NEW INNOVATION PROGRAM EMPOWERING WOMAN, DEVELOPING HUMAN, AND SAVING THE ENVIRONMENT
DISUSUN OLEH: Citradewi Utami
6103813
Dwiyanti
6103814
Evita Tania
6103885
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Surabaya 2012
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Abstract
Corporate Social Responsibility (CSR) has been highlighted in recent years, including the cosmetics industry. Martha Tilaar Group is one the pioneer in implementing CSR in cosmetics industry. This paper focused on the CSR activities of Martha Tilaar Group and the CSR innovative ideas we give to implement in the future. The existing CSR activities have been developed to realize an eco-beauty concept. Other partnership has a role in developing Indonesian education. Analyzing the recent condition in Indonesia, writers have found out that community need sustain favor in expanding their capability and independence. The ideas are to empower prostitutes and ex-prisoners. Martha Tilaar Group as one of the leading cosmetics industry in Indonesia can contribute by giving proper periodical workshops in certain times and to conduct an exhibition or show related to cosmetics product the workshop participants make as the real results of this program. Therefore, Martha Tilaar Group will be helping community, either prostitutes or ex-prisoners, and to provide various products for any group of consumers.
Keywords: corporate social responsibility, cosmetics industry, Martha Tilaar
Universitas Surabaya 2012
Page 1
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
BAB I Pendahuluan I.1
Latar Belakang Masalah Tujuan utama perusahaan, terutama untuk perusahaan yang berorientasi terhadap bisnis, adalah untuk mengoptimalkan nilai-nilai yang dimiliki oleh perusahaan tersebut, baik nilai tangible maupun nilai-nilai yang intangible. Dilihat dari sudut pandang ekonomi, perusahaan yang memiliki nilai saham yang tinggi dianggap sebagai perusahaan yang berhasil tumbuh dan berkembang di kancah persaingan global. Ketika nilai dari perusahaan meningkat maka akan meningkat pula nilai jual kepada investor-investor baru. Oleh karena itulah pihak menajerial berusaha keras untuk mengoptimasi fungsi dari seluruh lini perusahaan untuk memberikan nilai tambah terhadap produk yang dihasilkan. Dalam menjalankan kepentingan bisnisnya, suatu perusahaan seringkali terkendala dengan permasalahan umum, salah satunya mengenai perbedaan persepsi diantara pihak manajerial dan juga para stakeholder suatu perusahaan tersebut. Masyarakat, sebagai salah satu outside stakeholder dari suatu perusahaan menyayangkan sikap perusahaan yang mengabaikan aspek-aspek etika bisnis. Perusahaan mengeruk keuntungan dari sumber daya yang tersedia dan tidak memberikan timbal balik yang setimbang bagi masyarakat memicu timbulnya perselisihan. Tak jarang aksi demo yang berujung pada anarkisme ditujukan kepada perusahaan dengan perusakan asset-asset perusahaan. Demi mengurangi tindakan merugikan ini, perusahaan memilih jalan untuk mengembangkan suatu program bertajuk sosial sebagai wujud kepedulian serta tanggung jawab sosial mereka. Corporate Social Responsibilities (selanjutnya akan disebut CSR), dianggap sebagai salah satu cara untuk memberikan timbal balik kepada masyarakat sebagai salah satu stakeholder perusahaan. Melalui program-program yang digagas oleh perusahaan yang dikemas secara menarik ternyata mampu merubah sedikit demi sedikit paradigma masyarakat terhadap perusahaan. Saat ini di Indonesia telah ada Undang-Undang yang mengatur mengenai CSR yang wajib dijalankan oleh suatu perusahaan, sehingga CSR tidak hanya diperuntukkan bagi perusahaan yang mengexploitasi sumber daya alam saja, tapi bagi seluruh perusahaan manufaktur yang bersinggungan dengan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. UU
Universitas Surabaya 2012
Page 2
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
PT NO 40 Tahun 2007 Pasal 74 Ayat 1 menyebutkan bahwa “Perusahaan yang menjalankan usaha di bidang dan/atau bersangkutan dengan sumberdaya alam wajib menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan. PT yang tidak melakukan CSR dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan.” Peraturan lain yang menyentuh CSR adalah UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 15 (b) menyatakan bahwa ”Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.” Dengan adanya Undang-Undang ini, semakin jelaslah kedudukan CSR di dalam program-program yang harus dibentuk oleh suatu perusahaan.
Bagi masyarakat CSR memberikan angin segar bagi mereka, program ini dianggap sebagai ganti rugi atas pengexploitasian sumberdaya yang mereka miliki. Namun, bagi perusahaan CSR yang mereka jalankan menegaskan brand differentiation perusahaan, CSR juga berfungsi sebagai sarana untuk memperoleh license to operate, baik dari pemerintah maupun masyarakat. CSR juga bisa berfungsi sebagai strategi risk management perusahaan (Suharto, 2008). Sehingga adanya kecenderungan pemikiran bahwa
CSR tidak lebih hanya sekedar cara untuk membangun image (building image) di masyarakat dan menumbuhkan rasa loyalitas masyarakat terhadap perusahaan. Idealnya CSR bukanlah program memamerkan hasil karya sosial dari perusahaan namun merupakan sebuah kegiatan kemitraan yang berbasiskan aspek sosial, walau tidak lepas dari aspek bisnis yang menjadi tujuan utama dari keberadaan suatu perusahaan (Sribugo Suratmo, 2008). Sehingga perlunya pengkajian ilmiah mengenai suatu program kemitraan dimana terjadi hubungan timbal balik yang menguntungkan untuk kedua belah pihak. Dimana perusahaan tidak lagi memandang program CSR sebagai pencitraan, tetapi sebagai program yang memberikan keuntungan berupa nilainilai yang tangible dan intangible. Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dilaksanakan untuk memberikan terobosan baru kepada perusahaan manufaktur mengenai program Corporate Sosial Responsibilities yang dapat dilakukan dimana kegiatan ini tidak hanya memberikan nilai lebih kepada perusahaan berupa intangible asset namun juga secara tangible. Dari penelitian ini juga diharapkan program kemitraan ini mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat dan memberikan bekal untuk kemandirian mereka. Penelitian ini dilakukan secara literatur dan empiris dengan mengambil contoh sampel perusahaan manufaktur di Indonesia, khususnya yang bergerak di bidang kosmetik yaitu PT. Martina Berto Tbk. (Martha Tilaar Group) Pemilihan PT Martina Berto Tbk sebagai sampel penelitian dikarenakan peneliti mengindikasi kurangnya keberagaman serta ketepatan sasaran dari program CSR Universitas Surabaya 2012
Page 3
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
perusahaan ini. CSR yang dijalankan PT Martina Berto hanya untuk jangka pendek saja, bukan investasi ntuk jangka panjgan. Peneliti juga ingin mengoptimalkan potensi-potensi perusahaan sehingga mampu memberikan program kemitraan bagi masyarakat sekitar yang semakin beragam dan tepat sasaran. Selain itu peneliti juga akan memperlebar jangkauan sasaran dari program CSR ini, karena banyak sekali masyarakat yang bersinggungan dengan proses produksi dari perusahaan yang notabene tidak semuanya berjenis kelamin wanita. Peneliti juga akan memaparkan sejumlah manfaat yang akan diterima kedua belah pihak, baik perusahaan maupun masyarakat (target sasaran).
