The lndonesian Journal of Medical Science
--
Jurnal Sains Kedokteran Indonesia Volume 2 No.1 Januari - Maret
-.\
Medical Faculty Hasanuddin University Makassar, lndonesia
A frul*t r--'
C,L
THE INDONESIAN JOURNAL OF MEDICAL SCIENCE (JURNAL SArNS KEDOKTERAN tNDONEStA) Volume 2 No. 1 January-^4arch 2009
ORIGINALARTICLES
O
ADIPONECTINAND METABOLIC SYNDROME I Made Windutama, Fabiola
.
[,4S
..
I\,4F
7-12
Adam
conneLrrroH gETwEEN coMpoNENT oF METABoLtc syNDRoME wtrH PLASMINOGEN ACTIVATOR INHIBITOR-1 Himawan Sanusi, John MF Adam, Fachruddin Benyamin ...............
. .
_.. 1-6
CLINICALAND LABORATORYASPECTS OF DIABETIC FOOT INFECTION Haslj!€wati Hasan, Fabiola MF Adam, Harsinen Sanusi, John
o
_.
Adam John [/FAdarf
PLASMINOGENACTIVATOR PROTEIN IN OBESITY Susanro HK, John M.F Adam
INHIBITOR-1 AND HIGH SENSITIVE
13-22
C{EACTIVE 23-31
VASCULAR ENDOTHEL GROWTH FACTOR (VEGF) GENE POLYMORPHISMS IN PATIENTS WITH DIABETIC RETINOPATHY Tenriesa, .......,......32-39
Budu
CASE REPORTS
.
cAUSES oF SEcoNDARY osTEoPoRosIs Agus
.
P Sambo,Husaini Umar,
John
MF Adam ......
SEVERE BRAINATROPHY IN MODERATEATZHEIMER'S DISEASE WITH HYPOGONADISM: AREPORT OF TWO CASES
E[a
J
Wahjoepramoro
.................... 50-54
REVIEWS
.
LOWADIPONECTIN LEVELSAND THE RISK OFTYPE 2 DIABETES MELLITUS Husaini lJmai John MFAdam...........
................ 55-59
Sanusi H. Coffelation botween conponent
CORRELATION BETWEEN COMPONENT OF METABOLIC SYN DROME WITH PLASMINOGEN ACTIVATOR INHIBITOR.I Himawan Sanusi, John MF Adam, Fachruddin Benyamin, Division of Endocrinology and Metabolism,* Division of Hematolog)t Departement of Internal l\4edicine, Faculty of Medicine, Hasanuddin Unlversity, -lriatassar
ABSTRACT Background: Subjecb with metabolic syndrome (Mets) have a high risk of developing cardiovascular disease (CVD). plasminogen Activator' tnhibitor_i (pAll) |s protein a
I
l,
that regulartes fibrinolysis and plays an important role in the pathogenesis of
atherothrombosis. This study evaluates the relationship between MetS component and PAI-l.levels. Methods: Subjects who were diabeties and CVD free, not taking anti-hypertensive or pid towering agents compteted 1lll P]3j"l"t aggregatio.n-, Afler fasting 12 hours, btood was taken for fasting ptasma llV"l"", 9l1ll"lions. glucose (FPG), lipid profites and pAl-t examinations. Diagnosis of Mets was established using the AHA/NHLBT guiderines with a mod;fication of the waist circumference forAsian populations. Results: One hundred and eighty three suDlects fulfilled the criteria, 75 MetS and 108 non_Mets. pAt_t tevets *"r" iigiiiountty t ign", among MetS compared to non-tvets patients (18.01 r g.33 vs. 4.33i 4.83 mLUimL; p =^0.001).-There was a significant correlation between mets pnl_l levets (p < 0.0S, r = 0.693). Patients with pAl-l levels greater than 7 lU/mL (considered high) were 2.s hmes more likely to have hyper triglyceride (TG) compared to controts. The risk racrors tor.other disease symptoms were lower; central obesity (1.9), low HDL (i.7), High FPG ( 1.4) and hypertension (1.7). concrusion: There is;;ig;ific;nt correration oerween components of MetS and pAll levels. Subjects with high 1G were at risk for high PAI-1 activiv An jncreased amount of MetS components'will increase tevet of PAI-1. This may exptain the high risk of CVD among patients with MetS. t tasminogen.activator inhibitor_i (pAl_l), metabolic svndrome ^eyworos:
HUBUNGAN ANTAM KOMPONEN STNDROMA METABOLIK DENGAN PLASMINOGEN ACTNATOR INHIBITOR _1
.tl3l
0,"^!:*1nn, aubjek dengan sindroma metabotik diketahui mempunyai risiko
