NASKAH PUBLIKASI
DUKUNGAN SOSIAL DAN PENYESUAIAN DIRI PEREMPUAN PADA MASA MENOPAUSE
Oleh :
Endina Sofiana
Retno Kumolohadi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2005
NASKAH PUBLIKASI
DUKUNGAN SOSIAL DAN PENYESUAIAN DIRI PEREMPUAN PADA MASA MENOPAUSE
Telah Disetujui Pada Tanggal
Dosen Pembimbing
( RA. Retno Kumolohadi, S.Psi., M.Si )
DUKUNGAN SOSIAL DAN PENYESUAIAN DIRI PEREMPUAN PADA MASA MENOPAUSE
Endina Sofiana Retno Kumolohadi INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara dukungan sosial dengan penyesuaian diri. Asumsi awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan antara dukungan sosial dan penyesuaian diri perempuan pada masa menopause. Semakin tinggi dukungan sosial yanng diterima perempuan pada masa menopause, penyesuaian diri akan lebih mudah. Subjek dalam penelitian ini adalah ibu-ibu diwilayah kampung Ketanggungan, kelurahan Wirobrajan, kecamatan Wirobrajan, Yogyakarta. Dengan ketentuan berusia 4065 tahun, bersuami, berhubungan akrab dengan kerabat (anak, ibu, saudara ), dan dengan lingkungan. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala dukungan sosial yang disusun sendiri oleh peneliti mengacu pada aspek-aspek dukungan sosial yang dikemukakan oleh Cohen (Sarafino, 1990) dan skala penyesuaian diri oleh peneliti merujuk pada indikator penyesuaian diri dari Schneiders (1964) dan Rogers (Sawrey&Telford, 1975). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah program komputer SPSS versi 10.0 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara dukungan sosial dan penyesuaian diri. Korelasi Product Moment dari Pearson menunjukkan koefisien korelasi sebesar r = 0.534 dengan p = 0.000 (p < 0.01) yang menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dan penyesuaian diri. Jadi hipotesis yang diajukan, diterima.
Kata Kunci : dukungan sosial, masa menopause, penyesuaian diri
PENGANTAR Sebagai makhluk hidup, manusia akan terus tumbuh dan berkembang. Disetiap tahapan akan mengalami berbagai macam hambatan dan persoalan yang disebut sebagai krisis. Seorang perempuan akan mengalami situasi bagaimana harus menghadapi menstruasi, kehamilan, dan kelahiran yang akan membawa dampak perubahan fisik dan psikisnya. Yanng termasuk dalam krisis sepanjang rentang hidup perempuan kemudian adalah menopause yang terjadi diusia setengah baya.
Kartono (1977) menyebutkan masa menopause sebagai “masa yang kritis”, karena perubahan-perubahan dalam sistem hormonal turut secara keseluruhan mempengaruhi psikhosomatis (jasmani dan rohani), hingga terjadi proses kemunduran yang progresif dan total pada kondisi individu. Menopause ditandai dengan berhentinya menstruasi dan penurunan kadar hormon estrogen oleh indung telur karena fungsi indung telur mulai menurun (Kartono, 1977). Disertai keluhan-keluhan yang berbeda tiap individu akibat perubahan yanng terjadi. Baziad (2003), lebih kurang 70% perempuan pada masa peri dan pascamenopause mengalami keluhan vasomotoris yaitu rasa panas yang tiba-tiba muncul, depresi, dan keluhan psikis dan somatis lainnya. Lebih kurang 90% lainnya mengatakan mudah tersinggung, merasa takut, gelisah, dan cepat marah. Penelitian kepercayaan
Bruck mengenai
(Zanden,
1985),
mitos-mitos
menunjukkan
menopause
masih
sebagai
banyaknya masa
yang
mengancam, memberikan dampak timbulnya kecemasan pada beberapa perempuan ketika menghadapi masa tersebut. Ditambah lagi hidup ditengah masyarakat yang mengagungkan kemudaan. Keadaan ini menunjukkan bahwa perubahan dimasa menopause membutuhkan pemahaman lebih dalam agar perempuan bisa mudah menerimanya. Untuk keluar dari krisis dan terhindar dari kecemasan dimasa menopause, perempuan harus menyesuaiakan diri. Benson (Rahmawati, 2003), menyatakan bahwa wanita yang mengalami kecemasan pada usia menopause disebabkan ia harus menyesuaiakan diri terhadap proses ketuaan dan merasa kehilangan peran sebagai ibu
Schneiders (1964), faktor penyesuaian diri antara lain: kondisi fisik individu, perkembangan unsur-unsur kepribadian, kondisi psikologis, dan kebudayaan.. Kecemasan, ketakutan, kekhawatiran, dan reaksi negatif yang bersifat negatif yang muncul dimasa menopause disebabkan kondisi psikologis yang tidak sehat. Salah satu hal yang mempengaruhi kondisi psikologis yang sehat adalah adanya hubungan yang didalamnya mengandung penghargaan, rasa percaya, dan saling menyayangi. Hubungan antar pribadi yang bersifat membantu dan menolong yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya disebut sebagai dukungan sosial. Banyak penelitian mengenai pengaruh positif dukungan sosial. Elena (1997), hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa dukungan sosial secara signifikan dapat digunakan sebagai penentu cara untuk keluar dari depresi sekaligus
memprediksi
depresi.
