47
802
ILMU
GUM Oleh
R A M L Y
M A H A
Buku wadjib untuk : * Kelas I V P G A Negeri * Kelas III Madrasah Tsanawijah Negeri * Tjalon pengikut U . G . A . Diseluruh Daerah Istimewa Atjeh. 2
Penerbit : Firma Pustaka
„FARABY* 1389 — 1969
Banda Atjeh
Oleh R A M L Y
M A H A
Buku wadjib untuk : ^^^ssl^,.,.^-^ * Kelas I V P G A Negeri * Kelas III Madrasah Tsanawija'i Negeri * T j a l o n pengikut U . G . A . Diseluruh Daerah Istimewa Atjeh. 2
Tjetakaji perlama
Penerbit :
Firma Pustaka
„FARABY'i 1389 -
1969
Banda Atjeh
HAK P E N G A R A N G DILINDUNG1 U N D A N G 2
Penjaiur Tunggal : ? r R a n d a Atïeh,
D A F T A R
I S I Halaman
M U Q A D D I M A H KATA SAMBUTAN KEPALA DJAWATAN P E N D 1 D I K A N A G A M A P R O P . D A E R A H ISTIMEWA ATJEH B A B : 1. PENGERTIAN2 MENDIDIK
2
DASAR
TENTANG 9
— Mendidik itu sangat perlu ~ Untuk Apakah A n a k Dididik ? — Bilakah sebenarnja Pendidikan itu dimulai ? — Siapakah jang melaksanakan Pendidikan itu ? — A n a k didik sebagai objek Pendidikan — Kaidah2 mendidik pada umumnja ... — Usaha2 apakah jang dapat dilaksanakan dalam Mendidik — Definisi Mendidik
23 25
TENTANG
...
27
— M e n d i d i k dan Mengadjar — Ilmu Guru dan Ilmu Mengadjar ... — Pengetahuan tentang D j i w a adalah Alat bagi seorang Guru — Tjara-tjara Penjelidikan dalam Lapangan Ilmu D j i w a — Gedjala-gedjala D j i w a Manusia ... — Kaidah2 Umuin Ilmu Mengadjar ...
27 28
HAL
MENGADJAR
9 11 H 16 18 19
31 33 36 40
Haiaman 3. ILMU SEKOLAH — — — — — — — —'
56
Sedjarah terdjadinja Sekolah Penjelenggara Sekolah Sekolah-sekolah di Indonesia Tentang hal Guru Matjam-matjam Lembaga Pengadjaran Djertis-djenis Sekolah dan Susunannja Susunan Pengadjaran di Indonesia ... Gedung Sekolah dan Alat-alatnja ...
4. ADMINISTRASI
SEKOLAH
— Buku Daftar Induk (Stamboek) ... — Penerimaan/Pengeluaran/Mutasi Murid — Daftar Murid (daftar Pribadi) — Daftar Absen — Rentjana Peladjaran dan Daftar Peladjaran — Daftar Nilai Angka (Legger) — Persiapan Mengadjar — Surat2 Resmi dan Kearsipan Sekolah — Lapuran Bulanan — Libur, Perajaan2. Darmawisata. Krida dan sebagainja — P e n u t u p
56 57 58 60 66 68 69 73 77 77 78 79 80 82 84 85 86 90 91 94
|
K A T A
S A M B U T A N
Sesuai dengan keputusan Direktorat Pendidikan Aga No. Dd/I/Pda/44 tahun 1967 tentang rara rerri& pembukaat Madrasah Landjutan Negeri, jaitu sebagai peraturan pelak sanaan dari Keputusan Menteri Agama R.I. no. 29 tahm 1967 tentang pembukaan Madrasah Landjutan Negeri, mah dianggap perlu untuk menjusun satu rentjana peladjaran ter urai dengan pola jang telah ditetapkan oleh Dirpenda sendih nil
Untuk langkah pertama maka dalam rapat staf kami pa da tanggal 18 Djanuari 1968 telah ditetapkan rentjana pela djaran terurai bagi Madrasah Tsanawijah Agama Islam Ne geri beserta kitab dan buku peladjarannja jang dipakai padi sekolah dimaksud, sementara menunggu ketentitan' lain dar pusat. 2
2
Pada dasarnja rentjana peladjaran itu kami sesuaikat dengan rentjana peladjaran P.G.A.N. 4 tahun jang dipadat kan dan diselaraskan dengan pola M. Ts. A.I.N. jang 3 ta hun itu. Dalam hal ini kami telah menetapkan kitab „Dasar llmi Guru" kar tja sdr. Ramlij Maha B.A. untuk mendjadi bukt baijaan murid dalam mata~peladjaran Ilmu Mendidik, karem huku tersebut kami anggap sesuai dengan rentjana peladjarar dimaksud. 2
2
Selandjutnja kami mengandjurkan pula kepada tjalon psngikut dan para lulusan LIGA untuk mcmperbanjak dat niemperlengkapkan bahan Ilmu Gum dengan kitab tersebw sebagai tambahan dari jang lain .
1
2
2
sdr. Ramly Maha B.A. jang telah menjusun kitab ini sesuai dengan bidangnja sendiri kami sarnpatkan réuan terima k&ihK
e
o
a
d
i
as ,ci. a t 3*1».
7
9H
i
ƒ
M U Q A D D 1 M A H.
Naskah „Dasar-dasar Ilmu Guru" ini telah pernah diterbitkan dalam bentuk stensilan sedjak tahun 1962 jang terpakai sebagai bahan wadjib untuk kelas I V P G A Negeri diseluruh Daerah Istimewa Atjeh, karena penjusunannja semata-mata berpedoman pada Curriculum P G A Negeri. Muntjulnja naskah ini pada mulanja adalah karena adanja perobahan Curriculum P G A N sedjak tahun tersebut, sehingga kesulitan jang pertama-tama dihadapi oleh para rekan guru ialah amat kurangnja buku pegangan jang dapat dianggap sesuai dengan tuntutan curriculum baru itu. Dalam menjesuaikan diri dengan curriculum itu, penjusun. sendiri mengalami kesulitan-kesulitan pula. Kesulitan itu mudah dapat dimengerti karena pada kelas I V P G A Negeri (kini termasuk Madrasah Tsanawijah Negeri), para siswa harus ditanamkan ,,dasar-dasar" Ilmu Guru dan dikelas itu pula mereka dihadapkan dengan udjian negeri disetiap achir tahun adjaran sebagai udjian seleksi. Disamping itu. sesuai pula dengan tuntutan curriculum tersebut, dimana dalam waktu satu tahun itu kepada siswa harus ditanamkan pengertian-pengertian pokok jang tersimpul dalam Ilmu Guru sehingga bahannja meliputi Ilmu Mendidik, Didaktiek, Methodiek termasuk Ilmu Sekolah dan Adminisfrasi Sekolah. Mengingafc akan kesulitan-kesulitan itu, maka penjusun sendiri mengakui bahwa naskah ini djauh daripada kesempurnaan, mungkin ia tidak lengkap, terlalu singkat dan sebagainja. Maka dari itu tidak lain harapan penjusun kepada rekan guru untuk dapat menutupi kekurangan-kekurangan itu pada waktu mengadjar demi menudju kepada kesempurnaan. Dan oleh karena itu pula naskah ini, kendatipun telah mendjadi buku wadjib, anggaplah ia sebagai pegangan darurat
atau bahaa jang amat minimal jang haras diperlengkapi oleh para guru. Dalam edisi ini, disana sini kami tjoba sempuruakan sehingga ia sedikit mengalami perobahan; bailc berupa tambahan pengurangan dan sebagainja. Pengurangan terutamakan terhadap bahan-bahan jang terus mengalami perobahan sesuai dengan kemadjuan-kemadjuan dalam pendidikan di Negara kita, sehingga bahan-bahan jang tidak tetap itu, seperti Djenis Sekolah d.U. terpaksa disesuaikan dengan keadaan jang sedang berlaku oleh para pengadjar. Walaupun demikiaa, » tetao tidak menjimpang dari Curriculum tersebut. "Keoada Kepala Inspeksi Pendidikan Agama Dista dar Kepala P G A N 6 Tahun Banda Atjeh tidak lupa kami aturkar terima kasih atas bantuan bahan2 jang amat diperlukan da lam penjusunan naskah ini. Demikian pula kepada penerbit nja jang telah menjelenggarakan penerbitan ini dalam bentul jang lebih sempurna dibandingkan dengan edisi jang lampat jang amat darurat. ^ . Betapapun djuga, kami berpengharapan agar naskah m dapat menjumbangkan manfaat bagi sipemakainja, baik par; rekan guru maupun para siswanja. W a s s a l a t . Penjusun Darussalam Banda Atjeh. — KM —
1 Muharram 1388 30 Maret 1%8.
I.
PENGERTIAN DASAR TENTANG PENDIDIKAN
MENDIDIK ITU SANGAT PERLU
Tidak pernah kita bersua dengan seorang anak jang sedjak lahir telah mendjadi guru, dokter, insinjur, kolonel, wartawan dan sebagainja. Tidak ada seorang manusia jang terus dapat berdjalan, berenang, bersepeda ataupun mengadji sedjak lahir, atau dengan perkataan lain, manusia belum dewasa sedjak dilahirkan.
Pengalaman-pengalaman kita menundjukkan, bahwa sedjak lahir seorang baji itu hanja dapat menangis, menelan susu jang dimasukkan kedalam mulutnja oleh ibunja atau beberapa gerakan lainnja, akan tetapi membunuh seekor nja^ mukpun mereka tak mampu. Sedjak lahir anak tidak mampu apa-apa. Lain halnja dengan seekor anak penju misalnja, jang samasekali tidak membutuhkan pertolongan induknja sedjak lahir, bahkan berdjumpa dan mengenal induknjapun merèka tidak pernah. Anak penju tidak membutuhkan pertolongan dan telah dapat menolong dirinja sedjak lahir. Lain sekali halnja dengan anak manusia jang tidak mampu apa-apa sedjak dilahirkan sehingga ia membutuhkan pertolongan dan hergantung pada orang-orang jang telah dewasa. Kendatipun belum mampu apa-apa seperti orang-orang jang telah dewasa, tetapi sedjak seseorang anak dilahirkan ia telah memiliki bermatjam-matjam kemungkinan jang lazim disebut sebagai "pembawaan", umpamanja kemungkinan untuk kelak dapat membatja, menulis, berhitung dan segala kepandaian serta ketjakapan-ketjakapan jang umumnja terdapat pada manusia. Pendek kata anak harus memiliki segala ketjakapan, kepandaian dan norma-norma sebagai suatu "kebudajaan". Akan tetapi kebudajaan itu bukan dengan sendiri9
nja datang pada anak, ia membutuhkan beberapa faktor penting, antara lainnja ialah : — menempuh masa perkembangan jang pandjang; — adanja usaha jang positif, teratur dan sengadja dengan tjara jang tertentu jang datangnja dari orangorang jang telah dewasa untuk mempengaruhi perkembangan anak; — adanja pengaruh-pengaruh jang dapat merangsanci perkembangan djiwa-raga anak kearah jang baik. Dengan faktor-faktor itulah, seorang anak jang hanje memiliki kemungkinan/pembawaan dapat berkembang mendjadi manusia jang berkebudajaan. Usaha-usaha serta pengaruh-pengaruh jang positif itulah jang buat sementara kite sebut "pendidikan". M a k a disini ternjata bahwa usaha pendidikan itu amat penting peranannja dalam bidang kebudajaan manusia dan usaha-usaha pendidikan itu pulalah jang akar mendjadikan manusia berbeda dengan hewan. Dapatlah kitc simpulkan, bahwa dengan dididik anak akan mendjadi machluk jang berkebudajaan. Andaikata kita menoanggap bahwa mendidik itu tida) perlu, maka berarti pendidikan itu tidak ada dan manusia tidak dididik samasekali. Akibatnja manusia ini tidak berkebu dajaan, dan samalah ia dengan hewan jang hidup semata mata herdasarkan instinkt bawaan tanpa menerima pengaru! pendidikan. M a k a dapatlah kita chajalkan betapa porakporan dam'a ummat manusia hidup dimuka bumi seperti hewan. Sia pakah jang harus bertanggung djawab terhadap bahaja i n i Janq sudah pasti ialah tanggung djawab orang-orang jani telah lebih dahulu memiliki kebudajaan, jaitu orang-orang janc sudah dewasa. Tanggung djawab itu bukan sadja terhadap anak dai masjarakat serta ummat manusia ini pada umumnja, tetap jang lebih utama ialah tanggung djawab terhadap T u h a n d i kemudian hari kelak. A d a p u n orang-orang dewasa jang di maksud dalam pendidikan bukan terbatas pada guru, ajah dat 10
ibu'sadja, tetapi merupakan tanggung djawab bersama sebagai pihak jang kita sebut sebagai "pendidik". Mengingat akan hal2 diatas ini maka dapatlah kita mengerti bahwa sipendidiklah jang hacus memikut tanggung djawab terhadap pendidikan. Djadi telah djelas bagi kita bahwa anak „sangat perlu dididik", sehingga seorang ahli didik bangsa Belanda, Dr. M J . Langeveld namanja, menggelarkan anak manusia dengan istilah "Animale educandum", jakni machluk jang perlu dididik. UNTUK APAKAH ANAK DIDIDIK?
Pertanjaan ini membawa kita kepada masalah "tudjuan pendidikan". Soal ini amatlah pentingnja, sebab djika salah menentukan tudjuan maka berarti kita telah membuat suatu penjelewengan dan ini amatlah berbahaja serta merugikan anak didik chususnja serta ummat manusia umumnja, apalagi kalau mendidik itu tidak bertudjuan samasekali maka berarti bukanlah suatu perbuatan manusia jang normal. Orang mengatakan, salah tjara dalam mendidik adalah biasa dan masih mungkin dapat diperbaiki, tetapi djika salah menentukan tudjuan sangatlah berbahaja, karena hal itu merupakan suatu penjelewengan jang dapat menjesatkan ummat manusia. Maka dari itu, masalah tudjuan adalah inti daripada perbuatan mendidik. Kenbali kepada pertanjaan diatas, maka hal itu telah kita simpulkan bahwa „anak dididik untuk memiliki kebudajaan." Tetapi anak-anak Sekolah Rendahpun sepintas lalu tampaknja telah memiliki kebudajaan bukan ? Djika demikian maka anak-anak di Sekolah Rendahpun dapat dianggap telah selesaï dididik, dan mereka tidak perlu lagi mendapat pendidikan. Akan tetapi pendapat ini sangat berbahaja, karena mendidik itu tetap masih perlu, sianak masih tetap membutuhkan pertolongan dari orang dewasa sebelum dapat berdiri sendiri. Djangankan anak-anak Sekolah Rendah, tetapi kamu sendiri 11
janq telah menduduki bangku kelas I V P G A atau kelas II S . M . I . pun masih bergantung pada bantuan orangtuamu bukan ? Kalau begitu, sekedar dapat membatja, menuhs, ber hitung, bahkan berbahasa asing dan sebagainja itu, sebeluu ia dapat berdiri sendiri dan tjakap untuk hidup, maka beiuin lah ia dapat dikatakan telah berkebudajaan dalam a r ü jan< seluas-luasnja. D j a d i antara lain dapatlah dikatakan bahwi pendidikan bertttdjuan agat anak dapat berdiri sendiri. K i t a sering pula mendjumpai bahwa anak-anak sedja ketjilnja telah sanggup berdiri sendiri, misalnja sudah pars dai mentjari uang, maka dalam hal perbelandjaan ini ia tida memerlukan bantuan orangtuanja, bahkan ada jang mamp membantu orangtuanja. Sudah tjukupkah hanja sekian tuga pendidikan ? Memang anak itu telah mampu berdiri sendir tetapi usianja jang masih sangat muda serta kurangnja pengi lamans hidup itu menjebabkan ia butuh kepada orangtuanj dalam memutuskan sesuatu jang penting-penting, misalnj terhadap pemilihan nilai-nilai masjarakat, nilai-nilai susili agama dan sebagainja. Kalau demikian, disamping „berdi sendiri" anak djuga dididik untuk sanggup mengadakan pt milihan sendiri. Dalam kehidupan se-hari-hari kita djuga menemui, ad; n i a anak jang nekad berbuat dan memutuskan sendiri sega. sesuatu, dalam hal ini ia mentjoba „berdiri sendiri". Teta; dalam hal demikian ternjata sianak tidak dapat mempertan. gung djawabkan segala tindakannja dan achirnja tanggur djawab itu dikembalikan kepada orangtuanja andaikata te bentur dengan kesulitan2. A n a k harus didik kearah ini, pe: didikan harus lengkap dan sempurna sehingga anak dju< harus dipersiapkan untuk sanggup bertanggung djawab se diri atas segala tindakan dan keputusannja. Demiktanlah djika pendidikan telah mentjapai tudjui jang mentjakup ketiga hal diatas itu, maka selesailah tug pendidik dan ketiga hal diatas itu dalam Ilmu Pendidikan t simpulkan dengan istilah „ d e w a s a " . D i a d i djawaban unti pertanjaan diatas tadi ialah „anak dididik untuk mentjaf dewasa" dan ini pulalah tudjuan umum dalam pendidikan.
12
A d a p u n "dewasa" itu mengandung pengertian jang sangat umum, sesuai dengan namanja "tudjuan urnum" dalam pendidikan. Oleh karena itulah pengertian „ d e w a s a " mendapet penafsiran jang bermatjam-matjam menurut masing2 aliran, golongan, bangsa dan agama tertentu. Sebagai tjontoh kita ambil penafsiran istilah dewasa jang mendjadi tudjuan Pendidikan Nasional dinegara kita : a.
BERDIRI SENDIRI : Dalam hal ini bukan berarti anak sudah sanggup mendjadi pegawai dengan dasar P G P menurut golongan tertentu misalnja. Bagi bangsa kita, berdiri sendiri itu harus mendapat arti sanggupnja anak hidup atas telapak kaki sendiri atau dengan perkataan lain „ d e n g a n ketjakapannja sendiri" anak harus dapat hidup dalam masjarakat. Lain halnja dengan „ p a n d a i " jang berarti banjak ilmu (tetapi belum tentu tjakap). O l e h karena itu dapat berdiri sendiri harus ditafsirkan supaja anak tjakap.
b.
MEMILIH SENDIRI : Orang-orang dalam alam kedewasaannja harus dapat mengadakan pemilihan sendiri menurut keputusan kata hati sendiri. Pemilihan mana meliputi berbagai hal; tugas hidup, bidang hidup, teman hidup, tjita-tjita hidup (ideologie), agama, norma-norma susila (memilih buruk baik) dan sebagainja. D a r i sekian hal itu, sekurang-kurangnja anak harus dapat memilih buruk-baik dan dapat melaksanakannja. D j a di memilih sendiri sekurang-kurangnja supaja anak da' pat berbuat susila.
c.
B E R T A N G G U N G D J A W A B SENDIRI : D a r i sekian banjak tindakan-tindakan jang harus dapat dipertanggung djawabkan oleh seorang jang sudah dewasa antara lain misalnja tanggung djawab terhadap anak isteri, terhadap T u h a n , terhadap masjarakat dan seba13
gainja. Dalam Pendidikan Nasional sangat diutamakan tanggung djawab terhadap kesedjahteraan masjarakat dan tanah air. Sesuai dengan negara kita sebagai Negara Demokrasi, maka tanggung djawab terhadap negara bu. kan dipegang oleh satu orang (diktator, kaisar dan sebagainja), tetapi tanggung djawab itu dipikul bersamasama oleh rakjat. Djika djiwa demokrasi tidak ada, hal itu tidak mungkin, maka oleh karena itu pendidikan bertudjuan mendidik anak mendjadi warga negara jang demokratis sehingga dengan demikian dapatlah anak bertanggung djawab tentang kesedjahteraan masjarakat dan tanah air. Demikianlah dewasa itu sebagai „tudjuan umum" dalam pendidikan, dalam Pendidikan Nasional merupakan tudjuan chusus jang tertjantum dalam Undang-Undang tentang dasardasar pendidikan dan pengadjaran No. 4 tahun 1950 (disahkan mendjadi U . U . No. 12 tahun 1954) dalam Bab II pasaJ 3, dimana dengan tegas dikemukakan tudjuan itu sebagai berikut : "Membentuk manusia susila jang tjakap, warga negara jang demokratis serta bertanggungdjawab tentang kesedjahteraan masjarakat dan tanah air." BILAKAH SEBENARNJA P E N D I D I K A N I T U DIM U L A I ?
