1 NILAI BUDAYA DAN PENDIDIKAN: REVITALISASI, DEKONSTRUKSI DAN REKONSTRUKSI (Hasil Telaah Artikel Jurnal Ilmiah) Ali Rohmad* *IAIN Tulungagung FTIK
[email protected]
Abstract Fundamental social change in an era of globalization that tends to establish communication between the population of the world without any barriers of a country's territorial boundaries resulted in the acceleration of the shift cultural values also result in the acceleration of the shifting role of education within the scope of the informal and formal and non-formal. To face the reality of this change, the author of a scientific journal article recommends three kinds of alternatives role of education in passing cultural values to the next generation successor to current and future generations. Kata Kunci : Revitalisasi, Dekontruksi dan Rekontruksi. A. Identitas Artikel
1 Nama Penulis
Soetandyo Wignyosoebroto – Guru Besar Universitas Erlangga Surabaya
2 Judul Artikel
Nilai Budaya dan Pendidikan; Revitalisasi ataukah Dekonstruksi dan Rekonstruksi
3 Nama jurnal
Salam Jurnal Pemikiran dan Penelitian, Sosial, Ekonomi Keagamaan – Jurnal
689
Edukasi, Volume 03, Nomor 01, Juni 2015: 688-698
Pascasarjana Uni-versitas Muhammadiyah Malang 4
Edisi Penerbitan
5 ISSN
Edisi 2 & 3 TH II Desember 1997 & Juni 1998, hal. 138-139. 1410-4512
B. Tujuan tela`ah Dikaitkan dengan upaya meningkatkan kompetensi akademik penelaah, maka yang menjadi tujuan telaah atas artikel ilmiah ini minimal ada tiga macam seperti di bawah ini. a. Penelaah mencari dari dalam artikel ilmiah untuk menemukan dan mengungkap unsur-unsur yang dapat dikategorikan sebagai kekuatan artikel ilmiah yang ditelaah. b. Penelaah mencari dari dalam artikel ilmiah untuk menemukan dan mengungkap unsur-unsur yang dapat dikategorikan sebagai kelemahan artikel ilmiah yang ditelaah. c. Berdasarkan unsur-unsur yang dapat dikategorikan sebagai kelemahan artikel ilmiah, penelaah menyampaikan gagasan yang memungkinkan dilakukan penyempurnaan. C. Metode dan prosedur telaah Untuk mencapai tujuan telaah di atas, maka penelaahan terhadap artikel ilmiah terpilih dilaksanakan dengan cara membacanya dengan secermat mungkin mulai bagian awal kemudian bagian isi sampai dengan bagian akhir sambil senantiasa mencari dan menemukan unsur kekuatan, unsur kelemahan, seraya menemukan gagasan penyempurnaan. Kinerja penelaah ini semua dalam koridor rumpun ilmu pendidikan. D. Masalah atau Tujuan Setelah secara berulang-kali membaca seluruh teks artikel jurnal yang ditelaah, maka menurut penelaah yang dijadikan sebagai tujuan oleh penulis artikel ilmiah yang dimuat jurnal ilmiah ini adalah untuk membandingkan keadaan jaman lama dengan keadaan jaman baru mengenai perubahan sosial yang dikaitkan dengan eksisitensi budaya dan dengan fungsi pendidikan. Keadaan jaman lama merupakan refleksi dari era perang dingin antara negara-negara penganut Kapitalisme
Nilai Budaya dan Pendidikan... – Ali Rohmad 690
dengan negara-negara penganut Sosialisme pasca perang dunia kedua. Sedangkan keadaan jaman baru merupakan refleksi dari era globalisasi pasca perobohan pagar-tembok pembatas antara masyarakat Berlin Barat yang kapitalistik dengan masyarakat Berlin Timur yang sosialistik seputar pertengahan tahun 1990-an. E. Teori dan Kajian Pustaka Penulis artikel mengamati realitas perubahan sosial yang mendasar dalam era globalisasi yang cenderung membentuk komunikasi antar orang tanpa hambatan batas teritorial suatu negara mengakibatkan percepatan pergeseran tata nilai budaya di sana sini yang sekaligus mengakibatkan percepatan pergeseran peran pendidikan dalam lingkup kelompok institusi informal dan formal serta nonformal. Untuk menghadapi realitas perubahan ini, ada tiga macam alternatif solusi yang ditawarkan oleh penulis artikel terhadap pembaca : revitalisasi, dekonstruksi, atau rekonstruksi atas tata nilai budaya. Ketiga macam alternatif solusi ini terpampang dalam teks tema artikel. Pendidikan merupakan suatu upaya institusional yang terencana dalam masyarakat