Edisi October - December 2015
sunday school
news Lesson Summary Toddler (usia 2 tahun) The Bible Teaches Me about God is good. Topik ini akan menceritakan bahwa Tuhan itu sangat baik karena Dia yang selalu memelihara kita dengan mencukupkan segala kebutuhan kita setiap hari. Anak anak akan ditunjukkan berbagai macam variasi makanan dan minuman, pakaian dan bentuk rumah tempat tinggal yang telah Tuhan sediakan.
Inside Lesson Summary - 1 to 3 Cita Citaku: Menjadi Orang Sukses - 4 & 5 Question & Answer - 6 & 7 Teachers' Profile - 8 to 10 Fun Page - 11 & 12
The Bible Teaches Me about God Send His Son Pada 2xbulan ini anak anak akan banyak mendengar cerita2x menjelang hari Natal. Mereka akan mendapat pengertian apakah arti “ Christmas” yang sesungguhnya yaitu berita tentang kelahiran Yesus , selain itu mereka akan mengetahui apakah arti sesuatu yang mereka lihat tentang “Christmas” baik di rumah, day care, atau di mall ( eg, pohon natal, bintang , etc ) ...Bersambung ke halaman 2...
1
Explorer A (usia 3 tahun) The Bible Teaches Me to Be a Friend Like Jesus Topik ini akan menceritakan bahwa Yesus merupakan teman semua orang. Teman bagi anak-anak, Maria. Martha, Lazarus, Wanita Samaria, dan juga Zakheus. Mereka semua memiliki latar belakang yang berbeda-beda tapi Yesus mau untuk menjadi temen mereka semua. The Bible Teaches Me to Follow Jesus Yesus mengajarkan kita untuk berdoa, berbagi, membantu sesama, dan juga bersyukur akan segala sesuatu.Topik ini membawa anak-anak untuk meniru teladan Yesus dalam kehidupan sehari-hari mereka The Bible Teaches Me About Baby Jesus Dalam menyambut Natal di bulan Desember, topik yang akan dibagi untuk anak-anak ialah kelahiran Tuhan Yesus dan hal-hal yang berhubungan, seperti Maria dan Malaikat, Pengembala domba mendengarkan kabar baik, dan juga bagaimana Yesus bertumbuh.
Explorer B (usia 4 tahun dan kindergarten) Learning to Be Thankful Topik ini mengajarkan anak-anak untuk bersukur akan segala sesuatu. Bersyukur karena Tuhan Yesus telah datang ke dunia, bersyukur untuk pakaian dan makanan, dan bersyukur untuk badan yang sehat. Learning to Share Topik ini mengajarkan untuk berbagi kepada sesama, bagaimana seorang anak berbagi dengan sesama, bagaimana gereja berbagi dengan lingkungan, bagaimana suami dan istri saling berbagi dan bagaimana seorang Ayah membantu anak nya bertumbuh. Learning to Follow Jesus Bulan Desember ini, anak-anak akan belajar mengenai Yesus membantu orang sakit, Yesus membantu teman-temannya, dan Orang Samaria membantu sesamanya.
Adventurer (Year 1 – 2) Jesus Teaches Me to Have His Attitude Memiliki karakter seperti karakter Kristus adalah suatu proses yang akan dan harus selalu ada di dalam diri anak-anak Tuhan. Melalui tema ini, anak-anak akan diajak melihat teladan Yesus yang begitu indah. Dia datang ke dunia untuk melayani, bukan dilayani, dan sikap inilah yang Dia inginkan ada pada kita. Menjadi pelayan bukanlah suatu hal yang mudah karena memerlukan suatu kerendahan hati. Jesus Wants Me to Follow Him Anak-anak akan belajar melihat bagaimana Yesus begitu teguh memegang Firman Allah yang adalah kebenaran. Dia mau setiap kita mengikuti yang benar, dan karena itu Alkitab mencatat Yesus memanggil murid-muridNya yang pertama. Tema ini akan membantu anak-anak mengerti mengapa kita harus mengikut Yesus dan bagaimana kita melakukannya. ...Bersambung ke halaman 3...
2
Jesus' Birth and He Was a Child Just Like Me Tema ini akan mengingatkan kembali berita kelahiran Yesus dan masa kecilNya. Yesus juga pernah mengalami masa kanak-kanak, dan sejak kecil Yesus telah menunjukkan sikap hati yang begitu mencintai Allah. Kiranya anak-anak bisa merasakan "the realness of Jesus's life" dan juga mengalami kedekatan dengan Yesus.
