NILAI GIZI DAGING SQUAB BURUNG MERPATI LOKAL DAN HOMER PADA JENIS KELAMIN YANG BERBEDA
SKRIPSI WIWIT NURWITASARI
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
NILAI GIZI DAGING SQUAB BURUNG MERPATI LOKAL DAN HOMER PADA JENIS KELAMIN YANG BERBEDA
WIWIT NURWITASARI D14201004
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
NILAI GIZI DAGING SQUAB BURUNG MERPATI LOKAL DAN HOMER PADA JENIS KELAMIN YANG BERBEDA
Oleh WIWIT NURWITASARI D14201004
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada Tanggal 8 Maret 2006
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Dr. Ir. M.M Siti Sundari K NIP 130 256 390
Ir. Sri Darwati, MSi NIP 131 849 383
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr.Ir.Ronny R. Noor, MRur.Sc NIP 131 624 188
RINGKASAN WIWIT NURWITASARI. D14201004. 2006. Nilai Gizi Daging Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
: Dr. Ir. M. M. Siti Sundari K. : Ir. Sri Darwati, MSi
Daging merupakan salah satu komoditi asal ternak yang penting sebagai sumber protein hewani bagi manusia. Daging squab (piyik) burung merpati mempunyai kekhasan yang berbeda dibandingkan dengan daging unggas yang lainnya. Daging burung merpati memiliki warna daging yang merah, serat daging yang halus, kandungan kolesterol yang rendah dan mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi. Produksi daging squab burung merpati di Indonesia belum banyak seperti daging unggas lain, sehingga harga daging squab burung merpati cukup mahal. Masyarakat belum banyak mengetahui informasi mengenai nilai gizi dari daging squab burung merpati, sehingga konsumen daging squab jumlahnya terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai gizi (kadar air, kadar protein, kadar lemak dan kolesterol) daging squab burung merpati Lokal dan Homer baik jantan maupun betina. Selain itu memperoleh informasi tambahan mengenai berat hidup akhir squab, berat dan persentase karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki, berat dan persentase karkas squab. Penelitian ini dilakukan di tiga tempat yaitu di Balai Penelitian Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (BPT HMT) Malang Jawa Timur, Universitas Brawijaya dan Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2005. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok pola Faktorial dengan lima ulangan dan ulangan sebagai kelompok. Faktor yang diamati ada dua, faktor pertama adalah jenis burung merpati yaitu Lokal dan Homer, faktor yang kedua adalah jenis kelamin yaitu jantan dan betina. Nilai gizi yang diamati adalah kadar air, kadar protein, kadar lemak dan kolesterol, selain itu diukur juga berat hidup akhir squab, berat dan persentase karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki, berat dan persentase karkas squab. Semua peubah dianalisis ragam (ANOVA), apabila berbeda nyata diuji lanjut dengan Least Squares Means. Kandungan kolesterol dianalisis secara komposit, sehingga dibahas secara deskriptif. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: kadar air squab burung merpati Lokal dan Homer baik jantan maupun betina yaitu 70,14%-71,66% tidak berbeda nyata. Kadar protein squab burung merpati Homer jantan dan betina berturut-turut yaitu 19,15% dan 17,71% lebih tinggi dibandingkan Lokal jantan dan betina berturut-turut yaitu 18,03% dan 16,42%. Kadar lemak squab burung merpati Lokal yaitu 9,38% dan Homer yaitu 8,79% tidak berbeda nyata. Kadar lemak squab burung merpati jantan yaitu 8,57% lebih rendah dibandingkan betina yaitu 9,61%. Kolesterol squab burung merpati Lokal yaitu 82,19 mg/100g tidak jauh berbeda dengan Homer yaitu 80,72 mg/100g. Squab burung merpati Homer memiliki berat hidup akhir umur 21 hari yaitu 307,67 g; berat karkas termasuk kepala, leher dan kaki yaitu 174,57 g; persentase
karkas termasuk kepala, leher dan kaki yaitu 56,59%; berat karkas yaitu 147,67 g; dan persentase karkas yaitu 47,83% lebih tinggi dibandingkan squab burung merpati Lokal masing-masing yaitu 271,90 g; 143,70 g; 52,83%; 115,79 g dan 42,56%. Berat hidup akhir; berat dan persentase karkas termasuk kepala, leher dan kaki; berat dan persentase karkas squab burung merpati jantan masing-masing yaitu 296,10 g; 164,35 g; 55,34%; 136,10 g dan 45,76% dan betina masing-masing yaitu 283,47 g; 153,92 g; 54,09%; 127,36 g dan 44,63% tidak berbeda nyata. Kadar air dan kadar protein squab burung merpati Lokal dan Homer baik jantan maupun betina seragam. Kadar lemak squab burung merpati jantan lebih seragam dibandingkan betina baik pada squab burung merpati Lokal maupun Homer. Berat hidup akhir squab, persentase karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki dan persentase karkas squab pada burung merpati Lokal dan Homer baik yang jantan maupun betina seragam. Kata-kata kunci: burung merpati Lokal dan burung merpati Homer, daging squab, nilai gizi.
ABSTRACT Nutrition Value of The Local and Homer Pigeon Squab Meat in Different Sex Nurwitasari, W., M.M.S. Sundari K, and S, Darwati This research was conducted to study the meat nutrition value of Local and Homer pigeon meat in different strain and sex. The results of the experiment showed that there was not interaction in species and sex on all variables. There was not significantly different in the water content of the male as will as female Local and Homer pigeon squab (70,14%-71,66%). The protein content of Homer pigeon squab male and female were 19,15% and 17,71% respectively, these were higher than those of the male and female of the Local pigeon squab (18,03% and 16,42%). The fat content of male squab pigeon was 8,57%, it was lower than that of the female (9,61%). The cholesterol of Local squab pigeon was 82,19 mg/100g was not very different than Homer was 80,72 mg/100g. Homer pigeon squab has slaughter weight 307,67 g; carcass weight includes head, neck and leg was 174,57 g; carcass percentage includes head, neck and leg was 56,59%; carcass weight was 147,67 g and carcass percentage was 47,83% higher than Local. Slaughter weight; carcass weight includes head, neck and leg; carcass percentage includes head, neck and leg; carcass weight and carcass percentage were not significantly. Water and protein of contents Local and Homer pigeon squab in male and female were not variant. Fat content of male pigeon squab was not higher variant than female in Local and Homer. Slaughter weight; carcass percentage includes head, neck and leg and carcass percentage Local and Homer in male and female were not variant. Keywords: Local and Homer pigeon, squab meat, nutrition value
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 8 Maret 1983 di Cianjur Jawa Barat. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Anwar Karnawi dan Ibu A. Rokayah. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1995 di SDN Pebayuran 1. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1998 di SMPN 1 Pebayuran dan Pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2001 di SMUN 5 Karawang. Pada tahun 2001, Penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (USMI). Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Jurusan Ilmu Produksi Ternak yang sekarang menjadi Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti pendidikan, Penulis pernah menjadi pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Fakultas Peternakan tahun 2001-2002, pengurus Ikatan Mahasiswa dan Pelajar Karawang-Bogor (IMPKB) tahun 2002-2003 dan pernah menjadi bagian dari Kelompok Pencinta Alam Fakultas Peternakan (KEPAL-D) tahun 2001-2002. Selain itu, Penulis juga aktif mengikuti kepanitian di beberapa acara yang diadakan di kampus IPB.
KATA PENGANTAR Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT sang pemberi petunjuk atas segala pertolongan, nikmat, rahmat dan keridhoan-Nya sehingga penelitian dan skripsi ini dapat diselesaikan.
Shalawat serta salam selalu tercurah bagi Nabi
Muhammad SAW. Skripsi ini berjudul Nilai Gizi Daging Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda.
Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui nilai gizi daging squab burung merpati Lokal dan Homer. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan di Malang, Jawa Timur. Burung merpati Lokal dan Homer yang berumur 21 hari diambil dari Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak Malang sebanyak 20 ekor yang terdiri dari lima ekor burung merpati Lokal jantan, lima ekor burung merpati Lokal betina, lima ekor burung merpati Homer jantan dan lima ekor burung merpati Homer betina. Analisis nilai gizi dilakukan di Universitas Brawijaya Malang dan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Bogor. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan oleh Penulis demi kesempurnaan karya ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik untuk kalangan akademis maupun umum.
Bogor, Maret 2006
Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN .................................................................................................
i
ABSTRACT ....................................................................................................
iii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................
v
DAFTAR ISI ...................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
x
PENDAHULUAN ..........................................................................................
1
Latar Belakang ..................................................................................... Tujuan .................................................................................................. Manfaat ................................................................................................
1 2 2
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................
3
Burung Merpati ................................................................................... Burung Merpati Lokal ........................................................... Burung Merpati Homer .......................................................... Squab .................................................................................................. Karkas ................................................................................................. Beberapa Faktor yang Berpengaruh terhadap Gizi ............................. Komposisi Nilai Gizi Daging ............................................................. Kadar Air Daging ................................................................... Kadar Protein Daging ............................................................ Kadar Lemak Daging ............................................................. Kolesterol ...............................................................................
3 4 5 5 6 7 8 9 10 10 11
METODE ........................................................................................................
13
Lokasi dan Waktu ............................................................................... Materi .................................................................................................. Bahan ...................................................................................... Alat .......................................................................................... Rancangan ........................................................................................... Perlakuan ................................................................................ Model ...................................................................................... Peubah ..................................................................................... Analisis Data ........................................................................... Prosedur .............................................................................................. Proses Penyiapan Karkas ........................................................ Analisis Nilai Gizi ..................................................................
13 13 13 13 13 13 14 14 14 15 15 16
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................
18
Nilai Gizi ............................................................................................. Kadar Air ................................................................................ Kadar Protein .......................................................................... Kadar Lemak ........................................................................... Kolesterol ................................................................................ Berat Hidup Akhir Squab ................................................................... Berat dan Persentase Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki ..................................................................................................... Berat dan Persentase Karkas Squab ....................................................
18 18 19 21 22 23 24 27
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................
31
Kesimpulan ......................................................................................... Saran ...................................................................................................
31 31
UCAPAN TERIMA KASIH ..........................................................................
32
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
33
LAMPIRAN ....................................................................................................
36
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Penggolongan Bangsa-Bangsa Burung Merpati Penghasil Daging ..................................................................................
4
2. Komposisi Nilai Gizi Daging Squab ....................................................
8
3. Kandungan Nutrisi Daging Squab yang Dibandingkan dengan Ayam, Salmon, Babi dan Sapi ..........................................................................
9
4. Kandungan Kolesterol Daging Squab dan Ternak Lain .......................
11
5. Kadar Air Daging Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ..........................................................................
