1
PENGGUNAAN METODE SOIL CONSERVATION SERVICES (SCS) UNTUK MEMPREDIKSI ALIRAN PERMUKAAN PADA LAHAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT, UNIT USAHA REJOSARI, PTP NUSANTARA VII LAMPUNG
Oleh : ANITA RAHAYU A24104006
PROGRAM STUDI ILMU TANAH DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
2
SUMMARY ANITA RAHAYU. Application of Soil conservation Services (SCS) Model to Predict Surface Runoff in Oil Palm Plantation Afdeling III, Business Unit of rejosari, PTPN VII South of Lampung. (Under supervision by YAYAT HIDAYAT and KUKUH MURTILAKSONO) Surface runoff or overland flow is the portion of rainfall which is not absorbed by the soil and is not accumulated on soil surface, but runs down-slope and collects in gullies and streams ( Hillel, 1997). Unproportionaly of surface runoff especially in rainy season can cause water loss quickly. Surface runoff volume can be predicted by using Soil Concervation Services (SCS) model. The objectives of this research is to predict surface runoff volume using Soil Conservation Services (SCS) model and to compare it with the measured ones. The research was carried out at Oil Palm Plantation of Afdeling III, Management Unit of Rejosari, PTPN VII South of Lampung. Main activities of the research consist of (a) identifications of hidrology soil grouph (HSG), (b) estimation of land cover and antecedent moisture condition (AMC), (c) delineation of microcatchment, (d) measurement of surface runoff in microcatchment outlet, and (e) predicting of surface runoff using SCS and PCRaster models. Soil Conservation Services (SCS) model can be used to predicted surface runoff. Model performance is quite well, which showed by determination coefficient and Root Mean Square Error (RMS-E) are 0.54 (R2) and 9.37 (RMSE) respectively. Maximum surface runoff volume both measured (61.45 mm) and predicted (32.82 mm) were obtained on March 10th 2008 with rainfall 101.85 mm. While minimum value on April 4th 2006 with surface runoff volume measured, a predicted and rainfall were 0.08, 0.32 and 17.36 mm respectively.
3
RINGKASAN ANITA RAHAYU. Penggunaan Metode Soil Conservation Services (SCS) untuk Memprediksi Aliran Permukaan pada Lahan Perkebunan Kelapa Sawit, Unit Usaha Rejosari, PTP Nusantara VII Lampung. (Dibawah bimbingan YAYAT HIDAYAT dan KUKUH MURTILAKSONO) Aliran permukaan adalah bagian dari hujan yang tidak meresap ke dalam tanah dan tidak terakumulasi di permukaan tanah tetapi bergerak ke tempat yang lebih rendah dan mengumpul dalam parit atau saluran (Hillel, 1971). Aliran permukaan yang tidak proporsional dapat menyebabkan terjadinya kehilangan air dengan cepat. Selama musim hujan, laju aliran permukaan berubah terus dengan cepat dan bersifat yang paling merusak. Besarnya aliran permukaan dapat dievaluasi dengan melakukan pengukuran langsung di lapangan atau dengan memprediksinya menggunakan metode pendugaan. Metode Soil Conservation Service (SCS) merupakan metode yang cukup sederhana dan telah lama dikembangkan serta memberikan hasil yang cukup baik. Tujuan penelitian adalah memprediksi volume aliran permukaan dengan menggunakan metode Soil Conservation Service (SCS) dan membandingkannya dengan hasil pengukuran. Penelitian dilakukan di Perkebunan Kelapa Sawit PTP Nusantara VII Unit Usaha Rejosari, Lampung. Metode penelitian meliputi penetapan kelompok hidrologi tanah dan kadar air tanah awal, penutupan permukaan lahan, pembuatan peta DEM, delineasi microcatchment, pengukuran aliran permukaan pada outlet microcatchment, dan penghitungan aliran permukaan dengan metode SCS dan PCRaster. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Soil Conservation Service (SCS) cukup akurat dalam memprediksi aliran permukaan. Hal ini ditandai dengan cukup rendahnya nilai RMS-E (Root Mean Square Error), yaitu sebesar 9.37 dan cukup banyaknya titik-titik yang berkumpul pada diagonal dalam scatter plot dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.54 Sebagian besar volume aliran permukaan hasil pengukuran memiliki nilai yang berbeda pada setiap kejadian hujan dibandingkan hasil prediksi. Volume aliran permukaan pengukuran dan prediksi tertinggi terdapat pada tanggal 10 Maret 2008 dengan curah hujan yang sama sebesar 101.85, yaitu 61.45 mm dan 36.85 mm. Volume aliran permukaan pengukuran terendah terjadi pada 4 April 2006 sebesar 0.08 mm sedangkan hasil prediksi terjadi pada tanggal 30 Mei 2008 sebesar 0.32 mm.
4
PENGGUNAAN METODE SOIL CONSERVATION SERVICES (SCS) UNTUK MEMPREDIKSI ALIRAN PERMUKAAN PADA LAHAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT, UNIT USAHA REJOSARI, PTP NUSANTARA VII LAMPUNG
Oleh : ANITA RAHAYU A24104006
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI ILMU TANAH DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
5
Judul Penelitian
: Penggunaan Metode Soil Conservation Services (SCS) untuk Memprediksi Aliran Permukaan pada Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Unit Usaha Rejosari PTP Nusantara VII Lampung
Nama Mahasiswa : Anita Rahayu Nomor Pokok
: A24104006
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I
Ir. Yayat Hidayat, MSi.
Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. Kukuh Murtilaksono, MS.
NIP. 132 004 798
NIP. 131 861 468
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie M. Agr. NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :
6
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 23 Februari 1986. Penulis merupakan putri sulung dari empat bersaudara dari pasangan Nata Juanda dan Siti Rubaiah, A.Md. Pendidikan formal yang telah dijalani oleh penulis adalah Sekolah Dasar Negeri 3 Cigombong pada tahun 1992, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Cijeruk pada tahun 1998, Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cijeruk pada tahun 2001 dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB) dan terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah (HMIT) periode 2004-2005 dan 2006-2007, serta menjadi asisten Dasar-dasar Ilmu Tanah pada tahun ajaran 2006/2007, asisten Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra pada tahun ajaran 2006/2007 serta asisten Agrogeologi Tanah pada tahun ajaran 2007/2008.
7
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohimi.... Assalamu’alaikum wr.wb., Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala kekuatan, kemudahan dan atas izin-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabiyullah Muhammad SAW, atas segala perjuangan untuk mencapai sebuah kebenaran. Skripsi yang berjudul ”Penggunaan Metode Soil Conservation Service (SCS) untuk Memprediksi Aliran Permukaan pada Lahan Perkebunan Kelapa Sawit, Unit Usaha Rejosari, PTP Nusantara VII Lampung” merupakan bagian dari tugas akhir untuk memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Ilmu Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Aliran permukaan merupakan bagian dari hujan yang mengalir di atas permukaan tanah. Besarnya aliran permukaan dari suatu wilayah dapat diprediksi dengan menggunakan metode SCS. Metode ini cukup sederhana dan memberikan hasil yang cukup baik. Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Direksi dan Staff Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan yang telah mendanai penelitian ini. 2. Manager dan Staff Unit Usaha Rejosari PTPN VII Lampung beserta Sinder dan Staff Afdelling III.
8
3. Ir. Yayat Hidayat, MSi selaku Dosen Pembimbing I atas segala bimbingan dan saran yang telah diberikan dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi. 4. Dr. Ir. Kukuh Murtilaksono, MS selaku Dosen Pembimbing II atas segala bimbingan dan saran yang telah diberikan dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi. 5. Staff dosen dan laboran di Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah dan Air yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian. 6. Papa, Mama, Arfan, Arini, Arisna yang menjadi keluarga tempat penulis bertumpu, mengadu dan meminta pendapat serta tak henti-hentinya senantiasa menemani dengan doa, semangat, dan kasih sayang. 7. Marni, Matung, Restu, dan Bogie terima kasih atas kerjasama, saran dan kritik selama menjalani penelitian ini. 8. Mas Beki, Mas Pedro, Mbak Atik, Pak Guslan dan para staff dan pegawai Afdelling 3 atas bantuan yang telah diberikan selama penelitian. 9. Teman-teman Lasapienza, Mbal, Nika, Dian, Liput, Yesy, Inga, Ratih, Desi, Ima, Elz, Novi yang selalu menemani dalam suka maupun duka. 10. Mbak Amel, Mas Gun, dan Mas Novri atas saran, nasehat maupun tegurannya. Terima kasih untuk persahabatan yang terjalin sampai saat ini. 11. Soiler 41 dan semua rekan yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih untuk semua bantuannya. Alhamdulillahirobil’alamiina.... Wassalamu’alaikum wr.wb. Bogor, Februari 2009 Penulis
9
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 Latar Belakang ................................................................................... 1 Tujuan ................................................................................................. 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 3 Aliran Permukaan ................................................................................ 3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Aliran Permukaan ....................... 3 Pendugaan Aliran Permukaan ............................................................. 5 Kelapa Sawit ( Elaeis guinensis Jacq.) ................................................ 9 Sistem Informasi Geografi .................................................................. 11 BAHAN DAN METODE ............................................................................... 12 Tempat dan Waktu .............................................................................. 12 Bahan dan Alat .................................................................................... 12 Metode Penelitian ................................................................................ 14 Pengukuran Curah Hujan ........................................................ 14 Pengukuran Kadar Air Tanah .................................................. 15 Pengukuran Debit Aliran Permukaan di Lapang .................... 15 Prediksi Aliran Permukaan Menggunakan Metode SCS ..................... 17 Penetapan Kelompok Hidrologi Tanah ................................... 18
10
Penentuan Kadar Air Tanah Awal ........................................... 18 Penentuan Penutupan Permukaan Lahan ................................. 18 Pembuatan Peta DEM ............................................................. 19 Pembuatan Batas DAS ............................................................. 19 Penghitungan Volume Aliran Permukaan................................ 19 Analisis Data Aliran Permukaan Pengukuran dan Aliran Permukaan Prediksi ............................................................................. 21 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN ................................................ 23 Letak Geografis dan Administratif ..................................................... 23 Keadaan Tanah .................................................................................... 23 Topografi ............................................................................................. 24 Iklim .................................................................................................... 25 HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 26 Curah Hujan ........................................................................................ 26 Kurva Linier Tinggi Muka Air dan Lengkung Debit Aliran ............... 28 Hubungan Kelompok Hidrologi Tanahh, Antecedent Moisture Condition (AMC), dan Curve Number (CN) ........................................................ 29 Penutupan Permukaan Lahan .............................................................. 35 Hubungan Curah Hujan dan Aliran Permukaan (Overland flow) ....... 37 Analisis Aliran Permukaan Aktual dan Aliran Permukaan Prediksi ................................................................................................ 39 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 44 Kesimpulan ......................................................................................... 44 Saran .................................................................................................... 44 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 45 LAMPIRAN .................................................................................................... 48
11
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman Teks
1. Kriteria Kelompok Hidrologi Tanah menurut U.S. SCS, 1972 (Arsyad, 2000) .......................................................... 6 2. Bilangan Curve Number untuk Kondisi Hujan Awal II menurut U.S. SCS, 1972 (Asdak, 2004) .............................................. 8 3. Klasifikasi Hantaran Hidrolik Tanah .................................................. 18 4. Solum dan Tekstur Tanah pada Setiap Lereng .................................. 23 5. Data Curah Hujan Bulanan Tahun 2006-2008 .................................... 26 6. Kelompok Hidrologi Tanah (KHT) (U.S. SCS, 1972) dalam Schwab (1981).............................................. 30 7. Nilai Curve Number pada Berbagai Kondisi dan Masing-masing Kelompok Hidrologi Tanah di lokasi penelitian.................................. 33 8. Nilai Retensi Penahanan Air Potensial pada Masing-masing CN pada lokasi penelitian .................................................................... 35 9. Penutupan Permukaan Lahan di lokasi Penelitian .............................. 36 10. Aliran Permukaan Pengukuran dan Prediksi ....................................... 41 Lampiran 1. Data Curah Hujan Harian di Daerah Penelitian ................................... 49 2. Data Tinggi Muka Air dan Debit Aliran Harian ................................. 51 3. Data Hasil Pengukuran Harian Aliran Permukaan pada lokasi penelitian........................................................................... 52 4. Data Hantaran Hidrolik Jenuh di Daerah Penelitian ............................ 65 5. Sifat Fisik dan Kimia Tanah di Daerah Penelitian............................... 65 6. Aliran Permukaan Pengukuran dan Prediksi pada beberapa kejadian hujan .............................................................. 66 7. Script Model SCS pada PCRaster ........................................................ 68
12
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman Teks
1. Peta Blok dan Microcatchment Lokasi Penelitian .............................. 13 2. Alat Penakar Curah Hujan Otomatis.................................................... 14 3. Automatic Water Level Recorder (AWLR) dan bangunan Weir .................................................................................... 17 4. Diagram Alir Kegiatan Penelitian........................................................ 22 5. Kondisi Topografi pada Lokasi Penelitian (Raster 10 m x 10 m)............................................................................ 25 6. Curah Hujan Bulanan pada Lokasi Penelitian ..................................... 27 7. Kurva Linier Tinggi Muka Air............................................................. 28 8. Kurva Lengkung Debit Aliran ............................................................ 29 9. Peta Kelompok Hidrologi Tanah ........................................................ 30 10. Peta Lereng pada Lokasi Penelitian ................................................... 32 11. Tutupan Tajuk Kelapa Sawit ............................................................... 37 12. Grafik Hubungan Curah Hujan dan Overland flow ............................ 38 13. Scatter Plot Hubungan Aliran Permukaan Pengukuran dan Prediksi ......................................................................................... 43 Lampiran 1. Peta Lokasi Daerah Penelitian ............................................................ 69
13
PENDAHULUAN
Latar Belakang Aliran permukaan adalah bagian dari hujan yang tidak meresap ke dalam tanah dan tidak terakumulasi di permukaan tanah tetapi bergerak ke tempat yang lebih rendah dan mengumpul dalam parit atau saluran (Hillel, 1971). Aliran permukaan yang tidak proporsional dapat menyebabkan terjadinya kehilangan air dengan cepat dan berpotensi menyebabkan terjadinya erosi. Selama musim hujan, laju aliran permukaan berubah terus dengan cepat dan bersifat yang paling merusak. Sedangkan pada saat musim kemarau yang panjang terjadi kekeringan yang berakibat pada berkurangnya jumlah ketersediaan air yang dibutuhkan oleh tanaman. Kelapa sawit (Elais guinensis Jaqc.) merupakan salah satu tanaman tahunan yang menghasilkan minyak nabati dan telah banyak dikembangkan di Indonesia. Pertumbuhan tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah iklim. Menurut Fauzi et al. (2002) tanaman kelapa sawit umumnya dikembangkan di daerah dengan curah hujan tinggi yaitu antara 2000 mm sampai 2500 mm dan menyebar merata sepanjang tahun. Pada umumnya, kebutuhan air tanaman ini diperoleh dari air hujan. Secara umum curah hujan di Indonesia cukup untuk memenuhi kebutuhan air tanaman kelapa sawit, akan tetapi pada beberapa wilayah distribusi hujan yang tidak merata sepanjang tahun menyebabkan keterbatasan air menjadi masalah yag sering terjadi pada lahan kering termasuk kawasan pertanaman kelapa sawit.
14
Besarnya
aliran
permukaan
dapat
dievaluasi
dengan
melakukan
pengukuran langsung di lapangan atau dengan memprediksinya yaitu dengan menggunakan metode pendugaan. Pengukuran aliran permukaan secara langsung membutuhkan waktu pengamatan yang relatif lama dan memerlukan biaya yang mahal, baik untuk instalasi alat, pengoperasian, maupun pemeliharaan alat. Pengukuran aliran permukaan dengan menggunakan metode pendugaan dapat dilakukan dengan menghubungkan curah hujan yang terjadi pada suatu wilayah dengan parameter hidrologi yang mempengaruhi infiltrasi air ke dalam tanah dan aliran permukaan. Jika keadaan setempat telah diselidiki untuk beberapa waktu, prediksi yang lebih tepat tentang keadaan aliran permukaan dapat dilakukan (Arsyad, 2000). Metode yang dapat digunakan untuk menetapkan volume aliran permukaan, diantaranya metode Maksimum Hujan-infiltrasi dan metode Soil Conservation Service (SCS). Metode Soil Conservation Service merupakan metode yang cukup sederhana dan telah lama dikembangkan serta memberikan hasil yang cukup baik.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah memprediksi volume aliran permukaan dengan
menggunakan
Metode
Soil
Conservation
membandingkannya dengan hasil pengukuran.
