(Khotbah Narasi)
“Mungkinkah Aku Mendapat Jodoh Yang Berkenan Kepada Tuhan, Direstui Orang Tuaku Dan Akupun Mencintainya?”
Kejadian 24:1-67 Oleh Queency Christie Wauran
Pendahuluan Kehidupan Abraham sungguh sangatlah sempurna. Ia memiliki segalanya. Kebahagiaan yang dirasakannya mungkin membuat orang disekitarnya menjadi iri hati. Pada masa itu, apakah yang tidak dipunyai Abraham: istri yang cantik, anak laki-laki yang gagah, dengan emas, perak, dan harta kekayaan yang melimpah, ternak yang tak terkatakan, budak-budak yang setia melayaninya. Fakta bahwa ia adalah orang yang dikenan oleh Allah membuat semua musuhnya takut dan gemetar terhadapnya. Abraham bukan hanya diberkati Allah. Dia diberkati dengan melimpah-limpah. Tidak hanya sampai di situ saja, ada sesuatu yang lebih luar biasa yang menjamin kehidupannya: janji Allah sendiri. Allah berjanji bahwa ia akan diberkati melimpahlimpah dan keturunannya akan sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut. Dengan apa yang dimilikinya dan Allah dipihaknya, rasanya ini bukan hal yang mustahil. Bahkan Allah berjanji karena keturunannyalah semua bangsa di bumi ini akan mendapat berkat. Sebuah kehidupan yang sangat menjanjikan bagi Abraham. Abraham menjalani kehidupannya bersama dengan Allah. Pada suatu kali, kehidupan yang terus berlanjut membawanya pada kenyataan kematian Sara, istrinya yang tercinta. Kesedihan sungguh dirasakan oleh Abraham. Ia meratap dan menangisi kepergian istri yang dikasihinya itu. Ishak sang anak perjanjiannya pun merasakan kesedihan yang mendalam. Waktu pun terus bergulir. Tak terasa kekuatan yang dimilikinya tidak seperti dahulu. Kaki yang kuat mulai terasa lemah, mata yang terang mulai menjadi kabur, rambut yang hitam mulai menjadi putih, walaupun kepercayaannya kepada Allah semakin kuat dan dalam. Abraham telah tua. Abraham lalu berpikir, “Tuhan telah memberkatiku dengan melimpah. Bahkan Ia telah berjanji
bahwa melalui keturunan Ishak keturunanku akan menjadi sangat banyak. Juga aku punya harta kekayaan yang banyak, yang akan kuwariskan kepada anakku. Lagipula, aku semakin tua, sebentar lagi aku akan meninggal mengikuti Sara istriku, inilah saat yang tepat untuk mencarikan istri bagi anakku.” Sebagai orangtua yang baik, Abraham kemudian memutuskan untuk mencarikan seorang istri bagi Ishak. Kini sudah saatnya bagi Ishak untuk memiliki istri dan melanjutkan keturunannya. Persoalannya, bagaimana caranya? Saudaraku, persoalan pencarian pasangan hidup adalah persoalan yang melibatkan bukan hanya pribadi seseorang saja namun melibatkan keluarga bahkan Tuhan sendiri. Dengan memerhatikan keinginan Abraham yang berniat mencarikan seorang istri bagi anaknya maka muncul pertanyaan yaitu bagaimana cara menemukannya. Hal yang sama yang juga dihadapi orang percaya saat ini adalah bagaimana menemukan pasangan hidupnya. Yang dalam bahasa keren anak muda disebut jodoh. Persoalan yang lebih kompleks yang dialami anak muda saat ini adalah mungkinkah seseorang mendapatkan jodoh yang berkenan kepada Tuhan, direstui oleh orang tua, dan dicintainya? Fakta yang seringkali ditemukan adalah ada yang dicintai namun tidak disukai oleh orangtua. Ada yang disenangi orang tua dan saling mencintai namun tidak berkenan kepada Tuhan. Ada pula yang berkenan kepada Tuhan dan disukai orangtua