Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005
MUTUALLY EXCLUSIVE ALTERNATIVE PROJECT UNTUK ANALISIS KELAYAKAN USAHA INDUSTRI KECIL A Hadi Arifin
Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Abstrak: Pembangunan nasional pada hakikatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan manusia Indonesia secara keseluruhan. Dalam hal ini pemerintah telah mengarahkan perhatian agar pembangunan sektor industri dititikberatkan pada peningkatan dan pembangunan industri kecil. Industri kecil kerajinan rotan merupakan industri kecil yang paling banyak ditekuni oleh masyarakat di kecamatan Jeumpa kabupaten Bireuen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prospek usaha industri kecil kerajinan rotan di kecamatan Jeumpa Kabupaten Bireuen untuk masa yang akan datang berkaitan dengan adanya gangguan keamanan yang mengakibatkan berkurangnya pendapatan para pengusaha industri kecil kerajinan rotan serta mengetahui faktor permasalahan yang sedang dihadapai oleh para pengusaha kerajinan rotan khususnya di kecamatan Jeumpa Kabupaten Bireuen. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang didapat langsung dengan mewawancara pemilik dari tempat usaha kerajinan rotan yang berasal dari tiga usaha industri kerajinan rotan yaitu, Al- Fata, Coslat Rotan Furniture dan UD.Fadillah. Untuk menguji hipotesis digunakan model Studi Kelayakan Bisnis yaitu : Net Present Value, Internal Rate of Return, dan Net Benefit Cost of ratio dan lain sebagainya. Dalam penentuan pemilihan terhadap usaha yang akan diinvestasikan dan memiliki propek digunakan metode Mutually exclusive alternative project untuk mendapatkan perbandingan dari ketiga usaha tersebut dan diperoleh hasil bahwa NPV usaha kerajinan rotan Al-Fata adalah Rp 714.104,- Coslat Rotan Furniture Rp 1.147.172,- dan UD.Fadillah Rp 56.854,- dengan IRR berturut-turut 18,78 %, 37,16 %, dan 18,07 %, dan Net B/C masingmasing sebesar 1,02; 1,11; dan 1,00. Dari ketiga hasil tersebut, dengan menggunakan metode pemilihan usaha Mutually exclusive alternative project maka usaha kerajinan Coslat Rotan Furniture yang memiliki NPV, IRR, dan Net B/C tertinggi yang memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangkan walaupun usaha tersebut memiliki jumlah investasi yang sangat kecil jika dibandingkan dengan Al-Fata dan UD. Fadillah. Key words: NPV, IRR, Net B/C dan Mutually exclusive alternative project. PENDAHULUAN Pembangunan nasional pada hakikatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan manusia Indonesia secara keseluruhan. Guna mencapai tujuan tersebut, maka pembangunan dibagi dalam berbagai sektor ekonomi dan sosial yang dilaksanakan secara bertahap dan terpadu yang diharapkan dapat mengembangkan berbagai potensi alam maupun potensi manusianya. Dalam rangka mengembangkan potensipotensi tersebut agar lebih rasional dan terarah diperlukan informasi-informasi yang cukup dan dapat dipercaya sehingga setiap permasalahan yang dihadapi dapat dikaji lebih teliti, mendalam serta direncanakan cara-cara pemecahan yang lebih baik dan tepat. Tingginya tingkat pengangguran pada masa sekarang ini menandakan belum mampunya pemerintah atau badan usaha swasta dalam menggunakan atau memanfaatkan sumber daya manusia yang terus bertambah. Apabila keadaan ini terus berlanjut maka cepat atau lambat akan mempengaruhi perekonomian suatu daerah secara khusus dan perekonomian nasional secara umum dan juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap tingkat produktivitas dan produksi secara umum. 196
Dalam upaya mengatasi hal-hal yang disebutkan di atas yaitu penerapan tenaga kerja, maka sektor industri kecil dianggap paling mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak. Dalam hal ini pemerintah telah mengarahkan perhatian agar pembangunan sektor industri dititikberatkan pada peningkatan dan pembangunan industri kecil. Karena industri kecil dianggap paling mampu menyerap tenaga kerja disekitarnya di samping dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Menurut Tunggal (1996:58) industri merupakan himpunan semua penjual suatu produk, di mana produk yang dihasilkan tersebut merupakan pengolahan dari suatu bahan tertentu untuk menghasilkan jasa pelayanan atau produk dalam bisnis. Industri kecil mempunyai prospek yang baik bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat, karena hasil produksi industri kecil seperti kerajinan rotan, sulaman, bordir, produk-produk suvenir yang menunjukan ciri khas budaya daerah suatu bangsa memiliki daya tarik tersendiri bagi konsumen di samping dapat menunjukkan tingginya kebudayaan bangsa tersebut. Industri pengolahan rotan merupakan salah
