MUNGKIN SEGALANYA MUNGKIN
OTOBIOGRAFI SUWITO
Penerbit YPM 2016
Judul buku Mungkin Segalanya Mungkin: Otobiografi Suwito Penulis Suwito ISBN: 978-602-7775-38-1 Penerbit YPM (Young Progressive Muslim) Jl. Talas II Pondok Cabe Ilir Pamulang Rt.05 Rw.01 Tangerang Selatan 15418 Cetakan Pertama 7 Maret 2016 M/27Jumada al-Ula 1437 H © Hak Cipta Suwito, 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang email:
[email protected] http://www.ypm-publishing.com
Otobiografi Suwito
Pengantar Penulis Otobiografi BUKANKAH MUNGKIN SEGALANYA MUNGKIN? Suwito (Penulis Otobiografi) Bismillahirrahmanirrahim Maksud utama penerbitan otobiografi ini adalah untuk introspeksi. Oleh karena itu saya lakukan lebih cepat dari kebiasaan orang menyusun biografi. Bukan untuk berbangga tetapi sebaliknya untuk membuat diri saya malu terhadap diri sendiri dan dengan harapan agar saya dapat melakukan perubahan menjadi yang lebih baik untuk masa mendatang. Untuk para kolega yang telah memberikan apresiasi beberapa hal yang telah saya perbuat selama ini, saya mengucapkan banyak terima kasih yang tidak terhingga. Pada dasarnya orang yang mengetahui diri saya adalah saya sendiri. Penampilan luar saya yang mungkin banyak dinilai positif oleh para kolega semoga tidak menjadikan saya sombong/takabbur karena hal itu hanya fatamorgana. Masih banyak hal yang harus saya perbaiki sebagaimana keluhan dan renungan saya di bawah ini. Tahun 2015 merupakan tahun kegalauan buat saya karena saya merasa tidak memiliki karya yang dapat dibaca banyak orang padahal saya adalah seorang Guru Besar sejak tahun 2001, seumur dengan permulaan menjadi CPNS tahun 1986, sampai memperoleh jabatan Profesor tahun 2001. Apabila dibuat garis, maka terlihat bahwa sejak saya menjadi CPNS sampai dengan sekarang maka ada periode 15 tahun pertama dan 15 tahun kedua sebagai berikut: 1986
15 tahun
2001
15 tahun
2016
Gambar tersebut mengingatkan saya bahwa 15 tahun pertama saya merasakan sangat produktif dalam bidang tulis menulis berupa buku atau diktat serta artikel di beberapa jurnal sehingga saya berhasil memperoleh pangkat akademik Guru Besar dalam waktu kurang lebih 14-15 tahun. Pada 15 tahun kedua, tidak banyak karya saya yang dipublikasikan. Memang banyak tulisan tetapi tidak dipublikasikan dalam jurnal. Tulisan yang ada banyak berisi manajemen perguruan tinggi yang cenderung Mungkin Segalanya Mungkin | v
Pengantar
dinilai praktis walaupun sebetulnya hal itu merupakan hasil pemikiran yang cukup mendalam. Sejak tahun 2000 sampai dengan awal 2015 saya memang disibukkan oleh tugas tambahan untuk mengelola perguruan tinggi. Dalam bidang pengelolaan perguruan tinggi ini saya merasa ada manfaatnya tetapi khusus di bidang penulisan karya ilmiah yang dipublikasikan, saya merasakan banyak kekurangan. Renungan ini bagi saya sangat berarti. Jika memungkinkan, waktu ke depan ini saya akan menyempatkan diri untuk menulis yang dapat dipublikasikan. Dari mana saya harus memulainya? Pertanyaan inilah yang ingin saya peroleh. Tentunya, jawaban hanyalah dari saya sendiri.Akhirnya, jawaban saya adalah: “Saya harus memulai dengan menulis otobiografi”.Itulah sebabnya, maka otobiografi ini terwujud. Selama ini saya memiliki pemahaman yang salah tentang perolehan jabatan Profesor. Saya memiliki pemahaman bahwa kalau sudah memperoleh jabatan Profesor maka penulisan karya ilmiah yang dipublikasikan berhenti karena tidak ada kewajiban lagi naik pangkat, apalagi pangkat golongan dan ruang yang saya miliki telah mentok berdasarkanKeputusan Menkowasbangpan Nomor 38/KEP/MK.WASPAN/8/1999 tentang “Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya”. Kewajiban bagi Profesor baru saya temukan pada Pasal 49 ayat (2) Undangundang Nomor 14 Tahun 2005. Dalam Pasal ini ada pernyataan bahwa Profesor berkewajiban khusus menulis buku dan karya ilmiah serta menyebarluaskan gagasannya