ANALISIS TINGKAT KAPABILITAS DAN LEVEL SIGMA KETEPATAN WAKTU PERJALANAN KRL COMMUTER LINE BEKASI PADA PENERAPAN POLA SINGLE OPERATION DI PT. KAI COMMUTER JABODETABEK Nur Yulianti Hidayah, Desi Rusliawati Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Pancasila Abstrak PT KAI Commuter Jabodetabek adalah salah satu anak perusahaan PT KERETA API (Persero) yang menyelenggarakan pengusahaan pelayanan jasa angkutan kereta api komuter dengan menggunakan sarana Kereta Rel Listrik di wilayah Jabodetabek. Pada tanggal 2 Juli 2011, PT KAI Commuter Jabodetabek mulai memberlakukan pola operasi Single Operation. Single operation merupakan aturan yang mengharuskan seluruh rangkaian KRL Jabodetabek, khususnya KRL AC berhenti di setiap stasiun kereta. Dengan pola Single Operation ini yang menjadi kendala utama PT KAI Commuter Jabodetabek adalah adanya keluhan penumpang mengenai jadwal KRL Commuter Line yang datang tidak tepat waktu yang mengakibatkan perjalanan KRL Commuter Line menjadi lebih lama dari yang dijadwalkan. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan PT KAI Commuter Jabodetabek dalam hal ketepatan waktu kedatangan KRL Commuter Line di stasiun tujuan, maka diperlukan analisis tingkat kapabilitas dan level sigma dalam menentukan tingkat kualitas dari performa perjalanan KRL Commuter Line, khususnya pada saat jam sibuk di pagi dan sore hari. Melalui analisis tingkat kapabilitas dan level sigma ini dapat diketahui sampai pada level sigma berapa tingkat proses yang dijalani PT KAI Commuter Jabodetabek saat ini. Pada penelitian ini, variabel-variabel yang diteliti adalah waktu kedatangan KRL Commuter Line Bekasi Nomor 5207 dari Bekasi tujuan Jakarta Kota, jadwal datang di stasiun Jakarta Kota pukul 07.46 wib dan waktu kedatangan KRL Commuter Line Bekasi Nomor 5238 dari Jakarta Kota tujuan Bekasi, jadwal datang di stasiun Bekasi pukul 18.06 wib. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan dengan diagram sebab akibat dapat diketahui faktor-faktor penyebab keterlambatan kedatangan KRL Commuter Line Bekasi yaitu antrian KRL Jabodetabek dengan KA jarak jauh,perhitungan Gapeka belum akurat,rangkaian KRL Commuter Line sering mengalami gangguan teknis, rangkaian KRL Ekonomi sering mogok, mesin persinyalan dan wesel sering mengalami gangguan,awak KRL dan petugas perjalanan datang terlambat. Kata kunci : Kapabilitas Proses, Level Sigma, Keterlambatan Kedatangan KRL 1. Pendahuluan PT KAI Commuter Jabodetabek adalah salah satu anak perusahaan PT KERETA API (Persero) yang dibentuk sesuai dengan Inpres No. 5 tahun 2008 dan Surat Menneg BUMN No. S-653/MBU/2008 tanggal 12 Agustus 2008. Pembentukan anak perusahaan ini berawal dari keinginan para stakeholdernya untuk lebih fokus dalam memberikan pelayanan yang berkualitas dan menjadi bagian dari solusi permasalahan transportasi perkotaan yang semakin kompleks.
