MODEL VISUAL AUDITORY KINESTHETIC UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR ( Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Warukawung 2 Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh RAYU FASHELA 1101287
PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS CIBIRU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2016
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
1
Antologi UPI, Volume... Nomor Edisi ... Agustus 2016
MODEL VISUAL AUDITORY KINESTHETIC UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR Rayu Fashela, Nina Sundari1, Susilowati2 Jurusan PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan yang muncul di lapangan mengenai proses pembelajaran IPS yang masih konvensional dan kurang menyenangkan bagi siswa. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan dalam proses belajar, pemahaman siswa dan hasil belajar siswa dalam menggunakan model VAK. Pada pembelajaran VAK siswa akan belajar menggunakan tiga gaya belajar, hal ini sejalan dengan karakteristik VAK yaitu pembelajaran difokuskan pada pemberian pengalaman belajar siswa secara langsung dengan cara belajar dengan mengingat (Visual), belajar dengan mendengar (Auditory), dan belajar dengan gerak dan emosi (Kinesthetic). Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model Elliott. Dilaksanakan dalam 3 siklus dengan 3 tindakan. Instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi, lembar wawancara, catatan lapangan, LKS, tes dan dokumentasi. Hasil yang diperoleh berupa peningkatan dari proses belajar, pemahaman siswa dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS. Pada saat proses pembelajaran siswa menjadi aktif dalam pembelajaran, sedangkan pemahaman siswa pada siklus I masih rendah, pada siklus II mengalami peningkatan dan pada siklus III siswa berhasil memahami. Berdasarkan hasil penelitian di atas peneliti menyarankan untuk menggunakan model visual auditory kinesthetic pada pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa. .
Kata Kunci : Model Visual Auditory Kinesthetic, Pemahaman, Pembelajaran IPS
1) Dosen Pembimbing 1, Penulis Penanggung Jawab 2) Dosen Pembimbing 2, Penulis Penanggung Jawab
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
2 1,
Rayu Fashela, Nina Sundari Susilowati2 Model Visual Auditory Kinesthetic Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
MODEL VISUAL AUDITORY KINESTHETIK TO IMPROVE UNDERSTANDING STUDENT OF SOCIAL STUDIES LEARNING IN ELEMENTARY SCHOOL Rayu Fashela, Nina Sundari1, Susilowati2 Jurusan PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRACT
This research is motivated by the problems that arise in the field of the learning process is still conventional IPS and less enjoyable for students. The purpose of this study to determine whether an increase in the learning process, the students' understanding and student learning outcomes in using the model VAK. On learning VAK students will learn to use the three learning styles, this is in line with the characteristics of VAK that learning is focused on providing learning experiences of students directly by learning to remember (Visual), learning by hearing (auditory), and learning with movement and emotion ( kinesthetic). This study uses a Class Action Research (PTK) using models Elliott. Executed in every cycle 3 measures. The instruments used are observation sheets, sheets interviews, field notes, worksheets, tests and documentation. Results obtained in the form of an increase of the learning process, the students' understanding and student learning outcomes in social studies learning. At the time of the learning process of students to be active in learning, and students' understanding on the first cycle is still low, on the second cycle increased and the third cycle students successfully understand. Based on the above results the researchers suggested to use a visual model of auditory kinesthetic learning to improve understanding and student learning outcomes.