Navigator (Year 3 – 4) From Jesus Birth to His Baptism Menyambung kabar mengenai kelahiran Mesiah di dalam pelajaran bulan September, anak2 akan meneruskan kisah tentang kelahiran Tuhan Yesus dan petualangannya sampai Dia dibaptis dan dicobai di padang gurun. Jesus, the Lord Pelajaran akan bekisar tentang kisah pemilihan keduabelas murid Yesus dan perbuatanNya di kota yg berbeda2 bahwa Tuhan berkuasa dan membuat keajaiban sehingga banyak orang menjadi percaya. Jesus, the Saviour Anak –anak mengingat tentang perjamuan Tuhan Yesus yang terakhir dengan muridmuridnya, dan masa2 terakhir Yesus di dunia, diadili dan disalib ganti menebus dosa2 kita semua. Menjelang Natal, anak2 akan mengingat tujuan kelahiran Yesus untuk dunia ini.
Young Achiever (Year 5 – 6) Jesus Is Alive and plans the Church Anak2 akan di ajak untuk mengingat pengorbanan Kristus di kayu salib, bersyukur untuk keselamatan yang diberikan kepada anak-anak Tuhan dan juga belajar rencana Tuhan untuk gereja Nya. Fokus di bulan ini adalah permulaan Gereja. Misi Tuhan Yesus untuk anakanakNya dalam memberitakan Injil ke seluruh dunia. Acts Records How the Church Began and Grew Anak-anak akan di ajak terus menggali kitab Kisah Para Rasul, belajar bagaimana gereja di abad mula-mula terbentuk. Mengerti bahwa Gereja adalah tubuh Kristus. Gereja tersedia untuk orang-orang yang percaya kepada Kristus. Keselamatan Tuhan berikan untuk semua orang yang percaya kepada Kristus. Letters Instruct the Church in Right Living Young Achiever akan membahas guidelines for righteous living yang terdapat di surat-surat di perjanjian baru. Anak-anak akan melihat perbedaan dari kasih duniawi dengan kasih Kristus yang tak terbatas, bagaimana hidup sebagai anak-anak Tuhan yang menghasilkan buahbuah roh (Galatia 5:22-23) dan juga bagaimana mereka bisa mengenakan perlengkapan senjata Allah untuk mempertahankan karakteristik anak-anak Allah yang juga adalah saksi Kristus.
*** Note - dua minggu terakhir di bulan December, beberapa kelas akan di gabung dalam acara Khusus Natal.
3
Cita-citaku: menjadi orang sukses “Nak, kalau sudah besar, mau jadi apa?” Tidak ada orang tua yang bercita-cita anaknya kalau sudah besar jadi “loser” di dalam masyarakat. Semua orang tua bercita-cita anaknya kalau sudah besar menjadi orang yang sukses, yang bisa membuat mereka bangga dan bahagia. Maka tidak heran berbagai upaya dilakukan untuk mencapai hal itu. Bukan saja orang tua berlomba-lomba memasukkan anaknya ke sekolah elite, sekolah internasional, sekolah anak berbakat, dan sekolah apa saja yang bisa menjamin anaknya lulus menjadi orang yang sukses, orang tua akan menambah les ini dan itu tanpa menghitung lagi berapa besar biaya yang dikeluarkan, semua dianggap sebagai investasi masa depan. Mari kita berhenti sejenak dan berpikir dalam-dalam, apakah itu yang Tuhan mau kita lakukan bagi anak-anak kita? APA SEBENARNYA DEFINISI “SUKSES” ITU? Kita bilang, kalau sudah besar kita ingin anak kita menjadi orang yang sukses. Mari kita pikirkan, apa yang kita definisikan dengan kata “sukses” itu? Apakah: SUKSES = KAYA? Apakah: SUKSES = TERKENAL? Apakah: SUKSES = PUNYA KUASA DAN JABATAN? Definisi yang kita buat sesungguhnya akan mengarahkan kemana kita menuntun anak kita.