Dukungan
sosial
secara
efektif
dapat
mengurangi tekanan yang dirasakan selama masa stres (S.Cohen&Wills dalam Zanden, 1985), dan telah diasosiasikan dengan penyesuaian diri yang lebih baik dalam proses penyembuhan seperti setelah operasi jantung (King dkk, dalam Zanden, 1985).
Merujuk teori buffering, dukungan sosial dinilai bisa melindungi individu dari efek negatif stres hingga membantu individu yang berada dalam kondisi stres tinggi lebih mudah melakukan penyesuaian diri untuk keluar dari situasi yang menekan.
Penyesuaian diri Penyesuian diri adalah sebuah proses yang melibatkan respon mental dan perilaku dimana individu berusaha mengatasi kebutuhan dari dalam,
tekanan, dan konflik. Bertujuan mencapai keseimbangan antara kebutuhan dari dalam diri dan tuntutan lingkungan. Penyesuaian diri timbul ketika terjadi kebutuhan,
dorongan,
dan
keinginan
yang
harus
dipenuhi
seseorang
(Schneiders, 1964). Lazarus (1976), mendefinisikan penyesuaian diri sebagai bukan sematamata aktivitas intelektual problem solving untuk menemukan karakteristik dari perubahan yang terjadi hingga dapat melakukan penyesuaian yang tepat, tapi juga melibatkan kendali perasaan serta emosi kuat seperti marah, takut, cemas, dan malu. Jadi proses pemecahan masalah melibatkan juga bentuk-bentuk penguasaan diri agar semua dorongan, impuls, dan emosi bisa diatur dengan baik hingga proses penyesuaian diri berjalan mudah. Schneiders (1964), mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri antara lain : a. Kondisi fisik dipengaruhi hereditas, sistem saraf, sistem otot, dan konstitusi
fisik.
Individu
yang
sehat
lebih
siap
menghadapi
permasalahan sehari-hari dibanding misalnya yang kurang tidur. b. Perkembangan
unsur-unsur
kepibadian
berupa
kematangan
intelektual, moral, sosial, dan kematangan emosional. Penyesuaian diri yanng kuat membutuhkan kematangan individu
hingga bisa
memutuskan secara tepat apa yang harus dilakukan. c. Kondisi lingkungan termasuk situasi rumah dan keluarga d. Pengaruh budaya, yaitu adat istiadat dan agama yang dianut: e. Kondisi psikologis, adalah komplek dari pengalaman, kepercayaan, larangan,
stimulus
emosional,
hubungan
dengan
orang
lain,
prasangka, dan hal-hal lain yang mempengaruhi reaksi individu ketika melakukan pemenuhan kebutuhan dan memecahkan masalah. Schneiders (1964), memberikan indikator penyesuaian diri yang normal: a. Tidak ditemukan emosi yang berlebihan Menunjukkan kemampuan kontrol dan ketenangan emosi ketika muncul permasalahan, terutama terhadap emosi negatif. b. Tidak ada mekanisme pertahanan diri Melakukan
pendekatan
langsung
terhadap
permasalahan
lebih
mengindikasikan respon yang normal dari pada penyelesaian masalah yang memutar melalui serangkaian defence mechanism yang tidak disertai tindakan nyata untuk mengubah suatu kondisi. c. Tidak ada frustasi personal Frustasi menimbulkan kesulitan melakukan respon yang normal terhadap masalah. d. Pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri Individu dalam kondisi sulit tetap mampu menyesuaiakan diri secara normal
dengan
menunjukkan
kemampuan
berpikir,
melakukan
pertimbangan terhadap masalah atau konflik, dan mengorganisasikan pikiran, tingkah laku, serta perasaan untuk pemecahan masalah. e. Kemampuan belajar Dalam proses belajar, individu dapat melakukan analisa faktor-faktor apa saja yang bisa membantu atau malah mengganggu proses penyesuaian. f.