Ing_gl untuk mendapat penyakit kardiovaskuler dan ptasminogen Activator lnhibitor_ 7 (PAl-l) merupakan protein yang mengatur proses fibrinorisis
dan memainkan peran
penting dalam patogenesis aterotrombosis. Tujuan penelitian: Mengevatuasl hubungan PAl-l dengan komponen sidroma met;bolik. Metode: .., Subyek yi
menderita diabetes mellitus, tidak menderita penyakit kardiovaskulr m€ngkonsumsi obat penurun lipid atau obat anti_agregasi diperiksa
pemerjksaan fisik lengkap. Setelah berpuasa selama 1Z jam- dilakui
ORIGINAL ARTICLE Sanusi H. Corrclatbn between component
glukosa plasma puasa, profil lipid, dan kadar PAI-1. Sindroma meiabolik didiagnosis dengan menggunakan kriteria AHAJNHLEI dengan modifikasi lingkaran perut untuk orang Asia. Hasil: Sebanyak 183 subyek memenuhi kriteria penelitian, 75 sebagai MetS, dan 108 non-Mets. Kadar PAI-1 lebih tinggi secara bermakna pada mereka dengan MetS dibandingkan non-M€ts yaitu 18.01i9.33 dan 4.3314.83 mtu/mt (p =0.001). Tedapat korelasi bermakna antara glukosa plasma puasa, trigliserid, HDLC, lingkar pinggang, tekanan darah dan kadar PAll (p < 0,05, r = 0,693). Dengan
menggunakan kadar PAI-1>7 lU/ml sebagai kriteria tinggi, kadar hilgiserid tinggi mempunyai risiko 2,5 kali untuk mendapat risiko kadar PAI-1 yang tinggi, sedang lingkar pinggang,
DL-kolesterol rendah, glukosa plasma tinggi, dan hipertensi masing '1.4 dan 1.7 ; kali untuk mendapat risiko kadar PAt-1 yang tinggi dibanding pada non-Mets. Simpulan: Mereka dengan MetS mempunyi kadar PAI-1 yang tinggi dibandingkan non-Mets. Semua komponen MetS berhubungan dengan peningkatan kadar PAI-1, terutama kadar tligliserd yang tinggi. Hal ini dapat H
masing hanya 1.8, 1.7,
meningkatkan risiko kardiovaskuler pada l\4ets. Kata kunci: Plasminogen Activator lnhibitor, sindrom metabolik
PENDAHULUAN Plasmi noge n Activator I nhibito r-1 (PAl1 )
merupakan suatu acufe phase protein
yang berperan sebagai regulator fibrinolis
pada proses hemostatis dan sebagai faktor yang mempercepat kejadian fibrosis. P/asm,inogen Activator I nh i bito r-
1 berperan pada patogenesis penyakit
iovaskuler dengan
jalan mempercepat pembentukan klot dari kard
proses aterotro mbosisr. Beberapa
penelitian
m emb u
ktika
n
bahwa
peningkatan kadar PAI-1
akan
meningkatkan risiko kejadja n aterotrombosis dan mempercepat progresifitas penyakit jantun g koroner2. Faktor lain yang turut berperan pada kejadian penyakit kard iovasku ler yaitu faktor metabolik, yang meliputi gangguan
toleransi glukosa,
h
ipertensi,
dislipidemia, dan peningkatan jaringan lemak; yang kemudian dikenal sebagai sindroma metabolik3.
Sindroma metabolik atau yang dikenal pula sebagai sindroma resistensi insulin adalah kumpulan abnormalitas metabolik
yang
d
itan
d
ai dengan
penurunan
sensitivitas jaringan terhadap insulin. lndividu yang memenuhi kriteria ini memiliki kecenderungan untuk menderita penyakit jantung koroner serta diabetes melitus tipe 2 '?4. Hingga saat lni terdapat
5 kriteria yang sering digunakan untuk mendiagnoais sindroma metabolik, yaitu
kriteria World Health
O
rganization
(WHO), Natlonal Cholesterol Education
Program-Adult Treatment Panel lll (NCEP-ATP lll), lntemational Diabetes Foundation (lDF), European Group for the study of lnsulin Resistance (EGIR),
serta American Heart Association
/
National Heaft, Lung, and Blood lnstitute (ADA/NHLBI) dimana resistensi insulin menjadi dasar dari kelainan Int.
Prevalensi
sin d
roma
metabolik
inening kat dengan semakin meningkatnya populasi obese, bahkan lebih tinggi jika dibandingkan po p u lasi diabetes5.
