III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1
Objek Penelitian Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), objek (noun) adalah hal
atau perkara yang menjadi pokok pembicaraan dan dijadikan sasaran untuk diteliti. Sejalan dengan itu, menurut Arikunto (1998) objek penelitian adalah variabel penelitian yang menjadi titik perhatian suatu penelitian, sedangkan subjek penelitian adalah wadah atau tempat dimana variabel penelitian atau titik perhatian itu melekat. Bertitik tolak dari pengertian tersebut, maka objek penelitian ini yaitu mengkaji besaran kontribusi dari faktor harga sapi impor, harga sapi lokal, berat badan sapi, dan jenis kelamin terhadap pemotongan sapi impor di RPH milik Pemerintah Kota Bandung. Subjek penelitiannya adalah seluruh jagal di RPH yang berjumlah 20 orang. 3.2
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling atau judgement sampling. Menurut Sugiyono (2012), pengertian purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan berdasarkan kriteria-kriteria atau pertimbangan tertentu. Adapun kriteria penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah para jagal yang selalu melakukan pemotongan di RPH setiap hari karena ada beberapa jagal melakukan pemotongan dengan waktu yang tidak menentu. Penelitian ini melibatkan subjek yang terbatas, yaitu berjumlah 20 orang pemotong yang terdiri dari 15 orang pemotong RPH Ciroyom dan 5 orang pemotong
24 RPH Cirangrang. Berdasarkan hal tersebut, peneliti menggunakan metode purposive sampling ini diharapkan mendapatkan data yang akurat. 3.2.1
Penentuan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) milik
pemerintah Kota Bandung yaitu RPH Ciroyom dan RPH Cirangrang. Adapun pemilihan RPH ini sebagai tempat penelitian disebabkan RPH tersebut termasuk ke dalam RPH yang berstatus Exporter Supply Chain Assurance System (ESCAS) dan telah disetujui oleh pemerintah Australia melalui Department of Agriculture, Fish and Forestry Australia (DAFF) untuk melakukan pemotongan sapi impor di RPH tersebut. 3.2.2
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.
Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap
unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian (Nawawi & Martini, 1991). Peneliti melakukan observasi ke tempat penelitian sebelum melaksanakan penelitian. Observasi dilakukan untuk mengetahui keadaan tempat penelitian serta pendekatan dengan responden. 2.
Wawancara Disamping observasi, penelitian ini juga melakukan metode wawancara.
Peneliti menggunakan kuesioner sebagai acuan untuk mewawancarai responden. Peneliti mendatangi para pejagal atau konsumen sapi impor di RPH dan menanyakan sesuai pedoman wawancara yang terlampir.
25 3.
Pencatatan Mencatat data dari berbagai sumber informasi atau lembaga yang terkait
dengan penelitian ini, salah satunya dari pihak manajemen Rumah Pemotongsn Hewan (RPH). Teknik pengumpulan data untuk variabel X1, X2, X3, dan X4 terhadap (Y) jumlah pemotongan sapi impor di RPH dilakukan leg data atau jeda waktu. Hal itu dilakukan karena setiap transaksi yang dilakukan jagal dalam membeli sapi pembayarannya akan dilakukan 3-4 hari kemudian. Beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya jeda waktu pembayaran, yakni transaksi awal dimulai dari penimbangan sapi di feedlot bisa mencapai 1 hari lalu malamnya sapi dikirim ke RPH, kemudian besoknya sapi di istirahatkan sambil menunggu para konsumen untuk membeli sapi, sapi yang tersedia di RPH biasanya akan habis 1-2 hari karena tergantung dari permintaan pasar akan daging sapi, akhirnya para jagal baru bisa membayar hutang pembelian sapi kepada perusahaan feedlot pada hari ke-4. Sehingga dilakukan jeda waktu pengambilan data untuk setiap variabel selama 4 hari. Hal itu sesuai dengan pernyataan ekonomi, bahwa keputusan konsumen dalam melakukan pembelian suatu barang didasarkan atas keputusan atau informasi sebelumnya. Prinsip ekonomi tersebut sesuai dengan kejadian di lapangan yang dilakukan oleh para jagal atau konsumen sapi siap potong. Data yang sudah lengkap kemudian dilanjutkan proses analisis data, yakni melakukan input data ke dalam software Microsoft Exel dan SPSS 21.0 untuk di proses dan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemotongan sapi impor di RPH Pemerintah Kota Bandung. Jika data yang masih kurang lengkap, maka
26 peneliti akan melakukan proses wawancara lagi kepada responden sampai mendapatkan data yang lengkap. Setelah analisis data dilakukan, akhirnya akan ditarik kesimpulan penelitian. 3.2.3
Teknik Pengambilan Responden Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan sampel jagal
yang melakukan pemotongan setiap hari di RPH. Kerangka sampel (Sampling frame) dalam penelitian ini meliputi pemotong yang memiliki keterkaitan langsung dengan pemotongan sapi di RPH. Keseluruhan responden berjumlah 20 orang jagal atau konsumen sapi. 3.2.4
Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang dilakukan dalam metode penelitian ini
menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara secara langsung antara peneliti dengan responden di Rumah Potong Hewan (RPH) Ciroyom dan Cirangrang berdasarkan kuesioner yang telah disiapkan. Data sekunder diperoleh dari pihak manajemen RPH dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung. 3.3
Operasionalisasi Variabel Operasionalisasi variabel adalah penjelasan mengenai variabel-variabel yang
terlibat dalam penelitian sehubungan dengan model analisis yang digunakan (Paturochman, 2005). Dari permasalahan yang di ungkap, maka variabel yang akan di ukur sebagai berikut:
27 1.
