EMBRYO VOL. 1 NO.
]
JUNI
2OO4
1SSN. 0216-0188
PENINGKATAN POTENSI PRODUKSI TANAMAN KENTANG (Salaz um tuberosumLinn.) DI ANDISOL Budi Prasetyol) dan lka Rochdjatun Sastrahidayatt) I)
StaT P engai
ar Fakultas P ert anian Univ
er s itas Br aw ij ay a
ABSTRACT (Andisol) by The aim of research was to increase potato yield at marginal land due and Glomus, Gigaspora, inoculated vesicel arbusculer mycorrhiza, iniluded: Acaulospora, vam inocuiation Scutelospora. Result showed that number of potato tuber increased at all spesies, the fungi between .o-pur.-d by control (non inoculation). The variation occurred best yield showed at Acaulospora treatment'
PENDAHULUAN
Kentang meruPakan salah satu komoditi utama yang pengembangannya mendapat prioritas di Indonesia sejak awal tahun 1990-an. Di kawasan Asia juga dibentuk organisasi International South Asian Potato Program for Research and
Development (SAPPRAD)
dengan kentang program utama mendayagunakan sebagai sumber pangan' Sejak tahun Ig92llgg3 pemerintah mengembangkan komoditi ini di berbagai provinsi andalan yaitu Jawa Baral, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Barat, Sumatra Utara, dan Sulawesi Selatan dengan didukung penyediaan bibit unggul bermutu di dalam negeri. Ditjen Tanaman Pangan dan
Hortikultura bekerja sama dengan JICA (Japan International Cooperation Agency)
menyelenggarakan Proyek Perbanyakan genih Kentang (PPBK) untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas dan untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas kentang di Indonesia. Sampai dengan tahun Igg3 Indonesia masih mengimpor bibit kentang rata-rata 400 ton (senilai US $ 358.ooo).
Perkembangan luas weal tanam kentang di Indonesia meningkat dari 14'170 hektar pada tahun 1969 menjadi 30'278
hektar pada tahun 1981, dan kenaikan
sepuluh tahun berikutnya lebih rendah yakni minjadi 39.620 hektar' Kenaikan luas areal tanam pada tahun 1981 sampai I99I relatif
lebih rendah dari sepuluh tahun sebelumnya mengindikasikan berbagai hambatan yang dihadapi dalam memperluas areal tanaman kentang. Luas areal tanam kentang di Jawa Timur mencapai 6.951,0 ha dan luas panen 6.476,0 ha tersebar di wilayah Kabupaten Pasuruan, Probolinggo, Malang, Magetan, Lumajang, Bondowoso, BanYuwangi, Mojokerto, Trenggalek, dan Tulungagung masing-masing berturut-turut dari yang paling luas sampai yang paling sempit yakni, 2.790, !.891, 1.646, 514, 235, 91, 23, 12,11,7 dan6 ha (DIPERTA. 2001)' Pemanfaatan tanaman kentang Yang toleran terhadap suhu lebih tinggi dari tempat asalnya atau ketinggian tempat yang lebih rendah merupakan salah satu usaha untuk menambah luas areal tanam. Sejak
tahun 1974 Balai Tanaman SaYuran
(Balitsa) mengintensifkan penelitian dan pengembangan kentang di dataran
EMBRYO VOL.
] NO. ]
JUNI
menengah (medium) pada ketinggian antara 300 - 700 dpl. Beberapa varietas atau klon yang cocok ditanam di dataran menengah antara lain varietas Cosima, Berolina (dari Jerman), Cipanas (Indonesia), klon 77-05139, DTO-28 dan DTO-33. Di Indonesia yang beriklim panas (tropis), kentang dapat berproduksi baik di dataran menengah sampai dataran tinggi, yakni pada ketinggian 300 sapai 2.000 m dpl. Daerah yang paling optimal untuk pertumbuhan dan produksi kentang adalah pada ketinggian + 1.300 m dpl. Kondisi iklim yang ideal untuk tanaman kentang adalah suhu rendah (dingin) dengan rata-rata harian 15 - 20oC, kelembaban udara 80 - 90%, mendapat sinar matahari cukup (moderat), dan curah hujan 200 - 300 mm/bulan atau ruta-rata 1.000 mm selama pertumbuhan. Penelitian ini bertujuan mengkaji potensi tanaman kentang varietas granola dan kemampuannya tumbuh dan berproduksi dalam pot dengan inokulasi mikoriza arbuskula (indigenous) di dua tempat yang berbeda ketinggian dan suhu rata-rata hariannya yaitu di rumah kaca Fakultas Pertanian (kampus dengan ketinggian 450 m dpl) dan kebun percobaan (Cangar dengan ketinggian 1700 m dpl), LTNIBRAW. Percobaan ini j,rga untuk menguji spora yang telah diperoleh dari survei pendahuluan dan dipersiapkan di laboratorium sebagai inokulum dengan mengukur tingkat infektivitas mikoriza pada bibit dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kentang yang berasal dari umbi mini kentang varietas granola (G0).
