Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol 2/No.1
PENENTUAN ZONA RAWAN GUNCANGAN BENCANA GEMPA BUMI BERDASARKAN ANALISIS NILAI AMPLIFIKASI HVSR MIKROTREMOR DAN ANALISIS PERIODE DOMINAN DAERAH LIWA DAN SEKITARNYA 1
Satria Subkhi Arifin, 1Bagus Sapto Mulyatno, 2Marjiyono, 2Roby Setianegara 1
University of Lampung Geological Survey Center of Bandung Email :
[email protected]
2
ABSTRACT Microtremor is a natural harmonic ground vibration that occurs continuously with low amplitude about 0.1 to 1 micron by subsurface movements. Microtremor characteristics reflect the characteristics and types of rocks based on the value of the dominant period and useful for analyzing of rocks response in strengthening (amplification ) waves vibration based on the impedance difference between basement and sedimentary rocks above it. Based on seismicity historical, Liwa had been hit greatly by an earthquake twice on June 24th, 1933 with magnitude 7.3 skalarichter and 7.0 skalarichter on February 15th, 1994, and the degree of damage and the number of victims increases . It underlies the research of microtremor in Liwa on April 15, 2013 to May 4, 2013 that limits in providing information that used for the planology development to decrease the earthquake impact. The Data result of mickrotremor research were the value of the horizontal to vertical spectral ratio (H/V), the dominant frequency and dominant period. From the analyzing that had been done, it determined that the research area was in area within the value of amplification factor (amplification) was more than 5 and the value of the dominant period was more than 0.5 seconds. Lithology of research area was on alluvial rocks. The interaction of faults made it deformated well and cause the research area was very vulnerable when hit by earthquakes. Keywords: Microtremor, microzonation, amplification ABSTRAK Mikrotremor merupakan getaran harmonik alami tanah yang terjadi secara terus menerus dengan amplitudo rendah sekitar 0,1 – 1 mikron yang dihasilkan oleh adanya gerakan bawah permukaan. Karakteristik mikrotremor mencerminkan karakteristik dan jenis batuan berdasarkan nilai periode dominannya dan berguna dalam menganalisis respon batuan dalam memperkuat (amplifikasi) getaran didasarkan oleh perbedaan impedansi basement dengan batuan sedimen diatasnya. Berdasarkan sejarah kegempaan, daerah Liwa pernah dilanda dua kali gempa dengan magnitude yang cukup tinggi, yaitu 7,3 skalarichter pada 24 Juni 1933 dan 7,0 skalarichter pada 15 Februari 1994 dengan tingkat kerusakan dan jumlah korban yang bertambah. Hal tersebut mendasari dilakukannya penelitian mikrotremor pada 15 April 2013 sampai dengan 4 Mei 2013 yang terbatas pada penyediaan informasi yang dapat digunakan dalam upaya pembangunan maupun pengembangan tataruang demi mengurangi dampak resiko gempabumi. Data yang diperoleh berupa nilai perbandingan spektral horizontal terhadap vertikal (H/V), frekuensi dominan dan periode dominan. Dari hasil analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa wilayah penelitian berada pada area dengan nilai faktor penguatan (amplifikasi) >5 dan nilai periode dominan >0,5 detik. Kondisi litologi Kota Liwa yang berupa alluvial yang terrombak secara baik akibat interaksi sesar – sesar, membuat wilayah-wilayah tersebut sangat rentan bila diguncang gempabumi.
Kata Kunci : Mikrotremor, mikrozonasi, ampllifikasi.
I. PENDAHULUAN
lempeng
1.1
Australia terhadap lempeng Eurasia di sebelah
Latar Belakang Penelitian Wilayah
Kota
Liwa
aktif
Samudera
Hindia-
pada
Barat. Selain dipengaruhi secara aktif oleh gerak
punggungan busur belakang (back arc) dari
tektonika pada lajur tunjaman, wilayah ini
rangkaian
pegunungan
yang
dipengaruhi juga oleh gerak patahan aktif
terbentuk
akibat
subduksi
Sumatera yang membentang dari Provinsi Aceh
Bukit
adanya
terletak
tektonik
Barisan
aktivitas
30
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol 2/No.1
hingga
Provinsi
menyebabkan
Lampung.
wilayah
Kondisi
ini
kerap
ini
dilanda
pegunungan, mulai dari ketinggian 750 – 920 meter di atas permukaan laut (Gambar 1). Daerah penelitian memiliki kondisi geologi
gempabumi.
yang kompleks. Wilayah Baratlaut disusun oleh 1.2
Tujuan Penelitian
breksi gunungapi, lava dan tuff dari formasi
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah, a) Menentukan
nilai
Hulusimpang (Tomh) dan formasi Bal (Tmba)
amplifikasi
mikrotremor wilayah Kota Liwa dan
serta breksi gunungapi – lava – tuff dari Gunung Seminung (Qhv(sm)).
sekitarnya.
