MUQODIMAH Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada imamnya para muttaqin, pemimpin para mujahidin, junjungan kita Rasul Muhammad sholallohu ‘alaihi
wassalam, juga kepada keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti petunjuknya hingga hari akhir. Amma ba’du. Ikhwah fillah yang dirakhmati Allah, buku panduan mentor ini kami susun untuk membantu rekan mentor sebagai salah satu referensi materi yang diguynakan saat mengisi mentoring. Buku ini telah disusun berdasarkan kebutuhan materi mentoring yang disesuaikan dengan kurikulum mentoring yang tersedia.Isi buku ini secara garis besar meliputi; silabus mentoring, rencana pelaksanaan mentoring (RPM), dan materi mentoring. Diharapkan ikhwah fillah sekalian dapat memanfaatkan buku ini sebagaimana mestinya dan dijaga dengan baik.Adapun referensi tambahan pada saat mengisi mentoring masih selalu diperlukan untuk mengembangkan keilmuan kita.Hanya kepada Allah kami berharap. Tim penyusun
Pertemuan 1 UREGENSI MENTORING Standar Kompetensi Kemampuan memahami urgensi mentoring Kompetensi Dasar 1. Memahami program UMAI sebagai bagian dari mata kuliah PAI. 2. Memahami mentoring sebagai sarana untuk menambah wawasan keislaman. Indikator 1. Memahami hak dan kewajiban sebagai peserta mentoring PAI 2. Mengikuti program mentoring dan kegiatan UMAI untuk mentee secara disiplin 3. Memahami mentoring sebagai sarana pembinaan diri, bukan hanya untuk meningkatkan nilai PAI. Metode Pembelajaran Ceramah: Mentor memberikan materi, mentee mendengarkan dengan baik. Tanya jawab: mentor memberikan pertanyaan kepada para mentee, mentee aktif menjawab dan berkomentar. Pemberian tugas: untuk memberikan acuan bagi mentor sampai dimana mentee dapat memahami materi. Variasi games. Materi pembelajaran Urgensi Mentoring
Kegiatan Pembelajaran No
Kegiatan
1
Kegiatan Awal (15 menit)
2
Kegiatan inti (60 menit)
3
Kegiatan penutup (30 menit)
Langkah Pembelajaran
Mentee dikondisikan untuk mentoring Dibuka dengan tilawah Presensi kehadiran mentee Mentor memberikan motivasi
Menjelaskan profil UMAI Menjelaskan urgensi mentoring dan kriterian penilaian. Mempersilakan mentee untuk bertanya Menyimpulkan materi Mengevaluasi muttaba’ah pekanan.
Sumber dan media pembelajaran Spidol, penghapus, papan tulis, buku panduan mentoring, dan referensi lainnya. Penilaian Tes tertulis (atau lisan) Akhlak mentee saat mentoring.
Pertemuan 2 UKHUWAH ISLAMIYAH Standar Kompetensi Kemampuan memahami pentingnya ukhuwah islamiyah dalam kehidupan umat Islam. Standar Kokmpetensi 1. Memahami hakikat dari ukhuwah islamiyah dapat menyebutkan cara merealisasikannya dalam kehidupan umat. 2. Memahami langkah-langkah perwujudan ukhuwah (rukun ukhuwah) yang diperlukan untuk membentuk umat yang bersatu dalam satu barisan. Indikator 1. Menjelaskan hakikat ukhuwah islamiyah dan cara merealisasikannya. 2. Menjelaskan langkah-langkah perwujudan ukhuwah. 3. Termotivasi mewujudkan ukhuwah islamiyah dan terdorong untuk merealisasikannya. Metode Pembelajaran Ceramah: Mentor memberikan materi, mentee mendengarkan dengan baik. Tanya jawab: mentor memberikan pertanyaan kepada para mentee, mentee aktif menjawab dan berkomentar. Pemberian tugas: untuk memberikan acuan bagi mentor sampai dimana mentee dapat memahami materi. Variasi games.
Materi pembelajaran Ukhuwah Islamiyah Kegiatan Pembelajaran No
Kegiatan
1
Kegiatan Awal (15 menit)
2
Kegiatan inti (60 menit)
3
Kegiatan penutup (30 menit)
Langkah Pembelajaran
Mentee dikondisikan untuk mentoring Dibuka dengan tilawah Presensi kehadiran mentee Mentor memberikan motivasi
Menjelaskan hakikat ukhuwah Menjelaskancara merealisasikan ukhuwah. Mempersilakan mentee untuk bertanya Menyimpulkan materi Mengevaluasi muttaba’ah pekanan.
Sumber dan media pembelajaran : spidol, penghapus, papan tulis, buku panduan mentoring, dan referensi lainnya. Penilaian Tes tertulis (atau lisan) Akhlak mentee saat mentoring.
Pertemuan 3 MANAJEMEN WAKTU Standar Kompetensi Kemampuan memahami pentingnya manajemen waktu bagi seorang muslim. Kompetensi Dasar : 1. Memahami pentingnya manajemen waktu. 2. Mengetahui prinsip dan kiat manajemen waktu. Indikator : 1. Menjelaskan pentingnya manajemen waktu. 2. Mengetahui prinsip dan kiat manajemen waktu. Metode Pembelajaran
Ceramah: Mentor memberikan materi, mentee mendengarkan dengan baik. Tanya jawab: mentor memberikan pertanyaan kepada para mentee, mentee aktif menjawab dan berkomentar. Pemberian tugas: untuk memberikan acuan bagi mentor sampai dimana mentee dapat memahami materi. Variasi games.
Materi pembelajaran Manajemen Waktu
Kegiatan Pembelajaran No Kegiatan Langkah Pembelajaran 1 Kegiatan Awal Mentee dikondisikan untuk mentoring (15 menit) Dibuka dengan tilawah Presensi kehadiran mentee Mentor memberikan motivasi 2 Kegiatan inti Menjelaskan pentingnya manajemen (60 menit) waktu Menjelaskan prinsip dan kiat manajemen waktu 3 Kegiatan Mempersilakan mentee untuk bertanya penutup Menyimpulkan materi (30 menit) Mengevaluasi muttaba’ah pekanan. Sumber dan media pembelajaran : spidol, penghapus, papan tulis, buku panduan mentoring, dan referensi lainnya. Penilaian Tes tertulis (atau lisan) Akhlak mentee saat mentoring.
Pertemuan ke- 4 AHAMIYATU SYAHADATAIN Standar Kompetensi Kemampuan memahami pemurnian akidah dengan berkomitmen atas syahadatain yang sudah diucapkan selama ini. Kompetensi Dasar 1. Mampu memahami syahadat dalam kehidupan muslim. 2. Mampu memahami bahwa syahadat merupakan gerbang pertama seseorang untuk masuk agama islam. 3. Mampu memahami bahwa dua kalimat syahadatadalah intisari ajaran islam. 4. Mampu meyakini bahwa syahadat merupakan konsep dasar perubahan total dalam kehidupan manusia. Indikator 1. Menjelaskan pengertian syahadat. 2. Memahami kedudukan syahadat dalam rukun islam sebagai penghambaaan kepada Allah SWT. 3. Melaksanakan keyakinan penghambaan kepada Allah sebagai fitrah bagi semua manusia. 4. Menjelaskan pentingnya syahadatain dalam mengubah karakter menjadi pribadi muslim. Metode Pembelajaran Ceramah : Mentor memberikan materi, mentee mendengarkan dengan baik. Tanya jawab: mentor memberikan pertanyaan kepada para mentee, mentee aktif menjawab dan berkomentar.
Pemberian tugas : untuk memberikan acuan bagi mentor sampai dimana mentee dapat memahami materi. Materi pembelajaran Ahamiyatu Syahadatain Kegiatan Pembelajaran No 1
Kegiatan Kegiatan Awal (15 menit)
2
Kegiatan inti (60 menit)
3
Kegiatan penutup (30 menit)
Langkah Pembelajaran Mentee dikondisikan untuk mentoring Dibuka dengan tilawah Presensi kehadiran mentee Mentor memberikan motivasi Menjelaskan konsep dasar dan pentingnya syahadatain Menceritakan kisah sahabat, seperti Bilal bin Rabbah, dll. Mempersilakan mentee untuk bertanya Menyimpulkan materi Mengevaluasi muttaba’ah pekanan.
Sumber dan media pembelajaran : spidol, penghapus, papan tulis, buku panduan mentoring, dan referensi lainnya. Penilaian Tes tertulis (atau lisan) Akhlak mentee saat mentoring.
Pertemuan 5 AHAMIYATU MA’RIFATULLOH Standar Kompetensi Memahami pentingnya mengenal Allah (ma’rifatullah) Kompetensi Dasar 1. Mendeskripsikan pentingnya mengenal Allah Swt 2. Memahami bahwa Allah adalah Rabb seluruh semesta alam. 3. Memahami bahwa dengan mengenal Allah secara baik dapat menambah iman dan takwa. Indikator 1. Memahami pentingnya mengenal Allah Swt melalui ayat-ayatNya dalam kehidupan manusia. 2. Menerapkan konsep tentang pengenalan kepada Allah Swt sebagai salah satu bekal menambah iman dan taqwa. Metode Pembelajaran
Ceramah: Mentor memberikan materi, mentee mendengarkan dengan baik. Tanya jawab: mentormemberikan pertanyaan kepada para mentee, mentee aktif menjawab dan berkomentar. Pemberian tugas: untuk memberikan acuan bagi mentor sampai dimana mentee dapat memahami materi.
Materi pembelajaran Ahamiyatu Ma’rifatulloh
No 1
Kegiatan Kegiatan Awal (15 menit)
Langkah Pembelajaran Mentee dikondisikan untuk mentoring Dibuka dengan tilawah Presensi kehadiran mentee Mentor memberikan motivasi
2
Kegiatan inti (60 menit) Kegiatan penutup (30 menit)
Menjelaskan pentingnya mengenal Allah dengan ilmu yang benar Mempersilakan mentee untuk bertanya Menyimpulkan materi Mengevaluasi muttaba’ah pekanan.
3
Kegiatan Pembelajaran
Sumber dan media pembelajaran spidol, penghapus, papan tulis, buku panduan mentoring, dan referensi lainnya. Penilaian Tes tertulis (atau lisan) Akhlak mentee saat mentoring.
Pertemuan 6 SYUMULIYATUL ISLAM Standar Kompetensi Kemampuan memahami bahwa Islam merupakan sistem yang lengkap dan sempurna Kompetensi Dasar 1. Memahami gambaran menyeluruh dari Islam sebagai pondasi, bangunan dan tiang yang saling berkaitan. 2. Menyadari bahwa Islam merupakan sistem hidup yang lengkap dan sempurna sehingga termotivasi untuk memasukinya secara keseluruhan. Indikator 1. Menjelaskan contoh-contoh penyelesaian aktual secara Islam dalam bidang kehidupan bermasyarakat. 2. Mendeskripsikan bahwa Islam merupakan sistem hidup yang lengkap dan sempurna sehingga termotivasi untuk memasukinya secara keseluruhan. Metode Pembelajaran
Ceramah : Mentor memberikan materi, mentee mendengarkan dengan baik. Tanya jawab: mentor memberikan pertanyaan kepada para mentee, mentee aktif menjawab dan berkomentar. Pemberian tugas: untuk memberikan acuan bagi mentor sampai dimana mentee dapat memahami materi.
Materi pembelajaran Syumuliyatul Islam
Kegiatan Pembelajaran No 1
Kegiatan Kegiatan Awal (15 menit)
2
Kegiatan inti (60 menit)
3
Kegiatan penutup (30 menit)
Langkah Pembelajaran Mentee dikondisikan untuk mentoring Dibuka dengan tilawah Presensi kehadiran mentee Mentor memberikan motivasi Menjelaskan tentang kesempurnaan Islam sehingga termotivasi untuk mengamalkannya dalam kehidupan. Mempersilakan mentee untuk bertanya Menyimpulkan materi Mengevaluasi muttaba’ah pekanan.
Sumber dan media pembelajaran : spidol, penghapus, papan tulis, buku panduan mentoring, dan referensi lainnya. Penilaian Tes tertulis (atau lisan) Akhlak mentee saat mentoring.
Pertemuan ke-7 KEPRIBADIAN MUSLIM Standar Kompetensi Kemampuan memilih karakter dalam membentuk akhlaq sebagai seorang muslim Kompetensi Dasar 1. Memahami akhlaqul karimah yang harus dimiliki seorang muslim. 2. Menjelaskan pengertian akhlaq. Indikator 1. Menjelaskan hal-hal yang membentuk sebuah akhlaq manusia. 2. Menjelaskan cara-cara membangun akhlaq seseorang yang sesuai tuntunan Rasulullah. Metode Pembelajaran Ceramah: Mentor memberikan materi, mentee mendengarkan dengan baik. Tanya jawab: mentor memberikan pertanyaan kepada para mentee, mentee aktif menjawab dan berkomentar. Pemberian tugas: untuk memberikan acuan bagi mentor sampai dimana mentee dapat memahami materi. Variasi games Materi pembelajaran Kepribadian Muslim
Kegiatan Pembelajaran No Kegiatan 1 Kegiatan Awal (15 menit)
2
Kegiatan inti (60 menit)
3
Kegiatan penutup (30 menit)
Langkah Pembelajaran Mentee dikondisikan untuk mentoring Dibuka dengan tilawah Presensi kehadiran mentee Mentor memberikan motivasi Menjelaskan bagaimana membentuk karakter muslim yang ideal sesuai syari’at. Mempersilakan mentee untuk bertanya Menyimpulkan materi Mengevaluasi muttaba’ah pekanan.
Sumber dan media pembelajaran spidol, penghapus, papan tulis, buku panduan mentoring, dan referensi lainnya. Penilaian Tes tertulis (atau lisan) Akhlak mentee saat mentoring.