Keywords : Model Visual Auditory Kinesthetic, Comprehension, Social Studies Learning
1) Dosen Pembimbing 1, Penulis Penanggung Jawab 2) Dosen Pembimbing 2, Penulis Penanggung Jawab
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
3
Antologi UPI, Volume... Nomor Edisi ... Agustus 2016
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hak setiap warga negara karena pendidikan sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa. Dalam upaya membangun pendidikan di Indonesia harus ditunjang dengan kualitas SDM yang baik sebagai pelaksana pendidikan agar terwujudnya pendidikan yang baik dan bermutu. Pendidikan diperuntukkan bagi seluruh masyarakat untuk menciptakan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional (dalam Syaiful Sagala, 2013, hlm. 3) dinyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Berdasarkan pengertian diatas maka dapat kita pahami bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia melaksanakan pendidikan disepanjang hidupnya, dari manusia itu lahir sampai mati. Sehingga manusia tidak akan lepas dari pendidikan selama kehidupannya. Dengan pendidikan manusia mengetahui apa yang harus dilakukan dan juga membedakan antara yang benar dan salah. Pendidikan juga akan membuat manusia dapat mengembangkan semua potensi yang dimilikinya. Pendidikan sudah menjadi kebutuhan mendasar bagi manusia. Pendidikan yang baik dilakukan sejak usia dini, karena hal tersebut dapat menjadi pondasi yang kuat bagi kehidupan manusia di masa yang akan datang. Pendidikan yang diharapkan tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan saja tetapi dapat membina sikap siswa dan juga
keterampilannya guna mencapai SDM yang baik dan berkualitas. Menurut Nasution (dalam Isjoni, 2007, hlm. 21) IPS merupakan ‘suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun dalam lingkungan sosialnya dan bahan ajarnya diambil dari berbagai ilmu sosial seperti geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, tata negara’. Dengan mempelajarinya siswa akan memiliki bekal pengetahuan yang sangat berharga dalam memahami dirinya dan juga orang lain dalam lingkungan sosial yang berbeda-beda, untuk menemukan kepentingannya maka akan terciptalah kehidupan sosial yang harmonis. Pendidikan IPS di sekolah dasar merupakan bidang studi yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. Dalam hal ini IPS memiliki peranan penting untuk mendidik siswa dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan juga keterampilan. Dengan berkembangnya pengetahuan siswa yang diikuti dengan berkembangnya sikap dan keterampilan, maka akan tercipta generasi penerus yang diharapkan oleh bangsa dan negara. Karena siswa tidak hanya cerdas dalam pengetahuan tetapi juga sikap yang terbina serta keterampilan yang terasah membuat kita bisa memiliki SDM yang berkualitas dalam akademik maupun moralnya. Adapun tujuan pembelajaran IPS di sekolah dasar (dalam Susanto, 2013, hlm. 149) adalah agar siswa dapat memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) memiliki kemampuan mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, 2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial,
1) Dosen Pembimbing 1, Penulis Penanggung Jawab 2) Dosen Pembimbing 2, Penulis Penanggung Jawab
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
4 1,
Rayu Fashela, Nina Sundari Susilowati2 Model Visual Auditory Kinesthetic Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar 3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, 4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk. Untuk mencapai tujuan tersebut, pembelajaran IPS di sekolah dasar sebaiknya disesuaikan dengan tahap perkembangan siswa. Menurut Jean Piaget (dalam Suyono & Hariyanto, 2014, hlm. 84) menyatakan bahwa ‘tahapan perkembangan kongnitif pada usia 7-11 tahun ialah tahap operasional kongkrit’. Pada tahap ini pemikiran siswa akan dibentuk dengan melalui pengalaman sebelumnya dan juga objek yang kongkrit. Sehingga pembelajaran yang diberikan oleh siswa haruslah memberikan gambaran yang jelas (kongkrit), agar siswa dapat