Wilayah Barat litologi berupa lava – tuff –
b) Menentukan nilai periode dominan wilayah Kota Liwa dan sekitarnya. c) Menentukan
zona
rawan
breksi
gunungapi
dari
Gunung
Tababajau
(Qv(tb)).
bencana
gempabumi di wilayah penelitian.
Di sebelah Baratdaya tersusun atas lava – tuff – breksi dari Gunung Limau (Qv(lk)). Bagian Selatan tersusun oleh batuan tuff –
1.2
Batasan Masalah Adapun
lava – breksi gunungapi yang bersumber dari
penelitian
ini
terbatas
pada
penyediaan informasi berupa peta zonasi periode
Gunung Liwa (Qv(lw)) dan Gunung Sermaun (Qv(sr)).
dominan yang dikaitkan dengan nilai amplifikasi wilayah penelitian dan data sebaran ketebalan sedimen sebagai
permukaan langkah
yang
dapat
awal dalam
digunakan
pembangunan
tataruang maupun untuk mengurangi resiko
Pada
bagian
Tenggara
litologi
masih
tersusun oleh lava – tuff – breksi dari Gunung Sermaun (Qv(sr)) yang berasosiasi dengan batuan breksi gunungapi – lava – tuff Gunung Sekincau (Qhv(si)).
bencana gempabumi.
Batuan breksi gunungapi – lava – tuff Gunung Giham (Qhv(gh)) dan breksi – tuff dan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
batu
Geologi Regional Wilayah Penelitian Wilayah penelitian o
Ranau
(Qtr(r))
mikrotremor berada
Di bagian Utara litologi tersusun atas
o
00’ 51,4” sampai 104o 08’ 47” BT. Lokasi pengambilan data mikrotremor berada pada lokasi memiliki
didominasi
Gunung
mendominasi litologi bagian Timur.
pada 4 57’ 21” sampai 5 4’ 18,2” LS dan 104o
yang
lempung
oleh
morfologi daerah
yang
beragam
perbukitan
dan
batuan breksi gunungapi – lava – tuff Gunung Pasagi (Qhv(ps)) dan Gunung Kukusan (Qhv(kk)) serta
sedikit
kenampakan
endapan
kipas
gunungapi (Vf), serta dominasi breksi – tuff dan batu lempung (Qtr(r)) (Gambar 1). 31
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol 2/No.1
III. TEORI DASAR
besar perbedaan itu, maka perbesaran yang
3.1 Mikrotremor
dialami gelombang tersebut akan semakin besar.
Mikrotremor merupakan getaran tanah yang
Nakamura (2000) menyatakan bahwa nilai
sangat kecil dan terus menerus yang bersumber
faktor penguatan (amplifikasi) tanah berkaitan
dari berbagai macam getaran seperti, lalu lintas,
dengan perbandingan kontras impedansi lapisan
angin, aktivitas manusia dan lain-lain (Kanai,
permukaan dengan lapisan di bawahnya. Bila
1983). Mikrotremor dapat juga diartikan sebagai
perbandingan kontras impedansi kedua lapisan
getaran harmonik alami tanah yang terjadi secara
tersebut tinggi maka nilai faktor penguatan juga
terus
sedimen
tinggi, begitu pula sebaliknya. Marjiyono (2010)
permukaan, terpantulkan oleh adanya bidang
menyatakan bahwa, amplifikasi berbanding lurus
batas lapisan dengan frekuensi yang tetap,
dengan nilai perbandingan spektral horizontal dan
disebabkan
bawah
vertikalnya
(H/V).
permukaaan tanah dan kegiatan alam lainnya.