Dalam uraian jg lalu, djelas bahwa pendidikan berachir bila anak sudah dewasa, itulah „tudjuan umum" atau „batas achir" dalam pendidikan. Hal ini dapat pula disebut : batas achir daripada pendidikan adalah „dewasa". Kebalikan dari hal diatas itu, pertanjaan diatas menjatakan „tentang batas awal daripada pendidikan." Dilain pasal telah kita ambil kesimpulan bahwa perbuatan mendidik itu berpangkal pada suatu hal jang penting jaitu „tudjuan per>14
didikan" sebagai masaalah inti dalam pendidikan. Kalau demikian, batas awal daripada pendidikan bergantung pada bafas achirnja, jakni tudjuan. Djadi, permulaan daripada suatu perbuatan bergantung pada apa jang ingin ditjapainja. Sedangkan jang ingin ditjapai sudah tegas jaitu „dewasa", jang meliputi aspek-aspek berdiri sendiri, memilih sendiri dan bertanggung djawab •iendiri. Untuk mentjapai hal ini, tugas pendidik bukan hanja .niemberi makan" sedjak ketjilnja, dengan pemeliharaan sadja pendidikan tidak sempurna. Untuk mentjapai kedewasaan jang meliputi ketiga aspek itu sianak harus diberikan ilmu pengetahuan, petundjuk-petundjuk, nasehat-nasehat, larangan-larangan, peladjaran-peladja ran dan sebagainja, jang kesemuanja itu kita sebut „norma" Djadi bukan hanja pemeliharaan sadja, tetapi pendidikan itu meliputi penjerahan norma-norma. Dalam kenjataannja anak-anak ketjil tidak dapat menerima norma-norma tersebut diatas itu (misalnja nasehat iïasehat, peladjaran-peladjaran dan sebagainja), adapun se babnja karena belum menguasai „alat" penting jaitu „keiïiampuan berbahasa". Djadi apabila anak telah mampu dan tjakap menguasai bahasa untuk menerima norma-norma itu barulah pendidikan jang sempurna (meliputi norma-norma) mulai dapat dilaksanakan dan dengan demikian berarti bahwa bahasa adalah alat penting dalam penjerahan norma-norma. Penjerahan norma-norma itu membutuhkan kemampuan berbahasa daripada anak-anak. Menurut penjelidikan-penjelidikan dan experiment-expet'iment, ketjakapan berbahasa pada anak-anak adalah mulai •jekitar umur 3 tahun. Dan dari keterangan diatas kita dapat menarik kesimpulan tentang batas awal dari pada pendidikan bahwa; batas awal pendidikan adalah bila anak telah mampu berbahasa. Sebelum anak-anak mampu berbahasa kita hanja dapat nemberi isjarat-isjarat tentang sesuatu norma, dengan penger tian bahwa pendjelasan-pendjelasan dan nasihat-nasihat belum 15
dapat diterima oleh anak- Disamping itu, sementara roenimggu anak mampu berbahasa, sipendidik bertugas menghmdar; segala pengaruh djelek jang menjerang anak dan ini merupakan usaha-usaha „persiapan". Selain daripada itu, sipendtdiK dapat pula „membiasakan" anak dengan sesuatu sikap dan kebiasaan-kebiasaan jang baik. D j a d i masasebelumnja ito merupakan masa persiapan pendidikan, berudjud usaha-usah; pentjegahan terhadap pengaruh-pengaruh buruk serta pembté saan-pembiasaan, S I A P A K A H J A N G M E L A K S A N A K A N P E N D I D I K A N ITU?
Ditindjau dari sudut anak didik, pendidikan itu sanga perlu sebab anak belum mampt apa-apa sedjak dilahirkan Ditindjau dari sudut perkembangan kebudajaan ummat ma nusia, maka hanja dengan dididik anak-anak dapat memilik kebudajaan, mendjadi manusia budaja dan berbeda dengas hewan. Selandjutnja ditindjau dari sudut orang dewasa, pen didikan itupun amat perlu demi kesedjahteraan masjarakat djustru orang-orang dewasa adalah anggota-anggota masja rakat jang harus bertanggung djawab terhadap kesedjahtera an masjarakatnja. Oleh karena itu orang-orang dewasa tida dapat meiepaskan tanggung djawabnja dalam hal pendidika: selama ia masih dapat disebut sebagai anggota masjaraks dan dengan demikian dapat pula disebut bahwa pendidtk it adalah orang-orang dewasa jang bertanggung djawab. D j i k a pendidik itu adalah orang-orang dewasa jang bei tanggung djawab, maka siapakah jang pertama-tama bertan gung djawab terhadap seorang anak ? Untuk mengetahui sis pa jang pertama-tama bertanggung djawab, kita dapat men perhatikan sendiri lebih dahulu dimana sibaji pertama-tam muntjul kedunia ini. A n a k pertama-tama muntjul adalah dala: keluarga dan penanggung djawab utama dalam keluarga if adalah „ o r a n g t u a " . jakni ibu-bapa. Demikianlah orangtn mau tak mau harus menerima pertanggungan djawab m a didik, tugas ini tidak dapat ditolak, tidak dapat dipiïih da 36
dipertimbang-timbangkan laba ruginja. Ini disebabkan karena adanja hubungan darah/keturunan antara orangtua dan anak, atau dengan perkataan lain dapat dikatakan adanja hubungan kodrati. Pendidikan jang utama adalah orangtua sebagai pendidik karena kodrai. Karena tanggung djawab kodratnja itu, siorangtua selalu bertjita-tjita untuk mentjapai hasil-didikan setinggi mimgkin jang mentjakup norma2, pengetahuan-pengetahuan dan ketjakapan-ketjakapan demi kebahagiaan anak-anaknja dima sa depan kelak. Tetapi dalam hal penjerahan norma-norma, kadang-kadang siorangtua tertumbuk dengan kesukaran-ke sukacan jang tidak dapat diatasinja, misalnja harus mengadjarkan bermatjam-matjam ilmu pengetahuan sebagai salah satu aspek penting dalam kehidupan. Dalam hal ini orangorang dewasa lainnja harus membantu orangtua untuk meng atasi kesulitan jang dihadapi orangtua tersebut Adapun orang jang bersedia membantu dan bertanggung djawab dalam hal mengadjarkan anak dengan berbagai ilmu Pengetahuan ialah orang-orang jang telah dipersiapkan dan berbakat untuk memikul djabatan itu, jaitu „guru-guru . ianggung djawab guru itu adalah selama ia memikul djabatan guru sadja, atau dengan perkataan lain dapat disebut guru2 adalah pendidik karena djabatan sebagai pembantu orangtua. Orang-oranatua dan guru-guru haruslah bersama-sama memikul tanggung djawab dalam pendidikan. dalam hal mi orangtua jang utama dan guru-guru sebagai pembantunja. Orangtua bertugas dirumah tangga dan guru-guru disekolah. Kedua pendidik ini tentu berusaha sedemikian rupa supaja dapat mentjapai hasil setinggi mungkin. A k a n tetapi untuk mentjapai tudjuan jang tinggi itu adalah suatu tugas dan tanggung djawab jang amat berat. A d a p u n suatu tugas jang berat tidaklah dapat dipikul sendiri, tetapi haruslah dipikui bersama-sama, djustru salah satu tjiri manusia mi adalah hidup bersama-sama atau „hidup bermasjarakat . Setiap masjarakat mempunjai tjiri antara lain : hidup bersama-sama dan mempunjai tjita-tjita hidup bersama pula, jang biasa disebut 17
„ideologie". Oleh karena adanja ideologie itulah maka masjarakat perlu ikut bertanggung-djawab dalam pelaksanaan pendidikan dan tjara bekerdjasama itupun adalah salahsatu tjara hidup bermasjarakat. Oleh karena itulah disebut masjarakat adalah pendidik karena ideologie. Demikianlah tiga golongan pendidik jang bertanggung djawab terhadap pendidikan, jang kita simpulkan : 1. Orang-tua dalam lingkungan keluarga (jang mendidik karena kodrat): 2. Guru dalam lingkungan sekolah (jang mendidik karena djabatan); 3. Masjarakat (jang mendidik karena ideologie). Untuk mentjapai hasil jang memuaskan, adalah sjarat mutlak supaja ketiga pendidik dan keüga tempat itu harus ada kerdja sama dan hubungan jang erat, jang saling isi meng isi. Hal ini disebut tripusat pendidikan. A N A K DIDIK S E B A G A I O B J E K P E N D I D I K A N
Sudah djelas diketahui, bahwa hewan tidak dapat dididik karena semata-mata perkembangannja berdasarkan naluri (instinct) jang kaku dan statis itu, pada hewan tidak ada pendidikan sama sekali. Jang dapat dididik hanjalah anak manusia. Anak manusia itupun tidak semuanja perlu dididik lagi andaikata, ia sudah dapat berdiri sendiri, memilih sendiri dan bertanggung djawab sendiri karena dengan demikian berarti ia telah dewasa. Anak jang sudah dewasa tidak perlu lagi dididik karena ia sudah dapat „mendidik diri sendiri", jang perlu dididik adalah anak jang betum dewasa. Adapun anak jang belum dewasa itu dapat dan masih mungkin dididik karena masih dalam suatu proses perkemba ngan, dia masih bertumbuh terus menudju dewasa. Bagi anakanak jang dalam pertumbuhannja mengalami hambatan-ham batan (djasmani dan rohani). mereka tidak dapat dididik de18
ngan tjara-tjara jang biasa, mereka membutuhkan „pendidikan biasa". D j a d i jang dapat dididik dengan tjara-tjara jang biasa pada umumnja adalah anak-anak jang belum dewasa jang normal pertumbuhannja. Sebagai diketahui, jang dimak sud dengan anak-anak jang terhambat pertumbuhan rohani (a'kalnja) misalnja idiot, debil dan embicil. Sesuai dengan keterangan-keterangan diatas anak-anak jang bagaimana pada umumnja jang dapat dididik, sesuai dengan istilah jang dikemukakan oleh D r . M . J . Langeveld : „animale educabile" (machluk jang dapat dididik). K A I D A H - K A I D A H MENDIDIK PADA U M U M N J A .
Dalam pelaksanaan pendidikan ada beberapa ka idah pokok jang harus diperhatikan oleh sipendidik. M e n g ingat bahwa jang melaksanakan pendidikan itu adalah „orang orang jang bertanggung djawab", maka masaalah tanggung djawab itulah jang harus mendjadi titik tolak dalam seluruh aktivitas pendidikan, baik mengenai tjara maupun dalam menentukan tudjuannja. Sebagai kaidah pertama dan utama dapat kita simpulkan sebagai berikut : Pelaksanaan pendidikan harus berpangkal pada tanggung djawab : 1. Sipendidik harus sungguh-sungguh menjadari tugasnja sebagai pendidik, djadi mengenai diri sendiri. 2. Sipendidik harus memahami dan menjadari sedalam dalamnja akan tudjuan pendidikan. 3. Dalam pelaksanaan pendidikan, sipendidik harus selalu dapat memakai kebidjaksanaan dan kesabaran. 4. Kebidjaksanaan dan kesabaran baru ada apabila sipendidik menaruh tjinta kepada anak didiknja. A d a p u n rasa tanggung djawab dan segala segi-seginja jang disebutkan diatas itu meliputi tanggung djawab terhadap Tuhan, masjarakat dan „ a n a k didik". Mengingat akan tanggung djawab terhadap anak didik, sipendidik haruslah sung19
guh-sungguh mengenai anak se-dalam-dalamnja. Sehingga dengan demikian dapatlah sipendidik melaksanakan tugasnja dengan tidak melakukan kekerasan-kekerasan, tekanan serta memperkosa martabat anak didiknja. Sebelum memahami tentang hakekat anak, pendidikan tidaklah dapat dilaksanakan. Pelaksanaan pendidikan harus berpangkal pada anak, dan dalam ketentuan ini tersimpul beberapa pengertian sebagai berikut : 1. 2. 3. 4.
Pendidikan haruslah disesuaikan dengan bakat dan min at anak. Pendidikan haruslah sesuai dengan lingkungan dan kebutuhan anak. Pendidikan harus sesuai dengan kepribadian anak, jakni kechususan-kechususan pada anak. Pendidikan harus sedjalan dengan taraf perkembangan djiwa-raga anak.
Dengan kaidah-kaidah jang telah dikemukakan diatas itu, jakni tanggung djawab sipendidik serta menempatkan anak didik sebagai pangkal masalah pendidikan, maka berarti sipendidik mengabdi untuk kepentingan sang anak, sesuai dengan salah satu sembojan jang berbunji , , V o m Kindes A i t s " jaitu dari dan untuk sang anak. Memang, berdasarkan tanggung djawab itu, sipendidik harus mendjaga hak-hak serta martabat anak didik. Dalam ketentuan ini meliputi beberapa hal : 1.
2.
3. 20
Tidak boleh mendjalankan paksaan-paksaan dan kekerasan-kekerasan terhadap anak, karena disamping merugikan anak djuga dapat menimbulkan permusuhan jang djuga merugikan sipendidik sendiri. Sebaliknja tidak pula boleh memandjakan anak, sebab anak jang dimandjakan tidak akan sanggup berdiri sendiri dan dengan demikian pula berarti menghambat kedewasaan anak. T i d a k boleh bersikap atjuh tak atjuh serta meng anggap enteng dalam pelaksanaan pendidikan.
4.
T i d a k boleh ber-experiment dengan anak didik, karena anak jang didjadikan obdjek experiment akan rugi untuk seumur hidupnja bila experiment itu gagal. 5. Mentjegah pengaruh2 djelek jang terdapat dalam lingkungan anak jang ternjata membawa pengaruh buruk bagi perkembangannja. 6. Dengan sengadja inenjalurkan segala pengaruh lingkungan jang baik dan menguntungkan perkembangan anak. 7. U n t u k memenuhi tuntutan-tuntutan itu semua, maka sipendidik haruslah mempunjai ketjakapan menjesuaikan diri dengan kebutuhan dan minat anak. Dalam menjesuaikan diri dengan anak, maka sipendidik bertugas sebagai pembimbing sadja, seolah-olah mengikuti d i belakang anak untuk memberikan pertolongan dan pengawasan. M a k a berarti bahwa dalam pendidikan bukanlah sipendidik sadja jang harus aktif, tetapi anakpun aktif dalam perkembangannja menudju dewasa. K i Hadjar Dewantara mengemukakan sembojan : „sipendidik mengikuti dibelakang anak untuk memberikan pertolongan djika diperlukan" atau dengan istilah aslinja Tutwuri Andajani. Istilah ini mengandung pengertian : 1.
2. 3.
4.
Dalam pendidikan sipendidik bertindak sebagai pem bimbing sadja, memberi pertolongan apabila diperlukan. Kalau anak dan situasi memang tidak menghendaks pertolongan, maka bersalahlah kita menolongnja. Dengan demikian berarti sianak sendirilah jang akan berkembang menudju kedewasaannja, sedangkan pendidik aktif memberi pertolongan menurut kebutuhan. A n a k dan pendidik adalah sama-sama aktif dalam proses pendidikan. O l e h karena itu sipendidik harus menjalurkan aktifitas anak sebanjak mungkin dalam proses perkembangannja. Ketentuan-ketentuan ini menuntut agar 21
sipendidik harus sungguh-sungguh dapat menjesuaikan diri dengan anak. Dalam kita menjesuaikan diri dan mengikuti perkembangan anak dengan teliti^ terdapat suatu kenjataan bahwa pada permulaannia (sediak anak lahir) lebih banjak pertolongan jang diperlukan. Akan tetapi lambat laun berangsur-angsur berkurang dan achirnja anak samasekali tidak memerlukan pertolongan orang dewasa, dan ini berarti sianak telah dewasa dan telah mampu menolong dirinja sendiri atau „dewasa". Dalam Iimu Pendidikan, hal ini bukan sadja berudjud suatu kenjataan, akan tetapi telah merupakan suatu keharusan, jakni sipendidik berusaha sedemikian rupa sehingga berangsurangsur dirinia tidak diperlukan lagi oleh anak didiknja- Sebaliknja apabila sipendidik mengharapkan supaja anak tetap memerlukan pertolongannja maka berarti setjara tidak langsung menghambat kedewasaan anaknja. Dari sekian ketentuan-ketentuan jang telah diutarakan diatas, dapatlah kita simpulkan setjara keseluruhannja sebagai berikut : : 1. Sipendidik haruslah insaf dan mengenai diri jang berkedudukan selaku pendidik. 2. Sipendidik harus mengetahui sedalam-dalamnja akan tudjuan pendidikan, kemana anaknja akan dibawa. 3. Sipendidik harus bidjaksana dan sabar dalam tindakan-tindakannja. 4. Pendidik haruslah mentjintai anak didiknja. 5. Mendjaga pengaruh-pengaruh djelek jang menjerang anak. 6. Tidak boleh bersikap memaksa dan kekerasan-kekerasan terhadap anakdidiknja. 7. Tidak boleh memandjakan anak. 8. Tidak boleh bersikap atjuh tak atjuh. 9. Mendidik tidak boleh dengan tjara mentjoba-tjoba. 10. Sipendidik harus bersikap hanja sebagai pembimbing sadja. jakni dengan mengakui bahwa proses pendi22
11. 12. 13.
U K D L
dikan itu berlangsung dalam keadaan sama-sama aktif antara pendidik dan anak didik. Harus menjalurkan aktifitas anak sebanjak mungkin. Adanja kerelaan agar lambat laun dirinja tidak d i perlukan lagi oleh anak didiknja. Dalam segala aspek pendidikan, haruslah diinsafi bahwa pribadi sipendidik adalah tjontoh teladan bagi anak didiknja. Oleh karenanja dituntut agar pribadi pendidik harus memenuhi sjarat-sjarat ditindjau dari segi susila, kemasjarakatan dan agama.
S A H A - U S A H A APAA H J A N G D A P A T I L A K S A N A K A N DAA M M E N D I D I K ?
Pertanjaan ini menanjakan tentang usaha usaha apakah jang dapat dilaksanakan djika orang akan mendidik berdasarkan kaidah-kaidah jang telah dikemukakan itu. Perbuatan mendidik itu amatlah kompleknja, karena perkembangan anak menudju kedewasaannja mendapat pengaruh dari seribu satu matjam hal, baik jang terdapat pada anak sendiri (faktor endogeen) maupun jang datang dari lingkungan dan pendidikan (faktor exogeen). Oleh karena itu Ilmu Mendidik mengemukakan sebuah konsep jang sangat umum bunjinja, jakni : dengan berpangkal pada kaidah2 mendidik, segala usaha dapat dilaksanakan asal sadja dapat mentjapai tudjuan pendidikan. Istilah „segala usaha" diatas itu amatlah luas pengertiannja, dari usaha jang paling besar dan berat sampaisampai kepada senjuman atau berdiam diri sadjapun sudah termasuk salah satu usaha mendidik- Hanja sadja hal-hal jang demikian itu sangat bergantung pada situasi pendidikan. Sebagai tjontoh dapat dikemukakan disini antara lain misalnja membiasakan sianak akan kebersihan sedjak ketjil, mengambil dengan tangan kanan, membiasakan shalat dan berbagai pembiasaan lainnja. Memberi pengertian sianak dengan moral atau budi pekerti jang luhur dengan tjatatan bahwa pe ngertian itu harus diteladani dengan praktek pribadi pendidik 23
sehari-hari dan inipun tidak ada manfaatnja djika anak tidak dibiasakan dengan perbuatan-perbuatan susila itu sendiri. D i samping itu, apabila waktunja telah sampai, sianak diberikan ilmu-ilmu pengetahuan jang diperlukan dalam kehidupannja fcelak, dan dalam hal inilah jang amat memerlukan bantuan guru-guru disekolah, demikian pula dengan peladjaran agama sesuai dengan tingkatan perkembangan anak. Dalam hal tertentu, nasihat-nasihat, penerangan-penerangan, pendjelasanpendjelasan sangat perlu pula sebagai salah satu usaha pendidikan asal sadja hal ini tidak terlalu berlebih-lebihan. Sebaliknja melarang terhadap hal-hal jang tidak baik, memberi teguran dan peringatan, dan berbagai usaha pentjegahan lainnja. Menghindari anak dari pengaruh lingkungan jang f'dak baik, disamping menjalurkan pengaruh-pengaruh jang baik. Apabila sianak melakukan suatu perbuatan jang membawa manfaat jang besar bagi perkembangan maka sipendidik membiarkannja, maka oleh karena itupulalah diatas telah dikemukakan bahwa „berdiam diri" sadjapun adalah usaha pendidikan. Penghargaan atau senjuman sekalipun amat besar pengaruhnja bagi kepuasan djiwa anak apabila hal ini tetap dilaksanakan menurut situasinja, dan inipun mendidik pula. Pendek kata, apa sadja usaha jang dapat dilalcukan adalah pendidikan apabila memenuhi sjarat2 berikut : 1. 2. 3.
Bahwa usaha itu tidak menjimpang daiipada kaidah2 pendidikan pada umumnja. Usaha jang dilakukan itu membawa effek penting bagi pentjapaian tudjuan pendidikan sebagaimana telah kita peladjari dalam pasal terdahulu. Usaha atau tindakan-tindakan itu sesuai dan serasi menurut situasi jang sedang dihadapi, tepat dan effektif.