untuk mencerahkan masyarakat.Ketentuan ini kurang banyak diinformasikan sehingga saya kurang tertantang dan baru mulai tahun 2010 para dosen diingatkan untuk mengisi BKD (Beban Kerja Dosen) setiap semester. Di dalam format BKD ini terdapat isian khusus buat Profesor. Semoga melalui cara yang demikian, memungkinkan saya untuk bangkit kembali berkarya yang dipublikasikan, insya Allah. Seharusnya perolehan jabatan Profesor bukan akhir untuk berkarya tetapi sebaliknya justru awal untuk berkarya. Untuk memotivasi hal tersebut maka, melalui tulisan ini saya mengusulkan agar Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2013 tentang “Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya” dan “Perbaikannya” yang ada pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013, direvisi lagi dengan menambahkan jenjang kepangkatan baru yaitu adanya Profesor Paripurna yang secara agak rinci saya uraikan dalam buku ini. Apabila usulan ini diterima maka saya yakin “ancaman” para Profesor untuk pensiun muda tidak akan terjadi. Apakah usul ini mengada-ada? Apakah ada model seperti itu di negara lain? Mungkinkah ini dilakukan? Tentu masih banyak komentar lain yang mempertanyakan. Akan tetapi, sesuai dengan judul otobiografi ini, maka semua itu mungkin dapat dilakukan. Kembali ke masalah penulisan otobiografi ini, saya perlu menyampaikan banyak terima kasih secara khusus kepada Muhammad Adam Hesa. Dalam situasi yang saya jelaskan di atas, pada tanggal 9 Agustus 2015 Muhammad Adam Hesa, vi | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
seorang staf di Sekolah Pacasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, meng-e-mail saya. Begini antara lain bunyi email tersebut: “Salam, ketika aku merasa bosan di ruang kuliah, aku coba membuka catatan2 yang ada di laptop aku, ternyata aku pernah menulis tentang bapak, daripada catatannya cuma ada dilaptop aja, jadi aku kirim saja ke email.” “Saat awal gw baca belum menemukan siapa sosok orang itu, yang kepikiran saat itu adalah orang2 yang pernah gw cintai”. “Tab trit ini gw gak tutup2, akhirnya menjelang gw pulang dari pasca gw baru sadar, baru muncul siapa aja orang2 itu yang sangat berpengaruh dalam hidup gw, yaitu Pak Wito, Mas Yusdi dan Pak Musa, ada beberapa lagi seperti pak Eva Nugraha, Mas Iday, Kak Ervan. Setelah pulang dari pasca gw niat untuk mencoba menulis tentang mereka. Berdasarkan e-mail tersebut kemudian saya menjawabnya sbb: “Adam, maaf saya baru sempat membaca tulisanmu. Terima kasih banyak lho. Seneng juga jika Adam sempat menuliskannya yang lebih lengkap. Boleh juga Adam mengajak orang lain untuk memberikan komentar tentang saya. Syukur jika nanti menjadi biografi yang diterbitkan ya Dam. Memang hidup itu pada dasarnya "harus mampu menemukan masalah dan tidak menghindarinya". Semoga sukses Dam. Salam”. “Adam, saya sangat senang jika Adam dan mungkin juga Arief mau menginisiasi penulisan biografi saya. Insya Allah 7 Maret 2016 saya berusia 60 tahun. Orang2 yang tahu saya boleh dimintai tulisannya. Adam boleh tanya siapa saja yg tahu saya ketika saya menjadi Asdir Pak Harun, ketika Purek I saat perubahan menjadi UIN, ketika menjadi Deputi IV, dan ketika menjadi Wadir I sampai sekarang di Sekretaris Senat Universitas. Para alumni SPs, alumni dan mahasiswa S-1 maupun mhswa SPs juga perlu dimintai tulisannya. Dibuat yang santai saja ya agar enak dibaca. Terima kasih banyak”. Adam menjawab e-mail saya: “Baik Pak...Saya coba usahakan... Saya sudah WA Arief Mahmudi, dan teman-teman yang lain akan saya coba kirim e-mail... Bismillāh”. “Terima kasih banyak Dam. Semoga terwujud ya”, jawabku. Ketika masih satu kantor di Sekolah Pascasarjana, Muhammad Adam Hesa adalah salah satu tenaga andalan yang saya ajak serta untuk menerbitkan banyak hal. Dia adalah juru lay out Newsletter, Buku Pedoman Akademik, Petunjuk Arah