Belajar dari pengalaman
Seperti proses belajar, individu belajar bagaimana menghadapi konflik dan krisis berdasar pengalaman, baik pengalaman sendiri ataupun orang lain. g. Sikap realistik dan objektif Sikap realistika dan objektif bersumber pada belajar dari pengalaman, pemikiran yang rasional, kemampuan menilai situasi, masalah, ataupun menilai keterbatasan yang ada. Rogers (Sawrey&Telford, 1975), memberi kriteria individu well adjusted yaitu : a. Perasaan bebas dan mau terbuka pada pengalaman baru Semakin sehat psikologis individu, maka akan mengalami kebebasan untuk
memilih
dan
bertindak.
Tidak
terhambat
syarat-syarat
penghargaan hingga leluasa mengalami semua perasaan dan sikap yang terjadi. b. Percaya pada diri dan orang lain Mau menerima masukan atau nasehat dari orang lain dalam situasi membuat keputusan. Pertimbangan mengenai kebutuhan individu tersebut, tuntutan sosial yang relevan, ingatan terhadap situasi serupa masa lalu, dan persepsi situasi sekarang (Schultz, 1991). c. Kehidupan eksistensial Kemampuan mengembangkan diri melalui penemuan kesegaran pada tiap pengalaman baru (Schultz, 1991). d. dan kreatif Terbuka pada pengalaman, percaya pada orang lain, fleksibel dalam menetukan keputusan dan tindakan, membuat individu mampu
mengungkapkan diri secara kreatif dalam segala bidang kehidupan. Penyesuaian diri yang aktif hingga tidak ada rasa takut dan cemas menghadapi peristiwa baru. Aspek yang digunakan sebagai dasar penyusunan skala penyesuaian diri dalam penelitian ini adalah: a. kemampuan kontrol emosi b. kemampuan bertindak langsung c. kemampuan belajar dari pengalaman d. kemampuan interaksi sosial
Dukungan Sosial Dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal dan non verbal, bantuan nyata, dan tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial. Didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima (Gottlieb dalam Smet, 1994). Sarafino (1990), mendefinisikan dukungan sosial sebagai tersedianya rasa nyaman, didengar, adanya dukungan atau bantuan yang diterima individu dari orang lain atau dari suatu kelompok. Fisher (1987), menyatakan bahwa sebuah sistem dukungan diterapkan sebagai tersedianya dukungan sosial bagi individu. Individu yang menghadapi masalah terkadang mencari seseorang untuk membicarakan masalahnya. Misalnya seorang istri yang mulai menopause dan merasa
takut
ditinggal
menyeleweng
suami
akan
menceritakan
permasalahannya dan meminta saran kepada teman sesama perempuan. Ada dua teori mengenai dukungan sosial (Sarafino,1990), yaitu Buffering Hypothesis yang berpandangan bahwa dukungan sosial mempengaruhi
kesehatan dengan cara melindungi individu dari efek negatif stres. Perlindungan ini akan efektif hanya ketika individu menghadapi stressor yang berat. Ketika stres masih tergolong rendah, maka efek dukungan sosial terhadap kesehatan tidak terlalu tampak. Menekankan aspek fungsional karena berkaitan dengan kualitas hubungan sosial dengan respon individu dalam kondisi stres. Begitu juga pada masa menopause, kualitas dukungan sosial yang tersedia dinilai membantu mengurangi rasa cemas dan emosi negatif lain. Teori kedua, yaitu Direct Effect Hypothesis berpandangan bahwa manfaat dukungan sosial terhadap kesehatan dan kondisi mental seseorang tidak peduli besar kecilnya pengalaman stress yang dimiliki. Dukungan sosial jika dilihat dari istilah sosial secara luas maka teori direct yang berlaku. Karena teori direct berkaitan dengan aspek struktural seperti jumlah orang yang diidentifikasikan sebagai teman dan keanggotaan pada suatu organisasi. Aspek-aspek