1.1. Latar Belakang
Sejalan dengan
perubahan
tatanan
perekonomian dunia yang
semakin
~nenggelobal, pembangunan ekonomi Indonesia pada dekade awal ~nileniu~n ketiga diramalkan akan dihadapkan pada dua tantangan pokok sekaligus, yakni tantangan internal dan eksternal. Tantangan internalnya, pe~nbangunanekonomi tidak saja dituntilt untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara nasional, namun diharapkan mampu juga memecahkan pernasalahan kesempatan kerja, neraca pembayaran yang selama ini terus defisit, hutang yang terus membengkak dan masalah kesenjangan pendapatan yang terus memburuk. Tantangan eksternalnya adalah ko~nitmenIndonesia untuk melakukan liberalisasi perdagangan, yakni
tahun 2003 di kawasan Asia Tenggara melalui
kesepakatan AFTA (ASEAN Free Trade Arer-): tahun 2008 di Asia Pasifik melalui kesepakatan APEC (Asian
Pacific Economic Community), dan tahun 2020 di seluruh
dunia melalui kesepakatan WTO (World Trade Orgunizatiorz). Oleh karenanya pada masa mendatang Indonesia dituntut untuk mampu menghasilkan produk dengan daya saing tinggi di pasar internasional tanpa proteksi pemerintah. Kenyataan ini membawa implikasi peran ilmu pengetahuan dan teknologi akan semakin menonjol serta kebijakankebijakan makro dan mikro di masa datang akan diarahkan untuk meningkatkan daj~a saing, sekaligus memecahkan masalah kesempatan kerja dan pemerataan pendapatan. Sektor riil di Indonesia ditandai oleh banyaknya proteksi yang diberikan oleh pemerintah terutama pada sektor industri skala menengah-besar dimana tingkat prc!teksinya cenderung lebih besar daripada sektor pertanian. Proteksi yang dilakukan
tidak saja
berupa subsidi (subsidi input), tarif bagi produk itnpor yang men-jadi
pesaingnya, namun juga dilakukan melalui pemberian hak monopoli, memanfaatkan argumen injunt indzntry agar dapat diterima dunia internasional. Tujuan dari proteksi yang diberikan pada industri menengah besar disertai dengan kemudahan pemberian fasilitas kredit adalah untuk meningkatkan ekspor. Namun kinerja ekspor dari industri skala besar dan padat modal ini ternyata sangat rendah dan cenderung terus menurun walaupun impor barang modal dan bahan bakunya mengalami peningkatan. Pangsa ekspor yang tinggi justru ditunjukkan oleh industri berbasis sumberdaya domestik dan tenaga kerja yang tidak trampil dengan kecenderungan yang meningkat. Hal ini mengindikasikan industri
bahwa produk-produk industri
manufaktur (berat)
padat modal dan dalam kategori
tidak mempunyai keunggulan komparatif di pasar
internasional, sehingga lebih banyak berorientasi pada pasar domestik. Keadaan ini mengindikasikan bahwa industri skala besar dan padat modal yang selama ini banyak menikmati proteksi dan diharapkan mampu meningkatkan ekspor non migas, justru menjadi industri besar jugo kundung, karena lebih beorientasi pada pasar dornestik. Akibat dari keadaan tersebut, maka jika dilihat dari indikator makro secara keseluruhan kinerja perekonomian Indonesia hingga tahun 1996 menunjukkan hasil campuran: disatu sisi diperoleh pertumbuhan yang cukup tinggi , yakni rata-rata 7-9 % per tahun dengan tingkat inflasi berkisar 5-10 % per tahun, sementara disisi lain neraca transaksi berjalan terus defisit dan laju hutang negara terus membengkak hingga tingkat Debt Service Ratio mencapai di atas 30 %, dan tidak pernah turun, yang diikuti dengan