Disini se-olah-olah terlihat, bahwa pendidikan itu adalah suatu usaha jang tidak tegas bukan ? Pertanjaan ini dapat kita djawab sebagai berikut : andaikata kita membatasi bahwa 24
mendidik itu ialah memelihara (makan/minum/pakaian/mendjaga kesehatan), mengadjar pengetahuan dan membiasakan kepada jang baik-baik, maka kakulah perbuatan mendidik itu. Padahal manusia ini dalam perkembangannja bukan sadja dlpengaruhi oleh ibu-bapa dan guru-guru sadja, akan tetapi ia menerima pengaruh-pengaruh jg tidak terhitung djumlahnja bahkan ada pengaruh-pengaruh jang tampaknja pada lahirnja baik tetapi membawa efek jang berbahaja. Maka dari itulah tadi dikemukakan bahwa dalam pendidikan itu amat memerlukan ketjakapan sipendidik untuk memahami situasi dengan kekuatan daja tjipta (kreatif), dan oleh karena itu pulalah hampir semua ahli didik sepakat mengatakan bahwa mendidik itu adalah suatu perbuatan seniKetentuan diatas ini membawa akibat sangat penting bagi pribadi pendidik itu sendiri jang amat penting peranannja. Dalam usahanja mendidik, bukan sadja dibutuhkan daja tjipta dan ketadjaman katahati dari pendidik untuk dapat memahami situasi pendidikan jang pelik itu, tetapi hampir seluruh situasi pendidikan itu menghendaki agar pribadi pendidik dapat mendjadi tjontoh teladan bagi anak didik. Hal ini penting dalam pendidikan sebab anak-anak masih amat kurang akan pengalaman-pengalaman dan pengertian-pengertian tertentu. Untuk mengisi pengetahuan dan pengalaman itu anak meniru pendidiknja dalam segala hal; norma, sikap, tingkah laku dsb. Apabila pribadi pendidik sendiri mendjadi tjontoh jang tidak baik, maka hal ini dalam pendidikan berarti dengan „sengadja" mendidik anak kearah jang merusakkan. Ingatlah bahwa anak sudah kodratnja suka meniru dan oleh karenanja pula pribadi dan segala sikap pendidik sendiri harus mendjadi teladan bagi anak didiknja. D E F I N Ï S I MENDIDIK
Setjara garis besar, sampai disini kita telah mempeladiari masalah-masalah pokok antara lain; perlukah mendidik itu, apa tud;'uan pendidikan, bila saatnja pendidikan jang po25
sitif dapat dimulai, siapa jang mendidik dan siapa sebenarnja jang dididik, ketentuan-ketentuan pokok dalam mendidik serta usaha-usaha atau wudjud daripada pelaksanaan pendidikan. Sebagai penutup kita perlu menarik kesimpulan umuni tentang pengertian-pengertian dasar tentang mendidik. Péngertian mendidik itu djika disimpulkan dalam kalimat jang singkat akan berudjud sebuah definisi atau ta'rif, sedangkan definisi tentang mendidik itu amat banjaknja sesuai dengan pandangan dan sudut tindjauan masing-masing ahli didik. Kendatipun demikian, sesuai dengan keterangan-keterangan jang telah dikemukakan dalam halaman-halaman terdahulu, maka disini dapat dikemukakan sebuah definisi dengan tjatatan bahwa bukanlah ini satunja-satunja definisi jang benar dan jang lainnja salah. Adapun definisi mendidik itu ialah : „Mendidik ialah pertolongan jang diberikan oleh barangsiapa jang bertanggung djawab terhadap perkembangan seorang anak untuk membawanja ketingkat dewasa."
26
2.
TENTANG
HAL MENGADJAR
M E N D I D I K DAN M E N G A D J A R
M e n d i d i k itu mempunjai tjara-tjara dan usaha-usaha jang tidak terhitung djum lahnja, sebagaimana djelas telah diuraikan dimuka. Diantara beberapa tjontoh perbuatan mendidik jang telah dikemukakan itu termasuklah "mengadjar" anak akan ilmu- ilmu pengetahuan jang bermanfaat bagi kehidupan dunia-achirat. "Mengadjar" adalah salah satu usaha pendidikan jang terpenting, sebab : a. b.
c.
d.
e.
mengadjar itu adalah usaha langsung untuk menjerahkan kebudajaan; pelaksananja (gum) adalah orang-orang jang terdjamin kesehatannja. achlaknja, kemampuannja dan sebagainja; djuga guru-guru itu telah lebih dahulu dididik dan dipersiapkan untuk dapat melaksanakan tugasnja itu, jaitu "mengadjar"; tjara dan sistem mengadjar itu sendiri telah dibahas setjara mendalam dalam ilmunja tersendiri jaitu "didaktik" dan "methodik"; orang-orang jang akan mengadjar harus lebih dahulu telah mengenai dirinia serta tugasnja, mengenai anak, mengenai watak anak, memahami sedalamdalamnja tentang perbuatan mendidik dan sebaqainja. Oleh karena itu diadjarkanlah Ilmu Mendidik, Ilmu Djiwa, dan jang sehubungan dengannja.
Disamping itu para guru disekolah bukan hanja mengadjar sadja. Guru-guru itu telah memikul sebahagian daripada tugas orang-tua untuk mengadjarkan anak-anak mereka. M a ka dari itu guru-guru ikut pula memikul tanggung djawab pendidikan apa jang dilaksanakan orang-tua dalam lingkungan 27
keluarga, jaitu melaksanakan berbagai usaha mendidik ketjuaii hal-hal jang telah mendjadi kodrat seperti nafkahnja dan sebagainja. Hampir seluruh unsur pendidikan tertjakup dalam "mengadjar." Demikianlah dalam guru mengadjar mata peladjaran apapun disekolah, harus selalu memasukkan sebidjaksana mungkin seluruh unsur-unsur pendidikan, seperti pendidikan ke Tuhan an, budi pekerti, kebangsaan, kemasjarakatan, kebersihan, ke~ tekunan/ketabahan/pertjaja pada diri sendiri dan sebagainja. Orang sering mengatakan : „kewadjiban guru bukan hanja berkisar pada pembentukan intellek, tetapi djuga pembentulcan watak dan budi pekerti, jaitu "pembentukan kepribadian". Demikianlah hal itu kita simpulkan : kewadjiban guru adalah mendidik sambil mengadjar. Untuk memberikan pengetahuan-pengetahuan kepada anak (mengadjar), sebenarnja sudah tjukup kalau siguru memiliki ilmu-ilmu pengetahuan jang akan diadjarkannja sadja. Disamping itu sebagai alat berpraktek, tjukup kalau siguru memiliki pengetahuan-pengetahuan tentang didaktik dan methodik. Mengingat tugasnja bukan hanja mengadjar, tetapi mendidik sambil mengadjar, dimana meliputi norma-norma susila/budi pekerti dan watak jang terpudji, maka salah satu sjarat untuk itu bukanlah semata-mata ilmu. Karena tugasnja itu maka pribadi dan tingkah taku guru harus sungguhsungguh dapat mendjadi teladan untuk ditiru oleh anak, I L M U ILMU
Dalam melaksanakan "mendidik sambil mengadjar serta memoer; tjontoh-tjontoh kepada anak", maka guru haruslah sudah dipersiapkan dan memper siapkan diri untuk itu. Ada beberapa pengetahuan penting sebagai dasar pengetahuan guru, misalnja Civics, Ethica (Al Achlak), Kebudajaan Nasional, Sedjarah Nasional, dan dasardasar keagamaan seperti 'Aqa id. Hadist, Tafsir, Fiqh dan se-
28
G U R U D A N M E N G A D J A R .
bagainja. Tetapi disamping itu ada pula suatu kesatuan pengetahuan sebagai alat jang harus dimiliki oleh setiap orang jang ingin mendjadi guru untuk dapat melaksanakan tugasnja itu, jaitu : 1. Ilmu Mendidik; , 2. Ilmu D j i w a Umum; 3. Ilmu D j i w a Anak; 4. Ilmu W a t a k ; 5. Ilmu Mengadjar; 6. Ilmu Sekolah, dan 7. Sedjarah Pendidikan. Ini semua disebut Ilmu Pendidikan atau Ilmu Guru. Ilmu guru ialah kesatuan daripada pengetahuan-pengeta huan sebagai jang harus dimiliki lebih dahulu oleh setiap tjalon guru. Djadi dalam ilmu guru telah tertjakup pengetahuan-pe nqetahuan tentang mendidik, tentang djiwa pada umumnja atau djiwa anak serta watak chususnja, tentang mengadjar, tentang administrasi sekolah dan sebagainja. Itu semua bersangkut paut serta saling butuh membutuhkan satu sama lain. Sedangkan pengetahuan jang langsung dibutuhkan oleh guru untuk mengadjar disebut ilmu mengadjar jang dalam bahasa asing disebut didaktiek. Tetapi melihat masaalah jg tertjakup didalamnja, didaktiek bukan hanja membahas soal bagaimana quru mengadjar sadja. melainkan diuga meliputi seluruh masaalah mengadjar pada umumnja. Didaktiek adalah ilmu pengetahuan jang membahas masaalah pengadjaran pada umum nja. Djadi isinja meliputi : 1. Tudjuan pengadjaran disekolah; 2. Bahan pengadjaran disekolah; 3. Alat-alat pengadjaran; 4. Tentang murid; 5. Tentang guru; 6. Ilmu sekolah; 29
7. Pembaharuan-pembaharuan pengadjaran; 8. Bagaimana murid beladjar; 9. Bagaimana tjara guru mengadjar. A d a p u n pembahasan N o . 1 s / d N o . 8 diatas disebutiah didaktiek umum, sebab membahas masaalah pengadjaran pada umumnja. Tetapi lain halnja dengan N o . 9 (Bagaimana tjara guru mengadjar), itu langsung membahas tentang tjara guru mengadjar dan untuk ini disebut didaktiek chusus. Demikianlah Didaktiek Chusus, sesuai dengan namanja, langsung mem bahas tentang tjara mengadjar. Dalam bahasa asing „tjara" itu disebut methode. Oleh karena itu Didaktiek Chusus lebih terkenal dengan istilah methodiek jang terpakai sampai sekarang, jaitu satu pengetahuan tentang tjara mengadjar. Methodiek ialah pengetahuan tentang tjara mengadjar. Djadi sesuai dengan namanja, methodiek mengandung isi antara lain : 1.
Petundjuk-petundjuk umum tentang mengadjar (kaidah-kaidah methodiek umum). 2. Bagaimana bahan peladjaran disusun. 3. Bagaimana pula menjusun daftar peladjaran. 4. Djalan mana jang ditempuh waktu mengadjar. 5. Bagaimana tjara memberi peladjaran. 6. Lagak-lagu atau gaja orang mengadjar. 7. Soal ketertiban kelas dan alat-alatnja. 8. Soal hukuman disekolah. 9. Bagaimana membuat ulangan. ada berapa matjam djenisnja. !0. Bagaimana memeriksa hasil ulangan dan tjara memberi angka. Demikianlah hal-hal jang mengenai tjara mengadjar pada umumnja dan ini disebut methodiek umum. Tetapi untuk mengadjar setiap djenis mata peladjaran mempunjai tjara-tjara chusus pula, umpama tjara mengadjar berhitung, tjara mengadjar sedjarah, tjara mengadjar tauhid dan sebagainja. T j a ra mengadjar tiap djenis peladjaran ini disebut methodiek chusus. 30
Methodiek mengadjar kolah.
chusus ialah pengetahuan tentang tjara-tjara chusus setiap djenis mata peladjaran dise-
PENGETAHUAN TENTANG DJIWA A D A L A H A L A T BAGI S E O R A N G G U R U .
A d a p u n dalam pembaha' an masalah „ m e n g a d j a r " sebagai fungsi pokok bagi seorang guru, maka ia harus mengerti lebih dahulu pengertian-pengertian dasar tentang „mendidik" melalui Ilmu Mendidik. Sesuai pula dengan tugasnja jang amat berat untuk berhadapan dengan anak didiknja, maka ia harus pula mengetahui lebih dahulu bagaimana sebenarnja berlangsungnja proses beladjar dan mengadjar serta kemampuan-kemampuan djiwa anak didiknja sesuai dengan taraf perkembangannja. Beladjar itu bukanlah bidang djasmaniah semata-mata, tetapi adalah suatu aktivitas kedjiwaan manusia jg berhubungan erat dengan faktor-faktor lingkungan dan pembawaan. K i t a tidak dapat meragukan lagi bahwa beladjar itu adalah masalah kedjiwaan. Mengingat akan tugasnja jang berat dalam berhadapan dengan anak didiknja, maka antara lainnja seorang guru haruslah lebih dahulu mempeladjari pengetahuan tentang kedjiwaan, itulah kesimpulan kita diatas. Ilmu pengetahuan jang chusus jang dapat membantu kita untuk itu adalah „Ilmu D j i w a " atau dalam bahasa asingnja disebut Psychology. Djadi untuk maksud diatas itu, seorang guru haruslah lebih dahulu mempeladjari Ilmu Djiwa sebagai a/ar untuk memahami seiuk beluk djiwa manusia. A d a p u n Ilmu D j i w a itu mempunjai bermatjam-matjam tjabang pula, sesuai dengan obdjeknja dan kebutuhan. M e n u rut obdjek jang dipeladjari, maka terdapatlah „Ilmu D j i w a U m u m " , „Ilmu D j i w a A n a k " , „Ilmu D j i w a Pemuda", „Ilmu D j i w a H e w a n " , „Ilmu D j i w a Masjarakat" dan sebagainja. Disamping itu, sebagai tjontoh tjabang-tjabang Ilmu D j i w a menurut kebutuhan masing-masing bidang antara lain da31
pat dikemukakan; „Ilmu D j i w a Pendidikan", „Ilmu D j i w a W a t a k " , „Ilmu D j i w a Reklame", „Ilmu D j i w a Industry", „Ilmu D j i w a A g a m a , " „Ilmu D j i w a Pengobatan" dan sebagainja. T i d a k seluruh tjabang Ilmu D j i w a itu langsung dibittuhkan oleh seorang guru. Seorang Guru sekurang-kurangnja harus mempeladjari : 1.
2.
3
4.
32
Ilmu D j i w a U m u m mengenai gedjala-gedjala dan aktifitas-aktifitas kedjiwaan manusia pada umumnja, dimana pembahasannjapun beisifat umum, sesuai dengan namanja. Ilmu D j i w a A n a k : mengenai perkembangan djiwa-raga anak dari lahir sampai dewasanja, sehingga kita dapat memahami tjiri-fcjiri chas dari setiap fase perkembangan anak. D j u g a orang membedakan antara Ilmu D j i w a Perkembangan dan Ilmu D j i w a A n a k serta Ilmu D j i w a Pemuda, dimana Ilmu D j i w a Perkembangan membahas dari lahir sampai dewasa, sedangkan Ilmu D j i w a A n a k hanja dari lahir sampai mendjelang masa puber, sedangkan Ilmu D j i w a Pemuda dari masa Puber sampai dewasa, Ilmu D j i w a W a t a k : jaitu mempersoalkan bermatjam-matjam type manusia setjara umum, baik djiwa maupun djasmaninja, kendatipun penggolongan-penggolongan setjara umum itu sebenarnja belum memuaskan. H a l ini mudah dimengerti, karena watak manusia itu amat bertjorak r<jgamnja sehingga sukar didjumpai dua manusia jang persis sama djiwa dan raganja. Kendatipun demikian, bagi seorang guru pengetahuan ini besar manfaatnja, baik untuk mengenai anak jang bertjorak ragam itu maupun dirinja sendiri. Ilmu D j i w a Pendidikan : dimana dibahas aspek-aspek kedjiwaan manusia jang erat hubungannja dengan pendidikan pada umumnja dan mengadjar/beladjar chususnja. Dengan perkataan lain, bagaimana prinsip-prinsip Ilmu
Djiwa itu langsung dapat dimanfaatkan dan dipiaktekkan dalam pendidikan dan pengadjaran. Orang djuga sering menjebutnja Ilmu Djiwa Didaktis. walaupun sebenarnja ada sedikit perbedaan. 5. Ilmu Djiwa Masjarakat : Tjabang Ilmu Djiwa ini membahas aspek-aspek kedjiwaan manusia jang berhubungan dengan hidup bermasjarakat. Guru memerlukan pengetahuan ini karena muridmurid dalam kelas itu adalah suatu bentuk masjarakat chusus dan adanja prinsip-prinsip umum jang amat berguna untuk memahaminja, Disamping itu, guru itu sendiri adalah anggota masjarakat, jang tugasnja tidak terbatas dalam kelasnja sadja untuk seumur hidupnja. Setjara minimal seorang guru tjukup memahami tjabangtjabang Ilmu Djiwa itu sebagai alat bantuan bagi mendjalankan tugasnja selaku pendidik." T J A R A - T J A R A PENJEL1DIKAN DALAM LAPANGAN I L M U DJIWA.
Sebagai suatu ilmu pengetahuan jang iimiah ia harus mengadakan penjelidikan-penjelidikan, pem buktian-pembuktian disamping obdjek dan pembahasannja jang teratur. Adapun tjara-tjara penjelidikan jang dipakai oleh suatu ilmu disebut metode penjelidikan Dalam garis besarnja orang menggolongkan melode penjelidikan itu kedaiam tiga golongan besar : 1. M E T O D E O B S E R V A S I , jaitu suatu tjara penjelidikan dengan djalan mengamati langsung atau tidak langsung terhadap obdjek jang diselidikinja. Dengan metode ini orang ingin memperoleh kenjataan-kenjataan melalui pengarnatan jang teliti jang dapat dilakukan dengan berbagai tjara. Tjontoh jang terkenal antara lain : <— "introspeksi", jaitu suatu tjara dengan menjeïidiki langsung opa jang terdjadi dalam djiwa sendiri. Metode ini tidak disetudfui oleh sebahagian ahli dengan .33
alasan, bahwa tidak mungkin orang seorang langsung mendjadi penjelidik dan jang diselidiki pada saat jang sama. M e r e k a lebih menjetudjui metode lain jang d i sebut : . . — „retrospeksi", jaitu suatu tjara dengan menjeltdikt kembali apa jang terdjadi dalam djiwa sendiri pada waktu jang lain. Sebenarnja, baik introspeksi maupun retrospeksi mengandung kelemahan-kelemahan terutama ketidak djudjuran seseorang dalam menerangkan hasil penjelidikan tentang dirinja sendiri. ~ "ekstrospeksi". jaitu suatu tjara dengan menjelidiki langsung apa jang terdjadi dalam djiwa orang lam dengan berpangkal pada tingkah laku /ahtrn/a. Bu»sanja djalan ini ditempuh dengan membandmg-bandinqkan dengan dirinja sendiri. Inipun tidak lepas daripada kelemahan-kelemahan, antara lain bahwa setiap orang mempunjai latar belakang kedjiwaan janq tidak sama kendatipun tingkah laku lahirnja tampak sama. Lebih-lebih lagi ada orang-orang jang tertutup djiwanja. jakni dapat merahasiakan keluar apa janq sedanq terdjadi dalam djiwanja. P a d a saman sekarang. technik observasi itu semakin tingg> sehingga orang memakai alat-alat dan ruangan-ruaag an jang tersendiri. 2
34
METODE PENGUMPULAN BAHAN-BAHAN,jaitu suatu tjara penjelidikan dengan djalan mengumpulkan bahan-bahan dan melatui bahan-bahan itu düankkcsmi pulan mengenai kehidupan djiwa jang diselidiki. bebagai tjontoh dapat dikemukakan antara lain : — " a n g k e t". jaitu dengan djalan menjebarkan daftar pertanjaan untuk didiawab oleh obdjek jang diselidiki. Adakalanja daftar angket itu didjawab „lang sunq" oleh orang jang bersangkutan dan ada pula didjawab/diisi oleh orang lain menurut kebutuhan dan
keadaan dan ini disebut "angket tak langsung". Tjara ini membutuhkan biaja jang banjak dan sering tertumbuk dengan kesulitan kèsulitan terutama dalam menjusun pertanjaan itu sendiri. •—; "Biografi", jaitu mempeladjari kehidupan dan keadaan djiwa seseorang melalui riwajat hidupnja. Riwajat hidup itu adakalanja dikarang sendiri oleh orang jang bersangkutan dan ini disebut "Otobiografi". Tjara ini sangat membutuhkan kedjudjuran dan keteiangan jang obdjektif dari pengarangnja. — "wawantjara", jaitu tjara tnetnpevoleh kèietangan-keterangan tentang aspek-aspek kedjiwaan seseorang setjara langsung ataupun tidak langsung. Tjara men datangi langsung untuk mengadakan pertanjaanpertanjaan ini dalam bahasa asing djuga disebut "interview." . — tjara-tjara lain lagi untuk memperoleh keterangan melalui pengumpulan ini misalnja dengan mengumpulkan hasil-hasil karya seseorang berudjud gambargambar jang dibuat anak-anak misalnja, hasiï pekerdjaan tangan, sandjak-sandjak, buku harian dan sebagainja. M e l a l u i bahan-bahan jang dikumpulkan itulah dianalysa dan ditarik kesimpulan tentang hal-hal kedjiwaan jang diharapkan dari seseorang jang diselidiki. Adakalanja pula bahan-bahan jang diperlukan itu bukan berasal dari orang tertentu sadja, tetapi sekelompok orang, misalnja sekelompok anak-anak jang berusia sekitar 4 s / d 6 tahun. Keterangan-keterangan jang diperoleh itu diolah sedemikian rupa merupakan data-data penting dan biasanja disadjikan dalam bentuk statistik dan grafik3.
METODE EXPERIMENT, jaitu penjelidikan dengan melalui pertjobaan-pertjobaan dimana aspek-aspek kedji waan tertentu ditimbuïkan dengan sengadja dan seluruh sittxasmja telah diatur lebih dahulu. Metode ini biasanja
35
memakai alat-alat serta ruangan chusus (laboratorium). Dalam pertjobaan atau "experiment" ini, jang paling penting ialah pentjatatan waktu dengan teliti serta pelapuran hasil jang terperintji. Pertjobaan-pertjobaan itu tidak didjalankan satu dua kali sadja, tetapi ber-ulangulang. Suatu pertjobaan jang lebih sempit dan chusus disebut orang "test" jang djuga berarti pertjobaan. A d a p u n metode-metode penjelidikan itu semakin lama semakin madju dan diperkembangkan terus dengan memakai alat-alat modern seperti camera opname (difilemkan) dan sebagainja. G E D J A L A - G E D J A L A D J I W A M A N U S I A .
