MODUL PERKULIAHAN
New Media dan Life style
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Penyiaran
Tatap Muka
11
Kode MK
Disusun Oleh
MK
A. Sulhardi, S. Sos, M,Si
Abstract
Kompetensi
Internet yang disebut sebagai new media memiki sifat interaktif dan memberikan kebebasan bagi penggunanya untuk menjadi audience aktif. Kelebihannya sebagai multimedia capability di mana bisa menampilkan teks, audio, video juga membantu kebanyakan orang saat ini yang cenderung berpikir praktis. Namun dibalik segala kemudahan yang diberikannya. Tersimpan
Memahami pengaruh social media terhadap gaya hidup.
berbagai potensi kemalasan. .
negative
salah
satunya
adalah
Sosial Media dan Life style Nothing endures but changes, tidak ada yang abadi kecuali perubahan. Cara berpikir manusia kini telah banyak berubah. Hal ini dirasakan betul pada saat membaca buku. Ketika dulu begitu mudahnya tenggelam dalam buku atau artikel panjang, kini konsentrasi mulai hilang setelah membaca satu atau dua halaman. Sering kali kita kehilangan fokus, gelisah, dan mulai mencari-cari aktivitas lain. Tak butuh waktu lama untuk menyadari bahwa kini kita masuk dalam generasi web 2.0. Beberapa tahun terakhir ini media online menunjukkan eksistensinya. Banyak orang menghabiskan waktu berjam-jam di depan komputer, laptop, atau memanfaatkan fasilitas smartphone, mobile web, tablet PC, dan perangkat teknologi lainnya. Mulai dari mengirim email, membayar tagihan, berbelanja, menulis di blog, membaca ebook, meng-update Facebook atau Twitter, menonton video, mengunduh musik, atau sekadar melihat-lihat dari satu link ke link lainnya. Berbagai kemudahan yang ditawarkan melalui media online tersebut akhirnya membuat kebanyakan orang saat ini tak lagi kuat membaca teks-teks panjang. Kualitas pikirannya telah menjadi staccato, yang mencerminkan caranya melihat dengan cepat potongan teks pendek dari pelbagai sumber online (Carr. 2011). Bahkan saat ini semua media konvensional seperti koran, radio, televisi, memiliki versi online yang memudahkan audience untuk mengaksesnya. Internet yang disebut sebagai new media memiki sifat interaktif dan memberikan kebebasan bagi penggunanya untuk menjadi audience aktif. Kelebihannya sebagai multimedia capability di mana bisa menampilkan teks, audio, video juga membantu kebanyakan orang saat ini yang cenderung berpikir praktis. Pengaturan dasar dari internet dan penggunaannya mengarah pada efek perpecahan sosial, namun di sisi lain internet membuka jalan untuk berhubungan serta jaringan tidak langsung yang menyatu dengan cara berbeda (Slevin, 2000 dalam McQuail. 2011:154). Dampak positifnya tentu saja memberikan kemudahan bagi tiap orang untuk mencari informasi. Namun sisi negatifnya dapat mengubah gaya hidup di masyarakat sehingga justru menimbulkan sikap malas. Koran sebagai salah satu media cetak pun kini tersedia dalam bentuk e-paper. Kelemahannya yang tidak aktual karena harus menunggu hingga keesokan harinya, akhirnya didukung dengan informasi yang disajikan melalui media online. Bila dibandingkan dengan media online tentu media cetak membutuhkan lebih banyak biaya produksi. Kertas-kertas yang digunakan, peralatan, dan proses berita yang masuk hingga disajikan menghabiskan waktu yang tidak sebentar. Berbeda dengan sistem kerja di media online yang lebih ringkas dan
‘13
2
New Media & Society A. Sulhardi,S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
singkat karena mengutamakan kecepatan. Di banyak kota di Amerika Serikat, media cetak lokal selalu dibagikan secara gratis. Bahkan di beberapa kota besar, terdapat boks yang berisi berbagai edisi koran dan majalah di persimpangan yang dibagikan secara gratis kepada setiap orang yang melalui jalan tersebut. Pengecualian bagi koran yang memiliki tiras besar dan memiliki coverage area secara internasional seperti NY Times, kita tetap diwajibkan untuk membayar. Koran gratis sebenarnya telah lama ada sejak 1947 ketika Dean Lesher menerbitkan koran gratis Contra Costa Times di California, Amerika Serikat. Koran gratis juga muncul di Indonesia pada tahun 2007 bernama Bisnis Jakarta. Sebanyak 10 ribu eksemplar koran Bisnis Jakarta dibagikan gratis kepada penumpang kereta api ekspres Bogor – Jakarta setiap hari. Iklan menjadi modal utama bagi koran tersebut untuk tetap