tetapi tidak orang tersebut tidak menyukainya. Ada pula yang dijodohkan berdasarkan keinginan orangtua tanpa memikirkan perasaan anaknya. Allah setia dengan perjanjian yang diucapkan-Nya kepada Abraham. Setidaknya inilah yang diimani oleh Abraham sehingga di usia lanjutnya ia memutuskan mencarikan istri bagi anaknya. Hikmat yang ditunjukkan Abraham menyatakan bahwa Allah memerhatikan kehidupan umat-Nya. Allah tidak ingin manusia salah memilih ataupun sembarangan memilih. Perjanjian kovenan Allah dengan Abraham termasuk menentukan pasangan hidup anaknya sehingga akhirnya Allah menuntun Abraham dalam mencari istri bagi anaknya, Ishak. Saudara-saudara, sebagai umat-Nya, Allah pun sangat memerhatikan kehidupan kita. Termasuk saat kita memutuskan untuk mencari pasangan hidup. Keputusan ini adalah keputusan yang sangat penting. Seorang hamba Tuhan pernah berkata bahwa keputusan terbesar kedua yang dibuat oleh seorang Kristen setelah menerima Yesus adalah memilih pasangan hidupnya. Bagaimanakah kita dapat memilih jodoh yang tepat dan benar? Abraham memberi contoh yang baik.
Once Upon A Time: Memulai Sebuah Pencarian Kepercayaan sungguh Abraham kepada Allah meyakinkannya bahwa Allah akan menolongnya untuk menemukan seorang istri bagi Ishak. Abraham lalu memanggil hamba kepercayaannya, (mungkin) Eliezer dan memintanya untuk mencarikan istri bagi anaknya. Abraham telah mengetahui keadaan lingkungan sekitar tempat tinggalnya berada di antara orang Kanaan yang notabene tidak mengenal Allah. Sehingga Abraham tahu dengan pasti di mana ia harus mencari calon istri anaknya. Abraham yang telah tua ini lalu meminta Eliezer bersumpah demi nama Tuhan untuk mencarikan istri bagi Ishak yang berasal dari negeri dan sanak keluarganya, bukan dari antara orang Kanaan. Namun, sesuatu membingungkan hambanya ini. Jika ia pergi mencari dan mendapatkan calon istri dari kaum keluarga tuannya yang jauh, bagaimana jika ia tidak mau datang mengikutinya, “haruskah aku membawa tuanku Ishak ke sana?” tanya hamba itu. Abraham dengan yakin menegaskan bahwa Allah akan menuntun Eliezer kepada perempuan yang tepat yang akan menjadi istri Ishak, dan bahwa perempuan itu akan mengikuti dia kembali ke sini. Tindakan Abraham ini menunjukkan betapa dia percaya total janji Allah, mengerti kehendak dan perjanjian-Nya serta berserah sepenuhnya kepada Allah. Kemudian bersiaplah hamba ini. Dengan membawa serta barang-barang berharga kepunyaan tuannya, berangkatlah ia menuju kota Nahor. Saudara-saudara, percaya kepada Allah merupakan perhatian utama bagi seseorang yang mencari jodoh. Untuk berjalan dalam perjanjian dengan Allah dan menikmati berkat perjanjianNya maka Abraham harus mencari calon istri bagi anaknya yang mengenal Allah juga. Mencari mereka yang mengenal Allah adalah kriteria utama nomor satu yang akan menjadi pasangan. Berhubungan atau mengikatkan diri dalam hubungan dengan orang yang tidak mengenal Allah sama halnya dengan mengakui allah yang mereka percayai sekaligus menyembah allah mereka. Ini adalah penyembahan berhala. Dan Allah sangat tidak menolerir hal ini. Bangsa Israel – keturunan Abraham yang tidak mengikuti teladan leluhurnya – yang akhirnya harus dibuang dalam pembuangan karena menyembah berhala adalah contoh betapa kriteria utama ini sangat keras bagi kita.