menyerap pembelajaran yang diberikan oleh pendidik secara optimal. Kemudian Jerome S. Bruner (Suyono, dkk., 2007, hlm. 88) mengemukakan bahwa ‘siswa didorong dan disemangati untuk belajar sendiri melalui kegiatan dan pengalaman’. Dalam hal ini belajar siswa haruslah aktif dan memberikan pengalaman pada siswa. Siswa memperoleh suatu pengetahuan dari pengalaman yang ia alami dan siswa akan lebih mengerti jika ia belajar dengan melakukan (learning by doing). Berdasarkan kenyataan di lapangan dari observasi yang dilakukan, hasil belajar pada mata pelajaran IPS siswa kelas IV SD Negeri Warukawung 2 masih rendah. Pada mata pelajaran IPS ini sekitar 89.4% dari 20 siswa masih di bawah KKM yang diharapkan, yaitu 70 diantaranya ada 6 siswa memperoleh nilai 60, kemudian terdapat 3 siswa yang memperoleh nilai 50, lalu ada 5 siswa yang memperoleh nilai 40 dan ada 4 siswa yang memperoleh nilai terendah 35. Berdasarkan hal tersebut kendala yang menyebabkan hasil belajar
siswa menjadi rendah karena dalam pembelajaran guru masih menggunakan gaya pembelajaran yang konvensional yaitu dimana guru hanya mentransfer ilmu tersebut dengan hafalan materi dan metode yang digunakan membuat siswa jenuh dan bosan, seperti ceramah, tanpa memberikan siswa gambaran yang jelas (kongkrit) konsep yang disampaikan tersebut. Gaya belajar dalam pelajaran IPS sudah terbiasa dengan hafalan materi, mencatat, dan juga pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru saja sehingga hal ini membuat anak menjadi sangat bergantung pada guru sebagai sumber ilmu pengetahuannya. Karena pembelajaran hanya berpusat kepada guru, keterlibatan siswa dalam pembelajaran di kelas menjadi kurang. Siswa cenderung kurang aktif dalam belajar dan mengeluarkan ide dan kreatifitasnya karena pembelajaran dilakukan hanya berpusat kepada guru dan siswa kurang dilibatkan dalam pembelajarannya. Kemudian jumlah siswa yang banyak mempengaruhi suasana di kelas yang menjadi kurang kondusif. Suasana yang kurang kondusif ini mempengaruhi penyerapan materi yang diterima oleh siswa. Hal tersebut membuat materi yang diserap oleh siswa menjadi tidak optimal. Berbagai kendala tersebut membuat pemahaman siswa dalam pelajaran IPS menjadi rendah. Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkannya suatu model yang dapat membuat siswa menjadi aktif dan memahami pembelajaran dengan baik. Peneliti tertarik untuk menggunakan model Visual, Auditory, Kinestthetic dalam kegiatan pembelajaran IPS. Karena dengan menggunakan model tersebut pembelajaran IPS akan lebih menyenangkan dimana pembelajaran yang dilakukan dengan memanfaatkan ketiga gaya belajar siswa yaitu melihat, mendengar, dan bergerak. Dengan melakukan pembelajaran yang
1) Dosen Pembimbing 1, Penulis Penanggung Jawab 2) Dosen Pembimbing 2, Penulis Penanggung Jawab
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
5
Antologi UPI, Volume... Nomor Edisi ... Agustus 2016
disesuaikan dengan gaya belajar yang dimiliki oleh setiap siswa tersebut maka ilmu yang diserap akan lebih optimal. Kemudian model ini juga memberikan sebuah solusi yang mampu mengembangkan potensi dan juga pemahaman siswa dalam pembelajaran IPS yang dapat berguna dalam kehidupan nyata mengingat prestasi belajar IPS siswa Indonesia masih rendah. Berdasarkan masalah yang telah diuraikan di atas maka akan dilaksanakan penelitian dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah proses pembelajaran IPS dengan menggunakan model visual auditory kinaesthetic di kelas IV Sekolah Dasar? 2. Bagaimanakah peningkatan pemahaman dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model visual auditory kinestethic di kelas IV Sekolah Dasar? Model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) merupakan model pembelajaran yang menggunakan tiga gaya belajar yakni penglihatan (Visual), pendengaran (Auditory), dan bergerak (Kinesthetic). Dalam kegiatan belajar semua alat indra siswa dimanfaatkan, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan optimal. Dalam Huda (2013, hlm. 289) model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) adalah “gaya belajar multi-sensorik yang melibatkan tiga unsur gaya belajar, yaitu penglihatan, pendengaran, dan gerakan”. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) adalah model pembelajaran yang mengkombinasikan ketiga gaya belajar (melihat, mendengar, dan bergerak) setiap individu. Adapun karakteristik model VAK diantaranya. Anak yang memiliki gaya visual akan belajar dengan baik dengan menggunakan gambar. Gaya auditory akan belajar dengan baik dengan menggunakan