bertahan. Kebanyakan orang saat ini, lebih memilih untuk mengakses berita maupun informasi lainnya melalui smartphone, mobile web, atau tablet PC karena lebih cepat dan dan tidak perlu direpotkan untuk membuka halaman koran yang berukuran cukup besar. Tak berbeda jauh dengan media penyiaran seperti televisi atau radio. Televisi masih kalah cepat dalam update informasi bila dibandingkan dengan media online. Tak jarang pula televisi mendapatkan sumber berita dari media online. Bentuk konvergensi media pun juga dilakukan televisi dengan menyediakan fasilitas streaming melalui web yang tersedia. Bahkan pada web stasiun televisi swasta di Indonesia kini telah menyediakan penyimpanan program-program acara bagi audience yang tidak sempat menyaksikan di televisi secara langsung. “ We went round with mobile phones and left our cameraman behind the car. We got some extraordinary pictures on our mobiles, just like the people of Iran have been doing,” Mengutip kalimat John Simpson yang berprofesi sebagai BBC world affairs editor semakin menegaskan bahwa kini media online ternyata sangat membantu tugas jurnalis dalam mengumpulkan berita. Smartphone atau mobile web sebagai perangkat yang ringan dan mudah dibawa tentu sangat memudahkan tugas jurnalis dalam mengumpulkan fakta di lapangan. Kemudahan ini yang kemudian dimanfaatkan pula oleh masyarakat umum untuk turut berbagi informasi melalui media online, hingga muncul istilah citizen journalism. Akhirnya semua informasi kini pun dihadirkan melalui media online. Ibarat sebuah pertokoan, media online adalah toko serba ada yang menyediakan beragam kebutuhan akan informasi yang kita inginkan. Namun kembali lagi, tidak semua informasi itu bermanfaat bagi kita. Disebutkan oleh John Vernon Pavlik dalam New Media Technology: Cultural and Commercial Perspectives bahwa pencarian online bisa menghasilkan sejumlah besar informasi, tetapi pengetahuan yang dapat digunakan sedikit. Artinya di sini media online menawarkan berbagai macam informasi ‘13
3
New Media & Society A. Sulhardi,S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
dengan jumlah tak terbatas, namun tidak semuanya benar-benar informatif dan bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya. Seperti diungkapkan McLuhan (Marshall McLuhan, Understanding Media: The Extension of Man, 1964), media bukan hanya saluran informasi tapi media menyediakan isi pikiran dan juga membentuk proses pikiran. Dalam hal ini batasan antara produsen, distributor, konsumen, dan pengamat dalam media online menjadi semakin kabur. Melihat fenomena ini dapat kita lihat bahwa saat ini sedang terjadi revolusi dengan hadirnya generasi yang selalu menginginkan kemudahan saat mengakses informasi, semudah menekan tombol pada telepon selular. Tak perlu lagi menunggu loper koran yang tiap pagi datang ke rumah-rumah atau sekadar berjualan di perempatan lampu merah. Terdapat beberapa karakteristik kunci untuk membedakan media lama dengan media baru dari perspektif pengguna (McQuail. 2011:157) : · Interaktivitas (interactivity): sebagaimana ditunjukkan raiso respons atau inisiatif dari sudut pandang pengguna terhadap sumber/pengirim · Kehadiran sosial (sociability): kontak personal dengan orang lain dapat dimunculkan oleh penggunaan media · Kekayaan media (media richness): jangkauan di mana media dapat menjembatani kerangka referensi yang berbeda · Otonomi (autonomy): derajat di mana seorang pengguna merasakan kendali atas konten dan penggunaan · Unsur bermain-main (playfullness): kegunaan untuk hiburan dan kesenangan · Privasi (privacy): berhubungan dengan kegunaan media atau konten tertentu · Personalisasi (personalization): derajat di mana konten dan penggunaan menjadi personal dan unik. Perubahan gaya hidup karena adanya media online ini tentu juga berpengaruh terhadap cara berpikir kita. Media lama tak perlu khawatir akan eksistensinya dengan munculnya media baru yang kini tengah naik daun. Perubahan adalah suatu keniscayaan, maka hal terbaik untuk menghadapinya adalah dengan beradaptasi. Fenomena selfie Kata 'selfie' begitu populer belakangan ini. Saking tenarnya, istilah selfie bahkan sampai masuk dalam kamus Oxford Dictionary edisi terbaru tahun lalu. Dan puncaknya, Oxford pun menobatkan kata ini sebagai Word of the Year 2013.