Itulah sebabnya nasihat Rasul Paulus juga tidak kalah keras kepada jemaat Korintus yang tidak memerhatikan hal prinsipil ini – mengenal Allah – dalam hubungan mereka. Ia menulis, “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? (2 Kor. 6:14).” Kita dapat melihat raja Salomo sebagai salah satu contohnya. Ia adalah orang yang mengenal Allah dan menyembah Allah. Ia sangat diberkati Tuhan. Namun kemudian Ia menikah dengan perempuan-perempuan kafir, yang tidak mengenal Allah. Akhirnya, alkitab mencatat bahwa hatinya ditarik oleh mereka dan ia menyembah ilah-ilah sembahan para istrinya. Tanpa disadari, hatinya ditarik kepada penyembahan berhala karena pengaruh dari istrinya. Saudaraku, inilah mengapa alkitab melarang kita untuk terikat dalam hubungan dengan orang yang tidak mengenal Allah: hati kita akan ditarik dari Allah. Mungkin ia merasa kuat dan mampu memengaruhi pasangannya, namun kebanyakan kasus menyatakan bahwa ada sesuatu yang tidak benar dalam hubungan itu, pengaruh yang negatif jauh lebih dirasakan akibatnya. Dan dalam hal ini Abraham sangat mengerti hal ini sehingga ia menghindarinya dan memilih untuk menaati Tuhan. Sebaliknya, mencari mereka yang mengenal Allah sama artinya dengan kita menghormati Allah dan memuliakan-Nya (yang adalah tujuan hidup orang percaya). Mencari mereka yang mengenal Allah menyatakan bahwa kita mau melibatkan Allah dalam hidup kita. Itulah sebabnya ada nasihat bagi anak muda yang mengatakan carilah pasangan yang mengasihi Tuhan lebih segalanya, lebih daripada ia mengasihimu. Karena jika seseorang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, maka ia pasti akan mengasihi pasangannya juga. Selain itu, tanamkanlah dalam hati bahwa hal terbaik yang pasangan kita bisa lakukan untuk kita adalah memimpin kita lebih dekat dengan Tuhan. Tindakan yang dilakukan Abraham ini menunjukkan bahwa ia melibatkan Tuhan dalam rencananya dan percaya bahwa Tuhan sendirilah yang akan menuntun hambanya kepada perempuan yang cocok bagi Ishak. Sayangnya, ini merupakan hal yang sering diabaikan oleh anak-anak muda saat ini. Doa Meminta Jodoh Menanggapi jawaban Abraham atas kebingungannya, Eliezer pun bersumpah demi nama Tuhan kepada tuannya. Tindakan bersumpah Eliezer ini menyatakan bahwa Ia percaya kepada Allah yang dipercayai oleh tuannya, Abraham. Maka bersiaplah ia untuk melaksanakan
tugasnya. Bagi Eliezer, tugas ini adalah tugas yang besar dan berat. Sekalipun ia bingung memikirkan bagaimana caranya mendapatkan istri bagi anak tuannya, namun ia percaya bahwa Allah akan menolong dan menuntunnya kepada perempuan yang tepat seperti yang diinginkan oleh tuannya. Setelah melewati perjalanan panjang dan melelahkan, akhirnya ia hampir sampai di kota. Namun muncul sedikit keraguan di dalam hatinya, “Tuhan, bagaimana saya dapat menemukannya?” Ketika ia sampai di sebuah sumur dekat kota, ia menghentikan untanya, tepat di siang hari itu, dengan kesungguhan hati, ia berdoa mohon pertolongan Tuhan. Ia berkata dengan penuh penyerahan, “Tuhan Allah tuanku Abraham, buatlah kiranya tercapai tujuanku pada hari ini, tunjukkanlah kasih setia-Mu kepada tuanku Abraham.” Lalu bagaimana ia mengetahui bahwa dialah perempuan yang ditentukan Allah? Eliezer sangat