Pertemuan ke-8 TA’RIFUR RASUL Standar Kompetensi Memahami pentingnya mengenal Rasul dan tanda-tanda Kerasulan Kompetensi Dasar 1. Memahami definisi Rasul dan dapat menjelaskan fungsinya secara umum. 2. Mengenal tanda-tanda Kerasulan dan dapat menyebutkan contoh-contohnya secara tepat dan mengimaninya. Indikator 1. Menjelaskan definisi rasul dan dapat menjelaskan fungsinya secara umum. 2. Menjelaskan tanda-tanda Kerasulan dan dapat menyebutkan contoh-contohnya secara tepat dan mengimaninya. Metode Pembelajaran Ceramah : Mentor memberikan materi, mentee mendengarkan dengan baik. Tanya jawab: mentor memberikan pertanyaan kepada para mentee, mentee aktif menjawab dan berkomentar. Pemberian tugas : untuk memberikan acuan bagi mentor sampai dimana mentee dapat memahami materi. Variasi games Materi pembelajaran Ta’rifurrasul
Kegiatan Pembelajaran No 1
Kegiatan Kegiatan Awal (15 menit)
2
Kegiatan inti (60 menit)
3
Kegiatan penutup (30 menit)
Langkah Pembelajaran Mentee dikondisikan untuk mentoring Dibuka dengan tilawah Presensi kehadiran mentee Mentor memberikan motivasi Menjelaskan tentang gambaran Rasul. Secara fisik, karakter. Maupun tugas-tugasnya dan kewajiban mengimaninya. Mempersilakan mentee untuk bertanya Menyimpulkan materi Mengevaluasi muttaba’ah pekanan.
Sumber dan media pembelajaran spidol, penghapus, papan tulis, buku panduan mentoring, dan referensi lainnya. Penilaian Tes tertulis (atau lisan) Akhlak mentee saat mentoring.
Pertemuan ke-9 TA’RIFUL INSAN Standar Kompetensi Kemampuan memahami manusia dengan segala potensi dan kelebihannya Kompetensi Dasar 1. Memahami pengertian manusia sebagai makhluk yang terdiri atas ruh, akal dan jasad yang dimuliakan Allah dengan tugas ibadah dan kedudukan sebagai khalifah di muka bumi. 2. Memahami potensi kelebihan manusia dari makhluk lainnya dalam hati, akal, dan jasadnya. Indikator 1. Menjelaskan pengertian manusia sebagai makhluk yang terdiri atas ruh, akal dan jasad yang dimuliakan Allah dengan tugas ibadah dan kedudukan sebagai khalifah di muka bumi. 2. Menyebutkan potensi kelebihan manusia dari makhluk lainnya dalam hati, akal, dan jasadnya. Metode Pembelajaran Ceramah: Mentor memberikan materi, mentee mendengarkan dengan baik. Tanya jawab: mentor memberikan pertanyaan kepada para mentee, mentee aktif menjawab dan berkomentar. Pemberian tugas: untuk memberikan acuan bagi mentor sampai dimana mentee dapat memahami materi. Variasi games
Materi pembelajaran Ta’riful Insan
Kegiatan Pembelajaran No 1
Kegiatan Kegiatan Awal (15 menit)
2
Kegiatan inti (60 menit)
3
Kegiatan penutup (30 menit)
Langkah Pembelajaran Mentee dikondisikan untuk mentoring Dibuka dengan tilawah Presensi kehadiran mentee Mentor memberikan motivasi Menjelaskantentang kedudukan manusia sebagai hamba dan menyebutkan potensinya sebagai makhluk sempurna. Mempersilakan mentee untuk bertanya Menyimpulkan materi Mengevaluasi muttaba’ah pekanan.
Sumber dan media pembelajaran spidol, penghapus, papan tulis, buku panduan mentoring, dan referensi lainnya. Penilaian Tes tertulis (atau lisan) Akhlak mentee saat mentoring.
Pertemuan ke-10 TA’RIFUL QUR’AN DAN ILMU TAJWID Standar Kompetensi Kemampuan memahami bahwa Al-Qur’an adalah pedoman hidup seorang muslim Kompetensi Dasar 1. Memahami definisi Al-Qur’an dan dapat menunjukkan keutamaan-keutamaannya berdasarkan definisi tersebut. 2. Termotivasi untuk senantiasa membaca Al-Qur’an dalam rangka beribadah kepada Allah. 3. Mengetahui hukum-hukum tajwid secara umum. Indikator 1. Menyebutkan definisi Al-Qur’an dan dapat menunjukkan keutamaan-keutamannya berdasarkan definisi tersebut. 2. Termotivasi untuk senantiasa membaca Al-Qur’an dalam rangka beribadah kepada Allah. 3. Mempraktikan hukum-hukum tajwid secara umum. Metode Pembelajaran Ceramah: Mentor memberikan materi, mentee mendengarkan dengan baik. Tanya jawab: mentor memberikan pertanyaan kepada para mentee, mentee aktif menjawab dan berkomentar. Pemberian tugas: untuk memberikan acuan bagi mentor sampai dimana mentee dapat memahami materi. Variasi games
Materi pembelajaran Ta’riful Qur’an dan Ilmu Tajwid
Kegiatan Pembelajaran No 1
Kegiatan Kegiatan Awal (15 menit)
2
Kegiatan inti (60 menit)
3
Kegiatan penutup (30 menit)
Langkah Pembelajaran Mentee dikondisikan untuk mentoring Dibuka dengan tilawah Presensi kehadiran mentee Mentor memberikan motivasi Menjelaskandefinisi Al-Qur’an, keutamaan membaca dan mentadabburinya dan memahami ilmu tajwid. Mempersilakan mentee untuk bertanya Menyimpulkan materi Mengevaluasi muttaba’ah pekanan.
Sumber dan media pembelajaran : spidol, penghapus, papan tulis, buku panduan mentoring, dan referensi lainnya. Penilaian : Tes tertulis (atau lisan) Akhlak mentee saat mentoring.
Pertemuan ke-11 FIQIH SHOLAT Standar Kompetensi Memahami pentingnya shalat dan tata cara sesuai yang Rasulullah ajarkan. Standar Kompetensi 1. Memahami pentingnya shalat. 2. Mengetahui gerakan shalat. 3. Mengetahui cara-cara shalat dalam berbagai keadaan. Indikator 1. Menjelaskan pentingnya shalat. 2. Mempraktikan gerakan-gerakan shalat. 3. Mempraktikan cara-cara shalat dalam berbagai keadaan. Metode Pembelajaran Ceramah: Mentor memberikan materi, mentee mendengarkan dengan baik. Tanya jawab: mentor memberikan pertanyaan kepada para mentee, mentee aktif menjawab dan berkomentar. Pemberian tugas: untuk memberikan acuan bagi mentor sampai dimana mentee dapat memahami materi. Variasi games Materi pembelajaran Fiqih Sholat
Kegiatan Pembelajaran No 1
Kegiatan Kegiatan Awal (15 menit)
2
Kegiatan inti (60 menit)
3
Kegiatan penutup (30 menit)
Langkah Pembelajaran Mentee dikondisikan untuk mentoring Dibuka dengan tilawah Presensi kehadiran mentee Mentor memberikan motivasi Menjelaskan wajibnya sholat Memahami konsep dasar ilmu fiqih Sholat yang dituntunkan oleh Rasul. Mempersilakan mentee untuk bertanya Menyimpulkan materi Mengevaluasi muttaba’ah pekanan.
Sumber dan media pembelajaran : spidol, penghapus, papan tulis, buku panduan mentoring, dan referensi lainnya. Penilaian : Tes tertulis (atau lisan) Akhlak mentee saat mentoring.
Pertemuan ke-12 URGENSI TARBIYAH Standar Kompetensi Kemampuan memahami urgensi pendidikan Islam sepanjang hiayat sebagai motivasi untuk mengikuti mentoring lanjut. Kompetensi Dasar 1. Memahami makna dan hakikat pendidikan Islam. 2. Memahami karakteristik pendidikan Islam. Indikator 1. Menjelaskan makna dan hakikat pendidikan Islam. 2. Menjelaskan karakteristik pendidikan islam. Metode Pembelajaran Ceramah: Mentor memberikan materi, mentee mendengarkan dengan baik. Tanya jawab: mentor memberikan pertanyaan kepada para mentee, mentee aktif menjawab dan berkomentar. Pemberian tugas: untuk memberikan acuan bagi mentor sampai dimana mentee dapat memahami materi. Variasi games Materi pembelajaran Urgensi Tarbiyah
Kegiatan Pembelajaran No Kegiatan 1 Kegiatan Awal (15 menit)
2
Kegiatan inti (60 menit)
3
Kegiatan penutup (30 menit)
Langkah Pembelajaran Mentee dikondisikan untuk mentoring Dibuka dengan tilawah Presensi kehadiran mentee Mentor memberikan motivasi Menjelaskan makna dan hakikat pendidikan Islam Menjelaskan urgensi dan karakteristik pendidikan Islam. Mempersilakan mentee untuk bertanya Menyimpulkan materi Mengevaluasi muttaba’ah pekanan.
Sumber dan media pembelajaran : spidol, penghapus, papan tulis, buku panduan mentoring, dan referensi lainnya. Penilaian Tes tertulis (atau lisan) Akhlak mentee saat mentoring.
MATERI MENTORING
Pertemuan ke-1
URGENSI MENTORING
Mengapa mentoring agama Islam diperlukan? Seperti yang kita tahu, Indonesia dikenal sebagai Negara berpenduduk muslim terbanyak didunia. Lebih dari 80% penduduk Indonesia yang berjumlah 20 juta jiwa beragama Islam. Namun secara nyata apabila kita melihat kondisi umat Islam sekarang ini: 1.
Masih banyak umat muslim yang belum paham dengan Islam. Karena itu, kita sering kali mendengar istilah Islam KTP. Banyak orang yang yang mengaku Islam, tapi dengan bangga kewajiban ibadahnya tidak ia kerjakan.banyak orang yang mengaku Islam tapi masih sering meninggalkan sholat wajib. Yang lebih parah lagi, saat itu isu terorisme sedang membumi, banyak alim ulama yang sebenarnya tidak ada kaitan apapun dengan teroris akan tetapi dituduh sebagai teroris. Hingga kemudian para orang tua berbondong-bondong melarang putraputrinya mengikkuti acara keagamaan berlebihan..karena itu pemahaman Islam yang sesungguhnya, syumul dan kaffah sangat dibutuhkan.
2.
Umat terjebak dalam kondisi kebodohan, kelemahan, dan kehinanan.
Kondisi seperti ini memudahkan umat Islam untuk goyah. Mudah untuk dihasut golongan lain. Sehingga terjadi perpecahan dimana-mana.Saling mengejek antar golongan sesame Islam yang memicu permusuhan.Padahal perbedaan itu selama tidak sampai ke ranah perbedaan aqidah, hanya perbedaan dalam khilafiyah, itu merupakan hal yang wajar.
Apa penyebabnya? 1.
Kecintaan terhadap dunia dan takut mati Jika seseorang belum memiliki bekal yang cukup untuk akhirat, maka mati menjadi hal yang sangat menakutkan. Sesungguhnya setiap yang bernyawa pasti akan menemui ajalnya dan dunia ini tidaklah lebih berharga dari sayap seekor nyamuk. Hidup didunia harusnya kita jadikan sebagai lading tempat menanam benih yang buahnya akan kita panen di akhirat kelak.
2.
Saling berpecah-belah Jika umat Islam kembali kepada hokum Islam yaitu ALQur’an dan sunnah dan memahaminya dengan pemahaman para generasi sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan para generasi salafushsholih maka yang ada adalah keindahan-keindahan dalam menjalankan syari’at tanpa adanya perpecahan dan permusuhan. Oleh karena itu diperlukan ilmu untuk bisa memahami Islam yang sebenarnya.
3.
Meninggalkan jihad
Kata “jihad” tidaklah salalu identik dengan perang dan aksiaksi yang “mengerikan” Melawan hawa nafsu adalah termasuk jihad yang tidak mudah.Menahan hawa nafsu dari mengerjakan yang mungkar dikatakan jihad karena menunjukkan betapa utamanya amalan ini dan tidak bisa diremehkan.
Hakikat jiwa manusia: 1. Memiliki kecenderungan untuk berbuar dosa 2. Terbuka untuk menerima hidayah
Mentoring dan Pendidikan Islam Mentoring menawarkan solusi atas masalah-masalah yang dihadapi umat muslim saat ini. Menuntut ilmu, saling menasihati dan mengingatkan, menjalin ukhuwah, dan ikhtiar-ikhtiar kebaikan lainnya bisa kita ciptakan disini.
Pertemuan ke-2
UKHUWAH ISLAMIYAH
Rasulullah sholallohu ‘alaihi wassalamsangat menegaskan bahwa ukhuwah sebagai barometer kesempurnaan iman seorang muslim. Beliau bersabda: سٔاِ انجخبسي ٔيسهى.ِّ س ِ ت نَُِ ْف ُّ ت ِِلَ ِخٍ ِّ َيب ٌُ ِذ َّ َدت َّى ٌُ ِذ،الَ ٌُؤْ ِيٍُ أَ َد ُذ ُك ْى “Seorang tidak akan beriman (tidak mencapai kesempurnaan iman) hingga ia senang melihat saudaranya (seiman) mendapatkan apa yang ia senangi untuk dirinya sendiri.” (h.r. Bukhari & Muslim)
َّ ٌَٕ أٌَْ ٌَ ُك:ٌِ اإلٌ ًَب ٌ َثَال ت َّ َٔأٌَْ ٌُ ِذ،س َٕاُْ ًَب ِ ت إِنَ ٍْ ِّ ِي ًَّب َّ سٕنُّ ُ أَ َد ُ َّللاُ َٔ َس ِ َث َيٍْ ُكٍَّ فٍِ ِّ َٔ َج َذ َدالَ َٔح َ َ َ سٔاِ انجخبسي. َٔأٌْ ٌَ ْك َشَِ أٌْ ٌَعُٕ َد فًِ ان ُك ْفشِ َك ًَب ٌَ ْك َشُِ أٌْ ٌُ ْم َزفَ فًِ انَُّب ِس،ّلِل ِ َّ ِ ان ًَ ْش َء الَ ٌُ ِذجُّّ ُ إِ َّال .ٔيسهى “Tiga hal yang apabila ada pada diri seseorang, maka ia akan merasakan manisnya iman: Ketika ia mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi cintanya kepada yang lain; ketika ia mencintai saudaranya (seiman) hanya karena Allah; dan ketika ia benci (tidak suka) kembali ke dalam kekufuran setelah diselamatkan oleh Allah swt. darinya, sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam api neraka.” (h.r. Bukhari & Muslim)
“Tidaklah dua orang muslim berjumpa, lalu keduanya berjabat tangan, kecuali keduanya diampuni sebelum keduanya berpisah”. (HR. Abu Daud)
Makna ukhuwah adalah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan akidah. Hakikat ukhuwah islamiyah : 1.