18
6. Koefisien Keragaman Kadar Air Daging Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda .....................................
19
7. Kadar Protein Daging Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda .................................................................
20
8. Koefisien Keragaman Kadar Protein Daging Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ...........................
21
9. Kadar Lemak Daging Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda .................................................................
21
10. Koefisien Keragaman Kadar Lemak Daging Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ...........................
22
11. Rataan Berat Hidup Akhir Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ........................................................
23
12. Koefisien Keragaman Berat Hidup Akhir Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ...........................
24
13. Rataan Berat Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda .............
24
14. Koefisien Keragaman Berat Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ........................................................................................
25
15. Rataan Persentase Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda .................................................................................................
26
16. Koefisien Keragaman Persentase Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ..........................................................................
27
17. Rataan Berat Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda .................................................................
27
18. Koefisien Keragaman Berat Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ............................................
28
19. Rataan Persentase Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ........................................................
29
20. Koefisien Keragaman Persentase Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ...........................
29
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Sidik Ragam Berat Hidup Akhir Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ...........................................
37
2. Uji Lanjut LSM Berat Hidup Akhir Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ...........................................
37
3. Sidik Ragam Berat Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ................................................................................................
37
4. Uji Lanjut LSM Berat Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ................................................................................................
38
5. Sidik Ragam Persentase Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ................................................................................................
38
6. Uji Lanjut LSM Persentase Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda .......................................................................................
38
7. Sidik Ragam Berat Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda .......................................................
38
8. Uji Lanjut LSM Berat Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ...........................................
39
9. Sidik Ragam Persentase Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ...........................................
39
10. Uji Lanjut LSM Persentase Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ...........................................
39
11. Sidik Ragam Kadar Air Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda .......................................................
39
12. Sidik Ragam Kadar Protein Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ...........................................
40
13. Uji Lanjut LSM Kadar Protein Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ...........................................
40
14. Sidik Ragam Kadar Lemak Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ...........................................
40
15. Uji Lanjut LSM Kadar Lemak Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ............................................
40
16. Squab Burung Merpati Lokal baik Jantan maupun Betina ....................................................................................................
41
17. Squab Burung Merpati Homer baik Jantan maupun Betina ....................................................................................................
41
18. Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan Homer baik Jantan maupun Betina ....................................................................................................
41
PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil ternak merupakan bahan pangan yang sangat penting bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan protein hewani. Salah satu bahan pangan hasil ternak yang banyak tersedia adalah daging.
Daging merupakan bahan makanan yang
diperlukan oleh tubuh karena daging mengandung vitamin dan mineral, kandungan protein dalam daging tinggi, juga memiliki daya cerna yang tinggi dan rasa yang lezat. Daging yang umum dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia biasanya berasal dari sapi dan ayam.
Sumber protein hewani dari ternak lain masih kurang
dimanfaatkan karena rasa, aroma, serta faktor lain yang belum banyak diterima oleh masyarakat. Salah satu sumber protein hewani yang belum banyak hasil olahannya adalah daging squab (piyik) burung merpati. Daging squab burung merpati atau burung dara memiliki kekhasan yang berbeda dibandingkan dengan daging unggas yang lainnya. Daging squab burung merpati memiliki warna daging yang merah, serat daging yang halus, kandungan protein yang cukup tinggi dan mengandung kolesterol yang rendah, sehingga baik untuk orang-orang yang sedang diet kolesterol dan baik juga dikonsumsi oleh orang tua. Daging squab burung merpati cukup dikenal, baik di Indonesia maupun di negara maju. Di Amerika Serikat, burung merpati muda (squab) berumur antara 25 sampai 30 hari dipotong karena dagingnya lebih lunak dan lebih enak dimakan. Sumadi (1991) menyatakan, burung merpati merupakan salah satu jenis aneka ternak yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai burung merpati penghasil protein hewani. Burung merpati memiliki keunggulan antara lain: (a) bentuk badan tegap; (b) memerlukan modal sedikit untuk pemeliharaannya; (c) masa pengeraman relatif singkat yaitu 17-18 hari; (d) berat badan pada umur tiga minggu dapat mencapai 250 g dan (e) daging squab sangat digemari sebagai burung dara goreng karena empuk, enak dan lezat. Salis (2002) menyatakan, laju pertumbuhan squab burung merpati Lokal pada umur 3-4 minggu mengalami penurunan sebesar 38,97 g, karena induk sudah mulai bertelur lagi sehingga jumlah makanan yang dilolohkan induk kepada squab umur 3-
4 minggu berkurang. Oleh karenanya pemotongan squab dilakukan pada umur muda (21 hari). Burung merpati Lokal di Indonesia berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut, tetapi belum umum digunakan untuk produksi daging. Sedangkan, burung merpati Homer sudah dimanfaatkan sebagai penghasil daging. Keadaan ini sebagai penyebab konsumen daging squab burung merpati Lokal jumlahnya terbatas. Maka perlu digiatkan minat masyarakat untuk mengkonsumsi daging squab burung merpati sebagai sumber protein hewani selain ayam. Produk burung merpati yang cukup mahal harganya adalah daging squab, sehingga konsumen daging burung merpati kebanyakan berasal dari golongan kelas ekonomi menengah keatas. Masyarakat belum banyak mengetahui informasi mengenai nilai gizi dari daging squab burung merpati Lokal dan Homer. Penelitian ini diharapkan memberikan informasi tentang nilai gizi daging squab burung merpati, sehingga orang yang mengkonsumsi daging squab burung merpati meningkat jumlahnya. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai gizi (kadar air, protein, lemak dan kandungan kolesterol) dari daging squab burung merpati Lokal dan Homer baik pada jantan maupun betina. Selain itu, memperoleh informasi tambahan mengenai berat hidup akhir squab, berat dan persentase karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki, berat dan persentase karkas squab. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai nilai gizi daging squab burung merpati Lokal dan Homer.
TINJAUAN PUSTAKA Burung Merpati Burung merpati biasanya dipelihara sebagai hobi. Bentuk badannya tegap dengan daging yang relatif tebal, hidup berpasang-pasangan.
Burung merpati
berkembang biak dengan cepat. Burung merpati betina Lokal mulai bertelur pada umur 4-5 bulan (Djanah dan Sulistyani, 1985). Burung merpati mempunyai suhu tubuh sekitar 41oC. Burung merpati dapat beradaptasi dengan mudah di darat maupun di udara, lehernya panjang dan fleksibel, kepalanya termasuk besar, karena mempunyai otak yang besar, tubuhnya kompak dan kaku, organ vitalnya terlindungi secara baik terhadap serangan musuhnya (Levi, 1945). Blakely dan Bade (1998) membagi burung merpati menjadi tiga kelompok utama yaitu untuk tujuan produksi daging, pameran dan penampilan.
Burung
merpati yang dimanfaatkan untuk produksi daging lebih menekankan pada jumlah anak burung merpati yang berat badannya besar.
Begitu juga Cartmill (1991)
membedakan burung merpati menjadi tiga tipe yaitu: utility group yaitu kelompok burung merpati penghasil daging, fancy breed yaitu bangsa yang diambil keindahannya untuk pameran, dan performing breed yaitu bangsa yang dinilai ketangkasannya. Contoh bangsa burung yang termasuk dalam utility group adalah King, Carneau, Swiss Mondain, Runt dan White King; fancy breed adalah India, America Fantail, Pouter, Jacobin, Swallow, Chinese Owl, English Trumpeter, Modena dan Helmet; performing breed adalah Homer, Birmingham Roller, Racing Homer dan Parlor Tumbler. Levi (1945) menyatakan, burung merpati dapat dikelompokkan menurut umurnya. Squab atau piyik adalah anak burung merpati umur 1-30 hari, squaker adalah burung merpati umur 30 hari sampai 6 atau 7 bulan, youngster adalah burung merpati umur 6 atau 7 bulan sampai kawin atau mulai kawin sampai tahun pertama masa produksi baik pada jantan atau betina muda, yearling cock atau yearling hen adalah burung merpati yang berproduksi pada tahun kedua baik jantan maupun betina tua sampai disingkirkan. Jenis atau bangsa burung merpati yang banyak digunakan sebagai burung merpati pedaging adalah Homer, King dan Carneau.
Bangsa burung merpati yang termasuk penghasil daging masih dapat dibagi lagi menjadi tiga tipe yaitu: tipe berat, tipe sedang dan tipe ringan (Levi, 1945). Tabel 1 menjelaskan bangsa-bangsa yang termasuk dalam ketiga tipe burung merpati penghasil daging. Tabel 1. Penggolongan Bangsa-Bangsa Burung Merpati Penghasil Daging pada Umur Dewasa Tipe
Berat hidup
Ringan
400-700 g
Medium
600-700 g
Berat
700-900 g
Bangsa Hungarian (biru, putih dan merah), Squabbing Homer, Homer pekerja Red atau White Carneau, America Giant Homer American Swiss Mondaine, White King, Silver King, Auto Sexing Texan Pioneer, Auto Sexing King
Sumber: Blakely dan Bade (1998)
Burung merpati Homer pekerja pada umur dewasa memiliki berat hidup sebesar 400-700 g (Blakely dan Bade, 1998). Burung merpati Lokal pada umur empat minggu memiliki berat hidup sebesar 135-327 g (Salis, 2002). Burung Merpati Lokal Burung merpati Indonesia berasal dari jenis burung merpati Lokal (Muhami, 1983). Burung merpati Lokal yang terdapat di Indonesia adalah burung merpati pendatang yang berasal dari burung merpati liar (Columba livia) yang penyebaran aslinya di daerah Eropa (Antawidjaja, 1988). Ternak ini sudah lama dikenal dan dibudidayakan oleh masyarakat sehingga keragamannya menjadi besar.
Cara
pemeliharaannya dilakukan secara sederhana yang bertujuan hanya untuk kesenangan saja. Salah satu hal yang menarik ialah burung merpati mempunyai potensi yang besar sebagai penghasil daging (Muhami, 1983). Burung merpati mempunyai sifat damai, hampir tidak ada peck order, walaupun ditempatkan dalam satu kandang tidak akan terjadi perkelahian dan kanibal. Burung merpati mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, memiliki pasangan sendiri, bersifat monogami dan mempunyai sifat sense of location dalam waktu yang lama dan dalam jarak yang jauh (Levi, 1945). Salis (2002), dalam penelitiannya menggambarkan burung merpati Lokal mempunyai warna mata jingga dan kuning, memiliki warna shank merah dan pola
warna bulunya masih beragam. Kisaran berat squab burung merpati Lokal berumur empat minggu sampai lepas sapih adalah 135-327 g. Burung Merpati Homer Bangsa Homer yang termasuk dalam Racing Homer mempunyai kemampuan menghasilkan anak yang rendah, tetapi jenis inilah yang dikembangkan oleh para ahli burung merpati untuk penghasil squab sehingga berganti nama menjadi Utility Homer, Ordinary Homer dan sebagainya.