terjadinya depresiasi rupiah terhadap dollar atau yen, sehingga beban hutang negara bertambah besar. Ditinjau dari indikator kesempatan kerja, laju penyerapan sektor non
pertanian relatif lambat, sehingga, walaupun lapangan kerja pada sektor pertanian relatif menurun tetapi hingga saat ini sektor pertanian menyerap tenaga keja sebesar 44 %, sementara sektor industri yang diandalkan hanya ~nalnpumenyerap 12.6 %. Dengan jumlah angkatan kerja yang terus meningkat akibat bertambahnya jumlah penduduk, ha1 ini akan menyebabkan bertambahnya jumlah pengangguran yang pada gilirannya akan menyebabkan makin memburuknya ketimpangan pendapatan. Hal ini menunjukkan le~nahnya keterkaitan aspek mikro dan makro ekonomi, yang pada hakekatnya mengndikasikan
rapuhnya
fundamental
ekonomi
serta
buruknya
manajemen
makroekonomi selama ini. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka menjadi penting untuk mempelajari bagal mana kinerja perekonomian Indonesia pada era liberalisasi perdagangan. Hasil simulasi ini dapat dapat digunakan bagi perumusan alternatif kebijakan yang tepat untuk mengantisipasi berbagai (permasalahan pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, neraca pembayaran, dan pemerataan) yang dihadapi perekonomian nasional dalam lingkungan yang berubah.
1.2. Perurnusan Masalah
Perekonomian Indonesia dicirikan dengan struktur produksi yang sangat protektif dan terjadi pada seluruh sektor (Basri, 1995). Sektor pertanian yang banyak menyerap tenaga kej a tingkat proteksinya justru lebih rendah daripada sektor industri. Dengan menggunakan nomrnal rate of protection; Garcia (1997) menunjukkan bahwa proteksi untuk sektor pertanian pada tahun 1987 dan 1995 sebesar 20 % dan 5 %, sementara sektor industri proteksinya masing-masing sebesar 131 % dan 53 %. Keadaan ini
mengindikasikan bahwa pembangunan nasional lebih menitik beratkan pada sektor industri (manufaktur), namun realita perkembangan sector industri di Indonesia tampak kurang menggembirakan. Proteksi yang diberikan oleh pemerintah khususnya pada industri skala besar yang padat modal baik melalui subsidi, tarif, ataupun pemberian hak monopoli pada waktu masih baru turnbuh (~nfunt mdtcstry) yang diharapkan mampu meningkatkan ekspor dalam jangka panjang, justru menunjukkan hasil yang sebaliknya bahkan tampak sebagai bayi yang sudah tua (Hill, 1996). menyimpulkan bahwa
Selanjutnya Hill
kebijakan intervensi pemerintah dalam proses industrialisasi
tersebut tidak bekerja, dan kebanyakan proteksi
tidak digunakan sebagai instrumen
untuk kebijakan industrialisasi, sehingga dikatakannya sebagai pendekatan orthodoxy karena tidak konsisten dan terarah. Kebijakan-kebijakan restriksi perdagangan yang dilakukan oleh Indonesia tersebut lambat laun akan semakin hilang (kecuali untuk makanan pokok dan komoditi yang terkait dengan kelestarian lingkungan)) sejalan dengan adanya kesepakatan antar negara untuk memberlakukan liberalisasi perdagangan.
