Pengaruh Perbedaan Jenis dan Dosis Pupuk Kandang pada Media Lumpur terhadap Kelimpahan Populasi Cacing Sutera (Tubifex sp.) sebagai Pakan Alami pada Budidaya Perikanan Ninis Trisyani, Arif Rachman, Mivida Febriani Fishery, Faculty of Marine Technology and Science, UHT, Surabaya
Abstract: This study was conducted to determine the influence of various types and doses of fertilizer in the mud media for the silkworm population abundance (tubifex sp.). Fertilizers that contain high nutrient elements are useful as food for silk worms so that they can grow on silkworms population in the mud medium. This study used 27 aquarium, size 50 cm x 30 cm x 25 cm. This experiment using a completely randomized factorial design with nine treatments and three replicates. The treatment consist of two factors that the type and dose, includes: chicken manure with a dose of 20%, 40% and 60%, with a dose of duck manure 20%, 40% and 60%, and cow dung with a dose of 20%, 40% and 60 %. Earthworm population data for 10 days after the study were analyzed by analysis of variance followed by the least significant difference test to determine differences among the treatments. Results from the study indicate that differences in type and dose of fertilizer sludge influence on the media (P <0.05) in the population abundance of silk worm (tubifex sp.). Chicken manure fertilizer types and doses of 60% gave the best results with an average population abundance of 215 individuals. Keywords: silk worms, completely randomized factorial design
PENDAHULUAN Pakan alami merupakan makanan hidup bagi larva dan benih ikan maupun udang. Jenisjenis pakan alami yang dimakan ikan sangat beragam, tergantung pada jenis ikan dan tingkat umurnya, untuk jenis ikan hias pakan alami yang sesuai yaitu cacing sutera atau juga dikenal dengan cacing rambut (Tubifex sp). Cacing sutera ini biasanya diberikan dalam keadaan hidup atau masih segar karena lebih disukai ikan. Cacing sutera (Tubifex sp) cukup mudah untuk dijumpai, dan jika dibudidayakan tidaklah sulit untuk melakukannya. Kemampuannya beradaptasi dengan kualitas air yang buruk membuatnya bisa dipelihara di perairan mengalir mana saja, bahkan pada perairan tercemar sekalipun. Selain itu juga nilai gizi yang ada pada cacing ini cukup baik untuk pertumbuhan ikan. Berbagai keunggulan ini membuat Cacing sutera (Tubifex sp) menjadi primadona pakan alami bagi dunia perikanan. Media yang disukai cacing ini adalah media lumpur. Selama ini cacing ini berasal dari hasil tangkapan di alam, sehingga untuk memenuhi kebutuhan pakan alami ikan budidaya maka dikembangkan budidaya cacing sutera pada media organik, yaitu kombinasi pupuk kandang pada media lumpur. Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk kotoran ayam, pupuk kotoran itik dan pupuk kotoran sapi. Pupuk kandang tersebut digunakan untuk pemupukan sebagai makanan bagi cacing sutera karena mengandung N, P dan K yang tinggi dan juga mudah didapat.
34
Priyambodo dan Wahyuningsih (2001) menjelaskan bahwa tubuh cacing Tubifex sp berukuran kecil, ramping, bulat, dan terdiri atas 30-60 segmen. Tubuh cacing Tubifex sp terdiri dari dua lapisan otot yang membujur dan melingkar sepanjang tubuhnya. Panjangnya antara 10-30 mm dengan warna tubuh kemerah-merahan. Spesies ini mempunyai saluran pencernaan berupa celah kecil mulai dari mulut sampai anus. Cacing Tubifex sp ini hidup berkoloni, bagian ekornya berada dipermukaan dan berfungsi sebagai alat bernapas dengan cara difusi langsung dari udara. Pupuk adalah semua bahan yang diberikan kepada tanah dengan maksud untuk memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Bahan yang diberikan ini dapat bermacammacam, misalnya berupa pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, abu tanaman, kotoran atau ekskremen hewan, tepung darah, bungkil, pupuk buatan pabrik dan sebagainya. Pupuk kandang dihasilkan oleh berbagai macam hewan seperti ayam, itik, sapi dan lain-lain (Djoehana, 1986). Hal-hal tersebut diatas mendorong peneliti untuk melakukan percobaan tentang perbedaan jenis dan dosis pupuk kandang pada media lumpur yang diharapkan akan menumbuhkan kelimpahan populasi cacing sutera tersebut.