Dalam Ilmu D j i w a dtbahaslah seluruh ge djala djiwa serta tingkah laku manusia. A d a p u n gedjala-gedjala djiwa pada manusia itu bermatjammatjam banjaknja dan berbagai tingkat pula. Matjam-matjait! djenis gedjala djiwa itu dibeda-bedakan orang berdasarkan ..fungsinja" masing-masing. Menurut [ungsinja gedjala-gedja la djiwa itu digolongkan orang atas tiga golongan pokok, Adapula para ahli jang menggolongkan gedjala-gedjala djiwa atas dua golongan pokok, misalnja Aristoteles. Tetapi sampai kini orang mengikuti penggolongan atas tiga golongan jang dikemukakan oleh T E T E N S dan I M M A N U E L K A N T . Penggolongan gedjala-gedjala djiwa atas tiga golongan disebut "trichotomi" atau "trisakti". U n t u k memberi nama terhadap masing-masing golongan bermatjam-matjam istilah dipakai orang, tetapi pada hakekatnja mengandung maksud dan prinsip jang sama. A d a p u n ketiga golongan gedjala djiwa itu ialah : I.
G E D J A L A - G E D J A L A P E N G E N A L A N (Tjipta, C o g nitie) ; II. G E D J A L A - G E D J A L A P E R A S A A N (Rasa, Emosi); III. G E D J A L A - G E D J A L A K E H E N D A K (Karsa. Conatie) 36
Segala sesuatu jang diluar diri kita; benda-benda, suara/ bunji/bau dan sebagainja diterima oleh alat indra kita masing-masing dengan tjara tertentu dan hal itu semua disebut ,,perangsang", Tetapi perangsang-perangsang itu bukan sekedar menjentuh indra-indra kita, karena ternjata kita „mengenai" benda apa jang kita lihat, suara apa jang kita dengar, bau apa jang kita tjium dan berbagai perasaan kita pada kulit dan sebagainja. Djadi djiwa kita memberi arti kepada perangsang-perangsang jang kita terima itu dan inilah dalam Ilmu Djiwa disebut „kesadaran". Tjara dan tingkat jang demikian ini masin membutuhkan alat-alat indra dan ini kita anggap sebagai tingkatan pengenalan/tjipta/Cognitie jang paling rendah. Adapun ternjata kadang-kadang samasekali tidak terikat kepada alat indra dan perangsang, tetapi toh kita dapat menjadari suatu benda atau suara, bau, atau rasa dalam djiwa kita. Ini kita anggap tingkatan jang lebih tinggi. Tetapi tingkat jang tertinggi dalam golongan gedjala pengenalan ini ialah bilamana kita dapat „menghubung-hubungkan dan men tjan sang'<;ut paut" diantara apa-apa jang kita sadari tanpa perangsang dan terlepas dari pekerdjaan alat-alat indra. Ge djala jang tertinggi pada golongan ini terkenal dengan nama: „berpikir". Demikianlah uraian-uraian ini kita simpulkan dVsiHi sebagai berikut : Gedjala-gedjala pengenalan (tjipta; cognitie) ialah suatu golongan dari gedjala-gedjala djiwa jang bertugas „menjadari" sesuatu dengan berbagai tjara dan diantaranja jang terpenting ialah „berpikir",
Djadi dengan berpikir itu (tanpa terikat pada perangsang kongkrit dan alat indra), kita dapat mengolah „kesan-kesan" (apa jang pernah kita sadari). Misalnja bagaimana harus menjelesaikan sebuah hitungan 9 X = 153, atau J4 X 160 = ataupun apa jang harus kita lakukan kalau kita tidak dapat memandjat dan tiada pula galah untuk pendjolok
37
mangga jang kita inginkan itu, maka kitapun „berpikir". T e tapi lain halnja, waktu kita menjadari sesuatu timbul pula gedjala-gedjala djiwa jang fungsinja lain dari apa jang sudah diuraikan diatas. Misalnja waktu kita menjadari sekuntum bunga jang kombinasi warnanja tjukup menarik, maka kitapun „ s u k a " dan „ s e n a n g " melihatnja. Demikian pula terhadap sebuah lagu jang merdu, bau jang harum, suatu rasa jang lezat dan sebagainja. Sebaliknja kita „tidak senang" dan „tidak suka" kepada warna jang telah laju, lagu-lagu jang membisingkan, atau bau busuk dan sebagainja. Rupa-rupanja djiwa kita tidak sekedar menjadari dan mengenai sadja akan halhal tersebut, tetapi „memberi nilai baik tidaknja terhadap apa jang kita kenal itu". Golongan gedjala-gedjala jang tugasnja menilai ini kita sebut „gedjala-gedjala perasaan" (rasa, emosi). A d a p u n gedjala-gedjala perasaan ini bukan sekedar menilai indah tidaknja, enak tidaknja, dsb., tetapi djuga memberi pernilaian terhadap nilai-nilai susila dan agama; untuk menilai buruk atau baik, sutji atau berdosa dan sebagainja. Gedjala-gedjala perasaan (rasa, emosi) ialah gedjala-gedjala djiwa terpentfng pada manusia untuk memberi pernilaian terhadap sesuatu dan diantaranja jang tertinggi ialah „katahati . Sudah djelas bagi kita dua golongan djiwa, jaitu gedjala-gedjala pengenalan dan gedjala-gedjala perasaan, se dangkan gedjala-gedjala djiwa golongan ketiga ialah „gedjala kehendak" (karsa, conatie). Kalau kita beri pertjontohan setjara symbolis, gedjala pengenalan mengenai bahwa itu adalah „ b u n g a " , maka gedjala perasaan menilai bahwa bunga itu „amat indah" dan saja suka, sedangkan gedjala kehendak seolah-olah memerintahkan „petiklah bunga itu" ! D j a d i sebenarnja gedjala-gedjala kehendak itu adalah gedjala jang bertugas sebagai „ d o r o n g a n untuk berbuat" pada manusia, dan sering pula disebut orang „motivasi". Golongan gedjala itu sendiri terdapat dalam berbagai tingkat pula, jang paling rendah ialah dorongan untuk memberi reaksi-reaksi tertentu tanpa kita sadari samasekali dan inilah jang disebut gerak ..reflex". A d a p u n dorongan ün38
tuk berbuat jang paling tinggi ialah : dorongan jang kuat dan berdasarkan kesadaran serta perhitungan-perhitungan jang 'mendalam dengan berpikir lebih dahulu dan ditimbang-timbang pula dengan perasaan sebagai djuru nilai. Dorongan jang tertinggi inilah disebut orang dengan „ k e m a u a n " . Gedjala-gedjala kehendak (karsa, konasi) ialah gedjala-gedjala dji wa jang bertugas sebagai kekuatan pendorong untuk berbuat, diantaranja jang tertinggi ialah „kemauan". Ketiga matjani golongan gedjala djiwa itu kiranja telah djelas, jakni dibeda-bedakan atas golongan-golongannja ada lah berdasarkan perbedaan fungsi/tugasnja masing-masing ; mengenai, menilai dan mendorong. A k a n tetapi para ahli tidak dapat memasukkan sebahagian gedjala-gedjala djiwa jang lain kedalam salah satu diantara tiga golongan menurut trichotomi itu. jaitu gedjala-gedjala : 1.
P E R H A T I A N dan M I N A T :
2.
S U G E S T I (saran, pengaruh);
3.
KELETIHAN
DJIWA.
Kadang-kadang dapat dimasukkan kedalam ketiga golongan itu seperti „ p c r h a t i a n " , tetapi sugesti dan kelelahan djiwa itu sukar dimasukkan kedalam salah satu golongan manapun. Karena kekaburan jang demikian rupa, maka ketiga gedjala diatas digabungkan kedalam golongan gedjala keemoat, dengan tidak merombak pengertian trichotomi semula. Gedjalagedjala tiampuran ialah gedjala-gedjala djiwa jang tidak termasuk kedalam salah satu gedjala pengenalan, perasaan dan kehendak, diantaranja ialah : perhatian/minat, sugesti dan kelelahan djiwa. K A I D A H - K A I D A H U M U M I L M U MEN G A D J A R .
Diantara gedjala-gedjala da lam ketiga golonqan gedjala djiwa itu, kita pilih beberapa diantaranja jang fungsinja erat hubungannja dengan „beladjar" jang sangat penting diketahui oleh seorang guru. Demikianlah disini lebih djelas 39
terbukti bahwa bahan-bahan Didaktik dan Methodik terambil dari Ilmu Djiwa, dan dalam hal ini kita namakan sebagai „Kajdah-kaidah atau azas-azas Ilmu Mengadjar." Diantara ge djala-gedjala jang akan kita bahas ialah : A. B. C. D. E. F.
P E R H A T I A N P E N G A M A T A N 1 N G A T A N B E R P I K I R F A N T A S I O T O A C T 1 V 1 T A S .
Demikianlah dapat kita simpulkan bahwa kaidah-kaidah atau azas-azas ilmu mengadjar adalah berpangkal pada Ilmu Djiwa. A.
P E R H A T I A N .
Gedjala perhatian ini tergolong dalam golongan „gedjalagedjala tjampuran". Apabila suatu gedjala djiwa jang beraksi dipertinggi dan diintensifkan, maka disebutkan „perhatian", Orang sering mendefinisikan gedjala perhatian itu sebagai berikut : perhatian adalah aktivitas djiwa jang dipertinggi. Tanpa disertai oleh perhatian, apapun tidak kita sadari. kendatipun kita melihat kedjurusan itu, Seorang murid jang dalam beladjar tanpa perhatian tidak ada hasil samasekali. Mungkin murid itu dengan tenangnja melihat dan mendengar Jcearah guru jang sedang menerangkan peladjaran, tetapi simurid tadi masih sempat memusatkan perhaiiannja kepada hal-hal jang lain seperti lajang-lajang, kelereng dan sebagai nja. Tanpa perhatian tidak terdjadi beladjar. Dalam hal ini seorang guru bertugas menarik perhatian murid pada waktu memberikan peladjaran. Perhatian anakanak tidak dapat dipaksa-paksakan, tetapi harus timbul de» 40
ragan sendirinja jang disebut „perhatian spontan." Tugas gum ialah menimbulkan perhatian spontan pada murid-muridnja Dapat tidaknja timbul perhatian spontan itu bergantung pada beberapa faktor, jaitu : a.
FAKTOR GURU : — baik tidaknja gaja seorang guru mengadjar; — erat tidaknja hubungan batin antara guru dengan murid; — guru sendiri harus menundjukkan perhatian penuh waktu mengadjar; — sympatik tidaknja sikap dan kelakuan seorang guru,
b,
FAKTOR MURID : — perhatikanlah kelelahan murid-murid waktu beladjar. — sesuai tidaknja peladjaran itu dengan „minat" murid. — sesuai tidaknja dengan tingkatan perkembangan murid. — ada tidaknja hubungan antara peladjaran dengan lingkungan. — sesuai tidaknja peladjaran itu dengan kepribadian murid.
c
FAKTOR BAHAN PELADJARAN : — bahan peladjaran harus kongkrit, peladjaran harus diperagakan sedapat mungkin; — bahan itu sendiri harus mempunjai daja tarik (sesuai dengan minat anak); — bahan peladjaran harus dapat menimbulkan kegembiraan pada waktu diberikan. Hal ini terserah kepada ketiakapan seorang guru dalam mengolah dan menjadjikan bahan.
d
F A K T O R SITUASI K E L A S : — kelas harus sedemikian rupa dapat menimbulkan situasi gembira; 41
— djangan ada keributan-keributan dalam atau diluar kelas jang dapat mengganggu djalannja pengadjaran; — letak duduk muridpun mempengaruhi situasi pengadjaran, oleh karena itu masalah penempatan letak duduk murid penting peranannja; — kelas djangan pula terlalu sepi, sehingga murid dipaksa tutup mulut jang mengakibatkan situasi tidak ber semangat samasekali (asal sadja tidak menimbulkan kekatjauan dalam kelas). B.
P E N G A M A T A N
Pengamatan ialah suatu keaktifan djiwa jang tergolong pengenalan (tjipta, cognitie) - Pengamatan ialah suatu kegiatan djiwa jang bertugas mengenai dan menjadari obdjek-obdjek dengan memakai alat-alat indra. Mengingat adanja bermatjammatjam alat indra pada manusia, maka pengamatan itu ada beberapa djenis sesuai dengan alat indranja : 1. 2. 3. 4. 5.
Penglihatan, indranja mata. Pendengaran, indranja telinga. Pentjiuman, indranja hidung. Pengetjapan, indranja lidah. Perabaan, indranja permukaan kulit.
Sjarat-sjarat untuk terdjadinja pengamatan itu ialah : a. b. c. d.
Harus normal alat-alat indra jang bersangkutan, Harus ada obdjek jang dapat merangsang alat indra, Perangsang itu sendiri harus mempunai kekuatan rangsang jang tjukup sehingga dapat diterima oleh alat indra. Harus adanja perhatian jang menjertai pengamatan itu,
Maka dapat disimpulkan bahwa untuk setiap djenis per ngamatan diperlukan adanja obdjek jang kongkrit, indra jang normal dan pemusatan perhatian.
i2
Ilmu D j i w a A n a k mengadjarkan kita bahwa pengamatan anak-anak mempunjai tjara-tjara jang chas sesuai dengan ting katan pertumbuhannja masing-masing. Dalam mengamati se suatu, anak-anak langsung lebih dahulu mengamati setjara keseluruhan, dengan pengertian bahwa „ k e b u l a t a n " itulah
2. 3.
4
5',
Usahakanlah lebih dahulu untuk dapat menarik perhatian murid terhadap bahan peladjaran, (lihat kembali „perhatian"). Periksalah anak-anak jang tjatjad indranja untuk rawatan dan lajanan seperlunja jang chusus untuk mereka. W a k t u menerangkan peladjaran, usahakanlah pemakaian bahasa jang mudah dimengerti dengan langgam dan irama jang tidak membosankan. Djangan terlalu tinggi dan djangan pula terlalu rendah sehingga tak terdengar oleb murid. Djanganlah murid-murid hanja dipaksa mendengar sadja, perlihatkanlah sedapat mungkin benda-bendanja, tundjuk kanlah benda-benda atau gambar-gambar jang harus di lihat oleh anak. Pokoknja murid-murid harus mempergunakan seluruh indranja waktu menerima peladjaran (bukan hanja dengan mendengar sadja), dan inilah jang disebut „ p e n g a d j a r a n berupa" atau „ P e r a g a a n . " Usahakanlah selalu agar bahan peladjaran itu bersifat global sesuai dengan sifat pengamatan anak-anak. 43
Adapun peragaan itu amat penting peranannja dalam pengadjaran, karena terikatnja anak-anak dengan pengamatan jang kongkrit. Kalau guru tidak mungkin memperlihatkan benda-benda jang asli, perlihatkanlah gambar-gambar atau benda-benda tiruan jang mendekati bendanja jang asli. Sekurang-kurangnja, sebagai usaha jang paling minimal, pakaslah papan tulis sebagai alat peraga jang paling terachir. Akan tetapi peragaan itu bukan sadja dengan memperlihatkan gambar benda asli, tetapi dapat pula dengan memakai gerakgerik atau menundjukkan tjara-tjara melakukannja dan ini disebut „dramatisasi" (melakukannja). Dalam hal pengamatan, peragaan sangat perlu dan dapat membangkitkan minat anak serta memperkongkrit bahan peladjaran. C.
I N G A T AN.
Ingatanpun salah satu dari golongan-golongan gedjala pengenalan (tjipta, Cognitie). Ternjata dalam kita mengenai dan menjadari sesuatu dengan pengamatan, maka kesan-kesan itu tidak semuanja hilang begitu sadja- Sebahagian besar kesan-kesan jang berasal dari pengamatan itu tinggal dalam djiwa dilapisan „bawahsadar/prasadar". Kita dapat menimbulkan kembali sesewaktu kita butuhkan dan peristiwa menimbulkan kembali kesan2 simpanan itu disebut ,, r ep r o d u k s i ". Untuk mendjamin agar kesan-kesan itu tersimpan lebih teratur dan intensif, maka harus dengan teratur dan sungguh-sungguh pula kesam-kesan itu kita masukkan misalnja memahami, menghapal dan sebagainja, dan inilah jang disebut „m e n t j a m k a n " kesan-kesan. Ingatan ialah kegiatan djiwa jang bertugas mentjamkan. menjimpan dan mereproduksikan kesan-kesan kedalam kesadaran. Kalau kesan-kesan itu terbenam kelapisan taksadar, maka kita tidak dapat lagi mereproduksikannja, baik untuk sementara waktu ataupun untuk selama-lamanja dan inilah jang terkenal dengan „ 1 u p a". Maka oleh karena itu guru bertugas berusaha memperketjil bahaja lupa pada murid agar 44
bahan peladjaran sungguh-sungguh mendjadi milik djhvanja untuk selama-lamanja, U n t u k melaksanakan tugas penting ini, guru-guru harus .nengetahui lebih dahulu sebab-sebab lupa itu terdjadi sehingga dapatlah disimpulkan adanja beberapa matjam kesan jang nudah dilupakan. 1. 2.
3. 4. 5.
Kesan-kesan jang ditjamkan tanpa perhatian dan minat sepenuhnja. Kesan-kesan jang ditjamkan itu mungkin tidak disu kainja atau menimbulkan rasa bentjinja, baik karena sifat peladjaran itu sendiri atau disebabkan oleh kebentjiannja kepada gurunja. Kesan-kesan jang kurang mengandung pengertian, atau dihapal sebelum dipahami lebih dahulu. Pentjaman kesan-kesan tidak teratur, petjah belah dan ter-pisah-pisah. Setelah kesan-kesan ditjamkan dan disimpan, tidak pernah direproduksikan (tidak pernah di-ulangulang).
Dalam memperhatikan ketentuan-ketentuan itu, maka tjara gum mengadjar tintuk dapat memperketjil lupa ialah : 1.
Usahakanlah pada waktu mengadjar agar perhatian anak-anak tertudju sepenuhnja pada bahan peladjaran. 2. Untuk maksttd tersebut, usahakanlah agar bahan peladjaran sesuai dengan minat anak, 3. Terangkanlah peladjaran dengan gaja jang tjukup menarik, menggembirakan dan tjukup bersemangat. •i. H a l ini dapat tertjapai bila guru mempunjai hubungan batin jang erat dengan anak, sehingga mendjadikan ia sebagai guru jang sympatik bagi anak-anak. 5. Terangkanlah bahan peladjaran dengan tjukup djelas, sehingga djangan ada bahagian-bahagian peladjaran jang tidak dirnengerti oleh anak. 45
6.
Bahan peladjaran harus kongkrit, maka antara lainnja harus diperagakan. 7. Usahakanlah agar bahan peladjaran djangan petjafc belah, tetapi bersifat global, dimulai dari kesektruhan/kebulatan baru menudju kepada bahagian-bahagian. 8. Dalam hal ini perlu sekali menghubung-hubungkan peladjaran antara satu dengan peladjaran/hal lainnja sehingga tampak lebih bermanfaat, dan ini disebut ..Konsentrasi." 9. Kalau memberi peladjaran baru, dasarkanlah pada . peladjaran jang sudah diketahui lebih dahulu, dan ini disebut azas ,,appersepsi". 10. Biasakanlah mengadjar dengan memakai schem.ischema, kolom-kolom, pertanda-pertanda dan sebagainja untuk memudahkan ingatan. 1.1. Sering-seringlah mengadakan ulangan, setjara lisas ataupun tulisan dan djuga pekerdjaan-pekerdjaar rumah, latihan-latihan dan seperlunja. H a l ini salai:< satu usaha penting untuk memperketjil bahaja hips pada murid-murid. D.
B E R P I K I R .