Mutually Exclusive Alternative Project untuk Analisis Kelayakan Usaha Industri Kecil A. Hadi Arifin
satu industri kecil yang banyak dikembangkan oleh masyarakat terutama di Kecamatan Jeumpa Kabupaten Bireuen. Industri pengolahan rotan adalah salah satu industri non migas yang menjadi perhatian pemerintah untuk dikembangkan di samping hasil produknya yang cukup banyak diminati oleh masyarakat. Oleh karena itu industri pengolahan rotan di Kecamatan Jeumpa Kabupaten Bireuen sangat mendukung tujuan pembangunan nasional, terutama dalam menciptakan lapangan kerja, serta meningkatkan pendapatan masyarakat. Di samping itu pengembangan industri pengolahan rotan ini diharapkan dapat mengoptimalkan sumber daya alam serta sumber daya manusia yang tersedia. Adapun jenis-jenis kerajinan yang dihasilkan seperti kursi, meja, sofa, lemari, meja rias, tudung saji, ayunan, tempat tidur, mainan anak-anak dan lain sebagainya. Bahan baku rotan biasanya didatangkan dari pengumpul rotan di kawasan pedalaman daerah seperti Krueng Simpo, Lhoksukon, Panton Labu, Jeunib, dan daerah lainnya. Namun akhir-akhir ini karena konflik yang berkepanjangan di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam khususnya di daerah pedalaman yang rawan menyebabkan para pengrajin rotan kesulitan untuk mendapatkan bahan baku rotan dengan mutu yang baik dibandingkan dengan keadaan sebelum terjadinya konflik. Mengingat terbatasnya bahan baku, dana, waktu, dan tenaga dalam mengerjakan suatu proyek, mendorong para investor untuk mengadakan pemilihan terhadap proyek yang akan memberikan keuntungan yang lebih baik di antara bermacammacam proyek/usaha yang mungkin untuk dikembangkan. Untuk melakukan pemilihan usaha/proyek yang dapat memberikan keuntungan maksimum, ditinjau dari hasil kriteria investasi salah satunya dilakukan dengan cara Mutually exclusive alternative project. Ibrahim (2003:170) mendefinisikan “Mutually exclusive alternative project adalah memilih salah satu alternatif dari beberapa alternative yang lebih baik, karena tidak mungkin melakukan beberapa proyek dalam waktu yang bersamaan, baik yang disebabkan oleh terbatasnya waktu, dana, maupun tenaga yang diperlukan”. Kadariah (1986 : 64) menyebutkan bahwa mutually exclusive dapat terjadi jika harus dipilih antara proyek yang berlainan, atau antara bentuk atau ukuran yang berbeda dan proyek yang sama. Tujuan yang ingin dicapai dalam metode ini adalah mencari salah satu alternatif yang memberikan benefit yang terbesar sesuai dengan kemampuan para investor. Apabila hasil kriteria investasi tidak konsisten di antara kegiatan usaha/proyek, maka perlu dipertimbangkan beberapa faktor, antara lain jumlah investasi yang diperlukan, waktu pengembalian investasi, serta jangka waktu pembangunan proyek, maka digunakan metode Mutually Exclusive Alternative Project.
METODOLOGI Usaha kerajinan rotan yang dijadikan sampel merupakan usaha yang telah mendapat izin resmi dari pemerintah dan terdaftar pada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bireuen. Data yang digunakan untuk ketiga sampel usaha kerajinan rotan data primer, kemudian diolah dengan menggunakan analisis kriteria investasi dan metode mutually exclusive alternative project guna menentukan dan memilih salah satu dari tiga usaha kerajinan rotan yang terbaik untuk dikembangkan. Menurut Ibrahim (2003:141) formulasi yang biasa digunakan untuk analisis kriteria investasi dengan metode Mutually exclusive alternative project adalah sebagai berikut: 1. Melihat Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara present value dari benefit dan present value dari biaya-biaya. Menurut Kasmir (2003:157) Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV kas bersih dengan PV Investasi selama umur investasi. Sedangkan menurut Ibrahim (2003:142) Net Present Value (NPV) merupakan net benefit yang telah di diskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital (SOCC) sebagai discount factor. n
NPV = ∑ NBi (1 + i )
−n
i =1
2.
