NATRIUM NAFSILIN NAFCILLIN SODIUM 1.
Nama Golongan Antibiotik/antiseptik (2); amin, aromatik, heterosiklik (4). Sinonim / Nama Dagang (1,2,3,5) 4-Thia-1-azabicyclo
(3.2.0)
heptane-2-carboxylic
acid,
6-(((2-1-
naphtalenyl)carbonyl)amino)-3,3-dimethyl-7-oxo-monosodium salt, (2S-(2 alpha, 5 alpha, 6 beta)-; 4-Thia-1-azabicyclo (3.2.0) heptane-2-carboxylic acid, 6-(2ethoxy-1-naphthamido)-3,3-dimethyl-7-oxo-monosodium salt; (2S-(2 alpha, 5 alpha, 6 beta)-4-thia-1-azabicyclo (3.2.0) heptane-2-carboxylic acid, 6(((2-ethoxy 1-naphthalenyl)
carbonyl)
amino)-3,3-dimethyl-7-oxo-monosodium
salt;
3,3-
Dimethyl-7-oxo-4-thia-1-azabicyclo (3.2.0) heptane-2-carboxylic acid,6-(2-ethoxy1-naphtamido) monosodium salt; BRL 1383; Nafcillin sodium salt; Naftopen; Naphthicillin; Sodium nafcillin; Unipen; WY 3277; 6-(2-Ethoxy-1-naphtamido) penicillin
sodium;
Sodium
6-(2-ethoxy-1-naphtamido)
penicillanate;
C21H21N2Na)5S. Nomor Identifikasi (1,2,3,4,5,6) Nomor CAS
: 985-16-0
Nomor OHS
: 16086
Nomor RTECS
: XI0175000
Nomor EC (EINECS) : 213-574-4 2.
Sifat Fisika Kimia Nama bahan Natrium nafsilin Deskripsi (1,2,3,7) Serbuk padat, berwarna putih hingga kuning, beraroma samar; Rumus molekul C21H21O5SNa; Berat molekul 436,46; Titik didih 714,1 AC pada 760 mmHg; pH 5-7 (3%); Larut dalam air, kloroform, dan alkohol; Frasa Risiko, Frasa Keamanan dan Tingkat Bahaya Peringkat NFPA (Skala 0-4) (2) : Kesehatan 1
= Tingkat keparahan rendah
Kebakaran 1
= Dapat terbakar
Reaktivitas 0
= Tidak reaktif
Klasifikasi EC (2,8): Xn
= Berbahaya
R42
= Dapat
menyebabkan
sensitisasi
karena
meyebabkan
sensitisasi
karena
terhirup R43
= Dapat
bersinggungan / kontak / bersinggungan / kontak dengan kulit S2
= Jauhkan dari jangakauan anak-anak
S22
= Berbahaya jika ditelan
S24
= Beracun jika bersinggungan
atau kontak
dengan kulit S46
= Jika tertelan, segera cari pertolongan medis serta perlihatkan wadah bahan atau labelnya
S36/37/39
= Pakai / kenakan pakaian pelindung, sarung tangan dan pelindung mata / wajah
3.
Penggunaan (4,6,8) Digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram positif, terutama dari jenis staphylococci yang tahan terhadap penisilin lain; sebagai antibiotik dari kelas penisilin yang resisten terhadap beta-laktamase.
4.
Identifikasi Bahaya Risiko utama dan organ sasaran Bahaya utama terhadap kesehatan: Dapat menimbulkan reaksi alergi (2). Organ sasaran: Sistem imun (sensitizer) (2), mata, kulit, saluran cerna, dan saluran napas (7). Rute Paparan Paparan jangka pendek Terhirup Reaksi alergi, asma (2). Kontak dengan kulit Reaksi alergi, asma (2,7)
Kontak dengan mata Reaksi alergi (2,7). Tertelan Reaksi alergi (2) Paparan jangka panjang Terhirup Tidak tersedia informasi mengenai efek merugikan yang berarti (2). Kontak dengan kulit Tidak tersedia informasi mengenai efek merugikan yang berarti
(2)
.