untuk meneruskan kekayaan budaya yang telah diciptakan dan dimiliki oleh generasi terdahulu kepada generasi penerusnya.1 Pendidikan merupakan proses mewariskan, sedang kekayaan kebudayaan (materiil maupun tata nilai) adalah obyek yang diwariskan oleh generasi terdahulu kepada generasi penerus saat ini dan generasi penerus di masa yang akan datang. Tidak akan pernah ada pendidikan tanpa muatan budaya. Dan tidak akan pernah ada kebudayaan yang bertahan dalam kehidupan manusia tanpa aktivitas sosial yang dinamakan pendidikan sebagai proses enkulturasi (penanaman tata nilai budaya). Pada jaman lama, budaya didefinisikan sebagai seluruh pengalaman kolektif manusia sekomunitas atau sebangsa yang terkonservasi dalam memori transgenerasi. 1
Untuk mendalami interaksi manusia – kebudayaan – agama – pendidikan, dapat dibaca : Faisal Ismail, Agama dan Kebudayaan, 1st ed, (Bandung: PT Al-Maarif, 1982); Muhaimin, et.al, Dimensi-Dimensi Studi Islam, 1st ed, (Surabaya: Karya Abditama, 1994); Maman Abdurrahman, Ilmu Sosial Dasar, 1st ed, (Bandung: Calvary, 1987); Ali Saifullah, Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982); Endang Saifuddin Anshari, Agama dan Kebdayaan, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1980); Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan, 3rd ed, (Jakarta: PT Gramedia, 1976), t.h.
691
Edukasi, Volume 03, Nomor 01, Juni 2015: 688-698
Budaya merupakan supraorganisme yang mampu bertahan secara berterusan dalam memori kolektif antar generasi, dan tidak akan mudah hilang lenyap begitu saja kendati generasi pemiliknya telah wafat. Sehingga didapat kesan, betapa penting fungsi pendidikan sebagai proses extrabiologik mengkonservasi budaya untuk diestafetkan dan diterusteruskan lintas generasi dari budaya sebagai memori kolektif menjadi sebagai memori kolektif transgenerasi. 2 Realitas yang berlangsung dalam jaman dulu itu dilatar-belakangi oleh keyakinan yang menyatakan bahwa budaya adalah hasil cipta, karsa dan rasa manusia sebangsa yang dikukuhi secara kolektif sebagai tradisi. Keyakinan ini memiliki kekuatan normatif dan kekuatan moral atas realitas pewarisan budaya yang transgenerasi melalui pendidikan tersebut. Fakta ini juga dapat membentuk hegemoni kultural yang memiliki efek mengekang dan mengendalikan seluruh cara berfikir dan bertindak generasi yang lebih kemudian (yunior) agar senantiasa mentaati cara berfikir dan bertindak generasi terdahulu (senior), mengindoktrinasikan tata nilai dan norma lama ke dalam benak generasi penerus. Di sini letak proses revitalisasi tata nilai budaya sebagai fungsi statusquo dari pendidikan yang harus diperjuangkan perwujudannya oleh jajaran pendidik/pengajar dari satu generasi ke generasi penerus secara estafet, tanpa boleh berhenti kendatipun hanya untuk satu hari. Pada jaman baru, dalam kehidupan umat manusia telah terjadi perubahan mendasar yang dinamai modernisasi 3 yang menimbulkan kebutuhan dan permasalahan generasi masa kini juga masa mendatang telah amat berubah lagi amat berbeda dengan kebutuhan dan permasalahan generasi terdahulu. Kehidupan yang berubah semakin cepat ketika memasuki era globalisasi tak ayal akan merubah fungsi budaya dengan semakin cepat pula. Budaya tidak tepat lagi jika difungsikan sebagai kekuatan preservatif untuk 2
Dalam mata kuliah Kapita Selekta Pendidikan, dikatakan ketika pendidikan dalam posisi mengkonservasi budaya seperti itu berarti tengah mengoperasionalkan fungsi reseptif atau fungsi reflektif. Vide, St. Vembriarto, Kapita Selekta Pendidikan, vol. 1 (Yogyakarta: Paramita, 1981), hlm. 45; Vembriarto, Kapita Selekta Pendidikan, vol. 2, 1st ed, (Yogyakarta: Ando Offset, 1989), hal. 100; Ali Saifullah, op.cit, hlm. 1719. 3 Islam tidak bisa menerima modernisasi yang identik atau mengandung unsur-unsur yang mengarah pada materialisme, dan sekularisme, beserta cabang-cabangnya. Vide, Ali Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan, 1st ed (Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004), hlm. 135-146.
