145
STAIN Palangka Raya
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI MAN MALIKU KABUPATEN PULANG PISAU Zainal Abidin Abstrak Pada masa sekarang ini pergaulan bebas sangatlah berbahaya apalagi yang banyak terjadi pada kalangan pemuda calon penerus generasi bangsa diantaranya yang paling meresahkan adalah penyalahgunaan narkoba dan bahkan sampai menjerumus kepada seks bebas. Kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku merupakan salah satu wadah pembinaan generasi muda penerus bangsa, dalam pelaksanaan kegiatan Kepramukaan harus dilaksanakan berdasarkan dengan prinsip dasar dan kode kehormatan Gerakan Pramuka yaitu Trisatya dan Dasadarma, maka seharusnya didalam pelaksanaan kegiatan Kepramukaan itu juga diterapkan nilai-nilai Pendidikan Agama Islam. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu (1)bagaimana pelaksanaan Kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku?(2)bagaimana penerapan Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam dalam Kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku?. Tujuan Penelitian ini yaitu untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku dan untuk mendeskripsikan nilai-nilai Pendidikan Agama Islam yang ada dalam kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Kualitatif dan jenis penelitian kualitatif deskriptif, adapun subjek dalam penelitian ini adalah Mabigus, pembina Pramuka putra dan pembina Pramuka putri, adapun informan dalam penelitian ini adalah beberapa peserta didik yaitu ketua Ambalan putra, ketua Ambalan putri, empat ketua sangga putra dan empat ketua sangga putri yang ada di MAN Maliku. Data yang dicari dalam penelitian ini dikumpulkan melalui teknik observasi langsung, wawancara dan dokumentasi yang disyahkan dengan cara Triangulasi, kemudian di analisis melalui beberapa tahapan yaitu reduction data, display data, dan conclusion. Dari hasil penelitian dilapangan menunjukan bahwa: (1) kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku telah dilaksanakan dengan efektif yang dilaksanakan setiap hari sabtu mulai pukul 14:00-16:00 dan dibagi menjadi tiga sesi kegiatan: pembukaan, inti atau penyampaian materi, dan penutup. (2) nilainilai Pendidikan Agama Islam telah diterapkan di dalam kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku meliputi: nilai ketaatan, nilai ketakwaan, nilai kemandirian, nilai moral, nilai toleransi, nilai tolong menolong, dan nilai tanggung jawab. PENDAHULUAN Pada masa sekarang ini pergaulan bebas sangatlah berbahaya apalagi yang banyak terjadi pada kalangan pemuda calon penerus generasi bangsa diantaranya yang paling meresahkan adalah penyalahgunaan narkoba dan bahkan sampai menjerumus kepada seks bebas. Maka dengan adanya kegiatan yang positif
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
146
STAIN Palangka Raya
diharapkan akan dapat menjauhkan pemuda pemudi dari pergaulan bebas diantaranya dengan adanya Gerakan Pramuka yang berfungsi sebagai penyelenggara pendidikan nonformal di luar sekolah dan di luar keluarga sebagai wadah pembinaan serta pengembangan kaum muda dilandasi Sistem Among, Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan.1 Pendidikan Kepramukaan menanamkan nilai-nilai Kepramukaan yang berupa kode kehormatan yaitu Trisatya dan Dasadarma yang isinya sebagai berikut : TRISATYA Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh: 1. Menjalankan kewajibankuterhadap Tuhan, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mengamalkan Pancasila. 2. Menolong sesama hidup dan mempersiapkan diri membangun masyarakat. 3. Menepati Dasadarma. DASADARMA Pramuka: 1. Takwa kepada tuhan yang maha Esa 2. Cinta alam dan kasih saying sesame manusia 3. Patriot yang sopan dan kesatria 4. Patuh dan suka bermusyawarah 5. Rela menolong dan tabah 6. Rajin terampil dan gembira 7. Hemat cermat dan bersahaja 8. Disiplin berani dan setia 9. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya 10. Suci dalam pikiran perkataan dan perbuatan2 Dari bunyi Trisatya dan Dasadarma tersebut diatas secara jelas telah menggambarkan nilai nilai Pendidikan Agama Islam yang kaitanya dengan habbluminallah dan habluminannas. Pendidikan Kepramukaan dalam sistem pendidikan nasional termasuk dalam jalur pendidikan nonformal yang diperkaya dengan Pendidikan nilai-nilai Gerakan Pramuka dalam pembentukan kepribadian yang berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup.3 Hal ini berhubungan dengan delapan belas karakter pendidikan budaya karakter bangsa yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat Kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
1
Tim Penyusun, Keputusan Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka Nomor: 11/Munas/2013 Tentang Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka (Semarang : Kwartir Nasional) hal.7 2 Andri BOB Sunardi, Boyman Ragam Latih Pramuka, (Bandung: Penerbit Nuansa Muda, 2006), hlm.8 3 Ibid, hlm.10
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
147
STAIN Palangka Raya
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.4 Pada saat ini pendidikan Kepramukaan diwajibkan disetiap sekolah bahkan perguruan tinggi karena dirasa sangat penting bagi kemajuan karakter pemuda pemudi, masyarakat, dan bangsa Indonesia. MAN Maliku adalah Sekolah yang mewajibkan peserta didiknya untuk mengikuti Kegiatan Kepramukaan mulai dari kelas X, XI, dan XII kecuali kelas XII yang sudah memasuki atau mendekati les untuk ujian akhir Sekolah/Madrasah maka tidak diwajibkan untuk mengikuti Kegiatan Kepramukaan agar dapat fokus pada ujian akhir sekolah. MAN Maliku merupakan salah satu ujung tombak bagi Gerakan Pramuka yang ada di Kecamatan Maliku, karena dari MAN Maliku inilah kader-kader Pramuka yang akan memajukan Gerakan Pramuka di Kecamatan Maliku, sebagai contohnya adalah pada Tahun 2012 lima puluh persen (50%) anggota Dewan Kerja Ranting (DKR) Pramuka Kecamatan Maliku yaitu berasal dari MAN Maliku dan diketuai oleh Alumni MAN Maliku. Bahkan Dewan Kerja Cabang (DKC) Pramuka lebih banyak belajar dari Dewan Kerja Ranting (DKR) Maliku. Dapat disimpulkan bahwa sekolah MAN Maliku adalah salah satu sekolah yang merintis Kegiatan Kepramukaan di Kecamatan Maliku, dan sekolah ini juga sekolah yang berprestasi dibidang kepramukaan. Akan tetapi apakah nilai-nilai Pendidikan Agama Islam termuat didalam Kegiatan Kepramukaan yang dilaksanakan di sekolah tersebut antara lain: nilai ketakwaan dan ketaatan kepada Allah, nilai tanggung jawab dan tolong menolong, yang tercermin didalam Dasadarma Pramuka. Beranjak dari sinilah peneliti memilih Sekolah MAN Maliku sebagai Sekolah yang akan diteliti mengenai Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam dalam Kegiatan Kepramukaannya. Pada observasi awal yang telah peneliti lakukan saat latihan mingguan Pramuka MAN Maliku terlihat bahwa pada saat datang waktu shalat asar mereka bersama-sama melaksanakan shalat berjama’ah. Jadi bisa kita tarik kesimpulan sementara bahwa nilai-nilai Pendidikan Agama Islam telah ditanamkan dalam Kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku yaitu berupa nilai ketakwaan kepada Allah SWT. Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, penulis berkeinginan untuk mengetahui lebih jauh tentang Kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku. Maka judul yang diangkat adalah : Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam Dalam Kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku Kabupaten Pulang Pisau. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah pokok sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan Kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku? 2. Bagaimana penerapan Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam dalam Kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku ?