dukungan sosial (Cohen dalam Taylor, 1996; Sarafino, 1990) adalah: a. Penilaian ( Appraisal Support ) Meliputi membantu individu untuk memahami situasi yang menekan (krisis) dengan lebih baik, memberi penilaian sumber daya yang ada dan strategi pemecahan apa yang bisa dipakai sebagai jalan keluar. Dukungan yang bersifat penghargaan yang positif ini membuat individu merasa berarti, mampu, dan merasa dirinya bernilai (Sarafino, 1990) b. Peralatan ( Tangible Assistance ) Bisa berupa pelayanan, bantuan keuangan, peralatan yang membantu, ataupun sekedar waktu untuk mendengarkan keluh kesah
dari perempuan yang cemas menghadapi masa menopause. Dukungan yang diberikan lebih bersifat langsung. c. Informasi ( Information ) Keluarga dan teman merupakan sumber terbaik dalam penyediaan informasi dengan menyarankan tindakan spesifik yang bisa digunakan untuk menghadapi stressor. Jadi individu yang menghadapi kecemasan ketika menyesuaiakan diri menghadapi menopause bisa menemukan pokok permasalahan dengan memahami arti menopause yang benar dan solusi yang mungkin diambil melalui diskusi dengan teman dekat dan keluarga d. Emosional ( Emotional Support ) Dukungan ini berbentuk empati, rasa peduli, dan perhatian terhadap individu yang bermasalah. Menyediakan rasa nyaman, terlindung, dan rasa dicintai selama menghadapi masa stres (Sarafino, 1990). Dalam masa menopause, individu mungkin menderita secara emosional, adanya perasaan sedih, depresi, dan hilang percaya diri. e. Jaringan Sosial ( Network Support )
Menopause Menopause berasal dari kata menes yang berarti bulan dan kata pausis=pause yang berarti periode atau tanda berhenti, sehingga menopause sering diartikan sebagai berhentinya secara definitif menstruasi (Kartono, 1977). Menurut Kartono, menopause erat kaitannya dengan faktor usia dan kemampuan reproduksi.
Secara fisiologis, prose menopause menurut McKinlay,Brambilli&Posner (Sari, 1999), menopause diawali dengan tanda-tanda penurunan produksi hormon estrogen, penurunan produksi perangsang folikel, dan hormon luteum yang berakibat pada ketidakteraturan produksi sel telur sehingga proses siklus haid tidak teratur dan akhirnya berhenti sama sekali. Kondisi hormon yang tidak seimbang dalam tubuh mempengaruhi kinerja organ tubuh lain, termasuk proses menstruasi Gejala fisik yang menyertai menopause menurut Bramundito (Sari, 1999), ditandai adanya semburan panas (hot flash), kekeringan vagina (vaginal dryness), berkeringat pada malam hari, berat badan naik, pusing, jantung berdebar-debar, tak bertenaga, dan mudah lelah. Gejala yang dikeluhkan tidak sama pada setiap perempuan. Sedangkan akibat perubahan fisik yang mempengaruhi
keseimbangan
psikologis
muncul:
kecemasan
(anxiety),
perasaan tak berguna, salah dalam mengingat sesuatu, suasana hati berubahubah (isability of mood), dan depresi (Coob dalam Sari, 1999). Tahapan usia terjadinya menopause menurut Baziad (2003): a) Masa pre-menopause terjadi pada usia 40-44,5 thn. b) Masa peri-menopause terjadi pada usia 45-49,5 thn. c) disebut telah memasuki masa menopause jika tidak lagi haid selama 12 bulan. Secara medis akan selalu ditemukan kadar FSH yang tinggi ( >40 mIU/ml ).d) sedang masa pasca-menopause, perempuan tidak mengalami haid sama sekali terhitung sejak terhentinya haid pada satu hingga empat tahun terakhir atau lebih, diperkirakan terjadi pada usia 40-65 thn. Kecepatan berhentinya menstruasi berbeda tiap individu, antara lain dipengaruhi faktor keturunan, kondisi kesehatan secara menyeluruh, dan faktor perbedaan iklim (Zanden, 1985).