Kontak dengan mata Tidak tersedia informasi mengenai efek merugikan yang berarti (2). Tertelan Ruam, mual, muntah, diare, nyeri perut, nyeri dada, mengi (wheezing), asma, pusing, warna kebiruan pada kulit, kongesti paru, gangguan darah, kejang (2) 5.
Stabilitas dan Reaktivitas Stabilitas
:
Stabil pada suhu normal dan tekanan normal (2)
.
Kondisi yang harus
:
dihindari
Hindarkan dari panas, nyala, percikan, dan sumber api lain. Hindarkan dari kontak dengan bahan yang tak tercampurkan (2,3).
Bahan tak tercampurkan
:
Oksidator (2), basa, alkali
Natrium nafsilin dengan Pengoksidasi kuat : Bahaya dekomposisi
:
Bahaya ledakan dan kebakaran
(2)
Produk dekomposisi termal: oksida karbon, nitrogen, sulfur, natrium (2).
Polimerisasi 6.
:
.
Tidak akan terpolimerisasi (2).
Penyimpanan Simpan sesuai dengan peraturan dan standard yang berlaku (2). Simpan terpisah dari bahan tak tercampurkan (2,7). Simpan di tempat sejuk dan kering
(7)
.
Jauhkan dari jangkauan anak-anak (7).
7.
Toksikologi Toksisitas Data pada manusia (2,5) TDLo intravena-perempuan 3200 mg/kg/20 hari intermittent; TDLo intravenaperempuan 4560 mg/kg/19 hari intermittent; TDLo intravena-anak 450 mg/kg/3 hari; TDLo intravena-lelaki 3100 mg/kg/18 hari intermittent; TDLo intravena-lelaki 429 mg/kg/23 hari intermittent. Data pada hewan (2,5) LD50 oral-tikus >5 gram/kg BB; LD50 oral-mencit >5 gram/kg BB; LD50 intravenamencit 1140 mg/kgBB; LD50 intraperitoneal-tikus 1240 mg/kg BB; LD50 intraperitoneal-anjing 600 mg/kg BB; LD50 intramuskuler-tikus 2800 mg/kg BB; LD50 intravena-mencit 1 gram/kg BB;
LD50 intravena-anjing 633 mg/kg; LD50
intraperitoneal-mammalia 1266 mg/kg BB; LD50 intramuskuler-mammalia 2955 mg/kg BB. Data tambahan (2) Dapat menembus plasenta; dapat diekskresikan melalui air susu ibu (ASI); kemungkinan dapat berinteraksi dengan obat; kemungkinan dapat bereaksi silang dengan senyawa yang mirip. Data Karsinogenik (8,7) Tidak terdaftar sebagai karsinogen oleh NTP, IARC, dan OSHA. Data Reproduksi (8) Efek reproduksi dan perkembangan penicillin yang banyak digunakan pada wanita hamil dan masalah belum didokumentasikan. Tidak ada hubungan. Data Sensitisasi Reaksi hipersensitif, termasuk anafilaktis telah dilaporkan dengan penggunaan terapeutik Informasi Ekologi (8) Informasi ekologi belum diteliti. Namun, pelepasan ke lingkungan harus dihindarkan. 8.
