KNIT-2 Nusa Mandiri
ISBN: 978-602-72850-1-9
NON PERFORMING LOAN (NPL) DAMPAKNYA TERAHADAP KINERJA KEUANGAN BANK Ida Zuniarti Program Studi Akuntansi Akademi Manajemen Keuangan BSI Jakarta
[email protected] ABSTRACT:
The measurement of financial performance of a company is very important to do because by knowing the financial performance of a company, the information can be used to assess the success and to know the strengths and weaknesses of their respective companies. This study aims to determine NPL influence on financial performance of PT Bank Rakyat Indonesia Tbk in 2010-2014, using ratio Return on Assets (ROA) and Net Interest Margin (NIM). The data used in this research is secondary data that is a published financial statement of the balance sheet and income statement obtained from the web of Bank of Indonesia. The result shows that partially the variable of NPL has a significant effect on ROA at PT Bank Rakyat Indonesia period 2010 to 2014, and variable of NPL has a significant effect on NIM at PT Bank Rakyat Indonesia period 2010 to 2014. The determination coefficient (r2) of NPL against ROA is 95.2% which means 95.2% of NIM value is determined by the value of NPL and the remaining 4.8% is influenced by other factors which are not included in this research model. The determination coefficient (r2) of NPL against NIM is about 94.4% which means 94.4% of NIM value is determined by the value of NPL and the remaining 5.6% is influenced by other factors which are not included in this research model. Keywords: Financial Performance, NIM, NPL, and ROE
PENDAHULUAN Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama suatu bank. Penyaluran kredit kepada masyarakat yang membutuhkan baik untuk tujuan konsumtif maupun produktif, kepada perseorangan maupun kepada perusahaan menjadi sumber pendapatan yang utama bagi pihak bank, karena dari penyaluran kredit, bank akan memperoleh suatu pendapatan diantaranya adalah pendapatan bunga, provisi, dan komisi. Sampai saat ini pendapatan bunga sebagai hasil dari pemberian kredit, masih merupakan kontribusi terbesar pada pendapatan bank secara keseluruhan, baik untuk perbankan di Indonesia maupun kebanyakan bank di dunia. Bila kita perhatikan dalam laporan keuangan bank, yaitu laporan neraca bank akan terlihat sisi aktiva bank yang didominasi oleh besarnya jumlah kredit, sedangkan dalam laporan laba rugi dari sisi pendapatan akan terlihat
300
pendapatan terbesar bank adalah dari pendapatan bunga, provisi dan komisi kredit. Kemampuan bank dalam penyaluran kredit menjadi kunci utama dalam memperoleh suatu pendapatan, namun demikian pada sisi lain penyaluran kredit juga memilki resiko terbesar dalam kegiatan usaha bank, dengan demikian kegiatan pengelolaan kredit menjadi suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam suatu bank. Suatu kredit yang diberikan bank kepada debitur menjadi bermasalah bahkan dapat menjadi kredit macet pada saat debitur, baik perorangan atau perusahaan tidak mampu membayar kredit tepat pada waktunya, untuk kredit dalam bentuk kartu kredit, kredit macet atau bermasalah akan terjadi saat pengguna kartu kredit tidak mampu membayar minimum pembayaran yang sudah jatuh tempo lebih dari tiga bulan. Kredit bermasalah atau dalam dunia perbankan sering disebut dengan non
KNIT-2 Nusa Mandiri