I.2
Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep program CSR yang tepat bagi PT. Martina Berto Tbk. (Martha Tilaar Group)? 2. Bagaimana implementasi serta penerapan ide CSR yang ditawarkan kepada PT. Martina Berto Tbk. (Martha Tilaar Group)? 3. Apakah dampak positif yang didapatkan oleh sasaran/target program CSR ini? 4. Apakah dampak positif yang didapatkan oleh perusahaan?
I.3
Tujuan Penulisan Berdasarkan perumusan malasah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menjabarkan konsep CSR yang tepat bagi PT. Martina Berto Tbk. (Martha Tilaar
Group) 2. Menjabarkan implementasi serta penerapan ide CSR yang ditawarkan kepada PT. Martina Berto Tbk. (Martha Tilaar Group) 3. Menganalisis dampak positif yang didapatkan oleh sasaran/target program CSR ini. 4. Menganalisis dampak positif yang didapatkan oleh perusahaan.
Universitas Surabaya 2012
Page 4
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
I.4
Batasan Masalah Agar penguraian permasalahan tidak semakin melebar, maka pembahasan penelitian ini hanya akan meliputi: 1. Area pembahasan hanya mengenai PT. Martina Berto Tbk. (Martha Tilaar Group) 2. Target/sasaran dari program ini akan ditentukan oleh peneliti., yaitu wanita tunasusila dan mantan narapidana. 3. Kawasan sasaran hanya melingkupi daerah prostitusi di kawasan Dolly, Surabaya, Jawa Timur dan narapidana di kawasan Jawa Barat. Dengan batasan diatas kami mengasumsikan bahwa kondisi-kondisi lain yang tidak sesuai dengan batasan permasalahan peneliti tidak terrmasuk dalam jangkauan penelitian dan pengembangan model yang peneliti ajukkan. Dalam artian luas peneliti mengesampingkan kondisi lainnya untuk menciptakan kondisi yang ideal sesuai dengan konsep yang dikembangkan sehingga mampu menghasilkan model CSR yang sesuai dengan yang diinginkan.
Universitas Surabaya 2012
Page 5
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
BAB II Dasar Teori
"A good company delivers excellent products and services, and a great company does all that and strives to make the world a better place." William Ford Jr., Chairman, Ford Motor Co. “Sebuah perusahaan yang baik menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas, sebuah perusahaan yang hebat melakukan semuanya dan mengusahakan untuk membuat bumi ini tempat yang lebih baik.” William Ford Jr., Chairman Ford Motor Co.
II.1 Landasan Teori CSR Corporate Social Responsibility (CSR) telah banyak berkembang selama 50 tahun terakhir. Lewat bahasan ini, akan dijelaskan perkembangan CSR, definisi CSR, dan juga sedikit mengenai peran CSR di industri kosmetik.
II.1.1 Definisi CSR Konsep CSR telah mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Konsep terdahulu telah dijabarkan, didefinisikan ulang, dan juga dikembangluaskan. Konsep CSR modern telah ada dari tahun 1950-an dan tidak dapat ditemui sebuah pemahaman yang spesifik mengenai CSR. Banyak referensi berbeda yang menjelaskan CSR dengan sudut pandang masing-masing. Para ahli ekonomi, peneliti, pemerintah, instansi, lembaga masyarakat memandang CSR dari kacamata yang berlainan. Karya tulis ini mengambil sebuah pemahaman CSR yang bersumber dari European Commission yang mendefinisikan CSR sebagai konsep sosial integrasi perusahaan dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar dalam operasional bisnis dan interaksi dengan para stakeholders (COM, 2006).
II.1.2 Perkembangan Konsep CSR CSR mengalami banyak perkembangan selama 50 tahun terakhir, sejak 1950-an terutama. Banyak pula studi literatur yang menjelaskan tentang CSR dan menambahkan ide dan tema terkait konsep masing-masing. Pada tahun 1953, Howard R. Bowen menuliskan sebuah literatur mengenai Universitas Surabaya 2012
Page 6
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
CSR yang terkenal. Dia mendefinisikan CSR sebagai kewajiban pelaku bisnis untuk megikuti kebijakan yang ada, untuk membuat keputusan, atau untuk menjalani serangkaian aktivitas yang dikehendaki dan bernilai guna bagi masyarakat sekitar (Carroll, 1999). Archie B. Carroll berpendapat bahwa definisi ini menandai permulaan periode modern literatur CSR. Bowen juga dianggapnya sebagai Bapak CSR. Selanjutnya, tahun 1960-an, CSR dikembangkan menjadi lebih formal dan tepat sesuai dengan maksudnya (Carroll, 1999). Keith Davis mendefinisikan CSR sebagai keputusan dan tindakan untuk tujuan-tujuan yang lebih tinggi daripada tujuan perusahaan ekonomis dan kepentingan teknisnya sendiri. Davis juga menilai bahwa CSR dan kekuatan perusahaan memiliki hubungan yang signifikan terhadap masyarakat. Pada tahun 1970-an, dinyatakan lebih jelas lagi peran perusahaan dalam tanggung jawab sosialnya. Contohnya adalah adanya antisipasi perubahan yang dikehendaki dalam hubungan sosial-bisnis yang kemudian dikenal dengan kepekaan sosial (Meehan et al., 2006). Definisi lain memformulasikan model peroforma CSR yang dibedakan berdasatkan perilaku perusahaan (Sethi, 1975). Terdapat 3 pendekatan perilaku yang menunjukkan perbedaan sikap terhadap aktivitas CSR, yaitu kewajiban sosial, tanggung jawab sosial, dan kepekaan sosial. Menurut Carroll, tahun 1980 hingga 1990-an merupakan era di mana definisi CSR telah lebih mapan. CSR dikembangkan lewat penelitian dan alternatif yang implementatif, salah satunya oleh R. Edward Freeman. Tahun 2000-an akan lebih banyak pengembangan CSR dalam penelitianpenelitian terkait. Riset empiris akan berfokus untuk menerapkan CSR secara efektif dan efisien bagi perusahaan maupun lingkungan sosial (Carroll, 1999; Meehan et al., 2006).