Service
(SCS)
dan
15
TINJAUAN PUSTAKA
Aliran Permukaan Aliran permukaan didefinisikan sebagai bagian dari hujan yang alirannya menuju saluran-saluran sungai, danau, atau laut. Menurut Schwab et al. (1981) aliran permukaan adalah bagian dari presipitasi yang mencapai ke arah saluran sungai, danau, atau laut sebagai aliran permukaan atau aliran bawah permukaan. Istilah “runoff” sering diartikan sebagai aliran permukaan. Hujan yang jatuh di atas permukaan tanah akan terinfiltrasi ke dalam tanah setelah ditahan oleh tajuk tanaman. Proses infiltrasi ini akan terjadi sampai kapasitas lapang terpenuhi. Apabila kapasitas lapang terpenuhi dan hujan masih berlangsung, maka kelebihan air hujan tersebut terinfiltrasi menjadi air perkolasi dan sebagian lain akan mengisi cekungan atau simpanan depresi. Setelah simpanan depresi terpenuhi maka kelebihan air akan menjadi aliran permukaan dan akan menguap atau terevaporasi walaupun jumlahnya sangat kecil (Haridjaja et al., 1991). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aliran Permukaan Chow (1964) membagi
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
aliran
permukaan ke dalam dua faktor utama, yaitu (1) faktor iklim, yang meliputi presipitasi (intensitas, distribusi dan lama hujan), intersepsi (jenis, umur tanaman), evaporasi dan transpirasi, dan (2) faktor fisiografi, yang berhubungan dengan karakteristik DAS yang meliputi bentuk dan ukuran daerah aliran, kemiringan lereng, jenis tanah, dan sistem penggunaan lahan. Lama waktu hujan, intensitas, dan penyebaran hujan mempengaruhi laju dan volume aliran permukaan. Total aliran permukaan untuk suatu hujan secara
16
langsung berhubungan dengan lama waktu hujan untuk intensitas hujan tertentu. Intensitas hujan akan mempengaruhi laju dan volume air larian. Pada hujan dengan intensitas tinggi, kapasitas infiltrasi akan terlampaui dengan beda yang cukup besar dibandingkan pada hujan yang kurang intensif (Asdak, 2004). Menurut Arsyad (2000) sifat aliran permukaan yang menentukan kemampuan dalam menimbulkan aliran permukaan adalah jumlah, laju, kecepatan dan gejolak aliran permukaan. Jumlah atau volume aliran permukaan menyatakan total volume aliran air untuk suatu masa hujan atau masa tertentu dinyatakan dalam milimeter atau meter kubik. Laju aliran permukaan adalah jumlah atau volume air yang mengalir melalui suatu titik per detik atau per jam, dinyatakan dalam m3 per detik atau m3 per jam. Pengukuran laju aliran pada saluran terbuka didasarkan pada hubungan : Q=AxV dimana Q adalah laju arus yang melalui penampang saluran seluas A dengan kecepatan rata-rata V. Presipitasi Presipitasi adalah curahan atau turunnya air dari atmosfer ke permukaan bumi dan laut dalam bentuk yang berbeda, yaitu curah hujan di daerah tropis dan curah hujan serta salju di daerah beriklim sedang (Asdak, 2004). Menurut Mori et al. (2006) presipitasi adalah nama umum dari uap yang mengkondensasi dan jatuh ke tanah dalam rangkaian proses siklus hidrologi. Intensitas hujan adalah jumlah hujan per satuan waktu. Intensitas hujan atau ketebalan hujan per satuan waktu lazimnya dilaporkan dalam satuan milimeter per jam. Lama waktu hujan adalah lama waktu berlangsungnya hujan (Asdak, 2004). Intensitas hujan yang tinggi dan
17
dalam waktu yang lama dapat menyebabkan aliran permukaan dan erosi (Arsyad, 2000). Karakteristik DAS Pengaruh DAS terhadap aliran permukaan adalah melalui bentuk dan ukuran DAS, topografi, geologi, dan keadaan tataguna lahan (keadaan vegetasi). Makin besar ukuran DAS, makin besar aliran permukaan dan volume aliran permukaan. Akan tetapi, baik laju maupun volume aliran permukaan per satuan wilayah dalam DAS tersebut turun apabila luas daerah aliran permukaan bertambah besar (Asdak, 2004).
Pendugaan Aliran Permukaan Menurut Haridjaja et al.(1991) prediksi laju maksimum aliran permukaan diperlukan untuk merencanakan saluran-saluran air, bendungan, terras dan saluran-saluran penyalur air lainnya, maka penetapan banyaknya aliran diperlukan untuk menentukan volume balong, atau reservoir yang akan dipergunakan untuk menyimpan air. Terdapat beberapa metode yang untuk menentukan volume aliran permukaan, diantaranya metode Maksimum Hujan-infiltrasi dan metode Soil Conservation Service (SCS). Metode maximum hujan-infiltrasi adalah yang paling sederhana. Dengan metoda ini ada tiga hal yang diperlukan yaitu : (a) ukuran daerah aliran, (b) laju infiltrasi, dan (c) sifat-sifat hujan daerah tersebut. Volume maksimum aliran permukaan terjadi pada nilai terbesar selisih curah hujan dengan infiltrasi. Metode ini memberikan data yang sangat berguna tetapi harus dipahami bawa beberapa asumsi yang dipergunakan belum tentu benar dan infiltrasi diasumsikan konstan. Hal ini hanya benar jika tanah berada dalam keadaan jenuh tepat sebelum hujan
18
yang menghasilkan aliran permukaan, dan asumsi adalah bahwa air yang masuk ke dalam tanah (air terinfiltrasi) tidak keluar sebagai aliran permukaan (Arsyad, 2000). Metode Soil Conservation Service telah dikembangkan bertahun-tahun di Amerika Serikat dari catatan curah hujan untuk daerah aliran sungai yang didominasi oleh wilayah pertanian. Pada pengukuran daerah aliran sungai dapat diplotkan pada aliran permukaan langsung (Pe) dan nilai potensi retensi maksimum (S) didapatkan secara langsung (Schwab et al., 1981). Perlu dikemukakan bahwa metoda ini berlaku terutama untuk luas DAS kurang dari 13 km2 dengan rata-rata kemiringan lahan kurang dari 30 persen. Tabel 1. Kriteria Kelompok Hidrologi Tanah menurut U. S. SCS, 1972 (Arsyad, 2000) KHT
Keterangan
Laju Infiltrasi (mm/jam)
Potensi aliran permukaan rendah, termasuk A
tanah liat berpasir dengan solum dalam, permeabilitas cepat.
8-12
Potensi aliran permukaan agak rendah, B
seperti pada kelompok A tetapi bersolum
4-8
dangkal, permeabilitas sedang – tinggi. C
Potensi aliran permukaan agak tinggi,
1-4
tekstur berliat, solum dalam, kandungan liat tinggi, permeabilitas rendah. Potensi aliran permukaan tinggi, tekstur D
berliat, solum dangkal, kandungan liat tinggi, permeabilitas rendah
0-1
19
Metoda SCS berusaha mengkaitkan karakteristik DAS seperti tanah, vegetasi, dan tataguna lahan (Tabel 1) dengan bilangan kurva air larian (runoff curve number) yang menunjukkan potensi air larian untuk curah hujan tertentu (Asdak, 2004). Tabel bilangan kurva air larian untuk kondisi hujan II awal disajikan pada Tabel 2. Menurut Schwab et al. (1981) kedalaman curah hujan lebih atau direct runoff (Pe) selalu lebih rendah atau sama dengan kedalaman curah hujan (P), air yang tertahan pada watershed (FA), dan potensi retensi maksimum (S). Terdapat sejumlah air hujan (Ia) yang tidak akan menjadi aliran permukaan tetapi mengisi depresi mikro (abstraksi awal) sebelum terjadinya aliran permukaan sehingga potensial aliran permukaan dihitung sebagai P-Ia. Dihipotesiskan perbandingan antara dua komponen aktual dan dua komponen potensial adalah sama.
dimana : Fa
: retensi penahanan aktual
S
: retensi penahanan air potensial
P
: curah hujan
Ia
: abstraksi awal (air yang tertahan tidak menjadi aliran permukaan)
Pe
: aliran permukaan langsung
20
Tabel 2. Bilangan Kurva Air Larian (CN) untuk Kondisi Hujan Awal II menurut U.S. SCS, 1972 (Asdak, 2004) Tataguna lahan
Cara Bercocok
Keadaan
Kelompok tanah
Tanam
Hidrologi
A
B
C
D
Tidak ditanami
Larikan lurus
-
77 86 91 94
Tanaman Dalam
Larikan lurus
Buruk
72 81 88 91
Baris
Larikan lurus
Baik
67 78 85 89
Kontur
Buruk
70 79 84 88
Kontur
Baik
65 75 82 86
Teras
Buruk
66 74 80 82
Teras
Baik
62 71 78 81
Larikan lurus
Buruk
63 74 82 85
Kontur
Baik
61 73 81 84
Teras
Buruk
61 72 79 82
Teras
Baik
59 70 78 81
Larikan lurus
Buruk
66 77 85 89
Larikan lurus
Baik
58 72 81 85
Kontur
Buruk
64 75 83 85
Kontur
Baik
55 68 78 83
Teras
Buruk
63 73 80 83
Teras
Baik
51 67 76 80
Buruk
68 79 86 89
Baik
39 61 74 80
Buruk
45 66 77 83
Cukup
36 60 73 79
Baik
25 55 70 77
-
59 74 82 86
Padi, gandum
Tanaman Legum
Padang rumput
Tegakan hutan tidak rapat
21
Dengan prinsip kontinuitas diperoleh : P ═ Pe + Ia + Fa Aliran permukaan langsung dihitung dengan persamaan dengan nilai Ia=0,2S, sebagai berikut : dengan dimana : S
: retensi penahanan air potensial (mm)
P
: curah hujan (mm)
Ia
: abstraksi awal (mm) (air yang tertahan tidak menjadi aliran permukaan)
Pe
: aliran permukaan langsung (mm)
CN
: bilangan kurva aliran permukaan Dengan mengetahui besarnya volume air larian total dalam waktu tertentu,
maka dapat direncanakan bangunan pengendali banjir dan bangunan-bangunan lain yang berkaitan dengan pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya air (Asdak, 2004). Kelapa Sawit (Elais guineensis Jacq) Asal kelapa sawit (Elais guineensis Jacq.) secara pasti belum bisa diketahui. Namun, ada dugaan kuat tanaman ini berasal dari dua tempat, yaitu Amerika Selatan dan Afrika (Guenia). Spesies Elais melanococca atau Elais oleivera diduga kuat berasal dari Amerika Selatan dan spesies Elais guineensis berasal dari Afrika (Guinea). Sampai saat ini, kedua spesies ini sudah menyebar ke seluruh negara beriklim tropis, termasuk Indonesia (Sastrosayono, 2007). Daerah penyebarannya yaitu di Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan,
22
Kalimantan Barat dan Jambi. Tanaman ini termasuk pada famili Araceae yang dulunya disebut dengan Palmae (Fauzi et al., 2002). Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah pada ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut dengan curah hujan antara 2000 – 2500 mm dan menyebar merata sepanjang tahun (Fauzi et al., 2002). Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak faktor dalam tanaman kelapa sawit itu sendiri, antara lain jenis atau varietas tanaman. Sedangkan faktor luar adalah faktor lingkungan, antara lain iklim, tanah dan teknik budidaya yang dipakai (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah iklim, yaitu curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, dan radiasi matahari (Fauzi et al., 2002). Menurut Pahan (2006) sebagian besar perkebunan kelapa sawit dibangun pada daerah yang mempunyai neraca air positif selama 6 bulan atau lebih, yaitu kondisi dimana jumlah curah hujan lebih besar daripada evapotranspirasi di perkebunan. Kawasan yang termasuk dalam kelas iklim ini diklasifikasikan oleh Koppen sebagai kelas iklim Af dan Am (zona khatulistiwa). Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah tanah dengan pH netral, mempunyai lapisan tanah yang dalam, tidak banyak mengandung besi dan berdrainase baik. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, seperti podsolik, latosol, alluvial,dan regosol. Selain itu, kelapa sawit membutuhkan sifat fisik tanah yang baik seperti teksturj tanah ringan dengan kandungan pasir 20-60 %, debu 10-40 %, dan liat 20-50 %. Tanah yang kurang cocok adalah tanah berpasir, tanah gambut tebal, adanya lapisan padas,
23
drainase yang jelek, tanah dengan solum dangkal, permukaan air tanah yang tinggi dan struktur tanah yang buruk (Yahya, 1990). Keadaan topografi yang dianggap cukup baik untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah wilayah dengan topografi datar dan berombak sampai bergelombang dengan kemiringan ideal berkisar antara 0-25 % (Harahap, 1999).
Sistem Informasi Geografi Sistem informasi geografis merupakan suatu sistem berdasarkan komputer yang mempunyai kemampuan untuk menangani data yang bereferensi geografi yang mencakup (a) pemasukan, (b) manajemen data (penyimpanan data dan pemanggilan lain), (c) manipulasi analisis, dan (d) pengembangan produk dan pencetakan (Aronoff, 1989). Menurut Barus et al. (2000) SIG adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau koordita geografis. Salah satu produk SIG adalah peta. Peta merupakan penyajian secara grafis dari kumpulan data maupun informasi sesuai lokasinya secara dua dimensi. Menurut Durana (1996) dalam Barus et al. (2000) menambahkan bahwa dalam SIG selain diperlukan perangkat keras dan perangkat lunak juga dibutuhkan pemakai dan organisasinya, serta data yang dipakai, sebab tanpa mereka SIG tidak akan dapat operasional. Bentuk data spasial dapat dikonversi ke bentuk data lain dengan konsekuensi tertentu yang harus diketahui dsehingga diperoleh hasil yang optimum. Adapun data spasial harus mempunyai informasi yang terdiri dari empat komponen, yaitu posisi geografis (referensi spasial), informasi atribut, waktu, dan hubungan spasial (Barus et al., 2000).
24
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Perkebunan Kelapa Sawit Afdeling III Unit Usaha Rejosari PTPN VII, Natar, Lampung Selatan. Daerah penelitian meliputi areal seluas ±14.6 Ha pada Blok 415. Tata letak blok-blok dan peralatan pada areal penelitian disajikan pada Gambar 1. Batas microcacthment belum tergambar secara utuh akan tetapi dalam setiap perhitungan komponen hidrologi luas microcacthment yang utuh sudah dipertimbangkan. Penelitian lapang berlangsung dari bulan Januari sampai Juli 2008 sedangkan analisis data dan prediksi aliran permukaan dilakukan pada bulan Agustus sampai Desember 2008. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari data curah hujan dan debit Januari Juni 2008, data tinggi muka air bulan Januari - Juni 2008, data intensitas hujan bulan Januari - Juni 2008, data kadar air tanah bulan Januari - Juni 2008. Data sekunder yang terdiri dari data curah hujan dan debit tahun 2006/2007, data intensitas hujan tahun 2006/2007, data sifat fisik tanah, data kadar air tanah tahun 2006/2007, data Leaf Area Index (LAI) yang digunakan untuk menentukan persentase penutupan permukaan lahan serta Peta Blok 415 berupa Peta kontur blok 415, peta letak sensor, peta sungai blok 415, peta kelas lereng blok 415, peta DAS blok 415, peta blok 415 (Gambar 1). Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat penakar hujan (ombrometer), current meter, sekat ukur, alat tulis, perangkat keras (hardware)
25
Gambar 1. Peta Blok dan Microcathment Lokasi Penelitian
26
berupa seperangkat komputer, scanner, dan printer serta perangkat lunak (software) berupa Arc View 3.3, Microsoft Office 2003, Surfer, dan PCRaster.
Metode Penelitian Pengukuran Curah Hujan Data curah hujan diperoleh dari pengukuran alat penakar hujan (ombrometer) yang dipasang pada setiap micro catchment. Alat penakar hujan (ombrometer) diletakkan pada tempat terbuka, dimana dalam radius ± 10 m di sekitar alat merupakan areal kosong agar hujan yang jatuh tidak terhalang oleh tajuk tanaman. Gambar alat penakar hujan otomatis disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Alat Penakar Curah Hujan Otomatis Volume air hujan yang tertampung diukur dengan menggunakan gelas ukur. Selanjutnya volume air dalam satuan cm3 dikonversi ke dalam satuan tinggi kolom air (mm) dengan cara membagi dengan luas penampang masing-masing alat penakar.