Lantas, apa sebenarnya definisi baku dari kata selfie ini, dan mengapa fenomena seni berfoto narsis ini bisa menjadi tren yang mewabah di seluruh dunia -- mulai dari orang biasa
hingga
para
tokoh
dunia?
Kalau kita intip di Wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Selfie), kamus Oxford mendefinisikan kata selfie sebagai aktivitas seseorang yang memotret dirinya sendiri ‘13
4
New Media & Society A. Sulhardi,S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
alias self-portrait, yang umumnya menggunakan ponsel atau webcam, kemudian mengunggahnya ke situs media sosial. Istilah selfie kemudian cepat mewabah dengan adanya interaksi di social media yang mendunia. Jika kita membuka Twitter, Path, Facebook, Instagram, Google+, Snapchat, Flickr, dan Tumblr, rasanya tidak sulit menemukan foto-foto selfie. Tujuannya tak lain sekadar mengekspresikan diri atau ingin menginformasikan keberadaannya saat itu. Misalnya, selfie dengan background tempat liburan, selfie bareng artis idola, bersama tokoh populer, di lokasi bencana, dan lain sebagainya. Bahasa gaulnya, tiada hari tanpa foto selfie. Masih menurut Oxford, awal penggunaan kata selfie sendiri terjadi pada tahun 2002. Kata ini pertama kali muncul dalam sebuah forum Internet Australia di ABC Online pada tanggal 13 September 2002. Padahal sebenarnya, aktivitas selfie sudah dilakukan orang sejak dulu kala ketika pertama kali ditemukannya teknologi kamera. Namun, baru menjadi tren belakangan ini. Mengambil foto diri sendiri sudah dilakukan sejak munculnya kamera boks Kodak Brownie pada tahun 1900. Metode ini biasanya dilakukan melalui cermin. Putri Kekaisaran Rusia, Anastasia Nikolaevna, adalah salah satu remaja yang diketahui pertama kali mengambil fotonya sendiri melalui cermin untuk dikirim kepada temannya pada tahun 1914. Dalam surat yang dikirim bersama foto itu, ia menulis: "Saya mengambil foto ini menggunakan cermin. Sangat susah dan tangan saya gemetar."
Penggunaan kata selfie sendiri telah meningkat hingga mencapai 17 ribu persen, dalam kurun waktu setahun terakhir. Tak heran jika hal ini menjadi perhatian serius dari para ahli Bahasa Inggris, termasuk Oxford tentunya. Kenapa selfie kemudian populer, selain interaksi di social media, faktor lain yang membuatnya jadi tren tentu para tokoh dunia yang secara tak langsung menjadi buzzer.