Jenis Racing Homer yang telah
dikembangkan ini lebih baik dalam menghasilkan anakan, cepat bertelur, jarang mempunyai telur yang infertil dan mempunyai sifat keindukan yang baik (Levi, 1945). Homer termasuk burung merpati yang baik sebagai penghasil telur dibandingkan dengan bangsa burung merpati lain.
Tubuh Homer dibandingkan
dengan King lebih kecil sehingga burung merpati muda potong yang dihasilkan juga lebih kecil (Rasyaf dan Amrullah, 1982). Bangsa Homer dapat dibagi menjadi Exhibition Homer, Genuine Homer, Giant Homer, Racing Homer dan Show Homer. Bangsa Homer merupakan bangsa yang mempunyai ukuran badan dengan berat antara 623,7-765,45 g untuk burung dewasa dan berat squab rata-rata 378,33-454 g (Levi, 1945). Squab Squab adalah burung merpati muda (anakan) yang siap dipasarkan pada umur sekitar 28-30 hari. Squab sampai dengan umur tersebut hanya mendapat makanan yang dihasilkan oleh tembolok induknya. Makanan yang berasal dari tembolok induk burung merpati atau susu tembolok mempunyai kandungan protein sampai dengan 35%. Susu tembolok dapat menambah berat squab sebanyak dua kali lipat selama beberapa hari setelah penetasan (Drevjany, 2001). Salah satu ciri burung merpati yaitu memiliki cairan yang berwarna krem menyerupai susu yang dikeluarkan dari tembolok jantan dan induk betina (Muhami, 1983). Crop milk yang diproduksi oleh tembolok induk burung merpati menyerupai keju dan cair, diproduksi sebelum telur menetas. Cairan tersebut diberikan induk burung merpati kepada squab dengan cara meloloh (proses regurgitasi) dan memompa ke dalam mulut squab (Sumadi, 1991).
Squab mempunyai pertumbuhan yang cepat pada 48 jam pertama setelah menetas. Pertumbuhan yang cepat ini dikarenakan squab mempunyai adaptasi yang baik dan mengkonsumsi pakan yang banyak. Selain itu juga adanya pemberian susu tembolok dari induk turut serta dalam mempercepat pertumbuhan (Levi, 1945). Sintadewi (1987) menyatakan, pertambahan berat badan squab sangat cepat pada minggu pertama dan kedua, kemudian pertambahannya berkurang pada minggu ketiga dan keempat. Pada minggu kelima dan keenam berat badan sudah mulai menurun dan tidak konstan sehingga berat badan bervariasi dan keragamannya besar. Squab burung merpati dipotong pada umur 25 hari. Jika lewat dari umur tersebut maka squab telah keluar dari sarang dan mulai belajar terbang, sehingga timbul perototan yang kuat dan daging akan menjadi keras (Levi, 1945). Pasangan burung merpati muda pada umur 2-3 tahun dalam setahun mampu menghasilkan squab sebanyak 16-18 ekor. Apabila pasangan tersebut tua sekitar umur 5-6 tahun maka hanya dihasilkan sekurang-kurangnya 12 ekor squab per tahun. Semakin tua umur burung merpati, kemampuan memproduksi squab semakin menurun (Blakely dan Bade, 1998). Bokhari (2001) menyatakan, daging squab sangat lezat dan proses pemasakannya tidak menggunakan panas yang sangat tinggi karena dapat menyebabkan berkurangnya rasa. Blakely dan Bade (1998) menyatakan, daging squab berwarna gelap, empuk, lezat serta lembab dan menempati kelas yang sama dengan daging kepiting, daging sapi muda (veal) maupun daging kambing muda. Daging burung merpati umur 21 hari sangat digemari untuk dikonsumsi sebagai burung dara goreng (Djanah dan Sulistyani, 1985). Karkas Karkas burung merpati belum banyak diteliti, sehingga sebagai pembanding digunakan karkas ayam. Karkas adalah bagian tubuh tanpa darah, bulu, jeroan, shank, kepala dan leher atau bagian tubuh yang telah dibului tanpa jeroan (Mansjoer dan Martojo, 1977). Setelah unggas dipotong, darahnya dikeluarkan dan dibului, kemudian kepala, leher dan ceker dipisahkan dari karkas (Rose, 1997). Karkas adalah bagian dari tubuh ayam tanpa darah, bulu, kepala, kaki dan organ dalam (Winter dan Funk, 1960).
Dewan Standarisasi Nasional dalam SNI 01-3924-1995 (1995) menyatakan, karkas adalah bagian dari unggas pedaging setelah dipotong, dibului, dikeluarkan jeroan dan lemak abdominalnya, dipotong kepala dan leher serta kedua cekernya. Priyatno (2003) menyatakan, bahwa karkas unggas dibedakan menjadi karkas kosong dan karkas isi. Karkas kosong adalah unggas yang telah disembelih dan dikurangi darah, bulu, organ tubuh bagian dalam (jeroan), kepala dan kakinya. Biasanya, paru-paru dan ginjal menjadi bagian dari karkas. Karkas isi adalah karkas kosong segar, tetapi diisi dengan hati, jantung dan ampela yang sudah dibersihkan. Beberapa Faktor yang Berpengaruh terhadap Nilai Gizi Daging Nilai gizi dalam suatu hasil produk unggas, dilihat berdasarkan unsur gizinya yaitu: kandungan protein, lemak, karbohidrat, abu dan energi. Unsur-unsur gizi tersebut dibutuhkan oleh tubuh manusia. Manusia membutuhkan makanan yang bergizi tinggi untuk hidup dan berprestasi. Kebutuhan gizi yang dianjurkan per hari bagi wanita dewasa yaitu 45 g protein, 500 mg kalsium dan 450 g fosfor. Kebutuhan seorang pria dewasa yaitu 50 g protein, 500 mg kalsium dan 500 mg fosfor (Sastrapradja dan Muhilal, 1989). Gurnadi (1986) menyatakan, ada tiga faktor sebagai kriteria untuk menentukan mutu daging yaitu (1) nilai gizi yaitu kandungan protein, lemak; (2) selera konsumen akan penampilan yaitu warna, keempukan, marbling/lemak intramuskular, ketegaran, juiciness dan tekstur dan (3) parameter yang berhubungan dengan penanganan seperti kadar air, jenis lemak, daya ikat air, kandungan jaringan ikat dan pH. Soeparno (1998) menyatakan, kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain adalah genetik, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan dan stres.
Faktor setelah pemotongan yang
mempengaruhi kualitas daging antara lain meliputi metode pemasakan dan pH. Kadar air, protein, lemak, karbohidrat dan mineral berbeda-beda tergantung pada jenis ternak, umur dan jenis kelamin (Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Kadar air dalam daging ternak akan mengalami penurunan dengan bertambahnya umur ternak (Cole dan Ronning, 1974). Perbedaan kadar lemak dapat dipengaruhi oleh jenis ternak, umur, jenis kelamin dan lokasi otot (Muchtadi dan Sugiyono, 1992).
Kolesterol juga dipengaruhi oleh bangsa, umur, musim, keadaan stress dan pakan berserat (Menge et al., 1974). Komposisi Nilai Gizi Daging Daging unggas tersusun atas komponen-komponen bahan pangan seperti air, protein, lemak, karbohidrat dan mineral. Kadar air, protein dan lemak merupakan sifat kimiawi yang berhubungan dengan nilai gizi (Rose, 1997). Protein, karbohidrat dan lemak serta air merupakan komponen utama dalam bahan pangan. Protein berfungsi untuk pertumbuhan dan memperbaiki jaringan-jaringan tubuh yang rusak, sedangkan lemak dan karbohidrat sebagai sumber energi (Ketaren, 1986). Kandungan atau komposisi daging squab dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi Nilai Gizi Daging Squab Komposisi nilai gizi Daging
Air
Energi
Protein
Lemak
Serat Abu
(%)
---------------------- (g/100g)-------------------
Total edible
58,0
279
18,6
22,1
0
1,5
Daging dan kulit
56,6
294
18,5
23,8
0
1,4
Daging cerah (tanpa kulit)
74,0
125
20,7
4,2
0
1,2
Jeroan
69,8
154
19,8
7,2
1,2
2,0
Sumber: Composition of foods: United State Departement of Agricultural (1963), dalam Bokhari
(2001)
Pada Tabel 2 kadar air daging dan kulit sebesar 56,6%, protein sebesar 18,5% dan kadar lemak sebesar 23,8%. Forrest et al. (1975) menyatakan, nilai gizi daging yang tinggi dikarenakan daging mengandung asam amino essensial, air, lemak, karbohidrat dan komponen anorganik yang lengkap dan seimbang. Kandungan gizi dari berbagai bangsa ternak dan ikan berbeda, tetapi setiap 100 g daging dapat memenuhi kebutuhan gizi seorang dewasa setiap hari sekitar 10% kalori, 50% protein, 35% zat besi (Fe) atau 100% zat besi, bila daging berasal dari hati dan 25-60% vitamin B kompleks (Soeparno, 1998). Pada Tabel 3 dapat dilihat kandungan nutrisi daging squab dibandingkan dengan daging ayam, salmon, babi dan sapi.
Tabel 3.
Kandungan Nutrisi Daging Squab yang Dibandingkan dengan Ayam, Salmon, Babi dan Sapi
Ternak (Tipe daging)
Besi (Fe)
Protein Lemak Lisin
PUFA* 18:2** 20:4#
(mg)
-------------------------(g/100g)--------------------------
Squab (raw breast)
2,32
21,80
4,32
1,91
0,96
0,62
0,14
Ayam (raw breast)
0,72
23,10
1,24
1,96
0,28
0,17
0,04
Salmon
0,47
21,30
8,56
1,96
1,88
0,38
0,09
Babi (raw lean loin)
1,31
21,00
2,47
2,07
0,26
0,22
0,03
Sapi
2,77
20,80
7,10
1,73
0,33
0,26
0,04
(red sockeye)
(raw loin ¼ trim) Keterangan: *PUFA (Asam lemak tak jenuh ganda); **lemak Linoleat, satu dari asam lemak essensial; # lemak Arachidonic, satu dari asam lemak essensial Sumber Data: Nutrional Research Division (2001), seperti yang disarikan oleh Drevjany (2001)
Pada Tabel 3, kandungan nutrisi daging squab dibandingkan ayam memiliki kelebihan zat besi (Fe), PUFA, lemak, linoleat dan arakhidonat. Nutrisi daging squab dibandingkan salmon memiliki kelebihan zat besi (Fe), protein, linoleat dan arakhidonat, Nutrisi daging squab dibandingkan babi memiliki kelebihan zat besi (Fe), protein, lemak, PUFA, linoleat dan arakhidonat.