bertambah,
jika
Penelitian
mengetahui
deformasi (pelapukan, pelipatan atau pesesaran)
karakteristik lapisan tanah berdasarkan parameter
yang mengubah sifat fisik batuan. Pada batuan
periode
yang sama, nilai amplifikasi dapat bervariasi
menerus,
oleh
terjebak
getaran
mikrotremor
dominannya
dan
dilapisan
mikro
dapat
faktor
di
penguatan
Nilai batuan
amplifikasi telah
bisa
mengalami
sesuai dengan tingkat deformasi dan pelapukan
gelombangnya (amplifikasi). Dalam kajian teknik kegempaan, litologi yang lebih lunak mempunyai resiko yang lebih
pada tubuh batuan tersebut. Berdasarkan
pengertian tersebut,
maka
tinggi bila digoncang gelombang gempabumi,
amplifikasi dapat dituliskan pada persamaan 1
karena akan mengalami penguatan (amplifikasi)
sebagai suatu fungsi perbandingan nilai kontras
gelombang yang lebih besar dibandingkan dengan
impedansi, yaitu
batuan yang lebih kompak.
Ao = {(ρb.vb)/(ρs.vs)}.........(1)
3.2 Amplifikasi. Amplifikasi
ρb = densitas batuan dasar (gr/ml). merupakan
perbesaran
gelombang seismik yang terjadi akibat adanya perbedaan yang signifikan antar lapisan, dengan kata lain gelombang seismik akan mengalami perbesaran, jika merambat pada suatu medium ke medium lain yang lebih lunak dibandingkan
vb= kecepatan rambat gelombang di batuan dasar (m/dt). vs = kecepatan rambat gelombang di batuan lunak (m/dt). ρs = rapat massa dari batuan lunak (gr/ml).
dengan medium awal yang dilaluinya. Semakin 32
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol 2/No.1
pada titik ukur yang sama. Hasil pengamatan
3.3 Mikrozonasi Mikrozonasi mikrotremor adalah suatu
menunjukkan bahwa rekaman pada stasiun yang
proses pembagian area berdasarkan parameter
berada pada batuan keras, nilai maksimum rasio
tertentu
spektrum komponen horizontal terhadap vertikal
memiliki
karakteristik
yang
dipertimbangkan antara lain adalah getaran tanah, faktor
penguatan
dominan.
(amplifikasi)
Secara
dan
umum,
mendekati nilai 1. Sedangkan pada stasiun yang berada pada
periode
mikrozonasi
batuan
lunak,
rasio
nilai
maksimumnya
mikrotremor dapat dikatakan sebagai proses
mengalami perbesaran (amplifikasi), yaitu lebih
untuk memperkirakan respon dan tingkah laku
besar dari 1. Berdasarkan kondisi tersebut maka,
dari lapisan tanah atau sedimen terhadap adanya
Nakamura merumuskan sebuah fungsi transfer
gempabumi. Dalam mikrozonasi mikrotremor
HVSR (horizontal to vertical spectrum ratio)
terdapat beberapa metode yang kerap digunakan,
mikrotremor, dimana efek penguatan gelombang
antara lain :
pada komponen horizontal dapat dinyatakan oleh persamaan 2 berikut :
3.3.1 Analisis HVSR (Horizontal – Vertical Spectral Ratio) Metode
HVSR
merupakan
metode
SE (w) = HS (w) / HB (w) .................(2) HS(w)
membandingkan spektrum komponen horizontal terhadap komponen vertikal dari gelombang mikrotremor. Mikrotremor terdiri dari ragam
perbandingan
H/V
HB(w)
Perbandingan H/V pada mikrotremor adalah perbandingan kedua komponen yang secara teoritis dominan
menghasilkan suatu
lokasi
suatu secara
nilai. dasar
Periode
mikrotremor
komponen
=
spektrum
mikrotremor
komponen
horizontal di batuan dasar. Penguatan
mikrotremor
memberikan dasar dari periode gelombang S.
spektrum
horizontal di permukaan.
dasar gelombang Rayleigh, diduga bahwa periode puncak
=
gelombang
pada
komponen
vertikal dapat dinyatakan sebagai rasio spektrum komponen vertikal di permukaan dan di batuan dasar (persamaan 3), yaitu, AS (w) = VS (w) / VB (w) ..................(3)
dapat
diperkirakan dari periode puncak perbandingan
VS(w)
=
memisahkan efek sumber gelombang dengan efek geologi dengan cara menormalisir spektrum komponen horizontal dengan komponen vertikal
mikrotremor
komponen
vertikal di permukaan.