Melihat kenyataan bahwa
struktur produksi Indonesia banyak diproteksi, dimana proteksi yang dilakukan kurang terkait dengan kebijakan industrialisasi, maka pada era liberalisasi perdagangan akan membawa permasalahan tersendiri bagi Indonesia apakah perekonomian Indonesia semakin membaik atau memburuk. Hal ini dikarenakan kebijakan penghapusan restriksi perdagangan yang diberlakukan pada produksi yang bersaing dengan i~npor akan memperburuk neraca perdagangan, namun disisi lain ekspor Lndonesia akan semakin meningkat dikarenakan adanya penghapusan tarif impor oleh negara lain. Sementara itu industri-industri besar yang sifatnya footloose industy yang sementara ini banyak
memperoleh keuntungan karena kebijakan restriksi dari pemerintah akan dipaksa bersifat kompetitif karena tekanan dari produk impor. Dengan demikian menjadi penting untuk mengetahui dalnpak liberalisasi perdagangan terhadap kinerja perekonomian Indonesia. Atas dasar pertimbangan tersebut, maka permasalahan penelitian ini tidak hanya sekedar mengetahui kinerja perekonomian Indonesia pada l~beralisasi perdagangan berdasarkan indikator makro, namun juga
Indonesia hams mampu pula membuat
kebijakan untuk memanfaatkan keuntungan dalaln liberalisasi perdagangan. Arah kebijakan pemerintah Indonesia tentu saja disesuaikan dengan kemauan politik, yakni tidak saja ditujukan untuk pertumbuhan ekonotni, namun juga untuk memecahkan permasalahan kesempatan kerja, neraca berjalan yang selama ini terus defisit, dan masalah pemerataan.
Dengan deinikian, yang menjadi perrnasalahan lain dalaln
penelitian ini adalah kebijakan apa yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi dampak liberallsasi perdagangan. Sejalan dengan kecenderungan pergeseran pusat ekonomi dunia ke kawasan Asia Pasifik yang kebanyakan negaanya merupakan patner dagang utama Indonesia, maka negara-negara tersebut
yang tergabung dalam APEC diramalkan akan banyak
mempengaruhi perekonomian Indonesia. Dengan demikian untuk melihat prospek perekonomian Indonesia di masa datang, maka dalaln penelitian ini pengaruh 11beralisasi perdagangan dititik beratkan pada negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan penelitian ini secara skeinatis disajikan pada
Gambar 1.
Perekonomian Indonesia di masa datang diramalkan
mendapat tekanan internal lnaupun eksternal.
MASA KIN1 Kinerja ekonomi makro saat ini 1. Smktur ekspor didominasi padat sumberdaya 2. Pertumbuhan tinggi,tapi pemerataan buruk 3 . PDB industri meningkat, namun penyerapan tenaga kerjanya rendah 4. Proteksi untuk meningkatkan ekspor, namun neraca bejalan terus metnburuk
Lemahnya kaitan aspek mikro dan makro ekonolni
Kebi-jakan perlindungan - Struktur produk banyak diproteksi pemerintah - Proteksi banyak dinikmati indusm padat modal - Kredit banyak disalurkan pada sektor non pertanian
I Proteksi perdagangan tidak terkait dengan proses industrialisasi
Model Mikro-makroekonomi Indonesia : untuk peramalan masa akan datang r
* MASA AKAN DATANG :ERA LIBERALISAS1 PERDAGANGAN Tekanan ekstemal yakni komitmen liberalisasi perdagangan
keterbatasan
Tekanan eksternal yakni pergeseran ekonomi ke Arah Asia Pasifk
Aspek Teoritis : Perdebatan tentang dampak liberalisasi perdagangan
sumberdaya
Tekanan internal berupa kelayakan politik : perhunbuhan dan stabilisasi ekonorni, peningkatan keseinpatan kerja, perbaikan neraca pembayaran, dan peinerataan pendapatan
v
Ramalan Kineqja ekonolni makro pada era liberalisasi perdagangan ?
Kebljakan pemerintah ?