4
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Alqur’an, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2012), Hlm.xi-xiii
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
148
STAIN Palangka Raya
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan Kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku. 2. Untuk mendeskripsikan penerapan Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam yang ada dalam Kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku. KAJIAN PUSTAKA Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam Nilai merupakan realitas abstrak. Nilai dapat dirasakan dalam diri seseorang yang masing-masing sebagai daya pendorong atau prinsip-prinsip yang menjadi pedoman dalam hidup. Karenanya, nilai menduduki tempat penting dalam kehidupan seseorang sampai pada suatu tingkat, di mana sementara orang lebih siap untuk mengorbankan hidup mereka dari pada mengorbankan nilai.5 Nilai mencakup segala hal yang dianggap bermakna bagi kehidupan seseorang yang pertimbangannya didasarkan pada kualitas benar-salah, baikburuk, atau indah-jelek, untuk itu nilai menjangkau semua aktivitas manusia, baik hubungan antar manusia, manusia dengan alam, maupun manusia dengan Tuhan.6 Sedangkan dilihat dari asal datangnya nilai dalam prespektif islam terdapat dua sumber yaitu Tuhan dan manusia. Nilai yang datang dari Tuhan adalah ajaranajaran tentang kebaikan yang terdapat dalam kitab suci. Aktualisasi nilai-nilai Agama dalam kehidupan sekarang menjadi sangat penting, terutama dalam memberikan isi dan makna pada nilai, moral, dan norma masyarakat.7 Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam memiliki karakteristik yang ada kaitanya dengan sudut pandang tertentu. Secara garis besarnya, nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dapat dilihat dari tujuan Pendidikan Agama Islam pada dimensi utamanya, setiap dimensi mengacu pada nilai pokok yang khusus. Atas dasar pandangan yang demikian, maka nilai Pendidikan Agama Islam mencakup ruang lingkup yang luas. a. Dimensi hakikat penciptaan manusia Berdasarkan dimensi ini, Nilai Pendidikan Agama Islam mengarah kepada pencapaian target yang berkaitan dengan hakikat penciptaan Manusia Oleh Allah SWT, bahwa manusia di turunkan ke bumi untuk beribadah atau mengabdi kepada Allah sesuai dengan Al-Qur’an surat Al-Dzariyat (51) ayat 56. Sehingga dari dimensi hakikat penciptaan manusia akan muncul nilai ketaatan dan kepatuhan, karena hakikat di ciptakannya manusia untuk menyembah, patuh dan taat kepada Allah SWT. Berangkat dari dari tujuan ini maka peserta didik harus diarahkan agar dapat menempatkan diri dan berperan sebagai individu 5
Agus Zaenal Fitri, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai & Etika di Sekolah, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2012), hlm. 89. 6 Ibid, hlm. 90. 7 Hasan Basri, Kapita Selekta Pendidikan, (Bandung: C V P u s t a k a S e t i a , 2 0 1 2 ), hlm.161
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
149
STAIN Palangka Raya
yang taat dalam menjalankan ajaran Agama Allah. 8 b. Dimensi tauhid Berbicara mengenai tauhid berarti berhubungan dengan keesaan Allah yang berarti tidak menduakan Allah dan meyakini bahwa Allah itu satu sesuai dengan Qur’an surat Al- Ikhlas ayat 1- 4 bahwa Allah itu satu dan tidak sama dengan hambanya, jadi kita sebagai hamba Allah harus bertakwa kepadanya, mengacu pada dimensi ini maka nilai Pendidikan Islam arahnya kepada pembentukan sikap takwa, dan akan muncul nilai ketakwaan. Diantara ciri mereka yang takwa adalah beriman kepada yang ghaib, mendirikan shalat, menafkahkan sebagian rizki, beriman kepada Al-Qur’an serta kitab samawi lainnya, dan keyakinana adanya kehidupan akhirat.9 c. Dimensi moral Dimensi ini posisi manusia di pandang sebagai sosok individu yang memiliki potensi fitrah. Maksudnya, bahwa sejak dilahirkan, pada diri manusia sudah ada potensi bawaan yang diperoleh secara fitrah. Menurut M. Quraisy Shihab, potensi ini mengacu kepada tiga kecenderungan utama, yaitu benar, baik, indah.10 Hubungannya dengan dimensi moral ini, maka nilai Pendidikan Islam arahnya kepada upaya pembentukan manusia sebagai pribadi yang bermoral. Nilai yang terkandung dalam dimensi ini adalah nilai moral yang di jelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Israa ayat 81. Tujuan pendidikan ini dititik beratkan pada upaya pengenalan terhadap nilai-nilai yang baik dan kemudian menginternalisasikannya, serta mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam sikap dan perilaku melalui pembiasaan.11 d. Dimensi perbedaan individu Secara umum manusia memiliki sejumlah persamaaan, namun di balik itu sebagai individu, manusia juga memiliki berbagai perbedaaan antara individu yang satu dengan individu yang lain. Dimensi individu dititik beratkan pada bimbingan dan pengembangan potensi fitrah manusia dalam statusnya sebagai insan yang eksploratif (dapat mengembangkan diri), sehingga dari dimensi ini akan muncul nilai kemandirian.12 Nilai kemandirian dijelaskan dalam AlQur’an surat Al-Jumu’ah ayat 10. Selain itu dalam membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal, juga harus menyesuaikan pengembanganya dengan kadar kemampuan dari potensi yang dimiliki masingmasing.
8
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 93 Ibid, hlm. 94. 10 M. Quraisy Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1996), hlm. 254-261 11 Jalaluddin, Teologi Pendidikan, hlm. 95 12 Ibid, hlm. 96 9
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
150
STAIN Palangka Raya
e. Dimensi sosial Manusia merupakan makhluk sosial, yakni makhluk hidup yang memiliki dorongan untuk hidup berkelompok secara bersama-sama. Karenanya, dimensi sosial mengacu kepada kepentingan sebagai makhluk sosial, yang didasarkan pada pemahaman bahwa manusia hidup bermasyarakat. Maka akan memunculkan nilai toleransi, dan nilai tolong menolong.13 Nilai toleransi ini di bahas dalam Al-Qur’an surat Yunus ayat 40-41 bahwa Islam memiliki nilai toleransi dan perbedaan yang sangat dijunjung tinggi sehingga akan menimbulkan keharmonisan antara umat beragama. Selain nilai toleransi pada dimensi sosial juga memuat rasa tolong menolong karena manusia adalah makhluk sosial memiliki dorongan hidup untuk berkelompok sehingga pada hidup berkelompok akan membutuhkan pertolongan dari orang lain dan menghasilakan nilai tolong menolong. f. Dimensi profesional Setiap diri manusia memiliki kadar kemampuan yang berbeda-beda. Berdasarkan kadar kemampuan yang dimiliki itu, manusia dapat menguasai keterampilan profesional, adanya perbedaan pada potensi manusia tersebut, menyebabakan profesi manusia beragam. Hubungannya dengan dimensi ini maka akan menghasilkan Nilai tanggung jawab. Nilai tanggung jawab disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra’ ayat 15 bahwa tanggung jawab manusia terhadap dirinya sendiri atas keselamatan hidupnya. Dan manusia bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Manusia tidak dituntuk untuk mempertanggung jawabkan apa yang tidak dilakukannya sekalipun hal tersebut diketahuinya. Nilai Pendidikan Agama Islam pada dimensi ini lebih diarahkan kepada membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan bakatnya masing masing, dengan harapan keterampilan yang dimilikinya kelak dapat berguna untuk menopang hidupnya. 14 Kerangka berpikir Dalam pelaksanaan Kegiatan Kepramukaan yang setiap anggotanya diwajibkan mematuhi dan mengamalkan Trisatya dan Dasadarma Gerakan Pramuka. Berdasarkan prinsip dasar Kepramukaan sebagai Norma hidup anggota Gerakan Pramuka agar jiwa peserta didik tertanam jiwa “a) Iman dan Takwa kepada Tuhan yang maha Esa.b) perduli terhadap Bangsa, Tanah air, sesama hidup dan alam seisinya.c) peduli terhadap diri sendiri”.15 Maka dapat dipastikan dalam Pendidikan Kepramukaan diajarkan dan ditanamkan nilai nilai Pendidikan Agama Islam. Sebagai pemegang amanah dalam Kegiatan Kepramukaan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus. Maka Mabigus, Pembina, dan Dewan Ambalan Pramuka harus benar-benar memahami betul apa yang menjadi tujuan 13
