NILAI BUDAYA DALAM UNGKAPAN MINANGKABAU; KAJIAN PERSPEKTIF ANTROPOLOGI LINGUISTIK KARYA OKTAVIANUS Oleh: Diana Rozelin*
Abstrak: Minangkabau is one of Indonesia's ethnic embracing philosophy of life “Adat Bersandi Syara‟, Syara‟ bersandi kitabullah” has the cultural values associated with the Minangkabau society way of thinking is metaphorical, where nature and natural features are metaphoricaled to the nature of human agents, thus giving birth expressions that are passed from generation to generation and contain an implicit meaning, as in working motivation, a sense of solidarity, imaging, ethics, morals and manners. Key words: Nilai Budaya, ungkapan Minangkabau dan Antropologi
yang suka merantau. Salah satu
A.PENDAHULUAN merupakan
pepatah masyarakat Minang yang
tanggapan penulis terhadap salah
terkenal adalah: labiah elok susah
satu
di nagari urang daripado susah di
Tulisan
Jurnal
ini
artikel yang di muat dalam Masyarakat
Linguistik
nagari
surang,
karena
Indonesia karya Oktavianus. Budaya
masyarakat
Minangkabau adalah sebuah budaya
dengan
yang berkembang di Minangkabau
Berbeda
serta daerah rantau Minang. Daerah
budaya yang berkembang di dunia,
rantau
wilayah-
budaya Minangkabau menganut
wilayah yang ada di Indonesia
sistem matrilineal baik dalam hal
dikarenakan
masyarakat
pernikahan, persukuan,
masyarakat
dan sebagainya.
ini
Minangkabau
mencakup
adalah
Minang
itulah
budaya dengan
*) Diana Rozelin adalah Dosen pada Fakultas ADAB IAIN STS Jambi
terkenal
merantaunya. kebanyakan
warisan
106 Diana Rozelin: Nilai Budaya Ungkapan Minangkabau; Kajian…
Produk
budaya
nama
wilayah
tersebut.
Minangkabau yang cukup menonjol
Penggunaan
ialah
pada
salah satu cara untuk mendidik
masyarakatnya. Sikap demokratis
anggota masyarakat serta sebagai
pada
pengawas
sikap
demokratis
masyarakat
disebabkan
Minang
karena
sistem
ungkapan
dalam
dalam
dari
mengungkapkannya.
nagari,
dimana
pengambilan
keputusan
haruslah
berdasarkan
pada
musyawarah
melakukan
tindakan agar lebih arif dan bijak
pemerintahan Minangkabau terdiri banyak
adalah
mengucapkannya
bahasa
atau Penutur
Minangkabau
mengenal
istilah kato nan ampek, „kata yang
mufakat. Selain itu tidak adanya
empat‟,
jarak antara pemimpin dan rakyat,
digunakan kepada mitra tutur yang
menjadi
tumbuh
lebih tua. Kata menurun digunakan
demokratis
kepada mitra tutur yang lebih
suburnya
faktor
lain
budaya
yaitu:
muda
ini terdapat dalam pernyataan adat
melereng digunakan jika penutur
bahwa "pemimpin itu didahulukan
dan mitra tutur memiliki hubungan
selangkah
kekerabatan, seperti: ipar-besan-
ditinggikan
seranting".
lebih
mendaki
ditengah masyarakat Minang. Hal
dan
atau
kata
kecil.
Kata
menantu-mertua dan sebagainya.
Jurnal ini mengupas tentang ungkapan yang terdapat pada empat wilayah di daerah Sumatera Barat tetapi tidak dijelaskan lebih rinci
Kata mendatar digunakan untuk sesama besar atau seumuran. Cara
berfikir
orang
Minangkabau bersifat metaforikal,
NAZHARAT VOL. X, NO21, AGUSTUS 2011
107 Diana Rozelin: Nilai Budaya Ungkapan Minangkabau; Kajian…
maksudnya adalah sifat dan ciri alam
dimetaforikalkan
Linguistik
sifat
dipelopori oleh Franz Boas. Subjek
pelaku manusia. Kecermatan orang
ini di Amerika dikenal dengan
Minangkabau
dalam
istilah Antropologi Linguistik, di
tempat
Eropa
mengabstraksikan
ke
Antropologi
alam
tinggalnya
dikenal
dengan
istilah
memperkaya
Etnolinguistik dan di Indonesia
pengetahuan
mereka
sehingga
dikenal dengan istilah Linguistik
melahirkan
ungkapan-ungkapan
Budaya. Pada dasarnya ketiga
yang
diwariskan
secara
turun
temurun.