Kampus, Pedoman Akademik Dinding, Gambar para Pimpinan, dan Baliho lainnya yang sampai tulisan ini dibuat masih terpajang di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tidak ketinggalan, orang yang me-lay out Buku Otobiografi ini adalah Muhammad Adam Hesa juga. Dari aspek latar belakang pendidikan, Adam memang Sarjana Ekonomi alumni Fakultas Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tetapi agaknya dia lebih senang bekerja di bidang komputer sehingga dia sekarang melanjutkan studi program Magister Komputer di Universitas Budi Luhur di luar jam kerja. Mungkin Segalanya Mungkin | vii
Pengantar
Dialog melalui e-mail tersebut merupakan cikal bakal munculnya otobiografi ini sehingga mulai 10 Agustus 2016 saya mengumpulkan banyak arsip. Lumayan lama juga saya mendapatkan berbagai arsip yang saya perlukan untuk menulis otobiografi ini. Ternyata tidak semua arsip yang saya perlukan dapat saya temukan. Selain tidak menemukan beberapa arsip yang saya perlukan, pada tahun 2015 saya juga banyak kesibukan sehingga penulisan otobiografi agak lambat, memerlukan waktu lebih dari 6 bulan karena berbagai kesibukan selama tahun 2015. Uraian dalam buku otobiografi ini saya lengkapi dengan data yang saya miliki. Tentu banyak kekurangan karena masih banyak data yang tidak diketemukan dan juga karena keterbatasan halaman. Mungkin akan ada pertanyaan bahwa ini otobiografi ataukah laporan pejabat? Komentar seperti ini saya terima secara baik karena data yang saya miliki memang banyak berkenaan dengan tugas saya sebagai pejabat. Oleh karena banyak hal yang saya tulis ketika menjadi pejabat, maka bahan itulah yang saya tulis dalam otobiografi ini. Semoga data yang ada dalam otobiografi ini dapat menjadi salah satu sumber informasi terutama proses perubahan IAIN menjadi UIN dan pengelolaan Sekolah Pascasarjana sejak tahun 2007 sampai dengan awal tahun 2015. Banyak tulisan dan usulan saya yang kemudian menjadi kebijakansehingga bahan tersebut menjadi acuan bagi saya dalam penulisan otobiografi. Saya akui, tentu kawan-kawan yang lain memiliki catatan, ingatan, dan dokumen lain sehingga bisa sajapemahaman dan penafsiran terhadap sesuatu berbeda dengan saya. Walaupun saya akui banyak kekurangan, melalui otobiografi ini saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga yaitu “adanya kemungkinan pada segala hal”. Bagi orang beragama, hanya Allah SWT, Tuhan Yang Maha segalanya yang tidak ada kemungkinan karena Ia adalah Kebenaran Mutlak. Saya sangat senang dengan terbitnya otobiografi ini karena banyak kawan yang ikut serta menyukseskan penulisan otobiografi ini. Dalam kesempatan ini, saya menyampaikan banyak terima kasih kepada Nyonya Hj. Nilfa Yetty Tanjung, anak, menantu, dan cucu karena mereka mengijinkan dan merestui saya menulis dan membiayai penulisan otobiografi ini. Ucapan terima kasih saya sampaikan juga kepada mertua saya H. Buchori Abidin Tanjung (BAT), Hj. Rohani Pasaribu, Adik Raihanum Tanjung, Kakak H. Zainal April Pasaribu dan Hj. Zaidar, Om H. Abdul Wachid dan Etek Hj. HasrifahTanjung di Semarang yang banyak membantu di bidang perfotoan, Mami Masniar, Uda Ir. H. Lil Abnir Pasaribu dan Kakak Hj. Suaidar, Teta Hj. Nuryusni yang sering memimpin upacara adat upah-upah, Hj. Dahriah Rahim sebagai saudara kembar nyonyaku di Sorkam Sibolga, Mamak Dr. H. Syukri Batubara dan Istri, Maktuan Zainul Anwar dan Istri, Maktuan Zarlons dan Istri, Metty Zarlons dan suami, Maktuan Zainal Arifin Pasaribu dan Istri, dan keluarga lain yang tidak sempat disebut satu persatu. Dalam kesempatan ini saya juga menyampaikan banyak terima kasih kepada ayah saya Mbah Rakiyo, ibu saya Mbah Rasemi, semua kakak (Suhardi, Sulabi, Sutrisno, Amari, Rumisih, Sarni, dan Menowo), Pak H. Ali Mahmudi, Pak viii | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Abdurrahman Farid, Lek Sudjud dan Lek Supati, Teguh