Nikmat Allah (QS. Ali Imran : 103) “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni'mat Allah, orang-orang yang bersaudara. dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”
2.
Merupakan arahan Rabbani (QS. Al Anfal : 63) “Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman) . Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.”
3.
Merupakan cermin kekuatan iman (QS. Al Hujuraat : 10)
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”
Tingkatan ukhuwah 1.
Ta’aruf : saling mengenal manusia. (Q.S Al Hujuraat : 13) Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersukusuku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
2.
Tafahum
: saling memahami.
“Barangsiapa menghilangkan kesusahan seorang muslim, niscaya Allah akan menghilangkan satu kesusahannya di hari kiamat. Allah selalu menolong seorang hamba selama dia menolong saudaranya” HR. Muslim
3.
Ta’awun : saling membantu meninggalkan kemungkaran.
dalam
kebaikan
dan
Hal-hal yang menguatkan ukhuwah islamiyah 1.
Memberitahukan kecintaan kepada yang kita cintai. Rasulullah bersabda: “Ada seseorang berada di samping Rasulullah lalu salah seorang sahabat berlalu di depannya. Orang yang disampig Rasulullah berkata: “Aku mencintai dia, yaa Rasulullah”. Lalu beliau menjawab: “Apakah kamu telah memberitahukan kepadanya?”. Orang tersebut menjawab: “Belum”. Kemudian Rasulullah bersabda: “Beritahukan kepadanya”. Lalu orang tersebut memberitahukan kepadanya seraya berkata: “Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah”. Kemudian orang yang dicintai itu menjawab: “Semoga Allah mencintaimu karena engkau mencintaiku karena-Nya” 2.
Memohon didoakan bila berpisah. “Tidak seorang hamba mukmin berdoa untuk saudaranya dari kejauhan melainkan malaikat berkata: ‘Dan bagimu juga seperti itu’”. (HR. Muslim)
3.
Menunjukkan kegembiraan dan senyuman bila berjumpa. “Janganlah engkau meremehkan kebaikan (apa saja yang datang dari saudaramu), dan jika kamu berjumpa dengan saudaramu maka berikan dia senyum kegembiraan”. (HR. Muslim)
4.
Berjabat tangan bila berjumpa (kecuali non muhrim) “Tidak ada dua orang mukmin yang berjumpa lalu berjabat tangan melainkan keduanya diampuni dosanya sebelum berpisah”. (HR. Abu Daud)
5.
Sering silaturrahmi.
6. 7. 8. 9.
Memberikan hadiah pada waktu-waktu tertentu. Memperhatikan saudaranya dan membantu keperluannya. Memenuhi hak ukhuwah saudaranya. Mengucapkan selamat berkenaan dengan saat-saat keberhasilan.
Manfaat ukhuwah islamiyah 1. Merasakan lezatnya iman. 2. Mendapatkan perlindungan Allah di hari kiamat (termasuk dalam 7 golongan yang dilindungi) 3. Mendapatkan tempat khusus di surga (QS. Al Hijr : 45-48)
Pertemuan ke- 3
MANAJEMEN WAKTU Waktu adalah salah satu nikmat tertinggi yang diberikan Allah kepada Manusia. Sudah sepatutnya manusia memanfaatkannya seefektif dan seefisien mungkin untuk menjalankan tugasnya sebagai makhluk Allah di bumi ini. Karena pentingnya waktu ini maka Allah swt telah bersumpah pada permulaan berbagai surat dalam al-quran yang turun di mekkah dengan berbagai macam bagian dari waktu. Misalnya bersumpah demi waktu malam, demi waktu siang, demi waktu fajar, demi waktu dhuha, dan demi masa. Semisal dalam surat Al-Lail ayat 1-2, Allah berfirman yang artinya:”Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila terang benderang.” Menurut pengertian yang popular di kalangan para mufassirin dan juga dalam perasaan kaum muslimin, apabila Allah bersumpah dengan sesuatu dari ciptaan-Nya, maka hal itu mengandung maksud agar kaum muslimin memperhatikan kepada-Nya dan agar hal tersebut mengingatkan mereka akan besarnya manfaat dan impressinya. Oleh karena itu, barang siapa terluput atau terlena dari suatu amal perbuatan pada salah satunya, maka hendaklah ia berusaha menggantikannya pada saat yang lain. Dalam Al-Qur’anul Karim Surat Al-Ashr (103): 1-3, Allah berfirman yang artinya sebagai berikut. 1. Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia memang benarbenar berada dalam kerugian apabila tidak memanfaatkan waktu yang telah diberikan oleh Allah secara optimal untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan baik. Hanya individu-individu yang beriman dan kemudian mengamalkannyalah yang tidak termasuk orang yang merugi, serta mereka bermanfaat bagi orang banyak dengan melakukan aktivitas dakwah dalam banyak tingkatan. Setiap muslim yang memahami ayat di atas, tentu saja berupaya secara optimal mengamalkannya. Dalam kondisi kekinian dimana banyak sekali ragam aktivitas yang harus ditunaikan, ditambah pula berbagai kendala dan tantangan yang harus dihadapi. Dalam ajaran Islam, ciri-ciri seorang muslim yang ideal adalah pribadi yang menghargai waktu. Seorang Muslim memiliki kewajiban untuk mengelola waktunya dengan baik. Ajaran Islam menganggap pemahaman terhadap hakikat menghargai waktu sebagai salah satu indikasi keimanan dan bukti ketaqwaan, sebagaimana tersirat dalam surah Al-Furqan ayat 62 yang berbunyi: ”Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.\” Seorang muslim haruslah pandai untuk mengatur segala aktivitasnya agar dapat mengerjakan amal shalih setiap saat, baik secara vertikal maupun horizontal. Secara vertikal, dirinya menginginkan sebagai ahli ibadah, dengan aktivitas qiyamullail,shaum sunnah, bertaqarrub illallah, dan menuntut ilmu-ilmu syar’i. Dalam hubungannya secara horizontal, ia menginginkan bermuamalah dengan masyarakat, mencari maisyah bagi keluarganya, menunaikan tugas dakwah di lingkungan masyarakat, maupun di tempat-tempat lainnya. Dalam sejarah Rasulullah saw. dan orang-orang Muslim generasi pertama,
terungkap bahwa mereka sangat memperhatikan waktu, sehingga mereka mampu menghasilkan sejumlah ilmu yang bermanfaat dan sebuah peradaban yang mengakar kokoh dengan panji yang menjulang tinggi. Jika kita sadar bahwa pentingya manajemen waktu, maka tentu kita akan berbuat untuk dunia ini seolah-olah akan hidup abadi, dan berbuat untuk akhirat seolah-olah akan mati esok hari. Karakteristik Waktu Waktu mempunyai karakteristik khusus yang istimewa. Kita wajib mengerti secara sungguh-sungguh dan wajib mempergunakannya sesuai dengan pancaran cahayanya. Di antara karakteristik waktu adalah sebagai berikut: 1.
Cepat habis
Waktu itu berjalan laksana awan dan lari bagaikan angin, baik waktu senang atau suka ria maupun saat susah atau duka cita. Apabila yang sedang dihayati itu hari-hari gembira, maka lewatnya masa itu terasa lebih cepat, sedangkan jika yang dihayati itu waktu prihatin, maka lewatnya masa-masa itu terasa lambat. Namun, pada hakikatnya tidaklah demikian, karena perasaan tersebut hanyalah perasaan orang yang sedang menghayati masa itu sendiri. Kendati umur manusia dalam kehidupan dunia ini cukup panjang, namun pada hakikatnya umur manusia hanya sebentar, selama kesudahan yang hidup itu tibalah saat kematian. Dan tatkala mati telah merenggut, maka tahun-tahun dan masa yang dihayati manusia telah selesai, hingga laksana kejapan mata yang lewat bagaikan kilat yang menyambar. 2.
Waktu yang telah habis tak akan kembali dan tak mungkin dapat diganti.
Inilah ciri khas waktu dari berbagai karakteristik khusus waktu. Setiap hari yang berlalu, setiap jam yang habis dan setiap kejapan mata yang telah lewat, tidak mungkin dapat dikembalikan lagi dan tidak mungkin dapat diganti. 3.
Modal terbaik bagi manusia.
Oleh karena waktu sangat cepat habis, sedangkan yang telah lewat tak akan kembali dan tidak dapat diganti dengan sesuatu pun, maka waktu merupakan modal terbaik. Modal yang paling indah dan paling berharga bagi manusia. Keindahan waktu itu dapat diketahui melalui fakta bahwa waktu merupakan wadah bagi setiap amal perbuatan dan segala produktivitas. Karena itulah, maka secara realistis waktu itu merupakan modal yang sesungguhnya bagi manusia, baik secara individu (perorangan) maupun kolektif atau kelompok masyarakat. Kiat Menyikapi Waktu Kiat yang benar untuk menyikapi waktu menurut Islam, ialah pandangan yang mencakup masa lalu, masa sekarang dan masa depan secara keseluruhan. Oleh karena itu, manusia wajib melihat, mengisi, dan mempersiapkan ketiga masa tersebut. 1. Wajib melihat masa lalu Melihat ke masa lalu, dimaksudkan untuk mengambil pelajaran dengan segala peristiwa yang terjadi pada masa tersebut. Menerima nasihat dengan kejadian yang dialami umat saat itu dan sunnatullah terhadapa mereka, sebab masa lalu merupakan wadah peristiwa dan khazanah pelajaran. 2.
Melihat masa depan
Melihat ke masa depan memang hal wajib, sebab manusia itu sesuai dengan fitrahnya senantiasa terikat ke masa depan. Ia tak akan dapat melupakannya atau menyembunyikannya di balik kedua telinganya. Sebagaimana manusia itu diberi rezeki ingatan yang menghubungkannya dengan masa lalu dan apa yang terjadi di dalamnya, maka ia pun diberi rezeki upaya menggambarkan masa depan dan apa yang akan diharapkan. 3. Memperhatikan masa kini Seorang mukmin berkewajiban melihat ke masa lalu untuk mengambil pelajaran, mengambil manfaat, dan mawas diri. Di samping itu, juga perlu melihat masa depan untuk mempersiapkan perbekalan. Maka, ada kewajiban untuk memperhatikan masa kini, yaitu masa di mana secara nyata kita sedang menjalani dan menghayatinya, agar kita dapat menggunakannya sebelum lepas dan tersia-sia.
Manajemen Waktu Setelah kita mengenal karakteristik waktu dan kiat untuk menyikapinya, yang menjadi pertanyaan di benak kita adalah bagaimana manajemen waktu yang baik menurut Islam. Manajemen waktu untuk merencanakan, mengatur, dan melaksanakan kegiatankegiatan yang ada haruslah memiliki landasan-landasan berikut: 1.
Pengetahuan kaidah yang rinci tentang optimalisasi waktu
Setiap muslim hendaknya memahami dan mengetahui kaidah-kaidah yang rinci tentang cara mengoptimalkan waktunya. Hal ini bertujuan untuk kebaikan dan kemaslahatan dirinya dan orang lain. Tokoh-tokoh seperti Imam Ibnul Jauzi, Imam Nawawi, dan Imam
Suyuthi adalah orang-orang yang menjadi teladan bagi orang-orang yang bisa mengoptimalkan waktu semasa hidupnya. 2.
Memiliki manajemen hidup yang baik
Setiap muslim haruslah pandai mengatur segala urusan hidupnya dengan baik, menghindari kebiasaan yang tak jelas, matang dalam pertimbangan dan mempunyai perencanaan sebelum melakukan pekerjaan. Ia harus berpikir, membuat program, mempersiapkan, mengatur dan melaksanakannya. 3.
Memiliki Wudhuhul Fikrah
Seorang muslim haruslah memiliki keluasan atau fleksibilitas dalam berpikir, seperti mampu berpikir benar sebelum bertindak, berpengetahuan luas, mampu memahami substansi pemikiran dan paham. Hal itu penting sebagai dasar pengembangan berpikir ilmiah. 4.
Visioner
Seorang muslim juga harus memiliki pandangan jauh ke depan, bisa mengantisipasi berbagai persoalan yang akan terjadi di tahun-tahun mendatang. 5.
Melihat secara utuh setiap persoalan
Setiap orang yang dapat mengatur waktunya secara optimal, tidak melihat masalah secara parsial. Karena bisa jadi, sebuah persoalan memiliki kaitan dengan persoalan yang lainnya. 6.
Mengetahui Perencanaan dan skala prioritas
Mengetahui urutan ibadah dan prioritas, serta mengklasifikasi berbagai masalah adalah faktor penting dalam mengatur waktu agar menghasilkan kerja yang optimal. Dengan membuat skala prioritas, akan menghindarkan dari ketidakteraturan kegiatan. 7.
Tidak Istia’jal dalam mengerjakan sesuatu
Mengerjakan sesuatu dengan tidak tergesa-gesa dan berdasar pada ketenangan jiwa yang stabil merupakan landasan yang penting dalam mewujudkan hidup yang lebih baik. Sementara, orang yang musta’jil menginginkan agar dalam waktu singkat ia mampu melakukan hal-hal yang terpuji, sekaligus meninggalkan hal-hal yang tidak terpuji. Hal ini jelas tidak sesuai dengan sunah kauniyah, yaitu hukum alam dan kebiasaan.
8.
Berupaya seoptimal mungkin
Jika kita menginginkan terwujudnya aktivitas amal shalih, maka secara optimal kita harus mengarahkan diri pada persoalan itu sesuai kemampuan yang ada pada diri kita. 9.