indera pendengarannya, pembelajaran dengan metode ceramah, membaca dengan suara lantang akan sangat bagus. Gaya kinesthetic belajar dengan baik apabila sambil melakukan sesuatu, meraba, dan melakukan eksperimen. Sedangkan langkah-langkah pembelajaran model VAK terdapat empat tahap dalam melakukan pembelajaran. Tahap tersebut yaitu “1) tahap persiapan, 2) tahap penyampaian, 3) tahap pelatihan, dan 4) tahap penampilan hasil” (Meier, 2002, hlm. 106-108). Pemahaman merupakan kemampuan seseorang untuk menerima informasi. Pemahaman ini termasuk kedalam salah satu dari 6 aspek kognitif yang dipaparkan oleh bloom. Pemahamaan menurut bloom yaitu ‘Seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang dirasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan. (dalam Susanto, 2013, hlm. 6) Indikator pencapaian aspek pemahaman konsep menurut Oemar Hamalik (2009, hlm. 166) yaitu : 1) Dapat menyebutkan nama contohcontoh konsep apabila dia melihatnya 2) Dapat menyatakan ciri-ciri (properties) konsep tersebut Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan suatu ilmu dari perpaduan ilmu-ilmu sosial yang fokus kajiannya untuk mempelajari manusia dan lingkungan sosialnya. Dilihat dari pengertian IPS bahwa pembelajaran IPS di sekolah dasar sangat penting diajarkan karena IPS berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, dan nilai serta keterampilan dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Sekolah dasar merupakan sebuah wadah yang sangat efektif dalam menciptakan generasi-generasi penerus yang berkualitas dan memiliki moral yang baik. Dimana IPS tidak hanya mengajarkan teori-teori ilmu
1) Dosen Pembimbing 1, Penulis Penanggung Jawab 2) Dosen Pembimbing 2, Penulis Penanggung Jawab
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
6 1,
Rayu Fashela, Nina Sundari Susilowati2 Model Visual Auditory Kinesthetic Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar sosial saja tetapi hal-hal yang berguna bagi dirinya dan juga kehidupannya sekarang maupun kelak di kemudian hari dalam berbagai lingkungan yang berbeda. Teori belajar yang mendukung dari model visual auditory kinesthetic yaitu teori perkembangan Jean Piaget yang menjelaskan anak belajar dari konkret menuju abstrak, Teori belajar dari Jerome S. Bruner menyatakan bahwa pendidikan merupakan proses penemuan dimana anak menemukan sendiri pengetahuannya dan guru menjadi fasilitator. Teori lain yang mendukung yaitu teori belajar menurut Thorndike menjelaskan bahwa suatu proses interaksi antara stimulus dan respon. METODE Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah PTK. Penelitian tindakan kelas (PTK) masuk kedalam metode kualitatif. Salah satu ciri metode kualitatif yang terdapat dalam PTK yaitu mendeskripsikan suatu fenomena atau pristiwa.“PTK adalah penelitian yang mengangkat masalah-masalah yang aktual yang dilakukan oleh para guru yang merupakan pencermatan kegiatan belajar yang berupa tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran dikelas secara lebih profesional” (Taniredja, 2010, hlm. 17) Desain metode penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu model John Elliott. Model John Elliott ini terdapat 3 siklus dan setiap siklus terdiri dari 3 tindakan maka penelitiannya akan lebih lama dan penelitian yang dilakukan akan lebih teratur karena langkah-langkahnya dituliskan lebih rinci. Partisipan dan tempat penelitian dilakukan di kelas IV SDN Warukawung 2 dengan jumlah siswa sebanyak 19 orang, 9 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Sedangkan definisi operasional yang dibuat untuk membatasi penelitian yang dilakukan