Nilai Budaya dan Pendidikan... – Ali Rohmad 692
mengekalkan hegemoni kultural. Kini, arah kehidupan cenderung merespon dan menjemput serta menciptakan perubahan, sehingga budaya akan lebih berfungsi sebagai mekanisme adaptif untuk mendinamisasikan tertib perubahan sosial agar ada penyelarasan terhadap kondisi-kondisi yang baru; sehingga budaya tak akan bersemangat retrospektif sebagai khazanah warisan, melainkan akan bersemangat proyektif dan adaptif sebagai proses penciptaan elemenelemen baru melalui dekonstruksi dan rekonstruksi yang tanpa segan mengkritisi tata nilai budaya yang telah diwarisi. Oleh karena itu, fungsi pendidikan harus menyesuaikan dengan perubahan yang kian cepat dalam era globalisasi; pendidikan harus lebih berfungsi sebagai forum tempat penciptaan alternatif jawaban baru untuk aneka permasalahan masa mendatang yang sama sekali berbeda dengan masa kini apalagi masa nenek moyang. Kini, pendidikan harus dimaknai sebagai proses perangsangan kreativitas dan daya nalar inovatif generasi muda untuk menghadapi situasi baru dengan pelbagai permasalahan yang serba baru dan sebagian permasalahan itu ada yang tidak dapat diatasi melalui pemanfaatan tata nilai dan norma yang diwariskan oleh nenek moyang.4 F. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Artikel ilmiah yang disajikan dalam jurnal ilmiah ini dapat dimasukkan ke dalam jenis penelitian literer atau kajian pustaka, yakni telaah yang dilakukan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan. Telaah pustaka semacam ini biasanya dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber pustaka yang kemudian disajikan dengan cara baru dan atau untuk keperluan baru. Dalam hal ini bahan-bahan pustaka itu diperlakukan sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran atau gagasan baru, sebagai bahan dasar untuk melakukan deduksi dari pengetahuan yang 4
Dalam mata kuliah Kapita Selekta Pendidikan, dinyatakan ketika pendidikan mendinamisasikan budaya seperti itu berarti tengah mengoperasionalkan fungsi direktif atau fungsi progresif. Vide. St. Vembriarto, ibid; Ali Saifullah, ibid. Menjalankan fungsi reseptif/reflektif dan direktif/progresif memang harus berimbang, tidak bisa direalisasikan dengan berat sebelah.