Ibid, hlm. 97 Ibid, hlm. 99 15 Tim KML penggalang, Kursus Mahir Tingkat Lanjutan Golongan Penggalang, (Jakarta: Kwarnas 2011). H. 23. 14
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
151
STAIN Palangka Raya
utama dari Kegiatan Kepramukaan. Sudah dapat dipastikan bahwa kegiatan dan pelaksanaan ini tidak bisa dilakukan oleh seseorang tanpa memiliki keahlian khusus dibidangnya dan sekaligus sebagai Pelatih bagi peserta didik dalam Gerakan Pramuka. Untuk menjadi seorang Pembina, dan Ambalan diperlukan syarat-syarat khusus, apa lagi hal ini sangat berat kaitannya dengan penanaman nilai-nilai Pendidikan Kepramukaan yang tentunya ada memuat nilai-nilai Pendidikan Agama Islam. Untuk lebih jelasnya kerangka pikir dapat dilihat pada skema berikut ini:
Kegiatan Kepramukaan
PembinaPramuka
Nilai-Nilai Kepramukaan
1. Nilai ketakwaan 2. Nilai ketaatan 3. Nilai toleransi 4. Nilai tolong-menolong
5. Nilai kemandirian 6. Nilai moral 7. Nilai tanggung jawab
Dari kerangka pikir diatas dapat dipahami bahwa dalam Kegiatan Kepramukaan Pembina Pramuka menanamkan atau mengajarkan nilai-nilai Pendidikan Kepramukaan yang pastinya nilai nilai yang diajarkan tidak terlepas dari prinsip dasar Kepramukaan dan kode moral Gerakan Pramuka, selanjutnya didalam nilai nilai Kepramukaan tersebut terdapat nilai-nilai Pendidikan Agama Islam yang ditanamkan kepada peserta didik. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alokasi waktu penelitian ini dilakukan selama 2 (dua) bulan. Penelitian ini dilaksanakan di MAN MALIKU yang terletak di jalan Trans Maliku Kecamatan Maliku Kabupaten Pulang Pisau. Pendekatan dan Subjek Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Data yang dihasilkan dari penelitian kualitatif adalah data deskripsi berupa ucapan, tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.16 Menurut Wina Sanjaya, Penelitian 16
M. Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012, h. 13.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
152
STAIN Palangka Raya
deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan atau menjelaskan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi tertentu. Dengan kata lain pada penelitian deskriptif, peneliti hendak menggambarkan suatu gejala (fenomena), atau sifat tertentu untuk mencari atau menerangkan keterkaitan antar variable dan menggambarkan apa adanya.17 Subjek dalam penelitian ini adalah 3 orang yaitu 1 orang Mabigus, dan 2 orang Pembina Pramuka di MAN Maliku. Informan pada penelitian ini adalah 10 orang peserta didik Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang sesuai dengan masalah dan obyek yang diteliti, peneliti menggunakan beberapa metode antara lain: 1. Observasi. Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.18 Metode ini dilakukan dengan jalan terjun langsung kedalam lingkungan dimana penelitian itu dilakukan disertai dengan pencatatan terhadap hal-hal yang muncul terkait dengan informasi data yang dibutuhkan diantaranya: a. Kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku. b. Kegiatan Kepramukaan yang mengandung nilai-nilai Pendidikan Agama Islam di MAN Maliku. c. Keadaan Mabigus, Pembina, dan peserta didik dalam Gerakan Pramuka di MAN Maliku. d. Sarana prasarana dalam Kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku. 2. Wawancara (Interview) Peneliti melakukan percakapan langsung untuk mendapatkan tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan penelitian. Data yang didapat dari wawancara ini adalah sebagai berikut: a. Pelaksanaan Kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku meliputi : 1. Bagaimana sejarah berdirinya Gerakan Pramuka di MAN Maliku ? 2. Bagaimana Visi dan misi Gerakan Pramuka MAN Maliku ? 3. Siapa Pembina dalam Kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku ? 4. Kapan dilaksanakan Kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku ? 5. Apa saja kegiatan yang dilaksanakan dalam Kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku ? b. Penerapan Nilai nilai Pendidikan Agama Islam dalam Kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku meliputi: 1. Kegiatan apa saja yang mengandung nilai nilai Pendidikan Agama Islam dalam Kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku ? 2. Kapan dilaksanakan kegiatan yang mengandung nilai nilai Pendidikan Agama Islam dalam Kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku ? 17
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan (jenis, metode dan prosedur), cet. ke-2, Jakarta: Kencana, 2014, h. 59. 18 Sutrisno hadi, metodologi research jilid II(Yogyakarta: andi offset, 2004), hal.151
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
153
STAIN Palangka Raya
3. Dokumentasi. Dokumentasi adalah suatu cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, agenda dan lain sebagainya.19 Adapun data yang ingin diperoleh adalah diantaranya :. a. Kegiatan Kepramukaan yang Mengandung nilai-nilai Pendidikan Agama Islam di MAN Maliku. b. Jumlah Pembina Pramuka di MAN Maliku. c. Jumlah peserta didik dalam Gerakan Pramuka di MAN Maliku. d. Sarana dan prasarana Gerakan Pramuka di MAN Maliku. Pengabsahan Data Pengabsahan data digunakan untuk menyatakan bahwa semua yang diamati dan diteliti penulis relevan dengan data yang sesungguhnya dan memang benarbenar dapat dibuktikan. Untuk memperoleh tingkat keabsahan data, penulis menggunakan trianggulasi. Trianggulasi adalah mengadakan perbandingan antara sumber data yang satu dengan yang lainnya sebagaimana dikemukakan oleh Moleong bahwa Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.20 Adapun teknik trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemeriksaan melalui sumber lain. Hal ini dapat dicapai dengan cara berikut ini: 1. Membandingkan data hasil pengamatan baik secara langsung kepada subjek penelitian maupun tidak langsung dengan data dokumentasi. 2. Membandingkan hasil wawancara yang dilakukan kepada subjek penelitian dengan isi suatu dokumen yang didapat dari penelitian.21 Analisis data Analisis data adalah proses penghimpunan atau pengumpulan, pemodelan dan transformasi data dengan tujuan untuk mengamati dan memperoleh informasi yang bermanfaat, memberikan saran, kesimpulan serta mendukung pembuatan keputusan.22 Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan teknis analisis data menurut versi Milles dan Hubeman yaitu Analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu: 1. Pengurangan Data (Data Reduction), yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. 2. Penyajian Data (Data Display) merupakan langkah lanjutan dari Data Reduction. Kalau dalam penelitian kualitatif data display dapat dilakukan dalam bentuk table, grafik, phiechard, pictogram dan sejenisnya. Sehingga data 19