II.1.3 Implementasi CSR Menurut model yang dirumuskan oleh Keith Davis tahun 2008, terdapat 5 hal yang dapat menjelaskan mengapa dan bagaimana implementasi CSR agar perusahaan dapat melindungi dan meningkatkan kesejahteraan sosial dan bisnis perusahaan secara beriringan. i.
Tanggung jawab sosial timbul dari kekuatan sosial
Universitas Surabaya 2012
Page 7
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Perusahaan memiliki kekuatan dan pengaruh terhadap lingkungan sosial
karena
kemampuannya
untuk
mengambil
keputusan
yang
berdampak pada lingkungan, ketenagakerjaan, dan pembangunan lokal. Tanggung jawab keberlanjutan dan peningkatan tingkat sosial masyarakat sekitar dipegang oleh perusahaan-perusahaan local setempat.
ii. Bisnis harus beroperasi 2 arah dengan adanya keterbukaan input dari lingkungan dan transparansi operasional kepada publik Untuk meningkatkan kesejahteraan sosial, Davis menyatakan bahwa diperlukan komunikasi yang terbuka antara perusahaan dan masyarakat. Hal ini berarti perusahaan perlu mendengarkan apa yang harus dilakukan untuk
mempertahankan
dan
meningkatkan
kesejahteraan
sosial.
Sebaliknya pun, masyarakat juga perlu mengetahui kinerja perusahaan terkait tanggung jawab sosial.
iii. Biaya dan manfaat sosial dari aktivitas, produk maupun jasa, akan dikalkulasikan dan dipertimbangkan untuk mengambil keputusan Kemampuan teknis dan keuntungan ekonomis jangka pendek maupun jangka panjang dari setiap aktivitas bisnis yang berkaitan dengan kebutuhan sosial harus dipertimbangkan sebelum pengambilan keputusan dilakukan.
iv. Biaya terkait aktivitas, produk maupun jasa harus disampaikan kepada konsumen Kegiatan keuangan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dapat memberikan laba bagi perusahaan. Karenanya, terkadang perusahaan perlu mengalokasikan biaya tambahan untuk aktivitas CSR. Hal ini dapat berdampak pada tingkat harga yang lebih tinggi yang dikenakan pada masyarakat untuk produk maupun jasa yang lebih bertanggung jawab.
v.
Instansi bisnis maupun masyarakat sama-sama harus terlibat dalam permasalahan sosial yang berada di luar area operasional perusahaan Perusahaan memiliki para tenaga ahli dan memahami bagaimana menangani atau mencegah permasalahan sosial. Meskipun perusahaan
Universitas Surabaya 2012
Page 8
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
tidak terlibat langsung dengan masalah sosial tersebut, pada akhirnya perusahaan dan masyarakat sekitar sama-sama akan mendapat manfaat dari lingkungan sosial yang semakin baik.
Menurut Lynes dan Andrachuk (2008), motivasi yang mungkin mendorong sebuah perusahaan melakukan CSR, antara lain: strategi keuangan jangka panjang, efisiensi ekonomis, keunggulan kompetitif, good corporate citizenship, pembangunan reputasi, tekanan stakeholder, dan keinginan untuk menghindari atau menunda tindakan regulasional dari pemerintah.
II.1.4 Model 3C-SR Meehan dan Richard merumuskan dampak CSR terhadap perilaku konsumen dan keuntungan bagi stakeholder ke dalam model 3C-SR. Tiga komponen utama adalah komitmen sosial dan etis, koneksi atau hubungan dengan stakeholder dalam jaringan organisasi perusahaan, dan konsistensi perilaku dari waktu ke waktu untuk membangun reputasi perusahaan. Ketiganya harus ada untuk dapat menjadi “good corporate citizen”.
Gambar 2.1 Model 3C-SR Meehan dan Richard
Universitas Surabaya 2012
Page 9
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
II.2 Aktivitas CSR Menyadari pentingnya CSR dalam kelangsungan perusahaan, maka diperlkan perencanaan yang matang akan wujud nyata pelaksanaan CSR melalui aktivitas CSR yang terkait. Aktivitas CSR dibagi menjadi 2 lingkup, internal dan eksternal.
II.2.1 Aktivitas Internal Sookram menjelaskan aktivitas CSR internal sebagai hal-hal yang diterapkan di dalam perusahaan, seperti program pembangunan tenaga kerja, kebijakan keamanan dan keselamatan kerja, pembangunan lingkungan kerja produktif, dan pengurangan dampak lingkungan dari aktivitas produksi dan operasional perusahaan (Guardian, 2009). Aktivitas CSR internal berperan penting untuk meningkatkan kualitas pekerja dan mempertahankan kualitas jangka panjang perusahaan (Matthews, 2008). Ditambah lagi, semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan permasalahan ekologis, keberlangsungan sumber daya, dan lingkungan. Dengan adanya aktivitas CSR internal, perusahaan dapat menunjukkan kepedulian mereka terhadap lingkngan dan adanya perilaku bisnis yang bertanggung jawab, sekaligus menjadi landasan yang penting bagi kesuksesan aktivitas eksternal perusahaan.
II.2.2 Aktivitas Eksternal Di samping pembangunan dari dalam perusahaan, segala aktivitas CSR yang dipraktikkan di luar perusahaan merupakan bentuk aktivitas CSR eksternal.
Dengan melakukan berbagai kegiatan di luar perusahaan, maka
dapat dilakukan oembentukkan image perusahaan yang kuat, pengenalan dan sosialisasi langsung ke masyarakat, serta membangun lingkungan lokal yang secara tidak langsung akan berdampak positif bagi perusahaan. Bagi banyak pihak, bentuk aktivitas CSR ini dianggap bersifat sukarela dan kedermawanan yang dilakukan oleh pelaku bisnis dengan tujuan mengurangi permasalahan sosial atau memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan lingkungan (Meehan et al. 2006). Sebaliknya, pemahaman modern memandang CSR sebagai strategi kompetitif yang diterapkan untuk menjawab
Universitas Surabaya 2012
Page 10
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
kesadaran konsumen akan isu lingkungan. Tujuan besar akhir dari aktivitas CSR sendiri adalah untuk mendongkrak keuntungan perusahaan.
II.2.3 Inovasi Berbasis CSR Ada 4 macam inovasi berbasis CSR yang dapat diterapkan oleh perusahan, antara lain:
Corporate Social Innovation (CSI), yaitu inovasi yang memanfaatkan isu sosial untuk belajar dan membangun bisnis dengan banyak kegiatan Research and Development. Inovasi akan datang dari pengetahuan sosial dan perusahaan berpotensi menghasilkan produk baru, solusi baru, dan peluang pasar baru untuk menjawab kebutuhan sosial.
