h
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Perkembangan Sosial dan Kepribadian Pada Anak Tunarungu(studi penelitian di SDLB Kebayakan Takengon, Aceh Tengah)Social and personality development in children Deaf (A study in SDLB Kebayakan Takengon, Central Aceh) Mila Sari1), Alamsyah Taher2) ProgramStudi Ilmu SosiologiFakultas FISIP, Universitas Syiah Kuala Emai l
[email protected]
ABSTRAK- Pendengaran memegang peran penting dalam perkembangan bahasa, terlebih dalam perkembangan berbahasa lisan.Anak tunarungu harus mendapatkan perhatian yang serius dalam hal perkembangan sosial dan kepribadian.Upaya orang tua, guru dan masyarakat dalam memotivasi anak tunarungu harus dipertingkatkan lagi, agar anak tunarungu tersebut dapat berkembang dengan baik.Tujuan penelitian ini pertama untuk mengetahui perkembangan sosial anak tunarungu di SDLB Kebayakan Takengon, Aceh Tengah.Keduan untuk mengetahui perkembangan kepribadian anak tunarungu di SDLB Kebayakan Takengon, Aceh Tengah.Penelitian ini menggunakan teori hierarki kebutuhan yang dicetuskan oleh Abraham Maslow.Jenis penelitian yang digunakan pendekatan kualitatif dimana yang menjadi informan adalah anak tunarungu, guru dan masyarakat yang ada di SDLB Kebayakan Takengon, Aceh Tengah. Hasil penemuan dari penelitian ini yaitu: Pertama. Perkembangan sosial anak tunarungu sudah sangat baik. Hal ini memiliki dampak positif terhadap peningkatan hasil belajar pada proses pembelajaran. Anak tunarungu mampu menangkap apa yang guru atau temannya ajarkan padanya, hal ini menjadikan anak tunarungu menjadi terlihat cerdas di lingkungan sekolah tersebut. Kedua Perkembangan kepribadian anak tunarungu dapat dilihat dari segi sikap dan sifat pada seseorang yang menentukan cara anak tunarungu menyesuaikan diri. Perkembangan kepribadian anak tunarungu juga sudah baik. Mereka mampu menyesuaikan diri dengan teman sebaya dan dapat berkomunikasi dengan baik dengan siapapun yang ada di lingkungannya Saran Kepada pihak guru agar membuat suatu kelas khusus untuk belajar bersama dengan yang bukan anak tunarunggu. Hal ini guna agar anak tunarungu dan anakanak yang lainnya dapat belajar bersama saling ajar mengajarkan.Dan kepada anak tunarungu agar lebih giat lagi belajarnya.Bukan hanya didalam kelas tetapi juga diluar kelas, baik dengan temam sesama tunarungu maupun dengan yang bukan tunarungu. Hal ini dapat memicu otak anak agar mendapatkan pembelajaran lebih banyak lagi Kata Kunci: Perkembangan sosial, Kepribadian, Tunarungu ABSTRACT -Hearing plays an important role in language development, especially in the development of spoken language. A deaf child must obtain a serious concern in terms of social and personality perkembagan.The efforts of parents, teachers and community to motivate children with hearing impairment should be enhanced further, so that a deaf child can thrive. The first aim of this study to determine the social development of children with hearing impairment in SDLB Kebayakan Takengon, Aceh Tengah. To these two to know Corresponding Author :
[email protected] JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 1. Januari 2017: 1-11
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
the personality development of children with hearing impairment in SDLB Kebayakan Takengon, Aceh Tengah. This study uses a hierarchy of needs theory coined by Abraham Maslow. This type of research used a qualitative approach in which the informant is hearing impaired children, teachers and communities in SDLB Kebayakan Takengon, Aceh Tengah The findings of this study are: First. Social development of children with hearing impairment has been very good. This has a positive impact on the improvement of learning outcomes in the learning process. A deaf child is able to grasp what the teacher or a friend taught him, it makes intelligent deaf children become visible in the school environment. Both the personality development of children with hearing impairment can be seen in terms of the attitude and the nature of the person who determines how deaf children adjust. The personality development of children with hearing impairment has also been good. They are able to adjust themselves with peers and can communicate well with anyone in the environment Suggestions To the teachers in order to create a special class to learn together with children who are not deaf. This is in order so that a deaf child and other children can learn with each other teach teaching. And the deaf children to be more active learning. Not