Beberapa penelitian telah membuktikan
bahwa terdapat hubungan antara peningkatan kadar PAI- 1 dengan resistensi insulin, sehingga
d
iketahui
The lndoresian Joumalof Medical Sclence Volume 2 No.1 Janlary-March 2009
ORIGINAL ARTICLE Sanusi H. Coffelatbn bet tveen component
bahwa sudah terjadi
gangguan
hemostatis pada subyek resistensi insulin. Oleh karena resistensi insulin merupakan dasar sindroma metabolik, maka tujuan dari penelitian ini yaitu ingin mengetahui hubungan antara komponen
sindroma metabolik dengan gangguan fibrinolisis dalam hal ini kadar aktivitas PAI-1, dan seberapa besar kekerapan peningkatan kadar PAI-1 pada masingmasing komponen sindroma metabolik.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah bagian dari oenelitian E IDEG fEasf lndonesia D iabete s Ep ide miology Gro u p) dengan pendekatan cross-sectional yang dilaksanakan Juni 2007 sampai Januari 2008. Subyek penelitian adalah individu yang tampak sehat dan datang ke tempat praktek dokter, dan poliklinik penyakit dalam rumah sakitAkademis Jaury Jusuf Putra untuk melakukan oemeriksaan kesehatan rutin. Estimasi junilah sampel penelitian dihitung berdasarkan rumus :
n=
za'zpq
n= d=
zo=
d besar samDel minimal
tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki 1.96 (o=5%),p = 1-P;ditetapkan
P=0.5
Dari perhitungan dengan rumus di atas, jumlah sampel minimal sebesar 97 orang.
Kriteria inklusi yaitu individu dewasa berusia 35-65 tahun yang bersedia ikut dan menandatangani surat persetujuan untuk mengikuti penelitian ini. Subyek
l
tidak diikutkan pada penelitian jika menderita diabetes melitus tipe 2, diketahui mend erita penyakit jantung koroner maupun infark miokard dengan
prosedur revaskularisasi dalam enam
bulan terakhir, adanya pem bedahan/ trauma dalam enam bulan terakhir,
: 2 kali lipat nilai normal dan gangguan klirens kreatinin (TKK 5 60 mUL), subyek yang peningkatan enzim transaminase
telah mendapat obat atau mengikuti
program penurunan berat badan, obatobat penurun lipid, obat anti agregasi trombosit, obat antihipertensi, dan merokok, subyek yang mend erita penyakit rematik, infeksi, dan riwayat keganasan, serta subyek yang menolak ikut berpartisipasi dalam penelitian Kriteria sindroma metabolik berdasarkan
kriteria AHA/NHLB | (American Heart Association/ National Heaft, Lung, and
Blood lnstitute\6 dengan menggunakan
ukuran lin g kar pinggang yang disesuaikan untuk orang Asia. (Tabel 1) Tabel l.Kriteria sindroma metabolik berdasarkan AHAJNHLBI
Trigliserida Kolestrol HDL Pria
Wanita Tekanan darah
:
150m9/dl
< 40 mg/dl < 50 mg/dl U 130/
5mmHg Lingkar pinggang
Pria Wanita
Glukosa Plasma Puasa
U 90cm
:
:
80 cm 100 mg/dl
Subyek diklasifikasikan sebagai sindroma
metabolik jika terdapat tiga atau lebih komponen metabolik yang abnormal Subyek yang memenuhi kriteria penelitjan, dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisis,
dan oemeriksaan
laboratoriu m.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan setelah sebelumnya subyek berpuasa lebih kurang 12 jam dan sampel da|ah diambil
pada waktu pagi hari. Sampc' diambil untuk pemeriksaan plasma puasa, trigliserida, kole: density lypoorotein (HDL), dan F
The Indonesian Joumalof MedicalScience \blume 2 No.1 January-lt4arch 2009
'--^'
%
sanusi H. coreratbn between component
Pemeriksaan kadar glukosa darah dengan metod e enzimatis kalorimetris
menggunakan cata
A. Analisis regresi
CHOD-PAP
pemeriksaan meliputi kadar glukosa darah puasa (GDP) dan test toleransi glukosa
oral (TTGO) berda'sarkan kriteria WHO (1994) Pemeriksaan kadar kolesterol tobl dengari cara CHOP-PAP Rocne, pemeriksaan kadar kolestrol HDL dan low 'density lypoprotein (LDL) direk secara enzimatis dengan Cholestesto buatan
Daichii Pure Chemicals Co.Ltd dan pemeriksaan kadar trigliserida secara
enzimatis kalorimetris
dengan menggunakan Dimension buatan Dade Behring Inc. Pemeriksaan kadar aktivitas PAI-1 serum secara kuantitatif dengan menggunakan teknik sensitive enzyme immunoassay technique dengan menggunakan Asserachrom@ FAI-I kit.