Jangan-jangan kita ikut terseret dan terbawa-bawa dengan nilai dan lifestyle yang berlaku di dalam masyarakat tanpa kita dengan peka menyaring mana yang sepatutnya kita lakukan, sebagai orang tua Kristen, di dalam sebuah keluarga yang mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamatnya. Value dari hidup yang sekuler. Hati kita begitu mudah tertipu dan tergoda oleh filosofi dunia sekuler yang kosong dan hampa (Kolose 2:8). Dia merayap masuk ke relung-relung rumah dan hati kita, seperti udara yang kita hirup tanpa menyadarinya. Seringkali bahkan keluarga Kristen yang tulus ingin menjalankan kehendak Tuhan tidak menyadari nilai dan value dunia yang menjadi tolok ukur dan patokan mereka membesarkan anak. Dengan naif kita menuruti saran-saran dari orang-orang yang dianggap “expert” sebagai edukator yang mengajar kita bagaimana hidup yang seharusnya. Dan kemudian media elektronik mensosialisasi kultur kita. Dunia sekuler sangat mengagungkan Materialisme. Coba masuk ke toko dengan baju yang lusuh dan sederhana, pegawai toko akan memandang sebelah mata kepadamu. Tetapi di hari lain, coba masuk ke toko yang sama dengan baju dan asesori yang bermerk, pasti engkau akan dilayani dengan penuh hormat oleh pegawai toko yang sama. Itu hanya salah satu contoh bagaimana dunia sekuler sangat mengagungkan materialisme. ...Bersambung ke halaman 5... 4
Buka majalah di pesawat, apa yang ditawarkan? Jam tangan mewah, perhiasan mutiara, berlian yang berkilauan, bajubaju, tas, parfum designer ternama, tempat-tempat liburan dan hotel mewah. Semua itu perlu uang yang banyak untuk mendapatkannya. Maka kita tergoda, kita bekerja sekeraskerasnya untuk mendapatkan uang yang bisa kita tukarkan dengan semua itu. Kita terkagum-kagum kepada orang-orang yang sudah mencapai level “UP” yang bisa memperoleh semua itu. Dan jangan-jangan kita tergoda untuk berhutang supaya bisa mendapatkan semua itu. Dan kalau kita tidak bisa mencapai dan meraih semua, kita merasa diri sebagai “loser” dan kita akan berusaha sekuat tenaga supaya anak kita tidak seperti itu. Jangan sampai kita juga mendefinisi kata “LOSER” atau gagal itu semata-mata dari perspektif materialisme. MENJADI ORANG SUKSES DI MATA ALLAH Mari kita kembali kepada firman Tuhan yang memimpin kita kepada perspektif yang benar bagaimana memahami hidup yang sukses dari pandangan Tuhan Allah kita. Tuhan memberi kita hidup, memberi kita keluarga dan anak-anak, memperlengkapi kita dengan segala perlengkapan – bakat, karunia, kemampuan, kecerdasan, ketrampilan, karakter, kesempatan, semua yang kita perlukan di dunia ini, untuk apakah sebenarnya?
Sebagai orang percaya yang mengerti apa makna hidup yang sesungguhnya di dalam Tuhan, kita dipanggil untuk memuliakan Dia dalam segala aspek hidup kita. Kekayaan tidak boleh menjadi tolok ukur keberhasilan. Kekayaan tidak boleh menjadi tempat kita bersandar. Kalau kita memiliki banyak harta, entah itu warisan, entah itu karena gaji dan pemasukan, mari kita melihat kekayaan menjadi resources yang Allah percayakan untuk kita kelola dengan bijaksana dan memuliakan Tuhan melaluinya. Demikian kita juga dipanggil membimbing anak-anak kita dengan konsep seperti itu. Bawalah mereka untuk mengembangkan segala bakat, karunia, kemampuan, kecerdasan, ketrampilan, karakter dan kesempatan yang mereka miliki dengan mengerti bahwa semua itu Tuhan beri agar mereka menjadi “man of God” manusia-manusia Allah, yang mengerti menempatkan Tuhan di atas materi dan kekayaan (baca: 1 Timotius 6:7-19).(kz)
5
Q&A Q Natal sudah dekat, artinya siap-siap mencari
kado buat anak-anak. Sebagai orang tua Kristen, bagaimana memilih kado yang tepat supaya tidak mengajarkan anak jadi konsumtif?