H/V mikrotremor. Pada tahun 1989, Nakamura mencoba
spektrum
VB(w)
=
spektrum
mikrotremor
komponen
vertikal di batuan dasar. Untuk mereduksi
efek
sumber,
maka
spektrum penguatan horizontal SE (w) dilakukan 33
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol 2/No.1
normalisasi terhadap spektrum sumber AS(w)
berubah terhadap variasi kondisi geologi (Tabel
(persamaan 4) yaitu,
1).
SM(w)=SE (w)/AS(w)=[HS(w)/VS(w)]/[HB(w)/VB(w )]....(4)
Tabel 1. Tabel Kalisifikasi Tanah Berdasarkan Nilai Frekuensi Dominan Mikrotremor Oleh Kanai (Dikutip dari Buletin Meteorologi dan Geofisika No.4, 1998). Klasifikasi Tanah
Dimana, SM (w) adalah fungsi transfer
Tipe
Frekuensi Dominan (Hz)
Jenis Jenis I 6,667 – 20
untuk lapisan soil. Jika, HB (w) / VB (w) = 1
Tipe IV
Maka,
horizontal
yang
diukur
timur, sehingga persamaan 5 berubah menjadi, SM (w) = [(HSN (w) 2 + HWE (w)2)1/2] / VS ........(6) HSN (w) adalah spektrum mikrotremor komponen horizontal utara–selatan. HWE (w)
adalah
spektrum mokrotremor komponen barat–timur. 3.3.2 Analisis Frekuensi Dominan Frekuensi dominan adalah nilai frekuensi yang kerap muncul sehingga diakui sebagai nilai frekuensi dari lapisan batuan di wilayah tersebut
Ketebalan sedimen permukaannya sangat tipis, didominasi oleh batuan keras Ketebalan sedmien permukaannya masuk dalam kategori menengah 5 – 10 meter Ketebalan sedimen permukaan masuk dalam kategori tebal, sekitar 10 – 30 meter Ketebalan sedimen permukaannya sangatlah tebal
Jenis III 2,5 – 4
Batuan alluvial, dengan ketebalan >5m. Terdiri dari dari sandy-gravel, sandy hard clay, loam, dll.
yaitu
komponen utara–selatan dan komponen barat–
Batuan tersier atau lebih tua. Terdiri dari batuan Hard sandy, gravel, dll
Batuan alluvial, dengan ketebalan 5m. Terdiri dari dari sandy-gravel, sandy hard clay, loam, dll.
Dalam pengamatan di lapangan ada dua komponen
Deskripsi
Jenis II 10 – 4
SM (w) = HS (w) / VS (w) ..................(5) Tipe III
Klasifikasi Kanai
Tipe II Tipe I
< 2,5
Jenis IV
Batuan alluvial, yang terbentuk dari sedimentasi delta, top soil, lumpur,dll.Dengan kedalaman 30m atau lebih
3.3.4 Analisis Periode Dominan Nilai periode dominan merupakan waktu yang dibutuhkan gelombang mikrotremor untuk merambat melewati lapisan endapan sedimen permukaan atau mengalami satu kali pemantulan terhadap bidang pantulnya ke permukaan. Nilai periode dominan juga mengindikasikan karakter lapisan batuan (Tabel 2) yang ada di suatu wilayah. Nilai periode dominan didapatkan berdasarkan perhitungan berikut,
sehingga nilai frekuensi dapat menunjukkan jenis dan karakterisktik batuan tersebut. Lachet dan Brad (1994) melakukan uji simulasi dengan menggunakan 6 model struktur geologi sederhana
T0 = 1/ f0 ............... (7) Dimana, T0 = periode dominan. f0 = frekuensi dominan.
dengan kombinasi variasi kontras kecepatan gelombang geser dan ketebalan lapisan soil. Hasil simulasi menunjukkan nilai puncak frekuensi 34
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol 2/No.1
Tabel 2. Klasifikasi Tanah Kanai – Omote – Nakajima (Dikutip dari Buletin Meteorologi dan Geofisika No.4, 1998). Kanai
Klasifikasi Tanah Omote Nakajima
Jenis I
Keterangan
5. Alat Tulis
13) Mapinfo10.Pro
Keras
0,05 – 0,15
Batuan tersier atau lebih tua. Terdiri dari batuan Hard sandy, gravel, dll Batuan alluvial, dengan ketebalan 5m. Terdiri dari dari sandygravel, sandy hard clay, loam, dll.