Nutrisi daging squab
dibandingkan sapi memiliki kelebihan protein, lisin, PUFA, linoleat dan arakhidonat (Drevjany, 2001). Kadar Air Daging Price dan Schweigert (1987) menyatakan, air mempunyai jumlah paling banyak dalam daging.
Daging tanpa lemak mengandung 76% air dan daging
memiliki kadar air yang lebih bervariasi dibandingkan dengan kadar lemaknya. Cole dan Ronning (1974) menyatakan, air merupakan komponen utama dalam daging yang berjumlah antara 70%-75% dalam setiap potongan daging.
Selanjutnya
Mountney (1983) menyatakan, air berfungsi sebagai media untuk transportasi nutrien, hormon dan hasil sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari dalam tubuh dan juga merupakan media bagi kebanyakan reaksi kimia dan proses metabolis yang terjadi di dalam tubuh.
Kadar Protein Daging Protein merupakan komponen bahan kering yang banyak terdapat di dalam daging (Forrest et al., 1975). Daging unggas mengandung lebih banyak protein daripada daging ternak lainnya.
Daging unggas mengandung protein yang
berkualitas tinggi, selain itu mudah dicerna dan mengandung asam-asam amino essensial yang lengkap dan seimbang sehingga daging unggas mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi (Mountney, 1983). Daging burung merpati merupakan salah satu produk yang mengandung protein tinggi dan susunan asam aminonya baik (Rasyaf dan Amrullah, 1982). Kandungan protein daging burung merpati sekitar 35,8% (Djanah dan Sulistyani, 1985). Protein merupakan zat gizi yang penting bagi tubuh karena selain berfungsi sebagai bahan bakar juga sebagai zat pembangun dan pengatur di dalam tubuh. Fungsi utama protein adalah membentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada. Protein juga digunakan sebagai bahan bakar jika keperluan energi tubuh tidak terpenuhi oleh lemak dan karbohidrat. Protein merupakan komponen terbesar setelah air dalam jaringan tubuh, diperkirakan sekitar 50% dari berat kering sel yang terdapat dalam jaringan seperti daging dan hati, terdiri dari protein dan dalam tenunan segar berjumlah sekitar 20% (Winarno, 1997). Kadar Lemak Daging Lemak merupakan salah satu zat nutrisi yang penting, selain itu lemak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan protein dan karbohidrat (Winarno, 1997). Komponen tubuh yang paling bervariasi adalah lemak. Bervariasinya lemak ini berkaitan dengan faktor genetik, lingkungan serta interaksi antara keduanya. Kandungan lemak ternak muda yang sedang tumbuh meningkat seiring dengan meningkatnya berat hidup (Lohman, 1971). Daging unggas mengandung jumlah asam lemak tidak jenuh yang lebih banyak sehingga mengandung kolesterol yang lebih rendah dibandingkan lemak-lemak dalam daging ternak lainnya. Lemak yang terdapat dalam daging unggas lebih banyak ditemukan di bawah kulit daripada yang ada dalam jaringan (Mountney, 1983). Lemak sebagai salah satu komponen kimia yang terdapat dalam daging,
jumlahnya lebih sedikit dari kandungan air dalam daging (Price dan Schweigert, 1987). Daging squab berbeda dengan daging unggas lain karena mengandung lemak intramuskuler yang tinggi. Hal ini mengakibatkan daging squab burung merpati menjadi lunak dan enak untuk dikonsumsi (Drevjany, 2001). Kandungan lemak daging burung merpati sekitar 5,9% (Djanah dan Sulistyani, 1985). Kolesterol Kolesterol merupakan kelompok sterol, suatu zat yang termasuk golongan lipid (Anggorodi, 1979). Kolesterol terdapat dalam semua sel hewan, sehingga tersebar luas di seluruh jaringan tubuh. Kolesterol merupakan substansi lemak khas hasil metabolisme yang banyak ditemukan dalam struktur tubuh manusia maupun hewan. Kolesterol yang berasal dari hewan terdapat dalam daging, hati dan otak (Tillman et al., 1991). Kolesterol makanan umumnya didapat dari lemak hewan dan kuning telur (Ganong, 1983).
Pada Tabel 4 dapat dilihat kandungan kolesterol
daging squab dan daging ternak lain. Tabel 4. Kandungan Kolesterol Daging Squab dan Ternak Lain Tipe daging
Kandungan kolesterol (mg/100 g)
Squab (raw breast meat)
90,0
Ayam (dark meat)
96,5
Ayam (light meat)
89,4
Babi (lean)
94,1
Sapi (lean)
94,1
Telur (55 g/butir)
498,2
Sumber data: Nutrional Research Division (2001), seperti yang disarikan oleh Drevjany (2001)
Kandungan kolesterol daging squab lebih rendah dibandingkan dengan daging ternak lain. Daging squab sangat dianjurkan bagi orang yang menghindari mengkonsumsi daging dengan kandungan kolesterol tinggi (Drevjany, 2001). Kolesterol merupakan substrat untuk pembentukan beberapa zat essensial yaitu: (1) asam empedu yang dibuat oleh hati yang merupakan rute utama untuk katabolisme kolesterol; (2) hormon-hormon steroid; (3) vitamin D3, satu-satunya vitamin yang disintesis tubuh secara cukup tidak dibutuhkan dari dalam makanan; dan (4) kolesterol mempunyai fungsi pokok dalam pembentukan semua membran sel
hewan dan manusia (Linder, 1992). Kolesterol dalam tubuh berasal dari bahan makanan dan sintesa tubuh yang dinamakan kolesterol eksogenous dan endogenous (Girindra, 1987).
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada tiga tempat yaitu di BPT HMT (Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak) Batu Malang, Jawa Timur. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Universitas Brawijaya dan Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor. Penelitian berlangsung dari bulan Juli sampai September 2005. Materi Bahan Squab (piyik) berumur 21 hari berasal dari BPT HMT (Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak) Batu Malang Jawa Timur sebanyak 20 ekor yang terdiri dari lima ekor burung merpati Lokal jantan, lima ekor burung merpati Lokal betina, lima ekor burung merpati Homer jantan dan lima ekor burung merpati Homer betina. Bahan-bahan untuk analisis kimia adalah K2SO4, HgO, H2SO4 pekat, NaOH pekat, air suling, H3PO3, HCl, petroleum eter, khloroform, metanol, KOH 50%, etanol 40%, benzena. Alat Alat yang digunakan untuk memotong adalah pisau.
Alat-alat yang
digunakan untuk analisis adalah oven, cawan porselen, indikator, tabung, labu Kjeldahl, erlenmeyer, labu Soxhlet, selongsong, timbangan, water bath, desikator, evaporator, injektor, detektor dan High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Rancangan Percobaan Perlakuan Pada penelitian ini digunakan Rancangan Acak Kelompok pola Faktorial dengan lima ulangan dan ulangan sebagai kelompok. Faktor yang diamati ada dua, faktor pertama adalah jenis burung merpati yaitu Lokal dan Homer, faktor yang kedua adalah jenis kelamin yaitu jantan dan betina.
Model Model matematika dari rancangan tersebut menurut Gasperz (1991) adalah sebagai berikut: Yijk = µ + Kk +Ai + Bj + (AB)ij + εijk Keterangan: Yijk
=
Hasil pengamatan dari faktor perbedaan jenis burung merpati (A) ke-i, faktor perbedaan jenis kelamin (B) ke-j dari kelompok (K) ke-k
µ
= Nilai tengah
Kk
= Pengaruh dari kelompok (K) ke-k
Ai
= Pengaruh dari jenis burung merpati (A) ke-i
Bj
= Pengaruh dari jenis kelamin (B) ke-j
(AB)ij = Pengaruh interaksi dari jenis burung merpati (A) ke-i faktor A dan jenis kelamin (B) ke-j εijk
= Pengaruh galat percobaan dari jenis burung merpati ke-i, jenis kelamin ke-j dan kelompok (K) ke-k
Peubah yang diamati Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah nilai gizi yaitu kadar air, kadar protein dan kadar lemak daging squab burung merpati Lokal dan Homer jantan dan betina umur 21 hari. Kandungan kolesterol yang diamati hanya dari daging squab burung merpati Lokal jantan dan Homer jantan saja. Selain itu diamati juga berat hidup akhir squab, berat karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki yaitu berat hidup akhir squab dikurangi dengan berat darah, bulu, isi perut, paruh dan kuku, persentase karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki, berat karkas squab yaitu berat hidup akhir squab dikurangi dengan berat darah, bulu, kepala, shank dan isi perut dan persentase karkas squab. Analisis Data Data kadar air, kadar protein, kadar lemak, berat hidup akhir squab, berat dan persentase karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki, berat dan persentase karkas squab yang diperoleh dianalisis ragam (ANOVA). Apabila terdapat perbedaan yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji lanjut Least Squares Means (Mattjik dan Sumertajaya, 2000).
Kandungan kolesterol dianalisis secara komposit, sehingga
dibahas secara deskriptif. Koefisien keragaman dari peubah yang diukur dihitung menurut Walpole (1992), yaitu:
SBx=
n (xi −x i )2 ∑ i=1 n −1
KK= SBx x 100% xi Keterangan: KK= Koefisien Keragaman SBx= Simpangan Baku −
xi
= Rata-Rata Peubah x Prosedur Penelitian
Proses Penyiapan Karkas
Pemotongan squab burung merpati dilakukan untuk proses penyiapan karkas. Penyiapan karkas squab burung merpati menggunakan acuan pada ayam, karena karkas burung merpati belum banyak diteliti. Soeparno (1998) menyatakan, tahaptahap mempersiapkan unggas hidup menjadi karkas adalah: 1) Pengistirahatan. Squab sebaiknya dipisahkan dari induknya agar tidak diloloh (disuapi) dan
dipuasakan selama 8 jam sebelum dipotong agar diperoleh hasil pemotongan yang baik; 2) Pemotongan. Cara pemotongan ternak unggas yang lazim digunakan adalah cara Kosher, yaitu memotong arteri karotis, vena jugularis, esophagus dan trakhea. Pada saat penyembelihan, darah harus keluar sebanyak mungkin; 3) Pencabutan Bulu. Metode dry pick digunakan untuk mempermudah pencabutan bulu squab; 4) Pengeluaran Jeroan. Pengeluaran jeroan dimulai dari pemisahan tembolok, esophagus dan trakhea dari karkas. Kemudian rongga abdomen dibuka dengan membuat irisan dari ujung
tulang dada ke tengah-tengah antara tulang pubis untuk mengeluarkan usus, ampela, paru-paru, hati dan jantung. Kloaka dan jeroan dikeluarkan; 5) Persentase Karkas termasuk Kepala, Leher dan Kaki (PKKLK). Persentase karkas diukur dengan catatan paruh dan kuku dipotong; PKKLK =
Berat karkas termasuk kepala, leher dan kaki x 100% Berat hidup akhir
6) Persentase Karkas. Persentase karkas adalah berat squab setelah dipotong dan dikurangi kepala, leher, shank, kelenjar minyak (oil gland).