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di dalam rumah kaca pada dua tempat yang berbeda ketinggiannya yaitu pada ketinggian 1700 m dpl
LS.SN
2OO4
(lokasi
. 0216-0188
I) dan pada 450 m dpl (lokasi II).
Lokasi I berada di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Cangar wilayah administrasi Batu, dan lokasi II ada di lingkungan kampus Fakultas Pertanian LINIBRAW, Malang. Analisis laboratorium dilakukan di laboratorium Biologi Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Percobaan berlangsung selama
kurang lebih empat bulan sejak bulan Februari sampai Mei 2003.
Pelaksanaan
Percobaan dengan menggunakan jenis bahan bibit berupa umbi mini (G0 : Granola F0) dilakukan dengan melibatkan faktor I adalah perlakuan mikoriza yang
terdiri atas Gigaspora,
Acaulospora, Scutelospora, Glomus, dan campuran dari keempat jenis tersebut. Jenis mikoriza tersebut adalah MA indigenus yang diperoleh dalam isolasi dari lapangan dan perbanyakan massal yang dilakukan
sebelumnya (survei pendahuluan dan pengamatan di laboratorium) dengan kodihkasi M0 (tanpa inokulasi mikoriza),
Ml
(Gigaspora), M2 (Acaulospora), M3 (Scutelospora), danM4 (Glomus). Faktor II adalah media tanam yaitu tanah alami (T0) dan tanah yang disterilkan (T1) yang berasal dari jenis Andisol. Khusus untuk bibit yang berupa plantlet digunakan media campuran tanah dari jenis Andisol dengan kompos dari sabut kelapa dengan perbandingan21. Sepuluh kombinasi dari faktor I dan faktor II masing-masing diulang enam kali, tiga ulangan untuk pengamatan destruktif dan tiga sisanya untuk pengamatan nondestruktif. Kodifikasi rnasing-masing perlakuan di atas adalah: T0M0, T0M1, T0M2, T0M3, TOM4, TIMO, T1MI , TIMZ, T1M3, TI M4. P en
gamatan/pengukuran
EMBRYO VOL.
] NO, ]
JUNI
Pengukuran terhadap pertumbuhan tanaman
meliputi; tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah anakan (tak terusik : nondestructive), ditambah dengan pengamatan bobot basah dan bobot kering tanaman yang ada di atas tanah dan di dalam tanah, jumlah stolon dan umbi yang terbentuk, infeksi mikoriza pada akar dan jumlah spora yang terbentuk saat panen dari masing-masing jenis MA yang yang diinokulasikan. Pengukuran pH media dalam pot dilakukan untuk mengetahui tingkat keasaman pada areal yang
terjangkau miselium mikoriza
IS,SN. 0216-0188
2OO4
dan
didalamnya terjadi pembentukan spora dan infeksi MA.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Tanaman Kentang Fase yang sangat penting dalam proses kehidupan tanaman kentang untuk mencapai produksi terbaiknya adalah fase pertumbuhan. Di dataran tinggi, kondisi pertumbuhan tanaman kentang yang relatif lebih lambat atau tinggi tanaman lebih rendah dari pada yang ditanam di dataran rendah, namun jumlah daun yang tidak berbeda dari dua lokasi pada umur yang sama (Tabel 1) dan penampilan lebih sehat dengan daun terbuka lebih lebar untuk tanaman di dataran tinggi.
Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman (cm) dan Jumlah Daun Tanaman Kentang Pada 30 HST yang Ditanam Pada dua Lokasi Berbeda dan perlakuan Mikoriza. Perlakuan
Rerata tinggi tanaman (cm)
Lokasi I
Kontrol Gigaspora Acaulospora Scutelospora Glomus
25.6 22.5 24.2 24.1
27.6
Lokasi II 28.7 ab 28.4 ab 35.7 ab 26.7 b 28.7 ab
Rerata jumlah daun Lokasi I Lokasi II
9.8
tr.2
9.3
t2.7
lr.7
13.3
9.8
14.5
tt.2
10.0
Keterangan: Lokasi I rumah kaca pada ketinggian tempat 1700 m dpl, loksdi II rumsh kaca pada ketinggian 400 m dpl. Nilai yang didampingi oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata (o :0,05)
Pada umur dua bulan
sudah
terbentuk umbi dengan ukuran kecil sampai sedang t 30 g (A tZ cm) bahkan rerbentuk umbi sangat kecil (< 1 gram) pada umur tanaman 4 minggu setelah tanam (MST). Keadaan tanaman ini berbeda sama sekali dengan kentang yang ditanam di rumah kaca di dataran rendah. Di rumah kaca
dataran rendah, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tanaman kentang mampu menghasilkan umbi, meskipun
pertumbuhan pada bulan pertama dan kedua dapat berlangsung cukup cepat dengan pertambahan tinggi yang agak berlebihan sebagai gejala etiolasi. Hambatan tersebut dapat bersifat pennanen dan sementara. Hambatan yang bersifat pennanen dapat berupa kesesuaian lahan
dan iklim yang tidak mudah dimodifikasi atau dimanipulasi dan terbatas pada daerahdaerah tertentu, sedangkan hambatan yang tidak permanen dapat berupa teknik-teknik penerapan di lapangan, kondisi sosial dan
EMBRYO
l'OL
;
ekonomi
masr
a::ir'. :.:::1: s3:ta nilai
/SSN .' 02 I 6-0188
JL-\',l 2004
'' t--t
tanda inisiasi umbi yang dapat diamati secara langsung adalah tampak pada ujung
ekonomi kentan:
stolon membesar dua kali diameternya (Erving & Struik, 1993). Percobaan
Inisiasi dan Perkembang;rn L mbi ,-::-:::': :::lu'ai Pembentukan '*:1 l-::j1 :::;:- :lbri ::i:l::: dengan terjad::r'", yang ada dike:..l-.' ::-:- :' :''':: tr:'h
pendahuluan yang dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian (t 450 m dpl) inisiasi umbi tidak diperoleh pada semua perlakuan I'ang diberikan, tetapi untuk tanaman yang ,Jitanam di rumah kaca, di Kebun Percobaan Cangar (Tabel 2) mampu menunjukkan terbentuknya umbi pada 60 HST. Inokulasi
(Stolon). .i-.'-.- l:l-'l;1'-:-:L :nbi (inisiasi) seter:: -:'-l-' , r-113si terbentuk F3Jr :-:==- -'::-: - :'='-Jl' terutama tanSr:Jll .,'..:,---- . --= :::t::- l:"rt mikoriza mampu meningkatkan jumlah Jl-19 bibit yang 'r'e:::, -:1:, i - :::-: :-i:- ',.-L;L pada 60 HST secara berasal dan s":'' :i:;:! :-:tr :::: .-r- -CL11I umbi yang terbentuk -'i belum tamPak masih tetapi nr.ata. cepat. \lenu:-*: .::--' .- ' - atau jenis ke::r:-: -::' -::--:'.:: _: lllnan pengaruhnya pada berat segar umbi. berpengaruh l:r'L::,: -:.-: ::. *:: Tabel
2.