Spesialisasi dan pembagian pekerjaan
Setiap muslim haruslah memiliki keahlian tertentu. Ia boleh memiliki pengetahuan luas, tetapi ia juga perlu memfokuskan pada keahlian tertentu.
Syarat dan Perencanaan Menyikapi Waktu SYARAT Landasan-landasan di atas hanya dapat dipenuhi, jika telah memenuhi syarat sebagai berikut. 1. Disiplin dan Pembiasaan sejak dini Penanaman disiplin akan waktu, menghargai waktu sejak kecil merupakan hal penting. Dengan demikian, seseorang akan terbiasa untuk mengatur hidupnya secara mandiri dan optimal untuk merencanakan berbagai macam aktivitas. Disiplin terkait dengan ibadah, tidur, makan, termasuk senda gurau. Ali bin Abi Thalib mengatakan, \”Berilah istirahat hati karena kalau dipaksakan akan membabi buta.\” 2. Memiliki kecerdasan dan kejeniusan Munculnya indikasi kecerdasan pada seseorang merupakan faktor penting untuk bisa mewujudkan hal di atas. 3. Memiliki kondisi fisik dan mental yang positif Untuk melaksanakan manajemen waktu yang optimal, memang perlu ditunjang dengan adanya keinginan yang kuat, tindakan yang terus menerus, aktif, lapang dada, penuh optimisme, berpengetahuan luas, mampu memadukan berbagai pemikiran dan mampu mengendalikan emosi, seperti sedih, berduka dan susah, di samping memiliki budi pekerti dan akhhlak yang tinggi. 4. Memiliki ketrampilan
Pengetahuan yang luas, tanpa diiringi dengan ketrampilan hanya akan menjadi aksi yang tidak kongkret. Banyak orang yang pandai berbicara, tetapi hanya sedikit orang yang bisa bekerja dan menekuni bidang pekerjaannya. PERENCANAAN Dalam manajemen waktu, tentunya perencanaan merupakan salah satu hal yang penting. Dalam membuat perencanaan, ada enam hal yang harus kita perhatikan, yaitu: 1. Niat yang Kuat Niat sama artinya dengan motivasi yang kuat. Tanpa adanya niat, kita tidak akan pernah berhasil dalam beramal. Tahun, bulan, atau hari tidak akan pernah menjadi tahun, bulan, atau hari yang berprestasi, jika kita tidak berniat untuk mengisinya dengan amal terbaik dan niat seorang muslim adalah melakukan amal ibadah setiap waktu karena Allah swt. Jika itu yang kita lakukan, semuanya akan memiliki nilai ibadah. 2. Memiliki Tujuan yang Jelas Tanpa adanya tujuan yang jelas, kita tidak akan fokus melangkah. Makin tidak jelas tujuan dan waktu pencapaiannya maka peluang gagalnya rencana kita akan makin besar. Dan tujuan kita melakukan amal ibadah dalam mengisi waktu-waktu kita adalah berharap ridha Allah swt.
Pelajari pula teknik membuat rencana dan segera membuat rencana yang matang dan teruji. Buat program dalam bentuk rencana harian, mingguan, dan bulanan. Di sini penting pula memahami skala prioritas, mana yang harus didahulukan, dan mana pula yang bisa ditunda, mana yang harus di kerjakan, mana pula yang tidak. Dr. Yusuf Al-Qardhawi dalam Fikih Prioritas, mengungkapkan urutan amal yang terpenting diantara yang penting. Patokannya : Sangat Penting dan Sangat Mendesak dikerjakan pada urutan Pertama. Tidak Penting dan Sangat Mendesak dikerjakan pada urutan Kedua. Sangat Penting dan Tidak Mendesak dikerjakan pada urutan Ketiga. Tidak Penting dan Tidak mendesak dikerjakan pada urutan Keempat.
3. Buat Rencana Cadangan Kita pun harus selalu siap dengan segala kemungkinan tak terduga. Kita merencanakan, tapi Allah yang menentukan. Karena itu, buat rencana B dan C sebagai rencana cadangan jika rencana utama mengalami kegagalan. Insya Allah kita tidak akan kehilangan waktu untuk panik. 4. Rencana atau Program Harus Realistis, Terukur, dan Adil
Hindari membuat rencana yang terlalu tinggi, tidak realistis, dan terlalu sulit dicapai. Program kita pun harus adil dan seimbang. Sebab kita harus menunaikan banyak hak, di mana setiap hak menuntut pemenuhan. Ada hak Allah, hak keluarga, dan hak akal, hak tetangga, hak badan, hak diri. 5. Disiplin dalam Rencana. Sehebat apapun program dan rencana, tidak akan berarti sama sekali jika kita tidak disiplin melaksanakannya. Karena itu, jangan tergiur oleh kegiatan, kesenangan spontan, atau apa saja yang akan menjauhkan kita dari rencana yang telah disusun. Selain itu, yang tak kalah penting, lawan dan kalahkan rasa malas. Tidak ada amal yang terlaksana jika kita malas. Malas adalah kendaraan setan. Malas tidak akan mendatangkan apapun, selain kerugian dan kesengsaraan. Ada satu prinsip, \”Tiada Prestasi tanpa Disiplin\”. Siapa lagi yang dapat memaksa kita untuk sukses selain diri kita sendiri. 6. Sempurnakan Setiap Kali Beramal. Penyempurnaan adalah tahap akhir yang akan menentukan berkualitas tidak amal ibadah yang kita lakukan. Kita akan mendapatkan yang ‘terbaik’, jika melakukan yang terbaik pula. Dengan merencanakan apa yang akan kita lakukan hari ini, kita akan berjalan di hari-hari ini dengan baik. Sehingga waktu yang terlewati akan bermanfaat sebagai amal ibadah kita hari ini. Semua itu tentu saja harus diatur secara baik, agar apa yang kita inginkan dapat terlaksana secara optimal, tanpa harus meninggalkan yang lain. Misalnya, ada orang yang lebih
memfokuskan amalan-amalan untuk bertaqarrub ilallah, tanpa bermu’amalah dengan masyarakat. Ada juga yang lebih mementingkan kegiatan muamalah dengan masyarakat, tetapi mengesampingkan kegiatan amalan ruhiyahnya. Dari perintah-perintah Allah saw. dan sejarah perjalanan hidup Rasulullah terkandung hikmah yang dalam bagaimana kita sebagai muslim harus menata waktu dengan sebaik-baiknya. Allah swt. telah menunjukkan kepada kita dengan penataan waktu shalat, perjalanan siang dan malam yang sudah tertata dengan baik dan terencana. Itu semua menjadi petunjuk bagi kita bagaimana harus menata waktu ini dengan satu perencanaan dan pelaksanaannya dilakukan dengan sungguh-sungguh. Dan kemudian melakukan muhasabah sesudah pelaksanaannya, yaitu evaluasi diri atas apa yang telah kita lakukan. Wallahu a’lam.
Pertemuan ke-4
AHAMIYATU SYAHADATAIN Maka ketahuilah, sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah….. (QS. Muhammad: 19) Jumlah umat Islam kini sangat banyak. Sebagian besar mereka terkategorikan sebagai Islam keturunan atau kebetulan terlahir sebagai muslim dari orang tua. Kenyataan akan jumlah yang banyak tidak berkorelasi dengan pemahamannya kepada Islam secara benar, orisinil dan utuh. Hakikat memahami Islam dimulai dari memahami inti sari ajarannya yaitu dua kalimat syahadah (syahadatain). Kalimat tersebut terdiri dari Laa Ilaaha Illallah dan Muhammadun Rasulullah. Memahami keduanya sangat penting dan mendasar. Karena jika kita tak memahami hakikat kalimat syahadah, kita dapat terjerembab ke dalam penyakit kebodohan dan kemusyrikan. Syahadatain merupakan fondasi atau asas dari bangunan keislaman seorang muslim. Jika fondasinya tidak kuat maka rumahnya pun tidak akan kuat bertahan. Pentingnya Syahadatain Kalimat syahadah sangat penting dipahami karena beberapa hal: 1. Pintu gerbang masuk ke dalam Islam (madkholu ilal Islam) Qs 2:108 Islam ibarat rumah atau bangunan atau sistem hidup yang menyeluruh, dan Allah memerintahkan setiap muslim untuk masuk secara kaaffah. Untuk memasukinya akan melalui sebuah pintu
gerbang, yaitu syahadatain. Hal ini berlaku baik bagi kaum muslimin atau non muslim. Artinya, pemahaman Islam yang benar dimulai dari pemahaman kalimat itu. Pemahaman yang benar atas kedua kalimat ini mengantarkan manusia ke pemahaman akan hakikat ketuhanan (rububiyah) yang benar juga. Mengimani bahwa Allah-lah Robb semesta alam. 2. Intisari doktrin Islam (Khulashah ta’aliimil Islam) Intisari ajaran Islam terdapat dalam dua kalimat syahadah. Asyhadu allaa ilaaha illallah (Aku bersaksi: sesungguhnya tidak ada Ilaah selain Allah) dan asyhadu anna muhammadan rasulullah (Aku bersaksi: sesungguhnya Muhammad Rasul Allah). Pertama, kalimat syahadatain merupakan pernyataan proklamasi kemerdekaan seorang hamba bahwa ibadah itu hanya milik dan untuk Allah semata (Laa ma’buda illallah), baik secara pribadi maupun kolektif (berjamaah). Kemerdekaan yang bermakna membebaskan dari segala bentuk kemusyrikan, kekafiran dan api neraka. Kita tidak mengabdi kepada bangsa, negara, wanita, harta, perut, melainkan Allah-lah yang disembah (al-ma’bud). Para ulama menyimpulkan kalimat ini dengan istilah Laa ilaaha illallah ‘alaiha nahnu; “di atas prinsip kalimat laa ilaaha illallah itulah kita hidup, kita mati dan akan dibangkitkan”. Rasulullah juga bersabda “Sebaik-baik perkataan, aku dan Nabi-nabi sebelumku adalah Laa ilaaha illallah” (Hadist). Maka sering mengulang kalimat ini sebagai dzikir yang diresapi dengan pemahaman yang benar ¾ bukan hanya melisankan ¾ adalah sebuah keutamaan yang dapat meningkatkan keimanan. Keimanan yang kuat, membuat hamba menyikapi semua perintah Allah dengan mudah. Sebaliknya, perintah Allah akan selalu terasa
berat di saat iman kita melemah. Kalimat syahadatain juga akan membuat keimanan menjadi bersih dan murni, ibarat air yang suci. Allah akan memberikan dua keuntungan bagi mereka yang beriman dengan bersih, yaitu hidup aman atau tenteram dan mendapat petunjuk dari Allah. Sebagaimana Dia berfirman dalam Al-Qur’an: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapatkan keamanan dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk” (Al-An’am: 82). Kedua, kita bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah, berarti kita seharusnya meneladani Rasulullah dalam beribadah kepada Allah. Karena beliau adalah orang yang paling mengerti cara (kaifiyat) beribadah kepada-Nya. Sebagaimana disabdakan Nabi SAW: “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat…”. Selanjutnya hal ini berlaku untuk semua aspek ibadah di dalam Islam. 3. Dasar-dasar Perubahan (Asasul inqilaab) Perubahan yang dimaksud adalah perubahan mendasar dalam kehidupan manusia, yaitu perubahan dari kegelapan (jahiliyah) menuju cahaya (Islam); minazh zhuluumati ilan nuur. Perubahan yang dimaksud mencakup aspek keyakinan, pemikiran, dan hidupnya secara keseluruhan, baik secara individu maupun masyarakat. Secara individu, berubah dari ahli maksiat menjadi ahli ibadah yang taqwa; dari bodoh menjadi pandai; dari kufur menjadi beriman, dan seterusnya. Secara masyarakat, di bidang ibadah, merubah penyembahan komunal berbagai berhala menjadi menyembah kepada Allah saja.
