h
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Makna Pemakaian Jilbab(Di SMA Negeri 1 Tamiag Hulu Kabupaten Aceh Tamiang) MEANING OF USE VEIL (In SMA Negeri 1 Tamiang Hulu Kabupaten Aceh Tamiang)
Nurhasanah1), Firdaus2) ProgramStudi Ilmu SosiologiFakultas FISIP, Universitas Syiah Kuala Email
[email protected]
ABSTRAK- Makna merupakan bentuk respons dan stimulus yang diperoleh pemeran (individu) dalam komunikasi sesuai dengan asosiasi maupun hasil belajar yang dimilikinya. Dalam agama Islam jilbab dianggap menjadi sebuah identitas perempuan muslim dan diwajibkan bagi perempuan muslim memakai jilbab. Tujuan penelitian ini pertama untuk mengetahui motivasi siswi SMA Negeri 1 Tamiang Hulu dalam menggunakan jilbab, kedua mengetahuai makna jilbab bagi siswi SMA Negeri 1 Tamiang Hulu, ketiga mengetahui dampak penggunaan jilbab bagi siswi SMA Negeri 1 Tamiang Hulu. Penelitian ini menggunakan teori Interaksionisme Simbolik Geoogre Herbert Blumer.Jenis penelitian yang digunakan pendekatan deskriptif kualitatif dimana yang menjadi informan kunci adalah siwi SMA Negeri 1 Tamiang Hulu dan informan pendukung adalah Guru-guru SMA Negeri 1 Tamiang Hulu.Hasil penemuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat dua kategori makna jilbab yang ada di lingkungan SMAN Negeri 1 tamiang Hulu.Pertama, jilbab sebagai identitas agama.Motivasi yang didapat dari lingkungan keluar mendorong mereka untuk menggunakan jilbab sesuai syariat Islam.Dampak yang terlihat yaitu timbulnya kesadaran mereka untuk menggunakan jilbab bukan hanya di lingkungan sekolah saja melainkan di luar sekolah maupun rumah. Kedua jilbab sebagai identitas fashion.Motivasi yang mereka dapatkan dari teman membuat merweka menjadi ikut-ikutan meniru fashion yang sedang trendy. Berjilbab bagi siswi berada dalam sebuah proses perjalanan waktu yang juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial yang membentuknya. Saran Kepada siswi SMAN 1 Tamiang Hulu hendaknya patuh terhadap peraturan yang ada di sekolah, tanpa harus memodifikasi busana yang digunakan. Kepada pihak sekolah hendaknya harus lebih tegas lagi dalam mendidik siswi untuk mengikuti aturan sekolah yang telah disepakati.Kepada pihak orang tua murid seharusnya memberikan dukungan kepada sekolah, agar pihak sekolah lebih mudah mendidik dan mengajarkan murid berprilaku baik dan mematuhi aturan sekolah. Kata Kunci: Makna, Motivasi, Jilbab
ABSTRACT -Meaning a form of stimulus and response obtained actors (people) in a communication in accordance with the association and its learning outcomes. In Islam the Corresponding Author :
[email protected]
JIM FISIP Unsyiah: agb, Vol.1. no.1.januari 2017: 1-11
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
headscarf is considered to be an identity of Muslim women and Muslim women are required to wear the hijab. The first aim of this study to determine the motivation of SMA Negeri 1 Tamiang Hulu within the veil, the hijab means to know SMA Negeri 1 Tamiang Hulu, third determine the impact of wearing the veil for SMA Negeri 1 Tamiang Hulu. This study uses the theory of Symbolic interactionism Geoogre Herbert Blumer.Jenis research used a qualitative descriptive approach which is a key informant was siwi SMA Negeri 1 Tamiang Hulu and informants supporters are teachers SMAN 1 Tamiang Hulu. The findings of this study indicate that there are two categories of hijab in the environment SMA Negeri 1 Tamiang Hulu. First, the veil as a religious identity. Motivation obtained from the neighborhood came out to encourage them to use Shari'a compliant Islamic headscarf. The impact is seen that awareness raising them to use the hijab is not just in the school environment alone but outside the school and the