bijak. Ia mendapat ide yang baik dan memprediksikan dengan jelas keadaannya. Perempuan yang nantinya menolong dia sesuai dengan skenario dalam doanya yaitu ia yang memberinya minum bersama dengan semua untanya, itulah perempuan yang ditentukan Tuhan. Saudara-saudara, sebagaimana Abraham, Eliezer pun melibatkan Tuhan dalam tugasnya. Hambanya ini sangat mengenal tuannya dan dengan demikian ia juga mengenal Allah-nya Abraham. Dengan bersumpah dan berdoa kepada Tuhan, ia menunjukkan kepercayaan dan kebergantungannya kepada Tuhan untuk menolongnya menemukan perempuan yang ditentukan oleh Tuhan sendiri bagi Ishak. Loyalitasnya sebagai hamba yang sungguh luar biasa tidak dapat disangkal. Kita tidak bisa mengabaikan orang-orang sekeliling kita dalam mencari jodoh. Pendapat keluarga dan orang-orang sekitar adalah penting untuk diperhatikan. Dalam kasus ini bahkan Abraham rela bersusah-susah dan jauh-jauh mengirim hamba kepercayaannya – bukan sembarang orang – untuk menolongnya. Dan benar mereka yang percaya sungguh kepada Tuhan dapat membantu kita menemukan pasangan hidup yang berkenan kepada Tuhan. Loyalitas sama seperti hamba Abraham ini patut kita miliki. Kita perlu bersikap loyal kepada saudara kita ketika Tuhan mungkin menunjukkan suatu tanda atau keadaan mengenai pasangan kita atau hubungan kita. Sebaliknya kita pun harus bersikap loyal dan memerhatikan nasihat dari orang percaya lainnya ketika mereka memberi masukan dalam hubungan kita. Jadilah loyal. Selain itu, kita dapat melihat bahwa cara yang diambil dan kriteria-kriteria yang diminta Eliezer secara tidak langsung menyatakan bahwa ia tidak mencari perempuan hanya berdasarkan penampilan fisik atau luarnya saja melainkan ia melihat penampilan batiniah yang terpancar
melalui kecantikan prilaku dan karakter seorang perempuan. Untuk anak muda, prinsip ini berlaku: janganlah terpaku pada penampilan fisik saja. Itu memang perlu diperhatikan. Namun berilah perhatian dan penilaian yang lebih kepada penampilan batiniah dan rohaniah seseorang. Kecantikan atau kegantengan fisik akan berlalu. Akhirnya kita semua akan menjadi tua dan tidak cantik atau ganteng lagi. Namun kecantikan atau kegantengan rohani akan bertumbuh semakin besar dan dalam yang membuat kita terlihat lebih cantik dan ganteng bagi pasangan kita sekalipun kita telah tua. Inilah paradoks pernikahan yang menarik. Sekali lagi ide melibatkan Tuhan dalam mencari pasangan hidup ditonjolkan. Benar bahwa kita perlu meminta Tuhan memimpin kita dalam memilih jodoh melalui doa. Bahkan kita dapat meminta tanda-tanda yang jelas yang spesifik untuk mengetahui bahwa dialah pasangan yang Tuhan tentukan bagi kita. Inikah Dia Orangnya? Selagi hatinya tertuju kepada Allah berdoa dengan kesungguhan, pandangan hamba ini tiba-tiba tertuju kepada sesosok perempuan dari kejauhan yang membawa buyung di atas bahunya. Fokusnya sedikit teralihkan antara menyelesaikan doanya sambil bertanya dalam hati, “Ya Tuhan, inikah dia?” Refleks kakinya secara otomatis bergerak mengejar perempuan itu dan meminta, “tolong beri aku minum air sedikit dari buyungmu itu.” Perempuan itu lalu memberinya minum dengan senang hati. Bahkan ia sendiri berinisiatif memberi minum semua unta-untanya sampai puas. Membutuhkan