Dalam bidang ekonomi, merubah perekonomian riba menjadi sistem Islam tanpa riba, dan begitu seterusnya di semua bidang. Syahadatain mampu merubah manusia, sebagaimana ia telah merubah masyarakat di masa Rasulullah dan para sahabat terdahulu. Diawali dengan memahami syahadatain dengan benar dan mengajak manusia meninggalkan kejahiliyahan dalam semua aspeknya kepada nilai-nilai Islam yang utuh. 4. Hakikat Dakwah para Rasul (Haqiqatud Da’watir Rasul) Para nabi, sejak Adam a.s sampai Muhammad saw, berdakwah dengan misi yang sama, mengajak manusia pada doktrin dan ajaran yang sama yaitu untuk beribadah kepada Allah saja dan meninggalkan Thogut. Itu merupakan inti yang sama dengan kalimat syahadatain, bahwa tiada Ilaah selain Allah semata. Seperti difirmankan Allah SWT: Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja) dan jauhi thagut itu” (QS 16:36) 5. Keutamaan yang Besar (Fadhaailul ‘Azhim) Kalimat syahadatain, jika diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, menjanjikan keutamaan yang besar. Keutamaan itu dapat berupa moral maupun material; kebahagiaan di dunia juga di akhirat; mendapatkan jaminan surga serta dihindarkan dari panasnya neraka. Hakikat Iman Keimanan itu bukanlah angan-angan, tetapi mencakup 3 hal: 1. Dikatakan dengan lisan (al-Qaul)
Syahadah diucapkan dengan lisan dengan penuh keyakinan. Semua perkataan yang keluar dari lisan mukmin senantiasa baik dan mengandung hikmah. 2. Dibenarkan dengan hati (at-tashdiiq) Hati adalah lahan menyemai benih-benih keimanan. Semua yang keluar dari lisan digerakkan oleh hati. Apa yang ada dalam hati akan dicerminkan dalam perkataan dan perbuatan. Dalam hadits Bukhari digambar oleh Nabi SAW bahwa: “Ilmu (hidayah) yang Aku bawa ibarat air hujan, ada jenis tanah yang subur menumbuhkan tanaman, ada tanah yang tidak menumbuhkan hanya menampung air, ada jenis tanah yang gersang, tidak menumbuhkan juga tidak menampung”. Allah, dalam al-Qur’an, membagi hati manusia menjadi tiga, yaitu hati orang mukmin (QS 26: 89), hati orang kafir (QS 2: 7) dan hati orang munafik (QS 2: 10). Hati orang kafir yang tertutup dan hati munafik yang berpenyakit takkan mampu membenarkan keimanan (at-tashdiiqu bil qalb). Sedangkan hati orang mukmin itulah yang dimaksud Rasulullah SAW sebagai tanah yang subur yang dapat menumbuhkan pohon keimanan yang baik. Akar keyakinannya menjulang kuat ke tanah, serta buah nilai-nilai ihsannya dapat bermanfaat untuk manusia yang lain. 3. Perbuatan (al-‘Amal) Perbuatan (amal) digerakkan atau termotivasi dari hati yang ikhlas dan pembenaran iman dalam hati. Seseorang yang hanya
bisa mengucapkan dan mengamalkan tanpa membenarkan di hati, tidak akan diterima amalnya. Sifat seperti itu dikategorikan sebagai orang munafik, yang selalu bicara dengan lisannya bukan dengan hatinya. Karena munafik memiliki tiga tanda: bila berbicara ia berdusta, bila berjanji ia ingkar, bila diberi amanah ia berkhianat. Perkataan, pembenaran di hati dan amal perbuatan adalah satu kesatuan yang utuh. Ketiganya akan melahirkan sifat istiqamah, tetap, teguh dan konsisten. Sebagaimana dijelaskan dalam QS 41:30, sikap istiqamah merupakan proses yang terus berjalan bersama keimanan. Mukmin mustaqim akan mendapatkan karunia dari Allah berupa:
Keberanian (asy-Syajaa’ah), yang lahir dari keyakinan kepada Allah. Berani menghadapi resiko tantangan hidup, siap berjuang meskipun akan mendapatkan siksaan. Lawan keberanian adalah sifat pengecut. Ketenangan (al-Ithmi’naan), yang lahir dari keyakinan bahwa Allah akan selalu membela hamba-Nya yang mustaqim secara lahir batin. Lawannya adalah sifat bersedih hati. Optimis (at-Tafaa’ul), lahir dari keyakinan terhadap perlindungan Allah dan ganjaran Allah yang Maha sempurna. Orang yang optimis akan tenteram akan kemenangan hakiki, yaitu mendapatkan keridhaan Allah (mardhatillah).
Ketiga karunia Allah kepada orang mustaqim akan dilengkapi Allah dengan anugerah kebahagiaan hidup (as-Sa’aadah), baik di dunia dan akhirat.
Pertemuan ke- 5
MA’RIFATULLOH
Bagaimana “Mencari” Allah? Mangenal Allah bisa dengan ayat kauniah dan ayat qauliyah. Mengenal Allah juga bisa dengan mengenal sifat dan nama-nama baik-Nya (asmaul husna). Pengenalan yang sesungguhnya adalah apabila pengetahuan kita tentang sifat-sifat dan nama-nama Allah itu kemudian dibarengi dengan pensikapan yang benar dan proposional. Menurut Imam Ibnu Qayyim ra. dalam Al fawaid ma’rifatulloh (mengenal Allah) adalah pengenalan yang dapat menimbulkan perasaan malu, kecintaan, keterikatan hati, kerinduan, taubat, kedekatan, dan hanya berharap kepada-Nya. 1.
Mengenal dengan Ayat-ayat Qauliah
Ayat qauliyah Allah itu maksudnya tanda-tanda kebesaran Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits. Dengan membaca Al-Qur’an dan hadits serta kandungannya, kita bisa lebih mengenal Allah, mengetahui bahwa Allah yang telah menciptakan langit dan bumi beseta isinya. Jika ada pertanyaan: Siapakah Allah? Dimanakah Allah? Apakah Allah itu dekat? Semua pertanyaan itu bisa kita temukan dalam kitab suciAl-Qur’an Siapakah Allah?
“Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan Dialah yang (mengatur) pertukaran malam dan siang. Maka apakah kamu tidak memahaminya? AlMu’minun: 80
“Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya diwaktu Dia mengatakan, ‘Jadilah, maka terjadilah’ dan ditangan-Nya lah segala kekuasaan sewaktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang tampak. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” Al-An’am: 73 Dimanakah Allah? “(Yaitu) Rabb Yang Maha Pemurah. Yang beristiwa’ (menetap tinggi) di atas ‘Arsy .” QS. Thoha : 5 Berita dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menceritakan bahwa beliau bolak-balik menemui Nabi Musa ‘alaihis salam dan Allah ketika peristiwa Isro’ Mi’roj. Ketika itu beliau meminta agar shalat menjadi diperingan. Beliau pun naik menghadap Allah dan balik kembali kepada Musa berulang kali. (Hadits Muttafaqun ‘alaih, riwayat Bukhari Muslim) Apakah Allah itu dekat? “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kapada-Ku maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku,
agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” AlBaqoroh: 186
Dan masihbanyak lagi ayat-ayat dan hadits Nabi Sholallohu ‘alaihi wassalaam yang bisa kita jadikan “alat” untuk lebih mengenal Allah Swt. 2.
Mengenal Allah dengan Ayat-ayat Kauniyah
Ayat kauniyah Allah artinya tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada di alam atau fenomena-fenomena alam. Jadi selain mengenal Allah melalui Al-Qur’an dan hadits, bisa juga dengan pengamatan tarhadap fenomena-fenomena alam yang terjadi dalam kehidupan manusia. Sahabat, pernah melihat atau membaca artikel tentang Sungai dalam laut ? Nah, ini salah satu contohnya. “Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi” QS. Al Furqan 53
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing" QS Ar-Rahman:19-20
Pertemuan ke- 6
SYUMULIYATUL ISLAM
Integral, menyeluruh (syaamil), universal, global adalah sederet makna singkat dibalik kata syumuliyatul ini. Syumuliyatul Islam dapat disimpulkan sebagai agama Islam yang menyeluruh. Menyeluruh berarti dapat memenuhi kebutuhan dari berbagai aspek dan berbagai pandangan. Mulai dari aspek sosial, ekonomi, politik, dan lain-lain. Islam dapat meng-cover seluruh aspek ini. Islam adalah agama rahmatan lila’lamin, agama yang tak hanya menjadi rahmat bagi para pemeluknya tersendiri, namun juga pemeluk agama lain. “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah syetan. Sungguh, ia musuh nyata bagimu” Q.S 2:208 Sebagai seorang muslim sepatutnya kita bersyukur kepada Allah Swt., terlahir sebagai seorang muslim insya Allah memperoleh nikmatnya tersendiri dunia dan akhirat. Muslim menjadi selamat karena Islam diciptakan sebagai agama yang sempurna. Ketenangan yang dirasakan seseorang Muslim karena Allah memberikan segenap rasa nikmat kepada penganutnya, dan kepada mereka yang mengamalkan Islam karena sesuai dengan fitrahnya. Islam adalah agama yang sempurna. Kesempurnaan yang tercipta dalam Islam adalah kesempurnaan dalam 3 hal, yakni: waktu, minhaj, dan tempat. 1. Kesempurnaan dalam waktu
Islam sudah ada sejak zaman nabi Adam sampai zaman Rasulullah. Risalah yang dibawa adalah risalah yang sama, Islam. Firman Allah: “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam” Q.S 21:107 Rasul-rasul ALLAH memiliki kewajiban untuk menyebarkan agama Islam kepada kaumnya. Mengembalikan kemuliaan Islam pada tempatnya. Nabi Nuh membawa risalah Islam untuk kaum Tsamud, nabi Luth untuk kaum Sodom, dan sebagainya. Rasulullah Sholallohu ‘alaihi wassalaam, sebagai rasul akhir zaman mendapatkan tugas mulia dari sang Pencipta untuk menyempurnakan agama Islam dan dirisalahkan kepada seluruh umat manusia di muka bumi ini. 2. Kesempurnaan Minhaj (aturan hidup) Islam adalah agama yang menyukai keteraturan sebuah jamaah di dalamnya. Keteraturan dan kerapihan jamaah dalam Islam diibaratkan sebuah bangunan yang terdiri atas batu bata. Bangunan tersebut membutuhkan batu-batu bata lain untuk membentuk sebuah bangunan yang kokoh, tanpa celah, tanpa rongga sehingga tak memungkinkan orang asing masuk di dalamnya. 3. Sempurna dalam Tempat Islam adalah agama yang komprehensif. Mempelajari, mengajari dan mengamalkannya adalah kewajiban bagi setiap muslim. Bukankah manusia yang terbaik adalah manusia yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Semakin ilmu kita selami dan pelajari, semakin banyak pula ilmu yang belum kita kuasai. Sebarkan nilai-nilai
positif mengenai Islam. Doakan mereka jika hati mereka belum tersentuh cahaya Islam. Karena rasul mengajarkan kita berlemahlembut pada siapapun karena Islam adalah agama yang penuh dengan kasih sayang di dalamnya.
Pertemuan ke- 7 KEPRIBADIAN MUSLIM Bagaimana menurut pendapat sahabat mengenai profil muslim ideal? Ya, tentunya standar ideal itu berdasarkan “SOP” dari Allah Swt. Kan? Yup, yangsesuai Al-Qur’an dan sunnah tentunya. Pribadi muslim yang dikehendaki oleh Al-Qur’an dan sunnah adalah pribadi yang shaleh, pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah Swt. Sekurangkurangnya ada sepuluh profil atau ciri khas yang harus lekat pada pribadi muslim. 1. Salimul ‘aqidah(aqidah yang bersih) Salimul ‘aqidah artinya keimanan yang lurus atau kokoh. Aqidah atau keimanan kepada Allah merupakan fondasi bangunan keislaman. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al An'am:162 َاي َو َه َو ِتي ِ َّّلِلِ َربِّ ْال َعلَ ِويْي َ ص ََل ِتي َوًُ ُس ِك ْي َو َهحْ َي َ قُلْ إِ َّى "Katakanlah (Muhammad), sesungguhnya shalatku dan ibadahku dan hidupku dan matiku hanya untuk Allah tuhan seluruh alam" Beberapa contoh dari penerapan Salimul Aqidah, yaitu: a.
Tidak mengkafirkan seorang muslim;
b. Tidak mengedepankan makhluq atas Khaliq;
c.
Mengingkari orang-orang yang memperolok-olokkan ayat-ayat Allah swt dan tidak bergabung dalam majlis mereka;
d. Mengesakan Allah swt dalam Rububiah dan Uluhiah; e.
Tidak menyekutukan Allah swt, dalam Asma-Nya, sifat-Nya dan Af’al-Nya;
f.
Tidak meminta berkah dengan mengusap-usap kuburan;
g. Mengetahui batasan-batasan wala’ (loyalitas) dan bara’ (anti loyalitas); h. Berteman dengan orang-orang shalih dan meneladaninya; i.
Meyakini terhapusnya dosa dengan taubat Nashuha.
2. Shahihul Ibadah (ibadah yang benar) Ibadah yang benar merupakan salah satu perintah Rasul Sholallohu ‘alaihi wassalaam yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: ‘shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.’ Beberapa aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dari shahihul ibadah, yaitu: a.
Khusyu’ dalam salat dan memperhatikan adabadabnya;
b.
Bersedekah;
c.
Menjaga organ tubuh (dari dosa);
d.
Haji jika mampu;
e.
Khusyu’ saat membaca Al Qur’an dan memperhatikan adabadab dalam membaca Al-Qur'an
f.
Berdo’a dengan memperhatikan syarat dan adabnya;
g.
Banyak bertaubat;
h.
Selalu memperbaharui niat dan meluruskannya;
i.
Memerintahkan yang Ma’ruf dan mencegah yang Munkar;
j.
Senantiasa bertafakkur.
3. Matinulkhuluq (akhlak yang mantap) Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman dalam QS. Al Qalam:4 "Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti luhur.” QS. Al Qalam:4 Aplikasi dari matinulkhuluq yang dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain: tidak ‘inad (membangkang); tidak terlalu banyak mengobrol dan sedikit bercanda; tidak berbisik tentang sesuatu yang bathil; tidak hasad; memiliki rasa malu untuk berbuat kesalahan; menjalin hubungan baik dengan tetangga; tawadhu’ tanpa merendahkan diri; berani dalam hal kebaikan; halus dan lemah lembut; menjenguk orang sakit; komitmen dengan adab meminta izin;berterimakasih kepada orang yang berbuat baik; merendahkan suara; menyambung persaudaraan (Shilatur-Rahim); komitmen dengan adab mendengar; komitmen dengan adab berbicara; memuliakan tamu; murah senyum di depan orang lain; menjawab salam. 4. Qowiyyuljismi (sehat jasmani)
Kekuatan jasmani (qowiyyuljismi) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Aplikasi dari Qowiyyuljismiyang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain: a. Mengikuti petunjuk kesehatan dalam makanan dan minuman, seperti: b. Menjauhi makanan yang diawetkan dan mengkonsumsi minuman alami; c. Mengatur waktu-waktu makan; d. Mampu menyediakan makanan; e. Tidak berlebihan dalam mengkonsumsi makanan yang berlemak; f. Tidak berlebihan dalam mengkonsumsi garam; g. Tidak berlebihan dalam mengkomsumsi gula; h. Selektif dalam memilih produk makanan.
5. Mutsaqqofulfikri (intelek dalam berpikir) Intelek dalam berpikir merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas). Aplikasi dari mutsaqqofulfikri yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain: a. Membaca tujuh jam setiap pekan di luar spesialisasinya; b. Mengetahui sisi-sisi Syumuliyatul Islam; c. Mengetahui problematika kaum muslimin nasional dan internasional; d. Mengetahui apa kerugian dunia akibat kemunduran kaum muslimin; e. Mengetahui kesatuan kaum muslimin; f. Berpartisipasi dalam memecahkan masalah umat.