A
Natal, bagi dunia sekuler, adalah masanya memanjakan jiwa konsumerisme. Berbagai mall saling bersaing menjajakan berbagai jenis barang untuk memuaskan mereka. Keluarga Kristen sering terjebak kepada jiwa konsumtif ini dan terbawa-bawa memberikan kado-kado Natal yang mahal buat anak-anaknya. Dengan alasan sayang dan cinta kepada anak, ingin memberikan yang terbaik untuk anak, kita – termasuk kakek-nenek, om dan tante, sepupu dan teman, menghujani anak kita dengan berbagai hadiah. Apa yang kemudian terjadi? Randy Alcorn memberi warning ini, “Far from being filled with the spirit of thankfulness for all that Christmas means, the children are grabby, crabby, picky, sullen, and ungrateful for what they have received – precisely because they have received so much.” Ketimbang menghargai dan mengapresiasi tumpukan kado-kado Natal itu, kita mungkin sedang membentuk jiwa anak kita menjadi konsumtif, cepat bosan dengan mainan dan barang yang mereka miliki, dan selalu menuntut untuk mendapatkan mainan dan gadget yang mahal untuk menyenangkan mereka. Tengok kamar dan gudang di rumah, berapa banyak mainan dan kado Natal yang segera jadi rongsokan dan terabaikan begitu saja? Lebih jauh lagi, apa yang kita kira sebagai ekspresi cinta dan kasih kepada anak, bisa menjadi benih-benih yang akan merusak karakter anak di kemudian hari.
“When we mistake the giving of material things for the sharing of grace, we do a great disservice to our children .A child who grows up getting most of what he wants has a predictable future. He will misuse credit, default on his debts, and be a poor worker. He will function as an irresponsible member of his family, church and society. He will be quick to blame others, to pout about his misfortunes, and to believe that his family, church, country and employer – if he has one – owe him.” Natal seharusnya menjadi kesempatan kita mengembangkan jiwa yang bersyukur kepada anak-anak kita, “the spirit of thankfulness and gratitude.” Mari kita mulai kembangkan tradisi kesederhanaan dalam perayaan Natal kita, membawa makna Natal yang sesungguhnya “Yesus, Anak Allah yang kaya dan mulia datang ke dunia dalam segala kesederhanaan, menjadi manusia yang miskin dan hina bagi kita.” Mari kita fokus kepada Kristus ketimbang diri kita dan anak-anak kita. ...Bersambung ke halaman 7...
6
Beberapa hari sebelum Natal, seluruh anggota keluarga duduk di seputar meja makan, dengan lilin yang menyala, masingmasing bergiliran menyatakan “Terima kasih Yesus, untuk…” (encourage anak-anak untuk belajar mengekspresikan secara verbal rasa syukur mereka kepada Tuhan, bukan saja untuk barang-barang yang mereka punya, tetapi juga untuk orang-orang di sekitar mereka. Lalu sebelum makan malam, bersama menyanyikan beberapa lagu Christmas carols. Pasti akan menjadi acara yang sangat berkesan di hati anak sampai mereka dewasa nanti. Juga ada beberapa ide yang cukup baik untuk kita coba:
1 “Happy Birthday Jesus” party (after all,
whose birthday is it?) Setiap anak membawa satu hadiah yang mereka buat secara pribadi buat Bayi Yesus.