Rer:., "' *-: .;Pa:: : : .:Sl
3
t
PeiF[uan
Kentang =::: Sesar Umbi (gram) per Tanaman
-r:'; -:::r:
unbi
a-
-
Kontrol
Rerata berat segar umbi al
J /.J I
36.52 37.56
Gigaspora
Glontus Scutelosp: ",; Acaulosp -,'":
40.1 3
4s.69
l::
Keterangan
sarna dalam kolom yng sama tidak berbeda
-rr:-:
ian Asosiasi \1ik*-rrz;r \rfu,oh'lLL;'' Tanaman kentanr
pnda
g
mudah mengalami perombakan oleh mlko organisme apabila akar terputus atau bagian jaringannya rusak atau mati. Spora yang terbentuk oleh MA Yang :rinokulasikan diamati pada saat tanaman nencapai 60 hari setelah tanam' Tidak
serrua
kan peffLr: j".::: *:- l - '- --' melalui Pirlr-i-"--"-:: r akarn,va. S::;.-::-: ir ;l
.:s:'' :
:
:--
' * ;-- ' :-:::'-
.:s ::-, :-1 ' - : -'t - - i *-- '' *) -,:::: ditemukan::j:: keadaannla:.-.; -:* t :'- -::- -:- :**-yang
hal
\,fA yang
diinokullisikan
dapat
Jiternukan sporanya pada saat pengamatan :i,akukan.
EMBRYO VOL. 1 NO.
I
JUNI
KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasdi atas maka
an yang telah dilakukan
dapatdisimpulkan sebagai berikut
:
Peningkatan potensi produksi
jumlah umbi bibit
yang dihasilkan dapat dilakukan dengan inokulasi mikoriza arbuskula. Jenis-jenis mikoriza yang ditemukan pada Andisol terdiri dari empat kelompok yaitu Acaulospora, Gigaspora, Glomus, dan Scutelospora, masing-masing dapat berpengaruh terhadap jumlah umbi yang dihasilkan kecuali Gigaspora tidak berbeda dengan kontrol. Perbaikan kondisi spora indigenous melalui perbanyakan di rumah kaca atau laboratorium mampu memperbaiki efektivitas infeksi dan pengaruhnya bagi tanaman inang.
khususnya'
De La Cruz, R.E., 1990. Final Report of The Consultan on MYcorrhiza Program DeveloPment in The ICU Biotechnology Centre. Bogor Agriculture Institute. Bogor. DIPERTA. 2001. Laporan Tahunan 2001. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur. Egawa, T. 1977. Properties of Soils Derivad From Vulcanic Ash, in
Tan K.H. (ed.), Ahutchinson Ross
W. 1993. Tuber Formation of Different Potata (Solanum tuberosum L) Cultivars at High Temperatures. Agrivita
Vol. 16, No. 1, Faculty of Agriculture of Brawijaya University, Malang, Indonesia. Anas, I. 1994. Biofertilizers and Their
Application in Indonesia. Paper presented at the RDA-FFTC International Seminar on the Use of Microbia and Organic Fertilizers in Agricultural Production in Suweon, Korea.
Daniels dan Skipper, 1982. .In Schenck (1982). Methods and Principles of
Myconhizal. The American Phytopathological Society. Minnesota. p. 29 - 35.
Andosols. Benchmark
Book. 249-302. Ewing, E. E. & P. C. Struik, 1993. Tuber Formation in Potato: Induction, Initiation, and Growth. Munir, 1986. Tanah-Tanah Utama di
Indosesia:
Karakteristik,
Klasifikasi, dan
PemanfaatannYa. Pustaka Jaya. Jakarta. Hal. 7l 95. Prasetya, B., L991. Pengaruh Inokulasi Mikoriza Terhadap Pertumbuhan
dan Serapan Haran N, P, K
DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto, Tatik
1SSN.' 0216-0188
2OO4
Tanaman Kedelai. Laporan Hasil Penelitian, DPP-Fakultas Pertanian Universitas Brawij aya Malang. Sastrahidayat, I.R., 1994. Applikasi Pupuk
Hayati Mikoriza (VAM)
Pada
Tanaman Bawang-Bawangan dan Pengaruhnya Terhadap Tingkat Serangan Alternaria porri. Agrivita. Vol. 6. No. 2. Malang. Seiverding, 1982. Methods and Principle of Mycorrhizal Research. The American Phitopathological Society. Mennesota. Siefferman, lgg2. Mineralogi Lempung. Fakultas Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta.
Wada,
K. 1986. Ando Soils in Japan.
Wood,
M. 1989. Soil Biology. Chapman
Kyushu University Press, Japan. and
Hall. New York.