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cet, 11 Edisi Revisi IV (Jakarta: PT. Rineka Cipta 1998) hlm.236 20 Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000, h. 178. 21 Restu Kartiko Widi, Asas Metodologi Penelitian Sebuah Pengenalan dan Penuntun Langkah Demi Langkah Pelaksanaan Penelitian, Jogjakarta: Graha Ilmu, 2010, h. 253. 22 Ibid, h. 253.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
154
STAIN Palangka Raya
akan terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan agar mudah dipahami. 3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing/Verifying) kesimpulan awal yang dikemukakan bersifat sementara akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila sebaliknya yaitu didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten pada saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.23 HASIL PENELITIAN Sejarah Singkat Berdirinya Gerakan Pramuka di MAN Maliku Gerakan Pramuka di MAN Maliku berdiri dari sebelum Sekolah tersebut menjadi Sekolah Negeri yang dulunya masih bernama Madrasah Al-Muhajirin yang berdiri pada tahun 1997. Setelah Madrasah Al-Muhajirin berdiri kurang lebih satu tahun lamanya barulah pada tahun selanjutnya Gerakan Pramuka di rintis oleh kak Sutrisno S.Pd yang kemudian beliau menjadi pembina pramuka pertama di Madrasah Al-Muhajirin atau yang sekarang ini dikenal dengan MAN Maliku. Gerakan Pramuka MAN Maliku atau Al-muhajirin pada saat itu didukung penuh oleh kak Mabigus yang pada saat itu di jabat oleh kak Marsono yang kebetulan beliau juga adalah seorang Pramuka, Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Pembina Pramuka Putra MAN Maliku yaitu kak MA pada saat diwawancarai yang mengatakan: Sejarah berdirinya pramuka MAN Maliku di awali dari sebelum menjadi negri yaitu sejak bernama al-muhajirin,pada saat berdirinya madrasah al-muhajirin yaitu pada tahun 1997 setahun kemudian barulah pramuka MAN Maliku itu di rintis oleh kak Sutrisno S.Pd beliau adalah pembina pertama di MAN Maliku, dan kebetulan selaku kak Mabigus disitu kak Marsono juga mendukung dan setatus beliau adalah sebagai seorang pramuka, jadi alhamdulilah pada saat itu pramuka di awali pada tahun tersebut.24 Selanjutnya disusul dengan dibentuknya Dewan Ambalan dengan menganut sistem among dan satuan terpisah untuk Madrasah Al-Muhajirin atau MAN Maliku sekarang ini, dengan nomor 1311 untuk Ambalan putranya dengan nama Pangeran Diponegoro dan nomor 1312 untuk Ambalan putrinya dengan nama R.A Kartini, sebagaimana yang diungkapkan oleh pembina Pramuka Putra kak MA di MAN Maliku pada saat diwawancarai mengatakan: Gugus depan pangeran diponegoro untuk MAN Maliku yaitu nomornya adalah 1311 untuk putranya dan 1312 untuk putrinya.25
23
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif dan R&D, Cet. 2, Bandung: Alfabeta, 2006, h. 338. 24 Wawancara dengan Pembina Pramuka Putra Miftahul Abror di MAN Maliku, 23 April 2016. 25 Wawancara dengan Pembina Pramuka Putra Miftahul Abror di MAN Maliku, 23 April 2016.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
155
STAIN Palangka Raya
Pembina Pramuka pertama pada saat itu kak Sutrisno S.Pd memanfaatkan dukungan yang diberikan oleh kak Mabigus untuk mengikutkan peserta didiknya kedalam berbagai perlombaan untuk memicu semangat para peserta didiknya agar selalu berkarya untuk kemajuan Nusa dan Bangsa, perlombaan yang diikutinya antra lain adalah Kemah Bhakti dan Lomba Pramuka (KBLP) yang dilaksanakan oleh STAIN Palangka Raya, mulai dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2009 untuk KBLP yang terakhir dilaksanakan di sampit, Pramuka MAN Maliku selalu mengikuti kegiatan tersebut sampai kegiatan tersebut pada tahun 2013 berganti nama menjadi Kemah Bhakti Pramuka (KEMTIPRA). Sebelumnya pada tahun 2004 Madrasah Al-Muhajirin beralih menjadi Madrasah Aliyah Negeri Maliku. Pembina Pramuka MAN Maliku Pembina Pramuka MAN Maliku berdasarkan hasil observasi langsung pada saat latihan dan wawancara dengan kak Mabigus, beserta beberapa peserta didik mengatakan bahwa pembina Pramuka di MAN Maliku ada dua orang yaitu kak Hadijah, S.Pd dan kak Miftahul Abror, S.Pd.I, berikut ini status mereka dalam tabel: Tabel 4.2 Status Pembina Pramuka MAN Maliku Nama
STATUS KEPEGAWAIAN
Status Pembina
Miftahul Abror, S.Pd.I
Honorer
Tetap
Hadijah, S.Pd
Honorer
Tetap
Periodesasi pembina Pramuka MAN Maliku diperoleh dari hasil wawancara dengan Pembina Pramuka Putra MA yang mengatakan bahwa pembina Pramuka pertama kali adalah kak Sutrisno, S.Pd, kemudian dilanjutkan dengan kak Reni Dwi Asari S.Pd.I, dan yang sekarang ini adalah kak Miftahul Abror, S.Pd.I dan kak Hadijah, S.Pd, akan peneliti jabarkan dalam tabel berikut: Tabel 4.3 Periodesasi Pembina Pramuka MAN Maliku No
Nama
Periode
1
Sutrisno, S.Pd
1998-2012
2
Reni Dwi Asari, S.Pd.I
2012-2013
3
Miftahul Abror, S.Pd.I Hadijah, S.Pd
2013-sekarang
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
156
STAIN Palangka Raya
Jumlah Peserta Didik Dalam Gerakan Pramuka MAN Maliku Peserta didik dalam Gerakan Pramuka di MAN Maliku dibagi menjadi satuan terpisah dalam sangga ada sangga laki laki dan sangga perempuan dan ada empat nama sangga yang berlaku di MAN Maliku. Berikut ini adalah tabel jumlah peserta didik di MAN Maliku: Tabel 4.4 Jumlah Peserta Didik Gerakan Pramuka MAN Maliku
No 1 2 3 4
No
PUTRA Nama sangga Pelaksana Putra Perintis Putra Pencoba Putra Pendobrak Putra Jumlah PUTRI Nama sangga
Anggota 8 8 8 8 32 Anggota
1 2 3 4
Pelaksana Putri 8 Perintis Putri 8 Pencoba Putri 8 Pendobrak Putri 8 32 Jumlah Sumber Data: Dokumentasi Dewan Ambalan MAN Maliku Tahun 2016 Sarana dan Prasarana Gerakan Pramuka MAN Maliku Sarana dan prasarana dalam Gerakan Pramuka di MAN Maliku yang menunjang terjadinya Kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku bisa dikatakan mencukupi dan juga masih bisa dimanfaatkan sebagaimana fungsinya masingmasing, sarana yaitu segala sesuatu yang digunakan secara langsung dalam Kegiatan Kepramukaan, sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang tidak digunakan secara langsung dalam Kegiatan Kepramukaan namun ikut mendukung terjadinya Kegiatan tersebut berikut ini peneliti sajikan dalam bentuk tabel: Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana dalam Kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku
No 1 2 3 4 5 6
Nama Barang Tenda Terpal Pasak Kompor Wajan Bendera
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Sarana Jumlah 2 buah 2 buah 30 buah 1 buah 1 buah
Kondisi Barang Baik Baik Baik Baik Baik
Ket
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
157
STAIN Palangka Raya
7 8
Simaphore Wosm Tunas Kelapa Gudep Tongkat Tali 10 meter 5 meter
4 pasang 2 buah 2 buah 1 buah 64 buah
Baik Baik Baik Baik Baik
