Model Pengembangan Kapasitas Petani/Nelayan Melalui Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (Capacity Building Model for Farmers through Learning Based on ICT) Ahmad Iqbal1) dan Achwil Putra Munir2) Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta 2) Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian USU, Medan Abstract The capacity development has many different meanings and interpretations, depending on who uses it and the context in which it is used. This paper tries to give the assessment and propose the model for capacity building and information/knowledge access for farmers through the utilization of information and communication technology. Keywords: capacity building, information and communication technology, dynamic web programming Abstrak Pengembangan kapasitas suatu masyarakat memiliki dimensi pemahaman yang begitu luas tergantung bagaimana kita melihatnya. Tulisan ini akan mencoba melakukan kajian dan usulan sebuah model untuk peningkatan kapasitas dan peningkatan akses informasi dan pengetahuan kepada masyarakat khususnya kalangan petani/nelayan melalui pemanfaatan teknologi telematika. Kata kunci: pengembangan kapasitas, teknologi informasi dan komunikasi, pemrograman web dinamis 1)
Pendahuluan Dalam konteks ke‐indonesia‐an peran masyarakat terutama kelompok petani/ nelayan menjadi signifikan disebabkan dari segi jumlah yang lebih besar dari kelompok masyarakat lain. Jika dilihat sektor pertanian/ perikanan yang melibatkan petani/nelayan sebagai pelaku utama berdasarkan kondisi riil amat sensitif secara politik, amat penting secara ekonomi, namun amat lemah secara sosial. Fenomena yang sedang berkembang di negara kita kini amat tepat untuk menunjukkan kebenaran tesis itu. Saat ini jumlah petani di Indonesia menempati porsi terbesar dalam lapisan masyarakat. Data Sensus Pertanian tahun 2003 menunjukkan, jumlah kepala keluarga (KK) petani mencapai 25,4 juta KK secara matematis.
Yang sangat disayangkan, potensi jumlah yang amat besar itu tidak serta‐merta mendongkrak posisi sosial ekonomi petani. Saat ini sektor pertanian memiliki posisi sosial yang rendah dalam pandangan kebanyakan masyarakat. Dengan kata lain, kondisi di atas menunjukkan lemahnya kapabilitas dan kapasitas masyarakat petani untuk mengembangkan potensi diri dan lingkungannya. Tulisan ini mengusulkan sebuah model yang mengangkat satu konsep pemberdayaan bagi petani dengan memanfaatkan sarana dan prasarana teknologi informasi dan komunikasi yang telah ada sebagai media untuk peningkatan kapasitas masyarakat. Di sisi lain teknologi informasi dan komunikasi berkembang sangat cepat dan masif. Teknologi informasi dan komunikasi atau yang dikenal juga dengan teknologi telematika seperti internet (world wide web), email,
1
Ahmad Iqbal dan Achwil Putra Munir: Model Pengembangan Kapasitas Petani/Nelayan Melalui Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
telepon fixed maupun mobile, fiber optik, dan satelit telah berkembang secara revolusioner yang mengubah cara bagaimana masyarakat berinteraksi, melakukan proses bisnis, berkompetisi di pasar internasional, dan mengelola ekonomi dan agenda pengembangan sumber daya manusia. Melalui teknologi ini masyarakat kini dapat menghasilkan dan mengakses informasi dan pengetahuan lebih banyak, lebih cepat, dan dengan biaya yang lebih murah. Di samping itu juga terdapat peluang yang lebih luas untuk peningkatan produktivitas dan aktivitas ekonomi. Teknologi telematika juga dapat berkontribusi menuju perkuatan demokratisasi, meningkatkan partisipasi sosial, berkompetisi dalam pasar dunia, dan menghilangkan batas dalam proses modernisasi. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun model pembelajaran masyarakat melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang dapat meningkatkan arus informasi, komunikasi, dan meningkatkan kapabilitas/kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat tani dan nelayan.