Tingkat pengembalian internal atau dikenal dengan Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu teknik untuk membuat peringkat usulan investasi dengan menggunakan tingkat pengembalian atas investasi.Internal Rate of Return (IRR) menunjukkan bahwa tingkat bunga yang akan menghasilkan present value dari sebuah proyek atau usaha sama dengan nol. Halim (2003:140) memberikan definisi Internal Rate of Return (IRR) sebagai “ tingkat bunga yang dapat membuat Net Present Value dari sebuah usaha sama dengan nol, karena present value dari cash flow pada tingkat bunga tersebut sama dengan internal investasinya”.
IRR − i1 + 3.
NPVi (i − i ) (NPV1 − NPV2 ) 2 1
Net Benefit Cost ratio (NetB/C Ratio) merupakan perbandingan antara net benefit yang telah di discount positif dengan net benefit yang telah di discount negatif.. n
Net B/C =
∑ NB (+) i =1 n
i
∑ NB (−) i =1
i
197
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) merupakan perbandingan antara benefit kotor yang telah di discount dengan biaya secara keseluruhan yang telah di discount. Adapun formulanya adalah :
4.
n
Gross B/C =
∑ B(1 + i)− n i =1 n
∑ C (1 + i) i =1
n
i
PR =
i =1
ii
i =1
n
∑I
i
i =1
6.
Break event point (BEP) adalah titik pulang pokok dimana total revenue sama dengan total cost.
−n
i
Analisis Profitability Ratio akan digunakan untuk mengukur perbandingan antara selisih benefit dengan biaya operasional dan pemeliharaan dibanding dengan besarnya investasi yang akan dikeluarkan. Ibrahim (2003:152) mengatakan “Profitability Ratio merupakan suatu ratio perbandingan antara selisih benefit dengan biaya operasi dan pemeliharaan dibanding dengan jumlah investasi.”Kasmir (2003:163) menyebutkan bahwa “ Profitability Ratio (PR) merupakan rasio aktivitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan bersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi.” Nilai dari masing-masing variabel dalam bentuk present value atau nilai yang telah di discount dengan discount factor dari Social Opportunity Cost of Capital (SOCC) yang berlaku dalam masyarakat.
5.
n
∑ B − ∑ OM
BEP = Tρ −1 + 7.
n
n
i =1
i =1
∑TCi − ∑ B Bρ
Mutually exclusive alternative project, yaitu metode yang digunakan dalam memilih salah satu usaha yang memilki prospek yang cukup baik dilihat dari nilai NPV, IRR dan Benefit yang diperoleh selama umur ekonomis.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian yang penuli dilakukan diketahui bahwa untuk mendirikan usaha industri kecil kerajinan rotan diperlukan sejumlah investasi tertentu. Perkiraan jumlah investasi ini menggambarkan jumlah investasi yang dibutuhkan dari pendirian usaha industri kecil kerajinan rotan. Perkiraan jumlah investasi dari tiga usaha industri kecil kerajinan rotan seperti terlihat dalam Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1 Perkiraan Jumlah Investasi dan Modal Usaha Industri Kecil Kerajinan Rotan Al-Fata No. A 1 2 3 4 5 6
Jenis Investasi & Modal Kerja Jenis Investasi Bangunan Usaha 1 unit Mesin Poli 1 unit Mesin Pembengkok 2 unit Kompor Tembak 2 unit Bor Listrik Alat Perlengkapan lainnya Jumlah Investasi B Modal Kerja Total Sumber : Data Penelitian (diolah), 2005
198
iep −1
Jumlah 35.000.000 7.400.000 4.500.000 300.000 200.000 250.000 47.650.000 8.000.000 55.650.000
Mutually Exclusive Alternative Project untuk Analisis Kelayakan Usaha Industri Kecil A. Hadi Arifin