only in the classroom but also outside the classroom, both the deaf and the temam fellow who is not deaf. This can lead to a child's brain in order to get more learning. Keywords: Social development, personality, Deaf PENDAHULUAN Anak tunarungu merupakan anak yang mempunyai gangguan pada pendengarannya sehingga tidak dapat mendengar bunyi dengan sempurna atau bahkan tidak dapat mendengar sama sekali, tetapi dipercayai bahwa tidak ada satupun manusia yang tidak bisa mendengar sama sekali. Menurut Andreas Dwidjosumarto (dalam Sutjihati Somantri,1996:74) mengemukakan bahwa: seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu tuli (deaf) atau kurang dengar (hard of hearing).Tuli adalah anakyang indera pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar adalah anakyang indera pendengarannya mengalami kerusakan, tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar, baik dengan maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aids). Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi. Dalam hal ini peran anak dalam perkembangan sosial sangat dibutuhkan, dikarenakan banyaknya proses yang harus kita sesuaikan dengan lingkungan sekitar kita. M.A.A Browen mendefinisikan kepribadian adalah corak tingkah laku yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini, dan sikap-sikap seseorang.Yinger juga berpendapat bahwa kepribadian adalah keseluruhan prilaku dari seseorang individu dengan sistem kecendrungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkai situasi. Corresponding Author :
[email protected] JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 1. Januari 2017: 1-11
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan salah satu lembaga yang konsen melakukan pemberdayaan anak cacat di Aceh, dan sekolah ini mempunyai beberapa program pelayanan diantaranya melayani penyandang cacat tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras dan tunanetra. Dan salah satu program yang diberikan oleh SLB adalah memberikan pendidikan yang layak untuk mereka melalui lembaga Pendidikan Sekolah Luar Biasa atau sering disebut SLB.
TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini menggunakan teori hierarkhi kebutuhan, Abraham Maslow memiliki asumsi dasar bahwa tingkah laku manusia dapat ditelaah melalui kecendrungannya dalam memenuhi kebutuhan hidup, sehingga bermakna dan terpuaskan. Teori hierarkhi kebutuhan sering digambarkan sebagai piramida, lebih besar tingkat bawah mewakili kebutuhan yang lebih rendah, dan titik atas mewakili kebutuhan aktualisasi diri. Maslow percaya bahwa satu-satunya alasan bahwa orang tidak akan bergerak dengan baik di arah aktualisasi diri adalah karena kendala ditempatkan di jalan mereka oleh masyarakat negara. (Yusuf, 2007: 152). Seperti halnya Kebutuhan-kebutuhan yg di paparkan oleh Maslow sering disebut dengan kebutuhan dasar yang digambarkan sebagai sebuah hierarki atau tangga yang menggambarkan tingkat kebutuhan (Koeswara E, 1991: 118). Terdapat lima tingkat kebutuhan dasar, yaitu: kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan cinta, sayang dan kepemilikan, kebutuhan ekstrem dan kebutuhan aktualisasi diri. Pada anak tunarungu kelima kebutuhan ini sangat berperan penting maka dari itu kami memaparkan kelima fungsi teori Abraham Maslow beserta subsistem-subsistem berikut beserta penafsirannya. 1. Kebutuhan Fisiologis Kebutuhan fisiologis meliputi (kebutuhan akan udara, makanan, miuman dan lain sebagainya) yang ditandai oleh kekkurangan sesuatu dalam tubuh orang yang bersangkutan. Kebutuhan ini dinamakan juga kebutuhan dasar (basic need’s) Contohnya adalah : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya. Anak tunarungu juga membutuhkan semua ini agar mereka dapat berkembang dengan baik sesuai yang diharapkan. Jika kebutuhan fisiologis ini tidak terpenuhi maka semua yang di harapkan tidak akan berjalan lancar. Corresponding Author :
[email protected] JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 1. Januari 2017: 1-11