Metodologi Penelitian
Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2005 sampai dengan April 2006 di tiga lokasi yaitu Medan, Makasar, dan Samarinda. Bahan Penelitian Bahan penelitian ini menggunakan kuesioner dan peraturan dan kebijakan yang terkait dengan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Peralatan Penelitian Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah alat analisis untuk mengukur
2
kemampuan iptek berdasarkan pendekatan ESCAP, Perangkat Server, Perangkat Jaringan, Aplikasi internet /intranet open source (LAMPG=Linux, Apache, MySQL dan PHP, Gammu), SMS gateway (Modem GSM), HP. Tahapan Penelitian Baseline survey (kajian literatur, pemetaan) kebijakan)
Survei & Analisis
Forum Diskusi Partisipatif
Prototip Model Pembelajaran Berbasis IT
Rekomendasi & sosialisasi
Gambar 1. Metodologi Penelitian
Hasil dan Pembahasan Berdasarkan pelaksanaan survei dan pelaksanaan forum diskusi secara partisipatif disusun suatu model yang diharapkan dapat mendorong peningkatan pengetahuan bagi kalangan pertanian dan kelautan dan berdampak pada perbaikan kinerja dalam pengelolaan pertanian di masyarakat. Struktur model sistem pembelajaran tersebut ditunjukkan pada Gambar 2. Struktur sistem pembelajaran secara keseluruhan terdiri dari 3 (tiga) komponen utama yaitu: (1) Komponen sistem pembelajaran masyarakat berbasis telematika; (2) Komponen umpan balik (pemantauan dan evaluasi); (3) Komponen pengendali atau pengatur berupa regulasi, insentif, dan instrumen kebijakan pendukung lainnya. Sedangkan input dan outputnya adalah petani dan peningkatan kapasitas petani. Komponen sistem pembelajaran masyarakat terdiri dari sistem pembelajaran online, offline, dan mobile. Pada dasarnya, sistem pembelajaran online merupakan sistem yang berisi sarana dan prasarana, sumber daya yang dikembangkan dalam bentuk website (media internet) yang dioperasikan oleh suatu
Buletin Agricultural Engineering BEARING • Vol. 2 • No. 1 • Juni 2006
pengelola dengan mekanisme operasional pendukung. Sistem pembelajaran offline terdiri dari sarana dan prasarana, sumber daya‐sumber daya yang dikembangkan dalam suatu tempat pembelajaran di suatu wilayah apakah itu balai desa, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang ada di kecamatan atau kelurahan ataupun simpul‐simpul kegiatan masyarakat produktif lainnya yang di dalamnya terpasang fasilitas teknologi telematika dan mitra lokal yang mamfasilitasi sistem dengan suatu mekanisme operasional tertentu. Sistem pembelajaran mobile terdiri dari sarana dan prasarana, sumber daya‐sumber daya yang dikembangkan dalam bentuk unit bergerak yang di dalamnya terdapat fasilitas teknologi telematika dan mitra lokal yang mamfasilitasi sistem yang dijalankan dengan mekanisme operasional tertentu. Situs pembelajaran online merupakan sistem informasi berbasis website yang menjadi pusat informasi, komunikasi, dan transaksi bagi
komunitas petani/nelayan. Pembelajaran offline dan mobile merupakan simpul‐simpul lokal penerapan teknologi informasi yang diletakkan dekat dengan komunitas petani atau nelayan. Simpul lokal offline diletakkan di tempat‐tempat terjadinya kerumunan petani/nelayan seperti balai desa, Sub Terminal Agrobisnis (STA) atau Tempat Pelelangan Ikan (TPI), dan lain‐lain. Simpul pembelajaran mobile merupakan unit bergerak (berupa mobil keliling) yang menghubungkan desa satu ke desa lain yang berjarak cukup jauh. Di setiap simpul harus memiliki mitra lokal yang akan memberikan fasilitasi informasi, komunikasi, dan bantuan lain kepada petani dan nelayan melalui sarana telematika misalnya akses informasi tentang teknologi budidaya, pasca panen, pemasaran, pelatihan, dan lain‐lain. Hubungan antarkomponen sistem online, offline, dan mobile dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 2. Struktur Model Pembelajaran Petani/Nelayan
3
Ahmad Iqbal dan Achwil Putra Munir: Model Pengembangan Kapasitas Petani/Nelayan Melalui Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
Simpul lokal (offline ) WIRELESS Simpul lokal (offline)
Simpul lokal (mobile)
INTERNET
Pembelajaran online SMS
Simpul lokal (offline)
TELP/FAX, DLL
Simpul lokal (mobile)
Simpul lokal (offline)
Gambar 3. Hubungan Antarsimpul Struktur dan tampilan situs web pembelajaran ini dapat dilihat pada Gambar 4. Struktur website ini merupakan prototip awal yang dikembangkan berdasarkan hasil diskusi dan survei yang telah dilakukan. Namun belum melihat kebutuhan riil yang dirasakan oleh pelaku di simpul. Oleh sebab itu website ini akan mengalami pengembangan lebih lanjut sesuai kebutuhan pengembangan simpul‐simpul lokal. Satu hal yang menonjol adalah pemanfaatan SMS gateway sebagai sarana informasi dan Tabel 1. Pelabelan dan Pengelompokan Informasi No.