home. Both the head scarf as a fashion identity. Motivation they get from friends makes merweka into the bandwagon mimic being trendy fashion. Veiling for girls are in a process of passage of time which is also influenced by the social environment that shape it. Suggestions To SMAN 1 Tamiang Hulu should adhere to the rules in school, without having to modify the clothes used. To the school should have to be more assertive in educating students to follow school rules that have been agreed. To the parents should provide support to the school, that the school is easier to educate and teach the pupils behave well and abide by school rules. Keywords: Meaning, Motivation, Hijab PENDAHULUAN Jilbab merupakan salah satu identitas wanita muslim. Jilbba yang berarti pakain yang luas dan lapang dan dapat menutup aurat perempuan, kecuali muka dan telapak tangan hingga pergelangan saja yang ditampakkan. Di Indonesia, beberapa dekade yang lalu keberadaan jilbab belum dianggap sebagai hal yang umum untuk diperbincangkan, karena hanya menjadi bagian dari kajian agama. Dahulu jilbab hanya digunakan pada tempat, waktu, dan momen tertentu yang berkaitan dengan ritual keagamaan, seperti shalat ke masjid, perayaan Idul Fitr atau Idul Adha, melayat dan pengajian.Saat itu mode jilbab tidak menjadi trend fashion tertentu. Jilbab yang ada dianggap mewakili suatu identitas muslim yang taat (Alfathri Adlin, 2006:371). Pemakaian jilbab di kalangan remaja Aceh Tamiang, khususnya pada siswi SMAN1 Tamiang Hulu masih terlihat jarang yang menggunakan jilbab pada saat diluar sekolah, mereka menggunakan jilbab hanya pada saat di sekolah maupun pergi pengajian. Sekarang dengan diberlakukannya syariat Islam dan munculnya fenomena trend model jilbab yang terus berkembang dalam dunia fashion membuat para siswi memilih menggunakan jilbab pada saat di luar sekolah dan saat berpergian. Dari observasi awal yang peneliti dapatkan dari lapangan, bahwa siswi SMAN1 Tamiang Hulu menggunakan seragam putih dengan berbagai macam model sesuai keinginan mereka masing-masing, misal model kurung panjang, model kemeja panjang dan model kemeja pendek. Terlihat bahwa mereka begitu ingin tampil fashionabel. Pada zaman modernisasi jilbab kini telah menjadi trend fashion.Sekarang telah banyak trend terbaru dalam pemakaian jilbab. Munculnya produk jilbab secara besarCorresponding Author :
[email protected]
JIM FISIP Unsyiah: agb, Vol.1. no.1.januari 2017: 1-11
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
besaran melahirkan beragam model, sehingga nama dan istilah untuk jilbab diidentifikasi berdasarkan modelnya. Perkembangan model jilbab ini juga tidak luput dari pengaruh media massa yang mengenalkan kepada masyarakat tentang munculnya berbagai model dalam hal bentuk dan cara pemakaian jilbab. Dalam hal ini siswi SMA atau para remaja saat ini telah mengikuti model dalam berpakaian yaitu berjilbab, mereka meniru para public figure.Gejolak para remaja yang belum mempunyai tanggung jawab, membuat mereka membeli barang-barang yang lagi trendy saat ini tak terkecuali jilbab. Kess Van Dijk mengatakan bahwa fashion adalah salah satu bagian dari seluruh rentang penandaan yang paling jelas dari penampilan luar, yang dengannya orang menempatkan diri mereka terpisah dari yang lain dan diidentifikasi sebagai suatu kelompok tertentu. Dalam setiap era, penampilan tubuh manusia melalui pakaian, dandanan, dan tingkah laku membuat pernyataan yang kuat tentang kelas, status, dan gender (Idi Subandy Ibrahim,1996:103). Dewasa ini dunia modernisasi telah merubah makna jilbab menjadi tidak sejalan dengan apa yang diajarkan agama. Beberapa remaja yang mengenakan jilbab tanpa memperhatikan rambu-rambu yang jelas tentang aturan memakai jilbab sebagaimana terdapat dalam syariat Islam.Fenomena tersebut mengandung pertanyaan besar jika dihubungkan dengan batasan berpakaian di dalam ajaran Islam. Dengan munculnya fenomena model jilbab yang marak dalam masyarakat saat ini, siswi SMA atau para remaja ini tidak akan lepas dari arus perkembangan model jilbab tersebut. Maka penulis tertarik mengadakan penelitian yang mengangkat judul “ Makna Pemakaian Jilbab ( Studi di SMA Negeri 1 Tamiang Hulu)”. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini menggunkan teori Interaksionisme Simbolik. Konsep teori interaksi simbolik ini diperkenalkan oleh Herbert Blumer sekitar tahun 1939. Dalam lingkup sosiologi, ide ini sebenarnya sudah lebih dahulu dikemukakan George Herbert Mead, tetapi kemudian dimodifikasi oleh Blumer guna mencapai tujuan tertentu. Karakteristik dasar ide ini adalah suatu hubungan yang terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu. Interaksi yang terjadi antar individu berkembang melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan. Sejalan dengan pemikiran Mead dalam Ritzer (2004:271) mengemukakan interaksionisme simbolik dengan asumsi dasarnya yaitu Mind (pikiran), Self (diri), dan Society (masyarakat). Kemudian Herbert Blumer berusaha mengembangkan kembali interaksionisme simbolik Mead. Bagi Blumer interaksionisme simbolik memiliki tiga pokok pikiran yaitu: Pertama, bahwa manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning). Kedua, makna itu berasal dari interaksi sosial seseorang dengan sesamanya. Ketiga, makna itu diperlukan atau diubah melalui proses penafsiran (interpretative proses), yang digunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya (Wirawan,2012:115) . Makna yang merupakan bentuk responsi dari stimulus yang diperoleh pemeran (individu) dalam komunikasi sesuai dengan asosiasi maupun hasil belajar yang Corresponding Author :
[email protected]
JIM FISIP Unsyiah: agb, Vol.1. no.1.januari 2017: 1-11
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
dimilikinya. Makna yang muncul dari interaksi tersebut tidak begitu saja diterima seseorang, kecuali setelah individu itu melakukan penilaian dan pertimbangan terlebih dahulu. Blumer dalam Poloma (2013:261) menjelaskan bahwa tindakan manusia bukan disebabkan oleh beberapa “kekuatan luar” dan bukan pula dari” kekuatan dalam”, melainkan individu sendiri yang membentuk objek-objek itu, individu sebenarnya sedang merancang objek-objek yang berbeda, memberikannya arti, menilai kesesuainnya dengan tindakan, dan mengambil keputusan berdasarkan penilaian tersebut. Dan inilah yang disebut oleh Blumer dengan penafsiran atau bertindak berdasarkan simbol-simbol. Interaksi simbolik yang bercirikan sikap (attitude) dan arti (meaning). Selain itu dalam hal ini interaksi simbolik juga berorientasi pada diri atau pribadi (personality). Yang mana Blumer selanjutnya menentukan sebuah premis bahwa manusia memiliki kedirian (self). Ia dapat membuat dirinya sebagai objek dari tindakannya sendiri. Tindakan manusia penuh dengan penafsiran dan pengertian. Seperti yang di tulis oleh Blumer (1969:15) dalam Poloma (2013,265) bahwa pada dasarnya tindakan manusia terdiri dari pertimbangan atas berbagai hal yang diketahuinya dan melahirkan serangkaian kelakuan atas dasar bagaimana mereka menafsirkan hal tersebut. Hal-hal yang dipertimbangkan itu mencakup berbagai masalah seperti keinginan dan kemauan, tujuan dan sarana yang tersedia untuk mencapainya, serta tindakan yang diharapkan dari orang lain. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Tamiang Hulu. Alasan dipilihnya lokasi ini, karena ditemukan fenomena keberagaman dalam menggunakan model seragam putih ( yaitu ada yang memakai seragam putih dengan model kurung dan model kemeja) dan penggunaan jilbab pada siswi SMA itu sendiri yang menjadi subyek penelitian di lokasi tersebut. Peneliti bertujuan untuk mengetahui motivasi dan pandangan mereka dalam memaknai pemakaian jilbab yang terdapat di lokasi tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu penelitian yang memberikan gambaran secara cermat mengenai individu atau kelompok tertentu tentang keadaan dan gejala yang terjadi (Koentjraningrat, 1993:89). Selanjutnya dengan kata lain peneliti akan memberikan gambaran secara cermat tentang makna pemakaian jilbab pada siswi SMA Negeri 1 Tamiang Hulu. Adapun informan dalam penelitian ini adalah orang yang paham dan mengerti tentang permasalahan penelitian ini. Peneliti menggunakan metode purposive (bertujuan) untuk memperoleh subjek penelitian. Metode purposive sampling adalah pemilihan siapa subjek yang ada dalam posisi terbaik untuk memberikan informasi yang dibutuhkan (Ulber Silalahi,2012:272). Peneliti memilih sampel berdasarkan penilaian atas karakteristik anggota sampel yang dengannya diperoleh data yang sesuai dengan maksud penelitian. Berdasarkan kriteria tersebut maka informan ddalam penelitian ini terdiri dari : 1. Informan kunci yang terdiri dari 3 orang siswi kelas X (10), 4 orang siswi kelas XI (11), dan 3 orang siswi kelas XII (12) SMA Negeri 1 Tamiang Hulu. Corresponding Author :
[email protected]
JIM FISIP Unsyiah: agb, Vol.1. no.1.januari 2017: 1-11
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
2. Dan beberapa informan pendukung yaitu, 2 orang guru dan wakil kepala sekolah SMAN 1 Tamiang Hulu. Kemudian dalam penelitian ini peneliti mengambil 2 sumber penelitian yaitu 1. Data Primer, sumber data primer ini peneliti dapatkan dari data yang diperoleh secara langsung melalui wawancara dan pengamatan. Wawancara tersebut dilakukan terhadap subjek penelitian dan informan. 2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari lembaga atau institusi tertentu (Bagong Suyanto dan Sutinah, 2005:55). Sumber data sekunder diperoleh dari catatan, literatur, artikel dan tulisan ilmiah yang relevan dengan topik penelitian yang dilakukan. Data yang didapatkan dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui beberapa metode yaitu: 1. Observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Maka dalam hal ini pengamatan yang dilakukan terhadap penampilan maupun aktivitas yang dilakukan oleh para siswi yang memakai jilbab. Selain itu pengamatan dilakukan untuk melihat tingkah laku, sikap dari pengguna jilbab, khususnya yang berada di lokasi penelitian.Hal tersebut dilakukan untuk memahami makna tindakan dari para informan yang menggunkan jilbab. 2. Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancarn (Arikunto (2010:155). Adapaun tehnik wawancara yang digunakan bersifat tidak terstruktur dengan melibatkan beberapa informan sebagai subjek. Pewawancara dalam wawancara tak tertruktur hanya mempunyai satu daftar topik atau isu yang disebut sebagai interview guide. Interview guide merupakan pedoman wawancara yang sebagai penuntun bagi peneliti dalam mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka, sehingga dapat memberi kebebasan bagi informan untuk menyampaikan pendapatnya (Nazir;2011:194). 3. Dokumentasi sebagai pendukung dalam penelitian dilakukan melalui studi dokumentasi atau berasal dari data sekunder yang sebagai sumber data tertulis dengan menelusuri dan menganalisis terhadap beberapa studi kepustakaan yang pernah dilakukan terkait dengan topik penelitian. Pada penelitian ini tahap-tahap teknik analisi data yang dilakukan peneliti adalah: 1. Proses pengumpulan data mulai dilakukan ketika peneliti malakukan observasi maupun wawancara dengan informan, baik yang menjadi subjek penelti utama maupun yang pendukung. Data yang dikumpulkan dapat berupa fenomena, katakata, foto atau perilaku keseharian yang diperoleh peneliti selama penelitian berlangsung. 2. Reduksi data peneliti gunakan untuk menganalisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu serta memberikan Corresponding Author :