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan Kebutuhan akan rasa aman ini diantaranya adalah rasa aman fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari daya-daya mengancam, contohnya seperti: Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan semacamnya. Ketika kebutuhan keamanan da keselamatan tidak ada maka tidak akan berjalan pula perkembangan dan kepribadian anak tunarungu. Hal ini sangat berpengaruh dalam perkembangan sosial dan kepribadian anak tunarungu tersebut. Jika rasa sakit terjadi pada anak tunarungu maka akan sangat sulit perkembangan sosial yang akan dialami anak tersebut. 3. Kebutuhan Cinta, sayang dan kepemilikan Ketika kebutuhan untuk keselamatan dan kesejahteraan fisiologis puas, kelas berikutnya kebutuhan untuk cinta, sayang dan kepemilikan akan muncul. Maslow menyatakan bahwa orang mencari untuk mengatasi kesepian dan keterasingan, Misalnya adalah : Memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lainlain. Hal ini juga sangat penting pada anak tunarungu.Memiliki teman, keluarga dan lawan jenis juga sangat berpengaruh pada anak tunarungu. Jika anak tunarungu tidak mempunyai teman, mereka tidak akan dapat mengaktualisasikan diri mereka kepada siapapun. Maka dari itu kebutuhan sosial sangat penting pada anak tunarungu. 3. Kebutuhan Estrem Ketika tiga kelas pertama kebutuhan dipenuhi, kebutuhan untuk harga diri bisa menjadi dominan. Ini melibatkan kebutuhan baik harga diri dan untuk seseorang mendapatkan penghargaan dari oeang lain. Dalam kategori ini dibagi menjadi dua jenis, Eksternal dan Internal. Sub kategori eksternal meliputi : Pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya. Sedangkan sub kategori internal sudah lebih tinggi dari eskternal, pribadi tingkat ini tidak memerlukan pujian atau penghargaan dari orang lain untuk merasakan kepuasan dalam hidupnya. Dalam hal ini anak tunarungu akan menjadi lebih semangat dalam proses belajar mengajar. ketika anak tunarungu tersebut sudah bisa belajar dan guru memberikan apresiasi kepada anak tunarungu tersebut dengan megatakan anak tersebut pintar atau mendapatkan penghargaa berupa hadiah, maka anak tersebut semakin hari semakin berkembangan dalam proses belajar baik diluar maupun didalam kelas 4. Kebutuhan Aktualisasi Diri Aktualisasi diri adalah ketepatan seseorang didalam menempatkan dirinya sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya Dari keempat kebutuhan yang telah dipaparkan, kebutuhan aktualisasi diri tidak akan berjalan dengan lancar jika keempat kebutuhan Corresponding Author :
[email protected] JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 1. Januari 2017: 1-11
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
tersebut tidak terpenuhi. Maka dari itu kebutuhan-kebutuhan ini harus dipenuhi terlebih dahulu agar anak tunarungu dapat mengaktualisasikan diri mereka dengan lingkungan sekitar. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SDLB Kebayakan Takengon Aceh Tengan.Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian disebabkan karena berdasarkan pertimbangan yang ada dan dari peninjauan penelitian sebelumnya di SDLB.Bahwa di lingkungan SDLB tersedia data yang telah relevan dengan permasalahan yang diteliti. Peneliti melihat pada lingkungan SDLB adanya beberapa anak tunarungu, sehingga peneliti ingin melihat sejauh mana proses belajar mengajar mereka dilingkungan SDLB tersebut. Dan juga peneliti melihat perkembangan sosial sangat berpengaruh terhadap proses belajar berdasarkan wawancara dan pertanyaan-pertanyaan yang peneliti ajukan, ketika hendak melakukan penelitian ini. Sehingga peneliti merasa tertarik untuk meneliti masalah ini.Pendekatan penelitian yang dugunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksut untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah (Moleong, Lexy J. 2005:6). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan mendalam terhadap situasi sosial yang diteliti, teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik observasi, wawancara, dan data dokumentasi. Observasi yang dilakukan yaitu dengan pengamatan langsung di lapangan daerah penelitian, hal ini dilakukan untuk data yang dibutuhkan, yaitu bagaimana cara pandang anak tunarungu terhadap proses belajar di SDLB Kebayakan Takengon Aceh Tengah. Sumber data yang diperoleh pada penelitian ini meliputi data primer, hal ini agar peneliti dapat memperoleh hasil yang sebenarnya dari obyek yang akan diteliti melalui informan dari pihak-pihak terkait. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara: 1. Kuesioner, berupa rangkaian pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara sistematis, dalam sebuah daftar pertanyaan kemudian diajukan kepada responden untuk diisi dan mendapatkan jawaban tertulis. 2. Observasi, teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan catatan keadaan prilaku sasaran objek secara langsung terhadap gejala yang akan diselidiki atau yang akan menjadi subjek penelitian Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data dapat dilakukandengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket),dokumentasi, atau gabungan keempatnya (Sugiyono, 2009: 225). Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut.Wawancara, Observasi dan Dokumentasi. Dan teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data model Miles dan Huberman. Model ini dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh (Sugiyono, 2009: 246). Aktivitas dalam analisis data model Miles dan Huberman adalah sebagai berikut. Corresponding Author :