Selfie tidak hanya dilakukan anak muda dari kalangan orang biasa, melainkan juga oleh para pemimpin negara (http://www.wellcommshop.com/fenomena-menarik-dibalik-mewabahnya-tren-selfie). Misalnya seperti saat Presiden Amerika Serikat Barrack Obama ketika asyik berfoto bersama perdana Menteri Denmark Helle thornig Shcmidt dan Perdana Menteri Inggris David Cameron. Ketiganya berfoto memakai ponsel di acara mengenang kepergian tokoh besar Afrika, Nelson Mandela. Perdana Menteri Malaysia Najib Razak juga pernah mengajak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berselfie ria saat berkunjung ke Istana Kepersidenan Jakarta. Di dalam foto selfie itu juga ada Ibu Negara Ani Yudhoyono dan Rosmah Mansor, istri PM ‘13
5
New Media & Society A. Sulhardi,S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Malaysia. Lalu ada lagi selfie saat perhelatan Oscar tahun lalu dimana Ellen DeGeneres sebagai host, tiba-tiba mengajak para bintang papan atas Hollywood seperti Brad Pitt, Jennifer Lawrence, Jared Leto, George Clooney, Lupita Nyong'o, dan lainnya untuk berfoto bersama. Selfie ini langsung menjadi foto terpopuler di Twitter, meraih 1,5 juta retweet dalam setengah jam. Selfie ini juga tercatat berhasil memecahkan rekor dunia dengan retweet terbanyak: 2,3 juta kali . Tak akan ada habisnya membahas kenapa selfie bisa begitu populer. Selain selfie para selebriti, masih banyak tren selfie lainnya mulai dari foto selfie ekstrem di tempattempat yang bikin bulu kuduk merinding, sampai tren selfie pamer kaki dan bulu ketiak.
Dengan banyaknya foto selfie rombongan alias beramai-ramai ini juga pada akhirnya menghadirkan istilah baru. Misalnya, istilah Wefie yang coba dipopulerkan Samsung. Karena tren ini pula, para produsen ponsel, baik dalam maupun luar negeri, rela melengkapi produknya dengan dual kamera sekaligus, baik primer dan sekunder. Kamera
depan
wajib
punya
resolusi
bagus
kalau
mau
ponselnya
laku.
Tak hanya itu, aksesoris ponsel juga tak mau ketinggalan cari untung dari hebohnya tren selfie ini. Mulai dari hadirnya tongsis (tongkat narsis) yang dicetuskan Babab Dito, Sony Smart Imaging Stand, Sony QX10, Sony QX100, dan banyak lainnya. Aplikasi penunjang selfie juga banyak kita temui di iOS App Store, Google Play, Windows. Beberapa aksesoris dan aplikasi di atas, tentu membantu menghasilkan jepretan yang lebih maksimal. Namun, yang perlu diperhatikan, untuk mendapatkan hasil foto selfie yang menarik, Anda juga perlu memerhatikan beberapa hal, seperti komposisi kamera dengan objek, background dan lighting. New Media dan gaya Belanja Kapasitas internet untuk mengakses, intensinya. Intensi pembelian adalah tahapan mengorganisir dan menyampaikan informasi kecenderungan seseorang untuk bertindak merupakan suatu cara yang lebih efisien untuk sebelum keputusan membeli benar-benar terjadi menghubungkan konsumen dengan perusahaan (Engel, dkk, 1995:141). Jika intensi pembelian dan dapat mendorong munculnya model bisnis konsumen kuat, maka kemungkinan terjadinya baru. Munculnya perdagangan online akan perilaku pembelian akan tinggi, namun jika menjadi peluang besar baik bagi perusahaan intensi pembelian lemah, maka kemungkinan maupun pengecer dalam
‘13
6
New Media & Society A. Sulhardi,S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
