PENERAPAN STRATEGI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS VIII MTs NEGERI MANYARAN TAHUN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika
Diajukan Oleh: DWI UNTARI A 410 090 202
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
1
PENERAPAN STRATEGI CONTEXTUAL THEACING AND LEARNING UNTUK MENINGKAKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MTs Oleh
1
Dwi Untari1 dan Sutama2 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika
[email protected] 2 Staff Pengajar UMS
[email protected] Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengkaji penerapan strategi Contextual Teaching and Learning unuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika bagi siswa MTs Negeri Manyaran.Peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus.Subyek penelitian adalah guru yang memberikan tindakan kelas dan penerima tindakan adalah siswa kelas VIII D MTs Negeri Manyaran yang berjumlah 32 siswa. Metode pengumpulan data mengunakan observasi, tes, catatan lapangan dan dokumentasi.Validitas data mengunakan teknik triangulasi, yaitu triangulasi sumber dan metode. Hasil peelitian penerapan strategi CTL dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah yaitu a) siswa mampu mengidentifikasi masalah meningkat 71.88%, b) siswa mampu menerapkan berbagi strategi untuk menyelesaikan masalah meningkat 65.63%, c) siswa yang mampu mengembangkan proses pemecahan masalah meningkat 65.63%, d) siswa yang mampu menyelesaikan masalah meningkat 78.13%. Peningkatan hasil belajar matematika meningka 90.63%. Kata kunci: CTL;hasil belajar; kemampuan pemecahan masalah. Pendahuluan Pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika sangat penting.Nasution (2008 : 170) pemecahan masalah merupakan perluasan yang wajar dari belajar aturan. Memecahkan masalah dapat dipandang sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya lebih dahulu yang digunakan untuk memecahkan masalah yang baru. Hasil observasi pendahulu diperoleh data. Siswa mampu mengidentifikasi sebanyak 28,13%. Siswa mampu menerapkan strategi untuk menyelesakan masalah sebanyak 21,88%. Siswa mampu mengembangkan proses pemecahan masalah sebanyak 18,75%. Siswa mampu menyelesaikan masalah sebanyak 18,75%. Sedangkan siswa yang nilainya mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak 53,13%. Hal ini menyatakan bahwa pemecahan masalah mempengaruhi hasil belajar sehingga kurang maksimal.
2
Akar penyebab pemecahan masalah matematika yang bervareasi diantaranya berasal dari siswa dan guru.Factor dari siswa yang meliputi tingkat motivasi belajar yang bervareasi.Sedangkan dari guru meliputi pembelajaran yang kurang menarik menjadikan siswa yang kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran.Akibatnya siswa kurang antusias dalam memecahkan masalah.Alternatif tindakan yang ditawarkan yaitu dengan strategi CTL.Menurut Wasis (2006) menyatakan bahwa perangkat pembelajaran kontekstual memiliki ciri khusus, yaitu menyediakan berbagai fitur sehingga konten dalam perangkat dapat dikaitkan dengan kehidupan nyata, serta memberkan berbagai pilihan aktivitas sehingga siswa dengan berbagai gaya belajar dan tingkat kemampuan dapat melakukan hands-on activities dan minds-on activities sesuai dengan lingkungan belajar. Berdasarkan keunggulan dari CTL, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar pada siswa MTs Negeri Manyaran. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah dilihat dari: (1) kemampuan siswa dalam mengidendifikasi masalah, (2) kemampuan siswa dalam menerapkan berbagai strategi untuk memecahkan masalah, (3) kemampuan siswa dalam mengembangkan proses pemecahan masalah, (4) kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dalam matematika,. Sedangkan peningkatan hasil belajar diukur dari nilai siswa yang tuntas sesuai dengan KKM yaitu 70. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII D MTs Negeri Manyaran. Secara khusus, bertujuan mendeskripsikan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika bagi siswa kelas VIII D MTs Negeri Manyaran dengan strategi CTL. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitan Tindakan Kelas (PTK). Menurut Sutama (2010: 15) PTK adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substansif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan. Proses PTK, dialog awal, perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan monitoring, refleksi, evaluasi, dan penyimpulan, secara siklus dilakukan dua putaran.Waktu penelitian 6 bulan, yaitu mulai bulan feruari hingga juli 2013. Sumber data penelitian meliputi guru matematika dan siswa kelas VIII D MTs Negeri Manyaran Wonogiri.Teknik pengumpulan data berupa observasi, tes, catatan