The Bottom of the Pyramid (BOP), yaitu inovasi yang menargetkan kelompok konsumen terlemah (Prahalad, 1994). Perusahaan memiliki kesempatan untuk meningkatkan tingkat pemenuhan kebutuhan sosial mereka dan membangun hubungan jangka panjang dengan masyarakat lokal, salah satunya dalam hal ketenagakerjaan.
Inovasi ekologis yang berfokus pada isu lingkungan (Hockerts, 1999). Perusahaan dapat memperoleh laba dari inovasi ekologis dengan mengikuti permintaan konsumen sekaligus mengantisipasi perkembangan lingkungan saat ini dan di masa depan.
Social entrepreneurship (kewirausahaan sosial) menganalisa kesempatan untuk memenuhi kebutuhan umum sosial. Kegiatan ini biasanya bersifat sukarela dan tidak menguntungkan (Hockerts, 1999). Kewirausahaan sosial dapat dilakukan dengan membekali kemampuan kewirausahaan masyarakat sekitar, terutama untuk menghasilkan produk yang dapat dinikmati konsumen umum.
II.3 Industri Kosmetik Industri kosmetik merupakan sektor industri dengan tingkat kompetisi yang cukup tinggi. Inovasi merupakan bagian yang signifikan untuk menumbuhkan daya saing, meningkatkan performa produk, dan untuk meningkatkan isu keamanan produk, beserta mengurangi dampak lingkungan (OECD, 2007).
Universitas Surabaya 2012
Page 11
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
II.3.1 CSR Industri Kosmetik Sebagai individu pengguna kosmetik, konsumen akan menantikan informasi seputar aktivitas
CSR perusahaan kosmetik terkait. Kegiatan-
kegiatan ini akan menciptakan persepsi di benak konsumen, apakah merk kosmetik tersebut terpercaya, jujur, dan berkualitas. Bahkan, industri kosmetik juga dikenal sebagai pelopor dalam implementasi aktivitas dan kebijakankebijakan CSR. Industri kosmetik secara umum memiliki tujuan untuk mengubah perilaku pembelian konsumen. Mereka ingin memperoleh kepercayaan konsumen dan pasar agar dapat bersaing dengan industri sejenis yang lebih besar. Industri kecil dan menengah sekarang bahkan telah menetapkan standar CSR dan perusahaan kosmetik multinasional juga tidak ketinggalan (OECD 2007). CSR di industri kosmetik berfokus pada beberapa hal, antara lain:
Perlindungan lingkungan, yaitu dengan mengendalikan dampak lingkungan dan menggunakan produk yang ramah lingkungan
Permasalahan
ekologis,
yaitu
dengan
menjaga
keseimbangan
dan
keberlangsungan ekosistem. Hal ini penting bagi industri kosmetik yang membutuhkan bahan baku utama dari berbagai macam tanaman.
Standar sosial, yaitu dengan memberdayakan tenaga kerja lokal dan memenuhi tingkat kebutuhan setiap tenaga kerja tanpa adanya diskriminasi. Mayoritas dari pembahasan CSR di industri kosmetik adalah terkait bahan baku yang digunakan untuk membuat produk kosmetik. Konsumen sangat mempedulikan tingkat aman dan sehatnya produk kosmetik yang akan digunakan. Lebih dari itu, konsumen juga ingin mengetahui asal muasal produk yang digunakan dan peran kepedulian perusahaan terhadap lingkungan. Dengan berfokus pada kepada permintaan dan peningkatan kesadaran akan pentingnya CSR, perusahaan akan mampu meningkatkan kesetiaan konsumen dan brand image, serta memberikan keuntungan kompetitif (OECD, 2007).
Universitas Surabaya 2012
Page 12
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
II.3.2 Perlunya CSR Industri Kosmetik Konsumen saat ini telah sadar akan pentingnya green products. Konsumen akan menilai amannya suatu produk, baik dari bahan-bahannya, kemasannya, maupun promosi yang digunakan (Organic Monitor, 2010). International Institute for Sustainable Development menyebutkan minimal ada 6 hal yang mendasari perlunya penerapan CSR oleh perusahaan, antara lain:
Minimnya peran pemerintah
Tuntutan keterbukaan operasional perusahaan
Peningkatan minat konsumen
Semakin besarnya tuntutan investor
Pasar tenaga kerja yang semakin kompetitif
Hubungan dengan pemasok (BSDglobal, 2010)
Universitas Surabaya 2012
Page 13
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
BAB III PEMBAHASAN III.1 Gambaran Umum Perusahaan PT Martina Berto Jakarta merupakan perseroan hasil realisasi dari Dr. Martha Tilaar. Ibu Martha Tilaar memiliki keinginan untuk menghasilkan suatu penemuan inovatif yang disebut “Total Beauty Concept”. Pada 1981, Ibu Martha Tilaar bekerjasama dengan Theresia Harsini Setiady, pemilik Kalbe Group. Mereka bekerjasama untuk membuat perusahaan kosmetik dan jamu, yaitu PT Martina Berto. PT ini memiliki satu unit pabrik dengan luasan 4200 m2. Pada 1986, PT Martina Berto Jakarta mendirikan pabrik kedua seluas 4600 m2 tetap di kawasan industri Pulogadung yang berdekatan dengan pabrik pertama. Pada1987, PT ini mendapat penghargaan “Asia” dan “Gold Star” Awards untuk kategori kualitas produk. Pendapatan tahunan saat itu mencapai 600 miliar rupiah (US $ 75 juta) dan sudah mengekspor keseluruh dunia. Pada 1988 PT Martina Berto mengakuisisi beberapa perusahaan lainnya agar wilayah pasarnya semakin besar. Pada tahun 1996 menerima ISO (International Standards Operation) 9001 dan akhirnya, pada tahun 1999 berkat sukses yang telah diraih PT Martina Berto, Dr. Martha Tilaar beserta keluarga berhasil membeli semua saham Kalbe Group di PT Martina Berto. Maka sejak saat itu, PT Martina Berto sepenuhnya milik Martha Tilaar dan keluarga. PT Martina Berto menjunjung tinggi pemeliharaan dan peningkatan kecantikan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Untuk mewujudkan hal itu mereka mulai merancang dan menciptakan kosmetik dari bahan alam yang diproses dengan teknologi modern (Nature Techno Beauty). Visi PT Martina Berto adalah menjadi perusahaan kosmetik tradisional yang terbaik di dunia yang bernuansa ketimuran melalui pemanfaatan teknologi modern dan menempatkan penelitian dan pengembangan sebagai sarana nilai tambah bagi pelanggan. Misi PT Martina Berto mengoperasikan perusahan berkelas dunia dalam bidang kosmetik dan penunjangnya berlandaskan pada inovasi yang menjadi arena penciptaan lapangan pekerjaan serta pemberdayaan sumber daya manusia dengan memanfaatkan konsep bisnis dan manajemen mutakhir yang sesuai dengan kondisi Asia.