kekuatan ekstra untuk memberi minum untanya yang banyak. Perempuan ini melakukan lebih dari yang diharapkan. Respons perempuan ini lantas membuat sang hamba ini terdiam sambil memerhatikannya dan bertanya dalam hati, “Akan berhasilkah pencarianku ini, Tuhan?” Hari yang cerah bagi dia sepertinya akan segera datang, dia tersenyum dalam hati. Alkitab memberi informasi bahwa perempuan ini bernama Ribka. Ayahnya adalah Betuel, anak Milka dan Nahor. Jadi Ribka adalah cucu Nahor. Dan Abraham adalah pamannya. Masih terpesona dengan apa yang dilihatnya, hamba ini tiba-tiba tersadar ia harus menanyakan asal keluarganya. Sambil mengambil anting-anting emas dan sepasang gelang tangan, ia bertanya, “Anak siapakah engkau? Adakah tempat bermalam bagi kami di rumah ayahmu?” Lalu ia memasangkannya kepada Ribka. Ribka dengan jelas menjawab bahwa ayahnya adalah Betuel dan ia adalah cucu Nahor. Sekali lagi Ribka menunjukkan kebaikan hatinya dengan menawarkan baik jerami dan makanan unta yang tersedia banyak di rumahnya,
juga tempat untuk bermalam. Mendengar jawaban Ribka, Eliezer tidak dapat lagi menahan rasa syukurnya. Ia merasa lega. Hatinya terangkat naik kepada Tuhan namun dengan lututnya ia bersujud menyembah Tuhan. “Terima kasih ya Tuhan. Engkau menjawab permohonanku. Ia membuat berhasil perjalananku.” Mungkin seperti inilah perasaan hamba Abraham ini saat itu. Segeralah Ribka berlari ke rumahnya menceritakan kepada ibunya. Saudara-saudara, pemeliharaan Allah tergambar jelas di sini. Bahkan sebelum hamba ini selesai berbicara, ia telah melihat jawaban Tuhan di depannya. Allah bekerja dengan cepat. Tindakan hamba ini bukanlah mencoba membatasi Tuhan melainkan inilah tindakan imannya di hadapan Tuhan sehingga Tuhan bertindak sesuai dengan iman hamba ini. Di lain sisi, Ribka menunjukkan sikap yang baik pula. Bahkan ia bertindak sesuai dengan semua karakter atau tanda-tanda yang diharapkan dalam doa oleh hamba Abraham ini dengan tepat: kebaikan, kerendahan hati, kecantikan, kelemahlembutan, dan keramahtamahannya, menunjukkan bahwa ia akan menjadi istri yang baik. Tentunya hamba Abraham ini pasti berpikir ialah yang cocok menjadi istri bagi Ishak, anak tuannya Abraham. Saudara, peristiwa ini sebenarnya sudah cukup menjawab pertanyaan klasik yang biasa muncul di kalangan anak muda: jodoh itu pilihan Tuhan atau manusia? Ya, kedua-duanya. Cerita ini menunjukkan bahwa jodoh merupakan perpaduan karya Allah, pilihan dan usaha manusia. Jika Eliezer tidak berusaha mencari maka ia tidak akan menemukan Ribka untuk Ishak. Jika Ribka hanya diam di rumahnya saja, ia tidak akan bertemu dengan hamba Abraham ini. Dan jika Tuhan tidak menyertai maka usaha ini pun sia-sia. Sehingga anak muda tidak bisa lantas duduk diam menunggu jodohnya dikirimkan Tuhan, melainkan ia harus menyerahkan semuanya kepada Tuhan sambil bertindak, mencari dan memilih serta mengusahakan jodoh itu. Keduanya mutlak dibutuhkan. Meminta Restu Sesampainya di rumah Ribka langsung menceritakan kejadian ini kepada keluarganya. Hamba ini kemudian disambut hangat oleh keluarganya. “Marilah engkau yang diberkati Tuhan, masuklah!” begitulah kata mereka. Kemudian mereka memberi makan unta-untanya serta menghidangkan makanan yang enak kepada tamunya tersebut. Namun, hamba itu tidak bisa tenang sebelum ia menceritakan maksud kedatangannya di negeri ini. Ia tidak sabar untuk