komunikasi pengelola dengan pelaku di simpul pembelajaran. Hal ini dibuat mengingat pelaku sudah akrab dengan media SMS tapi belum tentu mampu mengoperasikan komputer. Dengan SMS ini diharapkan dapat terjadi komunikasi dua arah yang signifikan untuk proses pembelajaran awal. Alamat situs web ini adalah http://lc.bppt.go.id/ dan nomor handphone SMS gateway adalah 081382923431. Menu situs dapat dilihat pada Tabel 1.
Gambar 4. Tampilan Prototip Pembelajaran Online
Label
Isi
1. Home
Halaman default
2. Berita
Berisi informasi yang terkait dengan kebutuhan stakeholder
3. Peluang
Berisi informasi peluang bisnis dan kesempatan lain di antara sesama stakeholder
4. Forum Diskusi
Berisi ajang diskusi untuk para pengguna
5. Kolom Pakar
Berisi kolom konsultasi antara pakar dan pengguna dalam bidang pengetahuan tertentu
6. Profil Mitra
Berisi daftar anggota komunitas
7. Register
Berisi form untuk mendaftar sebagai anggota.
8. Contact
Berisi alamat kontak pemelihara situs (e‐mail, telepon, dll.)
9. About Us
Berisi keterangan singkat tentang pemilik situs
10. Link
Berisi link‐link situs terkait dan situs mitra dari situs pemilik
11. SMS interaktif
Berisi informasi yang bersifat interaktif di mana pengguna dapat mengirim sms ke situs untuk mengirim berita singkat atau bertanya sesuatu kepada pakar
4
Situs
Buletin Agricultural Engineering BEARING • Vol. 2 • No. 1 • Juni 2006
Komponen pengendali atau pengatur berupa instrumen kebijakan pendukung berupa peraturan, regulasi dan deregulasi, insentif. Model pembelajaran ini dapat dikembangkan dengan sukses bila didukung oleh kebijakan yang tepat. Ada tiga bentuk intervensi kebijakan yang dapat diterapkan dalam pengembangan model pembelajaran ini yaitu legal device (UU), mekanisme operasional berupa surat keputusan menteri, perda, dan lain‐lain serta kelembagaan yang meliputi kelembagaan yang mendukung terwujudnya proses pembelajaran masyarakat. Keterkaitan kebijakan sistem pembelajaran ini dengan kebijakan‐kebijakan lain harus bersifat saling memperkuat dan mendukung. Dari sisi konsep pembelajaran harus terjadi sinkronisasi kebijakan dengan kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Depdiknas. Sedangkan yang berhubungan dengan pemanfaatan teknologi telematika kebijakan yang dibuat harus sejalan dengan kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Departemen Komunikasi dan Informasi dan kebijakan terkait lainnya. Wujud dari ketiga bentuk intervensi di atas dapat berupa sistem insentif atau kemudahan‐kemudahan dalam mekanisme pentarifan, pembangunan infrastruktur, perizinan maupun kelembagaan yang dapat mendorong tumbuhnya proses pembelajaran di masyarakat berbasis teknologi telematika khususnya bagi petani dan nelayan. Beberapa usulan yang dapat diperhatikan untuk keberhasilan penerapan sistem pembelajaran iptek di masyarakat adalah sebagai berikut: a. Peningkatan teledensitas khususnya akses internet dengan menerapkan USO internet. b. Penerapan USO (Universal Service Obligation) untuk internet misalnya dengan menyediakan infrastruktur internet dan akses internet gratis terbatas ke masyarakat perdesaan. c. Peningkatan akses internet dengan biaya akses yang murah bagi petani/nelayan. d. Pengembangan e‐learning dan kurikulum pendidikan dan pembelajaran masyarakat yang diakui oleh Depdiknas. e. Kemudahan investasi bagi masyarakat yang ingin mengembangkan usaha di bidang