istilah tersebut sama, mengkaji budaya dan bahasa. Franz Boas adalah salah seorang yang juga memberikan
B. CAKUPAN JURNAL Jurnal
ini
memaparkan
budaya masyarat Minang
melalui
ungkapan. Ungkapan ini tidak hanya digunakan oleh kalangan tua tetapi juga digunakan di kalangan muda walaupun tidak sebanyak kalangan tua. Jurnal ini memaparkan Pertama, gambaran
singkat
tentang
antropologi budaya sebagai arahan utama penelitain ini;
kontribusi
pengembangan linguistic.
dalam
antropologi
Gagasannya
sangat
berpengaruh terhadap Sapir dan Whorf, yang melahirkan konsep „relativitas
bahasa‟.
Beliau
menyatakan bahwa bahasa tidak dapat dipisahkan dari fakta social budaya masyarakat pendukungnya. Sapir tersebut
mempertegas dengan
pernyataan menyatakan
bahwa analisis terhadap kosakata
NAZHARAT VOL. X, NO21, AGUSTUS 2011
108 Diana Rozelin: Nilai Budaya Ungkapan Minangkabau; Kajian…
suatu bahasa sangat penting untuk
contoh ungkapan yang digunakan
menguak lingkungan fisik dan social
oleh
di mana penutur suatu bahasa
dalam situasi formal (pernikahan)
bermukim.
maupun
masyarakat
Minang
situasi
non
baik
formal
(komunikasi harian). C. Nilai budaya dalam UM dari Persfektif Antropologi Linguistik. Nilai adalah sesuatu yang menyangkut baik dan buruk. Sistem nilai termasuk pada nilai budaya, yaitu pedoman yang dianut oleh setiap anggota masyarakat terutama dalam bersikap dan berprilaku dan juga menjadi patokan dalam menilai dan mencermati bagaimana individu dan
kelompok
berprilaku.
bertindak
Prilaku
dan
budaya
Minangkabau yang tercakup dalam tulisan ini terdiri atas: a) motivasi berusaha
dan
bekerja;
b)
rasa
solidaritas; c) pencitraan; d) Etika, moral dan sopan santun. Dibawah ini
akan
memaparkan
Pertama, motivasi berusaha dan bekerja. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia haruslah bekerja keras, tentunya bekerja dengan
memprioritaskan
hasil
yang halal. Masyarakat Minang termasuk masyarakat yang giat bekerja,
khususnya
dalam
perdagangan. Di setiap daerah di Indonesia maupun di Luar Negeri (Malaysia)
pastilah
akan
ditemukan rumah makan Padang. Giatnya mereka bekerja tercermin pula dalam ungkapan seperti di bawah ini: (1) Ari sahari diparampek „hari sehari diperempat‟
beberapa
NAZHARAT VOL. X, NO21, AGUSTUS 2011
109 Diana Rozelin: Nilai Budaya Ungkapan Minangkabau; Kajian…
(2) Malam samalam dipatigo „malam
semalam
dipertiga‟ (3) Nak
dan masin pada (6) adalah bentuk leksikal yang berhubungan dengan makanan dan masakan. Jika ingin
santan
amia
mendapatkan
masakan
atau
karambia „ingin santan,
makanan yang enak seseorang
peras kelapa‟
harus bekerja keras mencari uang.
(4) Nak kunik
kuniang
barilah
„supaya
kuning,
berilah kunyit‟
enak,
ini
memaparkan
juga
ungkapan
agar
seseorang tersebut giat bekerja dan
(5) Nak lamak barilah santan ‘ingin
Tulisan
berilah
santan‟
jangan menjadi malas karena akan menyangkut
harga
diri
dan
prestise. Jadi, ada dua pilar yang
(6) Nak masin barilah garam
diperlihatkan oleh penulis disini,
„ingin asin berilah garam‟
yaitu positif dan negative. Positif
Ungkapan
(1)
dan
(2)
mencerminkan bahwa bagi orang Minangkabau tidak ada waktu yang terbuang. Semua waktu dialokasikan untuk bekerja dan mengabdi kepada penciptanya.