10 buah Baik 10 buah Baik Prasarana No Nama Jumlah Kondisi Ket 1 Ruang Kelas 6 kelas Baik 1 Mushola 1 buah Baik 2 Tempat Parkir 1 buah Baik 3 Lapangan 2 buah Baik 4 Tempat wudhu 2 buah Baik Sumber data : Observasi Langsung dan Dokumentasi Dewan Ambalan MAN Maliku Tahun 2016. Penyajian Data dan Pembahasan 1. Pelaksanaan Kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku Kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku tepatnya di Gugus Depan 13111312 Pangeran Diponegoro, dilaksanakan setiap hari sabtu mulai pukul 14:00 sampai paling lambat pulang pukul 17:00,26 akan tetapi pada dasarnya kegiatan Kepramukaan itu dilaksanakan hanya 2 jam setiap latihanya yaitu mulai pukul 14:00 sampai dengan pukul 16:00 setiap minggunya, sebagaimana ungkapan dari pembina Pramuka putra MA pada saat diwawancarai mengatakan: “Dari dulu sampai sekarang tidak berubah yaitu pada hari sabtu, jam empat belas sampai jam enam belas jadi berkisar waktu dua jam untuk latihan pramuka”.27 Dengan berbagai macam materi praktek lah yang membuat waktu pulang paling lambat pukul 17:00, sebagaimana yang di ungkapkan oleh pembina Pramuka putri yaitu HJ saat diwawancarai mengatakan: “Kegiatan pramuka diMAN Maliku dilaksanakan saat ini ya sama aja dari dulu juga pramukanya tu mulai jam 2 setiap hari sabtu satu minggu sekali, pulang paling cepat biasanya pas habis asar paling lambat tergantung kalo kegiatanya apa ibaratnya materi yang disampaikan tu sedikit luas dan perlu praktek yang lama makanya kadang bisa sampe jam lima pun bisa, keseringan malah jam 5.”28 Kegiatan Kepramukaan dalam latihan mingguan di MAN Maliku banyak sekali meliputi kegiatan pembukaan yang ditandai dengan adanya upacara pembukaan yang di mulai dengan pemimpin upacara menyiapkan barisan dan setiap ketua sangga menyiapkan barisanya masing masing, kemudian disusul 26 27
Observasi Kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku, 23 dan 30 April 2016 Wawancara dengan Pembina Pramuka Putra Miftahul Abror, di MAN Maliku, 23 April
2016. 28
Wawancara dengan Pembina Pramuka Putri Hadijah, di MAN Maliku, 30 April 2016.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
158
STAIN Palangka Raya
dengan penghormatan kepada pemimpin upacara, selanjutnya pemimpin upacara mempersilahkan pembinanya untuk menempati tempat yang sudah disediakan, dan pembina menempati tempat yang disediakan, kemudian dilanjutkan dengan pengibaran bendera pusaka merah putih disertai dengan penghormatan kepada bendera, dilanjutkan pembacaan pancasila oleh pembina diikuti oleh seluruh peserta upacara, diikuti dengan pembacaan sandi Ambalan didengarkan dengan hikmat oleh seluruh peserta upacara, setelah itu barulah pembina pramuka mengambil alih pimpinan barisan untuk memberikan arahan atau nasehat nasehat guna mempertahankan minat peserta didik, setelah selesai amanat pembina kemudian dilanjutkan dengan berdoa yang di pimpin oleh pembina upacara, dengan berakhirnya doa yang dipanjatkan kemudian pemimpin upacara laporan kepada pembina bahwa upacara telah selesai dilaksanakan disertai dengan penghormatan kepada pembina upacara, pembina upacara dipersilahkan untuk meninggalkan lapangan upacara dan pimpinan barisan pun dikembalikan kepada pemimpin upacara, yang terakhir penghormatan kepada pemimpin upacara dan upacara dibubarkan menandakan upacara selesai.29 Setelah upacara pembukaan diberi waktu jeda untuk istirahat sekitar 15 menit, yang kemudian di lanjutkan dengan baris berbaris atau biasa disebut dalam Kepramukaan itu adalah Latihan Keserasian Baris Berbaris (LKBB) yang tujuanya adalah melatih kedisiplinan para peserta didik dengan melakukan pembiasaan setelah upacara dilakukan kegiatan tersebut. Kegiatan Kepramukaan selanjutnya setelah upacara dan LKBB adalah kegiatan inti atau pemberian materi yang bisa dilakukan di dalam ruangan atau diluar ruangan tergantung dari materi yang akan dilaksanakan membutuhkan praktek lapangan atau hanya sekedar teori saja, sebagaimana diungkapkan oleh pembina Pramuka putri HJ saat diwawancarai mengatakan: “Kegiatan yang dilaksanakan dikegiatan Pramuka MAN Maliku kegiatannya ya seputar antara dalam ruangan atau diluar ruangan.”30 Dalam kegiatan pemberian materi ini tidak semata mata mendapatkan materi dari pembina pramuka, karena sebagai Pramuka tingkat penegak ini sudah harus bisa memberi dan mengolah sesuatu yang kemudian bisa bermanfaat bagi orang lain, menggunakan semboyan pramuka penegak dari kita, oleh kita, dan untuk kita atau dari penegak, oleh penegak dan kepada penegak inilah yang membuat pramuka penegak tidak boleh bergantung hanya kepada pembinanya saja, namun pramuka penegak juga harus bisa memberikan pengetahuan lebih kepada teman teman sebayanya ataupun kepada masyarakat, itulah tujuan pembina hanya memberikan arahan materi kepada Dewan Ambalan yang kemudian Dewan Ambalan lah yang menyampaikan materi kepada peserta didik lainnya dalam Gerakan Pramuka MAN Maliku sebagai pelajaran tanggung jawab kepada sesama. Sebagaimana yang diungkapkan oleh pembina Pramuka putra MA pada saat diwawancarai mengatakan: “Berlanjut keberbagi macam materi, banyak materi yang disampaikan oleh pembinanya ataupun kepada adik adik peserta didik yang mempunyai kelebihan 29 30
Observasi Kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku, 23 dan 30 April 2016 Wawancara dengan Pembina Pramuka Putri Hadijah, di MAN Maliku, 30 April 2016.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
159
STAIN Palangka Raya
skill yang lebih jadi saling berbagi kepada semua anggota pramuka selain pembina mendorong kepada peserta didik juga peserta didik ketika mempunyai skill yang lebih maka peserta didik juga mampu memberikan kepada teman temanya untuk latian mingguan, jadi ambalan juga berperan lebih dalam latian mingguan karena berdasarkan semboyan pada pramuka penegak itu dari kita, oleh kita untuk kita, jadi tidak tergantung oleh pembina, jadi dari penegak, oleh penegak, dan kepada penegak, berlatih untuk tanggung jawab kepada sesama.”31 Kegiatan selanjutnnya dalam kegiatan Kepramukaan latihan mingguan di MAN Maliku adalah kegiatan penutup yang ditandai dengan upacara penutupan sama pelaksanaannya dengan upacara pembukaan namun bedanya pembina tidak membacakan pancasila dan pengibaran diganti dengan penurunan bendera upacara. Setelah kegiatan penutupan berkisar pukul 16:15 bagi anggota Pramuka yang tidak terkendala waktu dan juga jalan yang rusak, mereka diarahkan untuk melaksanakan shalat berjamaah shalat asar dan yang menjadi imam adalah kakak pembina Pramuka putra MA.32 Dapat kita pahami bahwa berbagai kegiatan yang dilaksanakan dalam kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku mulai dari sesi pembukaan hingga penutupan sampai dengan kegiatan shalat berjamaah itu merupakan kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan pengamalan dan penghayatan kode kehormatan Gerakan Pramuka yaitu Trisatya dan Dasadarma Pramuka, dengan harapan dapat tercapainya tujuan Gerakan Pramuka untuk menciptakan kader-kader bangsa yang berjiwa nasionalis yang berasaskan Pancasila, serta memiliki budi pekerti luhur, untuk bersungguh sungguh menjalankan enam kewajiban yang ada pada Trisatya yaitu: kepada Tuhan yang Maha ESA, Negara Kesatuan Repubik Indonesia, sesama hidup, masyarakat, dan Dasadarma. Dengan berbagai kegiatan yang dilaksanakan dalam Kepramukaan MAN Maliku sebagai wadah pembinaan generasi muda penerus bangsa, maka setidaknya akan mempersempit peluang para generasi muda untuk melakukan kegiatan kegiatan yang tidak berfaedah atau bahkan bisa menjerumuskan mereka kearah jalan yang tidak di ridhoi oleh Allah SWT. Jadi kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku sebagai salah satu wadah pembinaan generasi muda bangsa Indonesia itu sudah terlaksana dengan baik karena sudah sesuai dengan tujuan gerakan Pramuka yaitu untuk menciptakan generasi muda yang bertakwa, cinta tanah air dan berjiwa Patriotisme berasaskan Pancasila, sesuai dengan kode kehormatan Gerakan Pramuka yaitu Tristya dan Dasadarma. 2. Penerapan Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam dalam Kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku Dalam kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku ada banyak sekali nilai nilai Pendidikan Agama Islam didalamnya yang diterapkan dalam berbagai macam kegiatan sebagaimana yang di ungkapkan oleh Mabigus PYT saat diwawancarai mengatakan: 31