3 Anglicare mengadakan projek
“TOYS ‘N TUCKER” mengumpulkan sumbangan dari anak berupa mainan, board games, sports equipment, gift cards atau berupa makanan Christmas pudding, kue, makanan kaleng, dsb (visit: http://toysntucker.org.au/)
4 "Samaritan Purse Shoe Box"
(visit: https://www.samaritanspurse.org.au/ operation-christmas-child/)
5 Anak juga bisa memberi uang yang
ditujukan secara spesifik kepada saudara seiman yang berkekurangan. Uang itu nanti akan ditukarkan dalam bentuk ternak (ayam, anak kambing, anak sapi), sepeda, bibit untuk ditanam, dsb (visit: www.gospelforasia.org.au) Selamat berkreasi! (kz)
2 Melibatkan anak dalam projek berbagi
kepada yang lebih kurang daripada mereka. Biasanya beberapa bulan sebelum Natal, beberapa organisasi Kristen merilis beberapa projek seperti ini. 7
Teachers' profIle Mona Tan Koordinator & Guru kelas Toddler (Usia 2 sampai 3 tahun) Hi , nama saya Mona . Saya datang ke Sydney pada tahun 2006 dan mulai aktif melayani sebagai pengajar sekolah minggu sejak saya berada di kota Sydney. Saya merasa sangat bersyukur berasal dari keluarga kristen yang mana sejak kelas SD saya sudah dikenalkan dengan Sekolah Minggu dan bersekolah di sekolah Kristen. Mengenang masa kecil saya begitu senangnya datang ke Sekolah Minggu karena banyak hal baru yang saya tidak dapatkan di sekolah. Belajar banyak mengenal Alkitab dan Tuhan Yesus. Kalau boleh jujur, yang mendorong saya untuk setia datang ke SM waktu itu karena SM sangat menyenangkan. Saya jadi bisa masuk dalam paduan suara, ada gambar-gambar yang bisa saya bawa pulang, ada hadiah yang didapat kalau saya rajin datang ke SM, bisa ikut camp sekolah minggu dan masih banyak kegiatan lain yang tidak ada di sekolah. SM bagi saya merupakan sebuah rangkaian proses yang akhirnya mengantar saya untuk mengenal Kristus. Karena itu betapa pentingnya anak-anak dilayani sejak dini. Meski terkadang mereka tidak paham dengan tujuan dan filosofi di balik kegiatan Sekolah Minggu, namun saya percaya dengan anugerah Allah melalui penyampaian Firman Tuhan yang fun di SM, saya percaya anak-anak bisa dibawa kepada Allah.
Monica Puspita Dwika Koordinator & Guru kelas Explorer (Usia 3 sampai Kindergarten) Nama saya Monica Puspita Dwika. Saya pindah ke Sydney setelah menikah pada tahun 2012. Saya bergabung dengan pelayanan Sunday School pada tahun 2013 di kelas Explorer. Masa kecil saya banyak dibentuk oleh Laoshi-laoshi saya di Sekolah Minggu, mereka menjadi sahabat dan juga mentor yang baik sehingga waktu kelas 6 SD saya dengan sadar menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi saya. Saya memiliki kenangan yang indah dengan laoshi-laoshi saya dulu, dan saya berharap dapat menjadi laoshi yang baik untuk anak-anak Sunday School. Sewaktu remaja dan pemuda, saya terlibat aktif pelayanan di gereja asal dan bertumbuh dalam pengenalan terhadap Yesus. Pelayanan saya bermula dari mengatur jadwal pelayanan di Komisi Remaja, kemudian Sie Acara, dan Koordinator di Komisi Pemuda sewaktu kuliah. Bersyukur saya dapat melayani kembali, , saya banyak belajar mengenai bagaimana mengajar anak-anak dan berkomunikasi dengan anak-anak di Sunday School Reci Sydney. Semoga saya terus bertumbuh melalui pelayanan ini. ...Bersambung ke halaman 9...
8
Ping Ping Co Koordinator Sekolah Minggu & Guru Adventurer (Year 1 & 2) Halo, nama saya Ping Ping. Saya pindah ke Sydney pada tahun 2000 dan mulai terlibat di pelayanan sekolah minggu sekitar tahun 2002. Walaupun dilahirkan bukan dari keluarga Kristen, papa mama menyekolahkan saya di sekolah Kristen karena reputasi akademik sekolah itu. Ini menjadi blessing in disguise karena dari sini lah saya mulai mengenal Tuhan Yesus. Kemudian kakak saya mulai memperkenalkan saya kepada sekolah minggu. Selama menjalani pengalaman hidup di “luar negeri” dengan kebudayaannya yang begitu berbeda dengan Indonesia, apalagi setelah memiliki Rachel (dan kemudian Chloe), saya merasa begitu pentingnya peranan Sunday School di kehidupan anak-anak. Saya menyaksikan bagaimana