Pemotongan Sapi Impor (Y) Pemotongan sapi impor adalah jumlah sapi yang dipotong oleh jagal atau
konsumen sapi. Jumlah pemotongan ini bisa mengindikasikan permintaan sapi impor oleh pemotong. Pemotongan sapi yang dihitung dalam satuan ekor selama dua bulan atau 61 hari. 2.
Berat badan sapi (X1) Berat badan sapi yaitu satuan berat tubuh sapi sebelum disembelih yang
dihitung berdasarkan satuan berat kilogram per ekor (Kg/ekor) 3.
Harga sapi impor siap potong (X2) Harga sapi impor siap potong diperoleh atas dasar harga sapi yang dibeli oleh
pemotong sapi yang dihitung dalam satuan (Rp/Kg Berat Hidup). 4.
Harga sapi lokal siap potong (X3) Harga sapi lokal siap potong diperoleh atas dasar harga sapi yang dibeli oleh
pemotong sapi yang dihitung dalam satuan (Rp/Kg Berat Hidup). 5.
Jenis kelamin sapi (X4) Jenis kelamin sapi adalah kecenderungan konsumen memilih dan memotong
sapi betina atau jantan. Perhitungannya dilakukan dengan pengkodean variabel dummy, yaitu: - Sapi impor berjenis kelamin jantan diberi kode 1 - Sapi impor berjenis kelamin betina diberi kode 0 6.
Sapi siap potong adalah sapi impor dan sapi lokal siap potong yang tersedia di RPH dan dibeli oleh para jagal dari bandar untuk dilakukan pemotongan.
28 7.
Jagal adalah konsumen sapi siap potong yang tersedia di RPH dan salah satu mata rantai distribusi daging sapi yang berperan sebagai pemasok utama daging sapi ke pasar.
3.4
Analisis Data Berdasarkan identifikasi masalah, maka analisis data yang digunakan adalah
sebagai berikut: 1.
Untuk melihat besaran kontribusi dari tiap-tiap variabel yang mempengaruhi
jumlah pemotongan sapi impor digunakan analisis fungsi regresi berganda non linier yang secara matematik dapat dituliskan fungsinya sebagai berikut: Y = X1b1 X2b2 X3b3 X4b4 eui ……………………………….………..(3.1) Fungsi regresi berganda adalah persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel dependen, yang dijelaskan (Y) dan yang lain disebut variabel independen, yang menjelaskan (X). Penyelesaian hubungan antar Y dan X adalah biasanya dengan cara regresi dimana variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X. Untuk memudahkan pendugaan, maka persamaan tersebut diubah menjadi bentuk regresi berganda linier dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut dan dapat dituliskan sebagai berikut : ln Y = ln a + b1 ln X1+ b2 ln X2 + b3 ln X3 + b4 ln X4 + u …………..(3.2) Dimana
Y
= Pemotongan sapi impor (Ekor)
a
= Intersep (Konstanta)
bi
= Koefisien untuk setiap variabel Xi ( i = 1,2,3,4)
29 X1
= Berat badan sapi (Kg / ekor)
X2
= Harga sapi impor siap potong (Rp / Kg Berat Hidup)
X3
= Harga sapi lokal siap potong (Rp / Kg Berat Hidup)
X4
= Dummy Jenis kelamin sapi Kode Jantan: 1
Betina: 0
a,b
= koefisien yang akan diduga
u
= Kesalahan (disturbance term)
e
= logaritma natural, e=2,718
Pada hasil regresi yang dilakukan, ada beberapa besaran statistik yang perlu diketahui yaitu: 1.
Matriks korelasi, untuk melihat ada tidaknya auto-korelasi yang serius
2.
Ada tidaknya korelasi serial yang serius, dapat dilihat dari nilai DurbinWatson
3.
Uji F, apakah variabel X “nyata” terhadap Y
4.
Koefisien determinasi, R2
5.
Koefisien regresi, apakah sesuai dengan teori dan logik R
6.
Apakah uji t terhadap masing-masing koefisien regresi adalah “nyata” pada taraf kepercayaan tertentu.