27
Pengukuran Kadar Air Tanah Data kadar air tanah diperoleh dari pengukuran dengan menggunakan alat sensor yang ditanam ditanah pada kedalaman 25 cm, 50 cm, dan 100 cm kemudian diukur dengan alat multimeter. Alat sensor tersebut dipasang pada microcatchment dengan jumlah sensor 40 buah. Pengukuran dilakukan setiap hari pada waktu yang sama yaitu pagi hari. Nilai yang terukur merupakan nilai ketahanan tanah dengan asumsi bahwa ketahanan tanah berbanding terbalik dengan kadar air tanah. Kalibrasi kadar air tanah dilakukan juga dengan pengambilan sampel tanah pada setiap microcatchment dengan menggunakan bor berdasarkan letak kelerengannya, yaitu lereng atas, lereng bawah, dan lereng tengah. Sampel tanah tersebut ditimbang bobotnya kemudian dioven selama 24 jam untuk diperoleh bobot kering mutlaknya. Setelah itu dilakukan perhitungan kadar air tanahnya. Hasil kadar air tanah yang diperoleh berasal dari kalibrasi ketahanan tanah yang diperoleh melalui pengukuran dengan multimeter dengan menggunakan persamaan yang diperoleh dari pengukuran kadar air dengan pengambilan sampel tanah pada setiap microcatchment.
Pengukuran Debit Aliran Permukaan Pengukuran debit aliran permukaan dilakukan pada setiap titik pengamatan AWLR (Automatic Water Level Recorder). Weir yang dilengkapi dengan AWLR (Automatic Water Level Record) dan bangunannya yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Gambar 3. Data yang tercatat pada pias AWLR selanjutnya dikorelasikan dengan nilai tinggi muka air dari hasil pengukuran fiskal, dimana data hasil pencatatan AWLR sebagai absis (x) dan tinggi muka air
28
(TMA) pada fiskal sebagai ordinat (y). Berdasarkan persamaan tersebut dapat diketahui fluktuasi ketinggian muka air yang terjadi pada areal microcatchment. Kecepatan arus air aliran permukaan diukur dengan menggunakan alat ukur current meter yang dilakukan selama 2 menit. Alat ini berupa baling-baling yang akan berputar bila dilalui air. Pengukuran yang dilakukan yaitu penghitungan bunyi yang dihasilkan oleh alat current meter dimana alat akan berbunyi setiap 10 kali putaran. Jika arus sungai kecil, maka pengukuran debit aliran dilakukan dengan menggunakan kantong plastik hitam berukuran besar untuk menampung aliran dan stopwacth sebagai pencatat waktu. Kantong plastik digunakan untuk menampung air yang mengalir selama ± 10 detik. Air yang tertampung dalam plastik kemudian ditakar menggunakan gelas ukur untuk mengetahui debit. Debit aliran permukaan dihitung dengan menggunakan persamaan (Arsyad, 2000) : Q=VxA dimana Q adalah debit aliran sungai (m3/detik), V adalah kecepatan aliran sungai (m/detik) dan A adalah luas penampang (m2). Kecepatan aliran sungai dihitung menggunakan persamaan (Soewarno, 1991) : V=aN+b dimana : V
: kecepatan aliran air (m/detik)
N
: jumlah putaran per detik
a, b
: konstanta yang telah ditentukan oleh pabrik pembuat alat ukur arus (a = 0.120 dan b = 0.005).
29
Kurva lengkung debit aliran (discharge rating curve) didapat dengan mengkorelasikan nilai tinggi muka air (m) dengan debit aliran hasil pengukuran (m3/detik) pada titik outlet, dengan menggunakan persamaan dari kurva lengkung tersebut dapat diketahui hidograf pada setiap titik pengamatan. Volume aliran dalam waktu 10 menit diperoleh dengan cara mengkalikan debit aliran dengan waktu. Secara empiris dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : Debit aliran (m3/detik) x 10 menit x 60 detik Volume aliran permukaan yang dihasilkan kemudian dikonversi ke dalam satuan mm dengan membagi volume aliran permukaan yang diperoleh dengan luasannya. Secara empiris dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : Volume aliran permukaan (m3) x 109 Luas Blok 415 (ha) x 1010
(a)
(b)
Gambar 3. (a) Automatic Water Level Recorder (AWLR) dan (b) Bangunan Weir
Prediksi Aliran Permukaan Menggunakan Metode SCS Prediksi Aliran permukaan dengan menggunakan metode SCS terdiri dari beberapa tahapan.
30
Penetapan Kelompok Hidrologi Tanah Penetapan dilakukan berdasarkan potensi aliran permukaan, solum tanah, porositas tanah, tingkat permeabilitas dan laju infiltrasi minimum. Tingkat permeabilitas tanah ditentukan berdasarkan data hantaran hidrolik tanah yang kemudian dikelompokkan berdasarkan kriterianya. Adapun kriteria hantaran hidrolik menurut Uhland dan O’neal (1951) dalam Sitorus et al. (1983) tercantum dalam Tabel 3. Tabel 3. Klasifikasi Hantaran Hidrolik Tanah Kelas Sangat lambat Lambat Agak lambat Sedang Agak cepat Cepat Sangat cepat
HC (cm/jam) < 0.125 0.0125 - 0.5 0.5 – 2.0 2.0 - 6.25 6.25 - 12.5 12.5 - 2.5 >25
Penentuan Kadar Air Tanah Awal Data ini ditentukan berdasarkan kejadian hujan periode sebelumnya dan kondisi periode pertumbuhan tanaman. Menurut SCS tahun 1972 membedakan 3 kondisi AMC, menjadi kondisi I, II, dan III (Arsyad, 2000).
Penentuan penutupan permukaan lahan Data penutupan permukaan lahan berdasarkan data LAI (Leaf Area Indeks) yang dilakukan setiap 6 bulan sekali dengan menggunakan persamaan (Pahan, 2006):
31
dimana : Ad
: luas pelepah daun (m2)
n
: jumlah pelepah daun
d
: kerapatan tanaman (pohon/ha) Berdasarkan data yang diperoleh dilakukan perkiraan persentase
penutupan permukaan lahan di daerah penelitian dan jenis vegetasi yang tumbuh.
Pembuatan Peta DEM Pembuatan peta ini dilakukan dengan menggunakan program Arc view dan PCRaster. Pertama, aktifkan extensions Spatial Analys, Grid Analys, dan Geoprosessing dalam Arc view. Konversi peta kontur yang telah diregistrasi ke dalam bentuk grid dengan menggunakan Convert to Grid dalam Theme. Selanjutnya, peta kontur yang telah diubah dalam bentuk grid dibuka dalam Surfer maka akan diperoleh peta kontur yang lebih halus dengan data DEM.
Pembuatan Batas DAS Peta DEM dikonversi ke dalam file text yang akan diekspor ke PC Raster dengan menggunakan menu Grid Convert dan hasilnya disimpan dalam bentuk ASCII Data (txt). File tersebut diimport ke dalam PC Raster dan mengubah file text tersebut ke dalam format PC Raster. Selanjutnya dilakukan pembuatan peta klon dengan operator Mapattr, mengimport data dari surfer ke dalam PC Raster dengan operator Col2map, peta outlet dengan menggunakan operator Pit. Batas DAS dibuat dengan operator catchment. Setelah pembuatan batas DAS dilakukan pembuatan tabel dan peta yang dibutuhkan dalam perhitungan aliran permukaan dengan menggunakan metode SCS berupa peta penggunaan lahan, peta Curve
32
Number, peta curah hujan, peta retensi penahanan air potensial, dan peta kelompok hidrologi tanah.
Penghitungan Volume Aliran Permukaan Aliran permukaan langsung dihitung dengan persamaan dengan nilai Ia=0,2S, sebagai berikut : dengan dimana : Fa
: retensi penahanan aktual (mm)
S
: retensi penahanan air potensial (mm)
P
: curah hujan (mm)
Ia
: abstraksi awal (air yang tertahan tidak menjadi aliran permukaan) (mm)
Pe : aliran permukaan langsung (mm) CN : bilangan kurva aliran permukaan Bilangan kurva aliran permukaan mengkaitkan pengaruh kelompok hidrologi tanah, penggunaan lahan dan tingkat perlakuan yang diberikan pada suatu lahan yang menunjukkan potensi aliran permukaan untuk curah hujan tertentu. Dalam analisis ini menggunakan bilangan kurva aliran permukaan yang telah ada. Prediksi ini dilakukan dengan PCRaster. Peta yang telah dibuat pada PCRaster digunakan sebagai masukan pada persamaan metode SCS yang akan dibuat.
33
Analisis Data Aliran Permukaan Pengukuran dan Aliran Permukaan Prediksi Analisis dilakukan dengan menghitung nilai RMS-E (Root Mean Square Error), dan scatter plot. RMS-E dihitung dengan menggunakan rumus : n RMS-E = 1/n ∑ (Aliran Permukaan Pengukuran – Aliran Permukaan Prediksi)2 i=1
dimana : Nilai RMS-E yang rendah menandakan semakin akurat metode SCS dalam memprediksi jumlah aliran permukaan, begitu juga sebaliknya untuk nilai RMS-E yang tinggi. Diagram alir kegiatan penelitian prediksi aliran permukaan menggunakan metode SCS disajikan pada Gambar 4.
34
Pengumpulan Data
Penetapan: -Kelompok Hidrologi Tanah -Penutupan Permukaan Lahan -Kadar Air Tanah Awal (AMC)
Pembuatan Peta Topografi Siap Olah: -Peta Clone -Peta DEM
Pembuatan Peta Batas DAS
Pembuatan Peta : -Curah Hujan -Land Use -Curve Number -Retensi Penahanan Air Potensial (S)
Prediksi Volume Aliran Permukaan
Analisis Aliran Permukaan Pengukuran dan Aliran Permukaan Prediksi Gambar 4. Diagram Alir Kegiatan Penelitian
35
KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
Letak Geografis dan Administratif Secara geografi daerah penelitian terletak pada 105007’55,5” BT– 10508’20.4”
BT dan 5017’016”
LS – 5017’27.6”
LS. Sedangkan secara
administrasi daerah ini termasuk dalam wilayah Desa Rejosari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Propinsi Lampung. Jarak Unit Usaha Rejosari dari Ibukota Propinsi 12 km, dari kota Kabupaten Lampung Selatan 70 km, dari Pelabuhan Panjang 12 km, dan dari kantor Direksi 12 km (PTP Nusantara VII, 2005). Keadaan Tanah Macam tanah pada lokasi ini tergolong Podzolik Merah Kuning sedangkan berdasarkan klasifikasi Soil Taxonomy lokasi penelitian pada tingkat sub-group termasuk Typic Kanhapludult dan Fluventic Dystrudept. Tanah bertekstur liat sampai liat berpasir, dengan solum tanah cukup dalam-dalam (Tabel 5). Tabel 4. Solum dan Tekstur Tanah pada Setiap Lereng Lereng Lereng atas Lereng tengah Lereng bawah
Solum > 1.0 0.7 – 1.0 < 0.7
Luas (ha) 10.4 2.3 1.1
Tekstur Lempung Berliat Liat Berdebu Lempung
Fluventic Dystropepts merupakan salah satu subgroup dalam order Inceptisol. Tanah ini mempunyai kandungan C-organik yang berkurang secara tidak teratur dengan bertambahnya kedalaman. Typic Kanhapludult termasuk ke dalam order Ultisol yang terbentuk di bawah iklim panas hingga tropik serta kurang subur. Pada horizon bawah terjadi penimbunan liat, bersifat masam dan
36
kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35% (Hardjowigeno, 2003). Berdasarkan hasil analisis di laboratorium, daerah penelitian memiliki kadar air kapasitas lapang antara 26-36 % dengan rataan kadar air titik layu permanen antara 18-26 % (Atmaja, 2007). Sedangkan menurut Yusuf (2007) menyatakan rataan air tersedia di daerah penelitian berkisar antara 7.58-11.95 % volume dan didapat bahwa pada perlakuan kontrol memiliki rataan air tersedia paling rendah dibandingkan dengan perlakuan teras gulud dan rorak sehingga air akan lebih cepat habis. Hal ini disebabkan pada perlakuan kontrol terdapat lapisan kedap air dan solum yang dangkal yang dapat memperlambat pergerakkan air sehingga air tidak mampu masuk terlalu jauh ke dalam tanah (Tabel 4). Topografi Daerah penelitian memiliki topografi berombak sampai datar dengan kemiringan lereng sebesar 3 – 8 % dan kedalaman solum yang bervariasi antara 1 sampai 3. Pada daerah ini terdapat daerah pelembahan yang luas yaitu 3.8 hektar pada blok 2 (blok 415. Daerah lembah memiliki sistem drainase yang buruk dengan kedalaman solum yang dangkal dan struktur tanah yang kurang baik (maasif) karena terdapat akumulasi liat sehingga tekstur tanah menjadi relatif lebih berat sehingga terjadi penggenangan. Tanah dengan struktur masif memiliki pori-pori yang sedikit dan apabila terjadi hujan maka pori-pori tersebut akan cepat terisi air (Yusuf, 2007). Apabila hujan masih berlanjut maka tanah tersebut tidak mampu lagi menyerap air sehingga sering terjadi penggenangan dan menyebabkan aliran permukaan. Selain itu, pada daerah ini ditemukan lapisan kedap berupa batu pasir. Kondisi topografi pada daerah penelitian disajikan pada Gambar 5.
37
Gambar 5. Kondisi topografi pada lokasi penelitian (Raster 10 m x 10 m)
Iklim Lokasi penelitian memiliki curah hujan antara 1500 – 2100 mm/tahun dengan jumlah hari hujan sebesar 77 – 122 hari/tahun dan jumlah bulan kering antara 3 – 4 bulan/tahun. Pada lokasi ini terjadi defisit air yang mencapai 10 – 40 mm/tahun (PTPN VII, 2007). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata suhu udara maksimum bulanan selama tahun 2007 di daerah penelitian berkisar antara 32-36 0C, sedangkan rata-rata suhu udara minimum berkisar antara 21-23 0C dan kelembaban udara rata-rata berkisar antara 68-93 %. Menurut Smith dan Ferguson tipe iklim pada lokasi penelitian termasuk ke dalam Tipe C sedangkan menurut Oldeman termasuk Tipe D3 dan menurut Koppen termasuk Tipe Am (Siregar, 2003).
38
HASIL DAN PEMBAHASAN
Curah Hujan Hujan merupakan salah satu bentuk dari presipitasi pada daerah tropis dan merupakan faktor pengendali proses hidrologi. Indonesia berada pada zona iklim tropis. Tipe iklim ini biasanya mempunyai ciri khas pada variasi musimannya, yaitu curah hujan tinggi pada musim hujan dan curah hujan sangat rendah pada musim kemarau. Curah hujan tahunan meningkat dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 (Tabel 5). Curah hujan tahunan tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 2143.65 mm dibandingkan dengan curah hujan tahunan pada tahun 2006 dan 2007 masing-masing sebesar 1179.97 mm dan 1686.8 mm. Data pengukuran hujan harian disajikan pada Tabel Lampiran 1
sedangkan data curah hujan
bulanan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Data Curah Hujan Bulanan Tahun 2006 - 2008 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah
2006 331.57 164.41 154.82 162.81 62.14 26.34 153.89 0 0 0 16.65 45.34 1117.97
Curah Hujan Bulanan (mm) 2007 475.36 172.78 269.31 198.02 144.65 124.4 122.47 26.35 47.99 23.01 47.4 35.06 1686.8
2008 172.44 224.49 195.67 200.99 140.6 81.68 4.5 154.79 94.25 208.99 283.61 381.64 2143.65
Curah hujan bulanan maksimum dari tahun 2006-2008 relatif terjadi pada bulan Januari sebesar 331.57 mm pada tahun 2006 dan 475.36 mm pada tahun 2007 sedangkan pada tahun 2008 terjadi perubahan yaitu pada bulan Desember
39
sebesar 381.64 mm. Sedangkan curah hujan bulanan minimum terjadi pada bulan November untuk tahun 2006 sebesar 16.65 mm, Oktober untuk tahun 2007 sebesar 23.01 mm serta bulan Juli untuk tahun 2008 sebesar 4.5 mm. Pada bulan Agustus sampai Oktober 2006 tidak terjadi hujan karena telah memasuki musim kemarau. Berdasarkan klasifikasi Oldeman pada blok 415 memiliki jumlah bulan basah (bulan dengan curah hujan lebih besar dari 200 mm), bulan kering (bulan dengan curah hujan kurang dari 100 mm), dan bulan lembab (bulan dengan curah hujan 100-200 mm) yang berbeda pada setiap tahunnya. Tahun 2008 memiliki jumlah bulan basah terbanyak dibandingkan tahun 2006 dan 2007, yaitu 5 bulan pada bulan Februari, April, Oktober, November, dan Desember. Sedangkan jumlah bulan basah terendah terdapat pada tahun 2006, yaitu 1 bulan pada bulan Januari. 2007
2008
500 400 300 200 100
kt ob er N ov em be r D es em be r
O
be r tem
Se p
gu stu s
Ju li
A
Ju ni
ei M
pr il A
ar et
ru a
ua r
Fe b
Ja n
M
ri
0
i
Curah Hujan (mm)
2006
Bu lan
Gambar 6. Curah Hujan Bulanan pada Lokasi Penelitian Gambar 6 menunjukkan adanya pola perubahan kejadian hujan bulanan dari tahun 2006 sampai 2008. Pada tahun 2007 dan 2008, kejadian hujan terjadi secara merata yang ditandai dengan adanya kejadian hujan pada setiap bulannya mulai bulan Januari sampai dengan Desember namun pada bulan Juli 2008 terjadi hujan dengan curah hujan minimum sebesar 4.5 mm. Sedangkan pada tahun 2006
40
terdapat bulan dengan curah hujan nol, yaitu pada
bulan Agustus sampai
November. Peningkatan kejadian hujan dapat mempengaruhi peningkatan curah hujan walaupun masih dipengaruhi oleh besarnya curah hujan. Pada Gambar 6 dapat pula dijelaskan bahwa terjadi perubahan bulan kering menjadi bulan basah pada tahun 2008 yang terjadi pada bulan Agustus sampai dengan Desember.