Sedang
Batuan alluvial, hampir sama dengan jenis II, hanya dibedakan oleh adanya formasi bluff.
Lunak
Batuan alluvial, yang terbentuk dari sedimentasi delta, top soil, lumpur, dll. Dengan kedalaman 30m atau lebih.
Sangat Lunak
Karakter
Titik Pengukuran
0,10 –
Jenis II
0,25 –
Jenis B
Lebih dari
Jenis IV
12) Surfer10
6. Peta Rencana
Periode (T) second
Jenis A
Jenis III
4. Kompas
Jenis C
7. Peta geologi regional lokasi pengukuran 8. Kamera 4.2 Diagram Alir Penelitian Mikrotremor Mul
Peta Rencana Pencarian lokasi Titik ukur di
Pengukuran
Pengolahan HVSR dengan
Nilai Amplifikasi
IV. METODOLIGI PENELITIAN
Dengan
seismograph
khusus,
Nilai Frekuensi
Pembuatan Kontur Data
Penentuan Lebar Jendela Moving average
4.1 Alat dan Bahan Penelitian Mikrotremor
Nilai Periode
maka Pembuatan Peta dengan
mikrotremor dapat diteliti dan dimanfaatkan dalam upaya menentukan karakter tanah dan struktur sehingga hasilnya dapat digunakan dalam
Peta Sebaran
menekan resiko jika terjadi gempa. Adapun alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian
Peta Geologi Regional Lokasi Pengukuran
mikrotremor adalah sebagai berikut : 1. Datamark SARA
9) Microsoft Excel
10) Geophsy.org
Pembahasa
V.
HASIL PENELITIAN Hasil kajian tersaji dalam peta-peta tematik
0,2 Hz 3 komponen 3. Handy GPS
Peta Frekuensi
Kesimpul an
2007 2. Seismometer
Peta Periode
11) Matlab R2009a
yang tersusun menjadi suatu sistem informasi 35
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol 2/No.1 Bedudu
Kec. Belalau
3–4
Rendah
Kuwau
Kec. Batubrak
3–4
Rendah
Koboe Tengah
Kec. Batubrak
3–4
Rendah
Sukarame
Kec. Batubrak
3–4
Rendah
Kegeringan
Kec. Batubrak
3–4
Rendah
Negeriratu
Kec. Balikbukit
3–4
Rendah
Kenali I
Kec. Belalau
4–5
Sedang
Bumiagung
Kec. Belalau
4–5
Sedang
Kejadian
Kec. Belalau
4–5
Sedang
Batukebayan
Kec. Batubrak
4–5
Sedang
Giham Sukamaju
Kec. Batubrak
4–5
Sedang
Hanakau
Kec. Balikbukit
4–5
Sedang
Kota Liwa
Kec. Balikbukit
5–6
Tinggi
Kedondong
Kec. Balikbukit
5–6
Tinggi
Gunungsugih
Kec. Balikbukit
5–6
Tinggi
Wates
Kec. Balikbukit
5–6
Tinggi
Way Mengaku
Kec. Balikbukit
5–6
Tinggi
Way Empuleu Uleu
Kec. Balikbukit
5–6
Tinggi
(zonasi) nilai faktor penguatan untuk wilayah
Pekonbalak
Kec. Batubrak
5–6
Tinggi
Kembahang
Kec. Batubrak
5–6
Tinggi
Kota
Bakhu
Kec. Belalau
5–6
Tinggi
Kenali II
Kec. Belalau
6>
Sangat Tinggi
kerawanan gempabumi. Sistem informasi ini terdiri dari peta tingkat kerawanan gempabumi yang dilengkapi dengan peta tematik parameterparameter penyusunnya yaitu peta geologi, peta nilai periode dominan, peta percepatan tanah maksimum dan peta nilai faktor amplifikasi. Tumpangsusun (overlay) dari peta-peta nilai periode dominan, nilai faktor amplifikasi, nilai PGA, zona sesar dan kelompok batuan. Untuk menyederhanakan gambaran pola penguatan,
maka
Liwa
dilakukan
dan
berpenguatan
pengelompokan
sekitarnya,
sangat
rendah
yakni
zona
(2-3),
zona
berpenguatan rendah (3-4), zona berpenguatan
Sedangkan nilai variasi frekuensi dominan
sedang (4-5), zona berpenguatan tinggi (5-6) dan
wilayah Kota Liwa dan sekitanya berada antara
zona berpenguatan sangat tinggi (>6). Untuk
0,5–10 Hz dapat dilihat pada tabel 4 dan gambar
selanjutnya zonasi ini dianggap menunjukkan
3.