Dari Tabel 1 terlihat bahwa total investasi dan modal kerja yang diperlukan adalah sebesar Rp 55.650.000,-. Jumlah investasi sebesar ini diperkirakan yang dapat dibiayai sendiri yaitu sebesar Rp 35.650.000,- Dan sumber dana selebihnya dibiayai dari pinjaman Bank yang diperkirakan sebesar Rp 20.000.000,- dengan tingkat bunga 18 % setahun dan dimajemukkan selama 5 tahun. Sumber
dana yang berasal dari Bank akan dikenakan bunga pinjaman yaitu sebesar 18 %. Usaha kerajinan rotan yang dijadikan sampel perhitungan kedua yaitu usaha kerajinan rotan Coslat Rotan Furniture dengan perkiraan jumlah investasi dan modal kerja seperti dalam Tabel 2 berikut :
Tabel 2 Perkiraan Jumlah Investasi dan Modal Usaha Industri Kecil Kerajinan Rotan Coslat Rotan Furniture
No. A 1 2 3 4 B
Jenis Investasi & Modal Kerja Jenis Investasi Bangunan Usaha Satu unit Kompor Tembak Satu unit Bor Listrik Alat perlengkapan lainnya Jumlah Investasi Modal Kerja Total
Jumlah 10.000.000,175.000,120.000,100.000,10.395.000,5.000.000,15.395.000,-
Dari Tabel 2 terlihat bahwa jumlah investasi dan modal kerja yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 15.395.000,- . Kebutuhan dana ini dipenuhi dari modal sendiri sebesar Rp 10.395.000,- ditambah dengan pinjaman pada bank sebesar Rp 5.000.000,- dengan tingkat bunga pada saat itu 18 % dan jangka waktu pengembalian selama 5 tahun. Selanjutnya, usaha kerajinan rotan yang dijadikan sampel penelitian yang ketiga yaitu UD. Fadillah dengan perkiraan jumlah investasi dan modal kerja terlihat dalam Tabel 3 sebagai berikut : Tabel 3 Perkiraan Jumlah Investasi dan Modal Usaha Industri Kecil Kerajinan Rotan Fadillah
No. A 1 2 3 4 5 6
Jenis Investasi & Modal Kerja Jenis Investasi Bangunan Usaha Satu unit Mesin Poli sedang Satu unit Mesin Pembengkok Satu unit Kompor Tembak Satu unit Bor Listrik Alat Perlengkapan lainnya Jumlah Investasi B Modal Kerja Total Sumber : Data Penelitian (diolah), 2005
Jumlah 25.000.000,5.000.000,4.500.000,220.000,175.000,150.000,35.045.000,10.500.000,45.545.000,-
Dari Tabel 3 terlihat bahwa jumlah investasi dan modal kerja yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 45.545.000,- . Kebutuhan dana ini dipenuhi dari modal sendiri sebesar Rp 35.545.000,- ditambah dengan pinjaman pada bank sebesar Rp 10.000.000,- dengan tingkat bunga pada saat itu 18 % dan jangka waktu pengembalian selama 5 tahun. Untuk melihat gambaran selengkapnya tentang jumlah angsuran, pengembalian pokok pinjaman dan bunga pinjaman dari ketiga usaha kerajinan rotan yaitu Al-Fata, Coslat Rotan Furniture dan UD. Fadillah rumusan seperti berikut ini
⎡ ⎤ i R = An ⎢ −n ⎥ ⎣1 − (+ i ) ⎦
199
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005
Salah satu piranti yang akan digunakan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu usaha adalah Net Present Value (NPV). Net Present Value merupakan kriteria investasi yang sangat penting dalam mengukur suatu usaha apakah layak atau tidak. Net Present Value merupakan Net Benefit yang telah di-discount dengan Social Opportunity Cost of Capital (SOCC) atau dengan kata lain Net Present Value adalah keuntungan bersih yang akan diterima setelah disesuaikan dengan tingkat suku bunga yang berlaku. Untuk mengetahui hasil perhitungan Net Present Value dari usaha industri kecil kerajinan rotan untuk ke tiga usaha yaitu kerajinan rotan Al- Fata, kerajinan Coslat Rotan Furniture dan kerajinan rotan UD. Fadillah yang berlokasi di Kecamatan Jeumpa akan diperlihatkan pada Lampiran 1, 2 dan 3. Net Present Value usaha industri kecil kerajinan rotan adalah :
NPV
n
= ∑ NBi (1 + i )
−n
i =1
NPV Al-Fata
= (35.650.000) + 4.923.127+4.172.023 +9.094.918 + 7.708.115 +10.465.922 = 714.104