Kurva Linier Tinggi Muka Air dan Kurva Lengkung Debit Aliran Pengamatan di lapang menunjukkan bahwa terdapat hubungan linier antara tinggi muka air dengan signal AWLR. Nilai signal AWLR, tinggi muka air dan debit aliran masing-masing Weir disajikan pada Tabel Lampiran 2. Pembacaan signal yang tercatat pada pias AWLR dan tinggi muka air hasil pengukuran di lapang digunakan untuk menentukan kurva linier tinggi muka air (Gambar 7). Dengan meningkatnya pulsa AWLR 1 dan AWLR 2 menunjukkan bahwa tinggi muka air juga akan meningkat dan begitu juga sebaliknya, dengan menurunnya nilai pulsa AWLR maka tinggi muka air akan menurun. AWLR 1 0.8
0.2
y = 0.0009x - 0.3961 R2 = 0.84
y = 0.0016x - 0.0374 R2 = 0.27
0.15 TMA
0.6 0.4 0.2
0.1 0.05
0 0
500
1000
0
1500
0
20
40
SIGNAL
60 SIGNAL
AWLR 2 0.6
y = 0.0003x + 0.0052
0.5 TMA (cm)
TMA
AWLR 1
2
R = 0.58
0.4 0.3 0.2 0.1 0 0
500
1000
1500
2000
Signal
Gambar 7. Kurva Linier Tinggi Muka Air
80
100
41
Berdasarkan persamaan yang dihasilkan dari kurva linier tinggi muka air maka akan dapat diprediksi tinggi muka air secara kontinu pada masing-masing Weir. Pada AWLR 1 terdapat dua persamaan tinggi muka air yang disebabkan telah digantinya alat yang terdahulu dengan yang baru dan secara tidak disengaja. Hal ini menyebabkan berubahnya nilai pulsa AWLR 2 secara drastis. Kurva lengkung debit aliran didapat dari hubungan antara tinggi muka air dan debit aliran pada masing-masing Weir (Gambar 8). Peningkatan tinggi muka air diikuti dengan peningkatan debit aliran dan sebaliknya. Berdasarkan persamaan kurva lengkung debit aliran tersebut, dapat dihitung debit aliran dari berbagai kejadian hujan di setiap Weir.
0.04 0.04 0.03 0.03 0.02 0.02 0.01 0.01 0.00
AWLR 2
2.7328
2.9606x R2 = 0.99
Debit Alira n (m 3 /dtk)
Debit Aliran (m3/detik)
AWLR 1
2.8637
y = 3.3257x
0.06
2
R = 0.98
0.04 0.02 0.00 0
0.0
0.1
0.1
0.2
TMA (m)
0.2
0.1
0.2
0.3
0.3
TMA (m)
Gambar 8. Kurva Lengkung Debit Aliran
Hubungan Kelompok Hidrologi Tanah, Anteceden Moisture Condition (AMC), dan Curve Number (CN) Kelompok hidrologi tanah merupakan pengelompokkan tanah berdasarkan potensi aliran permukaan yang ditetapkan berdasarkan laju infiltrasi tanah, sifatsifat fisik tanah (tekstur, struktur, porositas, kedalaman, dan lain-lain). Data sifat fisik tanah dan infiltrasi dapat dilihat pada Tabel Lampiran 4. Kelompok hidrologi tanah pada lokasi penelitian terbagi kedalam dua kelompok hidrologi tanah
42
(KHT), yaitu KHT B mencakup Lereng Atas dan KHT C mencakup Lereng Tengah dan Lereng Bawah (Gambar 9). Tabel 6. Kelompok Hidrologi Tanah (KHT) (U.S. SCS, 1972) dalam Schwab et al. (1981) Kriteria Lereng Atas Lereng Tengah Lereng Bawah Potensi AP Agak Rendah Agak Tinggi Agak Tinggi Tekstur Lempung Berliat Liat Berdebu Lempung Solum Dalam Dalam Dangkal Hantaran Hidrolik* Sedang Agak Lambat Lambat Porositas 58.23 57.84 52.67 C-organik** Tinggi Sedang Agak Rendah KHT B C C *Uhland dan O'neal (1951) dalam Sitorus et al. (1983) **Landon (1984) dalam Widiatmaka dan Hardjowigeno. (2006) Kelompok hidrologi tanah (KHT) B memiliki potensi aliran permukaan agak rendah sedangkan kelompok hidrologi tanah C memiliki potensi aliran permukaan agak tinggi. Peta kelompok hidrologi tanah disajikan pada Gambar 9. Bagian berwarna ungu menunjukkan kelompok hidrologi tanah B sedangkan bagian berwarna merah menunjukkan kelompok hidrologi tanah C.
Gambar 9. Peta Kelompok Hidrologi Tanah
43
Perbedaaan potensi aliran permukaan pada kedua kelompok hidrologi tanah ini disebabkan oleh adanya perbedaan hantaran hidrolik tanah, tekstur tanah, solum, dan kandungan C-organik dalam tanah (Tabel 7). Lereng atas memiliki nilai hantaran hidrolik jenuh lebih tinggi dibandingkan lereng tengah dan lereng bawah, yaitu 5.08 cm/jam dan termasuk kedalam kriteria sedang. Sedangkan lereng tengah dan lereng bawah memiliki nilai hantaran hidrolik jenuh lebih rendah, yaitu 1.65 cm/jam dan 0.27 cm/jam sehingga termasuk kedalam kriteria agak lambat dan lambat (Tabel Lampiran 4). Kelompok hidrologi tanah B memiliki hantaran hidrolik tanah yang lebih tinggi dibandingkan kelompok hidrologi tanah C sehingga pada kelompok tanah tersebut air akan lebih cepat merembes ke dalam tanah dan mengurangi potensi aliran permukaan. Hal ini juga disebabkan karena adanya perbedaan tekstur tanah, kedalaman tanah dan kandungan bahan organik. Bahan organik tanah berperan dalam mengikat butirbutir primer menjadi agregat sehingga terjadi peningkatan porositas tanah dan berpengaruh pada hantaran hidrolik tanah. Porositas tanah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hantaran hidrolik tanah. Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa porositas tanah pada kelompok hidrologi tanah B lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok hidrologi tanah C sejalan dengan adanya perbedaan hantaran hidrolik tanah pada kedua kelompok hidrologi tanah tersebut. Kelompok hidrologi tanah B merupakan daerah dengan lereng yang relatif datar dan sebaliknya kelompok hidrologi tanah C merupakan daerah dengan lereng yang relatif curam. Hal ini mempengaruhi besarnya nilai hantaran hidrolik
44
tanah pada masing-masing lereng. Peta lereng daerah penelitian disajikan pada Gambar 10.
PETA LERENG (Raster 10 m x 10 m) Legenda : 7.5 – 8.0
3.5 – 4.0
6.5 – 7.0
3.0 – 3.5
6.0 - 6.5
2.0 – 3.0
5.0 – 6.0
1.0 – 1.5
4 .0 – 4.5
0.0 – 1.0
3.0 – 3.5 Gambar 10. Peta Lereng pada Lokasi Penelitian Kondisi kadar air tanah awal (Anteceden Moisture Condition) merupakan kadar air mula-mula ketika mulai hujan dan menentukan banyaknya air yang dapat masuk ke dalam tanah. Setiap kelompok hidrologi tanah memiliki kondisi kadar air tanah awal yang berbeda setiap harinya tergantung pada kondisi pertumbuhan tanaman dan kejadian hujan periode sebelumnya. Kejadian hujan periode sebelumnya ini dipengaruhi lamanya hujan dan intensitas hujan. Kondisi kadar air tanah awal pada masing-masing kelompok hidrologi tanah sebagian besar termasuk ke dalam kondisi II dengan nilai Curve Number sebesar 81 untuk KHT B dan 88 untuk KHT C (Tabel 8). Akan tetapi pada tanggal 20 Juni 2007 dan 21 Juni 2007 kelompok hidrologi tanah C termasuk kedalam kondisi I dengan nilai Curve Number sebesar 65. Hal ini disebabkan kadar air tanah 5 hari sebelum kejadian hujan pada tanggal tersebut kurang dari 35.65
45
(%vol) yang menunjukkan bahwa tanah pada kelompok tersebut dalam keadaan kering tetapi tidak sampai titik layu permanen dan pernah diusahakan dengan hasil yang memuaskan. Sedangkan kondisi AMC II menunjukkan bahwa keadaan tanah pada KHT tersebut berada pada keadaan normal atau tanah dalam kondisi ratarata. Kemiringan lereng mempengaruhi perbedaan kadar air tanah awal. Kelompok hidrologi tanah B memiliki kemiringan lereng yang lebih landai dibandingkan dengan kelompok hidrologi tanah C yang memiliki kemiringan tanah lebih curam (Tabel 7). Hal ini menyebabkan kelompok hidrologi tanah B memiliki kadar air tanah awal yang lebih besar dibandingkan kelompok hidrologi tanah C. Kadar air tanah awal yang lebih besar menunjukkan bahwa pada kelompok hidrologi tanah tersebut memiliki waktu infiltrasi yang lebih cepat untuk mencapai jenuh. Sedangkan sebaliknya dengan kelompok hidrologi tanah yang memiliki kadar air tanah awal yang lebih kecil. Tabel 7. Nilai Curve Number pada Berbagai Kondisi di Masing-masing Kelompok Hidrologi Tanah pada Lokasi Penelitian Tanggal 21/2/2006 25/2/2006 1/3/2006 8/3/2006 15/3/2006 4/4/2006 9/4/2006 10/4/2006 11/4/2006 20/4/2006 22/4/2006 17/12/2006 12/2/2007 13/2/2007 15/2/2007 19/2/2007
AMC 42.28 43.49 45.56 43.75 43.15 40.96 43.04 41.64 41.42 42.41 40.90 50.46 44.59 44.83 45.36 46.04
KHT B Kondisi II II II II II II II II II II II II II II II II
CN 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81
AMC 40.54 42.09 44.69 41.92 40.76 43.10 41.69 40.75 40.61 40.32 39.42 42.37 37.46 37.51 37.86 38.47
KHT C Kondisi II II II II II II II II II II II II II II II II
CN 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88
46
Tabel 7. Lanjutan. Tanggal 24/2/2007 10/3/2007 12/3/2007 20/3/2007 21/3/2007 27/3/2007 28/3/2007 29/3/2007 3/4/2007 6/4/2007 7/4/2007 8/4/2007 13/4/2007 14/5/2007 16/5/2007 31/5/2007 1/6/2007 8/6/2007 18/6/2007 20/6/2007 21/6/2007 24/12/2007 3/1/2008 22/1/2008 29/1/2008 31/1/2008 1/2/2008 2/2/2008 4/2/2008 7/2/2008 8/2/2008 18/2/2008 25/2/2008 27/2/2008 1/3/2008 10/3/2008 18/3/2008 1/4/2008 4/4/2008 11/4/2008 21/4/2008 24/4/2008 1/5/2008 30/5/2008 14/6/2008 17/6/2008
AMC 46.47 45.77 45.78 45.92 46.07 45.85 45.84 45.95 45.85 45.90 44.75 45.29 45.03 42.39 43.85 44.32 40.12 41.64 40.58 43.27 43.77 49.17 48.15 48.68 48.67 46.68 48.70 48.74 49.23 48.94 48.95 49.00 49.27 48.79 48.65 48.24 48.29 48.29 48.19 48.31 48.54 41.55 42.95 44.93 47.58 48.07
KHT B Kondisi II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II
CN 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81 81
AMC 38.04 37.68 37.72 37.85 37.88 38.48 38.37 38.38 38.64 38.49 38.07 39.09 38.49 35.82 36.72 36.65 36.60 38.05 37.60 34.09 33.97 46.24 44.98 45.61 45.61 46.62 45.68 45.74 46.29 46.00 45.80 45.70 46.00 46.11 46.04 45.56 45.26 44.90 45.79 44.95 45.31 40.53 41.13 42.96 42.97 43.79
KHT C Kondisi II II II II II II II II II II II II II II II II II II II I I II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II II
CN 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 65 65 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88
47
Nilai CN (Curve Number) mengindikasikan potensial aliran permukaan. Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa kelompok hidrologi tanah B memiliki nilai CN yang rendah sedangkan kelompok hidrologi tanah C memiliki nilai CN yang lebih tinggi. Kondisi area yang baik ditandai dengan rendahnya nilai CN sehingga CN yang rendah menandakan pula infiltrasi yang tinggi pada area tersebut. Sebaliknya nilai CN yang tinggi mengindikasikan bahwa telah terjadi penurunan kualitas tanah dalam menyimpan air. Sehingga air yang jatuh ke permukaan tanah lebih banyak menjadi aliran permukaan dan berpengaruh langsung pada penurunan debit. Nilai retensi penahanan air potensial pada masing-masing Curve Number disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Nilai Retensi Penahanan Air Potensial pada Masing-masing Curve Number pada Lokasi Penelitian CN 65 81 88
Retensi Penahanan Air Potensial (mm) 137 59.58 34.64
Penutupan Permukaan Lahan Vegetasi merupakan penutupan permukaan lahan pada daerah penelitian karena penggunaan lahan pada daerah ini adalah perkebunan kelapa sawit. Vegetasi penutup permukaan lahan
merupakan salah satu faktor yang
menentukan besarnya aliran permukaan yang terjadi. Hal ini disebabkan karena vegetasi penutup tanah sangat menentukan kapasitas infiltrasi tanah. Dengan adanya vegetasi penutup permukaan lahan menyebabkan air hujan yang jatuh langsung ke bawah lebih banyak terinfiltrasi ke dalam tanah. Hal ini terjadi karena
48
berkurangnya dispersi tanah oleh air hujan yang jatuh dan mengurangi jumlah serta kecepatan aliran permukaan, sehingga mengurangi erosi. Daerah penelitian memiliki penutupan permukaan lahan yang relatif seragam, yaitu berada pada kriteria penutupan permukaan lahan sedang (Tabel 9). Lereng atas memiliki persentase penutupan permukaan lahan yang lebih besar dibandingkan lereng tengah dan lereng bawah, yaitu 65.91%. Sedangkan lereng tengah dan lereng bawah memiliki persentase permukaan lahan sebesar 60.02% dan 51.33%. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok hidrologi tanah B yang mencakup lereng Atas memiliki kerapatan tajuk yang lebih tinggi dibandingkan kelompok hidrologi tanah C yang mencakup lereng tengah dan lereng bawah (Gambar 11). Tabel 9. Penutupan Permukaan Lahan di Lokasi Penelitian Lokasi Tutupan Lahan (%) Kriteria
Lereng Atas 65.91 Sedang
Lereng Tengah 60.02 sedang
Lereng Bawah 51.33 sedang
Semakin rendah persentase penutupan permukaan lahan menunjukkan bahwa kerapatan penutupan tajuk juga rendah. Akibatnya jumlah air hujan yang tertahan sebagai air intersepsi akan semakin rendah. Hal ini menyebabkan semakin besarnya jumlah air hujan yang jatuh ke permukaan tanah dan berubah menjadi aliran permukaan. Baver (1956) membagi pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi menjadi lima bagian, yaitu : (1) peranannya pada intersepsi, (2) peranannya dalam mengurangi kecepatan dan daya perusak aliran permukaan, (3) pengaruh akar, (4) kegiatan biologi, (5) transpirasi. Peranan vegetasi pada intersepsi ditunjukkan oleh adanya sistem kanopi tanaman yang menahan air hujan agar
49
tidak langsung jatuh ke permukaan tanah melainkan dengan mengalirkan air hujan yang jatuh pada permukaan daun dari ketinggian daun tersebut dengan kekuatan yang relatif kecil atau dialirkan melalui permukaan ranting-ranting dan selanjutnya melalui permukaan batang untuk diteruskan ke permukaan tanah. Sistem perakaran tanah merangsang terbentuknya struktur tanah yang lebih sarang sehingga dapat meningkatkan kapasitas infiltrasinya (Haridjaja et al., 1991). Serasah-serasah daun dan ranting-ranting kecil juga mempengaruhi kegiatan biologi tanah dalam pembentukan agregat tanah yang lebih sarang sehingga meningkatkan kapasitas infiltrasinya. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya potensi aliran permukaan.