Tugas pokok PT KAI Commuter Jabodetabek adalah menyelenggarakan pengusahaan pelayanan jasa angkutan kereta api komuter (untuk selanjutnya disebut ”Commuter”) dengan menggunakan sarana Kereta Rel Listrik di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang (Serpong) dan Bekasi (Jabodetabek). Pada tanggal 2 Juli 2011, PT KAI Commuter Jabodetabek mulai memberlakukan pola operasi Single Operation. Single operation merupakan aturan yang mengharuskan seluruh rangkaian KRL Jabodetabek, khususnya KRL AC berhenti di setiap stasiun kereta. 1
Perubahan tersebut mengubah perjalanan KRL (sekarang dikenal dengan KRL Commuter Jabodetabek), yang semula tidak semua KRL berhenti di semua stasiun, seluruh KRL menjadi berhenti di semua stasiun kereta Jabodetabek. Dengan pola Single Operation ini yang menjadi kendala utama PT KAI Commuter Jabodetabek adalah adanya keluhan penumpang mengenai jadwal KRL Commuter Line yang datang tidak tepat waktu yang mengakibatkan perjalanan KRL Commuter Line menjadi lebih lama dari yang dijadwalkan, padahal pengguna KRL Commuter Line sebagian besar adalah para pekerja atau karyawan yang terikat dengan waktu agar tidak terlambat masuk kantor atau tempat kerja. Terutama untuk lintas Bekasi yang mempunyai waktu keterlambatan kedatangan KRL Commuter Line paling tinggi daripada lintas Bogor, Depok dan Tangerang. Hal ini menjadi perhatian PT KAI Commuter Jabodetabek agar masyarakat pengguna KRL merasa nyaman. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan PT KAI Commuter Jabodetabek dalam hal ketepatan waktu kedatangan KRL Commuter Line di setiap stasiun, maka diperlukan analisis tingkat kapabilitas dan level sigma dalam menentukan tingkat kualitas dari performa perjalanan KRL Commuter Line, khususnya pada saat jam sibuk di pagi dan sore hari. Melalui analisis tingkat kapabilitas dan level sigma ini dapat diketahui sampai pada level sigma berapa tingkat proses yang dijalani PT KAI Commuter Jabodetabek saat ini. Dari hasil penelitian ini perusahaan diharapkan dapat mengambil kebijakan-kebijakan yang penting untuk peningkatan kualitas pelayanan dalam hal ketepatan waktu kedatangan dan perjalanan KRL Commuter Line. 2. Metodologi 2.1 Studi Pendahuluan a. Studi Lapangan / Observasi Dilakukan untuk mengetahui nomor seri KRL Commuter Line Bekasi yang mempunyai tingkat keterlambatan waktu kedatangan paling tinggi pada jam-jam sibuk di pagi dan sore hari di mana pada saat jam sibuk keterlambatan kedatangan
KRL di stasiun tujuan sangat berpengaruh terhadap kualitas dari perjalanan KRL Commuter Line. b. Penentuan Objek Penelitian Penelitian ini membahas mengenai kemampuan proses KRL Commuter Line Bekasi dalam memenuhi standar waktu perjalanan yang telah ditetapkan perusahaan. Hal tersebut dilakukan melalui analisis tingkat kapabilitas dan level sigma dari waktu kedatangan KRL Commuter Line Bekasi di stasiun tujuan. c. Studi Pustaka Merupakan kumpulan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian. Teori-teori yang dikemukakan meliputi konsep dan cara perhitungan pengendalian proses statistikal untuk mengetahui kapabilitas proses dan level sigma ketepatan waktu kedatangan KRL Commuter Line Bekasi di stasiun tujuan pada penerapan pola Single Operation. 2.2 Identifikasi Masalah Masalah utama yang sering dialami oleh PT. KAI Commuter Jabodetabek sejak diberlakukannya pola perjalanan Single Operation adalah seringnya KRL Commuter Line tidak datang tepat waktu yang mengakibatkan perjalanan KRL Commuter Line menjadi lebih lama dari yang dijadwalkan, khususnya pada saat jam sibuk di pagi dan sore hari. Hal ini dapat diketahui dari adanya ketidaksesuaian kedatangan aktual KRL di stasiun tujuan dengan jadwal yang telah ditentukan. 2.3 Teknik Pengumpulan Data a. Metode Observasi Observasi dilakukan dengan pengamatan secara langsung pada kegiatan perjalanan KRL Commuter Line Bekasi. Dilakukan untuk mengetahui nomor seri KRL Commuter Line Bekasi yang paling padat penumpang pada jam-jam sibuk di pagi dan sore hari. Dari hasil observasi didapatkan bahwa rangkaian KRL Commuter Line Bekasi yang paling tinggi tingkat keterlambatan kedatangannya di pagi hari adalah rangkaian KRL Commuter Line Bekasi Nomor 5207 dari Bekasi tujuan Jakarta 2