Universitas Surabaya 2012
Page 14
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Sekarang, Martha Tilaar Group sudah menjadi salah satu pemasok kosmetik terkemuka di Indonesia. Martha Tilaar sudah terkenal dengan ide-idenya yang inovatif dan berkualitas tinggi dalam produk kecantikan dan juga jasa. Perseroan ini membagi segmentation dan targeting-nya untuk perempuan dari segala usia dan pendapatan. Bahan-bahan yang dipakai juga berasal dari bahan tradisional (jamu) dan ekstrak tumbuhan alami. Meskipun Martha Tilaar sudah berdiri sejak lama dan bahan yang digunakan merupakan bahan tradisional, mereka tetap memproduksi berbagai warna kosmetik, perawatan kulit, perawatan tubuh, dan perawatan rambut untuk wanita modern. Fokus Martha Tilaar ada pada produk kecantikan yang khusus dirancang untuk wanita Timur. Perusahaan ini memimpin pasar domestik dengan pangsa pasar sekitar 10%-18% dan memegang sekitar 11% pasar untuk perawatan kulit. Sampai saat ini, produk-produk Martha Tilaar terdiri dari kosmetik dan perawatan kecantikan, jamu, dan produk-produk untuk spa. Perawatan kecantikan meliputi makeup dasar, perawatan kulit, perawatan tubuh, dan perawatan rambut. Merek utama dan merupakan merek tertua di Indonesia adalah Sariayu yang sudah memegang berbagai pangsa pasar, Biokos sebagai produk perawatan anti penuaan kulit, Caring Colours sebagai produk make-up, Belia yang merupakan cologne untuk remaja, Berto Tea, Dewi Sri Spa, Kosmetika Artist Profesional, Jamu Garden, Mirabella, dan Rudy Hadisuwarno Cosmetics di bawah lisensi Rudy Hadisuwarno Organization.
III.2 Evaluasi Program CSR Perseroan terbatas Martha Tilaar mendirikan Martha Tilaar Group dan Martha Tilaar Foundation. Keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu memperkuat positioning Martha Tilaar sebagai ikon kecantikan dengan tetap memasukkan tanggung jawab sosial yang direalisasikan melalui aktivitas-aktivitas CSR (Corporate Social Responsibility). Martha Tilaar memegang konsep eco-beauty, kepedulian pada lingkungan, kepedulian pada kesejahteraan, dan pemberdayaan lingkungan. Untuk mendukung konsep ini, mereka membangung Kampoeng Djamoe Organik I (KADO I) di Ciputat dan KADO II di Bekasi yang menanam berbagai jenis tumbuhan yang akan bermanfaat sebagai obat dan perawatan kecantikan. Banyak sekali kegiatan Martha Tilaar yang masuk dalam golongan kegiatan CSR. Salah satunya mengadakan gerakan “Tanam, Tebar dan Pelihara Pohon” yang dilangsungkan pada 1 Desember 2008 yang sebetulnya diprakarsai oleh Ibu Ani pada tahun 2007. Gerakan ini bertujuan mengajak masyarakat untuk rajin dan giat dalam Universitas Surabaya 2012
Page 15
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
mempertahankan lingkungan dengan cara menanam, memelihara pohon, dan menebar benih ikan. Program ini dilanjutkan oleh 7 organisasi wanita tahun 2008, salah satunya Martha Tilaar Group yang menggunakan KADO sebagai sarana. KADO diikutsertakan karena KADO pernah berperan dalam acara penanaman pohon bersama ibu-ibu PEMDA Bekasi pada tahun 2007. Dari survey yang telah mereka lakukan, masyarakat mempunyai kemauan untuk menanam pohon, namun tidak memiliki lahan. Oleh karena itu Martha Tilaar menyumbangkan lokasi untuk penanaman. Pada saat itu telah di tanam sebanyak 500 pohon sukun (pohon yang telah di canangkan oleh pemerintah sebagai pohon pangan dan produktif) dan di KADO juga telah di tebar 500 ekor ikan. Martha Tilaar juga mengadakan kegiatan lansia. Pada kegiatan ini, ibu Martha Tilaar mengundang 3 kelompiok lansia yaitu dari gereja katholik Asisi Tebet, kelompok lansia DEPSOS dan Bintaro, yang kegiatannya tetap berada di KADO. Di sana mereka diajak untuk mengamati tanaman obat keluarga dan proses pengeringan untuk di jadikan salah satu bahan jamu. Selain itu, mereka juga mendengar sharing dari seorang ibu yang umurnya sudah lanjut tetapi masih dapat melakukan banyak aktivitas dan tetap bugar. Tujuan kegiatan ini adalah supaya lansia tetap dapat memanfaatkan dan menggunkan usia mereka yang sudah lanjut untuk tetap melakukan hal-hal dan berbagai kegiatan positif yang pasti akan berguna bagi kehidupan mereka. Selain itu, Martha Tilaar juga memberikan sumbangan buku untuk program Indonesia pintar. Perseroan besar ini menyumbangkan 27 box yang berisi total 4321 buku. Terdiri dari buku-buku pelajaran sekolah, buku-buku umum, buku anak-anak dan majalah serta menyerahkan 240 buku tulis. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memajukan masyarakat Indonesia dari usia yang cukup bisa dibilang dini. Kegiatan yang baru-baru ini dilakukan oleh PT Martha Tilaar adalah penandatanganan MOU (Memorandum of Understanding) antara Martha Tilaar Group dan Kick Andy Foundation untuk gerakan 40.000 buku yang mendasari program 40 tahun Martha Tilaar Group Beautifying Indonesia. Mereka mengajak Kick Andy Foundation sebagai partner untuk menyalurkan buku-buku tersebut ke taman baca, sekolah, dan perpustakaan serta lapas yang membutuhkan. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan wacana yang bermanfaat bagi masyarakat, seiring dengan berkembangnya teknologi informasi dan internet. Dari ulasan diatas peneliti menarik beberapa kesimpulan mengenai programprogram yang telah dilaksanakan oleh PT Martina Berto, kegiatan yang dilakukan oleh Universitas Surabaya 2012
Page 16
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