Gambar 11. Tutupan Tajuk Kelapa Sawit
Hubungan Curah Hujan dan Aliran Permukaan (Overland Flow) Curah hujan yang melebihi kapasitas infiltrasi akan menyebabkan aliran permukaan (overland flow) dan hanya sebagian kecil yang masuk ke dalam tanah sebagai simpanan air tanah. Peningkatan overland flow sejalan dengan peningkatan curah hujan (Gambar 12). Hal ini terjadi ketika curah hujan lebih besar dari 20 mm. Sedangkan ketika curah hujan kurang dari 20 mm tidak banyak
50
mempengaruhi overland flow yang dihasilkan. Curah hujan yang tinggi dapat juga menghasilkan overland flow yang rendah. Pada tanggal 14 Mei 2007 dan 3 Januari 2008 terjadi hujan dengan curah hujan yang sama sebesar 33.30 mm namun menghasilkan overland flow yang berbeda sebesar 0.16 mm dan 2.99 mm. Hal ini disebabkan overland flow tidak hanya dipengaruhi oleh besarnya curah hujan namun dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor lain yang mempengaruhi besarnya overland flow adalah lama kejadian hujan dan kadar air tanah awal
Overland Flow (mm)
sebelum kejadian hujan. y = 0.2307x - 2.1676
35
R2 = 0.64
30 25 20 15 10 5 0 0
20
40
60
80
100
120
Curah Hujan (mm)
Gambar 12. Grafik Hubungan Curah Hujan dan Overland Flow Hujan yang terjadi dalam waktu yang cukup lama akan menghasilkan aliran permukaan yang besar walaupun masih tergantung dari intensitas hujan dan jumlah hujan yang terjadi. Pada tanggal 10 Maret 2008 terjadi hujan sebesar 101.85 mm dan menghasilkan overland flow sebesar 32.82 mm. Hal ini disebabkan hujan berlangsung dalam waktu yang cukup lama dan mendekati kapasitas infiltrasi konstan maka hampir semua air hujan yang jatuh akan menjadi aliran permukaan. Tanah dengan keadaan kadar air tanah awal rendah maka air hujan yang jatuh akan lebih banyak terinfiltrasi ke dalam tanah sampai mencapai kapasitas lapang sehingga overland flow yang dihasilkan akan lebih kecil.
51
Sebaliknya, apabila tanah dengan keadaan kadar air tanah awal tinggi akan menghasilkan overland flow yang lebih besar karena tanah menjadi jenuh dan jumlah air hujan yang terinfiltrasi lebih sedikit sehingga air akan mengisi cekungan-cekungan di permukaan dan pada akhirnya akan meningkatkan jumlah overland flow.
Analisis Aliran Permukaan Aktual dan Aliran Permukaan Prediksi Sebagian air hujan yang jatuh ke permukaan tanah berubah menjadi aliran permukaan. Besarnya aliran permukaan dapat dievaluasi dengan melakukan pengukuran maupun prediksi dengan menggunakan metode SCS. Aliran permukaan pengukuran tertinggi terjadi pada tanggal 10 Maret 2008 sebesar 32.82 mm dengan curah hujan sebesar 101.85 mm sedangkan aliran permukaan pengukuran terendah terjadi pada tanggal 4 April 2006 sebesar 0.08 mm dengan curah hujan 17.36 mm. Berdasarkan pengukuran terdapat hari hujan dengan curah hujan yang sama tetapi menghasilkan jumlah aliran permukaan yang berbeda, yaitu pada tanggal 21 Februari 2006 dengan 20 April 2006, 22 April 2006 dengan 11 April 2008, serta 17 Desember 2006 dengan 2 Februari 2008 dan 1 April 2008 (Tabel Lampiran 6).
Perbedaan jumlah aliran permukaan yang terjadi dapat
disebabkan adanya pengaruh curah hujan harian sebelumnya yang cukup tinggi dan periode hujan sebelumnya. Intensitas hujan yang tinggi dapat mempengaruhi besarnya volume aliran permukaan yang dihasilkan karena dengan intensitas hujan yang tinggi maka kapasitas infiltrasi akan terlampaui sehingga tanah tidak mampu menahan air yang jatuh dan akhirnya mengalir menjadi aliran permukaan. Dengan demikian, total volume aliran permukaan akan lebih besar dengan hujan
52
yang intensif dibandingkan dengan hujan yang kurang intensif walaupun dengan curah hujan pada kedua hujan tersebut sama. Data aliran permukaan harian disajikan pada Tabel Lampiran 3. Volume aliran permukaan prediksi yang dinyatakan dengan ketinggian (mm) dalam metode SCS terdiri dari direct runoff (overland flow dan interflow). Kelemahan dari metode ini adalah saat curah hujan kurang dari 0.2S maka aliran permukaan dianggap nol. Nilai volume aliran permukaan prediksi dipengaruhi oleh curah hujan dan nilai Curve Number. Berdasarkan Tabel 10 dan Tabel Lampiran 6 dapat dijelaskan bahwa volume aliran permukaan prediksi tertinggi terjadi pada tanggal 10 Maret 2008 sebesar 61.65 mm dengan curah hujan sebesar 101.85 mm. Sedangkan volume aliran permukaan terendah terjadi pada tanggal 30 Mei sebesar 0.32 mm dengan curah hujan sebesar 11.36 mm. Pada tanggal 20-21 Maret 2007 terdapat volume aliran yang lebih rendah pada kelompok hidrologi tanah C dibandingkan kelompok hidrologi tanah B yang disebabkan adanya perbedaan kondisi kadar air tanah awal pada kelompok hidrologi tanah C dibanding hari hujan lainnya (Tabel Lampiran 6). Pada tanggal tersebut kelompok hidrologi tanah C termasuk kedalam kondisi kadar air tanah (AMC) I dengan nilai Curve Number sebesar 65 sehingga menghasilkan retensi penahanan air potensial yang lebih tinggi dibandingkan kelompok hidrologi tanah B pada hari tersebut dan kelompok hidrologi tanah C pada hari lainnya. Retensi penahanan potensial air tinggi menunjukkan adanya laju infiltrasi yang tinggi sehingga air hujan yang jatuh lebih banyak terinfiltrasi kedalam tanah dan volume aliran permukaan yang dihasilkan lebih rendah.
53
Sebaliknya retensi penahanan potensial air rendah maka volume aliran permukaan yang dihasilkan lebih tinggi karena laju infiltrasi rendah. Tabel 10. Aliran Permukaan Pengukuran dan Prediksi
Tanggal
CH (mm)
15/3/2006 5/4/2006 9/4/2006 22/4/2006 2/15/2007 3/20/2007 3/21/2007 3/27/2007 4/6/2007 4/8/2007 4/11/2007 4/13/2007 5/15/2007 5/16/2007 6/8/2007 7/21/2007 1/22/2008 1/29/2008 2/1/2008 2/2/2008 2/3/2008 2/4/2008 2/7/2008 2/18/2008 2/25/2008 2/27/2008 2/28/2008 3/1/2008 3/10/2008 3/18/2008 4/1/2008 4/4/2008 4/11/2008 4/21/2008 4/24/2008 5/1/2008 5/30/2008
31.90 17.36 14.15 61.80 16.16 32.32 48.18 17.73 37.21 21.55 11.75 22.03 15.57 44.07 26.25 54.84 41.13 12.73 22.68 22.52 19.59 11.75 14.69 20.57 13.71 20.37 14.10 33.30 101.85 27.42 22.52 13.71 61.80 62.68 19.88 30.85 11.36
Aliran Perrmukaan Pengukuran (mm) 0.64 0.08 0.37 20.31 0.92 0.93 6.15 0.38 10.32 2.57 0.14 3.11 0.99 5.73 0.17 12.07 5.51 0.12 2.89 1.40 0.45 0.53 0.47 1.60 0.45 2.57 0.27 2.99 32.82 2.21 2.11 1.40 11.81 18.75 3.26 11.49 0.28
Aliran Permukaan Prediksi (mm) 0.60 1.71 0.83 29.74 1.35 1.97 6.67 1.84 11.77 3.27 0.38 4.59 1.19 16.38 0.58 24.29 14.35 0.54 3.75 3.68 2.47 0.38 0.95 2.87 0.73 2.79 0.82 9.34 61.45 6.04 3.68 0.73 29.74 30.44 2.60 7.91 0.32
54
Volume aliran permukaan terendah pada hasil pengukuran dan hasil prediksi terjadi pada waktu yang berbeda. Pada hasil pengukuran, volume aliran terendah terjadi pada 4 Maret 2006 sedangkan berdasarkan hasil prediksi volume aliran permukaan terendah terjadi pada 30 Mei 2008. Sehingga adanya perbedaan selang waktu yang cukup jauh antara waktu kejadian hujan pengukuran dan prediksi. Hasil prediksi menunjukkan kecenderungan memiliki volume aliran permukaan lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pengukuran. Tingginya aliran permukaan hasil prediksi dikarenakan (1) aliran permukaan hasil prediksi hanya tergantung pada besarnya curah hujan yang jatuh pada tanah dan besarnya retensi panahanan air potensial sehingga semakin besar curah hujan yang jatuh ke tanah maka semakin tinggi pula besarnya aliran permukaan yang dihasilkan, (2) kurang akurat dalam mengklasifikasikan kelompok hidrologi tanah yang berpengaruh pada curve number. Akan tetapi,
penyimpangan keduanya cukup kecil yang
ditunjukkan dengan nilai RMS-E yang cukup kecil, yaitu 9.37. Nilai RMS-E yang cukup kecil menandakan bahwa metode SCS dengan PCRaster cukup akurat dalam memprediksi volume aliran permukaan yang dinyatakan dengan ketinggian. Scatter plot dapat digunakan sebagai penentu kriteria RMS-E berdasarkan nilai koefisien determinasi dan banyaknya titik-titik yang berkumpul pada diagonal. Diagram scatter plot disajikan pada Gambar 13. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai RMS-E yang diperoleh adalah cukup rendah (Gambar 13). Hal ini ditandai dengan adanya titik-titik yang cukup banyak berkumpul pada garis diagonal dengan nilai koefisien determinasi (R2)
55
sebesar 0.54. Sebaliknya apabila titik-titik yang berkumpul pada diagonal sedikit
Aliran Permukaan Prediksi (mm)
maka menunjukkan bahwa nilai RMS-E cukup tinggi.
70
R 2 = 0.54 RMS-E = 9.37
60 50 40 30 20 10 0 0
10 20 30 Aliran Permukaan Pengukuran (mm)
40
Gambar 13. Scatter Plot Hubungan Aliran Permukaan Pengukuran dan Prediksi
56
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Daerah penelitian terbagi kedalam dua kelompok hidrologi tanah, yaitu kelompok hidrologi tanah B dan kelompok hidrologi tanah C. Volume aliran permukaan hasil prediksi yang dinyatakan dengan ketinggian (mm) dipengaruhi oleh curah hujan dan curve number. Sebagian besar volume aliran permukaan hasil pengukuran memiliki nilai lebih rendah pada setiap kejadian hujan dibandingkan hasil prediksi. Volume aliran permukaan pengukuran dan prediksi tertinggi terjadi pada tanggal 10 Maret 2008 dengan curah hujan yang sama sebesar 101.85, yaitu 61.45 mm dan 32.82 mm. Sedangkan volume aliran permukaan pengukuran dan prediksi terendah terjadi pada waktu yang berbeda, yaitu pada tanggal 4 April 2006 sebesar 0.08 mm dengan curah hujan sebesar 17.36 mm untuk pengukuran dan 30 Mei 2008 sebesar 0.32 mm dengan curah hujan sebesar 11.73 mm untuk prediksi. Metode SCS cukup akurat untuk digunakan dalam prediksi volume aliran permukaan yang ditandai dengan RMS-E (Root Mean Square Error) yang cukup kecil, yaitu 9.37 dan scatter plot dengan titik-titik yang cukup banyak berkumpul pada diagonal dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.54.
Saran Metode Soil Conservation Services (SCS) sebaiknya digunakan untuk memprediksi aliran permukaan pada saat curah hujan yang cukup tinggi (>16 mm).
57
DAFTAR PUSTAKA
Aronoff, S. 1989. Geographic Information System: A Management Perspective. WDL Publication. Ottawa. Canada. Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Atmaja, I. S. W. 2007. Karakteristik Aliran Permukaan dan Erosi Pada Perkebunan Kelapa Sawit dengan Perlakuan Teras Gulud dan Rorak di Unit Usaha Rejosari, PTP Nusantara VII Lampung. Skripsi. Jurusan Tanah. IPB. Barus, B. dan U.S. Wiradisastra. 2000. Sistem Informasi Geografi Sarana Manajemen Sumberdaya. Bogor; Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB Bogor. Baver, L. D. 1956. Soil Physic. John Willey and Sons, Inc. New York. Brooks, N.K., P.F. Flolliot., H.M. Gregersen., and L.F. Debano. 2003. Hidrology and Management of Watershed-Third Edition. Blackwell Publishing. State Avenue, Ames, Lowa. Chow, V. T. 1964. Handbook of Applied Hydrology A Compendium of Waterresources Technology. McGraw-Hill. New York. Fauzi, Y., Y.E Widyastuti., I. S Wibawa., R. Hartono. 2002. Kelapa Sawit : Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. Febriani, C. 2007. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Pengaruhnya Terhadap Debit Aliran Sungai (Studi Kasus Sub DAS Cisadane HuluBogor, Provinsi Jawa Barat). Institut Pertanian Bogor. Bogor. Haridjaja, O., K. Murtilaksono., Sudarmo., dan L. M. Rachman. 1991. Hidrologi Pertanian. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Presindo. Jakarta. Hillel, D. 1971. Soil and Water : Physical Principle and Processes. Academic Press. New York.
58
Mangoensoekarjo, S dan H. Semangun. 2005. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Mori, K., K. Takeda, and S. Sosrodarsono. 2006. Hidrologi untuk Pengairan. PT Pradnya Paramitha. Jakarta. Nugroho, P. S. 2001. Analisis Hidrograf Satuan Sintetik Metode Snyder, Clark dan SCS dengan Menggunakan Model HEC-1 di DAS Ciliwung Hulu. http:/rafflesia.wwf.or.id/library/admin/attachment/books/watershed_ina_l ores.pdf. Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. PTP Nusantara VII (Persero). 2005. Profil Unit Usaha Rejosari. PTPN-VII (Persero) UU Rejosari. Lampung. Sastrosayono, S. 2007. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. Schwab, G. O., R. K. Frevert., T. W. Edminster, and K. K. Barnes. 1981. Soil and Water Conservation Engineering. Third Edition. John Willey and Sons, Inc. New York. Siregar, H. H. 1998. Model simulasi produksi kelapa sawit berdasarkan karakteristik kekeringan kasus kebun kelapa sawit di Lampung. Disertasi. IPB. Bogor. Sitorus, S. R P. 2004. Pengembangan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan. Edisi Ketiga. IPB. Bogor. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soewarno. 1991. Hidrologi : Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai (Hidrometri). Penerbit Nova. Bandung. Sukartaatmadja, S. 1998. Perlindungan Lereng dan Pengendalian Erosi Menggunakan Vegetasi Penutup. Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Tim Faperta IPB-PPKS Medan. 2006. Teknik Peresapan Air Bebas Aliran Permukaan dalam Upaya Peningkatan Produksi Kelapa Sawit. IPB. Yahya, S. 1990. Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
59
Yusuf, S. M. 2007. Karakteristik Aliran Permukaan Pada Perkebunan Kelapa Sawit dengan Perlakuan Teras Gulud dan Rorak di Unit Usaha Rejosari PT. Perkebunan Nusantara VII, Lampung. Skripsi. Jurusan Tanah. IPB. Ward, A. D. and S.W. Trimble. 2004. Environmental Hydrology. Second Edition. Lewis Publisher. USA. Widiatmaka dan S. Hardjowigeno. 2006. Kesesuaian Lahan dan Tata Guna Lahan. IPB. Bogor.