Kemudian karkas ditimbang untuk
mengetahui berat karkas; Persentase karkas =
Berat karkas x 100% Berat hidup akhir
Analisis Nilai Gizi Daging beserta kulit dari dada yang telah ditimbang dianalisis nilai gizinya di Universitas Brawijaya dan kolesterol di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor. Analisis nilai gizi yang dilakukan meliputi: kadar air, kadar protein, kadar lemak dan kolesterol.
Kadar Air (AOAC, 1995).
Sampel sebanyak 5 g dimasukkan dalam cawan
porselen dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC sampai beratnya konstan selama 12 jam. Kadar air =
a−b x 100% b
Keterangan: a = berat sampel sebelum dikeringkan b = berat setelah dikeringkan Kadar Protein (AOAC, 1995).
Sampel seberat 0,2 g dimasukkan dalam labu
Kjeldahl 100 ml, kemudian ditambahkan 2 g K2SO4 dan HgO dengan perbandingan
1:1 dan 2 ml H2SO4 pekat, kemudian dilakukan destruksi selama 30 menit sampai diperoleh cairan hijau jernih. Setelah hasil destruksi dingin, ditambahkan 35 ml air suling dan 10 ml NaOH pekat berwarna coklat kehitaman lalu didestilasi. Hasil destilasi ditampung dalam erlenmeyer 125 ml yang berisi 5 ml H3PO3.
Hasil
destilasi yang ditampung kemudian dititrasi dengan HCl 0,02 N dengan menggunakan indikator. Hal yang sama dilakukan untuk blanko. Persentase nitrogen dan kadar protein kasar dihitung dengan rumus sebagai berikut: Kadar nitrogen (%N) =
(ml HCl− blanko) x N HCl x 14 x 100% Berat sampel kering
Kadar protein (% berat basah) = %N x 6,25 Kadar protein (% berat kering) = Kadar Lemak (AOAC, 1995).
100 x % berat basah protein 100 − kadar air Sampel seberat 5 g dimasukkan ke dalam
selongsong pengekstrak, kemudian dimasukkan ke dalam labu Soxhlet yang terlebih dahulu dikeringkan dalam oven dan ditimbang beratnya, kemudian diekstraksi dengan petroleum eter di atas water bath selama 16 jam. Hasil ekstraksi diuapkan dengan cara didestilasi. Lalu tabung tersebut dipanaskan dalam oven dengan suhu 105 oC sampai diperoleh berat tetap, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang berat labu akhir. Persentase kadar lemak dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Kadar lemak (% berat basah) =
Berat labu akhir − Berat labu awal x 100% Berat sampel kering
Kadar lemak (% berat kering) =
100 x % berat basah lemak 100 − kadar air
Kadar Kolesterol (AOAC, 1995). 1) Sampel daging sebanyak 1 g diekstraksi dengan menggunakan pelarut khloroform dan metanol dengan perbandingan 2:1 sebanyak 30 ml; 2) Hasil ekstraksi diuapkan dengan evaporator sampai kering dan lemak yang diperoleh disaponikasi dengan 10 ml KOH 50% dan etanol 40% kemudian direfluks selama 1 jam dan kolesterol dipisah dengan sistem partisi menggunakan benzena; 3)
Endapan kolesterol yang didapat setelah direfluksi,
dilarutkan dalam 2 ml metanol dan disaring dengan ultra filter; 4)
Kemudian
disuntikkan sebanyak 10 ml ke dalam injektor juga detektor ultraviolet dengan panjang gelombang 205 nm dengan fase gerak isopropanol asetonitril dengan perbandingan 1:1. Kadar kolesterol dianalisis dengan menggunakan HPLC.
HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Gizi Nilai gizi daging squab burung merpati Lokal dan Homer baik jantan maupun betina yang diuji meliputi kadar air, kadar protein dan kadar lemak. Kandungan kolesterol dianalisis dari daging squab burung merpati Lokal dan Homer jantan saja. Kandungan kolesterol dianalisis secara komposit, sehingga dibahas secara deskriptif.
Kadar Air Air merupakan komponen terbesar dalam daging squab burung merpati. Winarno (1997) menyatakan, air merupakan komponen penting dalam bahan pangan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur serta citarasa makanan. Selain itu, sebagian besar dari perubahan-perubahan bahan pangan terjadi dalam media air yang berasal dari bahan pangan tersebut. Hasil analisis kadar air daging squab burung merpati Lokal dan Homer pada jenis kelamin yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kadar Air Daging Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda Jenis burung merpati
Jenis kelamin Jantan
Rataan Betina
---------------------------(%bb)--------------------------Lokal
70,56
70,14
70,35
Homer
71,66
71,12
71,39
Rataan
71,11
70,63
Sumber : Hasil analisis di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Unibraw-Malang (2005) Keterangan : bb = berat basah
Kadar air daging squab burung merpati yang dihasilkan pada penelitian berkisar antara 70,14%-71,66% yang sedikit lebih rendah dibandingkan ayam broiler umur 8 minggu pada penelitian Supadmo (1997) yaitu sebesar 73%-75%. Hasil analisis statistik menunjukkan jenis burung merpati dan jenis kelamin terhadap kadar air tidak ada interaksi. Jenis burung merpati dan jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap kadar air. Hal ini diduga karena squab burung merpati Lokal dan Homer dipotong pada usia
muda (21 hari). Sutardi (1982) mengatakan, kadar air pada ternak yang berusia muda relatif tinggi dan kadar lemak relatif masih rendah. Koefisien keragaman kadar air daging squab burung merpati Lokal dan
Homer pada jenis kelamin yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Koefisien Keragaman (KK) Kadar Air Daging Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda Jenis burung merpati
Jenis kelamin Jantan
Betina
--------------------(%)--------------------Lokal
0,71
1,18
Homer
1,37
2,37
Squab burung merpati Lokal jantan memiliki koefisien keragaman kadar air sebesar 0,71%, squab burung merpati Lokal betina sebesar 1,18%, squab burung merpati Homer jantan sebesar 1,37% dan squab burung merpati Homer betina sebesar 2,37%. Koefisien keragaman ini cukup rendah, sehingga squab burung merpati Lokal dan Homer baik yang jantan maupun betina memiliki kadar air yang seragam. Hal ini diduga karena kadar air baik jenis burung merpati maupun jenis kelamin tidak berbeda nyata.
Kadar Protein Protein merupakan komponen bahan kering terbesar dari daging dan merupakan salah satu nutrisi yang sangat penting. Mountney (1983) menyatakan, kandungan protein dalam daging ternak merupakan hal yang penting sebagai salah satu sumber protein hewani yang bermutu tinggi dan mengandung lebih banyak asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Hasil analisis kadar protein daging squab burung merpati Lokal dan Homer pada jenis kelamin yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 7. Kadar protein daging
squab burung merpati yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar antara 16,42%19,15% berat basah mendekati kadar protein pada ayam broiler umur 8 minggu pada penelitian Supadmo (1997) yaitu sebesar 19% berat basah.
Tabel 7. Kadar Protein Daging Squab Merpati Burung Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda Jenis burung merpati
Jenis kelamin
Rataan
Jantan
Betina
(%bb) (%bk)
(%bb) (%bk)
(%bb) (%bk)
Lokal
18,03
61,24
16,42
55,08
17,23A 58,16A
Homer
19,15
67,54
17,71
61,57
18,43B 64,56B
Rataan
18,59C 64,39C
17,07D 58,33D
Sumber : Hasil analisis di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Unibraw-Malang (2005) Keterangan: Superskrip berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) bb = berat basah bk = berat kering
Hasil analisis statistik menunjukkan jenis burung merpati dan jenis kelamin terhadap kadar protein tidak ada interaksi. Jenis burung merpati berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar protein. Kadar protein squab burung merpati Lokal lebih rendah dibandingkan Homer. Hal ini diduga karena kadar lemak squab burung merpati Lokal lebih tinggi dibandingkan squab burung merpati Homer dan kadar air
squab burung merpati Lokal dan Homer tidak berbeda nyata. Hal ini sesuai dengan pernyataan Muchtadi dan Sugiyono (1992) bahwa kadar protein dipengaruhi oleh jenis ternak. Jenis kelamin berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar protein. Kadar protein squab burung merpati jantan lebih tinggi dibandingkan betina. Hal ini diduga karena kadar air jantan dan betina tidak berbeda nyata dan kadar lemak jantan lebih rendah dibandingkan betina. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Soeparno (1994) bahwa jenis kelamin jantan mempunyai kadar protein lebih tinggi daripada betina. Koefisien keragaman kadar protein daging squab burung merpati Lokal dan
Homer pada jenis kelamin yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 8. Squab burung merpati Lokal jantan memiliki koefisien keragaman kadar protein sebesar 4,10%,
squab burung merpati Lokal betina sebesar 4,51%, squab burung merpati Homer jantan sebesar 5,01% dan squab burung merpati Homer betina sebesar 4,76%.
Tabel 8. Koefisien Keragaman (KK) Kadar Protein Daging Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda Jenis
Jenis kelamin
burung merpati
Jantan
Betina
-------------------(%)-----------------Lokal
4,10
4,51
Homer
5,01
4,76
Koefisien keragaman tersebut cukup rendah, sehingga squab burung merpati Lokal dan Homer baik jantan maupun betina memiliki kadar protein yang seragam. Hal ini diduga karena kadar air squab burung merpati Lokal dan Homer seragam.
Kadar Lemak Muchtadi dan Sugiyono (1992) menyatakan, perbedaan kadar lemak dapat dipengaruhi oleh jenis ternak, jenis kelamin, umur dan lokasi otot. Hasil analisis kadar lemak daging squab burung merpati Lokal dan Homer pada jenis kelamin yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Kadar Lemak Daging Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda Jenis burung merpati
Jenis kelamin
Rataan
Jantan
Betina
(%bb) (%bk)
(%bb) (%bk)
(%bb) (%bk)
Lokal
9,09
30,85
9,66
32,26
9,38
31,56
Homer
8,04
28,41
9,55
33,03
8,79
30,72
Rataan
8,57
c
c
29,63
d
9,61
d
32,65
Sumber : Hasil analisis di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Unibraw-Malang (2005) Keterangan: Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) bb = berat basah bk = berat kering
Hasil analisis statistik menunjukkan jenis burung merpati dan jenis kelamin terhadap kadar lemak tidak ada interaksi. Jenis burung merpati tidak berpengaruh nyata terhadap kadar lemak. Hal ini diduga karena kadar air squab burung merpati Lokal dan Homer tidak berbeda nyata dan umur keduanya masih muda.