Efek Klinis (2,3) Keracunan akut
(Informasi akibat terpapar natrium nafsilin dapat mengacu pada informasi akibat terpapar penisilin) Terhirup Penisilin: Pada kasus yang jarang terjadi, timbulnya syok anafilaktik, seperti yang tertera pada paparan secara oral (tertelan), ditimbulkan akibat menghirup penisilin pada individu yang sensitif. Kemungkinan dapat terjadi bronkokonstriksi dan asma. Kontak dengan kulit Penisilin: Paparan penisilin secara topikal dapat menimbulkan reaksi hipersensitif, seperti angioedema yang ditandai dengan pembengkakan bibir, lidah, wajah, dan jaringan periorbital, napas seperti terserang asma, dan gatal-gatal. Paparan intradermal
dalam
jumlah
sedikit
berangsur-angsur
dapat
menyebabkan
anafilaksis dan kematian pada individu yang sensitif. Kontak dengan mata Penisilin: Penisilin dapat menimbulkan reaksi alergi jika digunakan secara topikal. Tertelan Penisilin: Pada individu yang tidak alergi, bahan ini pada umumnya tidak bersifat toksik walaupun dalam dosis tinggi. Reaksi hipersensitivitas, baik segera ataupun tertunda, dapat terjadi pada individu tanpa diketahui awal mula paparan dan dapat disebabkan oleh paparan penisilin dari lingkungan dalam tingkat yang tidak diketahui. Reaksi tersebut dapat meliputi anafilaksis, angioedema, dan serum sickness type reactions, dengan gejala seperti yang tertera pada paparan kronis. Keracunan kronik (Informasi akibat terpapar natrium nafsilin dapat mengacu pada informasi akibat terpapar penisilin) Terhirup Penisilin: Paparan berulang dapat menimbulkan sensitisasi. Terkena kulit Penisilin: Paparan berulang dapat menyebabkan sensitisasi. Telah dilaporkan dapat menimbulkan dermatitis akibat alergi pada individu yang terpapar bahan secara berulang setelah pemakaian salep penisilin topikal. Terkena mata
Penisilin: Paparan berulang dapat menimbulkan sensitisasi. Tertelan Penisilin: Menelan penisilin secara berulang dapat menimbulkan mual, baik yang disertai muntah atau tidak, distress epigastrik, diare ringan hingga sedang, mulut kering atau nyeri mulut, nyeri pada lidah. Jarang dilaporkan terjadinya psedomembranous colitis. Reaksi hipersensitivitas yang berat dan dapat segera terjadi adalah syok anafilaktik, yang meskipun biasanya berhubungan dengan pemberian bahan secara parenteral (melalui injeksi), dapat terjadi pada kasus terpapar bahan melalui oral. Gejala yang dapat timbul dalam jangka waktu beberapa menit meliputi urtikaria, purpura lesi kulit, edema setempat, kelemahan yang ekstrim, pusing, mual, muntah, diare, nyeri dan kram perut, bronkokonstriksi yang disertai asma berat, nyeri dada, hipotensi berat, sianosis, kolaps sirkuler, edema paru, kejang, dan kematian pada kasus gagal napas. Pada beberapa individu kemungkinan terjadi angioedema yang ditandai dengan pembengkakan bibir, lidah, wajah, dan jaringan periorbital (di sekitar rongga mata), napas seperti penderita asma, dan urtikaria. Gejala lainnya yang dapat segera timbul antara lain edema laring, laringospasme dan bronkospasme. Reaksi yang tertunda dapat meliputi berbagai ruam kulit, mulai dari makulopapuler hingga dermatitis eksfoliatif, dan serum sickness type reactions. Gejala terakhir dapat meliputi menggigil, baik disertai demam atau tidak, ruam, leukopenia, purpura, arthralgia atau arthritis, mialgia, edema umum, malaise (rasa tidak nyaman pada tubuh), perubahan mental, limfadenopati, splenomegali (pembesaran limpa), perubahan EKG yang menunjukkan miokarditis, albuminuria, dan hematuria. Telah dilaporkan pula terjadinya interstisial nefritis. Tanda-tanda lain dari hipersensitivitas meliputi wheezing (mengi), kemarahan pada kulit, pruritus, vaskulitis (peradangan pembuluh) pada kulit atau organ lain, positive coomb’s reaction, anemia hemolitik, neutropenia, trombositopenia, eosinofilia, granulositopenia, dan anemia. Efek yang tidak sering muncul dapat berupa jaundice (kuning), nekrosis hati, keracunan sistem saraf pusat, dan neuropati. 9.