[email protected] JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 1. Januari 2017: 1-11
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
1. Reduksi Data (Data Reduction). Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya (Sugiyono, 2009: 247). 2. Penyajian Data (Data Display). Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antara kategori, flowchart, dan sejenisnya. Namun yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif (Miles dan Huberman dalam Sugiyono, 2009: 249). Adapun penyajian data dalam penelitian ini cendrung berupa teks yang bersifat naratif. 3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing/verification) Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung. Tetapi jika didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2009: 252). Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini disusun secara deskriptif dan menjawab pertanyaan penelitian. PEMBAHASAN Anak tunarungu adalah anak yang dapat menerima pelajaran dengan cepat sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di SDLB Kebayakan Takengon, Aceh Tengah.Anak tunarungu juga dapat berkembang dengan cepat dan dapat menerima lingkungan baru di sekolah tersebut.Perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian anak tunarungu tersebut dapat dikatakan sangat menarik, karena anak tunarungu dapat berinteraksi dengan siapa saja yang ada di SDLB Kebayakan Takengon, Aceh Tengah tersebut.Anak tunarungu mempunyai kebiasaan mampu membantu teman-temannya ketika berada dalam kesulitan, mulai dari belajar hingga berinteraksi dengan sesama temannya. Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya perkembangan sosial dan kepribadian anak tunarungu mempunyai sangkut paut dengan hierarki kebutuhan, dimana anak tunarungu harus mendapatkan kebutuhan fisiologi, kebutuhan keamanan, kebutuhan cinta, sayang dan kepemilikan, kebutuhan ekstrem dan kebutuhan aktualisasi diri. Hal ini dapat membangun dan meningkatkan perkembangan anak tunarungu agar tidak terjadinya rasa minder atau kurang percaya diri dilingkungannya. Anak tunarunggu memiliki kemampuan berprilaku sesuai dengan tuntutan sosial. Mulai dari hubungan anatara manusia dalam keluarga, hal ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak.Yang paling utama adalah hubungan anak dengan ayah dan ibu, hubungan anak dengan kakak atau adik, hubungan anak dengan kedua orang tuanya.Hal ini telah dapat kita simpulkan bahwa anak tunarungu mempunyai perkembangan sosial yang pesat mulai dari menerima pelajaran yang diajarkan oleh guru dan dapat berinteraksi dengan teman lainnya sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki selama meraka berada di SDLB Kebayakan Takengon, Aceh Tengah tersebut. Kepribadian adalah beberapa ciri watak yang dieprlihatkan seseorang secara lahir, konsisten, dan konsekwen dalam bertingkah laku, sehingga individu memiliki identitas khusus yang berbeda dengan orang lain. Sednagkan menurut Cuber, kepribadian adalah Corresponding Author :
[email protected] JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 1. Januari 2017: 1-11
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang.Pada dasarnya anak tunarungu sudah dapat menyesuaikan diri di sekolahan dan juga temanteman sebayanya, seperti minsalnya masalah komunikasi, anak tunarungu sudah dapat berkomunikasi dengan temannya dengan menggunakan bahasa yang mereka miliki. Masalah pribadi, masalah ini mencakup permasalahan yang berkaitan dengan masalah kondisi pribadi anak tunarungu, masalah-masalah berkisar pada perasaan tertekan, perasaan ragu-ragu, selalu curiga dan agresif. Anak tunarungu mempunyai rasa percara diri dalam melakukah tindakan, sehingga tidak membuat mereka ragu-ragu atau tidak percaya diri dalam lingkungan sekolah tersebut. Anak tunarungu juga sama seperti anak lainnya mereka mempunyai tingkah laku yang berebeda-beda seperti halnya anak-anak yang lain. Tingkah laku anak tunarungu dapat dijadikan contoh bahwa anak tunarungu juga sama seperti anak-anak lainnya. Mengapa demikian?Dikarenakan