yaitu model visual auditory kinesthetic, pemahaman dan pembelajaran IPS. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitia ini yaitu lembar observasi siswa dan guru untuk melihat prilaku siswa dan guru saat pembelajaran, catatan lapangan untuk mencatatat kejadiankejadian yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung, lembar wawancara untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai pembelajaran yang telah berlangsung, tes untuk mendapatkan hasil pemahaman siswa dan dokumentasi untuk memperjelas data yang telah dikumpulkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Tahap awal yaitu tahap perencanaan. Tahap ini yaitu mempersiapkan semua hal yang berkaitan dengan tindakan yang akan dilakukan seperti mempersiapkan rencana persiapan pembelajaran (RPP), media pembelajaran, lembar observasi, lembar wawancara, catatan lapangan dan materi tentang teknologi. Kegiatan pemebelajaran pada siklus I dilakukan pada tanggal 22, 29 April dan 6 Mei 2015. Sedangkan untuk pelaksanaan siklus II dilakukan pada tanggal 8, 13, dan 15 Mei 2015. Untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 25, 29 Mei, dan 03 Juni 2015. Berdasarkan perencanaan, analisis dan refleksi pemebelajaran yang dilakukan, terdapat beberapa temuan pada saat pembelajaran yang berlangsung dengan menggunakan model visual auditory kinesthetic. Terdapat peningkatan yang terjadi pada proses pembelajaran, dan pemahaman siswa. Peningkatan ini terjadi bertahap dari siklus I hingga siklus III. Pada saat awal menggunakan model visual auditory kinesthetic siswa masih merasa canggung dan malu-malu sehingga siswa masih sangat pasif dalam mengikuti pemebelajaran, siswa masih merasa takut salah dalam mengungkapkan pendapatnya sehingga pembelajaran yang diakukan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
1) Dosen Pembimbing 1, Penulis Penanggung Jawab 2) Dosen Pembimbing 2, Penulis Penanggung Jawab
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
7
Antologi UPI, Volume... Nomor Edisi ... Agustus 2016
Pada siklus I tahap persiapan siswa hanya semangat pada saat guru mengajak siswa untuk bernyanyi saja dan ketika diajak untuk bergerak sambil bernyanyi siswa masih malu-malu, setelah itu siswa kembali duduk dan diam kembali. Dalam mengawali pembelajaran siswa dirasa kurang bersemangat. Sedangkan pada tahap penyampaian siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan guru dan melakukan kegiatan kelmpok hanya siswa yang pintar saja, Selanjutnya pada tahap pelatihan setiap kelompok tidak mendengarkan kelompok yang sedang melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Setiap kelompok sibuk dengan anggotanya masing-masing, sehingga suasana di kelas menjadi cenderung pasif. Pada tahap penampilan hasil hanya sebagian siswa yang ikut menyimpulkan pembelajaran sedangkan siswa lainnya hanya duduk diam dibangkunya dan tidak jarang siswa ada yang mengobrol. Kekurangan-kekurangan yang muncul saat melakukan pembelajaran pada siklus I selanjutnya diperbaiki pada siklus selanjutnya. Perbaikan tersebut berupa guru harus dapat lebih mengemas pembelajaran dengan menarik dan lebih memotivasi siswa dalam melakukan pembelajaran. Pada tahap penyampaian guru akan lebih memperhatikan siswa sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan diharapkan semua siswa bisa ikut aktif dalam pembelajaran. Pada saat tahap pelatihan guru akan lebih dekat dengan siswa dan meminta beberapa kelompok untuk menanggapi laporan hasil diskusi kelompoknya didepan kelas. Setelah melakukan analisis dan merefleksi kesalahan-kesalahan yang muncul pada siklus I maka pembelajaran dilanjutkan pada siklus II dengan melaksanakan refleksi yang telah di paparkan sebelumnya. Pada siklus II tahap penyampaian siswa sudah mulai bersemangat dalam memulai pembelajaran namun sebagian siswa masih duduk dan
