontra antara negara anggota tetapa ( S, Rusia, cina, Perancis , Inggris ) dan anggota tidak tidak tetap DK PBB seperti Indonesia menjadikan permasalahan ini semakin pelik. 5.1 Kesimpulan 1. Dalam setiap haluan politik luar negrinya Indonesia senantiasa memasukkan isu nuklir Iran sebagai perhatian atau fokus dari arah politik luar negeri Indonesia 2. Dalam menyoroti nuklir Iran Indonesia senantiasa mengupayakan soft power untuk mendorong dialog antara pihak –pihak yang bersitegang misal antara Iran – AS dan sekutunya 3. Kehati-hatian Indonesia dalam menyelesaikan krisis nuklir Iran di DK PBB mengharuskan Indonesia untuk bersikap ganda terkait resolusi yang telah dikeluarkan oleh DK PBB 1747 ( 2007 ) dan resolusi 1803 ( 2008 ) 4. adanya sikap ganda dan kontradiksi Indonesia terhadap dua resolusi tersebut tidak lain disebabkan oleh faktor domestik ( aspirasi masyarakat islam, kepentingan ekonomi dan teknoligi, serta menjaga stabilitas politik dalam negeri ) serta faktor lingkungan internasional 5.2 Saran 1.
Hendaknya
pemerintah
dalam
menelurkan
sebuah
kebijakan
selalu
mengkonsultasikan dengan DPR, serta merespon setiap aspirasi masyarakat. Dalam kasus Iran ini tetunya masyarakat islam Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
2. Dalam setiap diplomasi yang dilakukan hendanya Indonesia menjalankan fungsi report ( laporan ) kepada khlayak luas agar tidak menjadi problema di tingkat bawah mengapa Indonesia mengambil langkah A atau B
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA BUKU Abdulgani Roeslan,1956,Medayung dalam Taufan,Jakarta: Endang AbdulGani Roeslan,1972, 25 Tahun Indonesia dan PBB, Jakarta: Gunung Agung
Alfian,1985, Beberapa Masalah Pembangunan Politik di Indonesia,Jakarta: CV Rajawali Anwar Dewi Fortuna,2000,Menggagas politik Luar Negeri Indonesia Baru.orasi ilamiahpengukuhan sebagai Ahli Peneliti UtamaPUslitbang Politik dan KewilayahanLIPI. Jakarta: LIPI A. Steenbrink Karel,1984, Beberapa Aspek tentang Islam di Indonesia Abad ke 19, Jakarta: Bulan Bintang Atomic Team Reports on Iran Probe,2008, No Weapons Research Found by Inspectors - The Washington Post - HighBeam Research Banri Jusuf,1994, Kiat diplomasi Mekanisme dan Pelaksanaannya,Jakarta: Sinar Harapan D Coplin William,1980, Introduction to International Politics, New Jersy: Prentice-Hall Inc Frankel Joseph,1970,The National Interest, London : Pal Mal G Weiss Thomas Dkk,1997,second editiond,The UN and Chaning
World
Politics,United states: West View Press
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
Holsti ,KJ,1981, International Politics: Frame work For Analysis,New Delhy: Prentice-Half Of India Hatta Mohammad,1976, Mendayung Antara Dua Karang. Cet Pertama,Jakarta: Bulan Bintang Hatta Mohammad,1988, Mendayung Antara Dua Karang. Cet Kedua,Jakarta: Bulan Bintang Indonesia and the UN Security Council,1997: The Permanent Mission of The Republic of Indonesia to UN Jacson Robert & George Sorensen(Terj),1999, Pengantar Studi Hubungan Internasional, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Kusumaatmadja Mochtar,1983, Politik Luar Negeri Indonesia dan Pelaksanaanya Dewasa Ini. Bandung: Alumni Lunev Stanis,1998 Through the Eyes of the Enemy: The Autobiography of Stanislav Lunev, Regnery Publishing, Inc. May T Rudy,2002, Studi Strategis dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang Dingin,Bandung : PT Refika Aditama Morgenthau. H.J, Politics Among Nations Norman
dan
Howard
parkins,1957,second
edition,International
relations,London: The London Institute of world Affairs Umar, Suryadi Bakri,1999,Pengantar Hubungan Internasional: Jayabaya University Press O Charles DKK,1963, Concept Of International Politics, New Jersy: PrenticeHall Inc Ricklefs MC,1981, A History of Modern Indonesia, London: The Macmillan Press Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
Roy S L,1991,Diplomasi,Jakarta: Rajawali Press Sihbudi Reza,1997, Indonesia Timur Tengah : Masalah dan Prospek, Jakarta: Gema Insani Press Suryo Sumaryo Kusomo,1987,Organisasi Internasional,Jakarta: UI Press Spykman ,N.J,1942, American Strategy In World Politics The US and The Balance Of Power, New York :Brace and Company Soeprapto R,1997, Hubungan Internasional: Sistem, Interaksi dan Prilaku, Jakarta: PT Raja Grafindo Wiriaatmadja Suwardi,1970 :Alumni
Pengantar
Hubungan
Internasional,Bandung
Wuryandari Gunawan Dkk,2008,Politik Luar Negeri Indonesia Di Tengah Pusaran Domestik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar W David Ziegler,1984 ,third edition,War,Peace and International relations, Toronto: Little Brown Company
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
JURNAL dan SURAT KABAR PERNYATAAN Berita sore, 16 Agustus 2007 Wall Street Journal,August 2008, Ney York Kompas 3 Maret 2008 Kompas 4 Maret 2008 Kompas 5 Mret 2008 Kompas 27 Desember 2008 Pernyataan Mentri Luar Negeri 2006 Pernyataan Mentri Luar Negeri 2007 Pernyataan Mentri Luar Negeri 2008 Pernyataan Pers tahunan Menti Luar Negeri Tahun 2009, Jakarta 6 Januari 2009 WEBSITE WWW. Google.com, Iran adm krisis Nuklir Wikepedia, Negara –Negara Nonpeliferasi Nuklir Wikepedia. History of Iran Nuclear www.google.com//Muhammad faiz,krisis nuklir Iran dalam tinjauan hukum, diakses tanggal 20 januari 2008 www.iaea.org/publications/documents/board/2003 www.kapanlagi.com.Menlu Jelaskan Alasan RI Dukung Rasolusi 1747 kepada DPR. Diakses tanggal 16 Januari 2009 http://fpks-dpr.or.id/main.php?op=isi&id=3204. Diakses tanggal 18 Januari 2009 http://www.icmi.or.id/ind/content/view/610/60/., diakses tanggal 2 Februari 2009
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009
Tulisan Ammar Fauzi Heryad i(Kandidat Doktor Filsafat Islam di Universitas Imam Khomeini Qom, Republik Islam Iran, sekaligus anggota Redaksi Islam Alternatif) ..Dalam http://islamalternatif.net/iph/content/view/65/1/, diakses tanggal 25 Februari 2009
Dana Permana : Politik Luar Negeri Indonesia Dan Dewan Keamanan PBB (Studi Kasus Peranan Indonesia dalam Penanganan Krisis Nuklir Iran di DK PBB Tahun 2006 ), 2009. USU Repository © 2009