Pengujian kekuatan (hubungan) model terhadap asumsi klasik, diantaranya uji multikolinieritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskeditas. Penjelasan mengenai uji klasik sebagai berikut:
30
Multikolinieritas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak terjelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya masalah multikolonieritas adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, 2013).
Heteroskeditas Heteroskeditas adalah pelanggaran asumsi dimana setiap varian kesalahan pengganggu dari variabel bebasnya tidak konstan dari waktu ke waktu. Heteroskeditas dapat dideteksi dengan pendekatan grafik membentuk pola tertentu maka diakatakan heteroskeditas, jika titik-titik persebarannya menyebar merata dan tidak membentuk pola tertentu maka dikatakan tidak ada masalah heteroskeditas.
Autokorelasi Uji ini bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk mengetahui adanya autokorelasi dapat digunakan cara uji Durbin-Watson (DW test).
31 Tabel 1. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi Pengertian
Jika
Tidak ada autokorelasi positif
0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif
dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negatif
4 - dl < d < 4
Tidak ada korelasi negatif
4 – du ≤ d ≤ 4 - dl
Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif Sumber: Ghozali, 2013
du < d < 4 - du
Adapun pengujian statistiknya digunakan Uji-F dan Uji-t, penjelasannya sebagai berikut : a.
Uji-F Uji F-statistik ini digunakan untuk menguji signifikansi dari seluruh variabel
bebas sebagai suatu kesatuan atau mengukur pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel tidak bebasnya. Hipotesa yang dilakukan adalah: H0 : 1 = 2 = 3 = 4 = 0, berarti tidak ada satupun variabel bebas secara simultan mempengaruhi pemotongan atau permintaan sapi impor. H0 : 1 = 2 = 3 = 4 ≠ 0, berarti lebih dari satu variabel bebas secara simultan mempengaruhi pemotongan atau permintaan sapi impor. Hasil pengujian dengan tingkat signifikansi 95% dengan derajat kebebasan (df) = n-k (n = Jumlah observasi dan k = jumlah parameter), maka akan menunjukan :
32
H0 ditolak apabila nilai F-hitung > F-tabel, yang berarti berat badan sapi, harga sapi impor, harga sapi lokal, dan dummy jenis kelamin secara simultan berpengaruh nyata terhadap permintaan sapi impor di RPH.
H0 diterima apabila nilai F-hitung < F-tabel, yang berart berat badan sapi, harga sapi impor, harga sapi lokal, dan dummy jenis kelamin secara simultan tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan sapi impor di RPH.
b.
Uji-t Dalam pengujian secara parsial digunakan uji t-satistik, uji ini digunakan
untuk menguji pengaruh berat badan sapi, harga sapi impor, harga sapi lokal, dan dummy jenis kelamin secara parsial berpengaruh terhadap pemotongan sapi. Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut: 1.
H0 : 1 = 0, berarti berat badan sapi tidak mempengaruhi permintaan sapi impor. H0 : 1 ≠ 0, berarti berat badan sapi mempengaruhi permintaan sapi impor.
2.
H0 : 2 = 0, berarti harga sapi impor tidak mempengaruhi permintaan sapi impor. H0 : 2 ≠ 0, berarti harga sapi impor mempengaruhi permintaan sapi impor.
3.
H0 : 3 = 0, berarti harga sapi lokal tidak mempengaruhi permintaan sapi impor. H0 : 3 ≠ 0, berarti harga sapi lokal mempengaruhi permintaan sapi impor.
4.
H0 : 4 = 0, berarti dummy jenis kelamin tidak mempengaruhi permintaan sapi impor.
33 H0 : 4 ≠ 0, berarti dummy jenis kelamin mempengaruhi permintaan sapi impor. Derajat kebebasan (df) = n-k (n = Jumlah observasi dan k = jumlah parameter), maka hasil pengujian akan menunjukan:
H0 ditolak, apabila | t-tabel | < t-hitung yang berarti, berat badan sapi, harga sapi impor, harga sapi lokal, dan dummy jenis kelamin secara parsial berpengaruh terhadap pemotongan atau permintaan sapi impor di RPH.
H0 diterima, apabila | t-tabel | ≥ t-hitung yang berarti, berat badan sapi, harga sapi impor, harga sapi lokal, dan dummy jenis kelamin secara parsial tidak berpengaruh terhadap pemotongan atau permintaan sapi impor di RPH.
2.
Untuk melihat faktor yang paling berpengaruh terhadap pemotongan sapi
impor di RPH Pemerintah Kota Bandung dihasilkan dari standardized Coefficients Beta. Standar koefisien beta adalah koefisien parameter regresi dari standardized variables. Standardized variables adalah variabel-variabel yang datanya telah di stadardisasi dengan standar deviasi masing-masing variabel, sehingga dapat membandingkan secara langsung antar variabel independen dalam pengaruhnya terhadap variabel dependen (Gujarati, 2003). Jadi, masing-masing variabel independen yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen dapat dilihat dari besar kecilnya nilai koefisien beta pada tabel hasil proses SPSS.