PT Martha Tilaar memang memberikan sumbangsih peralatan serta bantuan-bantuan kepada pihak yang kurang mampu serta berkontribusi terhada lingkungan. Namun sebagian besar kegiatan tidak jangka panjang, hanya jangka pendek, perusahaan hanya memberikan bantuan dan tidak mengajarkan mereka untuk berusaha dengan tangan mereka sendiri. Sedangkan Indonesia membutuhkan bimbingan dan bantuan dari perusahaan-perusahaan yang sukses yang dapat membantu membangun Indonesia lebih lanjut serta menciptakan generasi yang mampu mandiri demi masa depannya. Seharusnya, CSR sebagai tanggung jawab perusahaan untuk tetap memperhatikan lingkungan dan Negara, diharapkan mampu mengatasi masalah negara yang cukup banyak, seperti pengangguran dan kemiskinan. Namun bukan berarti hanya dengan memberikan bantuan material masyarakat yang menjadi sasaran seketika mampu berkembang. Masyarakat lebih membutuhkan bantuan yang berkelanjutan dan mampu mereka kembangkan sendiri, perlu pihak-pihak yang mampu memberikan sarana pendampingan, disinilah peneliti merasa bahwa PT Martina Berto Tbk. belum menjalankannya. Keseluruhan kegiatan CSR Martha Tilaar baik dan lebih mengarah kepada kaum usia lanjut dan wanita, yang mungkin dipelopori oleh Ibu Martha. Namun jangan lupa, masih ada kaum-kaum lain yang melanjutkan kelangsungan hidup negara ini, yaitu kaum muda-mudi, lelaki, keluarga, dan bahkan masyarakat terbuang yang sangat perlu bimbingan, arahan, dan bantuan. CSR (Corporate Social Responsibility) merupakan tanggung jawab yang berat untuk perusahaan. Tetapi tentu saja ada timbal balik antara perusahaan dengan lingkungan setempat. Sebagian besar kegiatan CSR yang dilakukan oleh Martha Tilaar memberikan timbal balik berupa image yang baik untuk perusahaan dan sertifikat yang menaikkan nama baik dari perusahaan itu sendiri. Akan susah mendapat keuntungan berupa biaya karena kegiatan yang diadakan bersifat membantu tanpa pamrih. Tetapi tentu saja lingkungan dan masyarakat yang menikmati kegiatan tersebut mendapat pengetahuan, ilmu, pendidikan moral yang sangat berguna bagi kehidupan mereka. Perlu pengembangan dan bahkan new innovation dari kegiatan CSR yang dilakukan Martha Tilaar agar kedua pihak, yaitu perusahaan dan lingkungan, samasama mendapatkan keuntungan yang memuaskan dari sisi masing-masing. CSR identik dengan lingkungan, tetapi bagaimana memanipulasi suatu kegiatan yang sangat bermanfaat bagi lingkungan dan tetap memberikan keuntungan pada Universitas Surabaya 2012
Page 17
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
perusahaan lebih dari image dan jangka panjang. Sehingga kegiatan yang dilakukan dapat mendukung konsep eco-beauty dari Martha Tilaar sebagai salah satu produk ramah lingkungan.
III.3 Konsep Ide Indonesia memiliki dua masalah terbesar, yaitu pengangguran yang berdampak pada kemiskinan. Seiring berjalannya waktu, angka kemiskinan dan pengangguran semakin tinggi. Sebetulnya apakah yang mengakibatkan masalah di atas? Masyarakat semakin banyak yang tidak memiliki ilmu ataupun keahlian khusus, sehingga tidak bisa mendapatkan pekerjaan. Semakin lama menganggur, tidak ada pendapatan, dan terjadilah kemiskinan. Kemiskinan melanda tidak pandang bulu, pada wanita, lakilaki, dan keluarga. Bila tidak ada kepedulian dari pihak-pihak yang sadar, maka lingkaran setan ini akan terus berputar dan tidak pernah ada ujungnya. Oleh kerena itu peneliti mengembangkan suatu konsep CSR yang tidak hanya bermanfaat untuk jangka pendek namun juga mampu menjadi bekal untuk jangka kedepannya bagi masyarakat. Peneliti akan mengusulkan suatu ide CSR berlandaskan perusahaan kosmetik Martha Tilaar sebagai acuan, dikarenakan perusahaan ini cukup besar dan sudah berdiri cukup lama sebagai perusahaan lokal. Dalam penelitian ini, peneliti memiliki dua target besar yang akan dijadikan sebgai saran dari program kemitraan ini. Yang pertama adalah wanita tunasusila (PSK) dan mantan narapidana (wanita) atau yang masih berstatus narapidana, lalu yang kedua para mantan narapidana (lelaki). Alasan peneliti memilih narapidana sebagai target program adalah alasan klasik sebenarnya, yakni jumlah narapidana yang semakin meningkat. Berdasarkan data yang dihimpun, jumlah narapidana pada tahun 2011 di Indonesia mencapai 141.689 orang terdiri dari 89.524 narapidana dan 52.165 tahanan. Peneliti dalam penagamatan ini mengkhususkan kawasan Jawa Barat sebagai taerget sasaran. Karena Jawa Barat memiliki jumlah narapidana terbesar yakni 17.453 narapidana di tahun 2011. Alasan lain yang mendukung pemilihan mantan narapidana sebagai target sasaran adalah kurangnya tempat untuk berkembang di masyarakat setelah mereka keluar dari lembaga permasyarakatan, sehingga mereka kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan untuk menyambung hidupnya. Mereka juga umumnya tidak memiliki kemampuan khusus untuk dapat bertahan hidup. Berdasar alasan itulah, peneliti memberikan terobosan baru berupa pelatihan kepada mantan narapidana untuk mengembangkan Universitas Surabaya 2012
Page 18
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
usaha budidaya terumbu karang dimana terumbu karang ini merupakan bahan baku dari sejumlah kosmetik yang beredar di pasaran. Target lainnya adalah wanita tunasusila, saat ini semakin banyaknya wanitawanita muda yang memenuhi tempat prostitusi. Peneliti menyadari bahwa kebanyakan dari mereka menjadi pekerja seks komersial (PSK) dikarenakan tidak memiliki kemampuan dan membutuhkan uang untuk kelangsungan hidup mereka. Maka dari itu mereka memilih short cut dengan menjadi PSK. Dari data yang kami dapatkan Pusat prostitusi terbesar di Asia Tenggara ada di Dolly dan meningkat tiap tahunnya. Diharapkan dengan konsep CSR ini, wanita tunasusila ini mampu kembali menemukan jalan untuk hidup yang lebih baik. Konsep CSR yang ditawarkan kepada wanita tunasusila ini adalah pelatihan kepribadian dan moril. Serta pemberian pelatihan untuk make-up serta workshop berkala mengenai desain alat-alat kecantikan dan women needs, seperti tas, baju sepatu, aksesoris, dan lain-lain. Pelatihan-pelatihan serta workshop ini akan dilakukan secara berkala dalam kurun waktu tertentu, setelah itu mereka akan disaring. Target yang memiliki kemampuan yang mumpuni akan dipercaya untuk membiat karya dan dipamerkan dalam sebuah perhelatan, dapat berupa pameran ataupun show. Setelah itu, perusahaan akan mengakomodasi pembuatan brand untuk barang-barang yang siap dipasarkan. PT Martina Berto akan memegan license dari brand tersebut dan akan dikembangkan menjadi salah satu anak perusahaan dari Martha Tilaar Group.