Ungkapan
(3)-(6)
adalah motivasi untuk meningkatkan perekonomian. Santan
pada (3)
kuniang pada (4), lamak pada (5);
untuk memperlihatkan sifat rajin dan motivasi untuk bekerja keras dan
tidak
berpangku
tangan,
negative
yaitu
sedangkan
ungkapan rasa kekesalan seseorang yang melihat orang lain malas bekerja. Kedua,
rasa
Solidaritas merupakan
NAZHARAT VOL. X, NO21, AGUSTUS 2011
solidaritas. integrasi
110 Diana Rozelin: Nilai Budaya Ungkapan Minangkabau; Kajian…
social
yang
didasarkan
kepada
Lah jatuah diimpok lo di janjang. “kabarnya
persamaan dan perbedaan. Integrasi
Laki
social
sebagai
suaminya yang melakukan. Itu
kesetiakawanan, kebersamaan, dan
benar-benar bak pepatah, sudah
kekompakan
jatuh
dapat
diartikan
dalam
menghadapi
suka dan duka. Rasa solidaritas juga
rasa
kesal.
Rasa
solidaritas dan nasihat ditujukan kepada
orang
kesusahan.
yang
mengalami
Nasihat
dimaksudkan
agar orang tersebut
sabar dalam
menghadapi
permasalahan
yang
muncul serta berhati-hati dalam melakukan
susuatu.
Contoh
ungkapan: (2) A: Iyo bagak urang. Ameh biniee diluruik. Angok malayang lo. “berani sekali
orang. Emas
istrinya dipreteli. Jiwa melayang pula.”
ditimpa
tangga.
Suami
diatas
terjadi
keparat.”
berujung kepada nasihat, kritik dan ungkapan
kaparek.
Penuturan atara
dua
orang
mengomentari terhadap wanita
perampasan
perhiasan yang
yang
seorang
megakibatkan
kematian. Ungkapan Lah jatuah diimpok lo di janjang bermakna kesulitan ganda, yaitu jatuh dan pada saat yang sama dihimpit oleh jenjang. Dari konteks penuturan, ungkapan itu dikiaskan pada nasib yang dialami seseorang di mana perhiasan emas yang dimiliki dijarah dan dia dibunuh pula. Jatuah memiliki kesetaraan fitur
B: Kabaee lai lakie nan karajo. Itu
semantic
lah basuo bana bak kecek urang.
dicuri,
dengan sedangkan
NAZHARAT VOL. X, NO21, AGUSTUS 2011
emas
yang
kematian
111 Diana Rozelin: Nilai Budaya Ungkapan Minangkabau; Kajian…
memiliki kesetaraan fitur semantic
(3) A: Iyo lah rumik awak
dengan
diimpok
maagak-agaki
jatuah
dan
menjadi
janjang.
diimpok
lambing
Jadi
janjang
kias
bagi
kesulitan dan penderitaan yang dialami. Secara implicit A dan B merasa prihatin terhadap orang yang mengalami penderitaan dan merasa kesal terhadap orang yang menciptakan
penderitaan
itu.
Ungkapan rasa kesal diekspresikan lewat ujaran laki kaparek. Pertama, pencitraan. Istilah citra mengandung pengertian kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan
oleh
sebuah
kata,
farase atau kalimat. Kesan mental atau
bayangan
memberikan
visual
citra
positif
dapat dan
negative. Citra positif diharapkan muncul dengan harapan mitra tutur tidak merasa dipermalukan. Seperti contoh dibawah ini:
anak
urang
ko.
“sulit kita menghadapinya” B: Ndak baa rasonyo do. Masuki juolah. Tapi ati-ati. Bak maelo abuak dalam tapuang kato urangee. Abuak ndak putuih, tapuang ndak taserak. Tidak apa-apa rasanya. Nasehati jugalah. Tetapi hati-hati. Bak
menghela
rambut
dalam
tepung, seperti pepatah orang. Ungkapan menyatakan
yang
kehati-hatian
pada
ujaran di atas adalah bak maelo abuak
dalam
tapuang,
„bak
menghela rambut dalam tepung‟. Ungkapan ini biasanya memiliki tambahan
abuak
ndak
putuih,
tapuang ndak taserak. Jika tidak hati-hati
akibatnya
menguntungkan.
bisa
Jika
tidak rambut
putus, sulit mencarinya dalam
NAZHARAT VOL. X, NO21, AGUSTUS 2011
112 Diana Rozelin: Nilai Budaya Ungkapan Minangkabau; Kajian…
tepung,
jika
tepung
berserakan
(4) Lamak samba di urang
karena menarik rambut, tepung tidak
ka
bisa
pakaian
dikumpulkan
menyarankan
kembali.
kepada
A
B
untuk
manguya, di
rancak
urang
ka
mamakaih
menyelesaikan persoalan tersebut
Enak sambal oleh orang
dengan hati-hati seperti menarik
yang
rambut dalam tepung.
bagus
akan
memakan,
pakaian
oleh
orang yang memakai.