Marsudi, Ir. Ahmad Ludjeng Riyanto, Juanda dan Mbak Ing, Mas Tris Kalibata yang membantu saya menyembuhkan sakit karena kecelakaan, Sandoyo, Watik, keluarga Pak Murharto, serta semua keluarga Sukolilo dan Kalibata yang tidak sempat saya sebut satu persatu di sini. Mereka telah banyak berperan dalam membantu kelangsungan hidup dan karier saya Ucapan terima berikutnya saya sampaikan khusus kepada Mayang Sari yang telah bersedia menyempatkan diri menjadi “editor bahasa dan tanda baca dadakan” di tengah kesibukannya sebagai dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia. Saya juga menyampaikan banyak terima kasih kepada kawan-kawan lain yang telah memberikan motivasi bagi terbitnya buku ini. Secara khusus juga, saya menyampaikan ucapan terima kasih dan perhargaan yang sangat tinggi kepada Prof. Dr. M. Yunan Yusuf selaku Kuti/Kakak yang menjadi penyebab direstuinya pernikahan saya dengan Hj. Nilfa Yetty Tanjung, Prof. Dr. H.M. Atho Mudzhar (Dosen saya dan Ketua Senat UniversitasUIN Syarif Hidayatullah Jakarta/Sesama Penilai Alih Status Perguruan Tinggi Agama), Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. (Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), Prof, Dr. Ahmad Thib Raya (Kawan saya/Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta), Prof. Dr. A. Malik Fadjar (Dosen saya/Anggota Dewan Pertimbangan Presiden), Prof. Dr. M. Din Syamsuddin (Kawan ketika di IMM Cabang Ciputat/Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah/Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), Prof. Dr. Azyumardi Azra (Kawan sekelas Sarjana Muda./Rektor IAIN/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Direktur/Dosen Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), dan Prof. Dr. M. Amin Abdullah (Kawan sesama Penilai Alih Status IAIN Menjadi UIN/Penilai Angka Kredit Dosen/Mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), yang semuanya telah berkenan memberikan Kata Sambutan pada penerbitan otobiografi ini. Secara khusus, saya juga menyampaikan banyak terima kasih dan perhargaaan yang tinggi kepada semua unsur yang telah memberikan testimoni kepada saya dalam buku ini. Mereka adalah isteri saya, para cucu, anak, menantu, teman ketika sekolah di SLTP dan SLTA, teman ketika di organisasi pelajar, teman ketika di organisasi mahasiswa, para mahasiswa (S-1, S-2, S-3), para alumni S-2 dan S-3, dosen, kawan sesama karyawan, kawan sesama dosen di UIN Jakarta dan di perguruan tinggi lain, kawan sesama asesor dan penyusun instrumen akreditasi Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), kawan sesama penilai perubahan status kelembagaan perguruan tinggi, kawan sesama penilai pendirian perguruan tinggi, kawan sesama penilai pembukaan program studi, dan kawan sesama penilai angka kredit dosen di Kementerian Agama, dan kawan sesama penilai angka kredit dosen di Kemristekdikti. Ucapan terima kasih saya sampaikan juga kepada Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, MA, Suparto, M.Ed., Ph.D, Dr. Muhbib Abdul Wahab, Drs. H. Syamsuddin (Kawan sesama kuliah di Jurusan Bahasa Arab/Mantan Kabiro Perencanaan Mungkin Segalanya Mungkin | ix
Pengantar
Depag), Dr. Ahmad Dardiri, Prof. Dr. H. Abuddin Nata, Prof. Dr. Masykuri Abdillah, Prof. Dr. Armai Arief, Prof. Dr. Nasaruddin Umar, Prof. Dr. Amany Lubis, Dr. Sri Mulyati, Dr. Udjang Tholib, Yusuf Rahman, M.A., Ph.D, Fuad Jabali, MA, Ph.D, dan Prof. Dr. Dede Rosyada serta kawan-kawan lain yang telah berperan masing-masing bagi kesuksesan saya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sampai saat ini. Saya juga menyampaikan terima kasih kepada keluarga Madrasah Ibtidaiyah al-Azhariyah Kudus, PGA Negeri 6 Tahun Kudus, Rektor IAIN/UIN Jakarta (Prof. Harun Nasution, Ahmad Syadali, Prof. M. Quraish Shihab, Prof. A. Sukardja, Prof. Azyumardi Azra, Prof. Komaruddin Hidayat, dan