menjelaskan apa yang baru saja Tuhan tunjukkan kepadanya di sumur tadi. “Tidak, aku tidak akan makan sebelum kusampaikan pesan yang kubawa ini”, minta hamba itu dengan bersemangat. Semua orang lalu memerhatikan ceritanya. “Aku ini hamba Abraham”, ia memperkenalkan diri. Hamba ini memulai dengan baik. Ia melanjutkan kesaksiannya bahwa Tuhan telah memberkati keluarga tuannya dengan melimpah dan menjelaskan tugas besar apa yang dipercayakan tuannya kepadanya serta sumpahnya kepada tuannya. Hamba ini benar-benar menjadi pusat perhatian orang di dalam rumah itu. Dengan bersemangat ia lalu menjelaskan kejadian hari itu di sumur pinggir kota. Ketika ia berdoa meminta pertolongan Tuhan dan bagaimana ia bertemu dengan Ribka. Hamba ini tidak melewatkan satu pun bagian cerita bagaimana Ribka memenuhi semua kriteria itu dengan tepat. Ia mengakhiri kisahnya itu dengan menyembah dan memuji Tuhan Allah Abraham yang menuntunnya kepada keluarga itu. “Jadi sekarang, apabila kamu mau menunjukkan kasih dan setia kepada tuanku itu, beritahukanlah kepadaku; dan jika tidak beritahukanlah juga kepadaku, supaya aku tahu entah berpaling ke kanan atau ke kiri.” Demikianlah hamba itu menyelesaikan pembicaraannya. Saudara-saudara, pimpinan Tuhan semakin nyata ketika hamba ini disambut di rumah dan keluarga Ribka. Ia tidak melupakan tujuannya datang ketika ia disambut melainkan ia langsung menjelaskan maksudnya kepada semua orang di dalam rumah itu. Ia memperkenalkan diri, siapa tuannya dan siapa keluarga tuannya. Keluarga merupakan bagian yang penting. Dalam ikatan pernikahan, ikatan itu tidak hanya menyatukan dua orang pribadi saja melainkan menyatukan dua keluarga juga. Sebab itu penting untuk mengetahui asal-usul keluarga sebelum memutuskan sebuah hubungan. Inilah yang dilakukan oleh Eliezer. Dia menjelaskan latar belakang keluarga Abraham. Dalam kesaksiannya, kita bisa melihat bagaimana ia sangat menonjolkan Tuhan: Tuhan yang memberkati Abraham, Tuhan yang menolongnya mencari istri, Tuhan yang memimpinnya menemukan Ribka, bahkan rasa syukurnya atas tuntunan Tuhan. Eliezer menunjukkan bahwa keluarga tuannya adalah keluarga yang takut akan Tuhan. Sehingga bagi kita pun perlu memiliki atau membangun keluarga yang takut akan Tuhan serta mencari pasangan dari keluarga yang takut akan Tuhan juga. Dalam kehidupan masa kini, mungkin kita bertanya, bagaimana jika pasangan saya mengenal Tuhan sedangkan keluarganya tidak? Saudaraku, saat ini kita hidup di mana kita
menikmati karya penebusan Yesus Kristus. Jika orang tersebut sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan maka ia adalah orang yang telah diselamatkan dan ditebus dan ia dapat menjadi pasangan meskipun keluarganya belum mengenal Tuhan. Poinnya adalah hal keluarga tetap perlu diperhatikan. Yang tidak bisa dilakukan adalah menjalin hubungan dengan orang yang tidak mengenal Tuhan dengan tujuan untuk menarik dia kepada Tuhan. Hal ini tidaklah benar. Carilah dan bangunlah hubungan dengan pasangan yang mengenal Tuhan. Inilah intinya. Selain menjelaskan latar belakang keluarga, hamba Abraham