693
Edukasi, Volume 03, Nomor 01, Juni 2015: 688-698
telah ada, sehingga kerangka teori baru dapat dikembangkan, atau sebagai dasar pemecahan masalah.5 Hasil kajian pustaka merupakan penampilan argumentasi penalaran keilmuan yang memaparkan hasil kajian pustaka dan hasil olah pikir peneliti mengenai suatu masalah/topik kajian. Hasil kajian pustaka berisi satu topik yang memuat beberapa gagasan dan atau proposisi yang berkaitan yang harus didukung oleh data yang diperoleh dari sumber pustaka.6 2. Pendekatan Sesuai dengan keahlian penulis artikel, dilihat dari sudut pandang disiplin ilmu yang ditetapkan sebagai pendekatan dalam mencapai tujuan penulisan artikel yang ditargetkan adalah pendekatan sosiologis. Secara realitas, eksistensi sosiologi dapat menjadi salah satu penopang kekokohan rumpun ilmu pendidikan. 3. Logika Dalam memaparkan hasil kajian pustaka dalam bentuk artikel ilmiah yang dimuat oleh jurnal ilmiah ini, tampak penulis artikel ilmiah cenderung menerapkan logika komparatif. Pada satu sisi, ditampilkan unsur-unsur yang mengandung persamaan keadaan jaman dulu dengan jaman sekarang mengenai perubahan sosial, tata nilai budaya, dan peran pendidikan. Pada sisi lain, ditampilkan unsur-unsur yang mengandung perbedaan keadaan jaman dulu dengan jaman sekarang mengenai perubahan sosial, tata nilai budaya, dan peran pendidikan. G. Kesimpulan dan Implikasi 1. Kesimpulan : jaman dulu, kebudayaan diyakini sebagai hasil cipta, karsa dan rasa manusia sebangsa yang dikukuhi secara kolektif sebagai tradisi. Keyakinan ini memiliki kekuatan normatif dan kekuatan moral atas realitas pewarisan budaya yang transgenerasi melalui pendidikan. Fakta ini juga dapat membentuk hegemoni kultural yang memiliki efek mengekang dan mengendalikan seluruh cara berfikir dan bertindak generasi yang lebih kemudian, mengindoktrinasikan tata nilai dan norma lama ke dalam benak generasi penerus. 5
Vide, Tim. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 4th ed (Malang: Universitas Negeri Malang, 2000), hlm. 2. 6 Ibid, hlm. 28.
Nilai Budaya dan Pendidikan... – Ali Rohmad 694
Di sini letak proses revitalisasi tata nilai budaya sebagai fungsi statusquo dari pendidikan. Tetapi jaman sekarang, kehidupan yang berubah semakin cepat jelas akan merubah fungsi budaya dengan semakin cepat pula. Arah kehidupan cenderung merespon dan menjemput serta menciptakan perubahan, sehingga budaya akan lebih berfungsi sebagai mekanisme adaptif untuk mendinamisasikan tertib perubahan sosial agar ada penyelarasan terhadap kondisi-kondisi yang baru; sehingga budaya akan bersemangat proyektif dan adaptif sebagai proses penciptaan elemen-elemen baru melalui dekonstruksi dan rekonstruksi yang tanpa segan mengkritisi tata nilai budaya yang telah diwarisi. Fungsi pendidikan harus disesuaikan dengan perubahan itu; pendidikan harus lebih berfungsi sebagai forum tempat penciptaan alternatif jawaban baru untuk aneka permasalahan masa mendatang. Pendidikan harus dimaknai sebagai proses perangsangan kreativitas dan daya nalar inovatif generasi muda untuk menghadapi situasi baru dengan pelbagai permasalahan yang serba baru yang nyata-nyata memiliki situasi dan kondisi berbeda dengan generasi masa lalu. 2. Implikasi : kesimpulan di atas diharapkan dapat mendorong jajaran pengelola pendidikan pada jalur pendidikan informal, jalur pendidikan formal, dan jalur pendidikan norformal secara padu untuk introspeksi diri agar dapat meredefinisi tugas-tugas pembudayaan tata nilai kepada para generasi penerus melalui segala aktivitas pendidikan agar di masa mendatang mereka dapat mandiri dan berdaya saing