anak tunarungu juga berineteraksi sesuai dengan dengan keadaan, merespon apa-apa yang menurutnya benar dan baik.Anak tunarungu berinteraksi sesuai kemampuannya mereka berinterksi dengan menggunakan bahasa isyarat tangan dan mereka memahami lawan bicaranya dengan bahasa mulut jika lawan bicara bukan anak tunarungu.Setelah melakukan penelitian selama dua minggu di SDLB.peneliti melihat bahwa anak tunarungu tidak terlalu kesulitan dalam berkomunikasi dengan teman sessma anak tunarungu. Mereka dapat berinteraksi dengan baik bahkan mereka bisa saling ajar mengajarkan dalam proses belajar mengajar.Fakta di lapangan menunjukkan bahwa anak tunarungu memiliki kemampuan berkembang yang berbeda. Pembahasan mengenai perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian pada anak Tunarungu di SDLB Kebayakan Takengon dimulai dengan rumusan penelitian yang mengenai perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian anak tunarungu yang ada di SDLB Kebayakan Takengon, Aceh Tengah.Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagao proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi ; meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama. Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi. kepribadian adalah beberapa ciri watak yang dieprlihatkan seseorang secara lahir, konsisten, dan konsekwen dalam bertingkah laku, sehingga individu memiliki identitas khusus yang berbeda dengan orang lain. Sednagkan menurut Cuber, kepribadian adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang.Anak tuna rungu adalah mereka yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebakan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh organ pendengaran yang mengakibatkan hambatan dalam perkembanganya sehingga memerlukan bimbingan pendidikan khusus. (1991: 1). KESIMPULAN DAN SARAN Perkembangan sosial anak tunarungu sudah sangat baik. Hal ini memiliki dampak positif terhadap peningkatan hasil belajar pada proses pembelajaran. Anak tunarungu mampu menangkap apa yang guru atau temannya ajarkan padanya, hal ini menjadikan Corresponding Author :
[email protected] JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 1. Januari 2017: 1-11
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
anak tunarungu menjadi terlihat cerdas di lingkungan sekolah tersebut. Perkembangan kepribadian anak tunarungu dapat dilihat dari segi sikap dan sifat pada seseorang yang menentukan cara anak tunarungu menyesuaikan diri. Perkembangan kepribadian anak tunarungu juga sudah baik.Mereka mampu menyesuaikan diri dengan teman sebaya dan dapat berkomunikasi dengan baik dengan siapapun yang ada di lingkungannya. Mengenai pembahasan Perkembangan Sosial dan Kepribadian pada Anak Tunarungu di SDLB Kebayakan, maka Penulis mengajukan beberapa saran, yaitu sebagai berikut :Kepada pihak guru agar membuat suatu kelas khusus untuk belajar bersama dengan yang bukan anak tunarunggu. Hal ini guna agar anak tunarungu dan anak-anak yang lainnya dapat belajar bersama saling ajar mengajarkan.Diharapkan kepada anak tunarungu agar lebih giat lagi belajarnya.Bukan hanya didalam kelas tetapi juga diluar kelas, baik dengan temam sesama tunarungu maupun dengan yang bukan tunarungu.Hal ini dapat memicu otak anak agar mendapatkan pembelajaran lebih banyak lagi. DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku Ahmadi, Munawar Sholeh. (2005). Psikologi Perkembangan, Jakarta: PT.Rineka Cipta. Abraham H, Maslow. (1994). Seri Manajemen Nomor 104 A, Motivasi dan Kepribadian I: Teori Motivasi dengan Pendekatan Hierarki Kebutuhan Manusia,Penerjemah, Nurul Iman, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta. Azzet, Akhmad Muhaimin. (2010). Mengembangkan Kecerdasan Sosial Bagi Anak. Jogjakarta: katahati. Bungin,Burhan. (2010). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana. Blackhurst.A.F & Berdine.H.W (1981).An Introduction to Special Education, Boston: Little, Brown & Co Dian, Dwi Sarwidah, dkk. (2010). Penyesuaian Sosial Remaja Tunarungu Yang Bersekolah Di Sekolah Umum.INSAN Vol. 12 No. 03. Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya Edja Sadjaah dan Dardjo Sukarja.(1995). Bina Bicara, Persepsi Bunyi dan Irama.Bandung: Depdikbud. Febriana, Milla, T. (2004).Interaksi Sosial Anak Tunarungu Di SD karanganyar.Skripsi.Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Gunarsa, S.D. (1993). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Jakarta : Gunung. Mulia Gorys Keraf. (2002), Diksi Dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Hurlock B Elizabeth. Developmental Psikologi; Mc Grow Hill, Inc, 1980, Alih Bahasa, Istiwidayanti dan Suedjarwo, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta, Erlangga, tt. Hildayani dkk, Rini. (2008). Penanganan anak berkelainan, Jakarta: Universitas Terbuka Koeswara, E. (1991). Teori-teori Kepribadian. Bandung: PT. Eresco Lakshita, Nattaya. (2012). Bahasa Isyarat Untuk Anak Tunarungu (Dasar).Jogjakarta; Javalitera. Corresponding Author :