Berpikir adalah salah satu tugas terpenting dan tertingg dalam kelompok gedjala pengenalan. Kalau gedjalan ingatan hanja menimbulkan kesan-kesan jang disimpan kedalam kesadaran, tetapi berpikir ini menerima kesan-kesan (dari pengamatan atau ingatan) untuk diolah selandjutnja dalam kesadaran. Dengan berpikir itu djiwa mentjari hubungan dan sangkut paut diantara kesan-kesan itu untuk selandjutnja mentjapai suatu pemetjahan dan kesimpulan. D j a d i becpikk itu ialah suatu kegiatan djiwa untuk mentjari hubungan-hubungati dan sangkut paut diantara kesan-kesan untuk suatu pemetjahan masalah dan memperoleh kesimpulan. 46
Adapun kesan-kesan jang dihubung-hubungkan itu ber, djud arti-arti jang tidak terikat dengan benda-benda kongkrit dan chusus dan inilah jang disebut dengan „p e n g e rt i . a n " sebagai milik djiwa jang terpenting. Untuk berpikir dibutuhkan pengertian karena berpikir itu berdasarkan pada pengertian. ;
Masalah ini amat penting bagi guru karena sekolah bertugas memberi pengertian-pengertian kepada murid, bukan sekedar menghapal tanpa pengertian. Menghapal dengan pengertian-pengertian jang kosong menjebabkan simurid hanja nampu menjebut sadja tanpa diketahui apa jang disebutnja seperti membeo sadja, dan inilah jang disebut sebagai bahaja v e r b a 1 i s m e". Sekolah bertugas membentuk daja akal murid untuk berpikir sendiri dan memberantas verbalisme. Dalam hal melatih daja berpikir murid, haruslah kita insafi benar-benar bahwa tingkatan berpikir anak-anak tidak sama dengan orang dewasa. O r a n g dewasa telah memiliki banjak pengertian dan pengalaman sehingga mudah dapat berpikir abstrak tanpa terikat dengan hal-hal jang kongkrit. 3-,ain halnja dengan anak-anak, jang masih sangat kurang pengertiannja, mereka sangat terikat dengan bahan-bahan jang f.ongkrit dari pengamatan keindraan. Anak-anak masih berpikir setjara kongkrit dan belum dapat berpikir setjara abstrak sehingga peladjaran-peladjaran :.-MUS njata dan berpeiaga. Itulah sebabnja buku-buku hituujngan dengan metodik modern selalu mentjantumkan gamhar-gambar untuk mendjadi pokok hitungan, terutama dikelas f€ndah. A p a k a h daja upaja guru untuk melatih anak-anak berpikir sendiri ? Para ahli telah mentjoba mentjari daja upaja seorang guru untuk melatih anak-anak berpikir sendiri, ïaitu : I. Bahan-bahan peladjar untuk kelas rendah sekolah diisar djangan abstrak. Haruslah mengutamakan peragaan agar anak-anak ïnemperoleh pengertian-pengertian jang njata. karena pengertian itulah unsur berpikir jang utama. 47
3. Pada kelas-kelas jang lebih tinggi dapatlah dimulai dengan menghubung-hubungkan antara peladjaran jang satu dengan lainnja, seperti : — hutan digunduli —> bandjir — kebandjiran besar —> tanah subur dan sebagainja. 4. Biasakanlah memberikan bahan-bahan dan latihan berpikir dengan mengemukakan persoalan-persoalan untuk dibahas bersama-sama dalam kelas. 5. Pertanjaan-pertanjaan jang dikemukakan oleh guru djanganlah semata-mata mengenai hapalan, tetapi jang terarah kepada berpikir. Bedakanlah beberapa tjontoh dibawah ini antara bahan hapalan dan pikiran : — Siapakah pahlawan Perang Padri ? Pada Tahun berapa dimulai Perang Padri ? — Apakah jang menjebabkan timbulnja Perang Padri ? — Apakah nama sungai jang terbesar di Palembang ? — Apakah hubungannja sungai Musi bagi kemakmuran penduduk setempat ? — Daerah-daerah manakah jang sangat kurang tururi hudjan ? — Mengapakah di pulau-pulau Nusa Tenggara penduduk banjak berternak ? 6. Usahakanlah agar anak-anak banjak bekerdja sendiri seperti pekerdjaan-pekerdjaan tangan dan sebagainja. Dengan bekerdja sendiri kita selalu tertumbuk dengan kesulitan-kesulitan jang harus mendapat pemetjahan. Maka oleh karena itu beladjar jang paling effektif ialah beladjar dengan berbuat dan dalam bahasa asing terkenal „learning by doing." 7. Sebelum anak memahami sungguh-sungguh tentang suatu peladjaran, maka tugas guru belumlah selesai. Bet'dah pengerrian sedjeïas mungkin kepada murid-murid. 48
8. Salah satu peladjaran (dikelas lebih tinggi) jang amat bermanfaat untuk melatih pikiran ialah dengan „membatja dalam hati". Anak-anak disuruh membatja dalam hati kira-kira 2 atau 3 menit dengan mendalam sebuah teks, kemudian buku ditutup dan guru memberikan pertanjaan-pertanjaan. 9. Dalam proses berpikir, ingatanpun memegang peranan penting. Tetapi harus diingat sungguh-sungguh bahwa ingatan itu bukan tudjuan dalam berpikir, sebaliknja ingatan adalah alat untuk berpikir. Sekolah-sekolah dizaman modern ini berusaha menemukan berbagai system pengadjaran jang terbaik untuk maksud melatih daja pfkir anak-anak. E.
F A N T A S ! .
Kesimpulan kita jang lain bahwa berpikir adalah kegiatan djiwa untuk mentjari hubungan-hubungan dan sangkut paut diantara pengertian-pengertian dan kesan-kesan jang kita miliki, sedangkan ingatan ialah kegiatan djiwa untuk memasukkan (mentjamkan), menjimpan dan mereproduksikan kesankesan. Disamping itu ada suatu kegiatan djiwa jang tugasnja ialah untuk mentjiptakan suatu jang baru dalam kesadaran kita dan inilah jang disebut „f a n t a s i " atau chajalan. Tetapi untuk mentjiptakan suatu jang baru sangat diperlukan pertolongan kesan-kesan jang sudah pernah ada lebih dahulu. Berdasarkan kesan-kesan jang telah ada itulah dibentuk dalam kesadaran suatu jang baru dengan tjara-tjara tertentu; membuang, menambahkan ataupun mengkombinasikan. Fanlasi ialah suatu kegiatan djiwa jang bertugas mentjiptakan hal baru dalam kesadaran kita dengan bantuan kesan-kesan jang sudah ada. Fantasi tidak kurang penting peranannja daripada ber pikir. sebab dalam beberapa keadaaii kita harus mendjeladjah 49
kealam fantasi itu. fantasi sia, sebab :
amat besar faedahnja
bagi manu-
1.
Dengan fantasi kita dapat menindjau kesulitan-kesulitan, baik jang telah pernah maupun jang belum pernah dialami, serta kemungkinan-kemungkinan jang lebih djauh jang tidak dapat diatasi oleh pikiran.
2.
Dengan fantasi itu pulalah manusia dapat mentjiptakan suatu jang baru, baik berupa hasil seni maupun technik dan sebagainja.
3.
Kadang-kadang kita dapat menghindari diri sedjenak dari kesulitan-kesulitan hidup jang dialami dengan menikmati kehidupan dalam alam fantasi sehingga kita terhibur sedjenak. A k a n tetapi djika hal ini berlebih-lebihan dapat merusakkan djiwa dan mendjadi pengelamun.
4.
Dalam pengadjaran, fantasi amat penting untuk membantu quru, terutama dalam menqadjarkan/mentjeritakan kedjadian-kedjadian jang abstrak, baik dalam sedjaiah maupun ilmu bumi dan sebagainja.
5.
Dengan fantasi itu pula dapat membantu perkemba ngan akal anak, jaitu untuk membentuk pengelaman-pengalaman baru, pengetahuan baru serta penemuan baru.
Memang kenjataannja raenundjukkan bahwa fantasi pada anak-anak sangat kuat, karena daja pikiraja belum sempurna «erkembang. Hampir seluruh kehidupan djiwa mereka dikuasai oleh fantas; (perhatikan anak-anak waktu bermain-maln dengan benda-benda tertentu, menggambar dan waktu anak bertjerita). Kenjataaii ini tidak dapat disangkal k é b e n a r a n 50
nja, bahwa fantasi anak-anak amat kuat, hampiv seluruh kehidupan djiwanja dikuasai olehnja. Fantasi itu lambat laun hetkurang dan berimbang dengan kegiatan-kegiatan djiwa lainnja seperti berpikir dsb. Dengan fantasilah anak-anak mentjiptakan dalam kesadarannja bahwa sepoiong sapu adalah senapan sebuah kursi adalah mobil dan dirinja sendiri sebagai seorang ibu atau sebagai guru. Sepandjang hari kehidupannja terisi oleh chajalan atau fantasi, dan demikian berarti anak senantiasa hidup dalam alam semu/fiktif, dan oleh karena itu pula fantasi ini dapat merusak kehidupan dan perkembangan djiwa anak. A h l i jang beipendirian demikian ialah D R . M A R I A M O N T E S S O R i seorang pendidik wanita bangsa Italia. Menurut Montessori, fantasi anak-anak harus dibauts-, untuk menghindari anak-anak hidup dalam setnu dan dapat mengakibatkan rusaknja djiwa meveka. Pendirian Montessori itu terlalu memandang kepada aspek negatif daripada Fantasi, sebaliknja J.F. F R Ö B E L seorang ahli didik bangsa Djerman membantah djalan pikiran Montessori itu. Menurut Fröbel, perkembangan fantasi anakanak itu amat penting mendapat perhatian para pendidik. karena fantasi itulah jang melatih „kreatifitas" ( = daja tjipta) anak jang amat diperlukan oleh masjarakat dalam kemadjuan kebudajaan. Fantasi anak-anak harus dipupuk dan disalurkan sebaik-baiknja. karena disamping pembentukan daja tjipta, dengan fantasi itu pula anak tertoiong untuk memperkembangkan bakainja. Untuk itulah Fröbel mempelopori Taman Kanak-Kanak jang amat terkenal sampai dewasa ini. Djadi bertentangan dengan Montessori. menurut Fröbel fantast anak-anak harus dipupuk dan disalurkan sebaik-baiknja untuk mengcmbangkan daja tjipta dan bakat anak sedjak ketjilnja, Dapatkah fantasi itu membantu membentuk daja pikir anakanak ? Sebagaimana kita ketahui dari uraian jang laiu bahwa berpikir itu adalah suatu perbuatan abstrak, sedangkan fantasi inipun adalah demikian pula. maka kiranja ada hubungan 51
jang amat erat antara perkembangan berpikir dan perkembangan fantasi. O l e h karena beberapa alasan penting itu kiranja kita sepaham dengan Fröbel dan dengan menambahkan beberapa alasan lain lagi, jaitu : 1 Sudah kodratnja bahwa kehidupan fantasi amat kuat kepada anak-anak sebelum diimbangi dengan per kembangan daja pikirnja, oleh karenanja pertumbuhan jang kodrat ini tidak dapat kita hambat. 2. Karena perkembangan fantasi itu adalah kodrati sifatnja (sifat kodratnja anak), maka berdasarkan itulah kita mendidik. 3. Fantasi itupun amat besar faedahnja, sedjak anakanak sampai dewasanja seseorang, (terangkan dewasanja seseorang, (terangkan dengan alasan-alasanmu sendiri). M a k a dari itu guru berkewadjiban menjalurkan dan memupuk fantasi anak-anak disekolah. Dalam praktek disekolah, maka ada segolongan pengetahuan/ketjakapan jang mempunjai dasar-dasar fantasi jaitu jang disebut ,,mata peladjaran expressi". Peladjaran-peladjaran expressi itu antara lain ialah: menggambar, menjanji, bertjerita, bermain-main. pekerdjaan tangan. mengarang dan sebagainja. Disekolah, mata peladjaran expressi mempunjai kemungkinan untuk menjalurkan fantast anak-anak. F.
banjak
O T O A K T Ï F I T A S .
Otoaktifitas berarti ..kegiatan sendiri", jakni suatu t k v dakan jang timbul atas kegiatan pada diri sendiri, baik pada orang dewasa maupun pada anak-anak. Ini adalah suatu keniataan pula, bahwa anak-anak selalu sibuk dan tidak sanggup untuk tinggal diam. Sebagai bukti dapat ditundjukkan bahwa anak-anak se olah-olah hidup untuk bermain-main sepandjang hari. makanpun harus melalui tjara bermain-main. 52
Sifat ini adaiah sifat kodrat pula pada anak-anak, sehingga orang dewasa jang masih memiliki sifat itu digelarkan anakanak pula. Kiranja kesibukan, kegiatan dan permainan-permainan itu amat penting peranannja bagi perkembangan djiwa raga anak, jakni sebagai latihan fungsi-fungsi djasmani dan rohani anak untuk menghadapi kehidupan sebenarnja kelak. Sudah kodratnja anak itu aktif dan bermanfaat baginja sebagai latihan fungsi-fungsi rohani dan djasmaninja. Berhubung kita telah mengakui bahwa mendidik itu harus lah berdasarkan anak, sedangkan dalam hal ini sifat aktifnja itu adalah kodratnja anak, maka aktifitas anak-anak tidak boleh dibendung, tetapi pendidikan dan pengedjaran harus didasarkan pada kegiatan sendiri (otcaktifitas) jang ada pada anak. Pendidikan system lama, para guru seolah-olah bertugas membunuh aktifitas anak-anak, karena anak-anak dianggap pasip (penerima) sadja, sianak seolah-olah datang kesekolah hanja untuk mendengar sadja. Sekolah lama ini mempunjai tjorak tersendiri bahwa guru jang aktif, murid pasip dan tukang dengar sadja. O r a n g menamakan sekolah lama itu dengan „Sekolah D e n g a r " atau "Sekolah Pasip". Bentuk pengadjaran jang pasip itu bukan kodratnja anak dan tambahan pula dapat menimbulkan bahaja verbalisme sebagai mana telah dikemukakan. Z a m a n sekarang para ahli sependapat, bahwa anak-anak harus diactifkan sebanjak mungkin, kebetulan keaktifan itu sangat kuat pada mereka, atau adanja „otoaktifitasnja" pada mereka. Beladjar bukan hanja dengan memakai telinga sadja untuk mendengar, tetapi seluruh indra dan kegiatan harus diarahkan, karena anak-anak tidak didjadikan sebagai machluk bertelinga sadja. Beladjar haruslah dengan bekerdja, bcrbuat, berlatih, mentjoba dan berpikir sendiri disamping melalui pendengaran dan penglihatan. System pengadjaran jang harus kita anut ialah system sekolah aktif atau sekolah kerdja. Terkenal sebuah sembojan dalam hal ini jaitu aslinja berbunji "learnkig by doing" ( = beladjar de53
ngan djalan berbuat/bekerdja). Memang dalara dunia pendidikan banjak terdapat sekolah jang seluruh kegiatan sekolah diisi dengan pekerdjaan-pekerdjaan jang dilakukan sendiri oleh murid-murid dibawah bimbingan guru mereka. Beberapa usaha dapat dilaksanakan kendatipun sekolah-sekolah kita bukan sekolah kerdja sepenuhnja. Prinsip-prinsip otoaktifitas jang dapat dilaksanakan antara lain ialah : ). Dikelas-kelas rendah usahakanlah adanja system ,,permainan-permainan peladjaran", misalnja beladjar berhitung sambil bermain „djual beli" atau „ p a s a r kelas" „toko kelas." 2. Djangan terlalu dipaksakan murid-murid tenang terpaku seperti patung-patung dalam kelas, tetapi berilah kebebasan bergerak sebebasnja asal tidak mengganggu djalannja peladjaran dan ketertiban kelas. J. Mempraktekkan peladjaran-peladjaran teori sehingga lebih bermanfaat dan memperdalam pengertian jang sebenarnja. Konon pula djika peladjaran itu memang peladjaran praktis seperti wudhu', shalat, azan, dsb. 4. Sering-seringlah melakukan pertjobaan (experiment) dalam keadaan-keadaan jang memungkinkan dibawah bimbingan guru sendiri, 5. Mengukur, menakar, menimbang sendiri dalam peladjaran berhitung U T T . 6. Mengumpulkan benda-benda, gambar-gambar dan sebagainja. 7. Membuat sendiri alat-alat kelas jang sederhana, 8. Praktekkanlah „pertjakapan kelas", jaitu beladjar dengan memetjahkan bersama persoalan-persoalan jang dihadapi. 9. Serahkanlah tugas-tugas harian dalam kelas kepada murid-murid sendiri, misalnja membersihkan kelas, papan tulis, menghias kelas, membagi/mengumpulkan buku-buku peladjaran, membuka/menutup djendela dan pintu kelas dan sebagainja. 54
10. Membantu guru dalam hal-hal jang mungkin, sepern menggaris buku-buku absen, niembuat sampul surat dan sebagainja. 11. Bersama-sama memelihara kebun/taman sekolah. 12. Berilah kebebasan sianak berpikir sendiri sebanjak mungkin. 13. Berikanlah tugas-tugas rumah. asal djangan terlalu betlebih-lebihan. 14. D j i k a ada tanja djawab, maka djawaban murid jang salah djangan tergesa-gesa disalahkan atau diperbaiki oleh guru, berilah kesempatan murid-murid sendiri jang memperbaiki kesalahan temannja. 15. Usahakanlah agar pertanjaan-pertanjaan lebih banjak datang dari murid sendiri, bahkan lebih dari itu, biasakanlah murid-murid berani bertanja. M a s i h banjak lagi hal-hal jang dapat dipraktekkan untuk menjalurkan otoaktifitas murid dalam kelas. Pendek kata. walaupun kita tidak membuka Sekolah Kerdja, tetapi masukkanlah prinsip-prinsip otoaktifitas dalam seluruh kegiatan disekolah.
55
3.
ILMU
SEKOLAH
S E D J A R A H TERDJAD I N J A S E K O L A H .
Sedjak dahulu kala, sekitar 2000 tahun S.M., "sekolah" belum dikenal orang kendatipun dinegeri jang telah berperadaban tinggi seperti Mesopotamia, Mesir dan lain-lain.
Sedjak waktu itu sekolah jang sungguh-sungguh belum dikenal orang. Beberapa pengetahuan seperti menulis, membatja, berhitung dan lain-lain pada waktu itu diberikan terbatas untuk kalangan bangsawan dan paderi sadja. Djadi pada mulanja sekolah belum ada, beberapa pengetahuan diadjarkan terbatas untuk kalangan bangsawan dan paderi. Setelah berkembangnja agama-agama besar didunia seperti Islam, Nasrani, Budha dan Hindu, barulah pengetahuan itu diadjarkan untuk segenap lapisan rakjat umum. Pelaksanaan pengadjaran untuk rakjat umum jang meluas jang sungguh-sungguh dipraktekkan oleh Islam. Jang diutamakan adalah pengetahuan agama dan berpusat dirumah-rumah sutji seperti mesdjid, geredja dan biara, sedangkan pengetahuan itu diberikan oleh orang-orang jang ahli agama pula. Demikianlah pengadjaran rakjat jang meluas berasal dari agamaagama besar didunia untuk memberikan pengetahuan agama dan berpusat dirumah-rumah sutji. Disamping pengadjaran-pengadjaran agama dan pengadjian-pengadjian itu, timbullah pula sekolah untuk rakjat umum jang memberikan peladjaran tentang surat menjurat, berhitung dan sebagainja dan inilah jang disebut orang „sekolah dagang". Sekolah djenis ini timbul setelah pesatnja perdagangan antara kota dimana orang-orang jang pandai akan tulis batja dan berhitung sangat dibutuhkan. Pesatnja perniagaan-perniagaan antar kota sekitar awal abad perte56
ngahan menimbulkan djuga pengadjaran rakjat umum berudjud „sekolah surat" atau „sekolah dagang". Sekolah ini makin lama makin berkembang terus. P a d a mulanja, baik Sekolah A g a m a maupun Sekolah Surat itu diadjarkan setjara „ p e r s e o r a n g a n " atau menganut system „individuil", jaitu peladjaran diberikan kepada masingmasing murid tersendiri. Lambat laun anak-anak jang memasuki sekolah itu semakin meningkat djumlahnja sehingga system individuil itu terpaksa ditinggalkan karena tidak memungkinkan lagi. M a k a terpaksa murid-murid dikumpulkan setjara keseluruhan jang dibagi-bagi menurut tingkatan masing-masing. D j a d i sekelompok murid diberi peladjaran serentak dalam satu waktu dengan peladjaran jang sama disebut system „klassikal" jang kita kenal sampai sekarang dimana tingkat* tingkat itupun disebut „kelas". Demikianlah sekolah-sekolah pada mulanja dilaksanakan setjara individuil kemudian berobah kesystem klassikal. P E N J E L E N G G A R A S E K O L A H .
Sekolah dalam arti luas tidak mampu dilaksanakan dan dibangun oleh perseorangan, tugas jang berat ini adalah mendjadi tugas dan beban „ m a s j a r a k a t " . W a l a u pun bermatjam-matjam bentuk masjarakat, tetapi disini kita bedakan atas dua bahagian. Dua matjam bentuk masjarakat sebagai penjelenggara sekolah : „pemerintah" dan „masjarakat". A d a sebahagian negara tidak sepenuhnja melaksanakan pendidikan, tetapi hanja membimbing. mengawasi dan membantu sekolah-sekolah jang didirikan oleh masjarakat swasta. Adapula pendidikan disekolah sepenuhnja dipegang oleh negara' dan masjarakat tidak diikut sertakan. dan disamping itu ada pula dimana sekolah pemerintah hidup berdampingart dengan sekolah swasta seperti dinegara kita. '57
Menurut penjelenggara ini. kita djumpai beberapa golongan sekolah : !. Sekolah Negeri, sekolah-sekolah jang sepenuhnja diselenggarakan oleh pemerintah. 2. Sekolah Bersubsidi, jaitu sekolah-sekolah milik masjarakat swasta jang dibiajai 100 pet. oleh pemerintah. Pem berian subsidi ini biasanja bergantung kepada sjarat-sjf> rat jang ditentukan oleh pemerintah. 3. Sekolah Berbantuan, jaitu sekolah milik swasta jang oleh pemerintah diberikan sebahagian dari biaja penjelenggaraannja jang tetap, baik berupa bantuan guru-guru, uang, alat-alat ataupun gedung. Untuk mendapat bantuan pemerintah inipun mempunjai sjarat-sjarat tertentu pula. 4. Sekolah Swasta mutlak, dalam hal ini pemerintah tidak memberikan apa-apa hanja mengawasi sadja tentang prinsip-prinsip umum jang berhubungan dengan undangundang, sehingga dengan demikian tidak terdjadi penjelewengan-penjelewengan hukum. Sekolah-sekolah swasta itu didirikan oleh badan-badan atau jajasan ataupun organisasi politik ataupun organisasi massa. Sekolah-sekolah ini merupakan pelengkap daripada sekolah-sekolah negeri, jang didirikan sesuai dengan kebutuhan setempat, atau kebutuhan golongan aliran seperti sekolahsekolah Agama. S E K O L A H - S E K O L A H N E G E R I DI INDON E S I A.