Kota dengan jadwal datang di stasiun Jakarta Kota pukul 07.46 wib. Rangkaian KRL Commuter Line Bekasi yang paling tinggi tingkat keterlambatan kedatangannya di sore hari adalah rangkaian KRL Commuter Line Bekasi Nomor 5238 dari Jakarta Kota tujuan Bekasi dengan jadwal datang di stasiun Bekasi pukul 18.06 wib. b. Metode Wawancara Wawancara dilakukan dengan tanya jawab kepada bagian operasional perjalanan KRL Commuter Line, bagian Humas PT. KAI, dan departemen-departemen yang berhubungan dengan perjalanan KRL Commuter Line untuk mendapatkan data mengenai penyebab terjadinya keterlambatan KRL sehingga didapat informasi tentang metode pengendalian kualitas perjalanan KRL Commuter Line yang dilakukan oleh PT. KAI Commuter Jabodetabek. 2.4 Teknik Pengolahan Data a. Tahap Pendefinisian (Define) Define merupakan langkah pertama dalam pendekatan Six Sigma. Langkah ini mengidentifikasi masalah penting dalam proses yang sedang berlangsung, dampak yang diakibatkan oleh masalah tersebut, dan proses mana yang harus diinvestigasi untuk menyelesaikan masalah. b. Tahap Pengukuran (Measure) Tahap measure bertujuan untuk mengetahui proses yang sedang terjadi dan mengukur kinerja proses pada saat sekarang agar dapat dibandingkan dengan target yang ditetapkan. Tahap measure ini antara lain : 1. Uji Kenormalan Data Uji kenormalan data dilakukan untuk mengetahui apakah waktu kedatangan KRL Commuter Line Bekasi memiliki distribusi data yang normal. Data yang mempunyai distribusi yang normal, berarti memiliki sebaran yang normal pula. Dengan profil data semacam ini maka data tersebut dianggap bisa mewakili populasi. Teknik pengujian normalitas data dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov. Signifikansi uji, nilai KS terbesar dibandingkan dengan nilai tabel
Kolmogorov Smirnov. Jika nilai KS terbesar kurang dari nilai tabel Kolmogorov Smirnov, maka Ho diterima ; H1 ditolak. Jika nilai KS terbesar lebih besar dari nilai tabel Kolmogorov Smirnov, maka Ho ditolak ; H1 diterima. Tabel Nilai Statistik Kolmogorov Distribusi Normal. 2. Penentuan Batas Kendali Proses Peta kontrol variabel adalah peta kontrol yang digunakan untuk mengendalikan variabel atau karakteristik kualitas. Ratarata dan variasi dari suatu karakteristik kualitas perlu dikendalikan, sebab keduanya memberikan informasi penting tentang suatu proses. Pada penelitian ini menggunakan peta kendali individual dan MR dikarenakan data yang diambil hanya satu data per hari. Nilai Moving Range dihitung dari perbedaan antara dua urutan pasangan ukuran. 3. Perhitungan Kapabilitas Proses Process Capability atau Kapabilitas Proses berfungsi menilai kapabilitas atau kemampuan kinerja sebuah perusahaan atau organisasi untuk memproduksi barang atau jasa berdasarkan hasil perhitungan diagram kendali (control chart). 4. Perhitungan Level Sigma Level sigma merupakan salah satu alat yang umum dipakai dalam proses measurement karena menggambarkan kondisi aktual yang terjadi pada proses ketika sedang dilakukan penelitian. 2.5 Teknik Analisis Dari hasil perhitungan tingkat kapabilitas dan level sigma waktu kedatangan KRL Commuter Line Bekasi di stasiun tujuan pada jam-jam sibuk di pagi dan sore hari, maka dapat dilakukan analisis faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan kedatangan KRL Commuter Line Bekasi dengan menggunakan diagram sebab akibat. Dengan diagram sebab akibat, akan diketahui penyebab utama keterlambatan kedatangan KRL Commuter Line Bekasi. Action plan yang akan dilakukan untuk meminimalisasi keterlambatan kedatangan KRL Commuter Line Bekasi di stasiun tujuan. Sehingga 3
akan didapatkan upaya-upaya perbaikan untuk mengurangi tingkat keterlambatan perjalanan KRL Commuter Line Bekasi.