tidak aktif dalam pembelajaran. Pada tahap penyampaian sudah terlihat beberapa siswa ikut melakukan tanya jawab dan mau mengamati hal yang sesuai dengan materi yang sedang dipelajari, namun masih ada siswa yang menjawab pertanyaan secara serempak. Pada saat pengambilan kesimpulan siswa masih menyimpulkan pembelajaran secara serempak dan masih ada beberapa siswa yang tidak menjawab saat ditanya oleh guru. Selain itu juga masih ada siswa yang merasa kesulitan dalam mengerjakan soal akhir. Kekurangan-kekurangan yang muncul saat pembelajaran pada siklus II guru melakukan refleksi pembelajaran berupa mengajak siswa untuk bernyanyi sambil mengekspresikan diri lagi sebelum memulai pembelajaran. Selain itu juga guru akan melakukan tanya jawab sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Pada saat tahap penyampaian guru akan lebih membuat pembelajaran yang bervariatif dan menyenangkan bagi siswa, dimana dalam pembelajaran materi dibawakan sambil bermain.. Sehingga siswa tidak bosan mengikuti pembelajaran dan menjadi bersemangat untuk belajar. Selain itu juga guru akan memberikan reward bagi siswa yang aktif di dalam kelas, sehingga guru akan lebih mudah untuk memancing siswa dalam melakukan tanya jawab dengan guru maupun dengan teman lainnya saat proses pembelajaran. Tahap penampilan hasil meminta kelompok lain untuk menanggapinya sehingga semua kelompok akan memperhatian ke depan. Guru akan meminta kelompok yang terlihat tidak memperhatikan untuk memberikan tanggapan kepada kelompok yang sedang melaporkan hasil diskusinya di depan kelas. Selanjutnya pembelajaran pada siklus III dilakukan setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus II. Refleksi pada siklus II dilakukan pada pembelajaran di siklus III dan temuan yang muncul saat pembelajaran berlangsung pada siklus III
1) Dosen Pembimbing 1, Penulis Penanggung Jawab 2) Dosen Pembimbing 2, Penulis Penanggung Jawab
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
8 1,
Rayu Fashela, Nina Sundari Susilowati2 Model Visual Auditory Kinesthetic Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar yaitu pada tahap penyampaian siswa sudah bersemangat dalam berantusias dalam melakukan apersepsi bernyanyi dan melakukan tanya jawab dengan guru. Pada tahap penyampaian siswa sudah mulai mencoba untuk mengangkat tangan terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan dari guru dan siswa sudah berani mengungkapkan jawaban dari pertanyaan yang di ajukan oleh guru. Sedangkan pada tahap pelatihan semua siswa sudah mau memperhatikan kelompok lain dan ikut menanggapi. Selanjutnya pada tahap penampilan hasil siswa sudah mulai ikut menyimpulkan materi dan siswa sudah percaya diri untuk menjawab soal evaluasi secara mandiri. Setelah melakukan pembelajaran sesuai dengan model VAK, maka pembelajaran dirasa lebih mudah dan menyenangkan. Siswa juga lebih mudah memahami materi yang diajarkan karena materi yang diajarkan sesuai dengan gaya belajar siswa seperti yang di katakana oleh Meier (2013, hlm. 289) model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) adalah “gaya belajar multi-sensorik yang melibatkan tiga unsur gaya belajar, yaitu penglihatan, pendengaran, dan gerakan”. Peningkatan nilai rata-rata proses belajar siswa dari siklus I hingga siklus III dapat dilihat pada bagan dibawah ini :
rata-rata proses belajar siswa yaitu hanya 49.30%, siklus II nilai rata-rata proses belajar siswa memperoleh nilai hanya 64.57%, siklus III meningkat menjadi 74.42%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa proses belajar siswa dari siklus 1 hingga siklus 3 mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dikarenakan guru terus mencoba untuk memperbaiki kesalahan- kesalahan yang terdapat pada saat pembelajaran berlangsung. Selain itu juga dalam pelaksanaan pembelajaran dari setiap siklusnya pemahaman siswa pada materi teknologi sudah memenuhi indikator yang sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hamalik (2009, hlm.166) yaitu : a) Dapat menyebutkan nama contohcontoh konsep apabila dia melihatnya. b) Dapat menyatakan ciri-ciri (properties) konsep tersebut Berdasarkan pemaparan diatas, nilai ratarata siswa dari siklus I hingga III dapat dilihat dari bagan dibawah ini : 100 80 60 40 20 0