[email protected]
JIM FISIP Unsyiah: agb, Vol.1. no.1.januari 2017: 1-11
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
gambaran yang lebih tajam tentang pemaknaan jilbab di sisiwi SMA Negeri 1 Tamiang Hulu sampai menemukan kesimpulan-kesimpulan yang dapat ditarik dan diverifikasi. 3. Penarikan kesimpulan atau Verifikasi didasarkan pada reduksi data, dan penyajian data yang merupakan jawaban atas masalah keberagaman pemakaian jilbab yang kemudian mendiskripsikan tentang pemaknaan jilbab di kalangan siswi SMA Negeri 1 Tamiang Hulu. Verifikasi yang telah dilakukan dan hasilnya diketahui, memungkinkan kembali peneliti menyajikan data yang lebih baik. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dari observasi peneliti di SMA N 1 Tamiang Hulu, terdapat siswi yang berpenampilan tidak terlalu ketat dan juga tidak longgar (lebar) dalam hal berbusana dan menggunakan jilbab di lingkungan sekolah.Namun disini penulis menemukan adanya perbedaan dalam mode seragam putih abu-abu yang siswi pakai. Peneliti menemukan beberapa siswi yang terlihat trendy, memakai baju putih dengan mode kemeja yang sepanjang pinggul dan rok lipi-lipit (biku-biku).Dan terdapat beberapa siswi yang memakai baju mode kurung sepanjang pinggul serta mode baju kurung sepanjang paha.Kemudian jilbab yang mereka pakai juga berbeda-beda, ada yang tebal dan tipis dan terdapat simbol di jilbabnya, namun ada juga beberapa yang tidak terdapat simbol di jilbabnya. Maka disini peneliti membagi menjadi dua motif yang memotivasi siswi dalam pemakaian jilbab yang kemudian memberikan makna tersendiri bagi setiap siswi SMAN 1 Tamiang Hulu. 1. Jilbab sebagai Identitas Agama Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa jilbab merupakan bagian dari kewajiban dalam agama Islam, sehingga jika seseorang menggunakan jilbab umumnya didasarkan pada upaya menjalankan kewajiban agama. Demikian pula halnya yang diutarakan oleh siswi di lingkungan SMAN 1 Tamiang Hulu. Aturan sekolah yang mewajibkan para siswinya menggunakan jilbab dan berpakaian sopan juga merupakan salah satu alasan para siswi menggunakan jilbab pada saat di sekolah. Berjilbab pada hakekatnya merupakan refleksi dari praktek syariah Islam dalam persoalan menutup aurat. Dalam hal ini terdapat perbedaan makna dalam memahami kewajiban berjilbab dan batasan aurat, sehingga melahirkan model busana dan jilbab yang berbeda pula. Melalui model busana dan jilbab yang digunakan para siswi saat ini sekaligus dapat mencerminkan ajaran Islam yang ingin dijalankan siswi yang mengenakan jilbab sesuai dengan standar-standar syariah, misalnya tidak hanya menutup rambut dan kepala, tapi juga mengulurkan jilbabnya sampai ke dada, dan menggunakan busana yang longgar. Siswi yang menggunakan busana dan jilbab seperti ini juga akan berhati-hati bergaul oleh sesama lawan jenis di lingkungan sekolah. Sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Blumer bahwa individu sebenarnya sedang merancang objek-objek yang berbeda, memberinya arti, menilai kesesuaiannya dengan tindakan, dan mengambil keputusan berdasarkan penilaian tersebut yang dapat disebut sebagai penafsiran atau bertindak berdasarkan simbol-simbol. Corresponding Author :
[email protected]
JIM FISIP Unsyiah: agb, Vol.1. no.1.januari 2017: 1-11