60
61
Tabel Lampiran 1. Data Curah Hujan Harian di Daerah Penelitian No.
Tanggal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1/1/2008 1/2/2008 1/3/2008 1/4/2008 1/5/2008 1/6/2008 1/7/2008 1/8/2008 1/9/2008 1/10/2008 1/11/2008 1/12/2008 1/13/2008 1/14/2008 1/15/2008 1/16/2008 1/17/2008 1/18/2008 1/19/2008 1/20/2008 1/21/2008 1/22/2008 1/23/2008 1/24/2008 1/25/2008
CH (mm) 0.00 6.86 36.23 9.79 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6.86 0.00 0.00 4.11 9.70 0.00 0.00 29.38 41.13 0.00 0.00 0.00
No.
Tanggal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1/26/2008 1/27/2008 1/28/2008 1/29/2008 1/30/2008 1/31/2008 2/1/2008 2/2/2008 2/3/2008 2/4/2008 2/5/2008 2/6/2008 2/7/2008 2/8/2008 2/9/2008 2/10/2008 2/11/2008 2/12/2008 2/13/2008 2/14/2008 2/15/2008 2/16/2008 2/17/2008 2/18/2008 2/19/2008
CH (mm) 0.00 0.62 0.00 12.73 0.00 15.02 22.68 22.52 19.59 11.75 0.00 0.24 14.69 19.59 4.02 0.98 0.00 0.00 0.00 3.62 7.83 3.38 0.00 20.57 0.00
No.
Tanggal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
2/20/2008 2/21/2008 2/22/2008 2/23/2008 2/24/2008 2/25/2008 2/26/2008 2/27/2008 2/28/2008 2/29/2008 3/1/2008 3/2/2008 3/3/2008 3/4/2008 3/5/2008 3/6/2008 3/7/2008 3/8/2008 3/9/2008 3/10/2008 3/11/2008 3/12/2008 3/13/2008 3/14/2008 3/15/2008
CH (mm) 0.00 4.11 6.19 0.00 0.00 13.71 2.20 20.37 14.10 12.34 33.30 9.70 4.21 0.00 0.00 0.98 0.00 0.00 0.00 101.85 1.76 0.00 0.00 2.74 0.00
No.
Tanggal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
3/16/2008 3/17/2008 3/18/2008 3/19/2008 3/20/2008 3/21/2008 3/22/2008 3/23/2008 3/24/2008 3/25/2008 3/26/2008 3/27/2008 3/28/2008 3/29/2008 3/30/2008 3/31/2008 4/1/2008 4/2/2008 4/3/2008 4/4/2008 4/5/2008 4/6/2008 4/7/2008 4/8/2008 4/9/2008
CH (mm) 0.00 0.00 27.42 6.37 2.64 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 4.70 0.00 0.00 0.00 0.00 22.52 0.00 0.00 13.71 0.00 0.00 0.00 6.86 0.00
62
Tabel Lampiran 1. Lanjutan No.
Tanggal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
4/10/2008 4/11/2008 4/12/2008 4/13/2008 4/14/2008 4/15/2008 4/16/2008 4/17/2008 4/18/2008 4/19/2008 4/20/2008 4/21/2008 4/22/2008 4/23/2008 4/24/2008 4/25/2008 4/26/2008 4/27/2008 4/28/2008 4/29/2008 4/30/2008 5/1/2008 5/2/2008 5/3/2008 5/4/2008
CH (mm) 7.34 61.80 0.00 0.00 0.00 5.00 0.00 0.00 1.19 0.00 0.00 62.68 0.00 0.00 19.88 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 30.85 0.00 0.00 0.00
No.
Tanggal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
5/5/2008 5/6/2008 5/7/2008 5/8/2008 5/9/2008 5/10/2008 5/11/2008 5/12/2008 5/13/2008 5/14/2008 5/15/2008 5/16/2008 5/17/2008 5/18/2008 5/19/2008 5/20/2008 5/21/2008 5/22/2008 5/23/2008 5/24/2008 5/25/2008 5/26/2008 5/27/2008 5/28/2008 5/29/2008
CH (mm) 0.00 4.72 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.22 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.84 0.00 31.93 0.00 0.00 57.68 0.00 0.00
No.
Tanggal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
5/30/2008 5/31/2008 6/1/2008 6/2/2008 6/3/2008 6/4/2008 6/5/2008 6/6/2008 6/7/2008 6/8/2008 6/9/2008 6/10/2008 6/11/2008 6/12/2008 6/13/2008 6/14/2008 6/15/2008 6/16/2008 6/17/2008 6/18/2008 6/19/2008 6/20/2008 6/21/2008 6/22/2008 6/23/2008
CH (mm) 11.36 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 8.32 0.00 0.00 10.33 25.9 0.00 0.00 26.83 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
No.
Tanggal
1 2 3 4 5 6 7
6/24/2008 6/25/2008 6/26/2008 6/27/2008 6/28/2008 6/29/2008 6/30/2008
CH (mm) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 10.28
63
Tabel Lampiran 2. Data Tinggi Muka Air dan Debit Aliran Harian AWLR I Tanggal 1/1/2008 1/2/2008 1/3/2008 1/4/2008 1/5/2008 1/6/2008 1/7/2008 1/8/2008 1/9/2008 1/10/2008 1/11/2008 1/12/2008 1/13/2008 1/14/2008 1/15/2008 1/16/2008 1/17/2008 1/18/2008 1/19/2008 1/20/2008 1/21/2008 1/22/2008 1/23/2008 1/24/2008 1/25/2008 1/26/2008 1/27/2008 1/28/2008 1/29/2008 1/30/2008 1/31/2008 2/1/2008 2/2/2008 2/3/2008 2/4/2008 2/5/2008 2/6/2008 2/7/2008 2/8/2008 2/9/2008 2/10/2008 2/11/2008 2/12/2008
Pulsa
74 73 73 74 73 75 78 85 85 82 80 79 81 84 69 538 532
TMA (m) 0.059 0.051
Debit Aliran (m3/dtk) 0.00129 0.00086
0.13 0.11 0.088 0.079 0.07 0.062 0.06 0.053 0.052 0.049 0.045 0.042 0.041 0.038 0.039 0.05 0.039 0.04 0.062 0.1 0.068 0.057 0.049 0.045 0.041 0.04 0.052 0.042 0.061 0.083 0.143 0.133 0.123 0.101 0.095 0.109 0.131 0.113 0.105 0.1
0.01122 0.00710 0.00386 0.00287 0.00206 0.00148 0.00135 0.00096 0.00091 0.000779 0.00061 0.00051 0.00047 0.00038 0.00041 0.00082 0.00041 0.00044 0.00148 0.00547 0.00190 0.00117 0.00077 0.00061 0.00047 0.00044 0.00091 0.00051 0.00141 0.00329 0.01455 0.01194 0.00964 0.00562 0.00476 0.00693 0.01145 0.00765 0.00625 0.00547
Tanggal
Pulsa
2/13/2008 2/14/2008 2/15/2008 2/16/2008 2/17/2008 2/18/2008 2/19/2008 2/20/2008 2/21/2008 2/22/2008 2/23/2008 2/24/2008 2/25/2008 2/26/2008 2/27/2008 2/28/2008 2/29/2008 3/1/2008 3/2/2008 3/3/2008 3/4/2008 3/5/2008 3/6/2008 3/7/2008 3/8/2008 3/9/2008 3/10/2008 3/11/2008 3/12/2008 3/13/2008 3/14/2008 3/15/2008 3/16/2008 3/17/2008 3/18/2008 3/19/2008 3/20/2008 3/21/2008 3/22/2008 3/23/2008 3/24/2008 3/25/2008 3/26/2008
530 525 528 530 528 521 539 525 520 523 524 517 515 532 533 537 566 541 569 561 560 546 539 537 531 529 527 609 588 569 566 565 561 553 548 564 558 549 539 539 534 530 error
TMA (m) 0.098 0.092 0.089 0.09 0.084 0.081 0.104 0.083 0.08 0.08 0.08 0.073 0.07 0.088 0.075 0.107 0.151 0.111 0.147 0.135 0.133 0.12 0.111 0.11 0.103 0.1 0.097 0.2 0.174 0.162 0.158 0.154 0.147 0.14 0.133 0.151 0.14 0.129 0.12 0.114 0.109 0.104 0.1
Debit Aliran (m3/dtk) 0.00518 0.00436 0.00398 0.00410 0.00340 0.00307 0.00609 0.00329 0.00297 0.00297 0.00297 0.00231 0.00206 0.00386 0.00249 0.00659 0.01689 0.00728 0.01569 0.01243 0.01194 0.00901 0.00728 0.00710 0.00593 0.00547 0.00504 0.03641 0.02488 0.02043 0.01912 0.01782 0.01569 0.01373 0.01194 0.01689 0.01373 0.01098 0.00901 0.00783 0.00693 0.00601 0.00547
64
Tabel Lampiran 2. Lanjutan AWLR II Tanggal
Pulsa
3/27/2008 3/28/2008 3/29/2008 3/30/2008 3/31/2008 4/1/2008 4/2/2008 4/3/2008 4/4/2008 4/5/2008 4/6/2008 4/7/2008 4/8/2008 4/9/2008 4/10/2008 4/11/2008 4/12/2008 4/13/2008 4/14/2008 4/15/2008 4/16/2008 4/17/2008 4/18/2008 4/19/2008 4/20/2008 4/21/2008 4/22/2008 4/23/2008 4/24/2008 4/25/2008 4/29/2008 5/2/2008 5/3/2008 5/4/2008 5/5/2008 5/6/2008 5/7/2008 5/8/2008
error error error error error error error error error error error error error error error error error error 529 525 528 520 518 518 511 510 567 545 533 560 522 536 524 520 518 516 516 513
TMA (m) 0.091 0.091 0.087 0.083 0.08 0.08 0.087 0.079 0.072 0.081 0.07 0.066 0.064 0.063 0.062 0.064 0.119 0.09 0.082 0.072 0.073 0.068 0.067 0.061 0.06 0.058 0.136 0.106 0.092 0.131 0.076 0.092 0.075 0.071 0.068 0.064 0.063 0.06
Debit Aliran (m3/dtk) 0.00423 0.00423 0.00374 0.00329 0.00297 0.00297 0.00374 0.00287 0.00223 0.00307 0.00206 0.00175 0.00161 0.00151 0.00148 0.00161 0.00881 0.00410 0.00318 0.00223 0.00231 0.00190 0.00183 0.00149 0.00135 0.00123 0.01269 0.00642 0.00436 0.01144 0.00258 0.00436 0.00249 0.00214 0.00190 0.00161 0.00150 0.00139
Tanggal
Pulsa
5/9/2008 5/10/2008 5/11/2008 5/12/2008 5/13/2008 5/14/2008 5/15/2008 5/16/2008 5/17/2008 5/18/2008 5/19/2008 5/20/2008 5/21/2008 5/22/2008 5/23/2008 5/24/2008 5/25/2008 5/26/2008 5/27/2008 5/28/2008 5/29/2008 5/30/2008 5/31/2008 6/1/2008 6/2/2008 6/3/2008 6/4/2008 6/5/2008 6/6/2008 6/7/2008 6/11/2008 6/14/2008 6/15/2008 6/16/2008 6/17/2008 6/18/2008 6/19/2008 6/20/2008 6/21/2008 6/22/2008 6/23/2008 6/24/2008 6/25/2008
510 507 507 505 503 503 502 504 500 499 500 499 498 498 500 500 521 509 502 540 525 516 523 518 513 513 512 510 515 526 493 548 517 505 498 536 516 510 503 500 498 497 496
TMA (m) 0.053 0.052 0.05 0.047 0.043 0.042 0.04 0.042 0.036 0.034 0.033 0.032 0.031 0.03 0.031 0.03 0.06 0.04 0.032 0.083 0.059 0.05 0.055 0.045 0.04 0.039 0.036 0.033 0.031 0.028 0.025 0.107 0.058 0.04 0.032 0.092 0.061 0.051 0.042 0.038 0.033 0.031 0.029
Debit Aliran (m3/dtk) 0.00096 0.00091 0.00082 0.00069 0.00054 0.00051 0.00044 0.00051 0.00033 0.00028 0.00026 0.00024 0.00020 0.00020 0.00020 0.00020 0.00135 0.00044 0.00024 0.00329 0.00129 0.00082 0.00106 0.00061 0.00044 0.00041 0.00033 0.00026 0.00026 0.00016 0.00012 0.00659 0.00123 0.00044 0.00024 0.00436 0.0014 0.00086 0.00051 0.00038 0.00026 0.0002 0.00018
65
Tabel Lampiran 3. Data Hasil Pengukuran Harian Aliran Permukaan pada Lokasi Penelitian Januari Tanggal 1/1/2008 1/2/2008 1/3/2008 1/4/2008 1/5/2008 1/6/2008 1/7/2008 1/8/2008 1/9/2008 1/10/2008 1/11/2008 1/12/2008 1/13/2008 1/14/2008 1/15/2008 1/16/2008 1/17/2008 1/18/2008 1/19/2008 1/20/2008 1/21/2008 1/22/2008 1/23/2008 1/24/2008 1/25/2008 1/26/2008 1/27/2008 1/28/2008 1/29/2008 1/30/2008 1/31/2008 Jumlah Koef. RO
Keterangan : AWLR CH RO OLF BSF
CH (mm) 0.00 6.86 36.23 9.79 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6.86 0.00 0.00 4.11 9.70 0.00 0.00 29.38 41.13 0.00 0.00 0.00 0.00 0.62 0.00 12.73 0.00 15.02 172.44
AWLR 1 OLF RO (mm) (mm) 0.62 0.00 0.45 0.00 8.73 1.33 5.95 0.00 2.82 0.00 1.80 0.00 1.28 0.00 0.99 0.00 0.70 0.00 0.55 0.00 0.56 0.00 0.47 0.00 0.33 0.00 0.35 0.00 0.26 0.00 0.20 0.00 0.21 0.00 0.53 0.00 0.30 0.00 0.25 0.00 3.65 0.66 7.49 4.18 1.82 0.00 0.79 0.00 0.47 0.00 0.33 0.00 0.24 0.00 0.23 0.00 0.70 0.10 0.35 0.12 0.54 0.02 43.96 6.41
AWLR 2 RO OLF (mm) (mm) 0.58 0.00 0.42 0.00 3.79 0.09 3.54 0.00 2.30 0.00 1.50 0.00 1.17 0.00 0.97 0.00 0.69 0.00 0.54 0.00 0.55 0.00 0.46 0.00 0.32 0.00 0.34 0.00 0.26 0.00 0.19 0.00 0.21 0.00 0.52 0.00 0.29 0.00 0.24 0.00 1.68 0.38 3.35 0.99 1.66 0.00 0.72 0.00 0.42 0.00 0.30 0.00 0.22 0.00 0.21 0.00 0.55 0.08 0.27 0.09 0.42 0.01 28.69 1.64
: Automatic Water Level Recorder : Curah hujan : Runoff : Overland Flow : Base Flow
RO (mm) 0.04 0.03 4.94 2.41 0.52 0.30 0.11 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.00 0.01 0.01 0.00 1.96 4.15 0.16 0.07 0.04 0.03 0.02 0.02 0.15 0.08 0.12 15.27 0.09
Catchment BSF (mm) 0.04 0.03 3.69 2.41 0.52 0.30 0.11 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.00 0.01 0.01 0.00 1.68 0.95 0.16 0.07 0.04 0.03 0.02 0.02 0.13 0.05 0.12 10.50
OLF (mm) 0.00 0.00 1.24 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.28 3.20 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.02 0.03 0.00 4.77
66
Tabel Lampiran 3. Lanjutan Februari Tanggal 2/1/2008 2/2/2008 2/3/2008 2/4/2008 2/5/2008 2/6/2008 2/7/2008 2/8/2008 2/9/2008 2/10/2008 2/11/2008 2/12/2008 2/13/2008 2/14/2008 2/15/2008 2/16/2008 2/17/2008 2/18/2008 2/19/2008 2/20/2008 2/21/2008 2/22/2008 2/23/2008 2/24/2008 2/25/2008 2/26/2008 2/27/2008 2/28/2008 2/29/2008 Jumlah Koef. RO
Keterangan : AWLR CH RO OLF BSF
CH (mm) 22.68 22.52 19.59 11.75 0.00 0.24 14.69 19.59 4.02 0.98 0.00 0.00 0.00 3.62 7.83 3.38 0.00 20.57 0.00 0.00 4.11 6.19 0.00 0.00 13.71 2.20 20.37 14.10 12.34 224.49
AWLR 1 RO OLF (mm) (mm) 5.32 2.89 10.70 0.86 9.53 2.97 6.42 0.54 3.87 0.00 2.88 0.00 4.43 1.07 11.48 4.85 5.68 0.00 4.15 0.00 3.63 0.00 2.88 0.00 2.57 0.00 2.21 0.00 2.90 0.00 2.27 0.00 1.78 0.00 10.71 1.13 2.36 0.00 1.70 0.00 1.66 0.00 1.99 0.00 1.39 0.00 1.19 0.00 1.75 0.06 1.74 0.00 12.97 0.88 3.13 0.34 8.16 0.77 131.46 16.36