Hubungan Dukungan Sosial dan Penyesuaian Diri Perempuan pada masa Menopause Setelah melewati masa dewasa, maka manusia akan memasuki masa setengah baya yang berarti dimulainya perubahan fisik dan psikis menuju kemunduran yaitu masa seniun (tua). Menopause terjadi diusia ini. Menopause adalah proses biologis perempuan yang termanifestasi dalam tanda paling mudah adalah berhentinya menstruasi karena penurunan kadar hormon estrogen, ovarium tidak lagi memproduksi sel telur, hingga berhenti pula fungsi reproduksi (Kartono, 1977). Disebut juga sebagai masa klimaterik yaitu masa perubahan dari keadaan seksual ke aseksual. Gejala fisik yang sering dikeluhkan antara lain semburan rasa panas, kulit yang mulai tidak elastis, keringat berlebih, dan insomnia (Kuntjoro, 2002). Banyak perempuan tidak menyukai datangnya menopause karena menopause dikaitkan dengan usia tua, tidak menarik lagi, dan tidak berguna. Ditambah persepsi masyarakat yang keliru tentang menopause dan lebih mengagungkan keremajaan, tidak mempermudah perempuan menerima datangnya menopause. Perubahan fisik yang terjadi berpengaruh pada kondisi psikis perempuan. Muncul simptom-simptom seperti depresi, kecemasan, gelisah, mudah marah dan tersinggung ketika menyinggung masalah menopause. Sesuai pernyataan Mappiare (1983), pada masa menopause, perempuan harus menyesuaiakan diri terhadap perubahan fisik dan peran. Penyesuaian diri adalah proses yang melibatkan respon mental dan perubahan perilaku dalam menghadapi konflik. Bertujuan mengatasi tekanan, frustasi, dan konflik hingga mencapai keseimbangan antara kebutuhan diri
sendiri dan tuntutan lingkungan (Schneiders, 1964). Terjadi proses belajar, memahami, dan menentukan tindakan dalam mencari jalan keluar. Penyesuaian diri antara lain dipengaruhi kondisi fisik, lingkungan, perkembangan unsur-unsur kepribadian, kebudayaan, dan kondisi psikologis. Munculnya kecemasan, rasa khawatir, dan depresi dimasa menopause disebabkan kondisi psikologis yang tidak sehat. Schneiders (1964), kondisi psikologis adalah kompleks dari hal-hal yang mempengaruhi reaksi individu ketika memecahkan masalah. Salah satu hal tersebut adalah adanya hubungan dengan orang lain yang mengandung rasa saling percaya, menghargai, dan mutual affection. Hingga individu merasa aman, tenang, dan bisa melakukan penyesuaian diri yang adekuat. Hubungan antar pribadi yang saling membantu dan menolong ada dalam dukungan sosial. Dukungan sosial adalah tersedianya rasa nyaman, didengar, adanya dukungan atau bantuan dari orang lain yang diterima individu dari orang terdekat atau suatu kelompok (Sarafino, 1990). Dukungan sosial diperoleh karena kehadiran orang lain dalam keakraban sosial mempunyai manfaat emosional dan efek perilaku bagi pihak penerima (Gotlieb dalam Smet, 1994). Yaitu tersedianya dukungan bagi individu ketika menghadapi masalah dan mencari seseorang untuk membantu membicarakan jalan keluar permasalahan. Bentuk dukungan sosial bisa berupa kesempatan untuk bercerita, meminta pertimbangan, bantuan, nasehat, tersedianya rasa nyaman, atau bahkan tempat berkeluh kesah. Dukungan sosial terdiri dari empat faktor, yaitu dukugan penilaian, emosional, peralatan, dan informasi (Cohen dalam Taylor, 1995).
Merujuk teori buffering, dalam kondisi stres tinggi, dukungan sosial secara efektif dapat melindungi kesehatan individu dari efek negatif stres. Dengan melihat kualitas dukungan sosial yang dirasakan dengan respon yang diberikan indivuidu ketika masa stres tinggi. Dukungan sosial dilihat dari aspek fungsional yaitu seberapa besar dukung sosial bisa membantu proses penyesuaian diri perempuan menghadapi menopause. Dengan memiliki dukungan sosial maka diharapkan perempuan bisa mempertahankan kondisi kesehatan psikologisnya. Hingga lebih mudah menerima perubahan fisik dan mengontrol gejolak emosi yang timbul. Pada akhirnya diharap dukungan sosial dapat membantu lebih mudah menyesuaiakan diri dalam mengahadapi menopause. Individu dikatakan memiliki penyesuaian diri yang baik antara lain dengan adanya kemampuan mengontrol emosi seperti tidak tenggelam dalam kesedihan dan bebas dari kecemasan; mampu belajar dari pengalaman baik pengalaman sendiri ataupun pengalaman orangn lain; tetap bisa menjaga hubungan baik dengan orang lain; mampu menngambil tindakan nyata dan mengambil keputusan untuk keluar dari permasalahan.
Hipotesis Ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan penyesuaian diri perempuan pada masa menopause. Semakin tinggi dukungan sosial yang diterima, semakin mudah penyesuaian diri dilakukan.