Uji Kenormalan Data Waktu Keterlambatan Commuter Line Bekasi 5238 Normal 99
Mean StDev N KS P-Value
95 90
3. Pengolahan Data dan Analisis
80
3.2 3.2 Tahap Pengukuran (Measure) 3.2.1 Uji Kenormalan Data Waktu Keterlambatan Kedatangan KRL Commuter Line Bekasi Uji Kenormalan Data Waktu Keterlambatan Commuter Line Bekasi 5207 Normal Mean StDev N KS P-Value
95 90
15.96 11.88 50 0.179 <0.010
60 50 40 30 20 10 5
1
0
10 20 30 40 waktu keterlambatan 5238
50
Kriteria pengujian : Ho diterima apabila : nilai KS hitung < nilai KS tabel ( α ; n) dengan nilai α =0.05 dan n = 50 atau berdasarkan hasil perhitungan minitab pada gambar 5.2 diperoleh : nilai KS hitung = 0.097 < nilai KS (0.05 ; 50) = 0.188 Kesimpulan : Ho diterima, waktu keterlambatan kedatangan KRL Commuter Line Bekasi Nomor 5238 berdistribusi normal. 3.2.2 Penentuan Batas Kendali Proses Data Waktu Keterlambatan Kedatangan KRL Commuter Line Bekasi
80
Percent
70
Percent
3.1 Tahap Pendefinisian (Define) Pokok permasalahan yang menjadi fokus dari penelitian ini adalah masih tingginya tingkat keterlambatan kedatangan KRL Commuter Line Bekasi di stasiun tujuan pada jam sibuk di pagi dan sore hari sehingga perjalanan KRL menjadi lebih lama dari yang dijadwalkan. Hal ini dapat diketahui dari adanya ketidaksesuaian keberangkatan aktual KRL dengan jadwal yang telah ditentukan.
99
17.1 9.257 50 0.097 >0.150
70 60 50 40 30 20 10 5
1
-20
-10
0
10 20 30 40 waktu keterlambatan 5207
50
60
70
Kriteria pengujian :
Dari 50 data waktu keterlambatan KRL Commuter Line Bekasi Nomor 5207 yang dianalisis, terdapat 5 data yang out of control. Sehingga didapatkan 45 data yang in control. I-MR Chart of waktu keterlambatan KRL Commuter Line Bekasi Nomor 5207
Kesimpulan : Ho diterima, waktu keterlambatan kedatangan KRL Commuter Line Bekasi Nomor 5207 berdistribusi normal.
UC L=33.60
Individual Value
30 20
_ X=13.71
10 0
LC L=-6.18
-10 1
5
9
13
17
21 25 Obser vation
29
33
37
41
45
UC L=24.43
24 M oving Range
Ho diterima apabila : Nilai KS hitung < nilai KS tabel ( α ; n) dengan nilai α = 0.05 dan n = 50 atau berdasarkan hasil perhitungan minitab pada gambar 5.1 diperoleh : nilai KS hitung = 0.179 < nilai KS (0.05 ; 50) = 0.188
18 12 __ MR=7.48
6 0
LC L=0 1
5
9
13
17
21 25 Obser vation
29
33
37
41
45
Didapat data untuk peta kendali MR sebagai berikut : M R = 7.48 UCL = 24.43 LCL = 0 Untuk peta kendali individual didapat data sebagai berikut : 4
P (out of spec) = P (x > 10 menit)
x = 13.71
UCL = 33.60 LCL = -6.18
⎛ 10 − 13 . 71 ⎞ P = ⎜⎜ Z > ⎟ 7 . 147 ⎠ ⎝
Dari 50 data waktu keterlambatan KRL Commuter Line Bekasi Nomor 5238 yang dianalisis, terdapat 2 data yang out of control. Sehingga didapatkan 48 data yang in control.