Prof. Dede Rosyada), Kementerian Agama, Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (dr. Kusnadi, Ir. Omar Tusin, Prof. Ismail Sunny, Agus Sunarto, Prof. Ruslan Saleh, Prof. Muhammadi, Sri Mulyani Soegiono, Prof. Hj. Masyitoh Chusnan, dan Prof. Syaiful Bakhri), Rektor IKIP Muhammadiyah Jakarta yang sekarang menjadi Universitas Prof. Dr. Hamka/Uhamka (Qomari Anwar dan Suyatno), Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (Prof. Sukadji Ranuwihardjo, Prof. M.K. Tadjudin, Prof. Kamanto Sunarto, dan Prof. Mansyur Ramly), Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dan lembaga lain yang tidak sempat disebut dalam tulisan ini. Ucapan syukur yang awal dan yang akhir saya persembahkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala kenikmatan luar biasa yang tidak mungkin saya mampu menghitungnya dengan ucapan syukur alhamdulillah karena dengan-Nya segalanya menjadi mungkin. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Āmīn yā mujīb al-sā’ilīn. Selain ucapan terima kasih di atas, saya juga menyampaikan permohonan maaf kepada semuanya, terutama kepada kawan-kawan yang tulisannya tidak sempat ditampilkan dalam buku ini dikarenakan sudah melewati deadline untuk kepentingan proses penggandaan. Adapun transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam buku ini adalah transliterasi yang diambil dari The Library of Congress melalui https://www.loc.gov/catdir/cpso/romanization/arabic.pdf.Akan tetapi kata atau kalimat Arab yang sudah terbiasa digunakan di Indonesia tetap berlaku sebagaimana ucapan Indonesia. Demikian agar menjadi maklum. Terima kasih dan Alhamdulillah. Kampung Utan Ciputat Timur Tangerang Selatan, 7 Maret 2016 M/27 Jumādā al-Ūlā 1437 H
x | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Sambutan Isteri Penulis BERTEKAD MANDIRI DALAM BERUMAH TANGGA Hj. Nilfa Yetty Tanjung (Isteri/Pensiunan PNS Kementerian Agama/UIN Jakarta) Bismillahirrahmanirrahim Saya berkenalan dengan Mas Wito pada tahun 1976 ketika aktif di IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) Cabang Ciputat dan Posma (Pekan Orientasi Studi Mahasiswa) IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Oleh karena ia sebagai Komandan Regu dan suaranya medok maka saya sering mengajak temanteman untuk ngeledek-nya sambil mengatakan “Jawa….” dan beberapa teman mengikuti ajakan saya tersebut. Rupanya peristiwa inilah yang meyebabkan saya menjadi dekat dengan Mas Wito dan berakhir dengan pernikahan. Saya duga Mas Wito ketika itu adalah anak anggota ABRI berdasarkan sepatu dan potongan rambutnya. Pakaian yang digunakan Mas Wito pada waktu itu hanyalah itu-itu saja, jarang ganti karena ternyata Mas Wito hanya memiliki 2 pasang pakaian dan 1 pasang sepatu. Saya pernah ditanya Mas Wito tentang kesiapan berumah tangga. Apakah biaya harian cukup dengan Rp 1.500,-? Saya menjawab bahwa “Rp 1.000,- saja cukup, sambil saya merinci penggunaan uang dimaksud”. Melalui penjelasan saya ini, Mas Wito makin yakin bahwa penghasilan yang ia dapatkan akan mencukupi untuk hidup berumah tangga. Di situlah awal kemantapan kami akan hidup berumah tangga. Akhirnya pada tanggal 7 Desember 1980 dilaksanakan pernikahan di rumah Pak Nasran Taib di Pisangan Ciputat dan resepsinya dilaksanakan di Sanggar Pravitasari kampus IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ketika itu Mas Wito sedang menghadapi Ujian Akhir Semester (UAS) dan ada urusan dengan kepolisian karena ada pegawai yang tidak amanah. Secara bertahap, kami lakukan persiapan hidup berumah tangga dengan membeli perabot rumah tangga berupa kompor, ember, piring, sendok, gelas, dan panci karena Mas Wito sudah ngontrak di rumah Pak Pedo Rempoa. Mas Wito ngontrak selama 1 tahun, dan oleh pemilik rumah, Pak Pedo diberikan diskon yang dibayar hanya 10 bulan. Ketika itu uang yang dibayarkan untuk biaya kontrak Mungkin Segalanya Mungkin | xi