Jenis kelamin berpengaruh nyata terhadap kadar lemak. Kadar lemak squab burung merpati betina lebih tinggi dibandingkan jantan.
Hal ini sesuai dengan
pernyataan Kamal (1994) bahwa kadar lemak dipengaruhi oleh jenis kelamin, yaitu betina memiliki kadar lemak lebih tinggi dibandingkan jantan. Selain itu karena proses pembentukan lemak pada ternak betina mengalami peningkatan lebih awal dan lebih banyak dibandingkan dengan ternak jantan (Winantea, 1985). Koefisien keragaman kadar lemak daging squab burung merpati Lokal dan
Homer pada jenis kelamin yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Koefisien Keragaman (KK) Kadar Lemak Daging Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda Jenis
Jenis kelamin
burung merpati
Jantan
Betina
--------------------(%)-----------------Lokal
9,73
15,94
Homer
5,46
12,36
Squab burung merpati Lokal jantan memiliki koefisien keragaman kadar lemak sebesar 9,73%, squab burung merpati Lokal betina sebesar 15,94%, squab burung merpati Homer jantan sebesar 5,46% dan squab burung merpati Homer betina sebesar 12,36%. Squab burung merpati jantan memiliki kadar lemak lebih seragam dibandingkan dengan betina baik pada squab burung merpati Lokal maupun
Homer. Hal ini diduga karena kadar air jantan lebih seragam dibandingkan betina. Kolesterol Squab burung merpati Lokal memiliki kadar kolesterol sebesar 82,19 mg/100g, sedangkan kadar kolesterol squab burung merpati Homer sebesar 80,72 mg/100g.
Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa kandungan kolesterol
daging squab burung merpati Lokal tidak jauh berbeda dengan Homer. Hendrawati (1999) menyatakan, kandungan kolesterol daging ayam broiler sebesar 99,9 sampai 140,7 mg/100g. Martha (2001) menyatakan, kandungan kolesterol telur itik sebesar 434,11 mg/100g isi telur, selain itu Baihaqi (2002) menyatakan, kandungan kolesterol telur ayam Merawang sebesar 339 mg/100g. Kandungan kolesterol daging
squab burung merpati lebih rendah dibandingkan ayam broiler, telur itik dan telur
ayam Merawang, sehingga daging squab burung merpati dapat dikonsumsi untuk orang-orang yang sedang diet kolesterol dan baik pula untuk orang tua.
Berat Hidup Akhir Squab Berat hidup akhir squab pada penelitian ini diperoleh dengan cara menimbang squab pada saat sebelum dipotong. Berat hidup akhir squab burung merpati Lokal dan Homer pada jenis kelamin yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Rataan Berat Hidup Akhir Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda Jenis burung merpati
Jenis kelamin Jantan
Rataan Betina
-------------------------------(g)-----------------------------Lokal
280,00
263,80
271,90A
Homer
312,20
303,14
307,67B
Rataan
296,10
283,47
Keterangan: Superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)
Hasil analisis statistik jenis burung merpati dan jenis kelamin terhadap berat hidup akhir squab tidak ada interaksi. Jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap berat hidup akhir. Berat hidup akhir squab burung merpati jantan dan betina tidak berbeda dikarenakan burung merpati merupakan jenis unggas non sexdimorfism sehingga perbedaan berat hidup akhir antara jantan dan betina tidak terlalu besar (Tugiyanti dan Ismoyowati, 2002). Jenis burung merpati berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap berat hidup akhir squab. Squab burung merpati Homer mempunyai berat hidup akhir yang lebih tinggi (307,67 g) dibandingkan squab burung merpati Lokal (271,90g). Hal ini dapat diduga karena burung merpati Homer sudah lebih lama diseleksi sebagai burung merpati penghasil daging, sedangkan burung merpati Lokal belum diseleksi sebagai penghasil daging. Berat hidup akhir hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Wiyono (2003), berat hidup akhir squab burung merpati Homer
King umur 21 hari sebesar 314,25 g dan berat hidup squab burung merpati Lokal umur 21 hari berkisar antara 208,95-303,97 g (Salis, 2002).
Koefisien keragaman berat hidup akhir squab burung merpati Lokal dan
Homer pada jenis kelamin yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Koefisien Keragaman (KK) Berat Hidup Akhir Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda Jenis
Jenis kelamin
burung merpati
Jantan
Betina
---------------------(%)-- -----------------Lokal
0,61
2,45
Homer
6,32
6,38
Squab burung merpati Lokal jantan memiliki koefisien keragaman sebesar 0,61%, squab burung merpati Lokal betina sebesar 2,45%, squab burung merpati
Homer jantan sebesar 6,32% dan squab burung merpati Homer betina sebesar 6,38%. Squab burung merpati Lokal dan Homer baik jantan maupun betina memiliki berat hidup akhir yang seragam, walaupun yang Homer lebih rendah keseragamannya dibandingkan Lokal. Hal ini diduga karena burung merpati Homer sudah diseleksi pada tahun 1983, akan tetapi tidak dilanjutkan lagi seleksi karena jumlahnya terbatas, sedangkan Lokal sedang dilakukan seleksi (Cicih, 2005).
Berat dan Persentase Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki Rataan berat karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki burung merpati Lokal dan Homer pada jenis kelamin yang berbeda dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Rataan Berat Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda Jenis burung merpati
Jenis kelamin Jantan
Rataan Betina
-------------------------------(g/ekor)-----------------------Lokal
150,00
137,40
143,70A
Homer
178,70
170,44
174,57B
Rataan
164,35
153,92
Keterangan: Superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01).
Hasil analisis statistik menunjukkan jenis burung merpati dan jenis kelamin terhadap berat karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki tidak ada interaksi. Jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap berat karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki. Hal ini diduga karena berat hidup akhir squab burung merpati jantan dan betina tidak berbeda nyata. Jenis burung merpati berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap berat karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki.
Squab burung merpati Homer
memiliki berat karkas termasuk kepala, leher dan kaki lebih tinggi (174,57 g) dibandingkan squab burung merpati Lokal (143,70 g).
Hal ini merupakan
keselarasan antara berat hidup akhir dengan berat karkas termasuk kepala, leher dan kaki yaitu berat karkas yang tinggi diperoleh dari squab burung merpati yang memiliki berat hidup akhir yang tinggi dan berat darah, bulu dan jeroan pada penelitian ini tidak berbeda nyata. Koefisien keragaman berat karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki burung merpati Lokal dan Homer pada jenis kelamin yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Koefisien Keragaman (KK) Berat Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda Jenis burung merpati
Jenis kelamin Jantan
Betina
-----------------------(%)-----------------Lokal
2,36
1,75
Homer
11,03
11,35
Squab burung merpati Lokal jantan memiliki koefisien keragaman berat karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki sebesar 2,36%, squab burung merpati Lokal betina sebesar 1,75%, squab burung merpati Homer jantan sebesar 11,03% dan squab burung merpati Homer betina sebesar 11,35%. Squab burung merpati Lokal memiliki berat karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki lebih seragam dibandingkan squab burung merpati Homer. Hal ini diduga karena berat hidup akhir
squab burung merpati Lokal lebih seragam dibandingkan squab burung merpati Homer. Hal ini sesuai dengan pernyataan Winter dan Funk (1960) bahwa berat
hidup yang besar menghasilkan berat karkas yang besar.
Didukung pula oleh
pernyataan Hendratmoko (2004) bahwa ada korelasi positif antara berat hidup akhir dengan berat karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki. Rataan persentase karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki burung merpati Lokal dan Homer pada jenis kelamin yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Rataan Persentase Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda Jenis burung merpati
Jenis kelamin Jantan
Rataan Betina
-----------------------------(%)----------------------------Lokal
53,57
52,09
52,83A
Homer
57,10
56,08
56,59B
Rataan
55,34
54,09
Keterangan: Superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)
Hasil analisis statistik menunjukkan jenis burung merpati dan jenis kelamin terhadap persentase karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki tidak ada interaksi. Jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap persentase karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki. Hal ini diduga karena berat hidup akhir dan berat karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki yang dihasilkan juga tidak berbeda nyata. Jenis burung merpati berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap persentase karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki.
Squab burung merpati Lokal
memiliki persentase karkas termasuk kepala, leher dan kaki lebih rendah sebesar 52,83% dibandingkan squab burung merpati Homer yang memiliki persentase karkas termasuk kepala, leher dan kaki sebesar 56,59%. Hal ini diduga karena berat hidup akhir squab burung merpati Lokal lebih rendah dibandingkan squab burung merpati
Homer. Hal ini sesuai dengan pernyataan Winter dan Funk (1960) bahwa ternak yang memiliki berat hidup yang lebih tinggi menghasilkan persentase karkas yang tinggi pula. Koefisien keragaman persentase karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki burung merpati Lokal dan Homer pada jenis kelamin yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16.
Koefisien Keragaman (KK) Persentase Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki pada Jenis Burung Merpati dan Jenis Kelamin yang Berbeda
Jenis
Jenis kelamin
burung merpati
Jantan
Betina
----------------------(%)--------------------------Lokal
1,77
0,78
Homer
4,79
5,05
Squab burung merpati Lokal jantan memiliki koefisien keragaman persentase karkas termasuk kepala, leher dan kaki sebesar 1,77%, squab burung merpati Lokal betina sebesar 0,78%, squab burung merpati Homer jantan sebesar 4,79% dan squab burung merpati Homer betina sebesar 5,05%. Squab burung merpati Lokal dan
Homer memiliki persentase karkas termasuk kepala, leher dan kaki seragam. Hal ini diduga karena berat hidup akhir squab burung merpati Lokal dan Homer seragam.
Berat dan Persentase Karkas Squab Rataan berat karkas squab burung merpati Lokal dan Homer pada jenis kelamin yang berbeda dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Rataan Berat Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda Jenis burung merpati
Jenis kelamin Jantan
Rataan Betina
---------------------------(g/ekor)---------------------------Lokal
122,00
109,58
115,79A
Homer
150,20
145,14
147,67B
Rataan
136,10
127,36
Keterangan: Superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)
Hasil analisis statistik menunjukkan jenis burung merpati dan jenis kelamin terhadap berat karkas tidak ada interaksi. Jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap berat karkas. Hal ini diduga karena berat hidup akhir squab burung merpati jantan dan betina tidak berbeda nyata.