Pertolongan Pertama (2,3,8) Terhirup Segera pindahkan dari area pemaparan. Gunakan kantung masker berkatup atau peralatan yang sejenis untuk melakukan pernapasan buatan bila diperlukan. Jaga
pasien tetap hangat dan rileks. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Kontak dengan kulit Segera tanggalkan pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci dengan sabun atau deterjen ringan dan air yang banyak sampai tidak ada bahan kimia yang tertinggal (sekurangnya selama 15-20 menit). Jika diperlukan, segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Kontak dengan mata Segera cuci mata dengan air yang banyak atau larutan garam normal dengan sesekali membuka kelopak mata bagian atas dan bawah (sekurangnya selama 15-20 menit) sampai tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Terus aliri dengan garam normal sampai siap dibawa ke rumah sakit. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Tertelan Segera hubungi sentra informasi keracunan atau dokter setempat.Jangan lakukan rangsang muntah pada pasien yang tidak sadar atau memberikan apapun melalui mulut. Bila pasien dalam kondisi sadar, dapat diberikan air, susu atau arang aktif. Bila terjadi muntah, jaga agar posisi kepala lebih rendah daripada panggul untuk mencegah aspirasi. Jika pasien dalam kondisi tidak sadar, miringkan posisi kepala. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Catatan untuk dokter: Jika tertelan bahan, pertimbangkan kumbah lambung
(2)
.
10. Penatalaksanaan oleh Tenaga Kesehatan Stabilisasi a. Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan napas untuk menjamin pertukaran udara. b. Penatalaksaan fungsi pernapasan yaitu memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernapasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbondioksida. c. Penatalaksanaan sirkulasi, mengembalikan fungsi sirkulasi darah. d. Jika ada kejang, beri diazepam dengan dosis:
Dewasa: 10-20 mg IV dengan kecepatan 2,5 mg/30 detik atau 0,5 mL/30 menit, jika perlu dosis ini dapat diulang setelah 30-60 menit. Mungkin diperlukan infus kontinyu sampai maksimal 3 mg/kg BB/24 jam. Anak-anak: 200-300 µg/kg BB. Dekontaminasi Dekontaminasi mata Dilakukan sebelum membersihkan kulit: -
Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya.
-
Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci dengan air bersih dingin yang banyak atau larutan NaCl 0,9 % perlahan selama 15 – 20 menit.
-
Hindari air bekas cucian mengenai wajah atau mata lainnya
-
Jika masih belum yakin bersih , cuci kembali selama 10 menit.
-
Jangan biarkan pasien menggosok matanya.
-
Tutuplah mata dengan kasa steril dan segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat dan konsultasi ke dokter mata.
Dekontaminasi kulit (termasuk rambut dan kuku) -
Bawa segera pasien ke air pancuran terdekat
-
Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir, air dingin, atau hangat dan sabun minimal 15-20 menit.
-
Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau kertas secara lembut jangan digosok.
-
Lepaskan
pakaian,
arloji,
dan
sepatu,
yang
terkontaminasi
atau
muntahannya lalu simpan dalam wadah dari plastik tertutup. -
Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan sarung
tangan,
masker
hidung,
dan
apron.
menghirupnya. -
Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.