6. Mujahadatun linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu)
Berjuang melawan hawa nafsu merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk.Rasulullah Sholallohu ‘alaihi wassalaam. bersabda yang artinya: Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam) HR. Hakim Aplikasi dari mujahadatunlinafsihi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain: a. Memerangi dorongan-dorongan nafsu; b. Tidak berlebihan dalam mengkonsumsi yang mubah; c. Selalu menyertakan niat jihad; d. Menjadikan dirinya bersama orang-orang baik; e. Memakan apa yang disuguhkan dengan penuh keridhaan; f. Menyumbangkan sebagian hartanya untuk amal Islami; g. Sabar atas bencana; h. Menyesuaikan perbuatan dengan ucapannya.
7. Harishun ‘ala Waqtihi (pandai menjaga waktu) Pandai menjaga waktu merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Aplikasi dari harishun ala waqtihi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain: a. Memperhatikan skala prioritas dam menjalani kehidupan b. Disiplin dan tepat waktu dalam menjalani kegiatan-kegiatan kita c. Mengisi waktunya dengan hal-hal yang berfaidah dan bermanfaat.
8. Munazhzhamunfisyu’unihi (teratur dalam suatu urusan) Teratur dalam suatu urusan termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an maupun sunnah. Dengan kata lain, suatu urusan dikerjakan secara profesional, sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat perhatian darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban, adanya kontinyuitas dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan diantara yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya. Aplikasi dari munzhzhamunfisyuunihi yang diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain: a. Shalat sebagai penata waktunya; b. Teratur di dalam rumah dan kerjanya; c. Merapikan ide-ide dan pikiran-pikirannya; d. Disiplin dalam bekerja.
dapat
9. Qodirun ‘alalkasbi(mandiri finansial) Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena itu pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa
menunaikan haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur’an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi. Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah Swt, karena rizki yang telah Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya memerlukan skill atau ketrampilan. Aplikasi dari qodirun ‘alalkasbi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain: a. Bekerja dan berpenghasilan; b. Berusaha memiliki spesialisasi; c. Ekonomis dalam nafkah; d. Mengutamakan produk umat Islam.
10. Naafi’un lighoirihi(bermanfaat bagi orang lain) Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar. Maka jangan sampai seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tidak mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak bisa mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan inilah, Rasulullah Sholallohu ‘alaihi wassalaam bersabda yang artinya:
”Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” HR. Qudhy dari Jabir Aplikasi dari nafi’unlighoirihi yang dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain: a. Komitmen dengan adab Islam di dalam rumah; b. Melaksanakan hak-hak pasangannya (suami atau istri); c. Memberi hadiah kepada tetangga; d. Memberikan pelayanan umum karena Allah swt; e. Membantu yang membutuhkan, kesulitan atau terdzalimi. f. Berusaha memenuhi hajat orang lain g. Mendo’akan yang bersin.
Pertemuan ke- 8
TA’RIFUR RASUL
Keindahan Fisik Rasulullah sholallohu ‘alaihi wassalaam Ali bin Abi Thalib menyifati diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Beliau bukan orang yang tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek, Orang yang berperawakan sedang-sedang, Rambutnya tidak kaku dan tidak pula keriting, rambutnya lebat, Tidak gemuk dan tidak kurus, Wajahnya sedikit bulan (oval), Bola matanya sangat hitam, Bulu dadanya lembut, tidak ada bulu-bulu di badan, Telapak tangan dan kakinya tebal, Jika berjalan seakan-akan sedang berjalan di jalanan yang menurun (cepat), Jika menoleh seluruh badannya ikut menoleh, Di antara kedua bahunya ada cincin nubuwah, yaitu cincin para nabi, Telapak tangannya yang terbagus, Dadanya yang paling bidang, Yang paling jujur bicaranya, Yang paling memenuhi perlindungan, Yang paling lembut perangainya, Yang paling mulia pergaulannya,
Siapa pun yang tiba-tiba memandanganya tentu segan kepadanya, Siapa yang bergaul dengannya tentu akan mencintainya.” Abu Thufail berkata, “Kulitnya putih, wajahnya berseri-seri dan perawakannya sedang-sedang (tidak gemuk dan tidak kurus, tidak tinggi dan tidak pendek)” Anas bin Malik berkata, “Kedua telapak tangannya lebar. Warna kulitnya elok, tidak putih sopak dan tidak terlalu coklat, kuat kepalanya, di kepala atau jenggotnya hanya dua puluh helai uban. “ Al-Barra berkata, “Beliau adalah orang yang paling tampan wajahnya dan paling bagus akhlaknya.” Anas berkata, “Aku tidak pernah menyentuh kain sutra yang lebih halus daripada telapak tangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku tidak pernah mencium suatu aroma minyak kesturi atau bau apapun yang lebih harum daripada aroma dan bau (keringat) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Jabir berkata, “Beliau tidak melewati jalan lalu seseorang membuntutinya melainkan dia bisa mengetahui bahwa beliau telah lewat, dari keharuman bau keringatnya. Di antara kedua bahunya ada tanda nubuwah seperti telur burung merpati.” Kesempurnaan Jiwa dan Kemuliaan Akhlak Di antara sifat kemurahan hati dan kedermawanan beliau yang sulit digambarkan bahwa beliau memberikan apa pun dan tidak takut menjadi miskin. Ibnu Abbas berkata, “Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling murah hati. Kemurahan hati beliau paling menonjol adalah pada bulan Ramadhan saat dihampiri Jibril beliau setiap malam pada bulan Ramadhan, untuk mengajarkan Alquran kepada beliau. Beliau benar-benar orang yang paling murah hati untuk hal-hal yang baik lebih hebat.”
Jabir berkata, “Tidak pernah beliau dimintai sesuatu, lalu menjawab, “Tidak.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki kebenaran, patriotisme, dan kekuatan yang sulit diukur dan tidak terlalu sulit untuk diketahui di mana keberadaannya. Beliau adalah orang yang paling pemberani mendatangi tempat-tempat yang paling sulit. Berapa banyak para pemberani dan patriot yang justru lari dari hadapan beliau. Beliau adalah orang yang
tegar dan tidak bisa diusik, terus maju dan tidak mundur serta tidak gentar. Siapa pun orang pemberani tentu akan lari menghindar dari hadapan beliau. Ali berkata, “Jika kami sedang dikepung ketakutan dan bahaya, maka kami berlindung kepada Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam. Tak seorang pun yang lebih dekat jaraknya dengan musuh selain beliau.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling malu dan suka menundukkan mata. Abu Sa’id Al-Khudri berkata, “Beliau adalah orang yang lebih pemalu daripada gadis di tempat pingitannya. Jika tidak menyukai sesuatu, maka bisa diketahui dari raut mukanya.” Beliau tidak pernah lama memandang ke wajah seseorang, menundukkan pandangan, lebih banyak memandang ke arah tanah daripada memandang ke arah langit, pandangannya jeli, tidak berbicara langsung di hadapan seseorang yang membuatnya malu, tidak menyebut nama seseorang secara jelas jika beliau dengar sesuatu yang kurang disenanginya, tetapi beliau bertanya, “Mengapa orang-orang itu berbuat begitu?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling tawadhu’ (rendah hati) dan paling jauh dari sifat sombong. Beliau tidak menginginkan orang-orang berdiri saat menyambut kedatangannya seperti yang dilakukan terhadap para raja. Beliau biasa menjenguk orang sakit, duduk bersama orang miskin, memenuhi undangan hamba sahaya, duduk di tengah para sahabat, sama seperti keadaan mereka. Aisyah berkata, “Beliau biasa menambal terompahnya (sandal), menjahit bajunya, melaksanakan pekerjaan dengan tangannya sendiri, seperti yang dilakukan salah
seorang di antara kalian di dalam rumahnya. Beliau sama dengan orang lain, mencuci pakaiannya, memerah air susu dombanya, dan membereskan urusannya sendiri.” Beliau adalah orang yang paling aktif memenuhi janji, menyambung tali persaudaraan, paling menyayangi dan bersikap lemah lembut terhadap orang lain, paling bagus pergaulannya, paling lurus akhlaknya, paling jauh dari akhlak yang buruk, tidak pernah berbuat kekejian dan menganjurkan kepada kekejian, bukan termasuk orang yang suka mengumpat dan mengutuk, bukan termasuk orang yang suka membuat hiruk pikuk di pasar, tidak membalas keburukan dengan keburukan serupa tetapi memaafkan dan lapang dada, tidak membiarkan seseorang berjalan di belakangnya, tidak mengungguli hamba sayaha dan pembantunya dalam masalah makan dan pakaian, membantu orang yang justru seharusnya membantu beliau, tidak pernah membentak pembantunya yang tidak beres atau tidak mau melaksanakan perintahnya. Dalam sebuah perjalanan, beliau memerintahkan untuk menyembelih seekor domba. Seseorang berkata, “Akulah yang akan menyembelihnya.” Yang lain berkata, “Akulah yang akan mengulitinya.” Yang lain berkata, “Akulah yang akan memasaknya.” Lalu beliau bersabda, “Akulah yang akan mengumpulkan kayu bakarnya.” Mereka berkata, “Kami akan mencukupkan bagi engkau.”
Beliau bersabda, “Aku sudah tahu kalian akan mencukupkan bagiku. Tetapi aku tidak suka berbeda dari kalian. Sesungguhnya Allah tidak menyukai hamba-Nya yang berbeda di tengahtengah rekan-rekannya. Setelah itu beliau bangkit lalu mengumpulkan kayu bakar.” Sifat-sifat yang sudah disebutkan di sini hanya sebagian kecil dari gambaran kesempurnaan dan keagungan sifat-sifat beliau. Hakikat sebenarnya yang menggambarkan sifat dan ciri-ciri beliau adalah sesuatu yang tidak bisa diketahui secara persis hingga detildetilnya.
Pertemuan ke- 9
TA’RIFUL INSAN
1.
Hakikat Manusia Sebelum memasuki definisi manusia dalam Al Quran, ternyata Allah memberikan nama lain manusia di dalamnya, antara lain: a. Al Insan b. Bani Adam c. An-Nas d. Al-Basyr “ Ini tidak lain hanyalah perkataan manusia” Al Mudatsir: 25
Dalam surat Shad ayat 7 Allah berfirman: “ Maka apabila Aku telah menyempurnakan (penciptaan jasad)nya , lalu Aku tiupkan dari ruh(ciptaan)-Ku ke dalamnya, maka bersujudlah kamu sekalian kepadanya” Sementara dalam Surat As-Sajdah ayat 7 dan 9 disebutkan: “ yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah” As-Sajdah:7 “kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan ruh (ciptaan)-Nya ke dalam (tubuh)nya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati
bagimu, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur” AsSajdah:9
Jadi, manusia adalah makhluk yang terdiri atas tanah yang berupa jasad dan ruh. Itulah dua unsur utama dalam kepribadian manusia: jasad sebagai fisik, dan ruh sebagai hati dan jiwa dalam manusia.
Tugas manusia Dalam penciptaannya, manusia memiliki misi atau tugas di muka bumi ini, yaitu: a.
Beribadah kepada Allah “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku” AdzDzariat: 56
b. Sebagai Khalifah (pemimpin di muka bumi) Penunjukkan manusia menjadi khalifah terdapat dalam surat Al Baqoroh ayat 30-34.
2.
Potensi Manusia
Manusia memiliki unsur jasad dan ruh. Namun, ada satu unsur lain yang tak kalah pentingnya, yaitu akal. Ketiga unsur ini saling terkait: dari akal akan terbentuk cara berpikir, dari hati terbentk cara merasa, dan dari fisik akan terbentuk cara berperilaku. Cara berpikir kemudian menjadi visi, cara merasa akan menjadi mental, dan cara berperilaku menjadi karakter.Akal, hati, dan fisik itulah yang mendasari bahwa manusia memiliki potensi yang luar
biasa. Potensi yang dimiliki manusia adalah dua kecenderungan berbuat baik/takwa dan fujur/fasik. “Maka Allah mengilhamkan ke dalam jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan.” Asy-Syam:8 Ketika akal sudah memahami nilai-nailai kebenaran dan kebatilan, maka ada hati yang bekerja untuk membedakan kedua nilai itu.
Pertemuan ke- 10
TA’RIFUL QUR’AN DAN TAJWID
Ta’riful Al-Qur’an Kata “Qur’an” menurut bahasa adalah sama dengan kata “Qiroah” yaitu isim masdar (infinitif) dari kata Qoroa-yaqro-uqiroatan yang berarti bacaan. Hal ini berdasarkan firman Allah: “Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkan (dalam dadamu) dan (membuatnya pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacanya maka ikutilah bacaannya.” Q.S AlQiyamah : 17
Kalam Allah yang tiada tandingannya (mu’jizat), yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wassalaam, dengan perantaraan Malaikat Jibril, yang tertulis didalam mushaf dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Naas, yang sampaikepada kita secara mutawatir serta membacanya merupakan ibadah.Beberapanama Al-Qur’an antara lain meliputi:
Al-Kitab
Al-Furqan(pembedabenarsalah) Adz-Dzikr (pemberiperingatan) Al-Mau'idhah (pelajaran/nasihat) Al-Hukm (peraturan/hukum) Al-Hikmah (kebijaksanaan) Asy-Syifa' (obat/penyembuh) Al-Huda (petunjuk) At-Tanzil (yang diturunkan) Ar-Rahmat (karunia) Ar-Ruh (ruh) Al-Bayan (penerang) Al-Kalam (ucapan/firman) Al-Busyra (kabargembira) An-Nur (cahaya) Al-Basha'ir (pedoman) Al-Balagh (penyampaian/kabar) Al-Qaul (perkataan/ucapan)
Membaca Al-Quran Dengan Tajwid Tajwīd ( )تجٌٕذsecara harfiah mengandung arti melakukan sesuatu dengan elok dan indah atau bagus dan membaguskan, tajwid berasal dari kata ” Jawwada ” (تجٌٕذا-ٌجٕد ّ -جٕد ّ )dalam bahasa Arab. Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara melafazkan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci Al-Quran maupun Hadist dan lainnya. Dalam ilmu tajwid juga dikenal ada 9 hukum bacaan yang isinya menjelaskan bagian-bagian tanda baca dan cara melafazkannya atau pengucapannya, antara lain : Hukum Nun Mati Dan Tanwin a.