Jenis burung merpati berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap berat karkas.
Squab burung merpati Homer memiliki berat karkas yang lebih tinggi
(147,67 g) dibandingkan squab burung merpati Lokal (115,79 g).
Hal ini diduga
karena berat hidup akhir squab burung merpati Homer lebih tinggi dibandingkan dengan berat hidup akhir squab burung merpati Lokal. Sesuai dengan pernyataan Soeparno (1998) bahwa ternak yang memiliki berat hidup yang lebih tinggi cenderung menghasilkan berat karkas yang tinggi pula. Selanjutnya Morran dan Orr (1976) menyatakan, perbedaan berat karkas disebabkan jenis ternak. Koefisien keragaman berat karkas squab burung merpati Lokal dan Homer pada jenis kelamin yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Koefisien Keragaman (KK) Berat Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda Jenis burung merpati
Jenis kelamin Jantan
Betina
--------------------(%)-----------------Lokal
1,13
1,46
Homer
13,13
13,33
Squab burung merpati Lokal jantan memiliki koefisien keragaman berat karkas sebesar 1,13%, squab burung merpati Lokal betina sebesar 1,46%, squab burung merpati Homer jantan sebesar 13,13% dan squab burung merpati Homer betina sebesar 13,33%. Squab burung merpati Lokal memiliki berat karkas lebih seragam dibandingkan squab burung merpati Homer. Hal ini diduga karena berat hidup akhir squab burung merpati Lokal lebih seragam dibandingkan squab burung merpati Homer. Sesuai dengan pernyataan Winter dan Funk (1960) bahwa berat hidup yang besar menghasilkan berat karkas yang besar.
Didukung pula oleh
Hendratmoko (2004) yang menyatakan, ada korelasi positif antara berat hidup akhir dengan berat karkas squab. Persentase karkas digunakan untuk menilai produksi ternak daging. Rataan persentase karkas squab burung merpati Lokal dan Homer pada jenis kelamin yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19.
Rataan Persentase Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda
Jenis
Jenis kelamin
burung merpati
Jantan
Rataan Betina
------------------------------(%)----------------------------Lokal
43,57
41,55
42,56A
Homer
47,94
47,71
47,83B
Rataan
45,76
44,63
Keterangan: Superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)
Hasil analisis statistik menunjukkan jenis burung merpati dan jenis kelamin terhadap persentase karkas tidak ada interaksi. Jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap persentase karkas. Hal ini diduga karena berat hidup akhir dan berat karkas yang dihasilkan juga tidak berbeda nyata. Jenis burung merpati berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap persentase karkas. Squab burung merpati Lokal memiliki persentase karkas yang lebih rendah (42,56%) dibandingkan squab burung merpati Homer (47,83 g). Hal ini diduga karena berat hidup akhir squab burung merpati Lokal lebih rendah dibandingkan
squab burung merpati Homer. Sesuai dengan pernyataan Winter dan Funk (1960) bahwa ternak yang memiliki berat hidup yang lebih tinggi menghasilkan persentase karkas yang tinggi pula. Koefisien keragaman persentase karkas squab pada jenis burung merpati Lokal dan Homer pada jenis kelamin yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20.
Koefisien Keragaman (KK) Persentase Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda
Jenis burung merpati
Jenis kelamin Jantan
Betina
---------------------(%)------------------Lokal
0,45
1,33
Homer
6,94
7,06
Squab burung merpati Lokal jantan memiliki koefisien keragaman persentase karkas sebesar 0,45%, squab burung merpati Lokal betina sebesar 1,33%, squab
burung merpati Homer jantan sebesar 6,94% dan squab burung merpati Homer betina sebesar 7,06%. Squab burung merpati Lokal dan Homer memiliki persentase karkas yang seragam. Hal ini diduga karena berat hidup akhir squab burung merpati Lokal dan Homer seragam.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kadar air squab burung merpati Lokal dan Homer baik jantan maupun betina tidak berbeda nyata yaitu 70,14%-71,66%. Kadar protein squab burung merpati
Homer jantan dan betina berturut-turut yaitu 19,15% dan 17,71% lebih tinggi dibandingkan Lokal jantan dan betina berturut-turut yaitu 18,03% dan 16,42%. Kadar lemak squab burung merpati Lokal yaitu 9,38% dan Homer yaitu 8,79% tidak berbeda nyata. Kadar lemak squab burung merpati jantan yaitu 8,57% lebih rendah dibandingkan betina yaitu 9,61%. Kolesterol squab burung merpati Lokal yaitu 82,19 mg/100g tidak jauh berbeda dengan Homer yaitu 80,72 mg/100g.
Squab burung merpati Homer memiliki berat hidup akhir yaitu 307,67 g; berat karkas termasuk kepala, leher dan kaki yaitu 174,57 g; persentase karkas termasuk kepala, leher dan kaki yaitu 56,59%; berat karkas yaitu 147,67 g; dan persentase karkas yaitu 47,83% lebih tinggi dibandingkan squab burung merpati Lokal masing-masing yaitu 271,90 g; 143,70 g; 52,83%; 115,79 g dan 42,56%. Berat hidup akhir; berat dan persentase karkas termasuk kepala, leher dan kaki; berat dan persentase karkas squab burung merpati jantan dan betina tidak berbeda nyata. Kadar air dan kadar protein squab burung merpati Lokal dan Homer baik jantan maupun betina seragam. Kadar lemak squab burung merpati jantan lebih seragam dibandingkan betina baik pada squab burung merpati Lokal maupun Homer. Berat hidup akhir squab, persentase karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki dan persentase karkas squab pada burung merpati Lokal dan Homer baik yang jantan maupun betina seragam.
Saran Informasi mengenai nilai gizi (kadar air, protein, lemak dan kolesterol)
squab belum begitu banyak sehingga perlu penelitian lebih lanjut terhadap nilai gizi squab yang berumur lebih dari 21 hari.
UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT dengan karunia dan rahmat-Nya yang telah melimpahkan nikmat tidak terhingga dan hanya dengan pertolongan-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Ir. M. M. Siti Sundari K dan Ir. Sri Darwati, MSi yang telah membimbing, mengarahkan dan membantu penyusunan usulan proposal hingga tahap akhir penulisan skripsi.
Penulis juga
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Jakaria SPt sebagai pembimbing akademik yang telah memberikan semangat dan arahan selama di IPB. Selain itu ucapan terima kasih disampaikan kepada Ir. B.N. Polli, SU dan Dr. Ir. Sumiati, MSc yang telah menguji, mengkritik dan memberikan saran serta masukan dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua atas do’a, kasih sayang, motivasi dan pengertiannya, kakak Ida, kakak Tika yang selalu membantu Penulis baik materi dan motivasi serta keponakanku (Eko, Fahrul, Arlin dan Dafa).
Yopi sekeluarga yang selalu memberikan semangat, pengertian dan
motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini, Uyung, Pipit, Siti juga teman-temanku THT ’38. Terakhir Penulis ucapkan terima kasih banyak kepada civitas akademika Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya.
Bogor, Maret 2006
Penulis
DAFTAR PUSTAKA Anggorodi, H. R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. P.T. Gramedia, Jakarta. Antawidjaja, T. 1988. Pengaruh pengelolaan loloh paksa (force feeding) terhadap performans piyik dan induk burung merpati Homer King. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Association of Official Analytical Chemist (AOAC). 1995. Official Methods of Analysis. 16th Edition. Association of Official Analytical Chemist. Washington, D.C. Baihaqi, M. 2002. Kualitas kimia dan organoleptik telur ayam merawang yang diberi ransum mengandung suplemen omega-3. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Blakely, J dan D. A. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Terjemahan: B. Srigandono. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Bokhari, S. A. 2001. Handbook on squabbling pigeon breeding bioengineering the natural way. http://www. Bokhari.com/. [29 Desember 2001]. Cartmill, A. M. 1991. Raising pigeon. Kansas Pigeon Association Poultry. Poultry Science 1-7-91-2M. http://www.oznet.ksu.edu/library/lvstk2/mf987.pdf. [16 Pebruari 1991]. Cicih. 2005. Konsultasi Lisan: Seleksi Merpati Lokal dan Homer. Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak. Batu Malang, Jawa Timur. Cole, H. H dan M. Ronning. 1974. Animal Agriculture: The Biology of Domestic Animals and Their Use by Man. W. H. Freeman and Company, San Francisco. Dewan Standarisasi Nasional. 1995. SNI 01-3924-1995. Karkas Ayam Pedaging. Dewan Standarisasi Nasional, Jakarta. Djanah, D dan Sulistyani. 1985. Beternak Merpati. C.V. Simplex, Jakarta. Drevjany, L. 2001. Nutritional properties of squab meat. Research Paper Hubbell Farm, Canada.htpp://www.Magma.ca/~laded/nutrition.htm. [19 Maret 2001]. Forrest, J. C., E. D. Aberle., H. B. Hedrick., M. D. Judge dan R. A. Merkel. 1975. Principle of Meat Science. W. H. Freeman and Company, San Francisco. Ganong, W. F. 1983. Review Medical Phisiology. 10th Edition. Lange Medical Publications, California. Gasperz, V. 1991. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Penerbit Tarsito, Bandung. Girindra, A. 1987. Biokimia Patologi Hewan. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Gurnadi, E. 1986. Dasar-Dasar dan Ilmu Teknologi Daging. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Hendratmoko, Y. 2004. Keragaman performan karkas piyik merpati Lokal yang diberi jenis pakan berbeda pada berbagai umur pemotongan. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hendrawati, A. 1999. Penurunan kadar kolesterol daging broiler dengan penambahan temulawak (Curcuma xanthorrhiza roxb) dalam ransum. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak I. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Levi, M. W. 1945. The Pigeon. 2nd Edition. R.L Bryan Company, Columbia, S. C America. Linder, M. C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Terjemahan: Aminuddin Parakkasi. Universitas Indonesia, Jakarta. Lohman, G. T. 1971. Biological variation in body composition. Journal of Animal Science. 32:647-653. Mansjoer, S. S dan H. Martojo. 1977. Produktivitas ayam Kampung dan ayam persilangan F1 (Kampung X RIR) pada pemeliharaan dalam kandang. Seminar 1 Ilmu dan Industri Perunggasan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak, Bogor. Martha. 2001. Sifat kimia dan fisik pidan telur ayam ras dan telur itik pada beberapa waktu pemeraman. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mattjik, A. A dan I. M. Sumertajaya. 2000. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Institut Pertanian Bogor Press, Bogor. Menge, H., L. H. Littlefield, L. T. Frobish dan B. T. Weinland. 1974. Effect of sellulose and cholesterol on blood and yolk lipids and reproductive efficiency of the hen. Journal Nutrition. 104: 1554-1556. Morran, E. T dan H. R Orr. 1976. Influence strain on the yield of commercial part from the chicken broiler carcass. Journal Poultry Science. 49: 725-726. Mountney, G. J. 1983. Poultry Products Technology. 3rd Edition. Avi Publishing Company Inc., New York. Muchtadi, T. R dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Muhami. 1983. Budidaya burung merpati (Columba livia) di Sukabumi. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Price, J. F dan B. S Schweigert. 1987. The Science of Meat and Meat Product. 3rd Edition. ABC Research Company, Florida.