METODE PENELITIAN Identifikasi Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini :
a. Variabel tergantung : penyesuaian diri b. Variabel bebas
: dukungan sosial
Subjek penelitian Subjek penelitian ini adalah ibu-ibu rumah tangga di Kampung Ketanggungan , kelurahan Wirobrajan, kecamatan Wirobrajan, Yogyakarta. Ciri subjek: perempuan, usia 40-65 tahun, termasuk kategori menopause (pra-menopause,
peri-menopause,
dan
pasca-menopause),
bersuami,
berhubungan akrab dengan kerabat (Anak, Ibu, Kerabat), dan dengan lingkungan sebagai sumber dukungan sosial (memiliki teman).
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu: 1. Skala Penyesuaian Diri Skala penyesuaian diri yang digunakan disusun penulis merujuk pada teori penyesuaian diri dari Schneiders dan Rogers yang dikutip penulis sebanyak empat aspek, yaitu: a.
Kemampuan mengontrol emosi
b.
Kemampuan belajar dari pengalaman
c.
Kemampuan berinteraksi sosial
d.
Kemampuan mengambil tindakan langsung
2. Skala Dukungan Sosial Skala yang akan digunakan dalam penelitian ini dibuat oleh peneliti merujuk pada teori dukungan sosial dari Cohen (Sarafino, 1990), mengenai aspek-aspek dukungan sosial yaitu dukungan emosional,
penilaian, peralatan, dan informasi yang diterima dari lingkungan. Sumber dukungan berasal dari suami, keluarga terdekat (ibu, anak, kerabat dekat), dan teman
Metode Analisis Data . Tehnik analisis statistik yang digunakan adalah tehnik analisis Product Moment. Untuk mempermudah proses penghitungan statistik, maka dilakukan analisis dengan menggunakan bantuan program Statistical Package for Social Science (SPPS) 10.0 for windows.
Hasil Penelitian Sampel dala penelitian ini digolongkan dalam lima kategori diagnostik yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Kategori berdasar sebaran hipotik yaitu nilai maksimal dikurangi nilai minimal, hingga diperoleh perkiraan besarnya standar hipotetik. Dengan norma (Azwar, 2002), sebagai berikut (M+ 1,50s)
<X
kategori sangat tinggi
(M+ 0,50s) < X
< (M+ 1,50s) kategori tinggi
(M- 0,50s)
<X
< (M+ 0,05s) kategori sedang
(M- 1,50s)
<X
< (M- 0,05s) kategori rendah
X
< (M- 1,50s) kategori sangat rendah
Kategorisasi subjek penelitian berdasar mean hipotetik dan mean empirik dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7 Deskripsi Data penelitian Variabel Skor yang diperoleh (Empirik) Xmaks Xmin Mean SD Penyesuaian 80 43 64,19 7,10 Diri Dukungan Sosial
131
74
105,87 13,81
Skor yang dimungkinkan (Hipotetik) Xmaks Xmin Mean SD 80 20 50 17
136
34
85
10
Berdasar sebaran hipotetik dari skor penyesuaian diri dan dukungan sosial, dapat diuraikan guna mengetahui keadaan sampel penelitian berdasar kategori standar deviasi, dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 8 Kriteria Kategori Skala Penyesuaian Diri Kategori Rentang Skor
Jumlah
Prosentase
Sangat rendah
< 39,35
0
0
Rendah
39,35- 46,45
2
1,9 %
Sedang
46,45– 53,55
6
5,6 %
Tinggi
53,55– 60,65
17
16,1 %
Sangat tinggi
> 60,65
81
76,4 %
106
100
Total Tabel 8 Kriteria Kategorisasi Skala Dukungan Sosial Kategori Rentang Skor
Jumlah
Prosentase
Sangat rendah
< 64,3
0
0
Rendah
64,3 - 78,1
5
4,7 %
Sedang
78,1 - 92,0
10
10,4 %
Tinggi
92 ,0 - 105,7
30
27,4 %
Sangat tinggi
> 105,7
61
57,5 %
106
100
Total
Uji Asumsi Uji asumsi dilakukan untuk melihat apakah data yang terkumpul telah memenuhi syarat asumsi analisis yang akan digunakan. Dengan melakukan uji
normalitas dan uji linearitas merupakan syarat sebelum dilakukan pengetesan nilai korelasi agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya. Syarat yang perlu dilakukan dalam penggunaan teknik korelasi adalah hubungan antara variabel X dan variabel Y adalah linier, dan dsitribusi variabel X dan variabel Y mendekati distribusi normal. a. Uji normalitas Uji normalitas menggunakan proram komputer SPSS versi 10,0 for windows dengan teknik one sample Kolmogorov-Smirnov Test. Variabel penyesuaian diri menunjukkan K-SZ = 1,208 ; p = 0,108 (> 0,05) dan variabel dukungan sosial menunjukkan K-SZ = 1,200 ; p = 0,112 (> 0,05). Hasil uji normalitas ini menunjukkan bahwa kedua alat ukur tersebut memiliki sebaran normal. b. Uji linearitas Uji linearitas dilakukan guna mengetahui liniaritas variabel penyesuaian diri dengan variabel dukungan sosial. Uji linearitas ini menggunakan program komputer SPSS versi 10,00 for windows yaitu statistik compare mean. Untuk linearity diperoleh hasil bahwa F = 45,424 dan p = 0,000. Hasil uji linearitas tersebut menunjukkan bahwa antara dukungan sosial dan penyesuaian diri bersifat linear dan tidak ada kecenderungan menyimpang dari garis linear.