Indikator 1 Indikator 2 Siklus Siklus Siklus 1 2 3
80 60
64.57
74.42
49.30 Siklus 1
40
Siklus 2
20
Siklus 3
0 Siklus Siklus Siklus 1 2 3
Berdasarkan grafik di atas disimpulkan bahwa proses pembelajaran siswa dengan menggunakan model VAK mengalami peningkatan, terlihat pada siklus 1 nilai
Dari bagan diatas terlihat peningkatan pada aspek pemahaman siswa dari siklus I sampai siklus III. Pada indikator pertama siswa dapat menyebutkan nama contohcontoh konsep apabila dia melihatnya, pada siklus I pemahaman siswa meningkat hanya sebanyak 52.62%, dan siklus II meningkat menjadi 66.66% siswa dan pada siklus III menjadi 87.71% siswa dari 19 siswa yang sudah memahaminya. Sedangkan untuk indikator kedua yaitu siswa dapat penyatakan ciri-ciri konsep
1) Dosen Pembimbing 1, Penulis Penanggung Jawab 2) Dosen Pembimbing 2, Penulis Penanggung Jawab
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
9
Antologi UPI, Volume... Nomor Edisi ... Agustus 2016
tersebut dari sikus 1 hanya 36.83% siswa yang memahaminya, sedangkan pada siklus 2 meningkat menjadi 56.13% siswa dan siklus 3 meningkat kembali menjadi 84.20% siswa dari 19 siswa yang telah memahaminya. SIMPULAN Proses pembelajaran dengan menggunakan model visual, auditory, kinesthetic pada kelas IV mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan nilai proses pada setiap siklus. Pada siklus I, rata-rata nilai proses adalah 49.30. Pemerolehan nilai proses menggunakan model visual auditory kinesthetic pada siklus I masih jauh dari KKM. Hal ini terjadi karena siswa terlihat kurang berani dalam mengungkapkan pendapatnya, siswa hanya diam ditempat duduk untuk menerima materi yang diberikan oleh guru, lalu keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran masih rendah. Kegiatan belajar berkelompok masih kurang adanya kerjasama yang baik. Dengan demikian nilai proses pembelajaran siswa masih jauh dari KKM. Berkaca dari siklus I, peneliti merefleksi dan melakukan perbaikan atas kekurangan yang terjadi pada siklus I. Hasilnya pada siklus II ratarata nilai proses pembelajaran meningkat menjadi sebesar 64.57. Hal tersebut disebabkan karena siswa mulai memberanikan diri dalam mengungkapkan pendapatnya dan juga menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, sehingga pembelajaran yang berlangsung menjadi lebih aktif daripada siklus sebelumnya. Kegiatan kelompok siswa pun sudah baik dalam melakukan kerjasama. Dengan demikian pada siklus II ini terjadi peningkatan nilai proses pembelajaran. Pada siklus III pemerolehan rata-rata nilai proses pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya yakni meningkat menjadi 74.42. Hal ini karena selain dilakukannya perbaikan, siswa juga sudah belajar dengan aktif di kelas, dengan
berani mengajukan pendapatnya, menjawab pertanyaan guru dengan baik, dan siswa juga telah terbiasa dengan pembelajaran berkelompok. Dengan demikian baik nilai individu maupun nilai rata-rata proses pembelajaran meningkat. Pada siklus III ini seluruh siswa dapat mencapai KKM. Hal tersebut merupakan bukti akan peningkatan nilai proses pembelajaran siswa. Selain peningkatan yang terjadi pada proses pembelajaran, model visual auditory kinesthetic juga mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata pemahaman yang meliputi tiga indikator yakni menyebutkan nama contoh-contoh konsep saat dia melihat dan mempelajarinya, dan menyebutkan ciri-ciri dari konsep tersebut dari siklus I sampai dengan siklus III yang terus meningkat. Rata-rata nilai pemahaman dengan menggunakan model visual auditory kinesthetic adalah sebagai berikut. Pada siklus I siswa memperoleh nilai rata-rata pemahaman sebesar 44.72. Hal tersebut terjadi karena siswa belum mampu menyebutkan nama contoh-contoh konsep dari teknologi produksi dan ciri-ciri dari konsep tersebut dengan baik. Dengan demikian, baik nilai individu maupun nilai rata-rata kelas masih jauh dari KKM. Hal tersebut membuat peneliti melakukan upaya perbaikan dengan harapan pada siklus selanjutnya yakni siklus II terjadi peningkatan nilai pemahaman. Setelah dilakukan perbaikan, hasilnya pada siklus II nilai pemahaman siswa dapat meningkat menjadi 61.39. hal tersebut dikarenakan selain dari perbaikan, peningkatan tersebut terjadi karena siswa cukup mampu untuk menyebutkan nama contoh-contoh dari teknologi komunikasi dan ciri-ciri dari konsep tersebut. Dengan demikian rata-rata nilai pemahaman menjadi meningkat. Pada siklus III pemerolehan rata-rata nilai pemahaman siswa mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya yakni 85.96. hal tersebut karena selain dilakukannya perbaikan, siswa juga telah mampu