Individual V alue
P = 1 – 0.3372
U C L=37.82
30
PPM = 662800 PPM
_ X=16.31
20 10
Artinya dalam 1 juta kali perjalanan KRL Commuter Line Bekasi Nomor 5207 tujuan Jakarta Kota, terdapat 662800 kesempatan KRL Commuter Line Bekasi Nomor 5207 tersebut datang terlambat.
0 LC L=-5.19 1
6
11
16
21 26 O bser vation
31
36
41
46
30 U C L=26.42 M oving Range
P = 1 – Z<-0.42
P = 0.6628 = 66.28%
I-MR Chart of waktu keterlambatan KRL Commuter Line Bekasi Nomor 5238 40
P = ( Z > -0.42 )
20
__ M R=8.09
10
LC L=0
0 1
6
11
16
21 26 O bser vation
31
36
41
46
Didapat data untuk peta kendali MR sebagai berikut : M R = 8.09 UCL = 26.42 LCL = 0 Untuk peta kendali individual didapat data sebagai berikut : x = 16.31
b. KRL Commuter Line Bekasi Nomor 5238 Tujuan Bekasi (μ ) =
∑ xi
σ =
∑ (Xi − X )
n
=
21 + 22 + ......... + 27 = 16 .31menit 48 2
σ =
n
( 21 − 16.31 )2 + ( 22 − 16.31 )2 ..........( 27 − 16.31 )2 = 7.91 48
UCL = 37.82 LCL = -5.19
USL = 10 menit
3.2.3 Kapabilitas Proses
Cpu =
a. KRL Commuter Line Bekasi Nomor 5207 Tujuan Jakarta Kota
P (out of spec) = P (x>10 menit)
(μ ) =
∑ xi n
=
10 + 26 + ......... + 13 = 13 .71 menit 45
∑ (Xi − X )
σ=
n
⎛ 10 − 16 . 31 ⎞ P = ⎜⎜ Z > ⎟ 7 . 91 ⎠ ⎝
P = ( Z > -0.79 )
2
σ =
USL − μ 10 − 16 . 31 = − 0 . 266 = 3 ( 7 . 91 ) 3σ
P = 1 – Z < -0.79
P = 1 – 0.2148
( 10 − 13.71) + ( 26 − 13.71) ..........( 13 − 13.71) = 7.147 45 2
2
2
P = 0.7852 = 78.52% PPM =785200 PPM
USL = 10 menit
Cpu =
USL − μ 10 − 13 . 71 = 3 ( 7 . 147 ) = − 0 . 173 3σ
Artinya dalam 1 juta kali perjalanan KRL Commuter Line Bekasi Nomor 5238 tujuan Bekasi, terdapat 785200 kesempatan KRL
5
Commuter Line Bekasi tersebut datang terlambat.