3
lapangan dan dokumentasi.Data dianalisis secara komparatif dan interaktif.Keabsahan data dengan triangulasi sumber dan metode. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pembelajaranyang dilakukan melalui strategi CTL, baik digunakan untuk membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkan dan merubah sistem pendidikan yang cenderung monoton. Sehingga dapat memberikan suatu proses belajar mengajar yang disukai siswa. Kegiatan pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.Pada kegiatan awal, meliputi berdoa, absensi siswa, motivasi, serta apersepsi. Pada kegiatan inti, guru membagi siswa dalam kelompok kecil, tiap kelompok terdiri dari 3-4 siswa, membimbing siswa dalam kegiatan diskusi secara berkeliling, serta membimbing siswa untuk melakukan persentasi di depan kelas. Pada kegiatan penutup, guru menyimpulkan materi pembelajaran dan mengadakan evaluasi untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Permasalahan yang dibahas tentang prisma dan limas diambil sampel sebagai berikut: Diketahui alas sebuah prisma berbentuk segitiga siku-siku dengan panjang sisi siku-sikunya 8cm dan 6cm. Jika tinggi prisma 18cm, tentukan luas permukaan prisma. Jawaban siswa yang tepat Diketahui: Panjang sisi siku-siku = 6cm, 8cm, Tinggi prisma = 18 cm Ditanya: luas permukaan limas? Jawab: Sisi lain alas = Luas alas =
6 2 82 = 36 64 = 100 10 cm
1 6 8 = 3 8 = 24 cm2 2
Keliling alas 6 8 10 24cm Luas permukaan prisma = 2 luas alas +(keliling alas tinggi prisma) = 2 24 + (24 18)= 48+432= 480 cm2 Jawaban siswa yang kurang tepat: Diketahui: Panjang sisi siku-siku = 6cm, 8cm. Tinggi prisma = 18 cm Ditanya:luas permukaan limas? Jawab: Luas alas = 2 luas alas + (keliling alas t) = 2 Jadi luas permukaan limas adalah 260 cm2.
8 8 618 = 8+252= 260 cm2 2
4
Dari soal tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa bervariasi.Siswa yang belum bisa menyelesaikan masalah dengan benar yaitu disebabkan karena mereka kurang memahami soal. Penelitian yang dilakukan kolaborasi dengan guru matematika menggunakan strategi CTL. Penelitian yang dilakukan Kokom (2012) menyimpulkan bahwa pembelajran contextual memiliki kemampuan yag signifikan terhadap kemampuan sipil karena bersifat alami bagi siswa dan mengembangkan pembelajaran demokratis yang bermakna mengembangkan pemikiran kritis siswa ketrampilan partisispasi dalam kehidupan seharihari mereka. Senada dengan pernyataan tersebut penelitian ini diharapkan dengan menerapkan strategi CTL dapat menumbuhkan pemikiran yang kreatif untuk memecahkan suatu masalah. Hasil penelitian Husni Sabil (2011) menyatakan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan mengunaan pendekatan Ctextual Teaching and Learnng (CTL) dengan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (MPBM) dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar ruang dimensi. Penemuain ini juga menunjukkan bahwa strategi CTL dapap meningkatkan kualitas dalam pembelajaran matematik, maka dengan strategi CTL kemampuan siswa menyelesaikan maslah dan hasil belajarnya meningkat. Berdasarkan hasil pengamatan selama proses tindakan kelas terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII D MTs Negeri Manyarn Wonogiri dapat disajikan dalam tabel 1 berikut. Tabel 4.1 Data Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah No 1 2 3 4
Indikator Kemampuan pemecahan masalah
Sebelum Tindakan
Sesudah Tindakan Siklus I Siklus II
Mampu mengidentifikasi masalah
9 siswa (28.13%)
14siswa (43.75%)
Mampu menerapkan berbagai strategi 7siswa 13 siswa penyelesaian (21.88%) (40.63%) Mampu mengembangkan 6 siswa 12 siswa proses (18.75%) (37.5%) Mampu menyelesaikan 6 13 masalah siswa(18.75%) siswa(40.63%)
23 siswa (71.88%) 21 siswa (65.63%) 21 siswa (65.63%) 25 siswa (78.13%)
5
Gambar 1. Grafik peningkatan kemampuan pemecahan masalah
Axis Title
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa 90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%
mampu mengidentifikasi masalah mampu menerapkan berbagai startegi pemecahan masalah mampu mengembangkan proses