Uji Hipotesis Hubungan antara dukungan sosial dan penyesuaian diri dapat diketahui dengan cara melakukan uji hipotesis. Hasil analisis data dengan menggunakan korelasi Product Moment dari Karl Pearson pada program komputer SPSS versi
10,0 for windows diperoleh angka koefisien korelasi sebesar 0,534 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Hasil uji korelasi tersebut menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara kedua variabel penelitian. Maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan positif antara dukungan sosial dan penyesuaian diri diterima. Pembahasan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan sosial dengan penyesuaian diri perempuan pada masa menopasue. Hasil analisis data yang dilakukan peneliti dengan menggunakan tehnik statistik korelasi product moment menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dan penyesuaian diri perempuan pada masa menopause.. Sumbangan
yang
diberikan
variabel
dukungan
sosial
terhadap
penyesuaian diri dimasa menopause hanya sebesar 28,5%, dengan demikian sisanya sebesar 71,5% merupakan kontribusi dari faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Kemungkinan selain faktor dukungan sosial, yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah faktor internal seperti kematangan emosional hingga mampu bersikap positif dan memiliki respon emosi yang tepat. Dan faktor eksternal yang berasal dari pengaruh budaya seperti agama yang dianut. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap masing-masing aspek dukungan sosial dan sumbangannya terhadap penyesuaian diri, diketahui bahwa aspek informasi yang memberikan sumbangan terbesar (26,2%). Dukungan informasi antara lain memberi nasehat, pengarahan, atau keterangan-keterangan yang bisa membantu individu lebih mudah menerima menopause. Misalnya memberi tahu pengertian menopause yang sebenarnya,
perubahan apa yang mungkin terjadi, dan apa antisipasinya. Dimasa menopause, perempuan yang cemas atau bingung menghadapi menopause cenderung mencari informasi kepada teman atau keluarga yang sesama wanita. Individu akan memilih seseorang yang dinilai paham mengenai menopasuse, pernah mengalami hal yang sama, dan bisa mengerti dirinya. Informasi yang ada akan mempengaruhi cara pandangan individu terhadap menopause (Hudono dalam Cristina, 2000). Cara individu memandang menopause mempengaruhi pemilihan respon, hingga akan mempengaruhi penyesuaian diri yang harus dilakukan.