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perikanan (Hatchery) Universitas Hang Tuah Surabaya Jawa Timur. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah cacing sutera (Tubifex sp) yang diperoleh dari sungai Sepanjang Surabaya. Wadah percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium dengan ukuran panjang 50 cm lebar 30 cm dan tinggi 25 cm yang berjumlah 27 buah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis dan dosis pupuk kandang, variabel terikatnya adalah kelimpahan populasi serta variabel terkontrolnya yaitu suhu, pH, oksigen terlarut, amoniak dan debit air. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) Faktorial yang disusun secara sederhana dengan 9 perlakuan dan 3 kali ulangan, maka seluruhnya terdapat 27 satuan percobaan. Diantaranya : Perlakuan A1 = (lumpur ditambah pupuk kotoran ayam 20%), Perlakuan A2 = (lumpur ditambah pupuk kotoran ayam 40%), Perlakuan A3 = (lumpur ditambah pupuk kotoran ayam 60%), Perlakuan B1 = (lumpur ditambah pupuk kotoran itik 20%), Perlakuan B2 = (lumpur ditambah pupuk kotoran itik 40%), Perlakuan B3 = (lumpur ditambah pupuk kotoran itik 60%), Perlakuan C1 = (lumpur ditambah pupuk kotoran sapi 20%), Perlakuan C2 = (lumpur ditambah pupuk kotoran sapi 40%), Perlakuan C3 = (lumpur ditambah pupuk kotoran sapi 60%). Prosentasi lumpur ditambah pupuk kandang pada perlakuan adalah persen dari total berat media secara keseluruhan, sedangkan perbandingan media lumpur dan pupuk kandang dibuat tetap sama sehingga komposisi media 100%. Perlakuan kontrol juga dilakukan dengan mengisi satu buah akuarium yang diberi lumpur tanpa tambahan pupuk. Pengamatan terhadap tingkat kelimpahan populasi cacing Tubifex sp dilakukan pada akhir perlakuan dengan menghitung satu persatu cacing yang ada dengan tangan agar hasil lebih akurat. Data yang telah terkumpul di analisa dengan analisis varian (Anova) dengan tingkat kebenaran 95%, apabila hasil yang didapatkan berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) untuk mengetahui perbedaan pengaruh jenis dan dosis yang terbaik. Pengamatan kualitas air juga dianalisa yaitu dengan mengamati suhu, oksigen terlarut, pH, amonia dan debit air yang dilakukan satu kali sehari.
Pengaruh Perbedaan Jenis dan Dosis Pupuk Kandang ………………………
35
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian pemeliharaan cacing sutera (Tubifex sp.) selama 10 hari dapat diperoleh hasil perhitungan kelimpahan populasi seperti pada tabel 1. Dari hasil perhitungan analisa varian menunjukkan bahwa semua perlakuan jenis dan dosis pupuk kandang yang berbeda terdapat pengaruh yang sangat nyata terhadap kelimpahan populasi cacing sutera (f hitung > f 0,05 dan 0,01). jenis pupuk kandang ayam, itik dan sapi memberikan pengaruh terhadap kelimpahan populasi cacing sutera yang sangat nyata, untuk dosis 20%, 40% dan 60% juga memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kelimpahan populasi cacing sutera, sedangkan interaksi antara jenis dan dosis pupuk kandang tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kelimpahan populasi cacing sutera karena f hitung < f 0,05 dan 0,01. Interaksi antara jenis dan dosis pupuk