Harapan kinerja ekonomi makro : pertumbuhan tinggi, inflasi terkendali, peningkatan kesempatan kerja, perbaikan neraca pembayaran, dan pemerataan pendapatan
Gambar 1 . Permasalahan Penelitian
I
Tekanan internal muncul sejalan adanya pertumbuhan penduduk yang terus meningkat
sehingga berakibat pada meningkatnya pengangguran
buruknya pemerataan pendapatan, di sisi lain memerlukan penanganan yang serius.
dan bertambah
neraca berjalan yang terus difisit
Kondisi ini membawa konsekwensi adanya
kemauan politik agar pembangunan diarahkan untuk tujuan peningkatan kesernpatan kerja, pemerataan pendapatan dan perbaikan neraca berjalan. Sedangkan tekanan eksternalnya adalah komitmen Indonesia untuk melakukan liberalisasi perdagangan, serta adanya pergeseran ekonomi dunia ke arah Asia Pasifik. Tekanan eksternal untuk melakukan liberalisasi perdagangan tidak hanya terbatas pada komitmen pada AFTA, APEC, maupun WTO, namun diperkuat melalui komitmen Indonesia pada International Monetary Fund (IMF) untuk menghapuskan segala proteksi yang hams dilakukan pada tahun 199811999, yang malah justru lebih awal dari kesepakatan dalam AFTA, APEC maupun WTO. Atas pertimbangan tersebut, maka penting dilakukan penelitian mengenai kinej a perekonomian Indonesia pada era pernasalahan tersebut
liberalisasi
perdagangan. Untuk menjawab
diperlukan adanya model yang marnpu
mengintegrasikan
keterkaitan aspek mikro (produksi clan perdagangan) dan aspek makro ekonomi, dan keterkaitan antara pasar domestik dengan pasar dunia, sehingga dengan dernikian dapat digunakan untuk mengevaluasi dan merumuskan berbagai alternatif kebijakan untuk memulihkan dan sekaligus memandu perekonomian nasional dari krisis dan gejolak yang terjadi dalam era liberalisasi perdagangan.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini mempelajari kinerja perekonomian Indonesia pada era liberalisasi perdagangan dengan memperhatikan keterkaitan antara aspek mikro dan makroekonomi dan antar pasar domestik dengan pasar internasional, dengan tujuan spesifik adalah sebagai berikut: 1. Membangun suatu model mikro-makroekonomi Indonesia yang mengintegrasikan antar aspek mikro dan aspek makro, dan keterkaitan antar pasar domestjk dan pasar dunia.
2. Meramalkan kinerja perekomian nasional pada era liberalisasi perdagangan. 3. Menganalisis berbagai alternatif kebijakan yang diperlukan untuk memperbaiki
kinerja ekonomi nasional pada era liberalisasi perdagangan.
1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian dimaksudkan dapat memberikan masukan baik dalam segi ilmu pengetahuan maupun bagi kepentingan pemerintah, khususnya kegunaan dalam hal: 1. Pengembangan dan perbaikan permodelan dalam kajian makroekonomi dalam rangka memperkaya khasanah model-model analisis ekokonomi.
2. Masukan kepada pemerintah dala~nrangka merulnuskan alternatif kebijakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi berbagai gejolak dalam era liberalisasi perdagangan, khususnya yang berkaitan dengan sasaran pertumbuhan ekonomi, stabilisasi ekonomi, serta mengatasi permasalahan neraca berjalan, kesempatan kerja, dan pe~nerataan
1. 3. Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini mempelajari kinerja perekonomian Indonesia pada era liberalisasi perdagangan dengan memperhatikan keterkaitan antara aspek mikro dan makroekonomi dan antar pasar domestik dengan pasar internasional, dengan tujuan spesifik adalah sebagai beri kut: 1. Membangun suatu model mikro-makroekonomi Indonesia yang mengintegrasikan antar aspek mikro dan aspek makro, dan keterkaitan antar pasar domestik dan pasar dunia.
2. Meramalkan kinej a perekomian nasional pada era liberalisasi perdagangan. 3. Menganalisis berbagai altematif kebijakan yang diperlukan untuk memperbaiki
kinerja ekonomi nasional pada era liberalisasi perdagangan.
1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian dimaksudkan dapat memberikan masukan baik dalam segi ilmu pengetahuan maupun bagi kepentingan pemerintah, khususnya kegunaan dalam hal: 1. Pengembangan dan perbaikan permodelan dalam kajian makroekonomi dalam rangka
memperkaya khasanah model-model analisis ekokonomi.