Wawancara dengan Pembina Pramuka Putra Miftahul Abror, di MAN Maliku, 23 April
32
Observasi Kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku, 23 dan 30 April 2016
2016.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
160
STAIN Palangka Raya
“Nilai nilai pendidikan agama islam dalam gerakan pramuka banyak sih kalo kita memperhatikan pada dasarnya gerakan pramuka itu kan nilai nilai karakter, karakter keislaman terutama misalnya dari sisi beribadah, kemudian dari sisi kedisiplinan, kemudian dari sisi etika, kemudian dari sisi tindakan, bahkan hampir banyak hal ya yang terkait dengan nilai nilai pendidikan agama islam melalui gerakan pramuka,jadi banyak tidak cuma satu dua, artinya menanamkan nilai nilai keagamaan dalam kepramukaan itu justru lebih maksimal ketika anak itu mengikuti pramuka, apalagi dilingkungan madrasah sudah jelas pasti gitu ya tentang keagamaanya ditambah dengan nilai nilai etika yang lebih memberikan kekuatan untuk penanaman karakter kepramukaan keitanya dengan keislaman dan keimanan.”33 Diantaranya yang peneliti temukan berdasarkan observasi dan wawancara dilapangan adalah sebagai berikut : 1. Nilai Ketaatan Pembina pramuka selalu mengarahkan peserta didik agar bisa menempatkan diri sebagai hamba yang taat menjalankan ajaran Agama Allah, 34 kegiatan tersebut dilaksanakan dan diterapkan dalam kegiatan Kepramukaan baik didalam ruangan untuk kegiatan penyampaian materi tulis atau teori sebelum kegiatan praktek dan kegiatan diluar ruangan untuk kegiatan upacara pembukaan ataupun penutupan latihan Pramuka yang ditandai dengan adanya do’a bersama untuk memulai atau mengakhiri latihan Pramuka yang dipimpin oleh Dewan ambalan saat kegiatan didalam ruangan, atau pemimpin upacara/pembina saat kegiatan diluar ruangan, karena sebagai hamba yang taat kepada Allah maka segala sesuatu yang dilakukan didunia ini diniatkan semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT.35 Sebagaimana yang diungkapkan oleh pembina Pramuka putri HJ saat diwawancarai mengatakan: “Jadi ibaratkan untuk mengawali kegiatan latihan kah atau upacara pembukaan mereka ambalanya dulu yang mengarahkan peserta didik misalkan untuk berdoa dulu sebelum belajar atau apalah emmm atau mau pulang latihan biasanya berdoa dulu.”36 Selain mengarahkan peserta didik agar memiliki nilai ketaatan kepada Allah didalam menjalankan ajaran Allah, nilai ketaatan kepada pemimpin dan kepada pembina juga diterapkan dalam kegiatan kepramukaan di MAN Maliku, sebagaimana diungkapkan oleh MA selaku pembina Pramuka putra saat diwawancarai mengatakan: “Itu dalam bentuk kegiatan kegiatan yang berupa ketika pembina menyuruh kepada peserta didik setidaknya peserta didik itu juga menghormati pembina dan melaksanakannya alhamdulilah sampai saat ini yaitu ketaatan dari peserta didik kepada pembinanya.”
33
Wawancara dengan Mabigus Paryoto di MAN Maliku, 23 April 2016 Jalaluddin, Teologi Pendidikan, hlm. 93 35 Observasi Kegiatan Kepramukaan yang mengandung nilai nilai Pendidikan Agama Islam di MAN Maliku, 07 Mei 2016 36 Wawancara dengan pembina Pramuka putri Hadijah, di MAN Maliku 30 April 2016 34
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
161
STAIN Palangka Raya
Dari wawancara dengan MA selaku pembina Pramuka putra dapat dipahami bahwa sebagai pembina Pramuka beliau membimbing peserta didiknya melalui nasehat nasehat yang diberikan, dengan begitu secara tidak langsung beliau membimbing peserta didik untuk menjalankan ajaran Agama Allah. Selanjutnya berdasarkan teori Kepramukaan mengenai pengamalan dan penghayatan kode kehormatan, hal ini sejalan dengan teori Dasadarma ke 4 yaitu patuh dan suka bermusyawarah yang pengamalan dan penghayatanya menuntut seorang Pramuka diantaranya agar patuh kepada orang tua, guru, dan pembina, dan mengerjakan tugas dari guru, pembina, atau orang tua dengan sebaikbaiknya.37 Dalam pelaksanaanya nilai ketaatan ini terdapat banyak sekali dalam kegiatan upacara pembukaan ataupun penutupan latihan Pramuka dan petugas atau pemimpin upacara itu digilir atau bergantian dari masing masing anggota Pramuka, namun ada sebagian dari anggota Pramuka yang masih baru dan belum punya pengalaman maju didepan masih malu malu dan tidak mau untuk menjadi petugas atau pemimpin dalam upacara dalam artian masih butuh contoh tauladan dan bimbingan dari pembina serta peserta didik yang lain yang sudah memiliki kemampuan untuk itu, sebagaimana yang diungkapkan beberapa peserta didik dibawah ini mengenai apakah pernah menjadi petugas atau pemimpin upacara saat diwawancarai: Ketua ambalan putra RS mengatakan: “Pernah jadi pemimpinya, saya kan setiap ada upacara kan bergantian bergilir gantian gantian jadinya sering juga biasanya kalo gak ada yang mau ya saya jadi pemimpinya, bergilir tujuanya kan biar semuanya bisa saling berbaur.”38 Dari ungkapan ketua ambalan putra diatas dapat dipahami bahwa dalam kegiatan Kepramukaan itu selalu memberikan kesempatan yang sama kepada peserta didiknya agar bisa mengenali potensi mereka masing-masing. 2. Nilai Ketakwaan Nilai ketakwaan yang dimaksud disini adalah menjalankan apa yang diperintah Allah dan menjauhi apa yang dilarang Allah, serta beriman kepada yang ghaib, hal ini berhubungan dengan keesaan Allah yang berarti tidak menduakan Allah dan meyakini bahwa Allah itu ESA. Dalam kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku nilai ketakwaan juga diterapkan dalam bentuk bimbingan dan arahan oleh pembina Pramuka, yang mana ciri ciri orang yang bertakwa adalah mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan menjauhi apa yang dilarang oleh allah, dan beriman kepada yang ghaib, dalam setiap kegiatan Kepramukaan latihan mingguan pembina Pramuka memberikan arahan kepada peserta didiknya, seperti halnya diberikan bimbingan mengenai hal yang baik dan benar ketika peserta didik melakukan kesalahan maka itu diberikan nasehat-nasehat atau teguran secara pribadi untuk pendekatannya dan bimbingannya tidak langsung ditegur didepan orang banyak dengan tujuan untuk 37
Andri BOB Sunardi, Boyman Ragam Latih Pramuka, (Bandung: Penerbit Nuansa Muda, 2006), hlm. 10 38 Wawancara dengan ketua ambalan putra Ruri Setiawan, di MAN Maliku, 07 Mei 2016
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
162
STAIN Palangka Raya