Izhar Halqi Izhar halqi bila bertemu dengan huruf izhar maka cara melafazkan atau mengucapkannya harus “jelas” Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf Halqi (tenggorokan) seperti: alif/hamzah()ء, ha’ ()ح, kha’ ()ر, ‘ain ()ع, ghain ()غ, dan ha’ (ْ). Izhar Halqi yang artinya dibaca jelas.Contoh : ٌ ََب ٌس َدب ِيٍَخ
b.
Idgham Hukum bacaan ini terbagi menjadi dua bagian: Idgham Bilaghunnah, yaitu: jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf seperti: mim ()و, nun (ٌ), wau (ٔ), dan ya’ ()ي, maka ia harus dibaca lebur dengan dengung.Contoh: فِ ًْ َع ًَ ٍذ ُّي ًَ َّذ َد ٍحharus dibaca Fī ‘amadim mumaddadah.
Idgham Bilaghunnah, yaitu: jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf seperti ra’ ( )سdan lam ()ل, maka ia harus dibaca lebur tanpa dengung.Contoh: َيٍْ نَ ْىharus dibaca Mal lam
Pengecualian: Jika nun mati atau tanwin bertemu dengan keenam huruf idgam tersebut tetapi ditemukan dalam satu kata, seperti ٌٌ لُِْ َٕا, اَ ُّدٍََْب, ٌٌثُ ٍَُْب, dan ٌٌص ُْ َٕا, ِ maka nun mati atau tanwin tersebut dibaca jelas. c. Iqlab Hukum ini terjadi apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf ba’ ()ة. Dalam bacaan ini, bacaan nun mati atau tanwin berbah menjadi bunyi mim ()و.Contoh: ٌَّ نٍَُ ُۢجَ َزharus dibaca Layumbażanna d. Ikhfa’ haqiqi Jika nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf seperti ta’()د, tha’ ()ث, jim ()ج, dal ()د, dzal ()ر, zai ()ص, sin ()س, syin ()ش, sod ()ﺹ, dhod ()ض, tho ()ط, zho ()ظ, fa’ ()ف, qof ()ق, dan kaf ()ن, maka ia harus dibaca samar-samar (antara Izhar dan ْ س Idgham). Contoh: ٍَط َ َٕ َََ ْم ًعب ف Hukum Mim Mati Selain hukum nun mati dan tanwin adapula hukum lainnya dalam mempelajari dan membaca Al-Quran yakni Hukum mim mati, yang disebut hukum mim mati jika bertemu dengan huruf mim mati ( ) ْمyang bertemu dengan huruf-huruf arab tertentu. Hukum mim mati memiliki 3 jenis, yang diantaranya adalah :
a. Ikhfa Syafawi ()إخفبﺀ ﺷفٕي. Apabila mim mati ( ) ْوbertemu dengan ba ()ة, maka cara membacanya harus dibunyikan samar-samar di bibir dan dibaca didengungkan.Contoh: (ٌبسط ْ َ)ف ِ َ(ٔ َك ْهجُُٓى ث َ بد ُكى ثَ ٍَُُْٓى) (ت َْش ِيٍ ِٓى ثِ ِذ َج َ )بس ٍح b. Idgham Mimi ( )إدغبو يًٍى. Apabila mim mati ( ) ْوbertemu dengan mim ()و, maka cara membacanya adalah seperti menyuarakan mim rangkap atau ditasyidkan dan wajib dibaca dengung. Idgham mimi disebut juga idgham mislain atau mutamasilain.Contoh : (ٍ)أَو َيٍْ ) ( َك ْى ِيٍ فِئَخ c. Izhar Syafawi ()إﻇٓبس ﺷفٕي. Apabila mim mati ( ) ْوbertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah selain huruf mim ( ) ْوdan ba ()ة, maka cara membacanya dengan jelas di bibir dan mulut tertutup.Contoh: ( ٌَٕس ُ ًْ َ)نَ َعهَّ ُك ْى تَتَّمٌَُٕ ) (ت Hukum mim dan nun tasydid. Hukum mim dan nun tasydid juga disebut sebagai wajib alghunnah (ُّ )ٔاجت انﻐyang bermakna bahwa pembaca wajib untuk mendengungkan bacaan. Maka jelaslah yang bacaan bagi keduaduanya adalah didengungkan. Hukum ini berlaku bagi setiap huruf mim dan nun yang memiliki tanda syadda atau bertasydid (ّ وdan ٌّ).Contoh: ِيٍَِ انْجَُِّخ َٔانَُّبس
Hukum alif lam ma’rifah Alif lam ma’rifah adalah dua huruf yang ditambah pada pangkal atau awal dari kata yang bermakna nama atau isim. Terdapat dua jenis alif lam ma’rifah yaitu:
1.
Alif lam qamariah
ialah lam yang diikuti oleh 14 huruf hijaiah, seperti: alif/hamzah()ء, ba’()ة, jim ()ج, ha’ ()ح, kha’ ()ر, ‘ain ()ع, ghain ()غ, fa’ ()ف, qaf ()ق, kaf ()ن, mim ()و, wau(ٔ), ha’ (ْ) dan ya’ ()ي. Hukum alif lam qamariah diambil dari bahasa arab yaitu al-qamar( )انمًشyang artinya adalah bulan. Maka dari itu, cara membaca alif lam ini adalah dibacakan secara jelas tanpa meleburkan bacaannya. 2.
Alif lam syamsiah ialah
lam yang diikuti oleh 14 huruf hijaiah seperti: ta’ ()د, tha’ ()ث, dal()د, dzal ()ر, ra’ ()س, zai ()ص, sin ()س, syin ()ش, sod ()ﺹ, dhod ()ض, tho ()ط, zho ()ظ, lam( )لdan nun (ٌ). Nama asy-syamsiah diambil dari bahasa Arab (ٍّ )انﺸًسyang artinya adalah matahari. Maka dari itu, cara membaca alif lam ini tidak dibacakan melainkan dileburkan kepada huruf setelahnya. Hukum idgham Idgham ( )إدغبوadalah berpadu atau bercampur antara dua huruf atau memasukkan satu huruf ke dalam huruf yang lain. Maka dari itu, bacaan idgham harus dilafazkan dengan cara meleburkan suatu huruf kepada huruf setelahnya. Terdapat tiga jenis idgham: Idgham mutamathilain (ٍٍ – إدغبو يتًبثهyang serupa) ialah pertemuan antara dua huruf yang sama sifat dan makhrajnya (tempat keluarnya) dal bertemu dal dan sebagainya. Hukum adalah wajib diidghamkan. Contoh: ْلَذ دَخَهُٕا. a.
b. Idgham mutaqaribain (ٍٍ – إدغبو يتمبسثyang hampir) ialah pertemuan dua huruf yang sifat dan makhrajnya hampir sama, seperti ba’ bertemu mim, qaf bertemu kaf dan tha’ bertemu dzal. Contoh: ْڪى ُ ََخْهُم Idgham mutajanisain (ٍٍ – إدغبو يتجبَسyang sejenis) ialah pertemuan antara dua huruf yang sama makhrajnya tetapi tidak sama sifatnya seperti ta’ dan tha, lam dan ra’ serta dzal dan zha. Contoh: ِّلُم سَة c.
Hukum mad Mad yang artinya yaitu melanjutkan atau melebihkan. Dari segi istilah Ulama tajwid dan ahli bacaan, mad bermakna memanjangkan suara dengan lanjutan menurut kedudukan salah satu dari huruf mad. Terdapat dua bagian mad, yaitu mad asli dan mad far’i. Terdapat tiga huruf mad yaitu alif, wau, dan ya’ dan huruf tersebut haruslah berbaris mati atau saktah. Panjang pendeknya bacaan mad diukur dengan menggunakan harakat.
Hukum ra’ Hukum ra’ adalah hukum bagaimana membunyikan huruf ra’ dalam bacaan. Terdapat tiga cara yaitu kasar atau tebal, halus atau tipis, atau harus dikasarkan dan ditipiskan. 1.
Bacaan ra’ harus dikasarkan Apabila: Setiap ra’ yang berharakat atas atau fathah.Contoh: سَثَُِّب Setiap ra’ yang berbaris mati atau berharakat sukun dan huruf sebelumnya berbaris atas atau fathah.Contoh: َٔاالَسْض
Ra’ berbaris mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah atau kasrah.Contoh: ٱسْجِعُْٕا Ra’ berbaris mati dan sebelumnya huruf yang berbaris bawah atau kasrah tetapi ra’ tadi berjumpa dengan huruf isti’la’.Contoh: يِشْصَبذ
2.
Bacaan ra’ yang ditipiskan adalah apabila: Setiap ra’ yang berbaris bawah atau kasrah.Contoh: ٌسِجَبل Setiap ra’ yang sebelumnya terdapat mad lain. Contoh: ٌخٍَْش Ra’ mati yang sebelumnya juga huruf berbaris bawah atau kasrah tetapi tidak berjumpa dengan huruf isti’la’.Contoh: ٍََٕفِشْع
3.
Bacaan ra’ yang harus dikasarkan dan ditipiskan Apabila: setiap ra’ yang berbaris mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah dan kemudian berjumpa dengan salah satu huruf isti’la’.Contoh: فِشْق. Isti’la’ ()استعال ﺀ: terdapat tujuh huruf yaitu kha’ ()ر, sod ()ﺹ, dhad ()ض, tha ()ط, qaf ()ق, dan zha ()ظ.
Qalqalah Qalqalah (ّ )لهمهadalah bacaan pada huruf-huruf qalqalah dengan bunyi seakan-akan berdetik atau memantul. Huruf qalqalah ada lima yaitu qaf ()ق, tha ()ط, ba’ ()ة, jim ()ج, dan dal ()د. Qalqalah terbagi menjadi dua jenis:
a.
Qalqalah kecil yaitu apabila salah satu daripada huruf qalqalah itu berbaris mati dan baris matinya adalah asli karena harakat sukun dan bukan karena waqaf.Contoh: ٌَُٕ ٍَذْع,ٌٍََُٕطًَْع
b. Qalqalah besar yaitu apabila salah satu daripada huruf qalqalah itu dimatikan karena waqaf atau berhenti. Dalam keadaan ini, qalqalah dilakukan apabila bacaan diwaqafkan tetapi tidak diqalqalahkan apabila bacaan diteruskan.Contoh: ٍ عَنَك,ِٱنْفَنَك
Waqaf ()ٔلف Waqaf dari sudut bahasa ialah berhenti atau menahan, manakala dari sudut istilah tajwid ialah menghentikan bacaan sejenak dengan memutuskan suara di akhir perkataan untuk bernapas dengan niat ingin menyambungkan kembali bacaan. Terdapat empat jenis waqaf yaitu: a. ّ( تﺂوtaamm) – waqaf sempurna – yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan yang dibaca secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, dan tidak mempengaruhi arti dan makna dari bacaan karena tidak memiliki kaitan dengan bacaan atau ayat yang sebelumnya maupun yang sesudahnya. b. ( كبفkaaf) – waqaf memadai – yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, namun ayat tersebut masih berkaitan makna dan arti dari ayat sesudahnya. c. ٍ( دسHasan) – waqaf baik – yaitu mewaqafkan bacaan atau ayat tanpa mempengaruhi makna atau arti, namun bacaan tersebut masih berkaitan dengan bacaan sesudahnya.
d.
( لجٍخQabiih) – waqaf buruk – yaitu mewaqafkan atau memberhentikan bacaan secara tidak sempurna atau memberhentikan bacaan di tengah-tengah ayat, wakaf ini harus dihindari karena bacaan yang diwaqafkan masih berkaitan lafaz dan maknanya dengan bacaan yang lain.
Tanda-tanda waqaf lainnya : a. Tanda mim ( ) يـdisebut juga dengan Waqaf Lazim. Yaitu berhenti di akhir kalimat sempurna. Wakaf Lazim disebut juga Wakaf Taamm (sempurna) karena waqaf terjadi setelah kalimat sempurna dan tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya. Tanda mim ( ) و, memiliki kemiripan dengan tanda tajwid iqlab, namun sangat jauh berbeda dengan fungsi dan maksudnya. b. Tanda tho ( ) طadalah tanda Waqaf Mutlaq dan haruslah berhenti. c. Tanda jim ( ) جadalah Waqaf Jaiz. Lebih baik berhenti seketika di sini walaupun diperbolehkan juga untuk tidak berhenti. d. Tanda zha ( ) ﻇbermaksud lebih baik tidak berhenti. e. Tanda sad ( ) ﺹdisebut juga dengan Waqaf Murakhkhas, menunjukkan bahwa lebih baik untuk tidak berhenti namun diperbolehkan berhenti saat darurat tanpa mengubah makna. Perbedaan antara hukum tanda zha dan sad adalah pada fungsinya, dalam kata lain lebih diperbolehkan berhenti pada waqaf sad. f. Tanda sad-lam-ya’ ( ) صهﮯmerupakan singkatan dari “Alwashl Awlaa” yang bermakna “wasal atau meneruskan bacaan adalah lebih baik”, maka dari itu meneruskan bacaan tanpa mewaqafkannya adalah lebih baik. g. Tanda qaf ( ) قmerupakan singkatan dari “Qiila alayhil waqf” yang bermakna “telah dinyatakan boleh berhenti pada wakaf
sebelumnya”, maka dari itu lebih baik meneruskan bacaan walaupun boleh diwaqafkan. h. Tanda sad-lam ( ) ﺼمmerupakan singkatan dari “Qad yuushalu” yang bermakna “kadang kala boleh diwasalkan”, maka dari itu lebih baik berhenti walau kadang kala boleh diwasalkan. i. Tanda Qif ( ) لٍفbermaksud berhenti! yakni lebih diutamakan untuk berhenti. Tanda tersebut biasanya muncul pada kalimat yang biasanya pembaca akan meneruskannya tanpa berhenti. j. Tanda sin ( ) سatau tanda Saktah ( ّ ) سﮑتmenandakan berhenti seketika tanpa mengambil napas. Dengan kata lain, pembaca haruslah berhenti seketika tanpa mengambil napas baru untuk meneruskan bacaan. k. Tanda Waqfah ( ّ ) ٔلفbermaksud sama seperti waqaf saktah ( ّ) سﮑت, namun harus berhenti lebih lama tanpa mengambil napas. l. Tanda Laa ( ) الbermaksud “Jangan berhenti!”. Tanda ini muncul kadang-kala pada penghujung maupun pertengahan ayat. Jika ia muncul di pertengahan ayat, maka tidak dibenarkan untuk berhenti dan jika berada di penghujung ayat, pembaca tersebut boleh berhenti atau tidak. m. Tanda kaf ( ) نmerupakan singkatan dari “Kadzaalik” yang bermakna “serupa”. Dengan kata lain, makna dari waqaf ini serupa dengan waqaf yang sebelumnya muncul. n. Tanda bertitik tiga yang disebut sebagai Waqaf Muraqabah atau Waqaf Ta’anuq (Terikat). Waqaf ini akan muncul sebanyak dua kali di mana-mana saja dan cara membacanya adalah harus berhenti di salah satu tanda tersebut. Jika sudah berhenti pada tanda pertama, tidak perlu berhenti pada tanda kedua dan sebaliknya.