kandang yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kelimpahan populasi cacing sutera maka dilakukan uji beda nyata terkecil untuk mengetahui perlakuan jenis pupuk kandang mana yang terbaik dan dosis mana yang terbaik seperti pada tabel 2 dan tabel 3. Kelimpahan populasi cacing Tubifex sp. dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tersedianya unsur hara. Dari hsail penelitian terlihat bahwa jenis dan dosis pupuk kandang yang berbeda memberikan hasil yang berbeda sangat nyata terhadap kelimpahan populasi cacing Tubifex sp. Jenis pupuk yang memberikan kelimpahan populasi cacing Tubifex sp. tertinggi didapatkan dari pupuk kandang kotoran ayam, sedangkan dosis yang menunjukkan kelimpahan populasi cacing Tubifex sp. tertinggi berasal dari dosis 60%. Diduga hal ini terjadi karena kandungan unsur hara yang terdapat di dalam kotoran ayam tersebut cukup tinggi dibandingkan dengan jenis pupuk kandang yang lainnya. Hasil pengamatan pada perlakuan kontrol yaitu penggunaan lumpur saja tanpa ada tambahan pupuk, tidak menghasilkan kelimpahan populasi cacing Tubifex sp. Pada penebaran awal 100 ekor, ternyata setelah akhir penelitian tidak ditemukan adanya cacing Tubifex sp., hal ini membuktikan bahwa kelimpahan cacing Tubifex sp. dipengaruhi oleh faktor ketersediaan unsur hara sebagai makanan bagi cacing Tubifex sp. Sedangkan interaksi antara jenis dan dosis tidak menunjukkan perbedaan karena cacing Tubifex sp. merupakan hewan yang dapat hidup pada daerah dengan kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan bagi organisme lainnya. Jenis pupuk kandang apapun dan dosis berapapun yang diberikan tidak akan memberikan pengaruh terhadap kelimpahan populasi cacing Tubifex sp., cacing ini akan tetap bisa tumbuh pada kondisi lingkungan yang layak untuk kelangsungan hidupannya. Tabel 1. Data kelimpahan cacing sutera (Tubifex sp.) Jenis Pupuk Kandang K. Ayam
K. Itik
36
1
Ulangan 2
3
20%
156
162
40%
219
60%
Dosis
Total
Rata-rata
177
495
165
176
193
588
196
180
217
248
645
215
20%
143
120
151
414
138
40%
125
162
134
421
140
60%
149
170
163
482
161
Neptunus, Vol. 15, No. 2, Januari 2009: 34 - 39
Jenis Pupuk Kandang K. Sapi
Dosis
Ulangan
Total
Rata-rata
152
422
141
147
131
443
148
198
184
536
179
1
2
3
20% 40%
143
127
165
60%
154
Kelimpahan Populiasi 250 200 150 100
0
A11 A12 A13 A21 A22 A23 A31 A32 A33 B11 B12 B13 B21 B22 B23 B31 B32 B33 C11 C12 C13 C21 C22 C23 C31 C32 C33
50
Gambar 1. Grafik kelimpahan populasi cacing sutera Tabel 2. Uji beda nyata terkecil untuk jenis pupuk kandang yang berbeda Perlakuan Ayam Itik (439) Sapi (467) 28 ns Ayam (576) 137 ** Keterangan : ** = beda sangat nyata ns = tidak berbeda nyata
Itik
Sapi
109 **
-
Notasi a a b
Dari table 2 dapat diketahui bahwa jenis pupuk kandang yang paling baik adalah pupuk kandang jenis ayam karena menunjukkan perbedaan yang sangat nyata dibanding dengan jenis pupuk kandang itik maupun sapi. Sedangkan jenis pupuk kandang sapi tidak berbeda nyata dengan jenis pupuk kandang itik. Pada penelitian ini pupuk kotoran ayam yang digunakan berasal dari ayam ras pedaging, hal ini sesuai dengan (Bhattachayu dan Taylor, 1975) bahwa pupuk kandang dari kotoran ayam pedaging merupakan pupuk yang paling baik, karena mengandung protein tinggi, yaitu 45-67% protein murni, 18-30% asam uric dan 12-17% amonia, sebagian kecil (2-4%) dihasilkan oleh creatin, bila dibandingkan dengan pupuk kandang lainnya, pupuk kandang dari kotoran ayam pedaging energi makanannya juga relatif lebih tinggi, menurut Bhattacharya dan Taylor (1975) pupuk kotoran ayam pedaging mengandung unsur N, P dan K cukup tinggi dibandingkan dengan pupuk ayam petelur dan ternak lainnya.