2. Masukan kepada pemerintah dalam rangka merumuskan alternati f kebijakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi berbagai gejolak dalam era liberalisasi perdagangan, khususnya yang berkaitan dengan sasaran pertumbuhan ekonomi, stabilisasi ekonomi, serta mengatasi permasalahan neraca berjalan, kesempatan kej a , dan pemerataan
1.5. Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan mikro-makro-ekonometrika, yakni pendekatan makroekonomi yang disusun dengan berdasarkan pada perilaku komoditi, khususnya dalam agregasi produksi agregat (sektor) dan agregasi neraca perdagangan dan jasa. Namun dengan luasnya cakupan yang akan diteliti maka untuk memudahkan penelusuran (trackable) dan analisis dilakukan penyederhanaan berdasarkan produk dan negara rekan dagang, dengan tetap menggambarkan realitas perdagangan yang terjadi. Memperhatikan prospek perekonomian Indonesia di masa datang, &lam penelitian ini pengaruh liberalisasi perdagangan di titikberatkan pada negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Berdasarkan atas besarnya nilai ekspor Indonesia menurut negara tujuan ekspor dan besarnya nilai impor Indonesia menurut asal impor, maka negara-negara di kawasan Asia Pasifik yang dipilih adalah Amerika Serikat mewakili kawasan Amerika, Jepang mewakili kawasan Asia, Singapura dan Thailand mewakili Asia Tenggara dan Australia mewakili kawasan Oceania. Sedangkan untuk negara-negara Eropa sebagai non Asia Pasi fik (kontrol) diwakili oleh Belanda. Pemilihan komoditi dititik beratkan pada komoditi-komoditi yang secara strategis berpengaruh terhadap
perekonomian nasional. Untuk komoditi pertanian tanaman
pangan adalah beras, komoditi perkebunan: karet, kopi dan lada, komoditi perikanan: udang, komoditi kehutanan: kayu gergajian, pertambangan: minyak mentah, gas dan tembaga, komoditi industri pertanian: sawit dan gula, serta untuk industri non pertanian adalah kayu lapis dan pakaian-tekstil. Sedangkan yang mewakili komoditi bahan baku dan barang modal berdasarkan impor terbesar dipilih kendaraan bermotor, mesin keperluan industri khusus, dan pipa besi dan baja.
Kinerja perekonomian Indonesia dalam penelitian ini diukur berdasarkan pada perubahan indikator makroekonomi: pendapatan nasional, pertumbuhan ekonomi, stabilisasi ekonomi (tingkat bunga, inflasi, nilai tukar), neraca perdagangan dan pembayaran, kesempatan kerja, dan pemerataan pendapatan. Sedangkan restriksi perdagangan diukur dengan NPR (Nominal Rute of Protection), yakni harga dunia dikurangi harga domestik tingkat pedagang besar dibagi dengan harga dunia. Dengan demikian rintangan perdagangan seperti tarif, pajak ekspor, subsidi dan rintangan perdagngan lainnya tidak dianalisis secara spesifik. Penelitian ini mempunyai keterbatasan yakni: (1) komoditi impor yang dimasukkan dalam model sangat terbatas karena pemilihan komoditi impor tidak saja didasarkan pada besarnya nilai impor namun juga didasarkan pada kontinyuitasnya, (2) tidak menlsagregasi sektor industi berdasarkan skala usahanya (besar-kecil) sehingga tidak mampu menangkap dampak liberalisasi perdagangan terhadap masing-masing sektor industri secara baik, (3) aspek moneter dalam model dirancang berdasarkan model standar yang belum memasukkan pasar saham, yang sebenarnya merupakan salah satu pilar pasar finansial di masa datang, dan (4) pasar dunia dianggap eksogenus, sehingga efek timbal balik yang mungkin terjadi pada komoditi tertentu tidak dapat ditangkap.