1. Etika, Moral dan Sopan Santun. Etika adalah falsafah atau
mengandung makna kiasan yang
hukum yang membedakan hal yang
mendeskripsikan
kesesuaian
baik dan yang buruk dalam tingkah
sesuatu
tergantung
laku manusia, sedangkan moral
kepada orang yang akan menjalani
adalah
ukuran
hidup bersama.
tingkah
laku
baik yang
buruknya
kedisiplinan
Penggunaan
pasangan
diatas
menyangkut
pengontrolan diri, keyakinan diri dan
Ungkapan
ungkapan
tindakan. yang
D. KONOTASI Tulisan ini terfokus pada ungkapan
masyarakat
Minang
mengandung kias dengan alas an
yang terkait dengan metaforikal
etika dan moral biasanya sring
dimana titik utamanya ada pada
digunakan dalam acara pernikahan
Antropology. Pada bagian ini akan
atau saat penyambutan mempelai
difokuskan pada segi Linguistik
pria di rumah wanita. Contohnya:
khususnya pada konotasi. Sebelum
NAZHARAT VOL. X, NO21, AGUSTUS 2011
113 Diana Rozelin: Nilai Budaya Ungkapan Minangkabau; Kajian…
membahas tentang apa itu konotasi
pembicara (penulis) dan pendengar
ada
(pembaca).
baiknya
mengkaji
kembali
makna dari ungkapan itu sendiri.
Kedua pandangan diatas
Ungkapan adalah gabungan dua kata
juga sejalan dengan pandangan
atau lebih yang maknanya dapat
yang dipaparkan oleh Kreidler
diturunkan dari makna kata-kata
(1999:45)
yang membentuknya, secara tidak
bahwa: connotation is the affective
langsung
benang
or emotional associations it elicits,
merahnya bahwa ungkapan itu dapat
which clearly need not be the same
dianalisis dari segi implicit meaning
for all people who know and use
yang terkandung didalamnya.
the
dapat
ditarik
Verhaar
(2001:390)
yang
word.
Jadi,
mengacu
pada
menyatakan
konotasi makna
itu
aspek
menyatakan bahwa konotasi adalah
pribadi atau pandangan pribadi
arti yang dapat muncul pada penutur
seseorang
akibat
kejadian
penilaian
afektif
atau
emotional. Sejalan dengan opini ini, Kridalaksana
(2001:117)
terhadap ataupun
sesuatu,
pengalaman.
Contohnya: (1) Ari sahari diparampek
menyatakan bahwa konotasi adalah
„hari sehari diperempat‟
aspek
Malam
samalam
sekelompok kata yang didasarkan
dipatigo
„malam
atas perasaan atau pikiran yang
semalam dipertiga‟
timbul
makna
atau
sebuah
ditimbulkan
atau
pada
NAZHARAT VOL. X, NO21, AGUSTUS 2011
114 Diana Rozelin: Nilai Budaya Ungkapan Minangkabau; Kajian…
Nak
santan
ambia
Mereka
memanfaatkan
waktu
karambia „ingin santan,
dengan bekerja keras, sehingga
peras kelapa‟
kebanyakan dari orang Minang
Nak
kuniang
barilah
yang meratau termasuk orang-
kunik
„supaya
kuning,
orang yang sukses.
berilah kunyit‟
Kemudian,
susah-senang
Nak lamak barilah santan
hidup ini tergantung bagaimana
‘ingin
manusianya
enak,
berilah
berusaha
untuk
santan‟
memperbaiki dirinya, memperbaiki
Nak masin barilah garam
perekonomian
„ingin asin berilah garam‟
manusia itulah yang menentukan
Makna konotasi ungkapan
warna
keluarganya
kehidupan
yang
dan
akan
diatas adalah: hidup itu harus punya
dijalaninya. Hal ini terlihat dari
perencanaan,
kata-kata
jangan
membuang-
Nak
santan
ambia
buang waktu dengan hal yang tidak
karambia; Nak kuniang barilah
berguna. Hal ini terlihat pada baris
kunik; Nak lamak barilah santan;
pertama
Nak
dan
kedua
yang
masin
barilah
garam.