Sebelum tindakan
siklus I
siklus II
mampu menyelesaikan masalah
Sebelum tindak mengajar, siswa masih merasa bingung dalam mengidentifikasi masalah (soal) matematika. Dalam diskusi, merekaakan berlatih untuk memecahkan masalah bersama-sama. Pada siklus I, strategi CTL mampu mendorong siswa untuk berlatih bagaimana cara mengidentifikasi masalah .Pada siklus II, siswa tidak lagi merasa kesulitan ketika diberi soal.Diskusi yang diterapkan guru mampu mengembangkan pola pikir siswa sehingga berdampak positif pada kemampuan pemecahan masalah siswa.Tedy Machmud (2009) keterampilan membentuk soal siswa dapat mengembangkankemampuan menggunakan pola pikir matematika, memiliki keterampilanmenyelesaikan soal, dan menumbuhkan sikap positif terhadap matematika.Hal ini dimaksut siswa agar mengembangkan pola piker matematika agar terbiasa dalam menghadapi permasalahanpermasalahan. Pada kondisi awal, kemampuan siswa dalam menerapkan strategi yang tepat untuk memecahkan masalah belum sesuai harapan.Siswa belum mampu memahami maksud dan makna dari suatu masalah.Pada siklus I, siswa mulai mampu memilih strategi yang tepat. Pada siklus II, siswa mulai memahami bagaimana caramemilih strategi yang tepat serta mengembangkan proses pemecahan masalah. Berliana (2010) menyatakan bahwa dalam menentukan skil siswa tidak dapat dengan mengunakan soal pilihan ganda. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemecahan masalah matematika tidak dapat dihat semata-mata dari jawaban saja namun juga dapat dari proses dan strategi untuk menyelesaikan masalah tersebut.
6
Anggo, Mustamin (2011) menytakan bahwa Melalui pemecahan masalah matematika kontekstual, subjek akan terlatih untuk selalu melibatkan kemampuan metakognisinya mulai dari awal pemecahan masalah hingga pada bagian akhir berupa rumusan jawaban serta melakukan evaluasi untuk memastikan pencapaian tujuan berkaitan dengan situasi kontekstual dari masalah yang dipecahkan. Sebelum tindak mengajar, kemampuan siswa mengembangkan proses pemecahan masalah bervariasi. Padasiklus I, siswa sudah mampu mengembangkan proses pemecahan masalah meskipun belum optimal. Pada siklus II, siswa sudah mampu mengembangkan proses pemecahan masalah. Dalam pemecahan masalah, kemampuan mengembangkan proses pemecahan masalah sangat penting. Kemampuan mengembangkan proses pemecahan masalah berhubungan dengan hasil akhir pemecahan masalah tersebut.Leo Andhar Effendi (2012) pemecahan masalah pada siswa lebih baik setelah diberi indakan metode yang benar disbandingkan dengan sebelum diberikan tindakan. Strategi yang tepat dapat mengembangkan proses pemecahan masalah. Buhaerah (2011) menyatakan bahwa bahan ajar yang dapat meningkatkan penalaran siswa adalah bahan ajar yang menyajikan permasalahan terbuka serta merupakan permasalahan yang sering ditemukan siswa baik permasalahan kehidupan sehari-hari maupun permasalahan yang merupakan imajinasi dunia anak. Bentuk bahasa dalam menyajikan permasalahan diusahakan agar mudah dimengerti dan sederhana sesuai tingkat berpikir siswa juga disesuaikan dengan aturan yang baku. Sebelum dikenai tindakan, kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika belum sesuai harapan.Pada siklus I, siswa mulai bisa menyelesaikan masalah dengan tepat.Pembentukan kelompok mendorong kerjasama siswa.Pada siklus II, guru melakukan perbaikan dengan mengoptimalkan penggunaan strategi CTL. Hal ini memotivasi siswa lain untuk mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah. Akibatnya, kemampuan siswa dalam memecahkan masalah meningkat.Rahayu Kariadinata (2007) menyatakan bahwa matematika berkait dengan keteraturan (pola atau pattern) atau berkait dengan peningkatan kemampuan berpikir, menganalisis, bernalar, dan memecahkan masalah para siswa.Kemampuan pemecahan masalah matematika tidak terlepas dari menalarkan, menganalisa dan kemampuan berfikir.
7
Kemampuan pemecahan masalah pada siswa mempengaruhi hasil belajar siswa. Berdasarkan pengamatan selama proses tindakan kelas terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII D MTs Negeri Manyaran Wonogiri disajikan dalam table berikut. Tabel 4.2 Data hasil belajar matematika Indicator
Sebelum
Sesudah Tindakan
hasil Belajar
Tindakan
Siklus 1
Nilai
siswa
diatas 17 siswa
KKM (≥ 75)
(53.13%)
23
Siklus II siswa 29
(71.88%)
siswa
(90.63%)
Gambar 4.2 menunjukkan peningkatan hasil belajar matematika siswa.