performing loan (NPL), merupakan kredit yang dapat menimbulkan persoalan, bukan hanya terhadap bank selaku lembaga yang memberikan pinjaman tetapi juga terhadap debitur bank yang menerima pinjaman. Kredit bermasalah jika tidak dapat ditangani dengan baik maka dapat menjadi sumber kerugian yang sangat potensial bagi bank. Tingi rendahnya nilai NPL bank dapat menjadi tolok ukur kinerja bank. Jika NPL rendah, maka bank tersebut terbilang sehat. Jika NPL tinggi maka resiko yang dipikul oleh bank tersebut tinggi. Jika NPL mereka diatas batas yang sudah ditentukan sebelumnya maka bank tersebut bisa dibilang bermasalah. Jika NPL terlalu tinggi melebihi batas yang ditentukan, keberlangsungan bank tersebut bisa terancam. Itu sebabnya bank senantiasa menjaga agar nilai NPLnya selalu berada pada angka yang rendah jika ingin terus beroperasi. Pada tahun 2015 nilai NPL Indonesia secara gros naik menjadi 2,6 persen. (http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keua ngan/15/07/31/nscf2r367-bi-jumlah-kreditmacetnaik). Risiko kenaikan kredit bermasalah (NPL) akan terus membayangi perbankan hingga akhir tahun ini sejalan dengan perlambatan perekonomian dan pelemahan mata uang rupiah. Bahkan, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memperkirakan, rasio NPL akan terus naik dan mencapai puncaknya pada kuartal IV-2015. Dalam laporan “Perekonomian dan Perbankan Juli 2015” yang dirilis LPS, Rabu (5/8), analis perbankan LPS Seno Agung Kuncoro menyatakan, kenaikan NPL tersebut terjadi akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi dan depresiasi nilai tukar yang mempengaruhi kinerja perusahaan (debitur). Ancaman NPL lebih besar dari para pelaku industri manufaktur dan perdagangan yang melakukan transaksi impor namun pendapatannya dalam mata uang rupiah. Potensi kenaikan NPL perbankan sudah terlihat sejak kuartal II tahun 2015. LPS mencatat per April 2015, pertumbuhan NPL nominal naik signifikan menjadi 33,8%dari 12,2% pada periode sama 2014. Namun, secara rasio, NPL perbankan per April 2015 masih di bawah ketentuan regulator sebesar 5%, yaitu dari 2,05% menjadi 2,48%. (http://katadata.co.id/berita/2015/08/05/lpsprediksi-kredit-bermasalah-bank-memuncakpada-kuartal-iv#sthash.kmxkLBuX.dpbs). Dalam penelitian ini penulis tertarik untuk mengalisis NPL serta dampaknya terhadap kinerja keuangan bank pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. Kinerja keuangan dilihat dari
ISBN: 978-602-72850-1-9
ukuran relatif laba yaitu Return On Asset (ROA), dan Net Interest Margin (NIM). Data penelitian berupa data sekunder yang diperoleh dari web Bank Indonesia dan web Bank Rakyat Indonesia untuk periode Januari 2010 sampai dengan Desember 2014. PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk merupakan pionir kredit mikro di Indonesia. Pemerintah dan Bank Indonesia ikut mendorong industri perbankan untuk meningkatkan penyaluran kredit bagi segmen Usaha Menengah, Kecil, Mikro (UMKM), khususnya segmen mikro. BI melalui kebijakannya juga akan mewajibkan perbankan untuk setidaknya menyalurkan 20 persen berupa kredit mikro. Tujuan penyaluran kredit mikro karena usaha mikro berperan besar dalam perekonomian Indonesia dan telah teruji lebih kuat melawan ancaman krisis, namun demikian dalam kenyataanya untuk memasuki kredit mikro tidaklah mudah dan memiliki resiko yang relatif besar, hal ini terlihat dari kenaikan rasio kredit macet (NPL) kredit mikro beberapa bank yang mencoba masuk ke segmen UMKM.
BAHAN DAN METODE Data penelitian menggunakan data sekunder yang diakses dari web Bank Indonesia yaitu www.bi.go.id, dan annual report PT Bank Bank Rakyat Indonesia. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, yaitu menggunakan data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode eksplanatory yang menguraikan, menggambarkan dan menjelaskan serta mencapai jawaban tentang NPL dan dampaknya terhadap kinerja keuangan pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk dengan pendekatan kuantitatif. Variabel-variabel penelitian meliputi variabel independen (variabel bebas) adalah NPL periode Januari 2010 s.d Desember 2014, sedangkan variabel dependen (variabel terikat) adalah kinerja keuangan diukur dengan menggunakan ROA dan NIM periode Januari 2010 s.d Desember 2014. Desain model penelitian yang dilakukan adalah hubungan parsial antara variabel independen X (NPL) terhadap variabel Y (kinerja keuangan), dapat dirumuskan dengan model yaitu: Ŷ = f(X) diprediksikan sebagai: Ŷ = a + b 1X 1 + e
301
KNIT-2 Nusa Mandiri
dimana Ŷ = Kinerja Keuangan X = NPL a = Bilangan Konstanta b = Koofisien regresi Kinerja Keuangan e = Tingkat Kesalahan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi linier sederhana. Metode tersebut digunakan untuk mengetahui ada /tidaknya pengaruh yang signifikan diantara variabel bebas yaitu NPL terhadap variabel terikat yaitu kinerja keuangan pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk . Salah satu tolok ukur keberhasilan dari suatu unit usaha adalah kemampuan unit usaha dalam menghasilhan keuntungan pada setiap periodenya. Semakin tinggi kemampuan unit usaha dalam menghasilkan keuntungan maka semakin baik kinerja unit usaha tersebut dan sebaliknya. Kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat bagi berbagai pihak seperti investor, kreditur, analis, konsultan keuangan, pemerintah dan pihak manajemen sendiri. Laporan keuangan yang berupa neraca dan laporan laba rugi suatu perusahaan, bila disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu. Keadaan inilah yang akan digunakan untuk menilai kinerja perusahaan. Menurut Mulyadi (2006) pengukuran kinerja keuangan bermanfaat bagi perusahaan untuk merumuskan, melaksanakan, mengadakan penelitian terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dianggap perlu, menilai keadaan atau posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. Manfaat pengukuran kinerja keuangan bagi manajemen sebagai berikut: 1. Mengelola operasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara umum. 2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan promosi, transfer dan pemberhentian. 3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan serta untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. 4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka. 5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan. Menurut Fahmi (2011) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk
302
ISBN: 978-602-72850-1-9
melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturanaturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Tahap-tahap menganalisis kinerja keuangan terbagi atas (Fahmi,2011) 1. Melakukan review terhadap data laporan keuangan. 2. Melakukan perhitungan. 3. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh. 4. Melakukan penafsiran (interpretation) terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan. 5. Mencari dan memberikan pemecahan masalah terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan. Menurut Kasmir (2014) tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu: 1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu. 2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 5. Untuk mengukur produktifitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. 6. Untuk mengukur produktifitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri. Adapun manfaat yang diperoleh adalah untuk: 1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode. 2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Untuk mengukur kinerja keuangan suatu unit usaha dalam menghasilkan keuntungan dapat dilakukan dengan mengukur rasio keuangan unit usaha tersebut di setiap periodenya yang disebut dengan rasio profitabilitas/rasio rentabilitas/rasio keuntungan.
KNIT-2 Nusa Mandiri
ISBN: 978-602-72850-1-9
Menurut menurut Harahap (2008) rasio profitabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio profitabilitas/rasio keuntungan dapat dapat diukur dengan beberapa indikator, yaitu (Sutrisno;2013) 1.
Profit Margin Merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai, dengan rumus perhitungan sebagai berikut Earning After Tax Profit Margin =
X 100% Penjualan
2.
Return on Asset (ROA) Merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan, dengan rumus peritungan sebagai berikut ROA
3.
Earning Before Interest and Tax (EBIT) = X 100% Total Aktiva
Return on Equity (ROE) ROE merupakan tolak ukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan total modal sendiri yang digunakan. Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi investasi yang dapat menunjukkan tingkat efektivitas pengelolaan modal sendiri. ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri. ROE sering juga disebut dengan rate of return on net worth, yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih setelah dipotong pajak atau Earning After Tax (EAT), dengan demikian rumus ROE Earning After Tax (EAT) ROE
=
X 100% Modal Sendiri
3. Net Interest Margin (NIM) NIM atau marjin bunga bersih adalah ukuran perbedaan antara bunga pendapatan yang dihasilkan oleh bank atau lembaga keuangan lain dari pada debitur dan nilai bunga yang dibayarkan kepada pemberi pinjaman (deposan) . Menurut Selamet(2006), NIM adalah perbandingan antara interest income (pendapatan bunga bank yang diperoleh) dikurangi interest expenses (biaya bunga bank yang menjadi beban) dibagi dengan average interest earning assets (ratarata aktiva produktif yang digunakan). NIM sangat dipengaruhi oleh perubahan suku bunga serta kualitas aktiva produktif. Bank perlu berhatihati dalam memberikan kredit sehingga kualitas aktiva produktifnya tetap terjaga. Dengan kualitas kredit yang bagus dapat meningkatkan pendapatan bunga bersih sehingga pada akhirnya berpengaruh terhadap laba bank. Nilai NIM dapat dihitung dengan rumus: Pendapatan bunga bersih NIM = Rata-rata aktiva produktif
Kredit bermasalah adalah kredit yang tergolong kredit kurang lancar, diragukan, dan kredit macet. (Hariyani, 2010) Istilah kredit bermasalah telah digunakan Perbankan Indonesia sebagai terjemahan problem loan yang merupakan istilah yang sudah lazim digunakan di dunia internasional. Menurut Ismail (2013), kredit bermasalah merupakan kredit yang telah disalurkan oleh bank, dan nasabah tidak dapat melakukan pembayaran atau melakukan angsuran sesuai dengan perjanjian yang telah ditandatangani oleh bank dan nasabah. Penilaian atas peggolongan kredit tidak bermasalah, maupun bermasalah tersebut dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif. Penilaian secara kuantitatif dilihat dari kemampuan debitur dalam melakukan pembayaran angsuran kredit, baik angsuran pokok pinjaman atau bunga. Penilaian kredit
303
KNIT-2 Nusa Mandiri
secara kualitatif dapat dilihat dari prospek usaha dan kondisi keuangan terakhir. Kredit bermasalah akan berakibat pada kerugian bank, yaitu kerugian karena tidak diterimanya kembali dana yang disalurkan, maupun pendapatan bunga yang tidak dapat diterima, sehingga bank kehilangan kesempatan mendapat bunga, yang berakibat pada penurunan pendapatan secara total. Kredit bermasalah dapat mengakibatkan (Ismail,2013) 1. Laba atau rugi bank menurun Penurunan laba diakibatkan adanya penurunan pendapatan bunga kredit. 2. Bad debt ratio menjadi lebih besar Rasio aktiva produktif menjadi lebih rendah. 3. Biaya pencadangan penghapusan kredit meningkat. Bank perlu membentuk pencadangan atas kredit bermasalah yang lebih besar. Biaya pencadangan pengahpusan kredit akan berpengaruh pada penuruanan keuntungan bank. 4. ROA dan ROE menurun. Penurunan laba akan memilki dampak pada penuruanan ROA dan ROE, karena return turun maka ROA dan ROE akan menurun. Kredit bermasalah dikelompokkan dalam beberapa golongan. Menurut pasal 4 SK Direktur BI nomor 30/KEP/DIR tanggal 27 Februari 1998 (Hariyani, 2010) , bank melakukan penggolongan kualitas kredit menjadi dua golongan, yaitu kredit performing dan non performing. Kredit non performing merupakan kredit yang sudah dikategorikan kredit bermasalah, karena sudah terdapat tunggakan. Kredit non performing disebut juga dengan kredit bermasalah, yang dikelompokkan menjadi: 1. Kredit kurang lancar Merupakan kredit yang telah mengalami tunggakan. Kredit kurang lancar terajadi jika memenuhi kriteria: a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga melampaui 180 hari b. Sering terjadi cerukan c. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjajnjikan lebih dari 90 hari e. Pada kondisi ini hubungan debitur dengan bank memburuk f. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur g. Dokumentasi pinjaman yang melemah.
304
ISBN: 978-602-72850-1-9
2. Kredit diragukan Merupakan kredit yang mengalami penundaan pembayaran pokok dan bunga. Kredit termasuk dalam kategori kredit diragukan jika: a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga melampaui 180 hari samapi 270 hari. b. Pada kondisi ini hubungan debitur dengan bank semakin memburuk. c. Terjadi cerukan yang semakin permanen. d. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari e. Terjadi kapitalisasi bunga f. Dokumentasi hukum melemah, baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan. 3. Kredit macet Merupakan kredit yang menunggak melampaui 270 hari atau lebih. Bank akan mengalami kerugian atas kredit macet tersebut. Kredit termasuk dalam kategori macet jika : a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga yang telah melampaui 270 hari atau lebih. b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru c. Dari segi hukum atau kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar. Perhitungan kredit bemasalah dapat dilakukan dengan cara mengukur nilai NPL. Menurut surat edaran BI No. 3/30/DPDN tanggal 14 Desember 2001 sebagai berikut: (Haryani, 2010) NPL = (Total Kredit Bermasalah : Total Kredit) X 100%
(Kurang Lancar + diragukan + macet) NPL =
X 100% Total Kredit
Rasio profitabilitas yang diukur dengan meggunakan ROA merupakan salah satu rasio untuk mengukur tingkat kekayaan dari sebuah perusahaan (bank) dan NPL adalah salah satu masalah serius yang dialami oleh bank dan harus diatasi oleh bank dengan manajemen yang baik dan sistem prosedur yang baik juga. NPL akan berdampak pada penurunan pendapatan bersih, semakin besar NPL maka pendapatan bersih yang dihasilkan akan semakin kecil.
KNIT-2 Nusa Mandiri
ISBN: 978-602-72850-1-9
HASIL DAN PEMBAHASAN Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari web Bank Indonesia dan annual report PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. Data penelitian yang digunakan merupakan data laporan keuangan berupa Laporan Neraca dana Laporan Laba Rugi tahunan PT Bank Rakyat Indonsia, Tbk periode Januari 2009 s.d Desember 2014. Berdasarkan data pada laporan keuangan tersebut maka diperoleh data nilai NPL, ROA, ROE, dan NIM PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk sebagai berikut:
a = Bilangan Konstanta b = Koefisien Regresi Kualitas Pelayanan Berdasarkan perhitungan regresi linier parsial antara NPL terhadap ROA diperoleh hasil sbb Tabel 2 Koefisien Regresi NPL terhadap ROA Pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk Periode 2010 s.d 2014 Coefficients(a)
Model
Tabel 1 Nilai NPL, ROA, ROE dan NIM PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk NPL
ROA
NIM
2014
0,39
3,49
6,2
2013
0,55
3,36
6,11
2012
0,75
2,92
5,93
2011
0,51
3,36
6,03
2010
1,11
2,49
5,78
Sumber: Hasil Penelitian (2016)
A. Persamaan Regresi Linier Sederhana Analisis regresi linier sederhana digunakan mengetahui pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat yaitu: 1. NPL terhadap ROA 2. NPL terhadap NIM Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana dapat diketahui ada tidaknya pengaruh variabel independen(X) terhadap variabel dependen(Y). Persamaan regresi linier sederhana digunakan untuk menganalisis ada atau tidaknya pengaruh NPL terhadap ROA, NPL terhadap ROE, dan NPL terhadap NIM adalah: Y = a +bX Keterangan: Ŷ = ROA, NIM X = NPL
Standardized Coefficients
B
Beta
1 (Constant) .968 NPL
Tahun
Unstandardized Coefficients
-.341
Std. Error .027 .044
t
Sig. 36.520 .000
-.976
-7.704 .005
a. Dependent Variable: ROA Sumber: Data Penelitian (2016) Hasil persamaan regresi NPL terhadap ROA adalah Y = 0,968 -0,341X , artinya 1. Nilai konstanta sebesar 0.968, penjelasan tersebut dapat diartikan jika tidak ada NPL maka nilai ROA sebesar 0,968 2. Koefisien regresi (b) = -0,341, artinya jika NPL PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk, naik satu satuan maka nilai ROA akan mengalami penurunan sebesar 0, 341, dan sebaliknya jika NPL turun satu satuan maka nilai ROA akan naik sebesar 0,341 Berdasarkan perhitungan regresi linier parsial antara NPL terhadap NIM diperoleh hasil sbb Tabel 3 Koefisien Regresi NPL terhadap NIM Pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk Periode 2010 s.d 2014
Coefficients(a)
Model 1
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B
Beta
Std. Error
(Constant) 1.762
.006
NPL
.009
-.066
-.971
t
Sig.
317.195
.000
-7.097
.006
a. Dependent Variable: NIM Sumber: Data Penelitian(2016)
305
KNIT-2 Nusa Mandiri
ISBN: 978-602-72850-1-9
Hasil persamaan regresi NPL terhadap NIM adalah Y = 1,762 -0,66X , artinya 1. Nilai konstanta sebesar 1,762, penjelasan tersebut dapat diartikan jika tidak ada NPL maka nilai NIM sebesar 1,762 2. Koefisien regresi (b) = -0,066, artinya jika NPL PT Bank Rakyat Indonesia (Tbk), naik satu satuan maka nilai ROA akan mengalami penurunan sebesar 0, 066, dan sebaliknya jika NPL turun satu satuan maka nilai ROA akan naik sebesar 0,066 B. Pengujian Koefisien Korelasi Sederhana 1. Koefisien Korelasi Sederhana NPL terhadap ROA pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk
Nilai koefisien korelasi NPL terhadap NIM pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk periode 2010 s.d 2014 sebagai berikut
Tabel 5 Koefisien Korelasi NPL terhadap NIM Pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk Periode 2010 s.d 2014
Model Summary(b)
Model R
R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .971a .944 a. Predictors: (Constant), NPL b. Dependent Variable: NIM
.925
.007439468166998
Sumber: Hasil Penelitian (2016) Nilai koefisien korelasi NPL terhadap ROA pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk periode 2010 s.d 2014 sebagai berikut Tabel 4 Koefisien Korelasi NPL terhadap ROA Pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk Periode 2010 s.d 2014
Model Summary(b)
Model 1
R
R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
.976a
.952
.936
.035508135053050
a. Predictors: (Constant), NPL b. Dependent Variable: ROA Sumber : Data Penelitian (2016) Berdasarkan tabel 4, diperoleh nilai koefisien korelasi NPL terhadap ROA adalah 0,976, artinya keeratan hubungan antara NPL dengan ROA adalah sebesar 97,6%. Hubungan ini menunjukkan adanya pengaruh yang sangat kuat karena berada diantara 0,800 s.d 1,0000, yang berarti apabila nilai NPL meningkat maka nilai ROA pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk akan mengalami penurunan dan sebaliknya, sedangkan nilai koefisien determinasinya (r2) 95,2% yang berarti nilai ROA 95,2% ditentukan oleh nilai NPL dan sisanya 4,8% dipengaruhi oleh faktor lain. 2. Koefisien Korelasi Sederhana NPL terhadap NIM pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk
306
Berdasarkan tabel 5, diperoleh nilai koefisien korelasi NPL terhadap NIM adalah 0,971, artinya keeratan hubungan antara NPL dengan ROA adalah sebesar 97,1%. Hubungan ini menunjukkan adanya pengaruh yang sangat kuat karena berada diantara 0,800 s.d 1,0000, yang berarti apabila nilai NPL meningkat maka nilai ROA pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk akan mengalami penurunan dan sebaliknya, sedangkan nilai koefisien determinasinya (r2) 94,4% yang berarti nilai NIM 94,4% ditentukan oleh nilai NPL dan sisanya 5,6% dipengaruhi oleh faktor lain. C. Hasil Uji t Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau tidaknya pengaruh variabel NPL terhadap ROA dan atau ada tidaknya pengaruh variabel NPL terhadap NIM, untuk pengujian dilakukan dengan pengujian hipotesis nol, sebagai berikut: Ho1 : ß = 0, NPL tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA Ha1 : ß ≠ 0, NPL memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA Ho2 : ß = 0, NPL tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap NIM Ha2 : ß ≠ 0, NPL memiliki pengaruh yang signifikan terhadap NIM Pengujian dilakukan secara parsial untuk melihat signifikansi dari pengaruh masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen dengan mengasumsikan variabel lain
KNIT-2 Nusa Mandiri
ISBN: 978-602-72850-1-9
adalah konstan. Dasar dalam pengambilan keputusan adalah Jika thitung > ttabel maka variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Jika thitung < ttabel maka variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa NPL menghasilkan nilai thitung sebesar -7,097 dengan nilai signifikansi sebesar 0.006 lebih kecil dari 0.05 artinya variabel NPL berpengaruh secara signifikan terhadap NIM pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk.
1. Uji Hipotesi untuk Menguji Pengaruh NPL terhadap ROA
PENUTUP
Uji ini dilakukan untuk menunjukkan apakah variabel bebas yaitu NPL mempunyai pengaruh terhadap variabel independen yaitu ROA pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk, dengan hasil sebagai berikut Tabel 6 Hasil Uji t Pengaruh NPL terhadap ROA PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant) .968
.027
NPL
.044
-.341
Beta -.976
t
Sig.
36.520
.000
-7.704
.005
a. Dependent Variable: ROA
Sumber : Hasil Penelitian (2016) Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa NPL menghasilkan nilai thitung sebesar -7,704 dengan nilai signifikansi sebesar 0.005 lebih kecil dari 0.05 artinya variabel NPL berpengaruh secara signifikan terhadap ROA pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. 2. Uji Hipotesi untuk Menguji Pengaruh NPL terhadap NIM. Uji ini dilakukan untuk menunjukkan apakah variabel bebas yaitu NPL mempunyai pengaruh terhadap variabel independen yaitu NIM pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk, dengan hasil sebagai berikut Tabel 7 Hasil Uji t Pengaruh NPL terhadap NIM PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk
Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant) 1.762
.006
NPL
.009
-.066
Beta
t -7.097
UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melakukan penelitian dan menuangkannya dalam bentuk artikel ilmiah terutama kepada AMK BSI Jakarta. DAFTAR PUSTAKA
Sig.
317.195 .000 -.971
Berdasarkan pembahasan yang didasarkan data-data penelitian maka penulis menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut 1. Pada periode 2010 sampai dengan 2014 secara parsial variabel NPL berpengaruh signifikan terhadap ROA pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk 2. Pada periode 2010 sampai dengan 2014 secara parsial variabel NPL berpengaruh signifikan terhadap ROA pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk 3. Nilai koefisien korelasi NPL terhadap ROA adalah 0,976, artinya keeratan hubungan antara NPL dengan ROA adalah sebesar 97,6%. Hubungan ini menunjukkan adanya pengaruh yang sangat kuat. Nilai koefisien determinasinya (r2) NPL terhadap ROA sebesar 95,2% yang berarti nilai NIM 95,2% ditentukan oleh nilai NPL dan sisanya 4,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak masuk dalam model penelitian. 4. Nilai koefisien korelasi NPL terhadap NIM adalah 0,971, artinya keeratan hubungan antara NPL dengan ROA adalah sebesar 97,1%. Hubungan ini menunjukkan adanya pengaruh yang sangat kuat. Nilai koefisien determinasinya (r2) NPL terhadap NIM sebesar 94,4% yang berarti nilai NIM 94,4% ditentukan oleh nilai NPL dan sisanya 5,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak masuk dalam model penelitian.
.006
Fahmi,
Irham. (2011). Analisa Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Laporan
a. Dependent Variable: NIM
Sumber : Hasil Penelitian (2016)
307
KNIT-2 Nusa Mandiri
Harahap, Sofyan Syafri. (2008). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Hariyani, Iswi. (2010). Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet. Jakarta: PT.Alex Media Komputindo. BRI.(2014).Laporan Tahunan BRI.Bank Rakyat Indonesia. http://bri.co.id/ar (Diakses: Diakses tanggal 16 Maret 2016)http://www.bi.go.id/id/publikasi/lap orankeuagan/bank/umumkonvensional/De fault.aspx, [diakses tanggal 30 Maret 2016] Ismail. 2013. Akuntansi Bank Teori dan Aplikasi dalam Rupiah. Jakarta: Kencana Kasmir. (2014). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Mulyadi. (2006). Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat. Selamet, Riyadi.(2006). Banking Assets And Liability Management. Edisi Ketiga. Jakarta:Lembaga Penerbit fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Septyaningsih, Iit dan Satya Festiani.(2015). BI: Jumlah Kredit Macet Naik. Republika. http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/ keuangan/15/07/31/nscf2r367-bi-jumlahkreditmacet-naik (Diakses: 22 Maret 2016) Sutrisno.(2013). Manajemen Keuangan, Teori Konsep&Aplikasi.Yogyakarta:Ekonisia
308
ISBN: 978-602-72850-1-9
KNIT-2 Nusa Mandiri
ISBN: 978-602-72850-1-9
309