1) Dosen Pembimbing 1, Penulis Penanggung Jawab 2) Dosen Pembimbing 2, Penulis Penanggung Jawab
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
10 1,
Rayu Fashela, Nina Sundari Susilowati2 Model Visual Auditory Kinesthetic Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar menyebutkan nama contoh-contoh dari konsep teknologi transportasi dan juga ciriciri dari konsep tersebut dengan sangat baik. Dengan demikian baik nilai individu maupun nilai rata-rata kelas meningkat. Pada siklus III ini seluruh siswa dapat mencapai KKM, meskipun ada beberapa siswa yang memperoleh nilai pemahaman tepat dengan KKM. Hal tersebut merupakan bukti akan peningkatan nilai pemahaman yang diperoleh siswa. REKOMENDASI DAN IMPLIKASI Setelah melakukan penelitian, peneliti merasa bahwa pembelajaran IPS dengan menggunakan model Visual Auditory Kinesthetic dapat meningkatkan pemahaman siswa dan hasil belajar siswa khususnya pada materi teknologi pada pembelajaran IPS di kelas IV Sekolah Dasar. Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan pada saat melakukan penelitian, peneliti merekomendasikan model visual auditory kinesthetic untuk digunakan dalam pembelajaran sehari-hari. Berdasarkan hasil temuan pada saat peneliti melakukan penelitian terdapat beberapa rekomendasi yang hasrus diperhatikan agar dapat dilakukan guna untuk meningkatkan mutu pendidikan menjadi lebih baik lagi. Adapun implikasi dan rekomendasi yaitu sebagai berikut: 1. Pada saat akan melakukan penelitian guru sebaiknya memperhatikan perkembangan psikologis siswa agar pembelajaran yang dilakukan tidak terasa berat oleh siswa. Sehingga ketika kegiatan belajar siswa tidak merasa terbebani. 2. Menerapkan model visual auditory kinesthetic untuk penelitian, sebaiknya guru memilih materi yang sesuai dengan model kemudian menentukan media yang cocok dengan materi tersebut agar pembelajaran lebih menarik, berkesan, dan mudah dipahami oleh siswa. Salah satu yang dapat guru pilih yaitu materi tentang
teknologi. Pada materi ini guru dapat memilih media yang ada disekitar siswa, sehingga pembelajaran yang dilakukan akan lebih mudah dipahami oleh siswa. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. Suhardjono, Supardi. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara Gunawan, I. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik. Jakarta: Bumi Aksara Hamalik, O. 2009. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara Huda, M. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Isjoni. 2007. Integrated Learning: Pendekatan Pembelajaran IPS di Pendidikan Dasar. Bandung: Falah Production Meier, D. 2002. The Accelerated Learning Handbook. Bandung: Kaifa Rose, C. Nicholl, M. 2012. Accelerated Learning For The 21st Century. Bandung: Nuansa Sagala, S. 2013. Konsep dan Makna Pembelajaran.
Bandung:
ALFABETA Susanto, A. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Suyono, Hariyanto. 2014. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Taniredja, T. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta
1) Dosen Pembimbing 1, Penulis Penanggung Jawab 2) Dosen Pembimbing 2, Penulis Penanggung Jawab
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
11
Antologi UPI, Volume... Nomor Edisi ... Agustus 2016
Universitas Pendidikan Indonesia. 2015. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI
1) Dosen Pembimbing 1, Penulis Penanggung Jawab 2) Dosen Pembimbing 2, Penulis Penanggung Jawab
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.