NPV Coslat
= (10.395.000) + 2.578.942 + 2.185.482 + 1.851.970 + 2.666.299 + 2.259.479 = 1.147.172
NPV UD. Fadillah
= (35.545.000) + 7.839.332 + 6.643.314 + 8.231.284 + 6.976.169 + 5.911.755 = 56.854
Angka Net Present Value yang menjauhi angka nol menunjukkan keuntungan bersih yang diperoleh oleh seorang pengusaha tersebut ada peningkatan walaupun jumlahnya sangat kecil, hal ini juga membuktikan bahwa usaha kerajinan rotan masih layak untuk dikembangkan. Net Present Value yang sama dengan nol bukan berarti perusahaan tidak memperoleh keuntungan atau dengan kata lain perusahaan bukan berada pada pada titik impas (Break Event Point), akan tetapi Net Present Value sama dengan nol menunjukkan bahwa perusahaan tetap mampu memperoleh keuntungan secara normal yang disebut dengan profit. Langkah selanjutnya adalah mencari nilai Internal Rate of Return dari ketiga usaha kerajinan rotan tersebut. Internal Rate of Return Usaha Industri Kecil Kerajinan Rotan Internal Rate of Return adalah tingkat bunga yang akan menghasilkan nilai Net Present Value sama dengan nol. Angka Internal Rate of Return yang diperoleh akan menggambarkan tingkat suku bunga yang menyamakan nilai Net Present Value, tentunya Internal Rate of Return yang lebih besar dari tingkat Social Opportunity Cost of Capital, sehingga usaha tersebut dapat dikatakan feasible. Untuk menentukan besarnya IRR lebih jelasnya terlihat pada Lampiran 1, 2 dan 3. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa IRR ketiga usaha kerajinan rotan tersebut adalah :
IRR= i1 +
NPV
(NPV1 − NPV2)
IRR Al- Fata =0,8+
(i2 −i1) 714.104
(714.104−(−5.666.204))
= 0,1878
Jadi : IRR AL-Fata = 18,78 % IRR Coslat = 37,16 % IRR UD.Fadillah = 18,07 % Berdasarkan perhitungan diatas, diperlihatkan bahwa hasil perhitungan IRR adalah 18,78 %, 37,16 % dan 18,07 % ; lebih besar dari SOCC = 18 % , maka usaha kerajinan rotan di Kecamatan Jeumpa masih layak untuk dikembangkan. Net Benefit Cost of Ratio Usaha Industri Kecil Kerajinan Rotan Net Benefit Cost of Ratio merupakan perbandingan antara Net Benefit yang telah di discount positif dengan Net Benefit yang telah di discount negatif, seperti berikut ini: n
∑ NB (+ ) i
Net B/C =
i =1 n
∑ NB (− ) i
i =1
Net B/C Al - Fata =
Net B/C Coslat Net B/C UD.Fadillah 200
(0.25−0.18)
36.364.105 = 1.020 35.650.000 = =
1,110 1.002
Mutually Exclusive Alternative Project untuk Analisis Kelayakan Usaha Industri Kecil A. Hadi Arifin
Berdasarkan pada hasil perhitungan di atas, Net Benefit Cost Ratio yang dihitung lebih besar dari pada satu (Net B/C > 1), ini menunjukkan bahwa usaha industri kerajinan rotan masih layak untuk dikembangkan. IV.
Analisis Break Event Point Usaha Industri Kecil Kerajinan Rotan Break event point merupakan titik pulang pokok di mana total revenue sama dengan total cost. Di lihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah usaha, terjadinya titik pulang pokok tergantung pada lama arus penerimaan sebuah usaha dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan beserta biaya modal lainnya hasilnya berikut :
BEP
= Tρ -1 +
n
n
i =1
i =1
∑ TCi − ∑ B
iep −1
Bρ 426.375.415 - 466.779.975 60.055.598 - 40.404.560 = 4+ 60.055.598
BEP Al - Fata = 4 +
BEP Al-Fata
= 3,3272 ~ 3 tahun 9 bulan
BEP Coslat
= 3,1227 ~ 3 tahun 4 bulan BEP UD. Fadillah = 2,9349 ~2 tahun 2 bulan Dari perhitungan di atas terlihat bahwa UD.Fadillah adalah usaha industri kecil kerajinan rotan yang paling cepat mencapai titik pulang pokok dibandingkan dengan usaha Al-Fata dan Coslat Rotan Furniture.