Priyatno, M. A. 2003. Mendirikan Usaha Pemotongan Ayam. Penebar Swadaya, Jakarta. Rasyaf, M dan I. K Amrullah. Swadaya, Jakarta.
1982.
Beternak Burung Dara. P.T. Penebar
Rose, S. P. 1997. Principles of Poultry Science. CAB International, Wallingford. Salis, R. 2002. Studi fenotip burung merpati Lokal. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sastrapradja, S. D dan Muhilal. 1989. Widyakarya Pangan dan Gizi. Lembaga Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Sintadewi, A. 1987. Pertumbuhan-perkembangan tubuh burung merpati. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Sumadi, I. K. 1991. Pengaruh pengganti susu tembolok dengan susu atau telur sebagai pakan awal terhadap performans piyik. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Supadmo. 1997. Pengaruh sumber khitin dan prekursor karnitin serta minyak ikan lemuru terhadap kadar lemak dan kolesterol serta asam lemak omega-3 ayam broiler. Disertasi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sutardi, T. 1982. Landasan Ilmu Nutrisi. Departemen Ilmu Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro dan S. Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta. Tugiyanti, E dan Ismoyowati. 2002. Bobot hidup potong, berat dressed carcass dan persentase karkas merpati lokal yang dipelihara secara tradisional berdasarkan umur potong dan jenis kelamin. Jurnal Peternakan Tropik. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Walpole, R. E. 1992. Pengantar Statistika. P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Winantea, A. 1985. Biologi Proses Pertumbuhan. Fakultas peternakan. Universitas Brawijaya, Malang. Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Winter, A. R dan E. M Funk. 1960. Poultry Science and Practice. 5th Edition. J. B Lippincott Company Chicago. Wiyono, T. 2003. Penampilan piyik merpati silangan Homer X King dan persilangannya dengan merpati lokal dari umur 0-28 hari. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Sidik Ragam Kadar Air Daging Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda Sumber keragaman
Db
Jenis burung merpati Jenis kelamin Interaksi JBM*JK Kelompok Galat Total
1 1 1 4 12 19
JK
KT
Fhit
Pr>F
5,43925 1,12813 0,01985 3,54988 15,40556 25,54266
5,43925 1,12813 0,01985 0,88747 1,28379
4,24 0,88 0,02 0,69
0,0620 0,3670 0,9031 0,6120
Keterangan: JBM= jenis burung merpati JK = jenis kelamin
Lampiran 2. Sidik Ragam Kadar Protein Daging Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda Sumber keragaman
Db
Jenis burung merpati Jenis kelamin Interaksi JBM*JK Kelompok Galat Total
1 1 1 4 12 19
JK 204,67202 183,98178 0,04418 24,06085 187,29067 600,04950
KT
Fhit
204,672020 183,981780 0,044180 6,015213 15,607556
13,11 11,79 0,00 0,39
Pr>F 0,0035** 0,0050** 0,9584 0,8150
Keterangan: ** = berbeda sangat nyata
Lampiran 3. Uji Lanjut LSM Kadar Protein Daging Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda Jenis burung merpati
Kadar protein
Std Err
Pr>|T|
Pr> |T| H0:
LSMEAN
H0:LSMEAN=0
LSMEAN1=LSMEAN2
1,24930 1,24930
0,0001 0,0001
0,0035**
LSMEAN Lokal Homer Jenis kelamin Jantan Betina
58,15600 64,55400 Kadar protein LSMEAN 64,38800 58,32200
Std Err Pr>|T| LSMEAN H0:LSMEAN=0 1,24930 1,24930
Keterangan: ** = berbeda sangat nyata
0,0001 0,0001
Pr> |T| H0: LSMEAN1=LSMEAN2 0,0050**
Lampiran 4. Sidik Ragam Kadar Lemak Daging Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda Sumber keragaman
Db
Jenis burung merpati Jenis kelamin Interaksi JBM*JK Kelompok Galat Total
1 1 1 4 12 19
JK 3,45281 45,57181 12,84805 50,76863 108,93237 221,57366
KT
Fhit
Pr>F
3,45281 45,57181 12,84805 12,69215 9,07769
0,38 5,02 1,42 1,40
0,5489 0,0448* 0,2572 0,2928
Keterangan: * = berbeda nyata
Lampiran 5. Uji Lanjut LSM Kadar Lemak Daging Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda Jenis kelamin
Kadar lemak
Std Err LSMEAN
Pr>|T|
Pr> |T| H0:
H0:LSMEAN=0 LSMEAN1=LSMEAN2
LSMEAN Jantan Betina
29,62900 32,64800
0,95277 0,95277
0,0001 0,0001
0,0448*
Keterangan: * = berbeda nyata
Lampiran 6. Sidik Ragam Berat Hidup Akhir Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda Sumber keragaman
Db
Jenis burung merpati Jenis kelamin Interaksi JBM*JK Kelompok Galat Total
1 1 1 4 12 19
JK 6397,4645 797,5845 63,7245 1040,6130 2188,8790 10488,2655
KT 6397.4645 797,5845 63,7245 260,1532 182,4066
Fhit 35,07 4,37 0,35 1,43
Pr>F 0,0001** 0,0585 0,5654 0,2844
Keterangan: ** = berbeda sangat nyata
Lampiran 7. Uji Lanjut LSM Berat Hidup Akhir Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda Jenis
Berat hidup
Std Err
burung merpati
LSMEAN
LSMEAN
271,9000 307,6700
4,270908 4,270908
Lokal Homer
Keterangan: ** = berbeda sangat nyata
Pr>|T|
Pr> |T| H0:
H0:LSMEAN=0 LSMEAN1=LSMEAN2 0,0001 0,0001
0,0001**
Lampiran 8. Sidik Ragam Berat Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda Sumber keragaman
Db
JK
KT
Fhit
Jenis burung merpati Jenis kelamin Interaksi JBM*JK Kelompok Galat Total
1 1 1 4 12 19
4764,7845 543,9245 23,5445 1172,6880 1951,7040 8456,6455
4764,7845 543,9245 23,5445 293,1720 162,6420
29,30 3,34 0,14 1,80
Pr>F 0,0002** 0,0924 0,7102 0,1932
Keterangan: ** = berbeda sangat nyata
Lampiran 9. Uji Lanjut LSM Berat Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda Jenis
BKKLK
Std Err
burung merpati
LSMEAN
LSMEAN
Lokal Homer
143,7000 174,5700
4,032890 4,032890
Pr>|T|
Pr> |T| H0:
H0:LSMEAN=0 LSMEAN1=LSMEAN2 0,0001 0,0001
0,0002**
Keterangan: BKKLK= Berat Karkas termasuk Kepala, Leher dan Kaki ** = berbeda sangat nyata
Lampiran 10. Sidik Ragam Persentase Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda Sumber keragaman
Db
JK
KT
Fhit
Jenis burung merpati Jenis kelamin Interaksi JBM*JK Kelompok Galat Total
1 1 1 4 12 19
70,6880 7,7626 0,2599 27,0496 39,3989 145,1589
70,6880 7,7626 0,2599 6,7624 3,2832
21,53 2,36 0,08 2,06
Pr>F 0,0006** 0,1501 0,7832 0,1496
Keterangan: ** = berbeda sangat nyata
Lampiran 11. Uji Lanjut LSM Persentase Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda Jenis
PKKLK
Std Err
burung merpati
LSMEAN
LSMEAN
Lokal Homer
52,8310 56,5910
0,5729958 0,5729958
Pr>|T|
Pr> |T| H0:
H0:LSMEAN=0 LSMEAN1=LSMEAN2 0,0001 0,0001
Keterangan: PKKLK= Persentase Karkas termasuk Kepala, Leher dan Kaki ** = berbeda sangat nyata
0,0006**
Lampiran 12. Sidik Ragam Berat Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda Sumber keragaman Jenis burung merpati Jenis kelamin Interaksi JBM*JK Kelompok Galat Total
Db 1 1 1 4 12 19
JK 5081,6720 381,9380 67,7120 1326,4070 1742,6130 8600,3420
KT
Fhit
5081,6720 381,9380 67,7120 331,6018 145,2178
34,99 2,63 0,47 2,28
Pr>F 0,0001** 0,1308 0,5077 0,1204
Keterangan: ** = berbeda sangat nyata
Lampiran 13. Uji Lanjut LSM Berat Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda Jenis
Berat karkas
Std Err
Pr>|T|
Pr> |T| H0:
burung merpati
LSMEAN
LSMEAN
H0:LSMEAN=0 LSMEAN1=LSMEAN2
Lokal Homer
115,79000 147,67000
3,810745 3,810745
0,0001 0,0001
0,0001**
Keterangan: ** = berbeda sangat nyata
Lampiran 14. Sidik Ragam Persentase Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda Sumber keragaman
Db
Jenis burung merpati Jenis kelamin Interaksi JBM*JK Kelompok Galat Total
1 1 1 4 12 19
JK
KT
Fhit
138,7064 6,3732 3,9872 46,7117 44,4661 240,2447
138,7064 6,3732 3,9872 11,6779 3,7055
37,43 1,72 1,08 3,15
Pr>F 0,0001** 0,2142 0,3200 0,0548
Keterangan: ** = berbeda sangat nyata
Lampiran 15. Uji Lanjut LSM Persentase Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda Jenis burung merpati
Persentase karkas
Std Err
Pr>|T|
Pr> |T| H0:
LSMEAN
H0:LSMEAN=0 LSMEAN1=LSMEAN2
0,6087287 0,6087287
0,0001 0,0001
LSMEAN Lokal Homer
42,55700 47,82400
Keterangan: ** = berbeda sangat nyata
0,0001**
Lampiran 16. Squab Burung Merpati Lokal baik Jantan maupun Betina
Squab Burung Merpati Lokal baik Jantan maupun Betina Lampiran 17. Squab Burung Merpati Homer baik Jantan maupun Betina
Squab Burung Merpati Homer baik Jantan maupun Betina Lampiran 18. Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan Homer baik Jantan maupun Betina
Karkas Squab Burung Merpati Homer baik Jantan maupun Betina
Karkas Squab Burung Merpati Lokal baik Jantan maupun Betina