ini dengan sopan meminta izin atau persetujuan dari pihak keluarga, sebagaimana tradisi pada waktu itu bahwa keluargalah yang mengatur pernikahan termasuk memilihkan pasangan bagi anaknya. Pada zaman ini mungkin jarang orang tua yang menjodohkan anaknya. Tetapi tidak jarang juga orang tua yang mencarikan jodoh bagi anaknya. Kebanyakan anak-anak juga memilih sendiri pasangannya. Terlepas dari apakah kita mencari sendiri pasangan hidup ataupun dicarikan oleh orangtua, satu hal yang penting adalah meminta atau mendapatkan persetujuan dari keluarga. Persetujuan dari keluarga dapat memastikan apakah ia adalah pasangan yang baik dan sesuai untuk kita. Ya, Saya Mau! Tanpa berbasa basi lagi keluarga Ribka pun langsung menyetujuinya. Ketika didengarnya jawaban mereka, tanpa kata apapun hamba ini langsung sujud bahkan sampai ke tanah menyembah Tuhan, sebagai tanda syukurnya. Akhirnya dia mendapatkan perempuan yang akan menjadi istri anak tuannya sesuai dengan syarat yang diinginkan oleh Abraham, tuannya. Tidak hanya bersyukur kepada Tuhan, dengan cepat kemudian hamba ini mengeluarkan perhiasan emas dan perak serta pakaian kebesaran, memberikannya untuk Ribka, saudaranya dan ibunya sebagai tanda persetujuan dan terima kasih atas penerimaan mereka. Malam itu, mereka berpesta, makan dan minum, dan juga bermalam di situ. Keesokan harinya, hamba ini minta diri dari keluarga itu dengan sopan untuk kembali kepada tuannya. Ia tidak sabar lagi untuk pulang dan menceritakan perjalanannya yang berhasil kepada Abraham dan Ishak. Walaupun awalnya keluarga Ribka sedikit keberatan, namun setelah mereka bertanya kepada Ribka dan ia menyatakan kesediaannya akhirnya mereka pun membiarkannya untuk pergi. Mereka juga memberkati Ribka katanya, “Saudara kami, mogamoga engkau menjadi beribu-ribu laksa, dan moga-moga keturunanmu menduduki kota-kota
musuhnya.” Kemudian bersiaplah mereka, menaiki unta dan berangkat pulang bersama hamba itu. Perjalanan untuk bertemu sang calon suami dimulai. Saudara-saudara, tokoh hamba Abraham ini dapat dikatakan adalah tokoh pemeran pendukung terbaik yang dicatat dalam Alkitab. Dia sangat setia kepada tuannya, tidak egois, bertanggungjawab terhadap tugas bahkan ia sungguh menunjukkan iman dan penyerahannya kepada Tuhan. Untuk kesekian kalinya, hamba ini menonjolkan Tuhan dalam kisahnya. Ia bersujud menyembah Allah karena menjawab doanya, kali ini ia sujud sampai ke tanah. Dan ini adalah yang ketiga kalinya ia berdoa di hadapan umum. Rasa terima kasihnya juga ditunjukkan kepada Ribka dan keluarganya dengan memberi barang-barang yang mahal sebagai bukti perjanjian mereka. Berkaitan dengan meminta persetujuan, ketika hamba ini meminta diri untuk pulang dengan membawa Ribka, keluarganya sedikit keberatan sehingga mereka menanyai pendapat Ribka. Bahkan mereka menghargai keputusan Ribka untuk ikut bersama hamba itu. Orang tua yang baik akan menanyakan pendapat anaknya dan tidak memaksa. Inilah hal yang baik yang bisa dilihat kisah ini. Tidak ada pemaksaan terhadap Ribka, ia yang memutuskan sendiri. Dalam mencari pasangan selain meminta izin dari orangtua, orangtua yang baik akan bertanya pendapat anaknya sekaligus juga menghargai pendapat dan keputusan mereka. A Happy Ending