Nomor
5238
3.2.5 Cause Failure Mode Effect Cause Failure Mode Effect dapat dilihat dilampiran
3.2.3 Level Sigma a. KRL Commuter Line Bekasi Nomor 5207 Tujuan Jakarta Kota usl − μ Z=
3.2.6 Action Plan Menggunakan 5W1H
σ
No 1
What Keberangka tan KA jarak jauh hanya dari 1 stasiun keberangkat an
2
Pemisahan jalur KRL Jabodetabe k lintas Bekasi dengan KA Jarak jauh Keberangka tankedatangan KA jarak jauh dari stasiun di luar stasiun jabodetabek Perhitungan Gapeka untuk KRL Jabodetabe k dan KA jarak jauh sesuai kondisi aktual di lapangan
10 − 13 . 71 Z = 7 . 147 Z = -0.42 Jadi Level Sigma waktu keterlambatan kedatangan KRL Commuter Line Bekasi Nomor 5207 = -0.42 σ b. KRL Commuter Line Bekasi Nomor 5238 Tujuan Bekasi
Z= Z =
usl − μ
σ
3
10 − 16 . 31 7 . 91
Z = -0.79 Jadi level sigma waktu keterlambatan kedatangan KRL Commuter Line Bekasi Nomor 5238 = -0.79 σ
4
3.2.4 Diagram Sebab Akibat
Cause-and-EffectDiagram Environment
Machines
Methods
Mesinpersinyalandan wesel sering mengalami gangguan Hujandanpetir sering merusak persinyalan
AntrianKRL Jabodetabek (lintas Bekasi) dgnKA jarak jauhdi stasiun tertentu
RangkaianKRL ekonomi seringmogok RangkaianKRL Commuter Linesering mengalami gangguan
Awak KRL danpetugas perjalanan datangterlambat
Personel
5
Keterlambat anWaktu Kedatangan KRL Commuter LineBekasi di Stasiun Tujuan
PerhitunganGapekabelum akurat
Measurements
6
Keberangka tan KA jarak jauh tidak pada saat peak hour keberangkat an KRL Jabodetabe k pagi dan sore hari Rehabilitasi dan perawatan rangkaian KRL
How -KA jarak jauh kelas eksekutif diberangkatkan hanya dari sta. Jakarta Kota dan Gambir - KA jarak jauh kelas bisnis & ekonomi diberangkatkan hanya dari sta. Pasar Senen Pembuatan rel Duoble double track khusus KA jarak jauh sepanjang jalur Cikarang-Manggarai
-Keberangkatankedatangan KA jarak jauh di stasiun Cikampek -Penambahan KRL Commuter Line feeder ke stasiun Cikampek untuk mengangkut penumpang KA jarak jauh -Pembuatan aplikasi database realisasi waktu keberangkatankedatangan perjalanan kereta di tiap stasiun yang terintegrasi dan terkomputerisasi langsung ke pusat monitoring perka dan hasil data waktu realisasi keberangkatankedatangan kereta sebagai acuan evaluasi dan pembuatan Gapeka Waktu keberangkatan KA jarak jauh dibagi menjadi 3 waktu keberangkatan yaitu : pukul 09.00-11.00 wib pukul 13.00-15.00 wib pukul 20.00 – 22.00 wib
-Menggunakan rangkaian KRL Commuter Line seri 6000 dan 5000 yang mempunyai masa pemakaian 15 tahun 6
7
Commuter Line Bekasi
kedepan -Perawatan harian KRL lebih intensif - Penambahan rangkaian KRL Commuter Line Bekasi -Peredaran putaran KRL Commuter Line sesuai kemampuan kinerja mesin KRL
Rehabilitasi dan perbaikan prasarana persinyalan dan wesel
- rehabilitasi kabel persinyalan yang sudah tua -penggantian unit-unit wesel yang sudah sering mengalami kerusakan -menggunakan sistem persinyalan digital dan interlocking berbasis komputer - sistem persinyalan dan wesel harus mempunyai komponen atau sistem tambahan sebagai cadangan (back up) dari sistem utama -Siklus pemeliharaan kontinus untuk sistem atau komponen utama persinyalan dan wesel -Perawatan persinyalan dan wesel yang lebih intensif - Harus mempunyai ketahanan dari pengaruh induksi yang ada disekitarnya, baik induksi elektro magnetik -Menggunakan rangkaian KRL seri 8000 yang mempunyai masa pemakaian 15 tahun kedepan -Perawatan harian KRL lebih intensif
8
Penggantian rangkaian KRL Ekonomi
9
Perluasan dipo KRL Bekasi
-Pemanjangan dan penambahan rel dipo untuk menampung rangkaian kereta yang dijalankan dalam 1 hari
Peningkatan kedisiplinan petugas
-mempersiapkan kebijakan dan peraturan operasional perjalanan KRL -melaksanakan audit kinerja sumber daya
10