Sambutan
sebanyak Rp. 100.000 untuk setahun. Pak Pedo mengijinkan ruang petakan paling depan diplester dan diberi dinding kawat untuk menambah ruangan. Ruangan baru ini dijadikan ruang tamu yang ukurannya sekitar 2 x 3 meter. Kontrakan ini letaknya berdekatan dengan kantor Mas Wito bekerja yaitu Balai Pendidikan Keterampilan Muhammadiyah (BPKM). Letak rumah kontrakan ini termasuk berdekatan juga dengan kampus IAIN Syarif Hidayatullah yang ditempuh oleh Mas Wito dengan mengendarai sepeda. Biaya harian dan bulanan dapat dihemat karena Mas Wito menggunakan sepeda sebagai alat transportasinya. Kami memang sejak awal bertekad untuk mandiri dalam membina rumah tangga dengan tidak terikat keluarga. Sejak pernikahan, resepsi sampai tempat tinggal, secara umum kami yang mengurusnya sendiri, tidak melibatkan keluarga. “Kami sama-sama berawal dari 1 (satu) yaitu tekad, bukan dari nol”. Setelah menikah tanggal 7 Desember 1980, mulai 1 Maret 1981 saya memperoleh pekerjaan yaitu menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan mulai 1 April 1982 telah menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan pangkat Pengatur Muda Tingkat I ( II/b) karena saya berijazah Sarjana Muda. Saya ditugaskan di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tadinya saya diterima sebagai CPNS di 2 tempat yaitu di IAIN Jakarta dan di BP7. Oleh karena saya berkeinginan kuliah, maka akhirnya saya memilih IAIN Jakarta. Mas Wito ketika itu sebagai pegawai swasta dan masih kuliah. Kami tinggal di kontrakan Pak Pedo tersebut kurang dari 1 tahun. Ketika itu kami sudah mempunyai anak 1 orang yang kami beri nama Himmawaty Aliyah (Ima). Ketika di Rempoa, saya mendapatkan sebidang tanah seluas 100 meter yang saya beli dari Mardjuki bin Opang yang sebelumnya dia telah mewakafkan tanah ke Yayasan Sabilussalam.. Tanah yang saya beli tersebut berbatasan dengan tanah wakaf Sabilusalam di Kampung Utan yang Mas Wito turut mengurusnya. Ketika Ima berumur sekitar 6 bulan, pada tanggal 17 Agustus 1982, kami pindah dari rumah Pak Pedo di Rempoa ke Gang Bacang Kampung Utan. Rumah baru yang berukuran 3 x 10 meter tersebut belum ada daya listriknya dan untuk mendapatkan air harus memompa. Pada suatu hari, ketika ada acara aqiqah Nawal Albina (anak Aufa Fitria), Prof. Azyumardi Azra dan Isterinya hadir di rumah ini. Pak Azyumardi memberikan komentar terhadap rumah kami. “Ini benar-benar rumah tumbuh”, kata Pak Azyumardi. Kamipun tersenyum terhadap komentar Pak Azyumardi tersebut karena rumah yang ada sekarang bentuknya memang tidak menentu, nyambung sana, nyambung sisi, belok sana, dan belok sini. “Ya begitulah rumah kami, rumah tumbuh”. Selama di Kampung Utan, kami memiliki tambahan 3 anak yaitu 2 perempuan dan 1 lelaki. Sampai saat tulisan ini dibuat, anak kami berjumlah 4 orang: 3 perempuan dan 1 lelaki. Anak perempuan semuanya sudah menikah. Ketiga anak yang sudah menikah tersebut, sekarang sudah memiliki anak. xii | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Himmawaty Aliyah (anak pertama) dan Budi Hartono yang tinggal di Gang Bacang Kampung Utan memiliki 1 anak perempuan bernama Auna Layaly. Amalia Nikmah (anak kedua) dan Luqman Hakim yang sekarang tinggal di Malang telah memiliki 2 anak laki-laki dan perempuan, yaitu Raden Malik Syahid dan Azalia Najwa Hakim. Aufa Fitria (anak ketiga) dan Kristiyanto yang tinggal di Jalan H. Isa Rengas memiliki 1 anak perempuan bernama Nawal Albina. Dengan demikian, sampai sekarang kami sudah memiliki 4 cucu, tiga perempuan dan 1 lelaki. Aqbas Udhiya Suwito adalah anak keempat. Aqbas akan melangsungkan pernikahan dengan Sri Rizki Ananda, anak keluarga Sorkam Tapanuli Tengah yang tinggal di Bandung pada bulan September 2016. Ketika Mas Wito kuliah di Fakultas Pascasarjana, kami sering menerima tamu. Mereka adalah kawan Mas Wito mahasiswa Fakultas