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Para siswi mengambil keputusannya masing-masing dalam hal model busana dan pemakaian jilbab yang mereka inginkan sesuai dengan tindakan dan prilaku mereka seharihari baik disekolah maupun di luar sekolah. Cara pemakain jilbab yang mereka terapkan disekolah dengan beragam model busana dan jilbab yang mereka gunakan terjadi karena adanya hubungan interpersonal yang telah dibangun dengan sesama teman, sehingga berpengaruh terhadap prilaku mereka. Seseorang yang dapat mengarahkan orang lain untuk melakukan tindakan yang tidak hanya bersifat subjektif tetapi sekaligus melekatkan ikatan emosional dan nilai etika dalam proses interaksi sosialnya. Dalam hal ini terdapat peran dari teman dalam proses pengambilan keputusan dari informan untuk mengikuti model busana dan cara pemakaian jilbab yang mereka dapatkan dari teman tersebut. Yang menyatakan bahwa aktor memilih, memeriksa, berpikir, mengelompokkan dan mentransformir makna dalam hubungannya dengan situasi dimana ditempatkan dan arah tindakannya (Blumer dalam Wirawan, 2012:115) 2. Jilbab sebagai Identitas fasyen (Fashion) Jilbab kini telah menjadi sebuah identitas fashion dan jilbab kini merupakan salah satu produk modernisasi. Jilbab telah menjadi bagian kehidupan yang telah melekat dalam kehidupan sehai-hari, bukan lagi hanya sebagai sesuatu yang aneh. Dalam konteks ini simbolik jilbab menjadi penanda yang berupa simbol identitas agama, etnis maupun status sosial. Oleh karena itu, penggunaan jilbab saat ini juga menjadi bagian dari ekspresi seseorang yang dapat membebaskan dari unsur keseragaman, sehingga kemudian melahirkan beragam model dan cara berjilbab, tergantung menurut selera para siswi masing-masing. Peneliti menemukan beberapa siswi yang menggunakan jilbab dengan bentuk loncong keatas, sehingga sedikit menampakkan rambutnya. cara pemakaian yang seperti itu, mereka dapatkan dari hasil interaksi sosial dengan teman. Motivasi mereka menggunakan model jilbab seperti itu, atas dasar ingin terlihat sebagai siswi yang trendy, atau hanya sekedar ikut-ikutan teman. Jilbab memiliki arti yang tidak hanya bersifat teologis, namun juga diwarnai oleh aspek sosial, budaya, ekonomi dan fashion. Awalnya jilbab memiliki makna tentang kepatuhan dan ketaatan kepada syariat Islam dan simbol praktek keagamaan, namun selain itu jilbab kini telah dihiasi oleh nuansa ekonomi maupun dari gaya hidup. Di lingkungan SMAN 1 Tamiang Hulu penggunaan jilbab juga sebagai refleksi dari simbol identitas agama yang melekat dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga dipengaruhi oleh aspek ekonomi maupun bagian dari cara pemakaian atau model yang sedang berkembang saat ini. Hal ini dapat dilihat dari munculnya beragam jenis atau model dan cara menggunakan jilbab yang dilakukan oleh beberapa siswi. Dalam konteks yang demikian, jilbab menjadi bergeser dari simbol ketaatan terhadap syariah kini menjadi bagian dari simbol perubahan sosial. Dalam hal seragam yang mereka gunakan di dalam lingkungan sekolah juga memiliki model yang berbeda. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan, menyimpulkan bahwa terdapat beberapa siswi yang menggunakan seragam dengan model kemeja dan Corresponding Author :
[email protected]
JIM FISIP Unsyiah: agb, Vol.1. no.1.januari 2017: 1-11
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