manusia operator perkeretaapian -memberlakukan sistem punish and reward untuk petugas perjalanan KA -melakukan pembinaan rutin kepada petugas perjalanan KA untuk meningkatkan moral dan kedisiplinan dalam bekerja 11
Penambaha n personel dan peralatan untuk perawatan rangkaian KRL, mesin persinyalan dan wesel
- Perekrutan karyawan baru yang terlatih dan memiliki keahlian dibidang perkeretaapian - Penambahan peralatan untuk perawatan rangkaian KRL, mesin persinyalan dan wesel di setiap lintas perjalanan KRL
4. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil dari penilitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil perhitungan kapabilitas proses dari waktu keterlambatan kedatangan KRL Commuter Line Bekasi Nomor 5207 di stasiun Jakarta Kota didapat hasil kapabilitas proses (Cpu) sebesar 0.173 dan PPM 662800 PPM dengan nilai rata-rata keterlambatan 13.71 menit dan standar deviasi 7.147. Nilai sigma sebesar -0.42. 2. Hasil perhitungan kapabilitas proses dari waktu keterlambatan kedatangan KRL Commuter Line Bekasi Nomor 5238 di stasiun Bekasi didapat hasil kapabilitas proses (Cpu) sebesar 0.266 dan PPM 785200 PPM dengan nilai rata-rata keterlambatan 16.31 menit dan standar deviasi 7.912. Nilai sigma sebesar -0.79. 3. Dari hasil perhitungan kapabilitas proses dan level sigma waktu keterlambatan KRL Commuter Line Bekasi pada penerapan pola single operation di PT. KAI Commuter Jabodetabek menunjukkan bahwa kemampuan proses KRL dalam memenuhi batas maksimal keterlambatan kedatangan KRL di stasiun tujuan masih sangat rendah. 7
Masih banyak perjalanan KRL Commuter Line Bekasi yang keterlambatannya lebih dari 10 menit. 4. Faktor-faktor penyebab keterlambatan kedatangan KRL Commuter Line Bekasi di stasiun tujuan antara lain : Antrian KRL Jabodetabek (lintas Bekasi) dengan KA jarak jauh di stasiun Cakung, Jatinegara, Manggarai, Gambir dan Jakarta Kota, perhitungan Gapeka belum akurat, mesin persinyalan dan wesel sering mengalami gangguan, rangkaian KRL Commuter Line sering mengalami gangguan, rangkaian KRL ekonomi sering mogok, Awak KRL dan petugas perjalanan datang terlambat 5. Referensi Dorothea, Malayu, Ariani, Pengendalian Kualitas Statistik, Andi Offset, Yogyakarta, 2003. Gasperz, Vincent, Metode Analisis Untuk Peningkatan Kualitas, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001. _______, Pedoman Implementasi Program Six Sigma, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002. ______, Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 2007.
Pande, S. Peter & Larry Holpp, What Is Six Sigma - Berpikir Cepat Six Sigma, Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2002. Pande, S. Peter, Robert P. Neuman, Roland R. Cavanagh, The Six Sigma Way (Terjemahan), Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2002. Priyatno, Duwi, Buku Pintar Statistik Komputer, Mediakom, Yogyakarta, 2011. Rath & Strong’s, Six Sigma Advanced Tools Pocket Guide (Terjemahan), Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2004. Samadhi, Ari, Prudensy F. Opit, Yudelen M.I. Singal, Penerapan Six Sigma Untuk Peningkatan Kualitas Produk Bimoli Classic (Studi Kasus : PT. Salim Ivomas Pratama-Bitung), Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Industri, Unika De La Salle, Manado, Vol.III,No 1, Januari 2008. Sugiono, Statistika Untuk Alfabeta, Bandung, 2009.
Penelitian,
Trihendradi, Cornelius, Statistik Six Sigma dengan Minitab, Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2006. Majalah C-News, Rujukan Transportasi Perkotaan, Edisi Perdana, Mei 2009.
Hidayat, Anang, Strategi Six Sigma Peta Pengembangan Kualitas dan Kinerja Bisnis, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2007. Montgomery, Douglas C., Pengantar Pengendalian Kualitas Statistik, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1993.
8
9