III.4 Metode Implementasi CSR Secara umum kegiatan inovasi CSR yang peneliti ajukan ada 2 program besar dengan 2 sasaran yang berbeda, 2 program ini dapat dijalankan secra bersamaan dan tidak berpengaruh terhadap program yang lain. Berikut pemaparannya: a.
Empowering Woman Di program ini, sasaran dari program ini adalah wanita-wanita tunasusila di kawasan Dolly Surabaya. Program akan dilakukan berkala dengan jumlah yang akan disasar setiap kali program adalah 50 wanita. Mereka lalu akan diberikan sejumlah seminar serta pelatihan kepribadian dan ketrampilan selama 6 bulan. Saat pelatihan mereka akan diberikan bekal-bekal ilmu seperti (1) Cara make-up yang benar; (2) Pelatihan untuk membuat aksesoris(kalung, gelang, anting) khas Indonesia; (3) Pelatihan pembuatan peralatan make-up; (4) Pelatihan pembuatan tas serta sepatu; (5) Pendesiainan baju. Tidak hanya berupa ilmu manufakturnya saja namun mereka juga diajarkan bagaimana mengelola keuangan serta manajerialnya.
Universitas Surabaya 2012
Page 19
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Setelah dilakukan pelatihan secara simultan, bulan ke-7 akan diadakan pemeran untuk semua hasil pelatihan dari peserta pelatihan. Akan diadakan acara seperti Beauty fest dengan sekala dan lingkup yang kecil terlebih dahulu. Dalam acara itu juga dapat diundang desainer atau perancang serta make-up artist kenamaan untuk menambah nilai jual. Setelah itu akan dilakukan pengembangan hasil produk mereka selama kurang lebih 6 bulan ke depan. Setelah mereka dirasa cukup mumpuni, peserta akan dibantu dalam pembentukan brand mereka sendiri. Nantinya pemegang brand ini adalah PT Martina Berto Tbk dan juga para peserta sendiri. b.
Developing Human and Saving Environment Program kedua akan menyasar pada para mantan narapidana khususnya di kawasan Jawa Barat. Sebanyak 50 orang mantan narapidana setiap tahunnya akan diberikan pelatihan mengenai cara pembudidayaan terumbu karang dan rumput laut. Akan disebarkan bibit terumbu karang dan rumput laut. Setelah mereka mampu mandiri, mereka akan diberikan modal usaha untuk membudidayakan terumbu karang serta rumput laut ini. Pada masa awal, sekitar 4 bulan, hasil terumbu karang serta rumput laut ini kan dibeli oleh perusahaan yang nantinya akan dibuat sebagai bahan baku produk kecantikan yang bersifat alamiah. Setelah itu mereka dapat menjualnya untuk pihak luar maupun ekspor. Selain untuk komoditi, mereka merupakan kepanjangan tangan perusahaan untuk bersama-sama membangun kehidupan bawah laut dengan membangun ekosistem terumbu karang baru di lokasi-lokasi tertentu dimana ekosistemnya telah rusak. Sehingga terumbu karang ini tidak hanya untuk di eksplorasi tapi juga dipelihara eksistensinya untuk keseimbangan ekosistem.
III.5 Dampak Positif Bagi Masyarakat Sekitar Banyak dampak yang bisa didapatkan dari program ini, peneliti akan memparakan dibawah ini: -
Mengurangi tingkat pengangguran dan angka kriminalitas (karena memberdayakan mantan narapidana)
-
Membantu memberikan pelatihan dalam upaya pengentasan wanita-wanita tunasusila serta memberikan nilai daya tambah dengan pelatihan-pelatihan ketrampilan yang berkesinambungan.
-
Membantu merehabilitasi kehidupan bawah laut yang telah lama rusak.
Universitas Surabaya 2012
Page 20
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
III.6 Dampak Positif Bagi Perusahaan Selain dampak positif bagi masyarakat banyak juga beberapa keuntungan yang mampu diperoleh oleh perusahan dalam hal ini PT. Martina Berto Tbk.. berikut kami paparkan: -
Image perusahaan serta loyalitas dari konsumen serta pegawai yang meningkat.
-
Mampu menjalankan backward integration dengan mendapatkan supplier untuk bahan baku kosmetik seperti terumbu karang dan rumput laut.
-
Memperluas jangkauan orgnisasai perusahaan dengan menambah brand perusahaan dan mendapat keuntungan dari brand tersebut berupa royalti.
Universitas Surabaya 2012
Page 21
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
BAB IV KESIMPULAN Martha Tilaar, anak dari perseroan terbatas Martina Berto, merupakan perusahaan besar yang sudah berdiri sejak tahun 1970an. Perusahaan ini memilik suatu tujuan yang mengoptimalkan nilai-nilai, baik tangible dan intangible. Dalam suatu perusahaan terdapat bagian penting yang disebut stakeholders. Stakeholders merupakan semua bagian yang mendapat keuntungan dari suatu perusahaan, dalam hal ini PT Martha Tilaar. Sering kali terjadi perbedaan persepsi antara pihak manajerial dan stakeholders. Masyarakat, sebagai salah satu outside stakeholder dari suatu perusahaan menyayangkan sikap perusahaan yang mengabaikan asperk-aspek etika bisnis. UU PT NO 40 Tahun 2007 Pasal 74 Ayat 1 menyebutkan bahwa “Perusahaan yang menjalankan usaha di bidang dan/atau bersangkutan dengan sumberdaya alam wajib menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
PT yang tidak melakukan CSR
dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan.” Peraturan lain yang menyentuh CSR adalah UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 15 (b) menyatakan bahwa ”Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Dengan adanya Undang-Undang ini, semakin jelaslah kedudukan CSR di dalam program-program yang harus dibentuk oleh suatu perusahaan. Penelitian ini ingin mendapatkan inovasi baru akan program CSR yangdapat dilakukan oleh PT. Martina berto Tbk. Dari beberapa tujuan dari penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal yakni: 1. Konsep program CSR yang dilakukan oleh PT.Martina berto Tbk. hingga saat inimasih bersifat pemberian bantuan langsung tanpa adanya dasar keahlian yang merupakan prinsip untuk pengembangan kemandirian yang berkelanjutan. 2. Inovasi baru yang dapat diberikan untuk program CSR PT Martina Berto Tbk. adalah Empowering Woman serta Developing Human and Saving Environment. 3. Manfaat yang diterima oleh masyarakat bersifat reduktif terhadap angka kemiskinan dan pengurangan tingkat kriminalitas dan jumlah wanita tunasusila. 4. Manfaat yang diterima oleh perusahaan berupa keuntungan yang bersifat tangible dan intangible. Berupa penambahan image dan loyalitas, dan juga berupa tambahan profit bagi perusahaan.