Pascasarjana IAIN Jakarta yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan ada yang dari Brunei Darussalam. Mereka datang sekitar 30 sampai dengan 40 orang setiap kali pertemuan. Acara ini dilaksanakan hampir setiap bulan. Suguhan yang kami berikan biasanya nasi berikut sayur, tempe, sambal dan ikan lele. Intinya, suguhan kami adalah makanan kampung yang amat sederhana. Usai makan, mereka gelar tikar dan tiduran di lantai sambil ngobrol tentang perkuliahan, kerumahtanggaan, politik, dan lainnya sampai sesudah waktu shalat ‘Asar. Para istri mahasiswa Pascasarjana tersebut juga memiliki perkumpulan ibuibu. Mereka mengadakan perkumpulan hampir sebulan sekali dan bergiliran tempat kumpulnya. Prof. Dr. Harun Nasution, Dekan Fakultas Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta waktu itu, sangat menganjurkan agar para mahasiswa yang sudah berkeluarga mengajak anggota keluarganya tinggal di Jakarta agar perkuliahan tidak terganggu. Dalam hidup berkeluarga, saya banyak dibantu oleh ibu saya, Hj. Rohani Pasaribu dan adik saya Raihanum Tanjung dalam hal mengurus anak, cucu dan lainlain di rumah. Mereka ikut bersama kami sejak kelahiran anak pertama (Himmawaty Aliyah) sampai tahun 2013. Sejak tahun 2013 sampai dengan sekarang mereka tinggal di rumah yang berada di Jalan H. Isa Rengas, satu kompleks dengan Aufa Fitria (anak ketiga). Selama berumah tangga, Mas Wito dapat melanjutkan kuliah sampai program doktor dan saya juga dapat melanjutkan kuliah sampai selesai program Sarjana Lengkap (Dra). Bahkan Mas Wito juga dapat meraih pangkat akademik dosen yang paling tinggi yaitu Profesor dengan golongan ruang Pembina Utama (IV/e). Sebelum aktif di IAIN/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Mas Wito aktif di IKIP Muhammadiyah Jakarta dan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) sehingga Mas Wito sempat menjadi Pembantu Dekan IV dan Pembantu Dekan I Fakultas Tarbiyah UMJ, Ketua Jurusan PAI dan Pembantu Dekan I Fakultas Agama Islam UMJ. Selain itu Mas Wito juga turut serta dalam pembukaan Program Magister Mungkin Segalanya Mungkin | xiii
Sambutan
Studi Islam pada Program Pascasarjana UMJ bersama Prof. Dr. Moh. Din Syamsuddin dan lainnya. Kegiatan di IKIP Muhammadiyah Jakarta dan UMJ dilaksanakan sore dan malam hari. Ketika masih aktif di UMJ, Mas Wito mulai aktif di Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) sampai sekarang dan berbagai kegiatan di Kopertais Wilayah I DKI Jakarta serta sering diajak mengikuti kegiatan Ditjen Binbaga Islam Departemen Agama. Selain itu sejak tahun 2006 sampai sekarang, Mas Wito aktif sebagai anggota Penilai Angka Kredit Dosen untuk kenaikan jabatan ke Lektor Kepala dan Guru Besar (Profesor) di Kementerian Agama dan di Dirjen Dikdi Depdikbud (sekarang Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi/Kemenristekdikti). Setelah Mas Wito mengetahui standar akreditasi maka Mas Wito tidak berkenan lagi dijadikan pejabat di UMJ atau di tempat lain. Setelah memperoleh Doktor, Mas Wito diminta Prof. Dr. Harun Nasution menjadi Asisten Direktur II dan Asisten Dosen. Setelah dari Program Pascasarjana Mas Wito menjadi Pembantu Rektor I dan IV pada masa kepemimpinan Prof. Dr. Azyumardi Azra sebagai Rektor dan disambung lagi menjadi Deputi Direktur III dan I serta Ketua Jurusan Program Doktor ketika Prof. Dr. Azyumardi Azra menjadi Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sampai dengan tulisan ini dibuat, Mas Wito menjadi Sekretaris Senat Universitas yang Ketuanya adalah Prof. Dr. H. M. Atho Mudzhar. Kepangkatan dan golongan ruang Mas Wito yang sudah disebut di atas sudah mentok sedangkan terhitung mulai 1 November 2012 saya pensiun dari kepegawaian di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kami sangat bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat yang tidak terhitung ini karena