tingkat
Tabel 4. Nilai Frekuensi Dominan Kota Liwa dan Sekitarnya.
kerawanan
relatif
terhadap
bahaya
gempabumi (Gambar 2). Data mengenai wilayah
Nama Pekon
Kecamatan
Canggu
Kec. Batubrak
1,5 – 2,5
Kutabesi
Kec. Batubrak
0,5 – 1,5
Batubrak
Kec. Batubrak
0,5 – 1,5
Taman Nasional Bukit
Kec. Bakikbukit
4,5 >
Pagar Dewa
Kec. Sukau
2,5 – 3,5
Jaga Raga
Kec. Sukau
2,5 – 3,5
Tingkat
Tanjungraya
Kec. Sukau
3,5 – 4,5
Faktor Penguatan
Kerentanan
Gunung Kemala
Kec. Sukau
4,5 >
penelitian dan nilai amplifikasinya dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Nilai Amplifikasi Kota Liwa dan Sekitarnya. Nama Pekon
Kecamatan
Zona
Nilai
Zona Nilai Frekuensi Dominan (Hz)
Barisan Selatan
Canggu
Kec. Batubrak
2–3
Sangat Rendah
Hanakau
Kec. Sukau
2,5 – 3,5
Kutabesi
Kec. Batubrak
2–3
Sangat Rendah
Sukaraja
Kec. Belalau
3,5 – 4,5
Batubrak
Kec. Batubrak
2–3
Sangat Rendah
Kegeringan
Kec. Batubrak
1,5 – 2,5
Kec. Bakikbukit
3–4
Rendah
Bumi Agung
Kec. Belalau
1,5 – 2,5
Kejadian
Kec. Belalau
0,5 – 1,5
Turgak
Kec. Belalau
4,5 >
Kuwau
Kec. Batubrak
1,5 – 2,5
Koboe Tengah
Kec. Batubrak
1,5 – 2,5
Negeriratu
Kec. Batubrak
2,5 – 3,5
Kenali I
Kec. Belalau
1,5 – 2,5
Batukebayan
Kec. Batubrak
0,5 – 1,5
Taman
Nasional
Bukit
Barisan
Selatan Pagar Dewa
Kec. Sukau
3–4
Rendah
Jaga Raga
Kec. Sukau
3–4
Rendah
Tanjungraya
Kec. Sukau
3–4
Rendah
Gunung Kemala
Kec. Sukau
3–4
Rendah
Sukaraja
Kec. Belalau
3–4
Rendah
Turgak
Kec. Belalau
3–4
Rendah
36
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol 2/No.1 Giham Sukamaju
Kec. Batubrak
0,5 – 1,5
Way Mengaku
Kec. Balikbukit
3,5 – 4,5
Hanakau
Kec. Balikbukit
2,5 – 3,5
Negarabatin
Kec. Balikbukit
4,5 >
Kota Liwa
Kec. Balikbukit
0,5 – 1,5
Kedondong
Kec. Balikbukit
0,5 – 1,5
Gunungsugih
Kec. Balikbukit
1,5 – 2,5
Wates
Kec. Balikbukit
2,5 – 3,5
Pekonbalak
Kec. Batubrak
2,5 – 3,5
Way Empuleu Uleu
Kec. Balikbukit
0,5 – 1,5
Kembahang
Kec. Batubrak
1,5 – 2,5
Bakhu
Kec. Belalau
1,5 – 2,5
Kenali II
Kec. Belalau
0,5 – 1,5
Kota Liwa berada pada zona I yang terlingkupi oleh zona II dengan nilai periode dominan mulai dari 0,5 detik sampai lebih dari 0,75 detik dan memiliki nilai faktor penguatan 5– 6 (Gambar 14). Jenis batuan permukaan di Kota Liwa
berdasarkan
klasifikasi
nilai
periode
dominannya adalah alluvial dan adanya interaksi sesar–sesar di Kota Liwa membuat tingkat deformasi mengakibatkan batuan penyusun di
Sedangkan untuk memudahkan analisis
Kota Liwa sangatlah lunak. Wilayah lainnya yang
nilai periode dominan wilayah penelitian, maka
berada pada kondisi yang sama dengan Kota Liwa
dibuatlah empat zona khusus wilayah Kota Liwa
yaitu Kedondong (Kecamatan Balikbukit) dan
dan sekitarnya berdasarkan nilai periode yang
Bumiagung (Kecamatan Belalau).