hubungan
komponen sindroma metabolik dengan kadar
Hl-l
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungar krear positif yang bennakla arba t& GOP TG HDL, LP dan TD dengzr kdtr mLl. (Tabel 3)
lhgi *GOe TG, LP dan TD sefl*ir flsi fadar Hl-1. Pada uji ini dite*a! ]rla hubungan lin€ar Sern*h maka
negatif t'ang b€aEatna antara kadar
Hot dengan kadar PAI-1, dimana s€rrt*h lsrda,r kad.a. kolesterol HDL, sen*h :tgi H.r Rl-l. kolesterol
Keseluruhan kompooen sind roma metabolil b€rlrub..rngan d engan peningkafi t& rut dengan nilai kemaknaar Flg !*!g lrggl yaitu kadar TG d€ryar .ad r = l}fiB, dikuti lingkar pingg6n9, f# GDe tdar kolesterol HDL. dm Etaar ddl.
HASIL PENELITIAN
Selama periode November 2007 hingga Januari 2008 dapat diperiksa '183 oEnq yang memenuhi kriteria p€nelitian, terd; B' dari 75 orang (41%) pria dan 108 orang
Hu
bungar-
loQtorten sindroma
&A- bdat FAI-1 (59o/o) wanita. Hasil analisis deskriptif pada pqElir -a baa kadar pAt-.1 variabel penelitian dapat dilihat pada diatas 7 mlrh|.a*gorikan tinggi, l:bel 2. kemudiflr ab at*b hubunoan Tabel 2. Hasil analisis deskriptif variabel peneli Karakteristlk Umur (tahun) GDP (mg/dl) . Kol-total (mg/dl) Kol-LDL (mg/dl) Kol-HDL (mgidl) TG (mg/dl) TDS (mmHg) TDD (mmHg) LP (cm)
PAI-1 (mlU/ml)
metabof
hoFr(E)
Pria (n=75) mean t SD
E tI
'45r7.7 92.1 r 13.5 217 .1 r 36.9 135.5 r 30.1 42.9 x .4 165.6 i 57.8 128.8 1 13.9 79.9 i 10.8 89.6 110.5 10.9 r 10.1
SD
t63 r 75
, L1 t tS2 13&3 r gt 217.1 r tl3 1546 r 515 'lztl + t6-6 795 ! 1't-7 8fr3 + 95 9-/3 r 95 !IL1
215-1
1',t
tsbsr
Kelerangan: LP = lingkar pinggang, TDS =tekanan da|ah sisak! TlD = drah diastdis, GDP = glukGa darah puasa, Kol = kolesterd, L!l- = b.bcryFoFoadn, HDL= hish density lipoprotein, TG= trigliserida, PAI-1 =
Plarrq-r.b
The Indonesian Jolmalof Medicd
S.ht E!.2hr
ffi.1
-bEt{farch
2009
ORIGINAL ARTICLE Sanusi H. Conelation betvveen component
antara komponen sindroma metabolik dengan kadar PAI-1 tinggi, maka didapatkan odds ratio (OR) masing-
kali lioat untuk mendaoat kadar PAI-1 tinggi dibandingkan kadar TG normal,
Kadar TG tinggi mempunyai peluang 2.5
masing komponen sindroma metabolik
kemudian diikuti obesit€s sentral dengan
tersebut dengan kadar PAI-1 yang tinggi. Hasil analisis diperoleh bahwa obesiias
peluang 1.8 kali lipat dibandingkan
sentral. TD tinggi, kadar GDP tinggi, kolesterol HDL rendah, dan kadar TG
dibandingkan dengan nilai normal, kadar kolesterol HDL rendah dan kadar GDP tinggi mempunyai peluang 1,7 dan 'l,4 kali lipat untuk mendapat PAI-1 tinggi.
tinggi berkorelasi bermakna deng an kadar PAI-1 tinggi. (Tabel 4) Tabel
3.
lingkar pinggang normal.