AWLR 2 RO OLF (mm) (mm) 0.71 0.00 1.98 0.30 6.32 1.18 5.23 0.10 3.26 0.00 2.51 0.00 3.34 0.19 6.62 1.02 4.32 0.00 3.46 0.00 3.01 0.00 2.76 0.00 2.46 0.00 2.12 0.00 2.52 0.00 1.98 0.00 1.54 0.00 3.36 0.67 2.17 0.00 1.57 0.00 1.53 0.00 1.86 0.00 1.31 0.00 1.12 0.00 1.47 0.02 1.59 0.00 3.04 0.84 1.78 0.07 5.22 0.76 80.18 5.15
: Automatic Water Level Recorder : Curah hujan : Runoff : Overland Flow : Base Flow
RO (mm) 4.62 8.72 3.21 1.19 0.61 0.37 1.09 4.86 1.36 0.68 0.61 0.12 0.11 0.09 0.38 0.30 0.23 7.34 0.19 0.14 0.13 0.12 0.09 0.07 0.28 0.14 9.93 1.35 2.94 51.27 0.23
Catchment BSF (mm) 1.72 8.16 1.42 0.76 0.61 0.37 0.20 1.03 1.36 0.68 0.61 0.12 0.11 0.09 0.38 0.30 0.23 6.88 0.19 0.14 0.13 0.12 0.09 0.07 0.24 0.14 9.89 1.08 2.93 40.06
OLF (mm) 2.89 0.56 1.79 0.43 0.00 0.00 0.89 3.83 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.47 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.03 0.00 0.04 0.26 0.00 11.21
67
Tabel Lampiran 3. Lanjutan Maret Tanggal 3/1/2008 3/2/2008 3/3/2008 3/4/2008 3/5/2008 3/6/2008 3/7/2008 3/8/2008 3/9/2008 3/10/2008 3/11/2008 3/12/2008 3/13/2008 3/14/2008 3/15/2008 3/16/2008 3/17/2008 3/18/2008 3/19/2008 3/20/2008 3/21/2008 3/22/2008 3/23/2008 3/24/2008 3/25/2008 3/26/2008 3/27/2008 3/28/2008 3/29/2008 3/30/2008 3/31/2008 Jumlah Koef. RO
Keterangan : AWLR CH RO OLF BSF
CH (mm) 33.30 9.70 4.21 0.00 0.00 0.98 0.00 0.00 0.00 101.85 1.76 0.00 0.00 2.74 0.00 0.00 0.00 27.42 6.37 2.64 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 4.70 0.00 0.00 0.00 0.00 195.67
AWLR 1 RO OLF (mm) (mm) 13.86 5.07 8.99 0.66 6.07 0.00 5.82 0.00 4.48 0.00 4.25 0.00 3.44 0.00 3.23 0.00 2.80 0.00 44.17 35.69 16.90 0.00 12.63 0.00 11.36 0.00 10.68 0.00 9.65 0.00 8.11 0.00 7.05 0.00 10.58 2.06 8.64 0.00 6.78 0.00 5.32 0.00 4.66 0.00 4.20 0.00 3.59 0.00 3.04 0.00 2.63 0.00 2.49 0.00 2.24 0.00 1.92 0.00 1.77 0.00 1.68 0.00 233.01 43.47
AWLR 2 RO OLF (mm) (mm) 8.88 3.04 5.96 0.00 4.47 0.00 4.03 0.00 3.46 0.00 3.30 0.00 3.00 0.00 2.78 0.00 2.72 0.00 6.98 2.86 14.96 0.00 11.54 0.00 10.10 0.00 9.34 0.00 8.27 0.00 7.06 0.00 6.36 0.00 8.78 0.96 7.25 0.00 5.98 0.00 5.02 0.00 4.55 0.00 4.03 0.00 3.44 0.00 2.92 0.00 2.52 0.00 2.38 0.00 2.15 0.00 1.84 0.00 1.70 0.00 1.61 0.00 167.38 6.86
: Automatic Water Level Recorder : Curah hujan : Runoff : Overland Flow : Base Flow
RO (mm) 4.98 3.02 1.60 1.79 1.02 0.95 0.44 0.45 0.09 37.19 1.94 1.09 1.26 1.34 1.37 1.04 0.69 1.80 1.39 0.79 0.30 0.11 0.17 0.15 0.12 0.11 0.10 0.09 0.08 0.07 0.07 65.63 0.34
Catchment BSF (mm) 2.95 2.37 1.60 1.79 1.02 0.95 0.44 0.45 0.09 4.36 1.94 1.09 1.26 1.34 1.37 1.04 0.69 0.70 1.39 0.79 0.30 0.11 0.17 0.15 0.12 0.11 0.10 0.09 0.08 0.07 0.07 29.02
OLF (mm) 2.03 0.66 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 32.82 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.10 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 36.61
68
Tabel Lampiran 3. Lanjutan April Tanggal 4/1/2008 4/2/2008 4/3/2008 4/4/2008 4/5/2008 4/6/2008 4/7/2008 4/8/2008 4/9/2008 4/10/2008 4/11/2008 4/12/2008 4/13/2008 4/14/2008 4/15/2008 4/16/2008 4/17/2008 4/18/2008 4/19/2008 4/20/2008 4/21/2008 4/22/2008 4/23/2008 4/24/2008 4/25/2008 4/26/2008 4/27/2008 4/28/2008 4/29/2008 4/30/2008 Jumlah Koef. RO
Keterangan : AWLR CH RO OLF BSF
CH (mm) 22.52 0.00 0.00 13.71 0.00 0.00 0.00 6.86 0.00 7.34 61.80 0.00 0.00 0.00 5.00 0.00 0.00 1.19 0.00 0.00 62.68 0.00 0.00 19.88 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 200.99
AWLR 1 RO OLF (mm) (mm) 3.18 0.64 1.74 0.00 1.42 0.00 2.31 0.64 1.28 0.00 0.99 0.00 0.94 0.00 0.93 0.00 0.80 0.00 1.22 0.00 60.35 53.67 3.51 0.00 1.91 0.00 1.32 0.00 1.71 0.00 1.04 0.00 0.84 0.00 0.81 0.00 0.69 0.00 0.66 0.00 15.18 8.89 5.06 0.00 2.77 0.00 2.89 0.00 5.59 1.59 2.38 0.00 1.82 0.00 1.42 0.00 1.22 0.00 1.07 0.00 127.04 65.43
AWLR 2 RO OLF (mm) (mm) 2.48 0.50 1.35 0.00 1.11 0.00 1.80 0.50 1.00 0.00 0.77 0.00 0.73 0.00 0.72 0.00 0.62 0.00 0.95 0.00 47.08 41.86 2.58 0.00 1.65 0.00 1.14 0.00 1.41 0.00 0.86 0.00 0.70 0.00 0.67 0.00 0.54 0.00 0.52 0.00 11.84 6.93 3.90 0.00 2.23 0.00 2.13 0.00 3.40 0.26 2.08 0.00 1.68 0.00 1.31 0.00 1.12 0.00 0.99 0.00 99.37 50.05
: Automatic Water Level Recorder : Curah hujan : Runoff : Overland Flow : Base Flow
RO (mm) 0.70 0.38 0.31 0.51 0.28 0.22 0.21 0.20 0.18 0.27 13.28 0.93 0.26 0.18 0.30 0.18 0.15 0.14 0.15 0.15 3.34 1.16 0.54 0.76 2.19 0.30 0.14 0.11 0.09 0.08 27.66 0.14
Catchment BSF (mm) 0.56 0.38 0.31 0.37 0.28 0.22 0.21 0.20 0.18 0.27 1.47 0.93 0.26 0.18 0.30 0.18 0.15 0.14 0.15 0.15 1.38 1.16 0.54 0.76 0.86 0.30 0.14 0.11 0.09 0.08 12.29
OLF (mm) 0.14 0.00 0.00 0.14 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 11.81 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.96 0.00 0.00 0.00 1.33 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 15.38
69
Tabel Lampiran 3. Lanjutan Mei Tanggal 5/1/2008 5/2/2008 5/3/2008 5/4/2008 5/5/2008 5/6/2008 5/7/2008 5/8/2008 5/9/2008 5/10/2008 5/11/2008 5/12/2008 5/13/2008 5/14/2008 5/15/2008 5/16/2008 5/17/2008 5/18/2008 5/19/2008 5/20/2008 5/21/2008 5/22/2008 5/23/2008 5/24/2008 5/25/2008 5/26/2008 5/27/2008 5/28/2008 5/29/2008 5/30/2008 5/31/2008 Jumlah Koef. RO
Keterangan : AWLR CH RO OLF BSF
CH (mm) 30.85 0.00 0.00 0.00 0.00 4.72 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.22 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.84 0.00 31.93 0.00 0.00 57.68 0.00 0.00 11.36 0.00 140.60
AWLR 1 RO OLF (mm) (mm) 11.01 8.42 1.71 0.00 1.18 0.00 1.02 0.00 0.84 0.00 0.86 0.00 0.72 0.00 0.59 0.00 0.43 0.00 0.41 0.00 0.35 0.00 0.28 0.00 0.24 0.00 0.21 0.00 0.22 0.00 0.16 0.00 0.11 0.00 0.10 0.00 0.07 0.00 0.06 0.00 0.05 0.00 0.09 0.00 0.08 0.00 3.69 2.76 0.40 0.00 0.15 0.00 26.66 23.18 1.07 0.00 0.53 0.00 0.89 0.08 0.44 0.00 54.63 34.45
AWLR 2 RO OLF (mm) (mm) 2.40 0.16 1.48 0.00 1.17 0.00 1.02 0.00 0.84 0.00 0.85 0.00 0.72 0.00 0.58 0.00 0.43 0.00 0.41 0.00 0.35 0.00 0.28 0.00 0.24 0.00 0.21 0.00 0.22 0.00 0.16 0.00 0.11 0.00 0.10 0.00 0.07 0.00 0.06 0.00 0.05 0.00 0.09 0.00 0.08 0.00 3.67 2.75 0.40 0.00 0.15 0.00 2.33 0.51 0.95 0.00 0.47 0.00 0.63 0.00 0.31 0.00 20.82 3.41
: Automatic Water Level Recorder : Curah hujan : Runoff : Overland Flow : Base Flow
RO (mm) 8.61 0.23 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.02 0.00 0.00 24.33 0.12 0.06 0.26 0.13 33.81 0.24
Catchment BSF (mm) 0.35 0.23 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.65 0.12 0.06 0.18 0.13 2.77
OLF (mm) 8.26 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 22.68 0.00 0.00 0.08 0.00 31.03
70
Tabel Lampiran 3. Lanjutan Juni Tanggal 6/1/2008 6/2/2008 6/3/2008 6/4/2008 6/5/2008 6/6/2008 6/7/2008 6/8/2008 6/9/2008 6/10/2008 6/11/2008 6/12/2008 6/13/2008 6/14/2008 6/15/2008 6/16/2008 6/17/2008 6/18/2008 6/19/2008 6/20/2008 6/21/2008 6/22/2008 6/23/2008 6/24/2008 6/25/2008 6/26/2008 6/27/2008 6/28/2008 6/29/2008 6/30/2008 Jumlah Koef. RO
Keterangan : AWLR CH RO OLF BSF
CH (mm) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 8.32 0.00 0.00 10.33 25.9 0.00 0.00 26.83 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 10.28 81.68
AWLR 1 RO OLF (mm) (mm) 0.28 0.00 0.20 0.00 0.18 0.00 0.12 0.00 0.05 0.00 0.04 0.00 0.02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.94 0.00 0.38 0.00 0.15 0.00 2.56 0.40 1.35 0.00 0.64 0.00 0.33 0.00 0.19 0.00 0.15 0.00 0.11 0.00 0.07 0.00 0.03 0.00 0.02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 8.80 0.40
AWLR 2 RO OLF (mm) (mm) 0.20 0.00 0.14 0.00 0.12 0.00 0.09 0.00 0.03 0.00 0.03 0.00 0.02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.20 0.00 0.23 0.00 0.09 0.00 1.09 0.27 0.57 0.00 0.27 0.00 0.14 0.00 0.08 0.00 0.06 0.00 0.04 0.00 0.03 0.00 0.01 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 4.46 0.27
: Automatic Water Level Recorder : Curah hujan : Runoff : Overland Flow : Base Flow
RO (mm) 0.08 0.06 0.05 0.04 0.01 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.74 0.15 0.06 1.47 0.78 0.37 0.19 0.11 0.09 0.06 0.04 0.02 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 4.33 0.05
Catchment BSF (mm) 0.08 0.06 0.05 0.04 0.01 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.74 0.15 0.06 1.34 0.78 0.37 0.19 0.11 0.09 0.06 0.04 0.02 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 4.21
OLF (mm) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.13 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.13
71
Tabel Lampiran 3. Lanjutan Januari
Februari
1/1/2007 1/2/2007 1/3/2007 1/4/2007 1/5/2007 1/6/2007 1/7/2007 1/8/2007 1/9/2007 1/10/2007 1/11/2007 1/12/2007 1/13/2007 1/14/2007 1/15/2007 1/16/2007 1/17/2007 1/18/2007 1/19/2007 1/20/2007 1/21/2007 1/22/2007 1/23/2007 1/24/2007 1/25/2007 1/26/2007
CH (mm) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 37.21 63.66 0.00 41.03 0.00 0.00 8.72 0.98 2.74 3.92 1.96 1.18 27.91 12.63 53.76 94.01 98.91 22.33
1/27/2007 1/28/2007 1/29/2007 1/30/2007 1/31/2007 Jumlah
1.96 2.45 0.00 0.00 0.00 475.36
Tanggal
Keterangan : AWLR CH RO OLF BSF
RO
Catchment BSF OLF
15.42 13.15 11.19 9.41 7.24 56.41
15.42 13.15 11.19 9.41 7.24 56.41
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Tanggal 2/1/2007 2/2/2007 2/3/2007 2/4/2007 2/5/2007 2/6/2007 2/7/2007 2/8/2007 2/9/2007 2/10/2007 2/11/2007 2/12/2007 2/13/2007 2/14/2007 2/15/2007 2/16/2007 2/17/2007 2/18/2007 2/19/2007 2/20/2007 2/21/2007 2/22/2007 2/23/2007 2/24/2007 2/25/2007 2/26/2007 2/27/2007 2/28/2007 Jumlah
: Automatic Water Level Recorder : Curah hujan : Runoff : Overland Flow : Base Flow
CH (mm) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.49 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.49 24.48 16.65 1.86 16.16 7.83 0.49 0.00 24.68 5.91 0.00 0.00 8.52 61.70 1.27 0.00 2.25 0.00 172.78
Catchment RO BSF OLF 1.58 1.58 0.00 1.28 1.28 0.00 1.07 1.07 0.00 2.27 2.27 0.00 3.20 3.20 0.00 2.45 2.45 0.00 2.37 2.37 0.00 1.68 1.68 0.00 1.35 1.35 0.00 1.21 1.21 0.00 1.15 1.15 0.00 7.28 5.81 1.47 3.38 2.67 0.71 2.44 2.44 0.00 2.74 2.44 0.30 1.33 1.33 0.00 1.17 1.17 0.00 0.30 0.30 0.00 4.69 3.76 0.93 2.58 2.51 0.07 0.96 0.96 0.00 0.76 0.76 0.00 0.91 0.91 0.00 11.96 3.39 8.57 3.62 3.62 0.00 4.31 4.31 0.00 4.94 4.94 0.00 4.73 4.73 0.00 77.72 65.66 12.06
72
Tabel Lampiran 3. Lanjutan Maret Tanggal 3/1/2007 3/2/2007 3/3/2007 3/4/2007 3/5/2007 3/6/2007 3/7/2007 3/8/2007 3/9/2007 3/10/2007 3/11/2007 3/12/2007 3/13/2007 3/14/2007 3/15/2007 3/16/2007 3/17/2007 3/18/2007 3/19/2007 3/20/2007 3/21/2007 3/22/2007 3/23/2007 3/24/2007 3/25/2007 3/26/2007 3/27/2007 3/28/2007 3/29/2007 3/30/2007 3/31/2007 Jumlah
April CH (mm) 0.00 0.00 8.42 0.00 8.32 0.00 0.00 0.00 0.00 28.40 0.00 33.30 0.00 0.00 1.96 3.82 0.00 0.00 1.66 32.32 48.18 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 17.73 37.21 47.99 0.00 0.00 269.31
Keterangan : AWLR CH RO OLF BSF