model baju kurung yang sengaja mereka kecilkan ukurannya. Siswi dalam kategori tersebut yang peneliti temukan terlihat sangat mengerti akan dunia fashion yang sedang berkembang. Merujuk pada pendapat Simmel mengatakan bahwa fashion adalah suatu bentuk hubungan sosial yang mengizinkan orang-orang yang ingin menyesuaikan diri dengan tuntutan kelompok untuk berbuat demikian. Fashion membuat norma-norma yang dapat di langgar orang-orang untuk ingin tampil induvidualistik. Seperti yang peneliti temukan dalam lapangan. Dalam kategori jilbab fashion ini, terlihat beberapa siswi yang sangat mengikuti perkembangan model busana yang sedang trend di kalangan remaja. Pergaulan mereka juga tampak terlihat lebih aktif dan terbuka pada siapa saja. Pada saat wawancara, peneliti menemukan salah satu informan yang terlihat lebih cenderung induvidualis, “suka-suka” aturan yang diterapkan oleh sekolah juga terkadang diabaikannya. Mayoritas siswi memodifikasi model seragam sesuai keinginan mereka masingmasing, banyak diantara mereka menggunakan seragam dengan model kemeja dan baju kurung dengan ukuran kecil (ketat), serta cara pemakaian jilbab yang juga memiliki model dan bentuk yang berbeda. Menurut beberapa informan, menutup aurat juga tidak seluruhnya dengan model yang seragam (sama) dan terlihat kaku. Dalam hal ini peran dunia industri sangat berpengaruh terhadap perkembangan jilbab saat ini, sehingga membuat para remaja ataupun wanita muslim untuk tidak segan atau canggung lagi menggunakan jilbab. Dengan banyaknya pilihan model jilbab yang disediakan oleh dunia industri membuat siswi termotivasi untuk menggunakan jilbab sesuai dengan fashion mereka masing-masing. Dampak Pemakaian Jilbab Bagi Siswi 1. Dampak Positif a. Munculnya kesadaran untuk menggunakan jilbab, yang tidak hanya di gunakan pada saat di sekolah saja melainkan di luar sekolah atau rumah. b. Dengan di berlakukannya Syariat Islam khususnya di Aceh, membuat para siswi untuk lebih semangat menggunakan jilbab di luar sekolah ataupun rumah. c. Membuat mereka sadar tentang kewajiban berbusana muslim yang dapat melindungi diri dari hal-hal yang tidak baik atau gangguan dari lawan jenis. 2. Dampak Negatif Para siswi yang memaknai jilbab sebagai suatu produk fashion yang sedang trend, dapat mengubah mereka menjadi remaja yang konsumtif yang terus membeli beragam model jilbab yang sedang trend di kalangan masyarakat. Siswi dalam hal ini juga terlihat lebih fashion dan modern dalam hal busana, seperti menggunakan celana dan memakai baju kemeja. Siswi dalam hal ini senang tampil trendy dan mengikuti perkembangan fashion. KESIMPULAN DAN SARAN Corresponding Author :
[email protected]
JIM FISIP Unsyiah: agb, Vol.1. no.1.januari 2017: 1-11
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat dua kategori tentang pemaknaan jilbab yang peneliti dapatkan di lingkungan SMAN 1 Tamiang Hulu yaitu jilbab sebagai identitas agama dan jilbab sebagai identitas fashion. Siswi yang memaknai jilbab sebagai identitas agama mengartikan bahwa jilbab merupakan suatu kewajiban agama Islam untuk menutup aurat dan berbusana longgar. Sedangkan siswi yang memaknai jilbab sebagai identitas fesyen (fashion), mereka mengapresiasikan diri lewat jilbab dan model busana yang tampil beda didalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.Mereka memodifikasi model busana sesuai keinginan mereka, yang terlihat menjadi lebih kecil. Motivasi mereka menggunakan pakaian dan jilbab dengan berbagai model dan cara pemakaiannya didapat dari lingkungan keluarga, teman dan media sosial. Gaya berbusana dan pemakaian jilbab yang mereka gunakan merupakan hasil dari perkembangan dunia fashion yang ada di kalangan remaja SMA. Interaksi sosial dengan sesama teman membuat mereka menjadi ikut-ikutan meniru fashion yang sedang trend. Lingkungan teman bermain dalam hal ini sangat mempengaruhi tindakan mereka dalam memaknai pemakaian jilbab. Dampak positif yang di dapat dari penggunaan jilbab pada siswi SMAN 1 Tamiang Hulu yaitu, mereka jadi lebih memahami tentang kewajiban untuk menutup aurat sesuai dengan syariah Islam. Timbulnya kesadaran mereka untuk menggunakan jilbab bukan hanya di sekolah saja, melainkan saat di luar sekolah maupun rumah untuk menggunakan jilbab.