Jika
Hubungan berbagai komponen sindroma metabolik dengan kadar PAI-1 Kadar PAI-1
Komponen sindroma metabolik
rp -0.487
Kolesterol HDL (pria) Kolesterol HDL (wanita) Trigliserida Lingkar pinggang (pria) Lingkar pinggang (wanita) Tekanan darah sistolis Tekanan darah diastolis
0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05
-0.16 0.693 0.685 0.533 0.19
0.292
HDL: High density lypoprotein, PAI: Plasminogen activator inhibitor Tabel
4. Hubungan komponen sindroma metabolik dengan kadar PAI-1 > 7 mlu/ml Variabel
o
PAIN (>7 lU/ml)
OR
cr
(9s%)
Lingkar pinggang 76 (83.5 %) 1.6481 1.824 Obesitas sentral 15 (16.5 %) Normal o Tekanan darah 58 (63.8 %) 1.517 !1.7'tO Hipertensi 33 (36.2 o/"t Normotensi . Kolesterol HDL 67 (83.s%) L573 r 1.759 Rendah 24 (26.4 o/o\ Normal . Glukosa plasma puasa 54 (5e.5%) 1.316 a 1.487 Abnormal 37 (40.s %) Normal .' Trigliserida 88 (96.7 %) 0.995 + 1.075 Hiperirigliseridemia (3.3 3 %) Normal HDL: High density lypoprotein, PAI: Plasminogen activator inhibitor
P
1.8
0.001
1.69
O.O2
1,7
0.01
1.4
0.02
2.5
O.OO1
The Indonesian Journa of Med cal Science Vol!me 2 No.1 Januarv,March 2009
17
ORIGINAL ARTICLE Sanusi H. Coffelation betvyeen component
Hipertensi berpeluang 1,69 kali lipat lu/ml, kuartil llldenganPAl-1 19,32-28.94 dibandingkan tekanan darah normal lu/ml, dan kuartil lV dengan kadar PAI-1 untuk mendapat kadar PAI-'1 yang (Tabel
4)
tinggi.
reh
28.95 - 38.8 lu/ml. Pada penelitian inijika kadar PAI-1 tinggi dianggap pada kuartil rendah'
Rentans kadar pAr-1 yans dipero i-"^*ly:q,'^f9Tl€dar.vang l(emudran drlakukan analisis hubunoan ^^ ^ :.. paoa penerflan Inr yaftu u.rb - Jd.u tu/ *lT,f^t1?l^- d€ri sindroma mr. Hinssa saat ini betum aaa cu't 1T-s:1,,,- ttl-"-o'0."I-"11?" tidak ada ponr untuk kadar pAt-1, raxa lij..t-t-'l: kadar ini dikerompott
iit
rentaif
olis
Tabel
5.
PAIN (28.95 - 38.8 lU/ml)
Lingkar pinggang
4
Obesitas sentral
. . .
42
Normal Tekanan darah Hipertensi Normotensi Kolesterol HDL Rendah Normal
(8.7 (91.3
19 ( 41
OR
%)
0.0s1
.3%)
0.221
0.015 +
0.67
p
0.585
23 (50.0%) 23 (50.0 o/o)
0.090
t
0.353
0.03610.272
0.503
0.153 olrs!0.242
0.398
(15.2%) 0.099
Trigliserida Hipertrigliseridemia
(9s%)
0.542
7 39 (84.8%)
Glukosa plasma puasa Abnormal
cl
PAI-1
o/o)
27 ( 48,7o/o\
Normal
'
"nt"'
Hubungan komponen sindroma meiabolik dengan kuartil lV
Variabel .
i]:::ig::
46 (100%) 0 (0 o/o)
Normal
Tabel 7. Hubungan jumlah dari komponen sindroma metabolk dengan kadar FAI-1 Keterangan : Kadar PAI-1 dengan superscr/pf dengan komponen sarm rnempunyai hasil uji statistjk !€ng tdak bermakna
Banyaknya komponen
0 komponen
l
Komponen
2 komponen 3 komponen 4l(omponen 5 komponen
,18
n
(%) 16 36 56
PAI-
1
p
1.49
22
2.72 3.67 12.2
33
17.5
19
21.9
+
5.7""
+
8.9"
0.000
The Indonesian Joumalof i\,{edical Science Volume 2 No.1 January-l\,4arch 2009
ORIGINALARTICLE Sanusl H. Correlation between component
C.
Hubungan jumlah komponen
Hasil uji korelasi Spearma n menunjukkan
sindroma metabolik dengan kadar
bahwa semakin banyak komponen dari
PAI.1
sindroma metabolik, maka semakin tinggi kadar PAI-1 dengan koefisien
Bila dilakukan
pengelompokan berdasarkan jumlah komponen dari sindroma metabolik, kemudian dihubungkan dengan pengelompokan kadar PAI-1 secara kuartil, maka dengan analisis oneway Anova yang dilanjutkan
dengan uji LSD didapatkan bahwa
kelompok dengan 5 komponen
mempunyai kadar rerata PAI-1 tertinggi
dibandingkan lima kelompok lainnya. Kelompok 5 komponen mempunyai rerata kadar PAI-1 yang lebih lebih tinggi,
jika dibandingkan dengan kelompok 4 komponen. Kadar rerata PAI-1 pada kelompok 4 komponen lebih tinggi daripada 3 komponen, demikian pula rerata kadar PAI-1 pada kelompok 3 komponen lebih tinggi dari kelompok 2
komponen, 1 komponen, serta pada kelompok tanpa komponen sindroma metabolik. (Tabel 7) Gambar
9.