Pertemuan ke-11
FIQIH SHOLAT
Rasulullah bersabda, “Shalatlah kalian sebagaimana melihat aku shalat”. Yaitu shalat secara sempurna baik rukun, wajib maupun sunnahsunnahnya. A. Syarat sah Shalat Adapun syarat-syaratnya ada sembilan: 1. Islam, 2. Berakal, 3. Tamyiz (dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk), 4. Menghilangkan hadats, 5.Menghilangkan najis, 6.Menutup aurat, 7.Masuknya waktu, 8.Menghadap kiblat, 9.Niat. Secara bahasa, syuruuth (syarat-syarat) adalah bentuk jamak dari kata syarth yang berarti alamat. Sedangkan menurut istilah adalah apa-apa yang ketiadaannya menyebabkan ketidakadaan (tidak sah), tetapi adanya tidak mengharuskan (sesuatu itu) ada (sah).Contohnya,
jika tidak ada thaharah (kesucian) maka shalat tidak ada (yakni tidak sah), tetapi adanya thaharah tidak berarti adanya shalat (belum memastikan sahnya shalat, karena masih harus memenuhi syarat-syarat yang lainnya, rukun-rukunnya, hal-hal yang wajibnya dan menghindari hal-hal yang membatalkannya). B. Rukun-Rukun Shalat 1. Berdiri (dalam shalat fardhu) Allah ta’ala berfirman, ََوقُى ُهىاْ ِ ّّلِلِ قَاًِتِيي Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’. QS. al Baqarah: 238 Merupakan suatu kewajiban dalam shalat fardhu untuk berdiri.Hal ini juga bersandar pada sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, “Shalatlah dengan berdiri, jika tidak mampu maka dengan duduk, jika tidak mampu maka dengan berbaring.”Apabila tidak mampu berdiri karena sakit atau yang lainnya maka shalat dengan semampunya. Jika shalat dibelakang imam yang duduk (karena sakit atau yang lainnya), maka ikut duduk . 2. Takbiratul ihram Berdasar sabda Rasulullah, “Lalu menghadaplah ke kiblat dan bertakbir.”Dalam sabda beliau, yang mengharamkannya (permulaanya) adalah takbir.Lafadz takbiratul ihram yaitu
mengucapkan “Allahu Akbar”, tidak pernah diriwayatkan dari Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam selain ini. 3. Membaca al Fatihah Berdasar sabda Rasulullah, “Tidak ada shalat bagi yang tidak membaca al Fatihah.” Membaca al fatihah merupakan rukun di antara rukun-rukun shalat.Bagi imam dan orang yang sendirian maka wajib membacanya, tidak ada khilaf disini. Adapun bagi orang yang shalat dibelakang imam ada khilaf di kalangan para ulama. Sebagai bentuk kehati-hatian hendak makmum tetap membaca al Fatihah dalam shalat-shalat yang sirriyah (yang tidak dikeraskan bacaanya) dan disaat-saat imam diam/tidak membaca. 4. Rukuk dalam tiap rekaat Berdasar firman Allah ta’ala, َيَا أَيُّهَا الَّ ِذييَ آ َهٌُىا ارْ َكعُىا َوا ْس ُجدُوا َوا ْعبُدُوا َربَّ ُك ْن َوا ْف َعلُىا ْالخَ ي َْز لَ َعلَّ ُك ْن تُ ْفلِحُىى Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu…. QS. al Hajj: 77 Dan juga berdasar apa yang dikerjakan Rasulullah, banyak hadist yang menunjukkan akan hal ini. 5. dan ke 6 , bangkit dari rukuk dan I’tidal (berdiri tegak) Karena Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam senantiasa melaksanakannya. Rasulullah bersabda, “Shalatlah kalian sebagaimana melihat aku shalat.”
7. Sujud Berdasar firman Allah ta’ala, َيَا أَيُّهَا الَّ ِذييَ آ َهٌُىا ارْ َكعُىا َوا ْس ُجدُوا َوا ْعبُدُوا َربَّ ُك ْن َوا ْف َعلُىا ْالخَ ي َْز لَ َعلَّ ُك ْن تُ ْفلِحُىى Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu…. QS. al Hajj: 77 Sujud adalah meletakkan kening ke permukaan bumi (tempat sujud), dan hendaknya semua anggota sujud yang tujuh sempurna menyetuh permukaan bumi. Anggota sujud yang tujuh yaitu : kening serta hidung, dua telapak tangan, dua lutut, dan ujung kedua telapak kaki. Sujud merupakan salah rukun shalat yang utama karena waktu sujud adalah waktu paling dekat antara hamba dengan Allah. 8. Bangkit dari sujud dan duduk antara dua sujud Berdasar perkataan ‘Aisyah, ” Jika Rasulullah mengangkat kepalanya dari sujud maka tidak sujud (kembali) sampai duduk dengan sempurna.” 9. Tuma’ninah Yaitu berdiam barang sesaat.Ini yang sering diremehkan sebagian kaum muslimin.Padahal tuma’ninah termasuk rukun shalat, tidak sah shalat tanpa tuma’ninah. 10. dan ke 11, tasyahud akhir dan duduk padanya
Yaitu dengan membaca “attahiyaat..” sampai akhir. Hal ini telah tsabit dari Rasulullah dalam beberapa hadistnya sebagaimana hadist ‘Aisyah dan Ibnu Mas’ud. 12. Shalawat atas Nabi pada tasyahud akhir Yaitu dengan mengucapkan “Allahuma shalli ‘ala muhammad.” Adapun menambahnya maka termasuk sunnah. 13. Tertib antara rukun-rukun tersebut Karena dahulu Rasulullah shalat dengan tertib antara rukun-rukunya. Dan juga berdasar hadist tentang musi’i shalah (orang yang jelek shalatnya), lalu rasulullah mengajarinya dengan kata-kata “lalu..” yang menunjukan akan urutan. 14. Salam Berdasar sabda Rasulullah, “….dan penutupnya adalah salam. Juga sabda beliau, “….dan yang menghalalkannya adalah salam.” Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa meninggalkan rukun membatalkan shalat baik secara sengaja ataupun tidak. Berikut secara ringkas rincian hukum-hukum tentang meninggalkan rukun shalat: 1. Jika yang ditinggalkan adalah takbiratul ihram maka belum dianggap shalat. 2. Jika yang ditinggalkan selain takbiratul ihram, dengan sejaga maka batal shalatnya.
3. Jika tertinggal (selain takbiratul ihram, seperti rukuk atau sujud) karena lupa dan ingat sebelum berdiri tegak untuk membaca al Fatihah rekaat berikutnya maka kembali mengulangi ke rukun yang ditinggalkan dan yang berikutnya. 4. Jika tertinggal karena lupa dan sudah berdiri tegak untuk membaca al fatihah rakaat berkutnya maka rakaat yang tadi (yang tertinggal rukunya) tidak dianggap, sehingga rakaat yang sekarang menempati kedudukan rakaat sebelumnya. Dan melakukan sujud sahwi. 5. Jika mengetahui rukun yang ditinggalkan setelah salam maka jika rukun tersebut adalah tasyahud akhir dan salam maka langsung mengerjakannya lagi lalu salam lalu sujud sahwi. Jika selain keduanya (tasyahud akhir dan salam) seperti sujud dan rukuk maka mengerjakan satu rakaat secara sempurna, lalu sujud sahwi. 6. Jika ingat setelah salamnya lama maka mengulangi shalat dari awal. Allahu A’lam
C. Wajib-Wajib Shalat 1. Seluruh takbir, kecuali takbiratul ihram 2. Tasmii’ Yaitu membaca “sami’allahu liman hamidah ”.wajib dibaca oleh imam ataupun orang yang shalat sendirin, adapun makmum tidak membacanya.
3. Tahmid Yaitu membaca “rabbana walakal hamd”.Wajib dibaca oleh imam, makmum, maupun orang yang shalat sendirian. Berdasarkan sabda Rasulullah, “Jika imam membaca sami’allahu liman hamidah maka ucapkanlah rabbana walakal hamd .” 4. Bacaan rukuk. Yaitu seperti bacaan “subhaana rabbiyal ‘adzim”.Yang wajib sekali, disunnahkan membacanya tiga kali.Jika lebih maka tidak mengapa. 5. Bacaan sujud. Yaitu seperti bacaan “subhaana rabbiyal ‘a’la”.Yang wajib sekali, disunnahkan membacanya tiga kali. 6. Bacaan duduk antara dua sujud. Yaitu seperti bacaan “rabbighfirliy..”.Yang disunnahkan membacanya tiga kali.
wajib
sekali,
7. Tasyahud awal Yaitu membaca bacaan-bacaan tasyahud yang telah diriwayatkan dari Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam. 8. Duduk pada tasyahud awal
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa meninggalkan wajib shalat dengan sengaja membatalkan shalat.Adapun jika tidak sengaja atau karena jahil maka menggantinya dengan sujud sahwi. D. Sunnah-Sunnah Shalat Bagian ketiga dari amalan dan bacaan dalam shalat adalah sunnah-sunnah shalat, yaitu selain apa-apa yang telah disebutkan dalam rukun maupun wajib shalat. Sunnah shalat ada dua jenis, ucapan maupun perbuatan. Pertama, sunnah berupa perkataan, bentuknya banyak sekali. Diantaranya: membaca do’a iftiftah, ta’awudz, membaca basmalah, membaca surat setelah al Fatihah, membaca bacaan rukuk, sujud, do’a antara dua sujud lebih dari sekali, do’a setelah tasyahud akhir dan lainnya. Kedua, sunnah berupa perbuatan, bentuknya juga baca. Diantaranya: mengangkat tangan saat takbiratul ihram serta ketika akan dan setelah rukuk, meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri dan meletakkannya di atas dada saat berdiri, melihat tempat sujud, meletakkan tangan diatas lutut saat rukuk, menjauhkan antara perut dan paha, paha dan betis saat sujud, dan lainnya. Sunah-sunah ini tidak harus dikerjakan, tetapi barang siapa melakukannya maka ada tambahan pahala atasnya, adapun jika ditinggalkannya maka tidak ada dosa baginya.
Pertemuan ke-12
URGENSI TARBIYAH Tarbiyah menumbuhkan seseorang dari kekanakan ruh, kekanakan akal, dan kekanankan jasad menuju kematangan dan kedewasaan. Tarbiyah mengembangkan manusia muslim dalam kemampuan-kemampuan yang dibutuhkannya menjalani kehidupan. Yaitu sebagai abdullah dan khalifah. 1. 2.
3.
Ar-Rasul membimbing umat manusia untuk keluar dari kebodohan. Kondisi umat Islam sekarang tidak memahami Islam itu sendiri sehingga akhirnya terjebak dalam kondisi kejahiliyahan modern dengan kesesatan yang lebih dahsyat dan nyata Jalan keluar dari kesesatan salah satunya melalui pembinaan yang didalamnya diajarkan tilawah (dibaca & dibacakan), tazkiyah (pembersihan diri) dan ta’limul kitab wal hikmah (belajar Al-qur’an dan hadits)
Selain dari aspek internal ajaran Islam, tarbiyah juga penting jika dilihat dari aspek keterbutuhan individu. Apa saja? Yuk simak.. 1.
2.
Hakikat jiwa manusia yang yang membutuhkan pembinaan karena secara fitrah jiwa manusia terdapat kecenderungan kepada taqwa dan kecenderungan kepada dosa. Dibutuhkan amal jama’i karena diluar sana ada musuh bebuyutan yang tidak hanya membuat perencanaan yang matang untuk menghancurkan umat tapi juga
merealisasikannya yang keduanya bagian dari langkah setan.
Peranan tarbiyah dalam kehidupan Baiklah, sekarang kita menuju peran tarbiyah dalam kehidupan. Apa saja? 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Peranannya dalam penerapan system Islam. Menjamin konsistensi muslim terhadap jamaahnya. Membentuk generasi Islami, keluarga Islami dan peradaban Islami. Menumbuhkan kemakmuran yang penuh berkah. Mewujudkan ketentraman dan kestabilan masyarakat. Kebutuhan kemanusiaan. Kewajiban menuntut ilmu syar’i.
Ciri-Ciri Tarbiyah 1.
2. 3.
Rabbaniyah, artinya apa yang dilakukan semata-mata mencari ridho Allah dan memakmurkan bumi dengan aturan Allah Akhlaqiyyatu al-wasa’I, menggunakan sarana dan akhlak islami Syumuliyah, artinya pembinaan secara menyeluruh antara potensi akal, jasad dan ruh manusia
Tujuan Tarbiyah Buat apa sih kita tarbiyah?
1. 2. 3. 4. 5.
Memahami gambaran yang jelas mengenai Islam yang sempurna dan benar. Membentuk kepribadian muslim secara utuh. Menumbuhkan harga diri dan pribadi yang tidak mudah dipecah belah Keimanan dan ketakwaan penduduk merupakan asas terwujudnya kemakmuran yang penuh berkah. Mewujudkan ketentraman dan kestabilan masyarakat.