menjaga mental peserta didik, sebagaimana yang diungkapkan oleh pembina Pramuka putri HJ saat diwawancarai mengatakan: “Tapi untuk bimbinganya ini keseringan langsung apa ibaratnya seperti bimbingan konseling gitu aja ibaratnya kalo ada peserta didik yang ibaratnya salah ya hitunganya, langsung kah dikasih tau ditegurkah dikasih tau gitu aja secara pribadi aja maksudnya, bukan yang umum kayak gitu misalkan menyampaikan masalah agama kah ya seperti itu.”39 Selanjutnya peserta didik juga diarahkan dan dibimbing agar berdo’a sebelum dan sesudah melakukan latihan. Kemudian ketika datang waktu shalat maka peserta didik dipersilahkan melaksanakan shalat berjama’ah. Dari sepuluh informan yang diwawancarai sebagian besar mengatakan bahwa jarang melaksanakan shalat berjamaah dalam Kegiatan Kepramukaan latihan mingguan di MAN Maliku dikarenakan terkendala kunci yang dibawa oleh guru yang bersangkutan, serta terkendala jarak dan waktu tetapi mereka tetap melaksanakan shalat masing masing ada yang melaksanakan di mushola dengan melewati jendela, ada yang melaksanakan di ruang kantor sekolah, ada juga yang melaksanakan dirumah, namun menurut informasi yang didapatkan bahwa mereka selalu melaksanakan kegiatan shalat berjamaah ketika dalam kegiatan perkemahan. Jadi nilai ketakwaan ada diterapkan dalam kegiatan Kepramukaan di MAN maliku, melalui bimbingan ataupun arahan dari pembina Pramuka, dalam kegiatan shalat baik itu berjamaah ataupun tidak berjamaah. 3. Nilai Kemandirian Dalam kegiatan Kepramukaan peserta didik dibimbing untuk mengembangkan potensinya masing masing, terutama dalam tingkatan penegak ini adalah menggali apa sebenarnya potensi yang mereka miliki, pembina senantiasa mengarahkan dan membimbing peserta didiknya agar mampu mengenali potensi mereka. tujuan dari penerapan nilai kemandirian adalah pendidikan yang diarahkan pada usaha membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal , dengan tidak mengabaikan adanya faktor perbedaan individu, serta menyesuaikan pengembanganya dengan kadar kemampuan dari potensi yang dimiliki masing-masing.40 Kemudian dari hasil observasi bahwa pramuka tingkatan penegak yang sudah termasuk dalam Dewan Ambalan mereka juga sudah belajar untuk maju didepan menyampaikan beberapa materi untuk teman-temanya dalam artian mereka dengan begitu juga menggali potensi mereka untuk menjadi seorang pengajar atau guru, dan pembina memberikan kesempatan sebesar besarnya kepada dewan ambalan untuk menyampaikan pengetahuan yang mereka dapatkan dari luar Pramuka atau pun materi yang ada dalam Kepramukaan.41
39
Wawancara dengan Pembina Pramuka Putri Hadijah, di MAN Maliku, 30 April 2016. Jalaluddin, Teologi Pendidikan, hlm. 99 41 Observasi Kegiatan Kepramukaan yang mengandung nilai nilai Pendidikan Agama Islam di MAN Maliku, 07 Mei 2016 40
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
163
STAIN Palangka Raya
4. Nilai Toleransi dan Tolong Menolong Dalam kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku peserta didik dibimbing oleh pembinanya agar menjadi manusia yang pandai bersosialisasi dengan orang lain, yang tujuanya adalah agar peserta didik mempunyai dan menghargai nilai toleransi serta memiliki rasa tolong menolong yang tinggi. Konsep tolong menolong dalam kegiatan Kepramukaan tingkat penegak ini berhubungan dengan semboyan mereka yaitu dari kita, oleh kita, dan untuk kita, ketika peserta didik lain belum paham mengenai materi atau belum mengetahui materi dalam Kepramukaan, maka tugas bagi peserta didik yang lain yang sudah mengetahui mengenai materi tersebut untuk menyampaikanya, disitulah muncul sikap tolong menolong. Kemudian nilai toleransi juga muncul dalam kegiatan bakti sosial yang dilakukan terkadang sampai dengan keluar dari daerah kecamatan, bahkan sampai ke desa-desa, dengan membersihkan lingkungan dan juga memperbaiki jalan jalan yang rusak, disitulah akan muncul rasa menghargai lingkungan, dan menghargai kebersihan lingkungan. 5. Nilai moral Dalam kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku peserta didik diupayakan untuk mengenali nilai nilai yang baik yang kemudian mereka harus bisa mengaplikasikanya,42 sebagai contoh adalah pemberian penghormatan yang diajarkan dalam kegiatan baris berbaris, bahwa setiap anggota Pramuka harus saling menghormati antar anggota, menghormati pemimpin, dan menghormati pembina, dan itu dilaksanakan serta dibiasakan pada kegiatan upacara pembukaan ataupun penutupan latihan Pramuka mingguan,43 sebagaimana yang diungkapkan oleh pembina Pramuka putra MA saat diwawancarai mengatakan: “Itu dalam bentuk kegiatan kegiatan yang berupa ketika pembina menyuruh kepada peserta didik setidaknya peserta didik itu juga menghormati pembina dan melaksanakannya alhamdulilah sampai saat ini.”44 Pernyataan diatas sesuai dengan pengamalan dan penghayatan Dasadarma ke 3 yang berbunyi patriot yang sopan dan kesatria dan ke 4 patuh dan suka bermusyawarah, pada pelaksanaannya seorang Pramuka diantaranya harus menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta patuh terhadap orang tua, guru dan pembina.45 6. Nilai Tanggung Jawab Dari hasil observasi peserta didik juga dibimbing oleh pembina Pramuka di MAN Maliku melalui kegiatan pembuatan hasta karya miniatur menara menggunakan tongkat dan tali Pramuka dengan cara persangga/perkelompok mereka membuat miniatur menara, dari kegiatan ini dapat kita pahami bahwa 42
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, hlm. 95 Observasi Kegiatan Kepramukaan yang mengandung nilai nilai Pendidikan Agama Islam di MAN Maliku, 07 Mei 2016 44 Wawancara dengan Pembina Pramuka Putra Miftahul Abror, di MAN Maliku, 23 April 2016. 45 Andri BOB Sunardi, Boyman Ragam Latih Pramuka, (Bandung: Penerbit Nuansa Muda, 2006), hlm. 10 43
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
164
STAIN Palangka Raya
dalam kegiatan Kepramukaan ternyata banyak sekali bimbingan kearah nilai tanggung jawab bagi peserta didik.46 Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan Mabigus PYT dan pembina Pramuka putra MA dan putri HJ, bahwa ada banyak sekali nilai nilai Pendidikan Agama Islam dalam kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku. Dalam kegiatan Kepramukaan pembina Pramuka selalu mengarahkan peserta didik agar bisa menempatkan diri sebagai hamba yang taat menjalankan ajaran Agama Allah, dengan cara memberikan nasehat-nasehat saat menyampaikan amanat pada upacara pembukaan ataupun upacara penutupan latihan Pramuka, dengan berbagai macam nasehat dalam setiap latihan Pramuka dan dibiasakan serta ditegur apabila melakukan kesalahan, maka peserta didik menjadi taat terhadap peraturan Agama Allah, tata tertib dan juga taat kepada pembinanya. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku maka akan disimpulkan: 1. Pelaksanaan kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku. Pelaksanaan kegiatan Kepramukaan latihan mingguan di MAN Maliku dilaksanakan setiap hari sabtu pada setiap minggunya kecuali hari libur mulai pukul 14:00 sampai 16:00, dan paling lama latihan yaitu sampai pukul 17:00. Kegiatan Kepramukaan latihan mingguan di MAN Maliku telah dilaksanakan dengan baik, yang dilaksanakan dalam tiga sesi pertama adalah kegiatan pembukaan yang ditandai dengan adanya upacara pembukaan latihan Pramuka, sesi kedua adalah kegiatan inti atau penyampaian materi yang bisa dilakukan oleh pembina Pramuka ataupun Dewan Ambalan melalui bimbingan dari pembina Pramuka mereka telah berhasil menjadi anggota Pramuka yang mandiri, dan sesi ketiga adalah kegiatan penutup yang ditandai dengan adanya upacara penutupan latihan Pramuka. Dari keseluruhan kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan Kepramukaan sudah sesuai dengan tujuan Gerakan Pramuka yaitu untuk menjadikan generasi muda memiki jiwa nasionalis dan patriotis berasaskan Pancasila, cinta tanah air, serta memiliki mental yang kuat dan tangguh sebagaimana yang tertulis pada kode kehormatan Gerakan Pramuka yaitu Trisatya dan Dasadarma Pramuka. 2. Penerapan nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku. Dalam kegiatan Kepramukaan latihan mingguan di MAN Maliku telah diterapkan beberapa nilai nilai Pendidikan Agama Islam dalam beberapa macam kegiatan diantaranya adalah: 46