Pada umumnja sekolah-sekolah negeri dinegara kita diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan daa Kebudajaan (Dahulu Dept. P.P. 6 K dan kemudian P.D. & K) dimana mentjakup mulai pendidikan rendah/dasar sampai ke 58
Perguruan Tinggi. A k a n tetapi kadang-kadang timbul kebutuhan chas dari Departemen-Departemen lain akan tenaga technis jang tidak disediakan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudajaan tadi. Sesuai dengan kebutuhan itu, maka ada diantara Departemen jang menjelenggara sekolah sendiri jang sering disebut ..Sekolah-Sekolah Kedinasan", misalnja : ~
Dep. A g a m a
:
— Dep. Olah Raga - Dep. Pertanian
: :
M I N , P G A N , PHIN. IAIN dan sebagainja. S M O A , P T O dan sebagainja. S P M A , S K M A . S P b M A dan sebagainja.
Pendek kata diluar Departemen Pendidikan dan Kebudajaan terdapat sekolah jang diselenggarakan oleh masing-masing Departemen atas dasar kebutuhan. Dalam Departemen A g a m a terdapat dua buah „direktorat" jang mengurus pendidikan Agama, jaitu : 1.
Direktorat Pendidikan Agama (disingkat D I R P E N D A ) jang bertanggung djawab terhadap pendidikan A g a m a tingkat rendah dan menengah, jakni : — M I N (Madrasah Ibtida-ijah Negeri), lama beladjar 7 tahun. — Madrasah Tsanawijah (dahulu S M Ï ) , lama beladjar 3 tahun. — P G A N (Pendidikan Guru A g a m a Neqeri), lama beladiar 6 tahun dan pada kelas I V diadakan udiian seleksi untuk kelas V . Adapula P G A N janq empat tahun jang lama be~ ladjarnja 4 tahun (dahulu P G A P )
2.
Direktorat Perguruan Tinggi Agama (disingkat D i r perta, dahulu Biro Perguruan T i n g g i A g a m a dan disingkat Bipta) jang mengurus : 59
— ÏAIN (lnstitm Agama Islam Negeri) jang terdapat diseluruh Indonesia, jang meliputi FakultasFakultas : Sjari'ah, Ushuluddin, Tarbyah dan Adab. Setiap Fakultas ini mempunjai djurusandjurusan pula sesuai dengan kebutuhan. Dalam lingkungan Departemen Agama terdapat pula sekolah-sekolah seperti P H l N di Jogjakarta (Pendidikan Hakim Islam Negeri) dan P . P . U . P . A . (Pendidikan Pegawai Llrusai) Peradilan Agama). Lama beladjar pada P H I N ialah 3 tahun jang siswa-siswanja berasal dari P G A N 4 tahun setelah melalui seleksi, sedangkan P P U P A 4 tahun jang siswa-siswanja diterima dari M I N atau S D . Untuk kebutuhan guru-guru M W B , djuga dibuka P L G M W B (Pusat Latihan Guru M W B ) lama beladjarnja 1 tahun dan siswanja berasal dari P G A N 6 tahun. T E N T A N G GURU.
H A L
Telah kita bitjarakan pada bab terdahulu, bahwa fungsi guru amat penting dalam pendidikan sebagai pembantu langsung daripada orangtua murid. Guru-guru adalah pihak jang bertanggung djawab dalam bidang „pendidikan formil", jaitu pendidikan jang berpusat disekolah. Mengingat pentingnja peranan pribadi guru dan beratnja tugas guru itu, maka ada beberapa sjarat untuk mendjadi guru. SJARAT-SJARAT U N T U K MENDJADI G U R U : Sjarat-sjarat untuk mendjadi guru itu ada jang umum dan formil sifatnja dan ada pula sjarat-sjarat jang chusus.
Sjarat-sjarat Umum :
1. Harus mempunjai kesehatan jang tjukup dan tidak tjatjad physik jang menjolok (dibuktikan dengan surat keterangan kesehatan dari Dokter). 60
2, Berpendidikan tjukitp untuk inenghadapi tugasnja dimasing-masing djenis/tingkat sekolah (dibuktikan dengan idjazah Sekolah G u r u tertentu). 3. Berkelakuan baik, tidak pernah meiakukan pelanggaranpelanggaran kriminil dan keonaran-keonaran (dibuktikan dengan Surat Keterangan berkelakuan baik dari Pamong pradja atau Polisi). Dalam pengangkatan seseorang untuk mendjadi guru negeri sjarat-sjarat ini diperlukan sebagai pegangan umum bagi djawatan jang bersangkutan. Dapat dikatakan sjarat-sjarat umum itu adalah sjarat jang minimal selaku seorang pegawai negeri. Disamping itu ada sjarat-sjarat chusus jang sangat penting pula sesuai aeagan tugas seorang guru selaku pendidik. Sjarat-sjarat
chusus :
1. Seorang guru harus mempunjai bakat atau panggilan ba-tin untuk mendjadi guru. O r a n g mengatakan bahwa ..seorang guru itu adalah jang hidup untuk mendjadi guru. bukan mendjadi guru untuk hidup". Ini adalah amat pentingnja, karena tugas guru itu tidak mekanis sifatnja dan bukan pula semata-mata technis, tetapi djuga bersifat : . ..seni". 2,
Sesuai dengan ketentuan diatas, seorang guru haruslah tjinta akan tugasnja, bukan karena terpaksa atau sekedar mentjapai kondite kepegawaian.
3
Sesuai dengan tugasnja jang harus mentjintai anak didiknja, harus mendjadi teladan bagi muridnja, maka ia harus memiliki sifat-sifat budi pekerti jang tinggi; penjabac ichlas dan rela, periang dan peramah, konsekwen, tenang dalam tindakan dan mengambil keputusan serta bidjakFana.
61
4. Disamping itu seorang guru harus adanja kesediaan untuk beladjar seumuv hidup, sehingga pengetahuannja sesuai dengan perkembangan zaman dan tidak statis. 5. Seorang guru harus pula seorang anggota masjarakat jang konstruktif, harus demokratis pandangannja, bukan orang-orang penjendiri dan a sosial. 6. Pribadi dan tingkah laku seorang guru haruslah dapat mendjadi teladan baik bagi murid-murid chususnja dan bagi masjarakat pada umumnja. 7. Achirnja seorang guru haruslah orang-orang jang mempunjai rasa tanggung djawab jang mendalam terhadap Tuhan, masjarakat, atasannja, anak didiknja dan orangtua murid. Dalam Negara jang sudah madju. seorang tjalon gurt; i samping sjarat-sjarat diatas jang harus ditest lebih dahi-h: djuga ditest bahasanja, suaranja dsb. M A T J A M - M A T J 1.
A M
G U R U :
Guru Professionil, jaitu guru-guru jang terdidik chusus mendjadi guru. 2. Guru Amatir, jaitu guru-guxu jang tidak berpendidikar, guru dan djabatan resminjapun bukan guru. Umumnja mereka adalah orang-orang jang mempunjai panggilatt batin untuk tugas mengadjar, hanja sadja mereka tidak menempuh pendidikan guru. 3. Guru-guru tetap, jaitu istilah dalam kepegawaian. dan dalam hal ini adalah seorang guru jang telah dianqkat dengan resmi untuk bertugas pada suatu sekolah. Pads sekolah itu guru tersebut disebut „guru tetap". 4. Guru tidak Ictap, djuga disebut Guru Honorair, jaitii guru jang tugas dinasnja bukan disekolah itu. ia ham i mengadjar disitu atas dasar honorarium. 5. Gum dipcrbantukan. jaitu guru pemerintah jang diperbantnkan pada sebuah sekolah (negeri atau swasta), ae62
dangkan gadjinja tidak dibajar oleh sekolah itu, tetapi oleh djawatannja sendiri. Misalnja G u r u Departemen A g a m a diperbantukan pada sebuah S D atau S M P , atau mungkin pula pada sebuah sekolah swasta. SYSTEM GURU M E M E G A N G KELAS : 1, System bertukar, jaitu bila seorang guru terus menerus memegang sèbuah kelas, misalnja terus menerus memegang kelas I V sadja sedangkan muridnja setiap tahunnja bertukar. 1- System mengesak, jaitu seorang guru jang mengikuti muridnja waktu naik kelas, djadi sebagai lawan daripada system diatas. Kedua system diatas ada buruk baïknja, bergantung kepada beberapa faktor : — Erat tidaknja (serasi-tidaknja) hubungan guru itu dengan murid-muridnja. Djika hubungan mereka tidak erat (tidak baik). sebaiknja menganut system bert!'kar. — Dynamis tidaknja djiwa guru itu. Guru jang berdjiwa dynamis tentu selaiu menginginkan perobahan dan kemadjuan dan ia enggan memegang kelas jang tetap setiap tahun. Guru demikian bosan. mengikuti. system bertukar, mereka lebih baik memilih system mengesak. Guru jang statis lebih suka menganut system bertukar, karena tidak sibuk-sibuk membuat persia,,an baru setiap tahunnja. HjARAT-SJARAT U M U M SEKOLAH :
BAGI S E O R A N G
KEPALA
Disamping sjarat-sjarat jang harus dimiliki oleh seorang guru; maka seorang Kepala Sekolah harus pula memiliki sjarat-sjarat chusus, jakni : 63
1. Dapat memberi pimpinan kepada collega (teman sepekerdja) dan memiliki gezag (kewibawaan) terhadap mereka, 2. Tjakap dalam mengadakan koreksi serta pengawasan terhadap bawahannja. 3. Harus dapat membela dan memberikan perlindungan lahir batin kepada rekan-rekan guru bawahannja. 4. Harus dapat mengkoordinir diantara pekerdjaan-pekerdjaan guru-gurunja. 5. Tjakap dalam mendjaga ketertiban umum disekolah. 6. Tjakap memimpin keberesan administrasi sekolah serta soal-soal intern lainnja. 7. Dapat mendjaga suasana baik dikalanoan para guru dan antara murid dengan guru. 8. Untuk itu semua, seorang Kepala Sekolah haruslah mempunjai karakter jang teguh dan tjakap bergaul. 9. Dalam hal-hal jang penting sanggup mengambil kebidjaksanaan jang tepat dengan segala konsekwensinja. 10. Djangan terlalu zakelijk formil, tetapi haruslah bersifat toleran dan collegiaal M A D J L I S
G U R U :
Dalam melaksanakan tugas, guru-guru dibawah pimpinan Kepala Sekolah harus ada kerdja sama jang erat serta system kekeluargaan, sebaliknja bukan berudjud antara pihak jang satu dengan jang lainnja. Pendek kata dalam pimpinan sekolah itu (Kepala Sekolah dan guru-guru) harus terdapat system demokrasi. Untuk itu pertemuan-pertemuan madjlis guru sangat penting demi memperoleh suasana kerdjasama jang baik. Sekurang-kurangnja madjlis guru perlu bersidang untuk menghadapi masalah-masalah berikut : ?. Membitjarakan pembahagian tugas menghadapi tahun adjaran baru. 2. Penutupan triwulan/kwartal atau semester untuk menentukan angka-angka rapor murid. 64
3.
Penutupan tahun adjaran untuk menentukan angka-angka kenaikan kelas atau tamat beladjarnja seseorang murid. 4. Membuat rentjana-rentjana tertentu seperti akan mengadakan pameran sekolah, darmawisata, pertandingan-pertandingan sekolah, hari-hari perajaan dan sebagainja. 5. Menghadapi peristiwa-peristiwa penting jang insidentil, dan sebagainja. Setiap sidang madjlis guru haruslah dibuat ,,notulen"nja dan untuk itu perlu adanja seorang jang tetap mendjabat sekretaris madjlis guru jang diambil dari kalangan guru sendiri. Anggota sidang madjlis guru harus dapat merahasiakan hal-hal tertentu dalam sidang jang memang harus dirahasiakan keluar atau kepada murid. HUBUNGAN GURU-GURU D A N ORANGTUA M U RID. Ditindjau dari sudut guru, maka ia tidaklah boleh atjuh tak atjuh terhadap keluarga anak, „sekolah dan keluarga haruslah erat hubur.gannja," karena guru itu adalah melandjutkan usaha pendidikan orangtua dan merupakan wakil untuk melaksanakan pendidikan anak-anaknja disekolah, Ditindjau dari sudut orangtua, bukanlah tanggung djawabnja telah lepas kalau sudah ada pihak jang membantunja untuk memberikan pengadjaran dan pengetahuan-pengetahuan. Bagaimanapun djua, haruslah ada kerdja sama jang erat antara sekolah dan keluarga. U n t u k melaksanakan tjita-tjita itulah dibentuk orang P . O . M . G . (Persatuan Orang tua murid dan Guru-guru), D e wasa ini P O M G ini tidak ada lagi dan telah berobah mendja di P O M sadja, djadi buka lagi persatuan antara sekolah dan keluarga, tetapi hanja persatuan diantara orangtua murid sesamanja sadja. P O M G jang sebenarnja bertudjuan : 1. U n t u k saling isi mengisi antara sekolah dan rumah tangga/keluarga dalam hal mendidik anak, 2. U n t u k saling bantu membantu dengan pengertian jang mendalam antara kedua belah pihak. 65
3.
U n t u k saling koreksi terhadap tanggung djawab masing-masing pihak.
H a l ini barulah mungkin djika adanja pengertian jang mendaïam antara kedua belah pihak. P O M G itu perlu sesekah mengadakan pertemuan bersama. disamping untuk memetjahkan kesulitan-kesulitan jang dihadapi bersama, djuga untuk mewudjudkan silaturrahmi jang erat. M A T J A M - M A T J A M L E M B A G A P E N G A D J A R A N .
Istilah „Lembaga Pengadjaran" disini menundjukkan suatu usaha jang teratur berupa perhimpunan dan tempat janq chusus untuk mengadakan pengadjaran bagi anak didik. D a l a m Ilmu M e n d i d i k djuga disebut „pendidikan fornnl (formal education) untuk usaha jang teratur dan berentjana mi D j a d i dalam hal ini meliputi dimana, oleh siapa dan baoaimana peladjaran itu diserahkan kepada peladjamja. M a tjam-matjam lembaga pengadjaran jang umum dikenal sekarang ialah : P E N G A D J 1 A N . Pengadjian adalah berisi „ p e n g a d j a r a n agama" jang d i mulai dengan mengadjarkan anak-anak kitab sutji. Pengadjarnja adalah ahli agama ataupun kepala-kepala agama dan penqadjaran tersebut berpusat dirumah-rumah sutji (Islam = Lanogar, Mesdjid, N a s r a n i = geredja, kathederal, H i n d u / Bud'ha = dibiara-biara). System pengadjaran agama mi ialah „system individuil", jaitu setiap anak dihadapi seorang demi seorang menurut tingkatannja masing-masing. P A S A N T R E N , (santri = siswa agama). Menurut bentuknja, pasantren berasal dari India kendatipun Indonesia setiap pasantren itu adalah pusat pengadjaran Ilmu Agama Islam. 66
Peladjaran adalah ilmu-ilmu Agama jang lebih tinggi daripada pengadjian diatas dan pengadjarnja "adalah ahli ilmu agama atau ulama-ulama. Adapun tjorak chusus daripada pasantren ini, bahwa murid-murid (para santri) bersama-sama dengan gurunja berkumpul dan bertempat tinggal pada suatu tempat jang sama (compleks) dimana langsung mendjadi tempat beladjarnja. Djadi guru-guru dan santri-sanlri berdiam dan disitu pula tempat beladjar/mengadjarkan ilmu-ilmu agama dan dalam istilah India asli disebut system „gurukula". System pengadjarannja adalah setjara individuil dan kadang-kadang djuga setjara klassikal. Peladjaran diberikan kitab demi kitab, dan karenanja tidak ada kelas menurut tahun adjaran. Pasantren modern mengikuti system klassikal, dan mereka mengikuti methode dan curriculum modern. Djalan pengadjaran jang memberikan peladjaran demi peladjaran atau kitab demi kitab dalam methodik disebut „djalan successief". S E K O L A H . da = School).
(Lat. = Scola, Inggeris = School, Belan-
Disekolah diberikan pengetahuan umum (duniawy) dan kadang-kadang diperlengkapi dengan pengetahuan agama, jang bentuk aslinja berasal dari Eropah. Pengadjarnja adalab orang-orang jang ahli dan terdidik untuk memberikan ilmuilmu tertentu, atau dengan perkataan lain : tenaga professionil. Dalam sekolah ini umumnja dianut system „klassikal", jakni murid-murid dihadapi serentak sekaligus menurut tingkattingkat jang telah digolong-golongkan untuk waktu setahun. Setjara singkat dapat dikatakan bahwa system klassikal itu adalah system dimana dalam waktu jang sama, peladjaran jang sama diberikan oleh guru pada tempat jang sama. Dengan demikian murid tidak dihadapi seorang demi seorang. Tjorak chusus jang timbul karenanja ialah terdapatnja „kelas" menurut tahun adjaran dan peladjaran diberikan serentak seluruhnja pada setiap kelas jang pada kelas-kelas berikutnja 67
makin diperdalam dan diperluas. Djalan ini disebut djalan „Konsentris" (bandingkan dengan djalan successief). M A D R A S A H . Tjorak dan systemnja sama dengan sekolah, mungkin hanja berbeda istilah sadja (madrasah i = sekolah, bahasa Arab), Kechususannja ialah mengutamakan peladjaran agama Islam disamping diperlengkapi dengan pengetahuan umum. K U R S U S - K U R S U S . Adalah suatu djenis pengadjaran jang tudjuannja lebih langsung dalam suatu bidang kedjuruan tertentu. Peladjaran diberikan hanja jang berhubungan dengan kedjuruan jang ditudjukan dan lama beladjarnja tidak selama sekolah, bergantung menurut kebutuhan. Kursus ini ada jang tertulis dan ada pula setjara lisan, pengadjarnja adalah orang-orang ahli dalam vak jang bersangkutan. DJENIS-DJENIS SEKOLAH D A N SUSUNANNJA.
Pada umumnja kita mengenal beberapa djenis sekolah, jang antara lainnja dapat dikemukakan
sbb. : 1, S E K O L A H U M U M , jaitu memberikan pengetahuan umum (bukan kedjuruan dan bukan agama). Istilah ini adalah simpang siur pemakaiannja, kadang-kadang istilah umum dilawankan dengan kedjuruan, kadang-kadang dilawankan dengan Sekolah Agama dan djuga kadangkadang diartikan sebagai sekolah jang terbuka untuk semua lapisan masjarakat (public school). 2. S E K O L A H A G A M A , jaitu mengutamakan pengetahuan agama disamping umum dan madrasah-madrasah termasuk golongan djenis ini. 68
3. S E K O L A H K E D J U R U A N (Sekolah V a k ) , jaitu sekolah-sekolah jang memberikan pengetahuan-pengetahuan chusus untuk menghasilkan keahlian tertentu misalnja sekolah guru, sekolah keputrian, sekolah pertukangan/technik, olah raga, bahasa asing, ekonomi dan sebagainja, 4. S E K O L A H B I A S A , adalah sekolah umum pula, jakni memberikan peladjaran kepada murid-murid jang biasa atau normal. Djadi muridnjalah jang biasa, tidak tjatjad rohani dan djasmani. 5. S E K O L A H L U A R B I A S A , terdri dari murid-murid jang abnormal physik maupun djiwanja, seperti sekolah untuk anak-anak buta, tuli/bisu, invalid, dan anak-anak lemah akal. Dinegara kita sekolah-sekolah luarbiasa ini belum banjak berkembang. Baik apa sadja dienis sekolah diatas itu, dapat pula keseluruhannja kita bedakan atas tiga golongan lagi menurut djenis kelamin murid-murid jang diterimanja. 1. System C O E D U C A T I O N (Kuëdukasi), jaitu sekolah tjampuran antara murid lelaki dan perempuan. 2. System N O N C O E D U C A T I O N (Nonkoëdukasi), jaitu sekolah jang dipisahkan hanja untuk sedjenis kelamin (umpamanja P G A Putri dan sebagainja). 3. System C O I N S T R U C T I O N (Koinstruksi), bukan muridnja jang dipisahkan, tetapi peladjarannja jang dipisahkan menurut djenis kelamin murid. S U S U N A N PENGA D J A R A N DI I N D O N E S I A.
Pasal ini membitjarakan tentang bagaimana tingkatan-tingkatan sekolah itu disusun, jakni tingkatan-tingkatan dari pendidikan rendah sampai ke Perguruan Tinggi. Sebelum kita menindjau susunan pengadjaran di Indonesia, dalam sedja • 69
rah antara lain kita djunipai bahwa susunan itu telah pula dibuat orang dan jang terkenal ialah susunan jang dibuat oleh C O M E N I U S (Johann Amos Kommensky) di Tjekoslowakia dalam abad ke 17. Dalam bukunja jang tersohor, „Didactica Magna" susunan sekolah diatur sebagai berikut : I.