Universitas Surabaya 2012
Page 22
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Daftar Pustaka Articles Carroll, A.B. (1999). Corporate Social Responsibility: Evolution of a Definitional Construct. Business Society, vol. 38, no. 3, pp. 268-295.
Clarkson, M. (1995). A stakeholder framework for analyzing and evaluating corporate social performance. The Academy of Management Review, vol. 20, no. 1/109, pp. 92-117.
Freeman, R.E. (1999). Divergent stakeholder theory. Academy of Management Review, vol. 24, no. 2, pp. 233-236.
Hamel, G. & Prahalad, C.K. (1994). Competing for the future. Harvard Business Review, vol. 72, no. 4, pp. 122-129.
Hockerts, K. (1999). The Sustainability Radar. Greener Management International, (25), 29-50.
Kanter, R. M. (1999). From spare change to real change: The social sector as beta site for business innovation. Harvard Business Review, vol. 77, no. 3, pp. 122-132.
Karna, J., Hansen, E., Juslin, H. (2003). Social responsibility in environmental marketing planning. European Journal of Marketing, vol. 37, no. 5/6, pp. 848-871.
Lynes, J. K., Andrachuk, M. (2008). Motivations for corporate social and environmental responsibility: A case study of Scandinavian Airlines. Journal of International Management, vol. 14, no. 4, pp. 377-391.
McWilliams, A., Siegel, D. (2001). Corporate Social Responsibility: A Theory of the Firm Perspective. Academy of Management Review, vol. 26, no. 1, pp. 117-127.
Meehan, J., Meehan, K., Richards, A. (2006). Corporate social responsibility: the 3C-SR model. International Journal of Social Economics, vol. 33, no. 5/6, pp. 386-398.
Nelson, P. (1970). Information and Consumer Behavior. The Journal of Political Economy, Universitas Surabaya 2012
Page 23
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
vol.78, no. 2, pp. 311-329.
Porter, M. & Kramer, M. R. (2006). Strategy and Society: The Link Between Competitive Advantage and Corporate Social Responsibility. Harvard Business Review, vol. 84, no. 12, pp. 78-92.
Sethi, S.P. (1975). Dimensions of Corporate Social Performance: An Analytical Framework. California Management Review, vol. 17, no. 3, pp. 58-65.
Valor, C. (2008). Can Consumers Buy Responsibly? Analysis and Solutions for Market Failures. Journal of consumer policy, 31 (3), 315-326.
Books Bryman, Adam (2004). Social Research Methods. 2nd Edition, Oxford University Press.
Davies, M. Brett (2007). Doing a Successful Research Project. 4th Edition, Macmillan.
De Pelsmacker, P., Geuens, M., Van den Bergh, J. (2007). Marketing Communications A European Perspective. 3th Edition, Prentice Hall.
Gubrium, J. F., Holstein, J. A. (2001). Handbook of Interview Research: Context and Method. Sage Publications.
Johnson, G. and Scholes, K. (1999). Exploring Corporate Strategy. 5th Edition, Harlow: Prentice Hall.
Petty, R. E., Cacioppo, J. T. (1986). Advances in Experimental Social Psychology. Volume 19, Academic Press.
Tellis, Gerard J. (2004). Effective Advertising Understanding When, How, and Why Advertising Works. Sage Publications.
Universitas Surabaya 2012
Page 24
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Internet Sources BSDglobal 2010, Corporate social responsibility (CSR), BSDglobal. (n.d.). Business IISD. Retrieved June 8, 2010, from
.
Goodwin, D. C. (2007, December 4), Making the Case for Corporate Social Responsibility, Cultural Shifts. Retrieved June 8, 2010, from .
Kataoka, M. (n.d.). Chapter 8. NIKKEI GSR Project Report 2009. Retrieved June 5, 2010, from <www.nikkei.co.jp/gsr/global/whitepaper/pdf/part2_chapter8.pdf>.
Management Innovations 2008, Keith Davis Model of Corporate Social Responsibility, viewed 20 May
2010,
corporate-social-responsibility/>
Matthews, I. (2008, December 10), What Do Ethical and Sustainable Mean to Today's Beauty Consumer?,
GCI
Magazine,
1,
44-46.
Retrieved
May
25,
2010,
from
.
MBDC, Cradle to Cradle, viewed 20 July 2010, < http://www.mbdc.com/>. Neptune, P. D., 2009, „Business ignoring internal CSR‟, Guardian, 10 December, p. 1, viewed 15 May 2010,
.
Nichol, K. (2010, April, 14), Consumer demand and diversity drives cosmetics innovation, viewed 6 June 2010,
http://www.cosmeticsdesign-europe.com/Products-Markets/Consumer-demand-and-diversitydrives-cosmetics-innovation.
Organic Monitor (2010, May, 18), CSR & Sustainability: How the Beauty Industry is Cleaning up, Organic Monitor, viewed 6 June 2010, Universitas Surabaya 2012
Page 25
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
http://www.organicmonitor.com/r1805.htm
http://www.aveda.com/
http://www.aveeno.com/
http://www.clinique.be/?q=fr
http://www.elcompanies.com/
http://www.lancome.co.uk/_en/_gb/
http://www.loreal-paris.nl/_nl/_nl/home/index.aspx
http://www.maccosmetics.com/ http://www.shiseido-europe.com/mm/mm/
http://www.thebodyshop.com./_en/_ww/index.aspx
http://www.marthatilaargroup.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Martha_Tilaar
http://thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-00851-MN-Bab%203.pdf
Personal Interview Interview with Isabel Martin, Estee Lauder Companies, Woluwe Office Garden Woluwedal 26 box 8 B. -1932 Sint-Stewens-Woluwe, Monday, 5 July, 2010.
Universitas Surabaya 2012
Page 26
Empowering Woman, Developing Human, and Saving the Environment
Reports Commission of the European Communities (COM) (2006). Implementing The Partnership For Growth And Jobs: Making Europe A Pole Of Excellence On Corporate Social Responsibility. COM 2006, Brussels. CSR Europe (2000). The First Ever European Survey of Consumers‟ attitudes towards Corporate Social Responsibility. MORI 2000.
Estee Lauder Companies (2009). The Estee Lauder Companies Inc 2009 Annual Report.
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) (2007). CSR and Trade: Informing Consumers About Social And Environmental Conditions Of Globalised Production. OECD Trade Policy. Working Paper, vol. 47. pp. 1-51.\
Universitas Surabaya 2012
Page 27