korelasi r = 0.802 dan p = g.ggg
DISKUSI Hubungan antara kadar GDP dengan PAI-1 pada penelitian ini ditemukan bermakna secara statistik (p = 0.000). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pandolfi dkk
t
yang
membuktikan bahwa terdapat korelasi bermakna antara kadar glukosa darah puasa dengan PAI-1. Peningkatan kadar glukosa meningkatkan transkripsi PAI-'1
pada endotel vaskuler,
sehingga
meningkatkan produksi PAI-'I 8;s. Selain kadar glukosa darah, peningkatan kadar PAI-1 juga dipengaruhi oleh peningkatan kadar insulin.T' 10 Efek peningkatan PAI1 oleh hiperglikemia dan resistensi insulin
dapat d ihambat dengan
jalan
Rerata kadar PAI-1 berdasarkan iumlah komoonen sindroma metabolik
-L it
IH-t---:r12 Komponen darl !lndrom.
IT
l
m€t.bollk
The Indonesian Journal of Medical Science Volume 2 No.1 Januarv-March 2009
,t
o
ORIGINAL ARTICLE Sdnusi H. Cotrolatbn betwoon component
ng en dalja n kadar glukosa dan Penurunan resistensi insulinss. p e
Analisis hubungan TDS dan TDD dengan kadar PAI-1 mendapatkan koefisien korelasi masing-masing r = 0.19 dan r = 0.29 dengan hasil uji statistik didapatkan adanya hubungan
yang bermakna (p = 0,01 unutk TDS dan
0.000 untuk TDD). Hal yang serupa d ikemu ka kan oleh Landin dkklc oan Skurk dkklr yang membuktikan terdapat hubungan bermakna antara hipertensi
dengan kadar PAI-1. l\,4e ka n is m e peningkatan kadar PAll pada hipertensi dapat melaiui peningkatan angiotensin ll dan melalui efek sitokin proinflamasi,
yang mana keduanya meningkatkan produksi PAI-1 dari sel adipositlria.
Hasil
an
alisis membuktikan terdaoat
korelasi positif antara kadar trigliserida
dengan kadar PAI-1 dengan nilai r = 0.693 dan p = 0.000. Hasil ini sesuai dengan penelitian The Nofthern Sweden
MONICA Study yang membuktikan bahwa terdapat hubungan linear yang bermakna antara peningkatan kadar TG
dengan peningkatan kadar PAI-1
15.
Trigliserida meningkatkan kadar PAI-1
melalui efek langsung TG pada sel
endotel vaskuler,serta efek
tid ak langsung melalua peningkatan resistensi insulin yang akan meningkatkan insulin puasa. Peningkatan insulin p!asa akan memicu sekresi PAI-1 pada hepatositro.
Analjsis penelitian ini juga mendapatkan hubungan korelasi neg atif bermakna (p=0.000 untuk pria dan p=0,049 untuk wanita) antara kadar kolesterol HDL pada subjek pria maupun wanitia dengan kadar PAI-1 dengan nilai kemaknaan masing-
masing
r = -0.48 dan r = -
0.16.
Pentl"runan kadar HDL pada sindroma metabo
Iik diakibatkan
men ing katn ya
produksi HDL miskin kolesterol ester tapi kayafe High density lipoprotein dengan 20
bentuk demikian menjadi lebih mudah ikata bolisme oleh ginjal sehingga jumlah HDL dalam plasma menurun3l. Penurunan kadar HDL tidak secara langsung meningkatkan kadar pAl-1, akan tetapi melalu i mekanisme peningkatan sitokin proinflamasi. Kadar HDL yang rendah memicu aktjvitas proinflamasi dari beberapa sitokin yang d
kemudian memicu Droduksi PAI-'1 1s Korela si positif bermakna juga
didapatkan pada hubungan antara LP dengan kadar PAI-1 dengan nilai r = 0.685 untuk pria dan 0.533 untuk wanita. Hasil serupa dikemukakan oleh Romano d kk16 yang mengemukakan bahwa terdapat peningkatjan kadar PAll pada
subjek wanita obese dengan nilai kemaknaan p < 0.0001.Ha| ini didukung pula oleh Landin dkklo yang mengemukakan bahwa obesitas sentral berhubungan dengan peningkatan kadar PAI-'1
.