100.00% Axis Title
80.00% 60.00% 40.00%
Mencapai KKM (75)
20.00% 0.00% kondisi siklus I siklusII awal
Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Matematika Nilai siswa yang mencapai KKM pada kondisi awal sangat bervariasi.Dalam pembelajaran, siswa tidak dibekali dengan soal-soal latiahan.Oleh karena itu, siswa mengalami kesulitan saat dihadapkan dengan permasalahan.Pada siklus I, hasil belajar matematika siswa mengalami peningkatan.Strategi CTL memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasah kemampuan pemecahan masalah.Pada siklus II guru melakukan perbaikan dengan mengoptimalkan penerapan strategi CTL untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada siswa. Guru memberi arahan yang jelas mengenai strategi CTL serta berperan sebagai fasilitator. Dian Usdiyana (2009) dan kawan-kawan menyatakan bahwa peningkatan kemampuan berpikir logis siswa dikelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan yang diperoleh siswa di kelaskontrol.Siswa di kelas kontrol, terutama untuk kelompok sedang dan rendah,kurang begitu memaknai pemahaman terhadap materi pembelajaran
8
(pecahan)dibandingkan dengan siswa di kelas eksperimen.Pada umumnya siswa merasasenang,
tertarik,
dan
mudah
mengerti
belajar
matematika
dengan
pendekatanrealistik, terutama bagi siswa kelompok sedang dan rendah. Anna Fauziah (2010) menyatakan bahwa siswa yang mmiliki kemampuan pemahaman
baik,
kemungkinan
memiliki
keampuan
pemecahan
masalah
baik
pula.Demikian juga apabila siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah baik maka siswa dapat mendapatkan prestasi yang baik pula.
Simpulan Pembelajaran
dengan
strategi
PBM
dilakukan
dengan
5
tahap.(1) Guru
mengorientasikan siswa pada masalah; (2) Guru mengorganisasikan siswa untuk belajar; (3) Guru memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok; (4) Guru mengembangkan dan menyajikan hasil kerja; dan (5) Guru menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah. Pembelajaran matematika dengan strategi CTL dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika.Peningkatan kemampuan pemecahan masalah diamati dari empat
indikator.Peningkatan
mengidentifikasi
43,75%.
Peningkatanmenerapkan
strategi43,75%. Peningkatan mengembangkan proses46,88%. Peningkatan menyelesaikan masalah 59,38%. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah mengakibatkan peningkatan hasil belajar matematika.Peningkatan hasil belajar matematika diukur dari banyaknya siswa yang tuntas.Peningkatan hasil belajar pada penelitian ini59,38%. Daftar Pustaka Anggo, Mustamin. 2011. Pemecahan Masalah Matematika Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognisi Siswa. Edumatika, 1(2). Buhaerah. 2011. Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP.Gamatika, 2(1). Cahyani, Berliana Henu. 2010. Efektifitas Pelatihan Regulasi Metakognisi untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Problem Matematika.Humanitas, 7(1).
9
Effendi, Leo Andhar.2012. Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Keampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematika Siawa SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan, 13(2). Fauziah, Anna. 2010. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Melalui Strategi REACT.Forum Kependidikan 3(1). Kariadinata, Rahayu. 2007. Kemampuan Visual Geometri Spasial Siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kelas X Melalui Software Pembelajaran Mandiri. 1(2) Komalasari, Kokom. 2012. “The Effect Of Contextual Learning In Civic Education On Students Civic Skills”. Internsional jurnal for education studiens.4(2). Machmud, Tedy. 2009. Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Problem Posing. INOVASI, 6(4). ISSN 1693-9034 Nasution, S. 2008. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar & Mengajar.Jakarta: PT Bumi Aksara Sabil, Husni. 2011. Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada materi Ruang Dimensi Tiga Menggunakan Model PembelajaranBerdasarkan Masalah (MPBM) Mahasiawa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNJA. Edumatika, 1: 1 Usdiyana, Dian, Tia Purniati, Kartika Yulianti, dan Eha Harningsih. 2009. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Matematika Realistis. Jurnal Pengajaran MIPA, 13(1). Wasis. 2006. Contextual Teaching and Learning (CTL) Dalam Pembelajaran Sains Fisika SMP.Cakrawala Pendidikan, 25(1).