masuk ke dalam klasifikasi Kanai dan deskripsi
Wilayah yang berada pada zona periode
jenis batuannya (Tabel 5 dan Gambar 4)
dominan yang sama dengan Kota Liwa, namun
Tabel 5. Klasifikasi Zona Periode Dominan
nilai faktor penguatan yang berbeda, yaitu
Mikrotremor Wilayah Kota Liwa
Negeriratu (Kecamatan Batubrak), Batukebayan
dan Sekitarnya.
(Kecamatan
Batubrak),
Batubrak),
Giham
Zona
Periode (Ts)
Klasifikasi Kanai
Deskripsi
Kuwau
Sukamaju
(Kecamatan (Kecamatan
Batubrak) dan Pekon Koboe Tengah (Kecamatan
Jenis I (Batuan
tersier
atau
Batubrak), juga memiliki tingkat resiko yang
lebih tua. Terdiri dari Hard
batuan
tinggi, jika dilanda gempabumi, namun dengan
sandy,
gravel, dll) IV
< 0,25
Batuan Keras
Jenis II (Batuan alluvial, dengan
dampak
kerusakan
yang
lebih
rendah
dibandingkan dengan Kota Liwa.
ketebalan 5m. Terdiri dari dari sandy-gravel, sandy hard clay, loam,
VI. KESIMPULAN
dll.) Jenis III
Dari hasil dan analisis yang telah dilakukan,
(Batuan alluvial, hampir III
0,25 – 0,5
sama dengan jenis II,
Dilluvial
maka dapat disimpulkan bahwa :
hanya dibedakan oleh
1. Kota Liwa berada pada zona dengan faktor
adanya formasi bluff.) Jenis IV II
0,5 – 0,75
Alluvial Segar
(Batuan alluvial, yang terbentuk
dari
dominan 0,5 – 0,75 s di wilayah pinggirnya
sedimentasi delta, top I
0,75 >
soil,
lumpur,
dll.
penguatan (amplifikasi) 5 – 6 dengan periode
Alluvial Lunak
dan lebih dari 0,75s tepat di pusat Kota Liwa
Dengan kedalaman 30m atau lebih.)
dan memiliki litologi batuan berupa alluvial 37
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol 2/No.1
dengan ketebalan mulai dari 11 meter hingga
usaha pengembangan fasilitas umum dan
20 meter di wilayah pinggir dan semakin ke
kesadaran masyarakat dalam menanggapi
arah pusat kota ketebalan lebih dari 20 meter
bencana gempabumi yang sewaktu-waktu
yang terdeformasi dengan baik oleh adanya
dapat melanda harus lebih ditingkatkan.
interaksi sesar–sesar di Kota Liwa, sehingga Kota Liwa memiliki tingkat kerawanan yang
DAFTAR PUSTAKA
tinggi terhadap guncangan gempabumi.
Aswandi, L., 2005. Mikrozonasi Kota Kendari dan Sekitarnya Menggunakan Analisis Mikrotremor. Skripsi Universitas Hasanudin. Makassar.