Peningkatan lemak visceral
disamping menghasilkan TG dan sitokin proinflamasi seperti TNF-a yang dapat menyebabkan peningkatan kadar PAI-1 pada hepatosit dan sel endotel, sel lemak inijuga merupakan tempat produksi PAI11,17.
mem
Penelitian oleh Bastelica dkk13 ktikan bahwa lemak visceral
b u
menghasilkan PAI-1 lima kali lebih tinggi
daripada lemak subkutan.
Seh in gga
dengan makln besamya obesilas sentral,
makin tinggi pula kadar
PAll
nya.
Pada analisis hubungan kom pon e n sindroma metabolik dengan kadar PAI-1 yang tingg i, didapatkan bahwa
keseluruhan komoonen sindroma
metabolik yang abnormal berhubungan dengan kadar PAI-1 yang tinggi. Kadar triglaserida yang tingg i mempunyai peluang 2.5 kali lipat dari normal untuk
mendapat kadar PAI-1 yang tinggi. kemudian diikuti obesitas sentral dengan
peluang 1.8 kali lipat dari normat. k in an peningkatan
Tingginya kemung
The Indonesian Joumalof Medical Science Volume 2 No.1 January-March 2OOg
ORIGINAL ARTICLE Sanusi H. Cot relatbn belween component
kadar PAI-1 pada subjek dengan kadar trigliserida tinggi disebabkan oleh karena
trigliserida secara langsung dapat memicu transkripsi dan sekresi PAI-1dari
endotel vaskuler dan pada jaringan
adiposit131e. Hal ini didukung oleh penelitian Banfi dkk yang membuktikan bahwa trigliserida terutama yang banyak mengandung VLDL dan kilomikron dapat memicu transkripsi dan sekresi PAI-1 dari
SIMPULAN
Terdapat hubungan antara berbagai komponen sindroma metabolik dengan kadar PAI-1 yang tinggi, dimana makin banyak ju m lah komponen sindroma metabolik maka makin tinggi kadar PAI- 1 . Diantara komponen sindroma metabolik, kadar trigliserida yang tinggi yang memiliki risiko terbesar untuk
endotel vaskuler dan h epatosit.'?o Sedangkan jika kadar PAI-1 dibagi
memiliki kadar PAI'I yang tinggi
menjadi kuanil. dan dikategofikan tinggi aoabila kadar PAI-1 berada pada kuartil lV dengan kadar antara 28.95-38.8 mlU/ ml, maka berdasarkan analisis statistik didapatkan hasil yang tidak bermakna.
DAFTAR RUJUKAN
Hasil analisis antara
hubungan
komponen sindroma metabolik dengan
'1.
115:623-85.
2.
kadar PAI-1 pada kuartil lV membuktikan
3.
bahwa terdapat faktor lain yang turut
berperan pada peningkatan
disamping komponen
PAI-1
gen 4Gi4G sangat berperan pada
Devaraj S, Rosenson RS, Jialal L Metabolic syndrome: an appraisal of he proinflammatory and procoagulant status. Endocinology and
metabolism clkic of Notlh Ametua. 2004, 33r 431-53.
sindroma
metabolik. Faktor lain yang berperan pada peningkatan kadar PAI-1 yaitu faktor gen, dimana penelitian oleh Fachruddin dkk'?'. Brown dkk". dan de Rekeniere dkk'?3 membuktikan bahwa
Dunn E, Grant PJ. Atherothrombosis and metabdic sFrdrome.Inr Byrne C, Wild S, eds. The netabolc syndrorno. England: J Wiley and Sons Ltd,20051 163-77.
kadar PAI-1 diatas 7 mlu/ml tidak sesuai
dengan hasil analisis antara hubungan komponen sindroma metabolik dengan
Lyon CJ, Hsueh W. Effect of Plasminogen Activator lnhibitor-1 in Diabetes lvlellitus and Cardiovascular Disease Am J Med. 20031
4.
Gru ndy SM. W hat is the contribution of obes ity
to the metabolic syndtome? Endocrinobgy and metabolism clinb of Notth Ameica. 2004',
44t 267 -82.
5.
Ford E, Giles W, Dietz W. Prevalence of the metabolic syndrome among US adults.
peningkatan kadar PAI-1. Penelitian ini juga membqktikan bahwa semakin banyak komponr-ln sind roma metabolik maka semakin,tinggi kadar
PAI-1. Pada kategori 0 komponen,
1
komponen,2 komponen, hingga
5
Finding from the third National and Nutrition Examination Survey. JAMA. 2002: 287 : 356-9 .
6.