menggunakan istilah waktu. Bagi
Ungkapan ini menggunakan kata
masyarakat Minang waktu itu sangat
santan yang secara tidak langsung
bergharga, hal ini tercermin dari
berkonotasi pada makanan-gulai,
segi perekonomian dimana sebagian
makanan ini termasuk salah satu
besar orang Minang yang merantau
makanan ciri khas orang Minang.
adalah pedagang dan pengusaha.
Secara implicit kalimat tersebut
NAZHARAT VOL. X, NO21, AGUSTUS 2011
115 Diana Rozelin: Nilai Budaya Ungkapan Minangkabau; Kajian…
memaparkan bahwa apabila ingin
langsung
atau
makan enak maka manusia harus
campuran
adonan
berusaha mencari uang untuk hidup
kelapanya
dapat
yang lebih baik.
untuk memasak ataupun diperas
Santan berasal dari buah kelapa
yang
manfaatnya,
sangat dari
segi
untuk
obat,
kue
dan
dimanfaatkan
untuk diambil santannya. Ampas
banyak
kelapa itu sendiri masih bisa
makna
dimanfaatkan
untuk
mengepel
konotasi kita melihat bahwa kelapa
lantai agar lantai menjadi lebih
termasuk tumbuhan yang memiliki
bersih.
manfaat sangat besar pada manusia
Berdasarkan
pemaparan
dari batang, daun, hingga buah.
diatas, terlihat bahwa santan atau
Batang dapat digunakan sebagai
kelapa sangat besar manfaatnya
jembatan atau titian jalan, daunnya
bagi kehidupan umat manusia
dapat
sehingga
digunakan
sebagai
bahan
masyarakat
Minang
bakar untuk memasak atau untuk
sendiri banyak yang menggunakan
kegiatan lainnya,sedangkan lidinya
ungkapan (metaforikal) santan ke
untuk bahan pembuatan alat sapu.
dalam percakapan atau pada saat
Selanjutnya,buah kelapa itu sendiri
upacara adat istiadat. Ungkapan ini
dari segi batok kelapanya dapat
juga
digunakan untuk bahan bakar atau
solidaritas,
zaman dahulu digunakan sebagai
konotasinya
pembakar
muncul adalah:
untuk
menyetrika
memiliki jika maka
pakaian. Air kelapa dapat diminum
NAZHARAT VOL. X, NO21, AGUSTUS 2011
makna
rasa
diamati
dari
yang
akan
116 Diana Rozelin: Nilai Budaya Ungkapan Minangkabau; Kajian…
(2) A: Iyo bagak urang. Ameh
yang dibicarakan). Rasa empati
biniee diluruik. Angok
yang muncul dikarenakan A dan B
malayang lo. “berani
merasa adanya ketidakadilan yang
sekali
dialami oleh C, hal ini terlihat pada
orang. Emas
istrinya dipreteli. Jiwa
frasa Laki
melayang pula.”
memperlihatkan kejengkelan B,
B: Kabaee lai lakie nan karajo. Itu lah basuo bana bak kecek urang. Lah jatuah diimpok lo di
janjang.
kaparek.
Laki
“kabarnya
suaminya
yang
melakukan. Itu benarbenar
bak
pepatah,
sudah
jatuh
ditimpa
tangga.
Suami
keparat.” Wacana percakapan diatas
kaparek,
frasa ini
Laki kaparek adalah frasa yang kasar yang biasanya muncul disaat orang emosi atau tidak senang dengan orang lain. Pada ranah pencitraan akan terkait pada citra positif dan citra negative. Pada wacana dibawah ini terlihat ketika citra negative yang dimunculkan oleh pembicara (A), maka B berusaha menenangkan dan memberikan opininya dengan cara yang sangat baik, sehingga si A tidak merasa tersudutkan atas opininya
sendiri
yang
telah
terjadi antara 2 orang yang merasa
menyatakan bahwa orang yang A
tidak senang atau jengkel dengan
dan B bicarakan adalah anak yang
kejadian yang meniimpa si C (orang
NAZHARAT VOL. X, NO21, AGUSTUS 2011
117 Diana Rozelin: Nilai Budaya Ungkapan Minangkabau; Kajian…
susah
untuk
diatur.