2. Wilayah lainnya yang serupa dengan Kota Liwa dan memiliki tingkat kerawanan yang tinggi berdasarkan nilai amplifikasi dan periode
dominannya
adalah
Pekon
Kedondong, Pekon Gunungsugih dan Pekon Way
Empuleu
Uleu
di
Kecamatan
Balikbukit, Pekon Balak, Pekon Negeriratu dan
Pekon
Kembahang
di
Kecamatan
Batubrak, Pekon Bumiagung, Pekon Kenali II dan Pekon Kejadian di Kecamatan Belalau. 3. Wilayah yang direkomendasikan sebagai wilayah adalah
pengembangan dalam wilayah
yang
memiliki
tataruang tingkat
kerentanan yang rendah yaitu, dengan nilai amplifikasi < 5 dan berada pada zona III dan IV (periode dominan) meliputi, Kecamatan Sukau (Pagardewa, Jagaraga, Tanjungraya, Hanakau dan Gunung Kemala), Kecamatan Batubrak (Negarabatin dan Kegeringan), Kecamatan
Belalau
(Turgak,
Bedudu,
Sukaraja). 4. Kecamatan
Balikbukit
dan
Batubrak
merupakan Kecamatan yang hampir seluruh wilayahnya memiliki tingkat kerawanan yang tinggi, jika diguncang gempabumi, sehingga
BPS. 2012. Kabupaten Lampung Barat. Badan Pusat Statistik. Lampung. BMKG. 1998. Sumberdaya Geologi. Buletin Meteorologi dan Geofisika No. 4. BMKG. Jakarta. Febriana. 2007. Eksplorasi Seismik. Unpad. Bandung. Finn. 1994. Effect of Foundation Soils on Seismic Damage Potential. Madrid. Spain. Gunawan dan Subardjo. BMKG. Jakarta.
2005.
Seismologi.
Hambling, W.K., 1986. The Earth’s Dynamic Systems : a text book in physical geology third edition. Minnesota : Burgest Publishing Company. Kanai, K., 1983. Seismology in Engineering. Tokyo University. Japan. Kertapati, E., Putranto, E. K., 1991. Gempabumi Merusak Indonesia. Katalog Pusat Survei Geologi. Bandung. Konno, K., Omachi, T., 1998. Ground Motion Characteristics Estimated from Spectral Ratio between Horizontal and Vertical Components of Microtremor.” Bull. Seism. Soc. Am., Vol.88, No.1, 228-241. Lachet, C., dan Brad, P.Y., 1994. Numerical and Theoretical Investigations on The Possibilities and Limitations of Nakamura’s Technique. J. Phys. Earth, 42, 377-397.
perlu perhatian khusus dari pemerintah dalam 38
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol 2/No.1
Lang, D. H., 2004. Damage Potential of Seismic Ground Motion Considering Local Site Effects. Doctoral Disertation. University of Weimar : Weimar. Marjiyono, Soehaimi, dan Kamawan. 2007. Identifikasi Sesar Aktif Daerah Cekungan Bandung Berdasarkan Citra dan Kegempaan. Jurnal Sumberdaya Geologi. Bandung. Estimasi Karakteristik Marjiyono. 2010. Dinamika Tanah Dari Data Mikrotremor Wilayah Bandung. Thesis ITB. Bandung. Nakamura, Y., 1989. A Method For Dynamic Characteristics Estimation of Subsurface. Quarterly Reports Of The Railway Technical Research Institute. Tokyo, 30, 25-33. Nakamura, Y., 2000. Clear Indentification of Fundamental Idea of Nakamura’s Technique and Its Application. Tokyo University. Japan.
Gelombang Mikrotremor Bor”.Jurnal Ilmiah Indraprasta PGRI.
Dan Data Universitas
Prager, E. J., 2006. Furious Earth : The Science and Nature of Earthquakes, Volcanoes and Tsunamis. Bandung : Penerbit Buku Pakar Raya. Ramdani, R. N., 2011. Pemetaan Mikrozonasi Gempabumi Di Daerah Jepara Jawa Tengah Dengan Metoda HVSR. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Sheriff, R. E., dan Geldart, L. P., 1995. Exploration Seismology 2nd Edition. Cambridge University Press : New York. USA. Wiradisastra. 2002. Geomorfologi dan Analisis Landskap. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Parwatiningtyas, D., 2008. “Perbandingan Karakteristik Lapisan Bawah Permukaan Berdasarkan Analisis LAMPIRAN
Gambar 1. Peta Geologi Regional Dan Topografi Wilayah Penelitian
39
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol 2/No.1
Gambar 2. Peta Sebaran Amplifikasi dan Geologi Regional Wilayah Penelitian.
Gambar 3. Peta Sebaran Frekuensi Dominan Lokasi Penelitian
Gambar 4. Peta Sebaran Periode Dominan dan Geologi Regional Wilayah Peneliti an 40