1. 2. 3.
4.
SARAN Siswi SMAN 1 Tamiang Hulu hendaknya patuh terhadap peraturan yang ada disekolah, tanpa harus memodifikasi busana yang mereka gunakan.. Pihak sekolah hendaknya harus lebih tegas lagi dalam mendidik siswi untuk mengikuti aturan sekolah yang telah disepakati. Pihak sekolah hendaknya membuat suatu kegiatan keagamaan ataupun membentuk suatu komunitas Rohis, sehingga dapat menumbuhkan motivasi siswi dalam berbusana muslim yang sopan dan sesuai Syar’i. Pihak orang tua murid juga seharusnya memberikan dukungan kepada sekolah, agar pihak sekolah lebih mudah mendidik dan mengajarkan murid berprilaku baik dan mematuhi aturan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Adlin, Alfathir. 2006. Mengeladah Hasrat Sebuah Pendekatan Multi Perspektif. Yogyakarta: Jalasutra. Ahmadi, Dadi dan Yohana, Nova. 2007. Konstruksi Jilbab Sebagai Simbol Keislaman.Vol.8. No.2 Desember. Hal 235-248 Barnard, M. 1996, Fashion sebagai Komunikasi (terjemahan). Yogyakarta: Jalasutra. Catur Budiati, Atik. 2011. Jilbab: Gaya Hidup Baru Kaum Hawa. Vol.1 No.1 April.Hal.60-70. Corresponding Author :
[email protected]
JIM FISIP Unsyiah: agb, Vol.1. no.1.januari 2017: 1-11
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Hamdani, dkk. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi Fisip Unsyiah. Banda Aceh: Fisip Unsyiah Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial, Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: Erlangga. M. Abdan Nurfiqih. 2003. Pemakaian Jilbab dikalangan Siswi SMA (studi tentang sosialisasi pemakaian jilbab pada siswi SMA Negeri 2 Grabag Magelang).Skripsi.Program Studi Sosiologi dan Antropologi.Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Nurpadilah. 2013. Tindakan Sosial dalam Memakai Jilbab Dikalangan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang: Skripsi. Program Studi Sosiologi. FISIP Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang. Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Poloma, Margaret M. 2010. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Ritzer, George dan Doglas J. Goodman.2008.Teori Sosiologi Modern Edisi Keenam.Jakarta : Kencana Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafiindo Persada. Suyanto, Bagong dan Sutinah.2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana. Silalahi, Ulber. 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung. PT Refika Aditama. Shihab, M. Quraish. 2005. Jilbab: Pakaian Wanita Muslimah (Pandangan Ulama Masa Lalu dan Cendikiawan Kontemporer). Lentera Hati. Tri Haryanta, Agung dan Eko Sujatmiko. 2012. Kamus Sosiologi. Surakarta: PT Aksara Sinergi Media. Wirawan, Ida Bagus. 2012. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Jakarta: Kencana. Wahyuni Eka Putri. 2011. Realita Sosial dan Pemahaman Syariat (pemahaman santriwati Nurul Ummah terhadap Syariat berjilbab dalam Al-Quran).Tesis. Program Studi Aqidah Filsafat. Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga. Http://www.BPSKabAcehTamiang.com diakses pada tanggal 29 April 2016 Http://www.Serambi.com diakses pada tanggal 29 April 2016
Corresponding Author :
[email protected]
JIM FISIP Unsyiah: agb, Vol.1. no.1.januari 2017: 1-11