Catchment RO BSF OLF 4.46 4.46 0.00 2.28 2.28 0.00 2.36 2.36 0.00 2.03 2.03 0.00 2.09 1.88 0.20 1.60 1.60 0.00 1.61 1.61 0.00 1.51 1.51 0.00 1.21 1.21 0.00 2.55 2.19 0.36 2.24 2.24 0.00 3.48 2.83 0.66 2.47 2.47 0.00 2.29 2.29 0.00 2.29 2.29 0.00 2.34 2.34 0.00 2.05 2.05 0.00 1.99 1.99 0.00 1.95 1.95 0.00 2.73 2.38 0.35 18.38 2.40 15.98 2.97 2.97 0.00 3.61 3.61 0.00 3.34 3.34 0.00 3.90 3.90 0.00 4.09 4.09 0.00 5.07 4.74 0.32 6.41 4.80 1.61 4.54 4.47 0.07 4.12 4.12 0.00 4.53 4.53 0.00 106.50 86.94 19.56
Tanggal 4/1/2007 4/2/2007 4/3/2007 4/4/2007 4/5/2007 4/6/2007 4/7/2007 4/8/2007 4/9/2007 4/10/2007 4/11/2007 4/12/2007 4/13/2007 4/14/2007 4/15/2007 4/16/2007 4/17/2007 4/18/2007 4/19/2007 4/20/2007 4/21/2007 4/22/2007 4/23/2007 4/24/2007 4/25/2007 4/26/2007 4/27/2007 4/28/2007 4/29/2007 4/30/2007 Jumlah
: Automatic Water Level Recorder : Curah hujan : Runoff : Overland Flow : Base Flow
CH (mm) 0.00 0.78 52.88 0.00 0.00 37.21 24.29 21.55 6.86 0.00 11.75 8.81 22.03 0.00 0.00 0.00 1.47 0.00 0.00 1.86 0.00 0.00 0.69 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 7.83 0.00 198.02
Catchment RO BSF 4.50 4.50 1.97 1.97 8.90 3.11 3.62 3.62 2.59 2.59 14.59 4.06 5.17 4.06 5.88 4.74 5.93 5.79 6.37 6.37 5.01 5.01 6.24 6.24 9.18 8.09 8.05 8.05 8.39 8.39 5.52 5.52 5.34 5.34 4.46 4.46 4.03 4.03 3.92 3.92 3.99 3.99 4.29 4.29 4.26 4.26 4.38 4.38 4.80 4.80 6.41 6.41 6.14 6.14 5.92 5.92 6.36 6.36 6.14 6.14 172.33 152.53
OLF 0.00 0.00 5.79 0.00 0.00 10.52 1.12 1.14 0.14 0.00 0.00 0.00 1.09 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 19.80
73
Tabel Lampiran 3. Lanjutan Mei Tanggal 5/1/2007 5/2/2007 5/3/2007 5/4/2007 5/5/2007 5/6/2007 5/7/2007 5/8/2007 5/9/2007 5/10/2007 5/11/2007 5/12/2007 5/13/2007 5/14/2007 5/15/2007 5/16/2007 5/17/2007 5/18/2007 5/19/2007 5/20/2007 5/21/2007 5/22/2007 5/23/2007 5/24/2007 5/25/2007 5/26/2007 5/27/2007 5/28/2007 5/29/2007 5/30/2007 5/31/2007 Jumlah
Juni CH (mm) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3.43 0.00 4.70 33.30 15.57 44.07 9.79 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.45 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 31.34 144.65
Keterangan : AWLR CH RO OLF BSF
Catchment RO BSF 5.74 5.74 5.91 5.91 5.79 5.79 3.17 3.17 2.87 2.87 2.95 2.95 2.94 2.94 2.93 2.93 2.95 2.95 3.06 3.06 3.48 3.48 2.41 2.41 2.22 2.22 3.14 2.29 2.99 2.89 8.36 3.65 3.98 3.98 3.03 3.03 2.33 2.33 0.71 0.71 0.44 0.44 0.42 0.42 0.30 0.30 0.39 0.39 0.28 0.28 0.25 0.25 0.10 0.10 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.00 1.22 75.15 68.71
OLF 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.85 0.09 4.71 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.79 6.44
Tanggal 6/1/2007 6/2/2007 6/3/2007 6/4/2007 6/5/2007 6/6/2007 6/7/2007 6/8/2007 6/9/2007 6/10/2007 6/11/2007 6/12/2007 6/13/2007 6/14/2007 6/15/2007 6/16/2007 6/17/2007 6/18/2007 6/19/2007 6/20/2007 6/21/2007 6/22/2007 6/23/2007 6/24/2007 6/25/2007 6/26/2007 6/27/2007 6/28/2007 6/29/2007 6/30/2007 Jumlah
: Automatic Water Level Recorder : Curah hujan : Runoff : Overland Flow : Base Flow
CH (mm) 25.66 0.00 2.97 12.93 0.00 2.94 1.86 26.25 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6.66 26.44 11.75 0.00 4.90 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.06 0.00 0.00 0.00 124.40
Catchment RO BSF 1.94 1.54 1.38 1.38 1.01 1.01 0.96 0.93 1.64 1.64 0.44 0.44 0.82 0.82 1.91 1.74 1.38 1.38 1.36 1.36 1.18 1.18 1.03 1.03 0.63 0.63 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.53 0.53 1.26 1.26 1.02 1.02 1.12 1.12 0.96 0.96 0.35 0.35 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 20.91 20.31
OLF 0.40 0.00 0.00 0.03 0.00 0.00 0.00 0.17 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.60
74
Tabel Lampiran 3. Lanjutan Juli Tanggal 7/1/2007 7/2/2007 7/3/2007 7/4/2007 7/5/2007 7/6/2007 7/7/2007 7/8/2007 7/9/2007 7/10/2007 7/11/2007 7/12/2007 7/13/2007 7/14/2007 7/15/2007 7/16/2007 7/17/2007 7/18/2007 7/19/2007 7/20/2007 7/21/2007 7/22/2007 7/23/2007 7/24/2007 7/25/2007 7/26/2007 7/27/2007 7/28/2007 7/29/2007 7/30/2007 7/31/2007 Jumlah
Agustus CH (mm) 0.00 0.00 0.00 4.11 0.00 0.00 15.67 2.84 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3.60 8.60 9.79 23.01 54.84 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 122.47
Keterangan : AWLR CH RO OLF BSF
Catchment RO BSF OLF 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.18 0.18 0.00 3.55 0.18 3.36 1.46 1.46 0.00 0.32 0.32 0.00 0.15 0.15 0.00 0.47 0.47 0.00 0.11 0.11 0.00 0.16 0.16 0.00 0.06 0.06 0.00 0.04 0.04 0.00 0.05 0.05 0.00 0.07 0.07 0.00 6.61 3.25 3.36
Tanggal 8/1/2007 8/2/2007 8/3/2007 8/4/2007 8/5/2007 8/6/2007 8/7/2007 8/8/2007 8/9/2007 8/10/2007 8/11/2007 8/12/2007 8/13/2007 8/14/2007 8/15/2007 8/16/2007 8/17/2007 8/18/2007 8/19/2007 8/20/2007 8/21/2007 8/22/2007 8/23/2007 8/24/2007 8/25/2007 8/26/2007 8/27/2007 8/28/2007 8/29/2007 8/30/2007 8/31/2007 Jumlah
: Automatic Water Level Recorder : Curah hujan : Runoff : Overland Flow : Base Flow
CH (mm) 0.00 0.00 0.00 0.00 3.72 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 13.51 0.69 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6.76 1.18 0.49 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 26.35
Catchment RO BSF OLF 0.03 0.03 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.03 0.03 0.00
75
Tabel Lampiran 3. Lanjutan September Tanggal 9/1/2007 9/2/2007 9/3/2007 9/4/2007 9/5/2007 9/6/2007 9/7/2007 9/8/2007 9/9/2007 9/10/2007 9/11/2007 9/12/2007 9/13/2007 9/14/2007 9/15/2007 9/16/2007 9/17/2007 9/18/2007 9/19/2007 9/20/2007 9/21/2007 9/22/2007 9/23/2007 9/24/2007 9/25/2007 9/26/2007 9/27/2007 9/28/2007 9/29/2007 9/30/2007 Jumlah
Keterangan : AWLR CH RO OLF BSF
CH (mm) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 47.99 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 47.99
Oktober Catchment RO BSF OLF 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Tanggal 10/1/2007 10/2/2007 10/3/2007 10/4/2007 10/5/2007 10/6/2007 10/7/2007 10/8/2007 10/9/2007 10/10/2007 10/11/2007 10/12/2007 10/13/2007 10/14/2007 10/15/2007 10/16/2007 10/17/2007 10/18/2007 10/19/2007 10/20/2007 10/21/2007 10/22/2007 10/23/2007 10/24/2007 10/25/2007 10/26/2007 10/27/2007 10/28/2007 10/29/2007 10/30/2007 10/31/2007 Jumlah
: Automatic Water Level Recorder : Curah hujan : Runoff : Overland Flow : Base Flow
CH (mm) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3.92 0.00 0.00 0.00 21.55 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.20 17.63 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.47 0.00 0.00 46.76
Catchment RO BSF OLF 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
76
Tabel Lampiran 3. Lanjutan November Tanggal 11/1/2007 11/2/2007 11/3/2007 11/4/2007 11/5/2007 11/6/2007 11/7/2007 11/8/2007 11/9/2007 11/10/2007 11/11/2007 11/12/2007 11/13/2007 11/14/2007 11/15/2007 11/16/2007 11/17/2007 11/18/2007 11/19/2007 11/20/2007 11/21/2007 11/22/2007 11/23/2007 11/24/2007 11/25/2007 11/26/2007 11/27/2007 11/28/2007 11/29/2007 11/30/2007 Jumlah
Keterangan : AWLR CH RO OLF BSF
Desember CH (mm) 0.00 0.00 0.00 7.74 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 22.52 0.00 0.00 38.19 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 11.75 27.91 0.00 0.00 108.12
Catchment) RO BSF OLF 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Tanggal 12/1/2007 12/2/2007 12/3/2007 12/4/2007 12/5/2007 12/6/2007 12/7/2007 12/8/2007 12/9/2007 12/10/2007 12/11/2007 12/12/2007 12/13/2007 12/14/2007 12/15/2007 12/16/2007 12/17/2007 12/18/2007 12/19/2007 12/20/2007 12/21/2007 12/22/2007 12/23/2007 12/24/2007 12/25/2007 12/26/2007 12/27/2007 12/28/2007 12/29/2007 12/30/2007 12/31/2007 Jumlah
: Automatic Water Level Recorder : Curah hujan : Runoff : Overland Flow : Base Flow
CH (mm) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.25 0.00 0.00 7.34 0.00 0.00 0.00 25.46 80.79 3.92 97.93 0.00 28.40 22.03 0.00 38.19 4.90 81.09 0.00 0.00 15.67 0.00 0.00 8.72 0.00 416.70
Catchment RO BSF OLF 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
77
Tabel Lampiran 4. Data Hantaran Hidrolik Jenuh di Daerah Penelitian Lokasi
LA
LT
LB
HC (cm/jam)
5.080
1.650
0.270
Kriteria*
sedang
agak lambat
lambat
*Uhland dan O'neal, 1951
Keterangan : LA : Lereng atas LT : Lereng tengah LB : Lereng bawah
Tabel Lampiran 5. Sifat Fisik dan Kimia Tanah di Daerah Penelitian Sifat
LA
LT
LB
5.2-5.3
5.3-5.6
5.9-6.0
C-Organik
1.37
1.27
1.69
B-Organik
2.385
2.211
2.942
N-total
0.13
0.15
0.15
BD (Bulk Density)
1.33
1.25
1.26
Porositas
58.23
57.84
52.67
pH
78
Tabel Lampiran 6. Aliran Permukaan Pengukuran dan Prediksi pada Beberapa Kejadian Hujan
Tanggal
CH (mm)
21/2/2006 25/2/2006 27/2/2006 1/3/2006 8/3/2006 11/3/2006 15/3/2006 16/3/2006 21/3/2006 22/3/2006 28/3/2006 4/4/2006 5/4/2006 9/4/2006 10/4/2006 11/4/2006 20/4/2006 22/4/2006 17/12/2006 2/12/2007 2/13/2007 2/15/2007 2/19/2007 2/24/2007 3/10/2007 3/12/2007 3/20/2007 3/21/2007 3/27/2007 3/28/2007 3/29/2007 4/3/2007 4/6/2007 4/7/2007 4/8/2007 4/11/2007 4/13/2007 5/14/2007 5/15/2007 5/16/2007 5/31/2007 6/1/2007 6/4/2007
23.42 93.59 18.79 42.46 23.74 13.06 31.90 11.76 13.81 13.32 13.07 25.46 17.36 14.15 19.74 29.09 23.42 61.80 22.52 24.48 16.65 16.16 24.68 61.70 28.40 33.30 32.32 48.18 17.73 37.21 47.99 52.88 37.21 24.29 21.55 11.75 22.03 33.30 15.57 44.07 31.34 25.66 12.93
Aliran Perrmukaan Pengukuran (mm) 17.68 4.90 0.00 0.29 0.00 0.00 0.64 0.00 0.00 0.00 0.00 0.11 0.08 0.37 0.43 0.12 0.50 20.31 0.11 0.57 4.50 0.92 0.64 9.70 0.49 1.29 0.93 6.15 0.38 4.14 0.13 8.45 10.32 1.47 2.57 0.14 3.11 0.16 0.99 5.73 1.06 0.57 0.03
Aliran Permukaan Prediksi (mm) 4.08 56.66 2.20 15.26 4.23 8.51 0.60 0.38 0.75 0.61 0.65 5.05 1.71 0.83 2.55 6.93 4.08 29.74 3.67 4.57 1.49 1.35 4.67 29.65 6.56 9.34 1.97 6.67 1.84 11.77 19.17 22.80 11.77 4.49 3.27 0.38 4.59 9.34 1.19 16.38 8.20 5.14 5.44
79
Tabel Lampiran 6. Lanjutan
Tanggal
CH (mm)
6/8/2007 6/18/2007 6/19/2007 7/20/2007 7/21/2007 1/3/2008 1/21/2008 1/22/2008 1/29/2008 1/31/2008 2/1/2008 2/2/2008 2/3/2008 2/4/2008 2/7/2008 2/8/2008 2/18/2008 2/25/2008 2/27/2008 2/28/2008 2/29/2008 3/1/2008 3/10/2008 3/18/2008 4/1/2008 4/4/2008 4/11/2008 4/21/2008 4/24/2008 5/1/2008 5/30/2008 6/14/2008 6/17/2008
26.25 26.44 11.75 23.01 54.84 36.23 29.38 41.13 12.73 15.02 22.68 22.52 19.59 11.75 14.69 19.59 20.57 13.71 20.37 14.10 12.34 33.30 101.85 27.42 22.52 13.71 61.80 62.68 19.88 30.85 11.36 25.9 26.83
Aliran Perrmukaan Pengukuran (mm) 0.17 0.00 0.00 0.00 12.07 2.30 1.96 5.51 0.12 0.00 2.89 1.40 0.45 0.53 0.47 5.25 1.60 0.45 2.57 0.27 0.00 2.99 32.82 2.21 2.11 1.40 11.81 18.75 3.26 11.49 0.28 0.00 0.13
Aliran Permukaan Prediksi (mm) 0.58 5.53 0.38 3.90 24.29 11.15 7.09 14.35 0.54 1.04 3.75 3.68 2.47 0.38 0.95 2.49 2.87 0.73 2.79 0.82 0.47 9.34 61.45 6.04 3.68 0.73 29.74 30.44 2.60 7.91 0.32 5.26 5.73
80
Tabel Lampiran 8. Script Model SCS pada PCRaster binding Cathok=cathok.map; ChDas1=chdas1.map; Clone=clone10.map; CnDas=cndas.map; SDas=sdas.map; LddDas=ldddas.map; Pe=pe.map; areamap Clone Timer 111 Initial dynamic reportpe1=((ChDas1-0.2*SDas)*(ChDas1- 0.2*SDas))/(ChDas1+0.8*SDas)
81
Gambar Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian