PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG GELAR AKADEMIK PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA.
Menimbang
: a.
bahwa dengan adanya perkembangan lembaga dalam
perguruan tinggi keagamaan, perlu pengintegrasian bidang-bidang keilmuan dan pengaturan mengenai gelar akademik;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agama tentang Gelar Akademik Perguruan Tinggi Keagamaan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2.
Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2Ol2
tentang
Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2o-12 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336);
-23.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2O0S tentang
Standar Nasional Pendidikan (Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2OO5 Nomor 41, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
44961
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5670); 4.
Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan
Perguruan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol4 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 55OO); 5.
Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
6.
Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang Kementerian Agama (Lembaran Negara Repubiik Indonesia Tahun 2015 Nomor 168);
7.
Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 592) sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 16 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3aB); 8.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 154 Tahun 2014 tentang Rumpun Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi serta Gelar Lulusan Perguruan Tinggi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2OI4 Nomor 1687);
L
-3 MEMUTUSKAN:
Menetapkan
:
PERATURAN MENTERI AGAMA TENTANG
GELAR
AKADEMIK PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN. BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal
1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1.
Gelar Akademik adalah gelar yang diberikan kepada lulusan pendidikan akademik bidang studi tertentu
dari suatu pergururan tinggi. Gelar akademik terdiri 2.
dari sarjana, magister, dan doktor. Program studi adalah kesatuan kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang memiliki kurikulum dan
metode pembelajaran tertentu dalam satu jenis pendidikan akademik, pendidikan profesi, dan/atau pendidikan vokasi. 3.
Pendidikan vokasi adalah pendidikan tinggi yang diarahkan untuk memiliki keahlian terapan tertentu. Menteri adalah Menteri Agama.
Direktur Jenderal adalah Direktur Pendidikan Masyarakat Masyarakat Masyarakat
Islam, Direktur Jenderal
Jenderal
Bimbingan
Kristen, Direktur Jenderal Bimbingan Katolik, Direktur Jenderal Bimbingan Hindu, Direktur Jenderal Bimbingan
Masyarakat Buddha Kementerian Agama. Pasal 2 (1)
Gelar akademik bersifat akomodatif
terhadap
perkembangan ilmu. (2)
Gelar akademik sebagaimana dimaksud pada ayat
diberikan kepada mahasiswa yang
(1)
telah
menyelesaikan semua persyaratan yang dibebankan dalam mengikuti suatu program studi dan dinyatakan lulus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
t
undangan.
-4Pasal 3 (1)
Gelar akademik sebagaimana dimaksud dalam pasal 2
ayat (1) yang diperoleh dari perguruan
tinggi
keagamaan wajib menggunakan Bahasa Indonesia. {21
Gelar akademik yang diperoleh dari perguruan tinggi keagamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dalam penulisannya wajib mengikuti kaidah bahasa Indonesia. (3)
Gelar akademik sebagaimana dimaksud pada ayat
dalam Lampiran I, Lampiran II,
(1)
Lampiran III,
Lampiran IV, dan Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan Menteri ini. Pasal 4 (1)
Pembinaan, pengembangan, dan pengawasan mengenai gelar akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dilaksanakan oleh Direktur Jenderal sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing.
(21
Penetapan program studi bidang agama dan program studi lintas disiplin yang terkait dengan bidang agama
menjadi kewenangan Direktur Jenderal sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Pasal 5
Pada saat Peraturan Menteri
ini mulai berlaku, peraturan
Menteri Agama Nomor 36 Tahun 2oo9 tentang penetapan Pembidangan Ilmu dan Gelar Akademik di Lingkungan Perguruan Tinggi Agama dan Keputusan Menteri Agama Nomor 186 Tahun 2014 tentang Penetapan Gelar Akademik Program Pascasarjana strata Dua llmu Komunikasi Hindu
dan Ilmu Hukum pada Perguruan Tinggi Agama Hindu dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 6
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. L,
-J-
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan
di Jakarta
pada tanggal 9 Agustus 2016 MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA.
ttd LUKMAN HAKIM SAIFUDDIN
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 9 Agustus 2016 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
ttd WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN
Salinan sesuai dengan aslinya Kementerian Agama RI Kepala Biro Hukum dan Kerja Sama Luar Negeri,
Gunaryo 208101991031003
20T6 NOMOR II79
g F F FFFstr:eeles:-f p'-3 esis"p,-3 FFFFFFFFFFFFF r.-E g#= HHg H:i{F$'TqB 5ERfrHHfrBHH3fr9 fiH'P gEE ;EqFFit i gHfrrrrrrFFFry -_g5555E55dBBF ,+rP
F'rit1l='a='rlF
",'.,
;i; H+
i"*F F'KF:EE fffi* 1;;rtsfi
+s sB !D e$*iEt O.PIR$ts tr5EPa;P,F.rl
o
; H 5 3 5 5 5 3 I 3 5 5 >
m
z
; -
R.ooesrwaaaq@>
BgHi'5il'55558F
:E {F-ns3H ;H;i*HFPFdFB fu*8rosqts:.>:c I7 l.g5 F'- €iFFF"*F$qf;Hs 5t E$ iEa6-coDh:eEif f
r5 "f
EF BB F
z U
z
FIyg*Ag3""H; "; H *-M ril3Fgfi F i"sEgdHs$
3 5ili-i$tB
BH "
F
a
3B+ ri':EE [F"w c D *t)Jarr.H-
+
H
p
F o.
aa aQa p !D p p p c. J]. r. !DpFD pp
.T.TT rjoior {{HHH
55!D J!+!! rD !D p
Q(n@(Daaa@aaaa FD p lD lD lD FD lD p lD p
lD
!D
pp
pppppp
t) B :J
z'?':'?'trK n'Z'n';'x-fitdtntv+
o.O-p.p-p-p-op-op-ooP.tr-o.o-P-a-o-o.o-p-o-o.
)))APP)P9)JEPPPE'PPP
rDpp
v)@aaaa p p p p p lD c. J]. c. r. J]. pppppp
J. c. i]. J]. C. J. r. C. i]. C. Jl. C. pppppA)!)ppppp pppppppppppA)
c. i].
Jf.
FFFFFFFFFFFF FF FFFPFS :p 5f15t1a1u, 555555pI5pII FF.r.-.4AA
K6Tf,-6'p ----t
5
n An ppppppA)ppppp 5pI55555555J
tt
AAAn ua
p) @
?9 9?9 > > rt :(:E :-qAqqF
???9?? q !!q:E9|qqqqFS '5'
9?9??????99? !9!!!!9!q!!!19!!9 FPPPFPP+PFPP
N !D !)
p p p p p p
p) p tD tD p) p p p p p A)
rD
rD
ts.8. 8.ts.ts.8.€.ts. ts.ts.ts.ts.8.ts.ts.8 8.ts.ts. @@(toaaaaa(raaaaaa@aoaao(n 6d6666 66 5'66 arrrFlr'lFtitlHFltsHltsttHltBFt >>:l
:(E
mm Il /"?' EE A gg *'* E3!DF ib 9' t -c
!'0!!=(/)
D lD O !) 5 O
b.r.:.:.F EEEe'6 0. -,''*a,'*u'' 6'Fp p a) !D x R[lf,TSTF ****E
p
ts.ts.ts
666d65'5'66666 !'d'tr'o:g!!!!!!:P O O O CD O O O O O O O ! 5PFT??PE55 gg*g*gg*gBg*
FsxEE 72x eE F "'r.x S z \.lz ? 6 Fl
o O
5
D)
t-
*gg*g*g*****
p A) p) p) p p p lD A) F) F) 'ftf)flflflf)i?f)f)f)fti 35Fpi5555553
9B3EF
s)
ts
F ,O
(D
lo
I
E3 g ZVt pE x 9> s -oH
oq
p
1l
-*j n
p a
FFF FF FFFFFF FFFFFFFFFFFF -PP3. :(:( TpFFIS qaqq= i". HHHFHiF EEEEEEEEEEEE
F F
zfr }-l
U)
p 0q
ZF LJ
UUU doo FFF
litii 4q-
UU oo rF
66 qn
UU UUU ii iia
UUUUUU oooooo rl.tfti)i)iti
UUU o.oo )ili)i
UUqq9UU ooQ9.9oo
Etr xt{
7i)ililititili
o
rFtFlFlFlFlFl
p Fl
.t--aii
688 FlFl>l
669d086
UUUUUU 5::r:::r
UUU i:r
UUU9PUC' ::1:::1:1
ilb'8566
'J<
('.
\^r H
FTl
sz 11V
z
z
PZ
/q:f #
pp:--F elp]":-S
FFFT ; P A s2 EHBH SEEg EB3. Sgs FelF'
$5P 3 H '
gelp
FsFFFF FFFF Srid d d FhtEEA SEBE ;rFPFd 55H.5F fiplp P.tsHB Hx$EP :FBF _qpqp tsB-F> *E ip" H$-$ sp'e ;fr ^ Px r-
f
z
; z
;
F
r
g'
o a)
z
(<
!
p B
F v)
*l
q
-
p{
a
trgg $EEE HHH +++tr$ HHHHH HHHH FFF TFFT frRRfr
;Hg Iffr$$ E'
PPF.-ddd
A)ppA)
HHHH
PPP)
??? ????q W_trJgr pxxx'x fr-HgggB
a o p 5' oc
aaaa bb,>i
qcqcqcqc
a
F
@ A)
p)
<<3 ppA)
crq
m
oq
(DAA oo(D FtiFI
cu
oA:4 55v At=-^
tIH lH 'Y
o{ 5p
fr
o
-m
IIJ
<<==< pppal!D
oq0q@0qoc a(h(n(ha ddddd
o(D(Doo FIB'ATH
?!rxxxx po(Doo :1 @AOa QOOoo PV+HF i;!)A)0l0) ;:.ddi+;+
p)F)pp X{HH
<3<< pp)p)F)
oc@0qcn (DO(hA
oooo FINIH -ddd
a o
0cmoq0e pFpp
trt
F
HHHH
F)ppF)
N
r-
(D
qq lD
F
v)
N
tr n
z
t\
z cl o zt/ a
cJ
FFF
<<3<<
HF" rFililil
<<<< fr*'FR
(n 0q F)
P
ff[
$ilFfF
Ft
vvvvv
Ft tt
:t:15115
[iff V\J\J\J tSF,tFl
itr gd DA) 35 (.t)
E' oe 6 I
a
CD