yang tinggi di hadapan seluruh bangsa di dunia. H. Kekuatan Artikel 1. Tema Tema artikel telah memenuhi kriteria sebagai tema yang baik, apabila diperhatikan melalui pandangan para ahli sebagaimana terdapat dalam buku-buku pedoman penulisan karya ilmiah. Dalam pandangan Sutrisno Hadi, judul karya ilmiah itu harus : sesuai dengan keseluruhan isi, menggunakan kata-kata yang jelas, tandas, pilahpilah, literer, singkat, deskriptif, dan tidak merupakan pertanyaan, hindari kata-kata yang kabur, terlalu politik, bombastik, betele-tele, tidak runtut, dan lebih dari satu
695
Edukasi, Volume 03, Nomor 01, Juni 2015: 688-698
kalimat.7 Dalam pandangan Komaruddin, judul karya ilmiah itu harus melukiskan seluruh isi, memenuhi gramatika, komunikatif dengan pembaca, memenuhi persyaratan : tepat sasaran dan isi; kaidah minim ↔ luas (sebaliknya); ekonomis memilih istilah secara fungsional; langsung, etis, konotatif/non-konotatif, tidak berbeli-belit; jelas, tidak ambivalensi; sederhana, tidak demagogus; baru, menarik, sudut pandang, tidak plagiasi; logis, bermakna secara logika; utuh, padu, integrative; gramatika, bertata bahasa, pilah substansi dengan yang lain.8 2. Aktualitas Aktualitas suatu tulisan ilmiah harus merupakan prioritas utama. Dalam pandangan Muh. Arief Effendi, “Prioritas bisa dikaitkan dengan momentum aktual/isu-isu terkini (current issue) yang tengah terjadi dan berkembang di masyarakat”.9 Artikel ilmiah yang sedang ditelaah ini, mampu memperlihatkan bahwa aktualitasnya sampai saat ini memang tidak bisa diragukan. Oleh karena itu, penulis artikel yang sedang ditelaah ini mampu menghindarkan diri dari harapan agar dihindarkan menulis sesuatu yang sudah “basi” atau kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat/publik. Masyarakat pembaca artikel ilmiah yang ditelaah ini tentu masih respeks, masih dianggap bermakna bagi kehidupan masa kini dan mungkin bagi kehidupan masa mendatang.. 3. Bahasa lugas Penulis artikel ilmiah yang sedang ditelaah ternyata mampu menghadirkan bahasa yang lugas, sehingga para pembacanya terutama civitas akademika (dosen dan mahasiswa) baik yang berasal dari program diploma, program sarjana, maupun program pascasarjana dapat dengan cepat memahami pesan-pesan yang dimuat. Penulis artikel ilmiah yang sedang ditelaah mampu memenuhi saran yang disampaikan oleh Muh. Arief Effendi bahwa : 7
Sutrisno Hadi. Metodologi Research, Vol. 1, (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1983), hlm. 60. 8 Komaruddin. Metode Penulisan Skripsi dan Tesis, 5th ed, (Bandung: Angkasa, 1982), hlm. 36-38. 9 Muh. Arief Effendi, “Membangun Tradisi Kepenulisan di Kalangan Dosen Perguruan Tinggi”, online http://muhariefeffendi.wordpress.com/, diunggah 01 Juni 2008.
Nilai Budaya dan Pendidikan... – Ali Rohmad 696
Dalam menulis, agar dihindarkan penggunaan bahasa yang bertele-tele, karena akan membuat penyampaian gagasan menjadi kurang mengena. Pilihan kata-kata dan kalimat perlu diperhatikan dengan seksama. Jangan sekali-sekali kita menulis kata-kata yang bisa bermakna ganda, karena akan membuat bingung para pembaca. Pemakaian bahasa yang tidak tepat, bisa berakibat ide / pemikiran kita gagal ditransformasikan kepada para pembaca.10 4. Inovatif Penulis artikel ilmiah yang sedang ditelaah ternyata mampu menghadirkan karya ilmiah dengan muatan pemikiran yang relatif inovatif. Artikel ilmiah yang ditelaah ini secara relatif dapat sejalan dengan pemikiran Muh. Arief Effendi bahwa : Kebaruan tulisan dapat dilihat dari sudut pandang tertentu yang belum pernah ditulis pihak lain maupun berupa pengembangan suatu metode / teori / konsep. Kita harus mengupayakan agar data yang kita gunakan akurat dan up to date. Oleh karena itu, kita perlu memperhatikan isu-isu aktual (current issue) yang sedang terjadi di masyarakat.11 5. Orisinil Penulis artikel ilmiah yang ditelaah ini mampu membuktikan bahwa tulisannya adalah orisinil, bukan jiplakan. Sejak dimuat pada jurnal ilmiah terpilih untuk ditelaah ini, ternyata tidak terdapat penilaian yang meragukan orisinalitasnya. Kredibilitas penulis artikel yang ditelaah ini makin tidak diragukan. Berarti kredibilitas penulis telah memenuhi pemikiran Muh. Arief Effendi bahwa : “Kita perlu berusaha agar ide / opini / hasil pemikiran kita merupakan hasil karya yang orisinil / asli. Hal ini untuk menghindari tuduhan penjiplakan (plagiator)”.12
10
Ibid. Ibid. 12 Ibid. 11
697
Edukasi, Volume 03, Nomor 01, Juni 2015: 688-698
6. Sistematika Sajian artikel tampak sistematis, diawali dengan definisi umum mengenai hubungan secara sirkelik atas perubahan sosial dengan kebudayaan dan dengan pendidikan. Kemudian disajikan, keadaan perubahan sosial dan keadaan kebudayaan, serta keadaan pendidikan pada masa lalu. Disusul dengan sajian keadaan perubahan sosial, dan keadaan kebudayaan, serta keadaan pendidikan pada masa sekarang juga kecenderungan pada masa mendatang. Sajian diakhiri dengan identifikasi tantangan terhadap para pengelola pendidikan. I. Kelemahan Artikel 1. Tidak ada abstrak Para pengelola jurnal ilmiah ini alpa untuk menyajikan abstrak sesuai kelaziman pada jurnal ilmiah. Kehadiran abstrak dalam setiap jurnal ilmiah merupakan sesuatu yang prinsipil dan tidak bisa disepelekan begitu saja. Para pembaca jurnal ilmiah tentu telah memaklumi akan urgensi atas kehadiran abstrak. 2. Tidak menyebutkan rujukan Para pengelola jurnal ilmiah ini alpa untuk menyajikan rujukan (fote note atau end note) terhadap artikel yang dimuat. Ini dapat mengurangi bobot akademik dari artikel tersebut. J. Gagasan Penyempurnaan Mengadakan ralat melalui jurnal ilmiah yang diterbitkan kemudian. K. Kesimpulan 1. Kekuatan artikel, terutama terdapat pada tema, aktualitas masalah, kelugasan bahasa, inovatif, orisinil dan sistematika sajian. 2. Kelemahan artikel, terutama terdapat pada abstrak dan rujukan. 3. Gagasan penyempurnaan, ralat atas kelemahan tersebut melalui jurnal yang sama edisi berikutnya.
Nilai Budaya dan Pendidikan... – Ali Rohmad 698
Daftar Pustaka Ali Saifullah. Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan, Usaha Nasional, Surabaya, 1982. Ali Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan, 1st ed, PT Bina Ilmu, Jakarta, 2004. Endang Saifuddin Anshari. Agama dan Kebdayaan, PT Bina Ilmu, Surabaya, 1980. Faisal Ismail. Agama dan Kebudayaan, 1st ed, PT Al-Maarif, Bandung, 1982. Koentjaraningrat. Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan, 3rd ed, PT Gramedia, Jakarta, 1976. Komaruddin. Metode Penulisan Skripsi dan Tesis, 5th ed, Angkasa, Bandung, 1982. Maman Abdurrahman. Ilmu Sosial Dasar, 1st ed, Calvary, Bandung, 1987. Muh. Arief Effendi, “Membangun Tradisi Kepenulisan di Kalangan Dosen Perguruan Tinggi”, online http://muhariefeffendi.wordpress.com/, diakses 01 Juni 2008. Muhaimin, et.al. Dimensi-Dimensi Studi Islam, 1st ed, Karya Abditama, Surabaya, 1994. St. Vembriarto. Kapita Selekta Pendidikan, vol. 1, Paramita, Yogyakarta, 1981. St. Vembriarto. Kapita Selekta Pendidikan, vol. 2, 1st ed, Ando Offset, Yogyakarta, 1989. Sutrisno Hadi. Metodologi Research, Vol. 1, Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1983. Tim. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 4th ed, Universitas Negeri Malang, 2000.