Observasi Kegiatan Kepramukaan yang mengandung nilai nilai Pendidikan Agama Islam di MAN Maliku, 07 Mei 2016
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
165
STAIN Palangka Raya
a. Nilai ketaatan Nilai ketaatan baik itu ketaatan kepada Allah yang berupa diarahkannya peserta didik untuk berdo’a sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan, dan peserta didik juga diarahkan untuk melaksanakan kewajibanya terhadap Tuhan yang Maha ESA, ketaatan kepada pembina maupun kepada pemimpin yang berupa peserta didik diarahkan agar mematuhi nasehat pembina dan aba-aba yang diberikan oleh pemimpin yang dibiasakan melalui kegiatan upacara pembukaan dan penutupan latihan Pramuka. b. Nilai ketakwaan Nilai ketakwaan yang diterapkan dalam bentuk peserta didik diarahkan untuk melaksanakan kegiatan shalat berjamaah setelah selesai latihan Pramuka bagi yang tidak terkendala jalan dan waktu dari sekolah menuju rumah. c. Nilai moral Nilai moral yang diterapkan dalam bentuk kegiatan penyampaian nasehat atau bimbingan pada saat penyampaian amanat oleh pembina saat kegiatan upacara pembukaan dan penutupan latihan Pramuka, dan pemberian tauladan atau contoh perilaku yang baik yang dilakukan oleh pembina atau Dewan Ambalan, serta pembiasaan seperti saling menghormati antar anggota Pramuka yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda itu dibiasakan dalam bentuk pemberian penghormatan pada saat upacara pembukaan dan penutupan latihan Pramuka, pada saat kegiatan Latihan Keserasian Baris Berbaris (LKBB), maupun penghormatan saat bertemu sesama anggota Pramuka. d. Nilai kemandirian Nilai kemandirian diterapkan dalam bentuk peserta didik diarahkan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya seperti peserta didik diarahkan agar berani menyampaikan materi Kepramukaan didepan teman-temannya, sehingga dengan begitu peserta didik tidak hanya bergantung atau mengharapkan materi dari pembina Pramuka. e. Nilai toleransi Nilai toleransi diterapkan dalam bentuk kegiatan rapat Dewan Ambalan maupun rapat kelompok/sangga yang didalamnya peserta didik diarahkan agar dapat menerima pendapat atau masukan orang lain dan juga dapat memberikan masukan kepada orang lain, kemudian dalam bentuk kegiatan bakti sosial yaitu peserta didik diarahkan agar menghormati lingkungan, menghargai lingkungan serta ikut melestarikan lingkungan sekitar. f. Nilai tolong menolong Nilai tolong-menolong diterapkan dalam bentuk peserta didik diarahkan dan dibimbing untuk memahami konsep tolong menolong dalam Pramuka golongan penegak yaitu dari kita, oleh kita, dan untuk kita, jadi setiap ada peserta didik yang belum paham dengan materi yang diberikan maka tugas dari peserta didik lain yang sudah paham mengenai materi tersebut adalah mengajari atau
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
166
STAIN Palangka Raya
memberikan penjelasan kepada peserta didik lainya yang belum paham. Dari situ juga diterapkan nilai tanggung jawab karena tanggung jawab anggota Pramuka yang sudah lebih banyak memiliki pengetahuan yaitu harus berbagi dengan anggota Pramuka yang belum memiliki pengetahuan Kepramukaan. g. Nilai tanggung jawab Nilai tangguung jawab juga diterapkan dalam bentuk kegiatan pembuatan hasta karya antara lain pembuatan miniatur menara dari tongkat dan tali Pramuka disitu peserta didik diarahkan agar konsisten atau sungguh-sungguh dengan tugas yang telah diberikan kepada masing-masing individu dengan tujuan agar mendapat hasil miniatur menara yang kuat dan kokoh. Kemudian juga nilai nilai tersebut di aplikasikan dalam bentuk kegiatan perkemahan yang dilaksanakan di MAN Maliku ataupun yang diikuti oleh Pramuka MAN Maliku dalam berbagai acara kegiatan seperti perkemahan sehari, perkemahan sabtu minggu, maupun perkemahan perkemahan jum’at sabtu minggu. Kegiatan Kepramukaan latihan mingguan di MAN Maliku merupakan kegiatan yang sudah menerapkan nilai nilai Pendidikan Agama Islam sesuai dengan pengamalan dan penghayatan kode kehormatan Gerakan Pramuka yaitu Trisatya dan Dasadarma. Saran Setelah memperoleh hasil dari penelitian ini penulis menyarankan: 1. Bagi pembina Pramuka agar lebih bisa meningkatkan lagi kegiatan -kegiatan yang mengandung nilai Pendidikan Agama Islam dalam kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku berkenaan dengan pengamalan dan penghayatan Trisatya dan Dasadarma Pramuka. 2. Bagi anggota Pramuka, para anggota pramuka dapat memperdalam pemahaman tentang pengamalan Trisatya dan Dasadarma Pramuka dengan mempelajari ajaran Agama secara mandiri, maka dari itu perlu diadakan penambahan buku-buku agama yang dapat meningkatkan pengetahuan keagamaan mereka. 3. Bagi guru hendaknya membantu dan mendukung dalam kegiatan Kepramukaan di MAN Maliku, terutama berkenaan dengan fasilitas mushola. 4. Bagi peneliti lain bahwa masih banyak lagi nilai-nilai Pendidikan Agama Islam yang belum terungkap dalam kegiatan Kepramukaan lainnya, jadi untuk melanjutkan penelitian mengenai nilai-nilai Pendidikan Agama Islam bisa meneliti mengenai kegiatan dalam Kepramukaan seperti kegiatan Kursus Mahir Dasar, Kursus Mahir Lanjutan, dan sebagainya. Daftar Pustaka Andri BOB Sunardi, Boyman Ragam Latih Pramuka, (Bandung: Penerbit Nuansa Muda, 2006). Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cet, 11 Edisi Revisi IV (Jakarta: PT. Rineka Cipta 1998)
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012
167
Basri,
STAIN Palangka Raya
Hasan, Kapita S e t i a , 2 0 1 2 ).
Selekta
Pendidikan,
(Bandung:
CV
Pustaka
Fitri, Agus Zaenal, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai & Etika di Sekolah, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2012) Hadi, Sutrisno, metodologi research jilid II(Yogyakarta: andi offset, 2004). Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003). Moleong, lexy. J.,Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, PT. Remadja Rosdakarya 2004). Sanjaya, Wina, penelitian pendidikan, jenis, metode dan prosedur, (Jakarta: Prenada Media Group, 2014). Shihab, M. Quraisy, Wawasan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1996). Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif dan R&D, Cet. 2, Bandung: Alfabeta, 2006. Tim KML Penggalang, Kursus Mahir Tingkat Lanjutan Golongan Penggalang, (Jakarta: Kwarnas 2011). Tim Penyusun, Keputusan Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka Nomor: 11/Munas/2013 Tentang Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka (Semarang : Kwartir Nasional). Tim Penyusun, Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD),(Jakarta: Kwartir Nasional 2011).
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 6, Nomor 1, Juni 2012