Antidotum (2,7)
Hati-hati
untuk
tidak
Penisilinase. Penisilinase (Neutrapen) akan membalikkan reaksi penisilin yang tertunda, tetapi tidak berguna untuk mengatasi anafilaksis. Penisilinase dapat menyebabkan reaksi anafilaksis. Obati dengan epinefrin, oksigen, steroid intravena, dana penatalaksanaan jalan napas, termasuk intubasi. 11. Batas Paparan dan Alat Pelindung Diri (2,3) Batas paparan natrium nafsilin di tempat kerja: Tidak tersedia informasi batas paparan bahan ini di tempat kerja. Ventilasi: Sediakan sistem ventilasi penghisap udara setempat. Pastikan dipatuhinya batas paparan yang dapat diterapkan. Proteksi mata: Gunakan kacamata pengaman dan pelindung wajah tahan percikan. Sediakan kran pencuci mata untuk keadaan darurat dan semprotan air deras dekat area kerja. Pakaian: Kenakan pakaian pelindung yang tahan bahan kimia. Sarung tangan: Gunakan sarung tangan pelindung yang tahan bahan kimia. Respirator: Pada kondisi penggunaan bahan yang sering atau paparan berat kemungkinan diperlukan pelindung pernapasan. Pelindung pernapasan diurutkan mulai dari minimun hingga maksimum. Perhatikan sifat peringatan sebelum penggunaan. Setiap respirator pemasok udara yang dilengkapi masker seluruh wajah yang dioperasikan dalam kondisi memerlukan tekanan atau tekanan positif lainnya. Setiap peralatan pernapasan serba lengkap dengan masker seluruh wajah dan dioperasikan dalam kondisi memerlukan tekanan atau tekanan positif lainnya. Untuk konsentrasi yang tidak diketahui atau sangat berbahaya bagi kehidupan dan kesehatan: Setiap respirator pemasok udara yang dilengkapi masker seluruh wajah dan dioperasikan dalam kondisi memerlukan tekanan atau tekanan positif lainnya berkombinasi dengan pemasok keluaran yang terpisah. Setiap peralatan pernapasan serba lengkap yang dilengkapi masker seluruh wajah.
12. Manajemen Pemadam Kebakaran (2,3,8) Bahaya kebakaran dan ledakan: Bahaya kebakaran ringan. Debu/campuran udara dapat menyala atau meledak. Media pemadam kebakaran: Bahan kimia kering biasa, karbon dioksida, semprotan air, busa biasa. Kebakaran besar: Gunakan busa biasa atau basahi dengan menggunakan semprotan air. Pemadaman kebakaran: Pindahkan wadah dari daerah kebakaran jika dapat dilakukan tanpa menimbulkan risiko. Jangan menyebarkan tumpahan bahan menggunakan aliran air bertekanan tinggi. Bendunglah untuk kemudian dibuang. Gunakan bahan pemadam yang tepat untuk sekeliling api. Hindarkan menghirup bahan atau produk samping hasil kebakaran. Tetap tinggal pada tempat yang arah anginnya berlawanan dan hindari tempat yang lebih rendah. 13. Manajemen Tumpahan (2,3) Kumpulkan tumpahan bahan ke dalam wadah yang memadai untuk kemudian dibuang. Jauhkan dari tempat penampungan air dan saluran air pembuangan. Hindarkan orang yang tidak berkepentingan memasuki area kebakaran, isolasi dan beri tanda larangan masuk. 14. Daftar Pustaka 1. Susan Budavari, 1989, The Merck Index, Eleventh Edition, N.J., page 1004 2. OHS, MDL Information System, Inc., Donelson Pike, Nashville, 1997 3. http:// www.chemcas.com/msds112/cas/2834/985-16-0(diunduh Juli 2012) 4. http://www.chemicalbook.cn/productchemicalpropertiesCB6181365
EN.htm
(diunduh Juli 2012) 5. http://www.lookchem.com/msds/37975/985-16-0_Nafcillin-sodium.html 6. http://www.scbt.com/datasheet-279902-nafcillin-sodium-salt.html 7. http://hazard.com/msds/f2/bwl/bwldp.html (diunduh Juli 2012) 8. http://www.pfizer.com/files/products/material_safety_data/PZ01716.pdf ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Disusun oleh: Sentra Informasi Keracunan Nasional (SIKerNas) Pusat Informasi Obat dan Makanan, Badan POM RI Tahun 2012 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------