Mutually exclusive alternative project adalah memilih salah satu alternatif dari beberapa alternatif karena tidak mungkin melakukan beberapa proyek dalam waktu yang bersamaan yang disebabkan oleh berbagai faktor. Sasaran yang ingin dicapai dengan menggunakan metode ini adalah mencari salah satu dari alternatif yang memberikan benefit yang terbesar sesuai dengan kemampuan investor. Hasil perhitungan kriteria investasi dari usaha industri kecil kerajinan rotan yang terdiri dari usaha kerajinan rotan Al-Fata, Coslat Rotan Furniture dan UD. Fadillah seperti yang terlihat dalam Tabel 4 berikut, dengan Social Opportunity Cost of Ratio (SOCC) sebesar 18 %.
Tabel 4 Net Present Value, IRR, dan Net B/C Usaha Kerajinan Rotan Al-Fata, Coslat Rotan Furniture, dan UD. Fadillah No. 1 2 3
Nama Usaha Kerajinan Rotan Al-Fata Coslat Rotan Furniture UD. Fadillah
NPV (Rp.)
IRR (%)
714.104 1.147.172 56.854
Dilihat dari Net Present Value, usaha rotan Coslat Rotan Furniture lebih besar dari Al- Fata dan UD. Fadillah. Dari segi IRR, usaha rotan Coslat Rotan Furniture juga menunjukkan persentase terbesar dibandingkan dengan dua usaha lainnya. Begitu juga dengan nilai dari Net Benefit Cost of Ratio, ternyata usaha industri kecil kerajinan rotan Coslat Rotan Furniture juga yang memiliki angka terbesar yaitu 1,11 dibandingkan dengan Al-Fata dan UD.Fadillah yang hanya mampu mencapai break event point. Jika dilihat dari jumlah investasi antara ketiga usaha kerajinan rotan yaitu Al – Fata sebesar Rp 35.650.000,- ; UD. Fadillah Rp 35.545.000,-; sedangkan Coslat Rotan Furniture lebih kecil sebesar Rp 10.395.000,- yang hanya merupakan industri rumah tangga ( home industry ). Dari ketiga industri kerajinan rotan tersebut dilihat dari Mutually Exclusive Alternative Project, maka industri yang layak untuk dikembangkan adalah Coslat Rotan Furniture yang lebih unggul dari hasil penilaian kriteria investasi yang diperoleh dibandingkan dengan Al-Fata dan UD. Fadillah.
18.78 37.16 18.07
Net Benefit Cost of Ratio 1.02 1.11 1.00
DAFTAR PUSTAKA Astuti, Dewi (2004), Manajemen Keuangan Perusahaan, Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Gray, Clive dan Payaman Simanjuntak (1993), Pengantar Evaluasi Proyek, Edisi Kedua, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 7 Husnan, Suad (1994), Studi Kelayakan Proyek, Konsep, Teknik dan Penyusunan Laporan, UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Ibrahim, Yacob (2003), Studi Kelayakan Bisnis, Edisi Revisi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Kadariah (1986), Evaluasi Proyek Analisis Ekonomis, Edisi 2001, LPFE-UI, Jakarta. _______, Lien Karlina, dan Clive Gray, (1999) Pengantar Evaluasi Proyek, Edisi Revisi, LPFE-UI, Jakarta 201
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005
Kasmir dan Jakfar, (2003) Studi Kelayakan Bisnis, Edisi Pertama, Prenada Media, Jakarta. Nitisemito, S. Alex dan Burhan, M. Umar (1991), Wawasan Studi Kelayakan dan Evaluasi Proyek, Edisi Kedua, Bumi Aksara, Jakarta Muhammad, Swarsono dan Suad Husnan (2000), Studi Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN, Yogyakarta Saleh, Irsan Azhary (1986), Industri Kecil, Sebuah Tinjauan dan Perbandingan, LP3ES, Jakarta. Soeharto, Imam, (1992), Manajemen Proyek Industri (Persiapan, Pelaksanaan, Pengelolaan), Penerbit Erlangga. Jakarta Sukirno, Sadono, (1985), Ekonomi Pembangunan, LPFEUI, Jakarta Umar, Husein (1997), Studi Kelayakan Bisnis, Manajemen dan Metode. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. William, Gordon and Jeffry (1995), Investment, dalam “Studi Kelayakan Bisnis”, Kasmir dan Jakfar, Prentice Hall Inc. hal. 7.
202