Grundy S, Brewor H, Cleeman J, el a/. Definition of metiabolic syndromer Report of the National Heart, Lung, and Blood Institutd
komponen, didapatkan kadar rerata PAI1 yang semakin meningkat, dengan nilai
American Heart Association conference on
kemaknaan r=0.882 dan p=0.000. Hal
C irculatbn.
ini sesuai dengan penelitian
yang
dilakukan oleh Juhan-Vague dkk'?a yang mbmbuktikan bahwa semakin banyak jumlah komponen sind roma metabolik nlaka makin tlnggi kadar PAI- 1.
scientific issues related to definition.
7-
2004. 1 09:
43H.
A, lacoviello L, Capani E et a/. Glucose and insulin indepeudently reducethe fibrindltic potential of humarfvascular s mooth muscle cells in culture. Diabetobgia. 1996, Pandolfi
36. 1425-31
Jhe Indonesian Journalof l\4edical Science Volume 2 No.1 January-March 2009
.
21
ORIGINAL ARTICLE Sanusi H. Corrcktion between component
Kohler H. Insulin resistance syndrome:
17. Grundy S. Obesity l\retabolic Syndrome,
and Cardiovascular Disease.
interaction with coagulation and ftbrinolysis. Swiss Med Wkly. 2002t 1321241-52.
L
Endoc nol Metab.
e Berthet B, ef al Stromal cells are the main plasminogen activator inhibitorl producing cells in human fat: evidence of differences between
visceral and subcutaneous deposits. Afteiosclet Thrcmb Vasc Biol 2002i 22.
K, Stigendal L., Eriksson, E. ot al
Abdominal obesity is associated with impaired fibrinolytjc activity and elevated plasminogen activator inhibitor-'1. Metabolism 19901 39
173-4.
19. Banga J. Coagulation and Fibrinolysis in
1044-4. 11, Skurk
f
D
Lee Y NiculRolfs
T
et a/. Effect
of Angiotensin ll receptor
Blocker
Junan-\bgue In. PAI-1 and the N4etabolic Syndrome: Links, Causes, and
in
syndrcmq lnt J Md Med 2006; 15. Lindahl B, Asplund K, lasson M,
metabolic 181
969-74
efal
Study /nl
J
21. FachruddinA. Peranan Polimoiisme cgen Plasminogen Activator lnhibitor-1 Alel 4G/ 5G dan Status Glikenik terhadapAktivitas
Plasminogen Activatot lnhibitot-1. fulakass ar: Program Pasca Sarjana
M, Guagnano M, Pacini G, ef al Association of Inflammalion l\,larkers with
lmpaired Insulin Sensitivity and Coagulative Actjvation in Obese HealthyWbmen. J Crh Endocinal Metab. 2003; 88r 5321-6.
22
Universitas Hasanuddin, Hasanuddin; 2007.
22. Brown N, Murphey L, Srikuma N, ef a/. lnteractive efiects of PAI-1 genotype and and salt intakem PAfl antigen. Alheroscler Thromb Vasc Biol. 2O01i21: 1071-7.
23. de Rekeniere N, Peila R, Ding J, el ai. Diabetes, hyperglycemia, and inflammatjon. Diab Ca ro. 2006: 29: 1902-08.
Epideniol. 1996,251 291-9.
16. Romano
Very low-
inhibitortype 1 in cultured HepG2 cells. Cii'c Res. 1999: 85r 20&17.
Insulin
Resistance Syndrome and Fibrinol!,tic Activily: The Northefn Sweden MONICA
B efal
transduction and plasminogen activator
13. Epstein FH. PlasminogenActivator tnhibito. type-1 and CoronaryArtery Disease. NE g J Med. 2000;342 1792-9.
Hemostasis alterations
l\4ussoni L, Ris
.
density lipoprotein- mediated signal
Consequences. A,4enoscler Thromb Vasc Biol. 2006,26t 2200-07 .
14. Palomo I, Alarcon M, Carrasco R, et al.
iabetes. Sem yasc M ed. 2O02i 2: 7 5-87
20. Banfi C,
Candesarta on fibrinolysis in patients with nild hypertension. Diabetes Obes Motab. 2004; 6: 56-62 12. Alessi N4-C.
C/1,
'18. Bastelica D, l\4o.ange
Correia M, Hayes W. A Role for Plasminogen
Activator Inhibjior-'l in Obesity: Frdn Pie to PAI. Afteiosclet Thtomb Vasc Biol.2006126: 2183-5. 10. Landin
J
2OO4; 89r 2595-600.
24. Juhan-Vague l, Alessi t\4, l/avriA, el a/. Piasminogen activator inhibitor-1,
TIE lrdongs an Journalof
inflammation, obesity insulin resistance and vascu lar ris k. J lhrom b H aemost. 2003 , 1'.
1575-9.
l\,4edlcal Sclenco Volume 2 No.1 Januarv-March 2009