telematika yang mendukung kegiatan pertanian maupun kelautan. Komponen umpan balik terdiri dari proses pemantauan dan evaluasi. Pemantauan dan evaluasi menjaga dan menjamin agar tujuan sistem dapat terjadi selama proses perencanaan dan perancangan lebih‐lebih bila proses memiliki beberapa tujuan, atau tujuan yang mengandung artikulasi yang kurang begitu jelas atau mengandung ambigu, maupun hubungan sebab akibat yang mengaitkan beberapa tujuan tersebut. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam proses pemantauan adalah: (1) Indikator kinerja yang memberikan dasar praktis untuk menegaskan apakah setiap tujuan telah memenuhi harapan; (2) Target yang mendefinisikan kuantitas, kualitas jadwal untuk setiap indikator; (3) Rencana yang realistik dalam pengumpulan data dasar untuk setiap indikator; (4) Dalam pendekatan partisipatif, dalam merancang proses, pemantauan dan evaluasi harus melibatkan stakeholder (pemangku kepentingan) sehingga menjadi latihan dalam pembelajaran dan pengembangan kapasitas. Sedangkan evaluasi akan meningkatkan nilai‐ nilai apabila fokus pada isu dan pertanyaan strategis tentang mengapa hal tersebut terjadi. Evaluasi harus dapat melihat kecenderungan ke depan dan belajar dari pengalaman.
Kesimpulan dan Saran Sistem pembelajaran produktif untuk peningkatan kapasitas petani ini dapat meningkatkan akses informasi, komunikasi, dan pengetahuan bagi petani melalui tayangan informasi dan komunikasi melalui website dan melalui diskusi partisipatif dan pendampingan oleh mitra lokal. Sistem ini merupakan prototip awal yang perlu dikembangkan lagi baik metodologi, infrastruktur telematika maupun konten informasinya yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik di setiap simpul.
Daftar Pustaka Alkadri dkk., 1999. Manajemen Teknologi untuk Pengembangan Wilayah, Dit. KTPW‐ BPPT.
5
Ahmad Iqbal dan Achwil Putra Munir: Model Pengembangan Kapasitas Petani/Nelayan Melalui Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
Wilkinson, Rona, Impact Assessment of Macro Level Policies on ICTs. Cheema, Shabbir, G, 2003. Capacity Development at the Country Level, A ten‐Point Agenda for Action, Italy. Harry W. Richardson, 1972. Regional Economics Redwood Press Limited, London. Taufik,
A.Tatang, 2002. Survei Literasi Komputer 2001, P2KTPUDPKM BPPT.
UNDP,
1998. Capacity Assessment and Development, In a Systems and Strategic Management Context.
Taufik,
A. Tatang., Subagjo I. 2001. Menumbuhkembangkan Pemanfaatan Sumber Daya Lokal dan Perlindungan Aset Intelektual Bangsa, P2KTPUDPKM BPPT.
BPPT, 2004. Indikator Teknologi Informasi dan Komunikasi Tahun 2004. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Informasi dan Elektronika (P3TIE). BPS, 2003. Sulawesi Selatan dalam Angka.
6
BPS, 2004. Medan dalam Angka 2003, Kerjasama Badan Pusat Statistik Kota Medan dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Medan. BPS, 2004. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Barru Tahun 2003, Kerja sama Badan Pusat Statistik Kabupaten Barru dan BAPPEDA Kabupaten Barru. LP
UNHAS, 2004. Laporan Akhir Pengembangan dan Pemutakhiran Data Perencanaan (Karakterisasi Lahan dan Zonasi Pengembangan Pertanian dan Sumberdaya Alam) Kabupaten Barru. Divisi Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin.
BPPT, 2005. Laporan Akhir Pengembangan Model Pembelajaran Masyarakat Melalaui Pemanfaatan ICT dalam Era Ekonomi Berbasis Pengetahuan. Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Unggulan Daerah dan Peningkatan Kapasitas Masyarakat.