memperdagangakan terjadinya pembelian akan rendah. Intensi produk atau jasanya, namun disamping itu juga e- membeli ditentukan oleh tiga dimensi menurut commerce atau perdagangan online juga akan Theory of Planned Behaviour yang diungkapkan menjadi suatu tantangan bagi perusahaan yakni e- oleh Ajzen, ketiga dimensi tersebut antara lain : commerce akan menuntut strategi pemasaran attitude toward the behavior, subjective norm dan yang baru, maka dari itu suatu perusahaan harus percieved behavioral control meninjau ulang konsumen dan calon konsumen Perubahan gaya hidup akibat adanya trend yang akan melalukan transaksi jual beli melalui trend teknologi modern, ditangkap dengan jeli internet sesuai dengan segmentasi pemasaran oleh pihak perusahaan atau marketer untuk (Crespo & Bosque, 2008) k e m u d i a n d i m a n f a a t k a n s e b a g a i b a h a n Terlepas dari apa keperluan dari para pengguna internet dalam menggunakan internet, peningkatan jumlah pemakai internet di I n d o n e s i a c u k u p m e n j a n j i k a n u n t u k pertumbuhan sebuah perdagangan online (ecommerce) yang memiliki peluang pasar yang cukup besar. Melihat pesatnya pengguna internet di Indonesia dengan pemanfaatan sebesarbesarnya arus teknologi sesuai dengan kebutuhan masing-masing konsumen dan sebagian besar masyarakat telah bergeser pandangannya mengenai berbelanja via internet. Perkembangan pesat online shopping membuat kompetensi internet sebagai media bertransaksi yang mudah dan cepat semakin berkembang. Fenomena amnesia media digital Setiap orang tentu memiliki momen spesial di saat-saat tertentu dalam hidup. Namun penelitian baru menyatakan bahwa, hampir dua pertiga pengguna media sosial berbohong untuk membuat hidup mereka tampak lebih menarik daripada kenyataan yang ada. Temuan ini telah membuat psikolog memperingatkan bahwa, beberapa orang dapat mengalami “amnesia digital”, di mana mereka lebih mempercayai kehidupan versi imajinasi mereka sendiri dan melupakan apa yang sebenarnya terjadi. Dengan berbohong di situs, seperti Facebook dan Twitter, pengguna dapat “menulis ulang” ingatan mereka. Dan hampir setengah dari responden survei tersebut mengaku mereka mengalami paranoia, kesedihan, dan rasa malu akibat tidak mampu hidup seperti gambar rekaan mereka.
‘13
7
New Media & Society A. Sulhardi,S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Kebiasaan pamer kita di media sosial mengakibatkan erosi yang dapat berbahaya identitas pribadi kita, menurut Dr Richard Sherry, psikolog klinis dan anggota pendiri Society for Neuropsychoanalysis, yang dikutip dari Dailymail, Rabu (31/12/2014). “Kebutuhan kita untuk mendokumentasikan dan membagi kehidupan kita adalah bagian dari sifat alamiah kita. Tetapi, kekuatan dan kelemahan dari media sosial perlu lebih dipahami oleh masyarakat,” kata Sherry. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa, memori dapat dimodifikasi dan kurang akurat setiap kali kita mengambilnya dari pikiran kita. “Kompetitif itu normal, namun sisi gelap dari usaha penyesuaian sosial ini adalah ketika kita meniadakan apa yang otentik dari diri kita menjadi sesuatu yang berbeda dari realita,” jelasnya. "Ketika hal ini mulai terjadi, perasaan bersalah dan jijik terhadap diri kita sendiri dapat membuat masalah psikologis. Hal ini dapat memperburuk kepribadian tertentu, yang secara tidak langsung merusak," imbuhnya. Survei baru yang dilakukan oleh situs jejaring sosial Pencourage, menemukan bahwa 68 persen pengguna biasa memperindah, membesar-besarkan, atau berbohong ketika mendokumentasikan suatu momen di media sosial. Satu dari sepuluh mengakui ingatan mereka tentang peristiwa yang mereka posting di media sosial terdistorsi. Dan 16 persen peserta berusia 18 sampai 24 tahun menunjukkan gejala amnesia digital
Referensi : Referensi: http://media.kompasiana.com/new-media/2012/04/20/new-media-sebagai-perubahangaya-hidup/ http://nasional.kompas.com/read/2010/06/03/11261350/Media.Baru.Bukan.Pembunuh. Media.Lama http://titian.blog.stisitelkom.ac.id/2012/03/19/apa-itu-gaya-hidup/ http://tanpatekanan.blogspot.com/2011/01/new-media-dan-kebudayaan-yang.html
‘13
8
New Media & Society A. Sulhardi,S.Sos, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id