Tuhan bekerja dalam segala hal; kegiatan/cerita dari Alkitab yang kita sudah terlalu familiar karena sering mendengar bisa dipakai Tuhan kita sebagai batu landasan di dalam pembentukan iman mereka. Sungguh Tuhan kita itu hidup dan maha kuasa! Menjadi guru sekolah minggu merupakan berkat yang luar biasa buat saya; mengenal siapakah Juruselamat kita dari sudut pandang anak-anak sungguh membangun kehidupan rohani saya. Kiranya jemaat boleh bersama-sama mendoakan and mendukung pelayanan para guru sekolah minggu dan jika ada yang terbeban untuk bergabung jangan ragu-ragu untuk menghubungi kami ^_^
Stephanie Yap Koordinator & Guru Adventurers (Year 1 & 2) Nama saya Stephanie, biasa dipanggil Nini. Setelah lulus SMA di Jakarta pada tahun 2007, saya datang ke Sydney untuk memulai kuliah, dan lulus di tahun 2012. Saya termasuk orang yang patut bersyukur karena Tuhan menempatkan saya di sebuah keluarga non Kristen yang justru menyekolahkan saya di sekolah Kristen dan membawa saya ke Sunday School sejak kecil. Kenangan di Sunday School begitu melekat dalam memori saya. Saya masih ingat dengan lagu-lagu yang dinyanyikan, ceritacerita Alkitab yang dibawakan, Laose-laose yang mengajar, temanteman di dalam kelas, dan aktivitas lain yang dilakukan. Namun setiap kali saya mengingat semuanya itu, saya juga ingat apa saja yang menggerakkan saya ke Sunday School, yaitu nilai plus untuk pelajaran agama, predikat anak terajin yang jarang absent berikut hadiahnya, rutinitas, dan ingin bertemu dengan teman-teman. Puji Tuhan Dia begitu sabar dan berbelas kasihan pada saya, akhirnya Dia membawa saya kembali pada pengenalan yang sejati akan Tuhan Yesus dan pertobatan. ...Bersambung ke halaman 10...
9
Pelayanan saya menjadi guru Sunday School dimulai sekitar 2,5 tahun yang lalu. Saya sadar bahwa mengenal pribadi Kristus sejak kecil begitu penting, bukan saja mengetahui cerita-cerita Alkitab, mujizat-mujizat, tetapi siapa itu Kristus dan mengapa Dia harus menjadi pusat hidup kita? Inilah yang menantang saya untuk melayani anakanak dan mengarahkan mereka kepada Kristus. Banyak challenges yg saya hadapi di dlm mengajar anak-anak, yaitu karakter anak yang berbeda-beda, bagaimana tidak sekedar menceritakan isi Alkitab tetapi menyampaikan apa yg Tuhan mau sampaikan di dalam bahasa yg mudah mereka mengerti, bagaimana mereka bisa mengingat dan membawa Firman dalam hidup mereka seharihari. Di sisi lain, saya juga sadar bahwa tidak hanya anak-anak yg belajar Firman melalui saya, tapi saya (yang sebagai guru) juga diajar oleh Firman melalui mereka! Kiranya Tuhan boleh pakai setiap orang tua dan guru-guru di dalam membimbing anakanak melihat kepada Kristus, sehingga mereka boleh bertumbuh secara rohani.
Bertha Gunawan Wakil Koordinator Sekolah Minggu, Koordinator & Guru kelas Navigator (Year 3 & 4) Hi readers, nama saya Bertha Gunawan, dan saya mengajar sebagai guru sekolah minggu di kelas Navigator (Yr 3 - 4). Saya juga merangkap sebagai koordinator lause2 Navigator yang lain dan wakil koordinator Sunday School, membantu lause Wendy dan Ping2. Saya terlahir di keluarga Kristen, tetapi boleh dibilang kadang iman saya banyak jatuh bangunnya seiring waktu “penuaan diri” dan juga pengaruh sekitar. Hal ini membuat saya mempunyai pikiran yang lebih kritis dan selalu mempertanyakan banyak hal. Kiranya cara belajar saya tentang Tuhan Yesus ini juga membantu untuk menjawab pertanyaan anak2 di kelas saya yangtidak kalah kritisnya Sekolah Minggu banyak berdampak di dalam pengenalan saya kepada Tuhan, dan saya dulu selalu excited untuk mendengarkan cerita2 Alkitab, seru sekali rasanya. Saya berharap bisa selalu belajar menjadi guru yang mengajarkan kerinduan yang benar tentang Tuhan kepada anak2. Anytime orang tua murid mempunyai pertanyaan tentang apapun mengenai Sunday School, jangan malu2 untuk bertanya. Terima kasih atas dukungannya.
10
Serahkan jawaban kepada koordinator Sekolah Minggu, Wendy. Akan ada undian dan pemenang akan mendapatkan satu buah hadiah menarik.
11
12