Contoh
ungkapannya adalah:
konotasinya maka yang mncul
(3) A: Iyo lah rumik awak maagak-agaki ko.
taserak. Jika diamati dari segi
anak urang
“sulit
kita
adalah
pernyataan
yang
mengharapkan si A untuk berhatihati dalam menasehati si C (orang yang dibicarakan oleh A dan B),
menghadapinya”
menasehati dengan perlahan-lahan,
B: Ndak baa rasonyo do.
dengan bahasa yang baik dan bijak
Masuki juolah. Tapi ati-
agar si C tidak tersinggung. Usaha
ati. Bak maelo abuak
ini diperlihatkan pada ungkapan,
dalam
tapuang
kato
seperti mau mengambil sehelai
urangee.
Abuak
ndak
rambut dalam tepung, rambutnya
putuih,
tapuang
ndak
tidak putus dan tepungnya tidak
taserak.
Tidak
apa-apa
berhamburan. Gambaran ungkapan
rasanya. Nasehati jugalah.
ini
Tetapi
sangat berharap A tetap mau
hati-hati.
Bak
memperlihatkan
bahwa
B
menghela rambut dalam
menasehati
tepung, seperti pepatah
dengan cara yang baik dan dalam
orang.
situasi yang tepat.
Ungkapan yang muncul pada wacana percakapan diatas adalah
C
tetapi
tentunya
(4) Lamak samba di urang ka
manguya,
Bak maelo abuak dalam tapuang, Abuak ndak putuih, tapuang ndak NAZHARAT VOL. X, NO21, AGUSTUS 2011
rancak
118 Diana Rozelin: Nilai Budaya Ungkapan Minangkabau; Kajian…
pakaian
di
urang
ka
mamakaih
saran
akan
terlalu dalam.
E. SIMPULAN
yang memakai.
Tulisan
Pada ranah sopan santun
Minangkabau
4,
Indonesia
buruknya dari
sesuatu orang
itu yang
ini
selain
mengartikan
yang terlihat pada ungkapan nomor
tergantung
nasehat
memakan,
bagus pakaian oleh orang
baik
atau
sekedarnya dan tidak bisa masuk
Enak sambal oleh orang yang
member
ungkapan kedalam juga
bahasa
menganalisis
maknanya secara umum, hanya
menggunakannya. Sebagai individu,
saja
kita tidak boleh terlalu mencampuri
mendalam hal ini dikarenakan
urusan orang lain, baik menurut kita
penekanannya pada Antropologi
belum tentu baik menurut orang
bukan pada linguistik. Sehingga,
lain. segala sesuatu itu ada batasnya.
tulisan ini sebaiknya masuk ke
Ketika ungkapan diatas dilontarkan
dalam
dalam upacara pernikahan, pihak
bukan masuk ke jurnal Linguistik.
keluarga
Pada bagian ini penulis resensi
memberikan
keputusan
memang
tidak
jurnal
terlalu
Antropologi
sepenuhnya pada yang menikah,
telah
karena yang akan menjalani biduk
kajian konotasi yang mengarah
rumah tangga itu adalah orang yang
pada liguistik, sehingga pembaca
akan
mempunyai dua wawasan , yaitu
menikah.
Pihak
keluarga
adalah orang luar yang hanya bisa
menambahkan
antropologi
dan
NAZHARAT VOL. X, NO21, AGUSTUS 2011
satu
dan
sub
linguistik.
119 Diana Rozelin: Nilai Budaya Ungkapan Minangkabau; Kajian…
Berdasarkan
buku
History
and
18 hingga awal abad ke 19, para
Theory in Anthropology by Alan
ahli
Barnard (2000:2): kata anthropology
menggunakan „ethnology‟ untuk
berasal
penelitian.
dari
‘human‟;
Yunani
anthropos
‘logos‟-discourse
mulai
Di
cenderung
Amerika
dan
or
Kanada, para peneliti membagi
science; kata ini muncul pada awal
Antropologi kedalam 4 sub bagian,
abad ke 16.
yaitu: 1) Biological anthropology,
Lebih jauh, Barnard juga memaparkan
bahwa
Antropologi
adalah ilmu yang menggambarkan
2) archaeology, 3) anthropological Linguistics,
etnis
yang
cultural
anthropology.