Eliezer sangat bersemangat dan tidak sabar untuk segera sampai di rumah tuannya. Sedangkan Ribka sendiri telah memulai perjalanan untuk bertemu dengan calon suaminya. Entah apa yang ada di pikiran Ribka saat itu, namun dengan kesediaannya mengikuti hamba Abraham, ia pastinya senang dan mungkin penasaran dalam hati seperti apakah dia, anak pamannya Abraham yang diceritakan oleh hamba ini. Dalam perjalanan mungkin hamba ini telah menceritakan sedikit tentang Ishak, anak tuannya tersebut kepada Ribka. Di lain tempat Ishak tinggal di Tanah Negeb. Suatu kali pada saat senja, Ishak keluar untuk berjalan-jalan di padang. Ia sedang berjalan sambil melihat-lihat sekitarnya dan ketika ia melayangkan pandangannya, ia melihat ada unta-unta yang datang dari kejauhan. Ia pun berjalan ke arah mereka. Pada saat itu Ribka yang sementara duduk di atas unta juga melayangkan pandangannya. Lalu matanya tertuju kepada seorang laki-laki di jauh sana yang sedang berjalan
ke arah mereka. Ia bertanya-tanya dalam hatinya siapakah gerangan sehingga ia turun dari untanya dan bertanya kepada hamba itu, “Siapakah laki-laki itu yang berjalan ke arah kita?” Hamba itu lalu menjawab, “Dialah tuanku itu.” Dengan segera Ribka mengambil telekungnya dan bertelekung sebagai tanda ia menghormati Ishak sekaligus untuk menunjukkan bahwa dia adalah seorang gadis. Alkitab tidak menuliskan respons Ribka ketika mengetahui laki-laki itu adalah Ishak juga bagaimana ketika keduanya bertemu dan saling memperkenalkan diri. Namun Alkitab menginformasikan bahwa Ishak mencintai Ribka dan ia sangat dihiburkan karena kematian ibunya oleh kehadiran Ribka. Keduanya berjodoh. Ishak kemudian mengambil Ribka menjadi isterinya. Keduanya menikah dan mereka hidup bahagia. Saudara-saudara, dalam sebuah kisah cerita atau dongeng biasanya diakhiri dengan kalimat dan mereka hidup bahagia selamanya. Namun sengaja itu tidak dituliskan untuk mengakhiri cerita ini. Ketika kita membaca kisah selanjutnya, pasangan ini mengalami pernikahan yang bahagia namun mereka juga mengalami pergumulan atau masalah dalam rumah tangga. Apa yang ingin saya sampaikan dalam bagian ini adalah mengalami kehidupan pernikahan yang bahagia bukanlah hal yang mustahil. Pernikahan yang bahagia perlu diusahakan dan dikerjakan berdua dengan berkat dari Tuhan. Di atas semuanya itu, kerinduan kita untuk mengasihi dan melayani Tuhan lebih lagi seharusnya lebih besar dari keinginan kita untuk menikmati kebahagiaan itu, entahkah kita saat ini dalam pernikahan, sementara mencari pasangan hidup, ataukah kita hidup sendiri. Karena kehidupan tidak berhenti pada pernikahan. Kehidupan itu berawal dan berakhir dalam Tuhan. Penutup Saudara-saudara, mengharapkan jodoh yang berkenan kepada Tuhan, direstui orangtua, dan saling mencintai bukanlah hal yang mustahil walaupun saat ini kita hidup di tengah dunia yang jatuh, dengan banyak tawaran untuk mengambil jalan pintas. Ribka dan Ishak melaluinya. Sebuah akhir yang bahagia akan kita alami jika kita memulai dan menjalaninya dengan benar. Pencarian jodoh yang benar haruslah memerhatikan ketiga pilar ini: mengasihi Tuhan, mendapat restu orangtua, dan saling mengasihi satu dengan lainnya. Selamat mencari jodoh! Tuhan memberkati. Amin.