Saran 1. Bagi Subjek Penelitian Disarankan
bagi
responden
penelitian
untuk
mempertahankan
kemampaun penyesuaian diri yang dimiliki. Dengan tetap beraktifitas, mau membuka diri, dan tetap menjaga hubungan baik dengan orang lain maka kondisi psikologis akan tetap terjaga dan sumber dukungan sosial akan selalu tersedia. Hingga ketika menghadapi masalah dan membutuhkan bantuan orang lain, individu bisa segera menemukan pemecahan. Bisa terus menikmati hidup dan mengekspresikan diri tanpa hambatan berarti. 2. Bagi lingkungan sekitar a. Hubungan komunikasi dalam keluarga yang harmonis dan suasana yang kondusif yang telah ada hendaknya dipertahankan atau ditingkatkan, karena dalam proses penerimaan diri seseorang pada masa menopause akan mendukung untuk bersikap positif dan tidak takut menghadapi masa
tua. Penyediaan dukungan terutama mengenai informasi menopause hendaknya tetap dioertahankan. b. Kepada suami, disarankan untuk ikut membantu menciptakan lingkungan yang kondusif dengan memberi perhatian dan komunikasi yang hangat agar sang istri akan merasa tenang, percaya diri, dan dapat menghadapi menoapuse dengan baik. Termasuk penyediaan informasi tentang menopause, baik memberikan definisi menopause yang benar, proses terjadinya, dan cara-cara yang teapt untuk menghadapinya. Hingga tidak timbul gejala reaksi negatif seperti kecemasan, emosi yang meledak-ledak, dan depresi yang tetntu akan mengganggu keharmonisan keluarga. c. Lingkungan sekitar disarankan untuk bersikap terbuka dan menyediakan inormasi yang benar tetntang menopause. Dalam arisan atau pertemuan ibu-ibu misalnya, merupakan waktu yang tepat untuk memberi informasi tentang menopause. 3. Bagi Peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya jika ingin meneliti tema yang sama, disarankan untuk mempertimbangkan variabel-variabel lain yang memberikan sumbangan lebih besar terhadap penyesuaian diri perempuan pada masa menopause. Selain itu, peneliti selanjutnya juga diharapkan untuk memperhatian faktor internal maupun eksternal yang ada pada subjek penelitian agar bias efek halo dapat diminimalisir sehingga diperoleh data penelitian yang lebih baik dari penelitian sebelumnya. Mengenai subjek penelitian yaitu perempuan usia menopause, peneliti selanjutnya diharapkan disertai pendekatan lain seperti disertai wawancara yang lebih mendalam hingga informasi yang diperoleh dapat dijadikan argumen dalam mempertahankan hipotesis. Disarankan pula untuk
menjalin hubungan baik dengan subjek karena akan sangat membantu jalannya penelitian. Menghindari penggunaan istilah menopause secara langsung dan pilih subjek lebih spesifik sesuai tahap menopause.
DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. 1997. Sikap Manusia dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar Azwar, S. 2001. Tes Prestasi edisi II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset
Baziad, A. 2003. Menopause dan Andropause. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Christina, Retnowati, S., Purnamaningsih, H. E. 2000. Hubungan Persepsi tentang Menopause dengan Tingkat Kecemasan pada Wanita yang Menghadapi Menopause. Buletin Psikologi, No. 2,96-100. Fisher, A. B. 1987. Interpersonal Communication : Pragmatis of Human Relationship. New York: Random House. Hadi, S. 1992. Statistik 2. Yogyakarta: Andi Offset Kartono, K. 1977. Psychologi Wanita : Wanita Sebagai Ibu dan Nenek jilid 2. Bandung: Alumni Kuntjoro, Z. S. 2002. Menopause. http://www. e-psikologi.com.10/12/04 Lazarus , R. S. Pattern of Adjusment 3rd ed. 1976. Kogakusa : Mc.Graw-Hill Inc Manuaba, I. B. G 1998. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan Elena, M. L. 1997. The Associatio Between Social Support and Course of Deppression : Is It Confused With Personality?. Journal of Abnormal Psychology, Vol. 106, No. 3, 478-482. Mappiare, A. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional
Rahmawati, M. 2003. Hubungan antara Kepuasan Perkawinan dengan Kecemasan Menghadapi Menopause. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia
Nur Rohman, T. Prihartanti, N. Rosyid, F. 1997. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Burnout pada Perawat Putri di Rumah Sakit Swasta. Psikologika. No. 4 II, 55-57. Sarafino, E. P. 1990. Health Psychology. 2nd ed. New York: John Wiley&Sons, Inc Sari, N. D. 1999. Perubahan Fisik-Psikologis dan Kesehatan Mental Perempuan pada Masa Menopause. Jurnal Psikologi Pronesis, Vol. 1, 40-44. Sawrey, J. M & Charles W. T. 1975. Adjustment and Personality, fourth ed. Boston: Allyn&Bacon, Inc Schneiders, A. A. 1964. Personal Adjusment Mental Health. New York: Holt Rinehart&Winstor Schultz, D. 1991. Psikologi Pertumbuhan: Model-model Kepribadian Sehat. Yogyakarta: Kanisius Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : Grasindo Taylor, S. E. 1995. Health Psychology, Third Edition. New York: Mc.Graw Hill, Inc Zanden, J. V. W. 1985. Human Development, Third Edition. New York: Alfred A. Knoff
IDENTITAS PENULIS Nama
: Endina Sofiana
No. Mahasiswa
: 00320016
Alamat
: Ketanggungan WB II / 460 Yogyakarta 55252
No. Telepon / HP
: ( 0274 ) 373081 / 08122942699