sifat atau lambang budaya dari kelompok
4)
Tulisan tentang antropologi
berbeda.
ini sebaiknya difokuskan pada satu
Pandangan ini tidak sejalan dengan
wilayah saja karena satu wilayah
Winich (1975:28) yang menyatakan
terdiri dari beberapa kabupaten,
bahwa anthropology is The study of
sehingga cakupannya sangat luas.
man. Maksud dari kata man tidak
Dialek Minang itu beragam dan
selalu bermakna manusia, itu sendiri
setiap
sebagai satuan yang utuh tetapi juga
ungkapan
termasuk tingkah laku dan bahasa
terkadang
yang mereka kuasai. Opini Barnard
daerah
lain.
ini digunakan oleh peneliti dari
daerah
memiliki
Rusia dan Austria hingga akhir abad
berbeda,
ke 18. Dengan kata lain, pada abad
masyarakat
daerah
mempunyai
tersendiri tidak
yang
dimiliki
Tentunya
oleh setiap
budaya
yang
contohnya:
budaya
Pariaman
berbeda
NAZHARAT VOL. X, NO21, AGUSTUS 2011
120 Diana Rozelin: Nilai Budaya Ungkapan Minangkabau; Kajian…
dengan
budaya
Manggopoh, geogarafi berjauhan,
masyarakat
padahal
posisi
daerahnya
tidak
tetapi
Kabupatennya
„ungkapan‟.
Berdasarkan
data
yang
dikumpulkan
oleh
pendekatan
yang
mengacu
pada
telah
Oktavianus digunakannya
berbeda. Perbedaan budaya pastinya
pendekatan etnografi. Berdasarkan
akan menghasilkan ungkapan yang
pendekatan etnografi, pemakaian
berbeda.
bahasa dipandang sebagai bagian
Berdasarkan data yang
ditampilkan
Oktavianus,
dari ekspresi budaya, pernyataan
penulis resensi melihat bahwa tidak
yang terkait dengan pendekatan
semua
tercover
yang digunakan oleh Oktavianus
dengan baik, ada beberapa ungkapan
adalah: Observing a society as a
dari daerah Manggopoh Kabupaten
whole, to see how each element of
Agam yang tidak tertera disana,
that society fits together with, or is
padahal ungkapan tersebut sudah
meaningful in terms of, other such
sangat
elements.
kata
lazim
masyarakat
oleh
ungkapan
digunakan tuturnya
oleh dalam
Observing a society as a
komunikasi sehari-hari, contohnya
whole,
adalah: Talunjuk lurus, kalingkiang
untuk memahami bagaimana satu
bakait atau Sakali tarucek, pantang
sama lainnya saling berhubungan,
manyuruik dan sebagainya.
menganalisis masyarakat sebagai
Tulisan
ini
juga
maksudnya:
mencoba
tidak
satu kesatuan yang menyeluruh
memaparkan pendekatan apa yang
dan tidak sebahagian. Tentunya,
digunakannya dalam menjaring data
apabila ditarik benang merahnya
NAZHARAT VOL. X, NO21, AGUSTUS 2011
121 Diana Rozelin: Nilai Budaya Ungkapan Minangkabau; Kajian…
pendekatan ini tidak hanya terkait
hanya memaparkan tentang budaya
pada manusianya saja tetapi juga
saja tetapi dapat juga mampu
internal dan eksternal yang terkait
untuk merefleksi cara berpikir
dengan manusia itu sendiri. Contoh
masyarakat tuturnya.
hasil pendekatan data yang telah
Kemudian, tulisan ini tidak
dianalisis oleh Oktavianus terkait
menjelaskan paradigma apa yang
dengan
digunakan. Anthropology memiliki
external
keterkaitan Minangkabau
tadi
dalah
antara
ungkapan
3
paradigma:
yang
berbentuk
synchronic
Diachronic,
and
interactive
metaforikal yang dikaitan dengan 1)
perspectives. Menurut pandangan
motivasi berusaha dan bekerja; 2)
penulis resensi paradigma yang
rasa solidaritas; 3) pencitraan; 4)
digunakan
etika, moral dan sopan santun.
interactive perspectives, karena:
Sehingga, dapat dikatakan
this
adalah
perspective
paradigma
or,
more
bahwa manusia, bahasa dan budaya
accurately, set of perspectives, has
adalah satu kesatuan dalam ranah
both diachronic and synchronic
Linguistic
aspects. Interactive approaches
bahasa
Anthropology. maupun
Baik
kebudayaan,
have
concentrated
on
through
the
keduanya merupakan sistem tanda.
mechanism
Sistem tanda yang nantinya dapat
individuals seek to gain over other
dianalisis lebih jauh dengan payung
individuals, or simply the ways in
semiotic. Di penghujung penelaahan
which individuals
akan terlihat bahwa bahasa tidak
social
situation.