S C O L A M A T E R N A ; untuk anak-anak sedjak lahir sampai umur 6 tahun. Pendidikan ini berpusat diru mah tangga dan berpusat pada ibu. Dalam hal ini dapat disebut sebagai tingkatan „prasekolah", karena Taman Kanak-kanak belum ada pada masa itu-
II.
S C O L A V E R N A C U L A , jaitu untuk anak-anak ber umur 6 sampai 12 tahun. Dengan demikian, ternjata tingkatan ini adalah sebanding dengan S D di negara kita. Scola Vernacula artinja ,.Sekolah Bahasa Ibu".
III. S C O L A L A T I N A , untuk anak anak umur 12 sampai 18 tahun. Scola Latina adalah tingkatan sekolah dimana mulai diberikan bahasa asing (disini diberikan Bahasa Latin) dan sekolah ini sedjendjang dengan Pendidikan Menengah (tingkat Landjutan Pertama dan Landjutan Atas). IV. A C A D E M I A , untuk pemuda-pemuda jang berumur 18 sampai 24 tahun, Djendjang ini adalah jang terachir dan dinegara kita adalah tingkatan Perguruan Tinggi. Disamping susunan pengadjaran tjiptaan Comenius itu ada pula susunan lainnja jang berkembang di Eropah dimasa itu. D i Indonesia, susunan pengadjaran Umum (bukan Agama) kita djumpai mula-mula dalam Perguruan Taman Siswa jang diatur sebagai berikut : I. T A M A N I N D R I A , untuk anak-anak umur 5 s/d 6 tahun (Taman Kanak-kanak). 70
II.
T A M A N A N A K , untuk anak-anak umur 6 s/d 9 tahun (Kelas I s/d III S.D.).
III.
T A M A N M U D A , untuk anak-anak umur 10 s/d 13 tahun (Kelas I V s/d V I S.D.).
IV. T A M A N D E W A S A , untuk anak-anak umur 13 tahun keatas (tingkatan S M P ) . V.
T A M A N M A D Y A , jaitu tingkatan S M A . Pada tingkat ini terdapat pula Sekolah-sekolah Kedjuruan jaitu T A M A N G U R U , T A M A N G U R U I N D R Y A dsb.
VI. T A M A N SARDJANA, Tinggi.
jaitu tingkatan Perguruan
Adapun susunan Pengadjaran (terutama Pengadjaran Umum) di Indonesia sampai saat ini tidak djauh berbeda dengan tjontoh-tjontoh diatas, dan setjara garis besarnja dapat disimpulkan sebagai berikut : I.
PENDIDIKAN RENDAH. Pada tingkatan ini termasuk prasekolah (Taman KanakKanak) dan Sekolah Dasar (S.D.) Taman Kanak-Kanak umumnja didirikan oleh badan-badan Swasta dan diawasi oleh Pemerintah, sedangkan S.D. jang lama beladjarnja 6 tahun diselenggarakan oleh Pemerintah sebagai S.D. Negeri dan oleh badan-badan swasta sebagai S.D. Swasta.
II.
PENDIDIKAN MENENGAH. Pendidikan menengah dinegara kita mempunjai djangka waktu lama beladjar 6 tahun sebagai landjutan pendidikan rendah. Pendidikan Menengah terbagi atas dua bahagian/tingkatan, jaitu : 71
1.
Sekolah Landjutan Tingkat Pertama jang lama beladjarnja 3 tahun terutama jang bersifat umum ( S M P ) , sedangkan jang bersifat kedjuruan ada jang 3 tahun dan ada pula jang 4 tahun lamanja.
2.
Sekolah Landjutan Tingkat Atas, lama beladjar djuga 3 tahun dan jang bersifat Umum disebut S M A . Pada tingkat S L T A ini banjak terdapat sekolah-sekolah kedjuruan dan diantaranja ada jang lama beladjarnja 4 tahun menurut kebutuhan.
Adapun Pendidikan Menengah ini diselenggarakan oleh pemerintah sebagai Sekolah Negeri dan ada pula disamping itu diselenggarakan oleh badan-badan Swasta. Akan tetapi jang diselenggarakan oleh Pemerintah itu bukan seluruhnja berpusat pada tanggung djawab Departemen Pendidikan dan Kebudajaan, karena Departemen-Departemen lainnja djuga membuka sekolah-sekolah menurut kebutuhan masing-masing lapangan jang disebut „Sekolah Kedinasan." III. P E N D I D I K A N T I N G G I . Pendidikan Tinggi ini tergolong dalam istilah „Perguruan Tinggi", dimana terdapat Universitas-Universitas dengan Fakultas-Fakultasnja, Akademi-Akademi dan.Perguruan Tinggi lainnja. Adapun Perguruan Tinggi ini adalah djendjang landjutan daripada S L T A , baik umum maupun kedjuruan, dengan peraturan-peraturan tersendiri. Sama halnja dengan Pendidikan Rendah dan Pendidikan Menengah, disamping Perguruan Tinggi jang diselenggarakan oleh Pemerintah djuga terdapat Perguruan Tinggi jang diselenggarakan oleh organisasi-organisasi dan badan swasta. Demikian pula halnja setiap Departemen boleh membuka Perguruan Tinggi atau Akademi menurut kebutuhan kedinasannja masing-masing. 72
Dalam lingkungan Departemen Agama, sebagaimana telah dikemukakan dalam uraian-uraian jang lalu, djuga menje lenggarakan sekolah-sekolah dalam setiap tingkatan sampai Perguruan T i n g g i . Semua Sekolah dan Perguruan T i n g g i jang diselenggarakan oleh Departemen A g a m a adalah menitik beratkan pendidikan dan pengadjaran Agama. Susunannja umumnja sama seperti jang diuraikan diatas, hanja sadja berbeda nama dan isi pengadjarannja. Mengenai susunan Madrasah jang terdapat di Indonesia pada prinsipnja adalah hampir sama dan disini sebagai tjontoh kami kemukakan susunan Madrasah (menurut Rentjana Pengadjaran tahun 1953) daripada Al-Djam'ijatul W a s h l i j a h M e d a n sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5.
Madrasah „ „ „ „
TADJHIZIJAH IBTIDAIJAH TSANAWIJAH QISMUL'ALY TACHASHSHUSH
= = = = =
2 tahun. 4 „ 3 „ 3 „ 2 ,.
( 1 6 2 = tingkat S . D . ; 3 = tingkat S . L . P . ; 4 == tingkat S . L . A dan 5 = tingkat tinggi jang terdiri dari atas djurusan-djurusan tertentu). G E D U N G S E K O L A H D A N A L A T - A L A T N J A 1.
SJARAT-SJARAT UNTUK SUATU G E D U N G SEKOLAH : Memilih tempat jang sesuai dengan ketentraman dan kesehatan. Djadi djangan : — dekat djalan raja (minimum 15 meter). — dekat pabrik, pasar, stasiun. — dekat paja atau rawa-rawa jang tergenang airnja, dan lain-lain sebagainja. 73
2. Letak Gedung jang tepat, sehingga sinar matahari tidak langsung masuk kelas atau dinding kelas (arah harus T i mur — Barat) supaja djangan panas. 3. Harus ada kaki-lima sekelilingnja •— atau sepihak, minimum 1,5 meter. 4. Sinar dan udara harus tjukup masuk kedalam kelas. 5. Harus ada halaman atau perkarangan sekolah serta tiang bendera jang baik. 6. Lingkungan sekolah harus berpagar, tetapi djangan kawat-duri. 7. Harus tersedia W . C . untuk guru dan murid paling deka' 15 meter dari kelas. 8. Harus ada Kantor Sekolah. 9. Harus ada Gudang dan tempat sepeda. 10. Harus ada M u s h a l l a dan Sumur (kamar mandi). 11. Harus ada „ w a r u n g sekolah" jang terdjamin kebersihannja. 12. Harus ada lapangan jang agak dja"?fh dari kelas, tempat Gerak-Badan/bermain-main. 13. U k u r a n lokal-lokalnja kira-kira 6 x 8 meter dan tingginja minimum 4 meter. 14. Sebaiknja pula kalau sekolah mempunjai kebun, aquarium, sebuah panggung-ketjil dan sebagainja. (mungküikah tertjapai sjarat-sjarat sesempurna itu ?). ALAT-ALAT SEKOLAH ; Gedung sekolah dan kelas-kelasnja itu harus diperlerigkapi dengan „alat-alat sekolah", antara lain adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 74
Bangku untuk murid. M e d j a dan kursi untuk guru. Papan-tulis. L e m a r i. Hiasan-hiasan dinding. Alat-alat peladjaran dan peragaan. D a n lain-lain.
BANGKU U N T U K
MURID
:
Sebaiknja b a n g k u itu untuk dua orang murid, jang pand j a n g n j a m i n i m u m 1,10 meter, l e b a m j a ± 35 centimeter d a n t j o n d o n g n j a ± 15 d e r d j a d . S e d a n g k a n b a n g k u n j a k i r a - k i r a selebar a n t a r a 25 a t a u 35 centimeter. D j a r a k a n t a r a b a n g k u d e n g a n tempat d u d u k d j a n g a n t e r l a l u d e k a t a t a u t e r l a l u djaufa, d j a n g a n p u l a t e r l a l u t i n g g i a t a u t e r l a l u r e n d a h : a. Diferensi = menurut keadaan. b. Distansi i= sebaiknja negatif atau n o l . S e k a r a n g s u d a h b a n j a k d i b u a t o r a n g u n t u k setiap m u r i d sebuah kursi dan sebuah medja masing-masing. D j a r a k n j a d e n g a n p a p a n - t u l i s p a l i n g d e k a t 2 meter, M E D J A D A NKURSI G U R U : U n t u k g u r u p u n p e r l u s e b u a h m e d j a d a n s e b u a h k u r s i tempat d u d u k , t e t a p i s e w a k t u m e n e r a n g k a n s e b a i k n j a g u r u d j a n g a n duduk. B e r d i r i terus-terusanpun tidak m u n g k i n dan d u duk diatas b a n g k u m u r i d tidak boleh. O l e h karena itu besar s e k a l i m a n f a a t n j a d j i k a a d a k u r s i t i n g g i supaja t a m p a k keseluruh kelas. PAPAN-TULIS
:
P a p a n - t u l i s d j a n g a n ditjat b e r k i l a t , w a r n a h i t a m atau hidjau lumut. A d a k a l a n j a papan-tulis dibuat orang bersandaran dan mudah diturun-naikkan. T e t a p i adapula papan-tulis j a n g m e n e m p e l d i d i n d i n g atau d i n d i n g i t u s e n d i r i ditjat. K a rena tidak dapat diturun-naikkan, m a k a d i p e r l u k a n sebuah b a n g k u tempat b e r p i d j a k u n t u k k e t i n g g i a n ( p a p a n - t u l i s d j a n g a n terlalu rendah, p i n g g i r b a w a h setentang dengan kepala a n a k ) . S e b a i k n j a djenis j a n g m e n e m p e l d i d i n d i n g i t u b e r d a u n tiga jang dapat dibalik (berengsel). 75
L E M ARI : Lemari sangat perlu untuk menjimpan buku dan alat-alat klasikal lainnja. Disamping itu perlu pula sebuah rak untuk tempat hasil pekerdjaan tangan anak-anak. HIASAN DINDING : Dalam hal ini bukanlah dimaksudkan lukisan-lukisan seniman atau gambar-gambar bintang film dan sebagainja. Hiasan dinding harus mengandung nilai-nilai paedagogis (seperti gambar pahlawan, gambar pemimpin, kata-kata mutiara jang ditulis indah dan sebagainja), dan harus mengandung nilainilai didaktis (seperti peta-peta ilmu bumi, gambar-gambar dalam ilmu hajat, ilmu alam dan sebagainja). ALAT-ALAT PELADJARAN/PERAGAAN : Umpamanja alat-alat Ilmu Alam, Alat-alat U.T.T., globe dekak-dekak, termometer, kompas, djam dari karton dan sebagainja. Disamping itu harus pula tersedia obat-obatan, madjalah-madjalah dan batjaan anak-anak, alat-alat Olah Raga (kasti) dan sebagainja.
76
4.
ADMINISTRASI
SEKOLAH
B U K U DAFTAR INDUK ( S T A M B O E K )
Daftar induk sangatlah pentingnja disuatu sekolah, djika murid belum terdaftar dalam Stamboek maka murid ïersebut belum sah mendjadi murid. HaI2 jang harus lengkap tertjantum didalamnja : a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Nama murid (jang lengkap). Djenis kelamin. Tempat dan tanggal lahir. Bangsa Agama. Tempat tinggal. Tanggal masuk sekolah (dari sekolah mana). Mulai duduk dikelas berapa. Keterangan lengkap tentang orang-tua (ajah, atau ibu, atau wali, atau penanggung djawab). jang meliputi : — nama
—• penghasilan tiap bulan
— pekerdjaan
— dan sebagainja rut keperluan.
— alamat
menu-
Karena nama murid itu disambung terus tanpa berturut menurut abdjad atau kelas, maka perlu pula sebuah „fihrasat daftar induk", dimana ditjantumkan nama2 anak berturutturut menurut abdjad untuk memudahkan mentjarinja. Nomor murid berturut dan disambung terus dalam buku induk itu dan inilah ,,nomor stamboek" (No. Stb.) sebagai nomor resminja. 77
Stamboek untuk sekolah-sekolah sekarang ditjanlumkan pula dengan kumpulan angka-angka raportnja sekali, dengan keterangan-keterangan absen sertanaik tidaknja anak dalam setiap tahun. PENERIMAAN/PENGELUARAN/MUTASI MURID.
Menurut peraturan djenis sekolah masing-masing penerimaan murid' murid baru itu harus memenuhi sjarat-sjarat tertentu (beri tjontoh tentang peraturan penerimaan murid untuk P.G.A. Negeri). Untuk memudahkan pengisian Buku Induk (Stamboek) biasanja disediakan formulir, sehingga tinggal mengisi sadja tanpa banjak tanja djawab dan kadang-kadang untuk memperkuat diperlukan pula pengesahan dari djawatan atau pamongpradja setempat (kepala kampung, misalnja). Sekiranja jang masuk itu murid pindahan dari tempat lain (mutasi), maka surat keterangan dari sekolah jang bersangkutan itu harus ada. Tidak boleh sebuah sekolah menerima begitu sadja tanpa surat keterangan dari sekolah terdahulu, bahkan hal itu dianggap liar. Bahkan untuk mutasi murid P.G.A. Negeri misalnja, diurus dan dihubungi lebih dahulu oleh Kepala-kepala Inspeksi setempat dan djika ternjata tjukup sjarat untuk dapat pindah, serta ada tempat/ lowongan, baru dibenarkan (mutasi murid-murid Ikatan D i nas). Hal mutasi ini ditjantumkan pula dalam raport murid tersebut; sebab pindah, kemana pindah, tanggal berapa, dar; kelas berapa dan sebagainja. Djadi tanpa Raportpun mutasi itu tidak dapat dilakukan. Mutasi murid-murid terhadap sekolah-sekolah jang tidak sedjenis lebih menjukarkan lagi, kadang-kadang samasekali tidak mungkin. Waktu murid akan pindah dari sekolah itu, maka harus didatangi oleh orang-tuanja sendiri dan harus pula disertai surat permintaan untuk pindah atau keluar sekolah karena 78
tidak melandjutkan lagi (ini perlu untuk pertanggungan djawab atau pegangan resmi bagi sekolah). Kadang-kadang memang ada murid-murid jang dikeluarkan karena menjimpang dari peraturan-peraturan sekolah jang sudah ditentukan. Tetapi mengeluarkan murid-murid tidaklah dengan mudah begitu sadja, hal ini perlu dibawa dalam sidang Madjelis Guru untuk dipertimbangkan bersama kalau memang Kepala Sekolah ragu-ragu bertindak. Murid-murid jang dikeluarkan „dengan tidak hormat" (misalnja karena keonaran-keonaran) biasanja tidak diberi surat keterangan, Ataupun kalau diberikan, disebut sebab-sebab ia dikeluarkan dari sekolah. Kadang-kadang masih perlu dimusjawarahkan masak-masak dengan orang-tuanja lebih dahulu. Pemindahnja/keluarnja murid itu diberi tjatatan dalam daftar induk lengkap dengan tanggalnja. D A F T A R ( D A F T A R
MURID PRIBADI)
Ini perlu sekali untuk mengenai murid-murid lebih mendalam lagi dan ditindjau dari sudut paedagogis sangat besar manfaatnja. Dengan daftar ini kita mempunjai gambaran jang lebih lengkap tentang keadaan/ latar-belakang kehidupan murid satu-persatu. Dalam mengisi daftar murid-murid ini, guru perlu menghubungi orang-tua murid untuk memperoleh keterangan-keterangan jang lebih luas dan mendalam. Begitu djuga dengan penjelidikan-penjelidikan dan Test serta pengamatan jang teliti, sehingqa dapatlah diperoleh keterangan-keterangan ten• ang murid-murid meliputi : a. Sifat-sifatnja b. Wataknja c. Temperamentnja (tabiat) d. Keanehan-keanehannja e. Keistimewaannja ff, Hobby
79
g. h. i. j.
Kesehatan Keadaan keluarganja Tjatjadnja Golongan darahnja dan sebagainja.
Dengan mengenai hal-hal ini guru dapat menghadapi murid-muridnja dengan sewadjarnja dan dapat memperhatikan individualitas masing-masing. Berbagai tjara dibuat orang untuk itu, misalnja „Sosiogram Kelas" jang mirip seperti itu. Kalau guru belum mengenai murid (namapun belum dikenal) buatlah daftar nama murid jang ditulis menurut letak duduknja, dan letakkan diatas medja guru (kalau perlu tjantumkan pertanda-pertanda jang meliputi hal-hal jang beihubungan dengan daftar murid tersebut). D A F T A R
A B S E N
DAFTAR ABSEN GURU/PEGAWAl SEKOLAH : Ini biasanja diletakkan dikantor sekolah atau ruangan Madjelis Guru jang harus diisi setiap pagi. Pengisian absen ini harus dengan teliti benar karena ini sangat besar manfaatnja bagi Kepala Sekolah dan bagi atasannja untuk mengetahui kegiatan guru. DAFTAR ABSEN MURID : Diisi oleh guru kelas (S.D.), adakalanja berlaku untuk sebulan atau setriulan (kwartal). Daftar absen itu sebenarnja adalah untuk meneliti kehadiran murid kesekolah dan kalau tidak hadir apa sebab-sebabnja. Dalam daftar absen tertjantum : — Nomor urut. — Nomor Stamboek murid, 80
— Nama murid (dibedakan lelaki dan perempuan, baik dengan garis bawah ataupun dengan tinta merah). r- Nama Bulan dan Tahun Adjaran. — Kemudian dibagi atas garis-garis kolom dibawahnja menurut djumlah hari sebulan (ditulis dengan tanggalnja sadja). — Dalam ladjur tanggal menurut nama murid diisilah setiap pagi (djam peladjaran ke II) dengan : titik(.) = hadir I = izin S = sakit T = tidak hadir (tanpa berita) Setiap achir bulan I, T, S, itu didjumlahkan untuk mentjari percentasenja, dan bagi sekolah jang teliti tentu membuat sebuah grafik untuk itu. Kalau tanggal-tanggal hari libur, tarik sadja garis tegak pada tanggal itu, kalau murid keluar, tarik garis pandjang horizontal mulai tanggal ia keluar kekanan dan tulis dikolom keterangan = "keluar/pindah mulai " Disetiap kelas perlu digantungkan sebuah papan-tulis ketjil jang tertera nama-nama murid jang tidak hadir (I, T, dan S) sehingga dengan mudah dapat dilihat oleh guru tanpa membuka-buka daftar absen. Selandjutnja, sebuah papan tulis jang lebih besar (papan statistik) digantungkan dikantor/ruangan guru (disamping sebuah papan tulis pengumuman) jang memuat keseluruhan tentang : ~~ Murid perempuan — Murid lelaki ~ P^empuan — Guru lelaki G
u
r
u
I
djum]ah
I
djumlah
/
Pegawai sekolah 81
(Atau boleh pula diperintji menurut kelas-kelas). Kemudian dibawahnja dibuat Rekapitulasi (ichtisar) seluruh kelas jang dirobah setiap hari menurut keadaan sekolah, untuk ini perlu ditulis tanggal, hari demi hari. Dengan demikian itu mendjadi mudahlah seluruh guru/atasan memaklumi keadaan sekolah tanpa tanja djawab. Ini tugas Kepala Sekolah sendiri. RENTJANA PELADJARAN DAN DAFTAR PELADJARAN.