[email protected] JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 1. Januari 2017: 1-11
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Maslow, Abraham H.( 2004). Hierarchy of Need Theory. Jakarta: Gramedia. Moleong,Lexy J. (1994). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja. Musyarofah. (2009). Upaya Meningkatkan Pembendaharaan Kata Pada Anak Tunarungu Melalui Media Variasi Gambar Pada Kelas I/B Semester II SDLBN Cilacap Tahun Pelajaran 2008/2009.Skripsi.Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Mulyono, Abdurrahman. (1994). Pendidikan Luar Biasa Umum. Jakarta: Proyek pendidikan tenaga akademik. Murni Winarsih. (2007). Intervensi Dini Bagi Anak Tunarungu dalam Pemerolehan Bahasa.Jakarta: Depdiknas. Nur, Zuhriyah, C. (2009). Upaya Sekolah Luar Biasa (SLB) Dharma Anak Bangsa Klaten Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Anak Tunarungu.Skripsi.Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Nurihsan Juntika. (2007). Buku Materi Pokok Perkembangan Peserta Didik, Bandung; Sekolah Pasca Sarjana (UPI) Paul,JohnsonDoyle. (1988). Teori Sosiologi Klasik dan Modern.Jakarta:PT. Gramedia Pedoman Penulisan Skripsi. Banda Aceh: FISIP UNSYIAH 2013 Sunarto, Kamanto. (2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Suryabrata,Sumadi . (1998). Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Sugiyono (2009).Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsaputra, Uhar. (2012). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan Tindakan. Bandung: PT Refika Aditama. Sinolungan.A.E. (1997).Psikologi Perkembangan. Jakarta: Wirasari. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.(1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka. Tim. (2005). Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah Inklusif.Jakarta: Depdiknas. Widjaya Ardhy. (2012). Memahami Anak Tunarungu.Yogyakarta: Familia (Grup Relasi Inti Media, Anggota IKAPI). Wasita, Ahmad. (2012). Seluk-Beluk Tunarungu & Tunawicara Serta Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Javalitera. Vembrianto. ST. (1994). Sosiologi pendidikan. Yogyakarta: Yayasan Paramita. Yusuf, Syamsu. (2007). Teori Kepribadian.Bandung : Rosda Karya Yanuar Umi Solikhatun. (2013). Penyesuaian Sosial Pada Penyandang Tunarungu Di SLB Negeri Semarang.Educational Psychology Journal.Volume 2, No. 1.Universitas Negeri Semarang. Media Massa/Internet http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=366:peng embangan-pembelajaran-bahasa-bagi-anak-tunarungu-wicara-tingkat-tklb-di-slbb&catid=42:ebuletin&Itemid=215 http://www.slideshare.net/immochacha/teori-humanistik-a. Diakses pada tanggal 25 April 2015, 06.18 Am. Corresponding Author :
[email protected] JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 1. Januari 2017: 1-11
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.Jim.unsyiah.ac.id/FISIP
file:///D:/pdf%20milasari/Makalah%20Tunarungu%20II%20%20%20husada%20dan%20i ndah.htm http://www.Peksos%20room%20%20PENGERTIAN%20ANAK%20DARI%20BERBAG AI%20PERSPEKTIF.htm Akses 5/5/2015 11:06 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id366:penge mbangan-pembelajaran-bahasa-bagi-anak-tunarungu-wicara-tingkat-tklb-di-slbb&catid=42:ebuletin&Itemid=215 http://sitinurisneni.blogspot.com/2010/03/karakteristik-danmasalahperkembangan.html diakses pada tanggal 1 November 2015. http://azizherwitselalu.blogspot.com/2012/11/teori-kepribadian- humanistikAbraham.html. Diakses pada tanggal 25 April 2016, 07.20 http://Pengertian%20anak%20tunarungu.wicara%20Menurut%20Moh%20Amin,%20Soe wito,%20Lani%20Bunawan,%20Samsiar%20.%20Special%20Education%20for%20 Change%20to%20be%20Better.htm Akses 07/05/2015 14.35 http://TEORI%20MASLOW%20_%20Teori%20Hierarki%20Kebutuhan%20Maslow.html Akses 17/02/2015 15:22 http://Hambatan%20emosi%20dan%20sosial%20anak%20tunaungu%20%20CACING%2 0CAWU.htm Akses 05/05/2015 11:1 https://id.wikipedia.org/wiki/Abraham_Maslow 16/05/2016 09:51
Corresponding Author :
[email protected] JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 1. Januari 2017: 1-11