NAZHARAT VOL. X, NO21, AGUSTUS 2011
which
define their Persfektif
122 Diana Rozelin: Nilai Budaya Ungkapan Minangkabau; Kajian…
interaksi ini menggabungkan dua
termasuk
ke
dalam
kelompok
teori yaitu sinkronis dan diakronis,
menurun, melereng,dan mendatar.
dimana penggunaan „ungkapan‟ ini
Tulisan ungkapan ini sejak
telah lama digunakan sejak zaman
awal telah menjelaskan bahwa
kerajaan Pagaruyung dahulu kala
fokusnya
hingga saat ini, sehingga pendekatan
Linguistik yang berarti penekanan
yang digunakan adalah interactive
utama penelitian ini adalah pada
perspectives.
Antropologi, tetapi karena tulisan
Selanjutnya,
Oktavianus
pada
Antropologi
ini dimuat di MLI (Masyarakat
dalam menganalisis „ungkapan‟ ini
Linguistik
tidak
memaparkan
lebih
lanjut
Oktavianus-penulis
fungsi
kegunaan
dari
setiap
memasukkan
Indonesia),
berarti harus
aspek-aspek
ungkapan yang ditampilkan. Pada
linguistic di dalamnya. Sehingga
dasarnya
tersebut
memperlihatkan kaitan yang jelas
digunakan berdasarkan 4 fungsi koto
antara isi tulisan denga tujuan
nan
tempat pemunculan dari jurnal
ungkapan
ampek-mandaki,
melereng,dan
menurun,
mendatar.
Dengan
tersebut.
kata lain, seharusnya jika jurnal ini
Akhirnya, penulis resensi
tampil di jurnal Linguistik, maka
melihat
sebaiknya dimunculkan ungkapan-
memaparkan
ungkapan apa saja yang termasuk
ungkapan-ungkapan
pada
Minangkabau
koto
nan
ampek,
serta
ungkapan-ungkapan apa saja yang
Oktavianus dan
telah
menganalisis masyarakat
dengan
baik,
terbukti dengan klasifikasi data
NAZHARAT VOL. X, NO21, AGUSTUS 2011
123 Diana Rozelin: Nilai Budaya Ungkapan Minangkabau; Kajian…
yang jelas dan telah mencakup 4
menyatu
aspek tujuan utama penelitian ini.
etnolinguitik atau dalam ranah
Dari hasil resensi ini, diharapkan
Ilmu Linguistik terkenal dengan
pembaca dapat melihat dari dua
kajian cultural linguistics yang
kacamata
yaitu
dalam ranah Ilmu Antropologi
linguistik.
terkenal dengan sub kajian cultural
yang
antropologi
berbeda, dan
Antropologi dan Linguistik adalah
dalam etnografi atau
anthropology.
dua ranah yang berbeda tetapi dapat
DAFTAR PUSTAKA Bernard, Alan.2000. History and Theory in Anthropology. Australia: Cambridge University Press Kridalaksana, Harimurti. 2006. Kamus linguistic. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Kreidler, Charles W. 1999. Introducing English Semantics. New York: Routledge Oktavianus. 2010. Nilai Bdaya dalam Ungkapan Minangkabau: Sebuah Kajian dari Perspektif Antropologi Linguistik.
Jurnal MLI
(Masyarakat Linguistik Indonesia), Tahun ke-28, N0.2 Agustus. Atma Jaya, Jakarta
NAZHARAT VOL. X, NO21, AGUSTUS 2011
124 Diana Rozelin: Nilai Budaya Ungkapan Minangkabau; Kajian…
Verhaar. 2001. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Winick, Charles. 1975. Dictionary of Anthropology. New Jersey: Littlefield, Adams & Co.
NAZHARAT VOL. X, NO21, AGUSTUS 2011