Pengaruh Perbedaan Jenis dan Dosis Pupuk Kandang ………………………
37
Tabel 3. Uji beda nyata terkecil untuk dosis pupuk kandang yang berbeda Perlakuan
20%
20% (443,67)
60%
-
40% (484) 60% (554,33) Keterangan :
40%
Notasi A
40,33 *
-
B
110,66 **
70,33 **
-
C
** = beda sangat nyata ns = tidak berbeda nyata
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dosis pupuk kandang yang paling baik adalah pupuk kandang dosis 60% karena menunjukkan perbedaan yang sangat nyata dengan dosis pupuk kandang 20% dan 40%. Sedangkan dosis pupuk kandang 40% berbeda nyata dengan dosis pupuk kandang 20%. Dosis 60% merupakan dosis pupuk kandang terbaik dibandingkan dengan dosis pupuk kandang yang lainnya. Cacing Tubifex sp banyak hidup di perairan tawar yang airnya jernih dan mengalir. Dasar perairan yang disukai adalah berlumpur dan mengadung bahan organik, makanan utamannya adalah bahan-bahan organik yang telah terurai dan mengendap di dasar perairan. Jadi semakin banyak bahan organik yang terdapat pada suatu perairan maka semakin tinggi kelimpahan populasi cacing Tubifex sp. Selama penelitian dilakukan pengamatan kualitas air yang meliputi pengukuran oksigen terlarut, pH, suhu, amonia dan debit air diamati selama satu hari sekali. Data hasil pengukuran kualitas air dapat dilihat pada tabel 4. Dari hasil pengamatan kualitas air yang diukur tidak memberikan pengaruh terhadap kelimpahan populasi cacing sutera. Tabel 5. Data rata-rata kualitas air selama penelitian Parameter Kualitas Air Perlakuan A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3
Suhu (0C)
pH
DO (mg/l)
27,7 27,6 27,6 27,6 27,6 27,6 27,5 27,5 27,6
6,6 6,8 6,7 6,6 6,7 6,6 6,5 6,6 6,6
4,1 4,2 4,3 4,1 4,1 4,2 4,3 4,1 4,1
Amonia (ppm) 0,18 0,22 0,21 0,18 0,19 0,19 0,21 0,17 0,19
Debit air (m3/dt) 0,04 0,039 0,037 0,032 0,041 0,035 0,034 0,039 0,039
KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perbedaan jenis dan dosis pupuk kandang pada media lumpur berpengaruh terhadap kelimpahan populasi cacing sutera (Tubifex sp.). Jenis pupuk kandang yang paling memberikan kelimpahan populasi cacing sutera (Tubifex sp.) tertinggi diperoleh dari pupuk kandang jenis kotoran ayam. Dosis pupuk kandang yang paling memberikan
38
Neptunus, Vol. 15, No. 2, Januari 2009: 34 - 39
kelimpahan populasi cacing sutera (Tubifex sp.) tertinggi diperoleh dari pupuk kandang dengan dosis 60%. Interaksi antara jenis dan dosis pupuk kandang tidak berpengaruh terhadap kelimpahan populasi cacing sutera (Tubifex sp.).
DAFTAR PUSTAKA Bhattacarya, A.N and Taylor, J.C. 1975. Recyling Animal Wastes as a Feedstuff. A Review. J. Anim. Chumaidi dan Suprapto, 1986. Populasi Tubifex sp di Dalam Media Campuran Kotoran Ayam dan lumpur Kolam. Bulletin. Bogor: Panel Perikanan Darat Balitanwar. Davis, J.R. 1982.View Record of Aquatic Oligochaeta From Texas With Observation on Their Ecological Characteristics. Hidrobiologia. Djariah, A.B. 1995. Pakan Ikan Alami. Jakarta: Kanisius.. Fadholi, M.R., Mulyanto dan Zakiyah, U. 2001. Kajian Ekologis Cacing Rambut (Tubifex sp) Dalam Upaya Mengorbitkanya Sebagai Indikator Biologis Pencemaran Bahan Organik di Perairan. Jurnal ilmu-ilmu Hayati. Vol 13 No. 1 Juni 2001. Malang: Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Fadillah dan Roby. 2004. Pertumbuhan Populasi dan Biomassa Cacing Sutra (Limnodrilus) pada Media yang Dipupuk Kotoran Ayam Hasil Fermentasi. Bogor: IPB Pres. Mueller. 1774. Taxonomic and Nomenclature. ITTS Standar Report. Tubifex. Priyambodo, K dan Wahyuningsih, K. 2001. Budidaya Pakan Alami Untuk Ikan. Yogyakarta: Pustaka Setia. Vincentius, A. 1992. Peranan Tinggi Substrat Terhadap Kualitas Tubifex pada ketinggian Air Budidaya 6 cm. Bogor: Institut Pertanian Fakultas Perikanan IPB. Djoehan, S. 1986. Pupuk dan pemupukan. Jakarta: PT. Simplek.
Pengaruh Perbedaan Jenis dan Dosis Pupuk Kandang ………………………
39