Setiap sekolah harus memiliki „Rentjana Peladjaran", jaitu sebagai pedoman dimana tertjantum ketentuan-ketentuan umum tentang sekolah dan tentang mata-peladjaran. RENTJANA PELADJARAN UMUM : berisi Ketentuanketentuan umum tentang sekolah (disebut pula kadang-kadang „Rentjana Sekolah"), misalnja ketentuan-ketentuan tentang : — Hari libur dan hari-hari sekolah. — Berapa tahun tammatnja. _ Sjarat-sjarat guru dan murid. — Keuangan sekolah. — Tudjuan umum sekolah. — Lokal dan Kelas. — Berapa djam peladjaran dalam sehari dan sebagainja. RENTJANA PELADJARAN TERURAI: jaitu raemuat penjusunan dan perintjian mata-mata peladjaran : — Pembahagian bahan peladjaran atas tahunan, kwartalan, bulanan dan mingguan. — Tudjuan umum dan chusus setiap djenis mata peladjaran. 82
Penjusunan bahan menurut tingkat-tingkat kesulitankesulitannja. — Buku-buku pegangan guru dan murid. — Waktu/djam untuk setiap peladjaran, dan sebagainja, Rentjana Peladjaran itu biasanja dibuat oleh pemerintah pusat jang disebut "Rentjana Peladjaran Sentral". Dengan demikian dapatlah diperoleh keseragaman diseluruh Indonesia. Kalau ada Rentjana Peladjaran jang dibuat oleh Pemerintah Daerah disebut "Rentjana Peladjaran Desentral" jang dapat menjesuaikan diri dengan tuntutan dan keadaan daerah setempat. Tetapi umumnja berlaku Rentjana Peladjaran Sentral dengan memperhatikan hal-hal kedaerahan (umpama Bahasa Daerah, Peladjaran Agama, Kesenian Daerah dan sebagainja). Disekolah-sekolah Swasta biasanja dibuat Rentjana Peladjaran sendiri jang disebut "Rentjana Peladjaran Lokal'', menurut irama masing-masing sekolah. Tetapi sjarat mutlak untuk subsidi/bantuan ialah mengikuti Rentjana Peladjaran Sentral. Untuk praktek/pelaksanaan sehari-hari para guru memerlukan „ D A F T A R P E L A D J A R A N " , jang ditempelkan disetiap kelas masing-masing dengan persetudjuan Kepala Sekolah. Dikantor gurupun perlu ada sebuah Daftar Peladjaran untuk keseluruhan kelas. PEDOMAN-PEDOMAN DJARAN (ROSTER)
MENJUSUN
DAFTAR
PELA-
:
1.
Peladjaran-peladjaran pikiran ditempatkan pagi dan peladjaran-peladjaran expressie ditempatkan agak achir.
2.
Tetapi harus ada selang-seling diantara setiap djenis peladjaran. 83
3.
Memperhatikan waktu istirahat.
4.
Setiap djam peladjaran djangan sampai melelahkan (kelas I dan kelas II maximum 30 menit, kelas-kelas selandjutnja 40 menit).
5.
Untuk peladjaran Gerak-Badan (olah-raga) memperhatikan waktu jang segar.
6.
Kelas jang satu dengan lainnja djangan saling mengganggu oleh peladjaran-peladjaran jang menimbulkan keributan, seperti peladjaran menjanji (kalau dikelas sebelah sedang menjanji, berilah peladjaran menggambar atau pekerdjaan tangan).
7.
Adanja kelonggaran bagi guru untuk sekedar menjimpang dari ketentuan-ketentuan kalau ada halhal jang menarik anak jang bersifat insidentil.
8.
Menjusun Roster harus dengan kerdjasama sesama' guru,
DAFTAR NILAT ANGKA ( L E G G E R )
harus
Jaitu „Buku Daftar N i lai Angka" untuk setiap kelas dimana tertjancum nilai-nilai angka kwartalan, Ini sangat perlu sebagai arsip/pertinggal, sehingga kalau ada raport murid jang hilang, dengan mudah dapat diambil dari Legger tersebut. Seperti telah disebutkan dalam uraian jang lalu, bahwa kumpulan angka-angka rapoit itu dapat pula disatukan dengan Stamboeknja. Jang berhubungan dengan angka-angka itu harus diperhatikan. bahwa angka-angka setiap kwartal itu djangan sampai besar benar bedanja; biasanja menaik maximum dua angka dan menurun maximum dua angka. (Umpama dari 6 ke 8, dari 5 ke 7, atau dari 7 ke 5, dari 8 ke 6). 84
Djadi haruslah sangat berhati-hati dalam memberi angkaangka itu, hindarilah faktor-faktor subjektif seperti bentji/ marah, atau sebaliknja waktu memberi angka-angka. Jang perlu diperhatikan ialah Situasi/Keadaan murid sehari-hari, djadi bukan angka-angka ulangan jang insidentil sematatnata. Sehubungan dengan ini, keterangan tentang absen murid-murid sangat diperlukan. P E R S I A P A N MENGADJAR.
Sebelum mengadjar, maka mempersiapkan bahan-bahan jang akan diadjarkan itu sangat besar manfaatnja bagi guru, lebih-
lebih gum baru. Djadi guru harus memiliki ,,buku persiapan" dimana ditjantumkan rentjana lengkap tentang peladjaran-peladjaran jang akan diberikan pada hari berikutnja. Demikianlah dalam buku Persiapan mengadjar itu ditjantumkan (bentuknja terserah kepada technis masing-masing) : a. b. c. d. e. d. f.
Bahan peladjaran jang akan diberikannja besok. Bentuk-bentuk Otoaktivitas mana jang mungkin ditimbulkan pada murid-murid. Bahagian-bahagian jang akan diberikan setjara lisan dan setjara tulisan. Hal-hal jang akan diragakan dan apa jang akan didjadikan alat peraga jang harus disediakan. Soal-soal jang akan diberikan, (berapa buah, tjorak jang bagaimana). Waktu jang kira-kira akan dipergunakan untuk itu. Djalan mana jang akan ditempuhnja.
Hal itu semua sangat besar gunanja bagi guru itu sendiri dan djuga bagi anak dan bagi atasannja : 1.
Pihak atasan (Inspeksi Kepala Sekolah) dapat mengetahui kegiatan guru itu untuk penilaiannja. 85
2. 3.
4.
Guru itu sendiri dapat mengadjar dengan sistematis tanpa ragu-ragu dan bimbang. Sangat berguna untuk bahan koreksi/penjelidikanpenjelidikan djika diperlukan (Umpamanja, kesalahan-kesalahan mana jang banjak dibuat murid, mana jang masih kurang djelas, itu semua ditjatat dan ditandai dalam persiapan itu). Penting pula waktu hendak membuat ulangan, sebagai pedoman.
Tetapi untuk persiapan latihan atau udjian „Praktek Mengadjar" disekolah-sekolah guru, mempunjai tjara tersendiri dan lebih terperintji lagi, jang disebut "Persiapan Mengadjar Tertulis". SURAT-SURAT R E S M l D A N KEARSIPAN SEKOLAH.
Disamping beberapa hal jang berhubungan dengan administrasi sekolah itu, ada lagi jang sangat penting diketahui oleh guru, lebih-lebih lagi guru S.D. jang biasanja tidak mempunjai kantor beserta pegawai-pegawai tata-usahanja. Hal itu adalah S U R A T - S U R A T R E S M I sekolah. Sebenarnja hampir semua djenis surat-surat jang keluar dari sekolah itu adalah surat-surat resmi, misalnja kita sebut beberapa diantaranja dibawah ini : — — — — — — — — 86
Surat Keterangan Peladjar (kalau diperlukan), Surat Keterangan Keluar/Pindah. Surat Keterangan Tammat Beladjar. Surat-surat untuk orang-tua murid. Surat Keterangan Persaksian. Lapuran Bulanan. Surat-surat umum. Surat-surat jang berhubungan dengan Inspeks; dan sebagainja.
A d a p u n mengenai redaksi surat-surat itu, jakni bagaimana menjusun kalimat surat, disini tidak dapat diterangkan satu persatu, hanja jang harus diingat bahwa surat-surat itu harus memenuhi sjarat-sjarat berikut : — Singkat, tegas dan djelas. Sopan, memenuhi etiket surat menjurat roboh). — Bahasa jang terpelihara baik.
(tidak tjero-
Jang mendjadi sjarat mutlak bagi surat-surat sekolah ialah jang berhubungan dengan „ k e a r s i p a n " sehingga administrasi sekolah dapat berdjalan lantjar. A d a beberapa hal jang. berhubungan dengan kearsipan itu : 1. Setiap surat harus bertanggal. 2. Setiap surat harus diberi nomor, baik surat keluar maupun surat masuk. 3. Nomor itu diberi „ i n d e x " untuk menggolong-golongkan djenis-djenis surat jang keluar maupun masuk. Index itu misalnja dengan memakai abdjad/angka rumawi/angka biasa dibelakang nomor surat, tjontoh : N o . : 95/1/68. N o . : 115/B. 3/68. N o . : 2 7 / P O M / A / 6 8 dan sebagainja. 4. Index itu diatur dalam sebuah daftar menurut kebutuhan ataupun kadang-kadang djuga telah diatur oleh djawatan jang bersangkutan untuk keseragaman. Index itu misalnja menundjukkan : I == urusan dengan atasan. B. 3 = urusan rapelan gadji. POM = surat menjurat dengan P O M dan sebagainja. 5. Surat-surat keluar harus selalu mempunjai pertinggal jang disebut "archief" atau arsip. 6. Menurut penggolongan-penggolongan atau kategori itu maka disimpanlah surat-surat itu dalam map masing-
87'
maaing, misalnja map I, map B. 3, P O M dan sebagainja sesuai dengan index jang tersedia. 7. Surat keluar dan surat masuk harus dipisahkan mapnja. 8. Semua surat sebelum diarsipkan/disimpan dalam map, harus „diagendakan" dalam buku tersendiri jang disebut buku agenda untuk memudahkan kontrole dan mentjarinja. 9. Dalam buku agenda itu tertera beberapa hal penting : untuk surat-surat keluar : a. tanggal b. nomor surat, jang berturut terus c. kepada siapa dikirimkan. d. isi ringkas. e. hubungannja dengan surat jang lalu (keluar atau masuk) dan dalam kolom ini ditulis nomor surat jang ada hubungannja itu. f. kolom keterangan. Untuk surat masuk : a. tanggal terima. b. Nomor agenda surat masuk. c. Sipengirim. d. Tanggal dan nomor surat jang masuk itu. e. Isi ringkas. f. Hubungannja dengan surat-surat jang lain (masuk/ keluar). g. Kolom keterangan. 10. Djika ada surat jang amat erat hubungannja, malta disatukan sadja penjimpanannja, baik surat keluar maupun surat masuk. Dalam' kolom keterangan ditulis; dengan surat nomor berapa ia disatukan. 11. Mengingat akan hubungan daripada surat-surat itu, maka dalam mukaddimah surat itu disebutkan hubungan itu, misalnja ; — menjusul surat kami no tanggal tentang hal 88
—' mendjawab surat saudara no tentang hal
tanggal
— berdasarkan surat edaran Kepala no tanggal tentang dan sebagainja.
....
12. Pengiriman surat-surat keluar harus ada buktinja bahwa surat itu sudah diterimanja. M a k a chusus untuk ini diperlukan sebuah buku "expeditie" (ekspedisi) dimana sipenerimanja akan menandatangani sesudah surat diterimanja sehingga dengan demikian mudah dikontrole. Untuk pengiriman luar kota (via pos), expeditie itu distempel dengan stempel pos oléh pegawai kantor pos sendiri. 13. Surat-surat dinas biasanja tidak usah dibubuhi perangko, tjukup dengan menulis atau stempel :
D I N A S
B. D . B .
14. Semua surat disimpan sekurang-kurangnja satu tahun atau dua tahun (terserah pada keadaan), tetapi ada pula surat-surat jang harus disimpan terus sebagai dokumentasi. Dengan adanja agenda dan teraturnja arsip, maka segala ialulintas surat mudah ditjari dan dikontrole. Dalam hal apapun, kantor atau organisasi, maka administrasi ini amat menentukan kelantjarannja. 89
L A P U R A N BÜLANAN,
Lapuran bulanan adalah salah satu bidang administrasi sekolah jang terpenting. Lapuran ini dibuat oleh Ke pala Sekolah untuk disampaikan kepada atasannja. Untuk ini biasanja telah tersedia formulir dan Kepala Sekolah hanja tinggal mengisinja. Dengan adanja Lapuran Bulanan itu, pihak atasan dengan mudah dapat mengetahui dan mengontrole sekolah itu setiap bulannja Dalam Lapuran Bulanan itu haruslah mentjakup beberapa hal jang harus diisi setiap bulannja, jaitu : 1. Nama dan tempat sekolah jang bersangkutan. 2. Lapuran untuk bulan tahun adjaran ......... 3. Djumlah murid setiap kelas dengan perintjian lelaki dan perempuan. 4. Pendjumlahan murid seluruh kelas, djuga dengan perintjian lelaki dan perempuan. 5. Murid jang keluar dan jang masuk dalam bulan itu. 6. Djumlah seluruhnja setelah dimasukkan data no. 5 diatas. 7. Keterangan-keterangan mengenai gedung sekolah; berapa lokal seluruhnja, berapa jang disewa, dipindiam dan milik sendiri. 8. Keterangan mengenai inventarisasi perabot sekolah, 0 Absen murid dgn rekapitulasi prosentase hadirnja 10. Üang Sekolah (djika ada pemungutan uang seko lah), berapa jang telah membajar dan jang menunggak. 11. Djumlah hari sekolah dan hari libur. 12. Keterangan tentang djumlah guru dan mutasi, dengan perintjian lelaki, perempuan dan djumlah seluruhnja. 13. Pegawai kantor sekolah, djika ada. Disamping Lapuran Bulanan setiap bulannja djuga perk Lapuran Tahunan jang harus dikirimkan setiap achir tahun 90
adjaran, merupakan rekapitulasi bulanan. Disamping itu, dalam lapuran tahunan ditambah lagi dengan : I 2.
Keterangan mengenai djumlah dan prosentase lulus udjian achir kelas atau naik kelas. Aktifitas-aktifitas jang dilaksanakan dalam tahun adjaran itu, meliputi; hubungan dengan masjarakat dan orangtua murid, darmawisata, perajaanperajaan sekolah, rapat madjlis guru dan hasilnja dan seluruh aktifitas lainnja jang dianggap perlu.
Setiap lapuran itu, baik Bulanan maupun Tahunan, harus ada pertinggalnja dan kadang-kadang djuga perlu tembusan kepada pihak-pihak tertentu sesuai dengan peraturan jang berlaku. (Berhubung ruangan tidak mengizinkan, maka tjontoh-tjontoh formulir tersebut tidak dapat dimuat disini). LIBUR, PERAJAAN , D A R M A W I S A T A , K R I D A DSB.
LÏBURAN S E K O L A H . Peraturan tentang hari libur itu ditentukan oleh pemerintah, djadi Kepala Sekolah tidak berhak menentukan sendiri, ketjuali dalam hal-hal insidentil sepandjang tidak bertentangan dengan ketentuan dan wewenang, misalnja dalam hal jang terpaksa. Jang perlu diperhatikan dalam liburan ini ialah : 1. H a r i Libur itu tidak usah diumumkan djauh sebelura waktunja. 2. Setiap adanja hari libur Nasional atau A g a m a supaja dimanfaatkan dengan meresapkan unsur-unsur tersebut kepada murid, baik melalui pidato Kepala Sekolah dan lain-lain sebagainja. 3. Habis hari libur, terus beladjar seperti biasa. Untuk murid-murid pertama masuk baik pula diambil beberapa djam untuk kerdjabakti (membersihkan kelas, halaman sekolah dsb.) 2
91
4.
Harus diingat bahwa guru tidak boleh memperkosr. hak libur anak, misalnja dengan memberikan tugastugas rumah jang berat dan banjak untuk diselesaikan selama libur. Ingatlah : "libur untuk libur, bukan untuk beladjar."
Untuk hari-hari besar Nasional dan Agama, anak-anak harus turut merajakannja dibawah pimpinan guru berudjud perajaan sekolah. Kadang2 perajaan itu telah dikoordinir oleh panitia besar setempat seperti Perajaan 17 Agustus, Hari Kartini dan sebagainja. Djika sekolah akan mengadakan sendiri maka sebelumnja harus mendapat izin atasannja. Dalam pelaksanaan ini, jang mendjadi prinsip utama adalah : a. b.
untuk otoaktifitas anak; untuk meresapkan unsur-unsur nasional dan agama dalam djiwa anak (sesuai dengan djenis perajaan jang bersangkutan).
D A R M A W I S A T A . Darmawisata atau ..tamasja sekolah" itu mempunjai dua matjam nilai : 3.
Nilai Rekreasi, jakni untuk hiburan jang biasa dilaksanakan pada hari-hari terachir sekolah, mendjelang libur pandjang.
2.
Nilai Exurtie, jaitu bersifat penjelidikan/penindjau an, jang bertudjuan untuk memperkongkrit atau menarik minat anak untuk mengamati sendiri setjara langsung dilapangan. Tjontoh exurtie : ke kebunbinatang, lapangan terbang, pelabuhan, musium serta obdjek-obdjek sedjarah.
Baik darmawisata untuk rekreasi ataupun untuk exurtie djanganlah sampai melemahkan murid-murid. Kalau tempatnja 92
djauh, biasanja dengan memakai mobil jang disewa tersendiri ataupun dengan kereta api. Darmawisata leetempat jang agak berbahaja dan anaknja masih ketjil-ketjil haruslah dipertimbangkan, dan djika perlu tudjuannja dirobah. Disamping itu untuk anak-anak kelas rendah tidak baik berdarmawisata dengan bermalam. Dalam hal ini perlulah dikemukakan beberapa peringatan penting : 1. 2. 3. 4. 5 6.
Dalam darmawisata, guru-guru mempunjai tugas untuk memimpin dan mengawasi murid-muridnja. Pilihlah obdjek jang tepat, lebih-lebih untuk exurtie. Djanganlah memilih tempat-tempat jang berbahaja. Untuk exurtie, perlu dipersiapkan sebelumnja, apa jang harus diamati dan diselidiki baik-baik, dimana sepulangnja harus dibahas kembali. Sebelum berangkat, siapkanlah segala kebutuhan setjukupnja (makanan, minuman, obat-obatan dan sebagainja). Sebelum berangkat berilah peringatan-peringatan penting untuk dapat mendjamin ketertiban dan kesopanan sepandjang perdjalanan kelak.
K R I D A. K r i d a itu bertudjuan untuk memupuk bakat anak-anak, baik daiam bidang ilmijah, kesenian, keolahragaan dan sebagainja. Biasanja dipilih satu hari tertentu untuk K r i d a itu, misalnja hari Sabtu. Pada hari ini anak-anak tidak beladjar setjara klassikal, akan tetapi semuanja aktif dalam bentuk praktek untuk menjalurkan otoaktifitas masing-masing. Oleh karena itu amatlah berbeda antara „hari k r i d a " dan „hari gotong rojong." Dalam pelaksanaan hari krida ini guru-guru haruslah aktif mengadakan pengawasan, misalnja mengkelompokkan muridmurid dan sebagainja. Demikianlah dalam hari krida terdapat 93
kelompok-kelompok menurut karna djiwa dan bakst raasingmasing anak, misalnja kelompok olahraga, tjatur, halma, sandiwara, pidato, experiment, pekerdjaan/keradjinan tangan, menggambar, keputrian dan sebagainja. P E N U T U P,
Sampai disini selesailah uraian2 Dasar tentang Ilmu G u r u . Sesuai dengan namanja "Dasar2 Ilmu G u r u " , djangan Jah se-kali2 menganggap bahwa tjalon guru sudah tjukup pengetahuan mengenai bidang guru dari risalah ketjil ini, In: adalah dasar2 belaka, telah tertjakup dasar2 Ilmu Mendidik Ilmu D j i w a dan hal sekolahan. Djustru karena itu, perlu sekali diperingati, sesuai dengan tugas guru "beladjar seumur hidup", peladjarilah kembali setjara lebih luas, baik dengan membatja buku2/madjallah pendidikan, maupun kursus ataupun meiandjutkan peladjaran kesekolah-sekolah guru. Jang kedua, mengingat pentingnja pengetahuan ini bagi pendidikan, adalah salah besar kalau ada anggapan mempeladjari Ilmu Guru sekedar untuk udjian. Achirnja insafilah betapa pentingnja dan berapa besarnja peranan Guru2 djika dipikirkan agak mendalam. Kennllah akan dirimu sebagai "Djurti didik."
S e 1 e s a i.
94
TJATATAN
Terbit kembali
Tjetalcan 3
„DJALAN KEPADA Q U R ' A N " Oleh : Tgk. M. Amln Buku Inl adaiah methode terbaru beladjar huruf 'arab : terutama beladjar Al-Quran. Jang sesuai untuk anak2 Indonesla. Telah ditetapkan oleh Menterl Agama dengan keputusan No. 104 tahun 1962 untuk dlpakal pada „Madrasah Ibtidaijah Negeri" diseluruh Indonesla, dan mendjadi buku wadjib untuk : Klas II M.I.N. dalam Proplnsl Daerah
Istimewa Atjeh
dapat
dipakai untuk kelae II S.D., dan Meunasah2/Pasantren. Tebal 56 halaman (Klise Arab) Ditambah tjara mengadjar (pegangan) bagi guru2
15 hal.
Uniuk M.I.N. / S.D. dibarl korting ISTIMEWA I MINTALAH PENDJELASAN P A D A : PENJALUR T U N G G A L :
Tolco buku p.t. S a k t i Djl. Bakongan 2 c -
Tel. 272 S.o.
BAN D A ATJEH Typ. "Islamyah" Medan