kehendak hidup mandiri, dapat terwujud. Mas Wito pada tanggal 7 Maret 2016 genap berusia 60 tahun. Melalui buku Otobiografi ini saya menyampaikan selamat ulang tahun kepada Mas Wito semoga tetap sehat dan sukses menjadi Mas sebagai suami, menjadi Bapak bagi anak-anak, menjadi Mbah bagi para cucu, menjadi Dosen bagi para mahasiswa dan seterusnya dan seterusnya. Saya juga turut menyampaikan banyak terima kasih kepada semuanya yang telah turut serta memberikan kata sambutan, ucapan selamat, dan komentar dalam buku Otobiografi ini, semoga amal usaha Bapak, Ibu, dan Saudara mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Saya juga menyampaikan permohonan maaf jika ada hal yang kurang berkenan dari keluarga kami. Salam dan terima kasih. Kampung Utan, 1 Februari 2016
xiv | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Sambutan Kuti Prof. M. Yunan Yusuf SI LASAK YANG TAK PERNAH DIAM Sambutan untuk “MUNGKIN SEGALANYA MUNGKIN: Otobiografi Suwito“ Prof. Dr. M. Yunan Yusuf (Sebagai Kuti/Abang/Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Ketika Suwito meng-e-mail saya meminta agar bersedia memberikan kata sambutan untuk penerbitan buku otobigrafinya yang berjudul “MUNGKIN SEGALANYA MUNGKIN: Otobiografi Suwito“, dengan segala senang hati dan bercampur haru saya terima permintaan tersebut. Gembira, karena wong deso Lebak Kulon Sukolilo Pati Jawa Tengah ini, di usianya yang ke 60, sudah melanglang buana, nyaris menaklukkan dunia. Berbagai negara di dunia sudah disinggahinya. Seperti yang ia tulis dalam otobiografi itu, persinggahan tersebut ia mulai dari Jordania (Juni 1999), Syria (1999), Arab Saudi untuk Umrah (Desember 1999 dan Desember 2000), Libanon (September 1999), Turki (1999), dan Mesir (Desember 1999 dan Desember 2000). Kemudian dilanjutkan ke Thailand (September 2002 dan Maret 2006), Malaysia (Oktober 2002, Desember 2003, Agustus 2005, Agustus 2006, April 2007), Arab Saudi (sebagai tamu Rabithah Alam Islamy) untuk menunaikan ibadah haji (Januari 2003, April 2005), Canada (Februari 2004, September 2005), Singapura (April 2007), dan Mesir (April 2005). Selanjutnya ke Eropa atas undangan Ahmadiyah untuk menghadiri acara Jalsah Salanah (Pertemuan Tahunan) di Frankfurt Jerman, lalau ke Belanda, Perancis, (Juli-Agustus 2007), Mesir (Mei 2008), Arab Saudi (Juni 2008), Malaysia (Februari 2009, Agustus 2009), Singapura (Maret 2009, April 2009), dan Australia yaitu di Sydney, Canberra, dan Melbourne (Desember 2011). Terakhir baru-baru ini ke Malaysia (Maret 2012, Januari 2015), Jerman, Belanda, Perancis, Austria, dan Cekoslovakia (Juli-Agustus 2012), Korea Selatan (November 2013), dan Singapura (Januari 2015). Ini adalah capaian seorang anak desa/kampung yang nyaris menaklukkan negeri-negeri di dunia. Terharu, karena panggilan akrab khas Sorkam/Sibolga, yakni “Kuti” (yang berarti Abang) ia pergunakan menyapa saya. Tiga kali ia pakai panggilan akrab tersebut dalam e-mail permintaan itu. Tulis Suwito: “Dengan hormat saya Mungkin Segalanya Mungkin | xv
Sambutan
sampaikan bahwa pada tanggal 7 Maret 2016 saya berusia 60 tahun. Untuk menyambut hal tersebut saya bermaksud meluncurkan otobiografi yang berjudul Mungkin Segalanya Mungkin. Saya sangat mengharap kesediaan Kuti Yunan untuk menulis kata sambutan yang akan saya cantumkan dalam buku otobiografi tersebut. Sebagai bahan pertimbangan, terlampirkan saya sertakan draft otobiografi tersebut yang masih perlu saya perbaiki karena masih adakesalahan dan kekurangan. Oleh karena waktu penggandaan sudah dekat, dengan hormat saya mohon kata sambutan yang Kuti tulis dapat saya terima sebelum tanggal 22 Februari 2016 melalui e-mail dengan alamat
[email protected]. Atas kesediaan Kuti sebelumnya saya sampaikan banyak terima dan permohonan maaf.” Sebagai yang telah saya sebut di atas, bahwa panggilan Kuti itu adalah khas Sorkam/Sibolga. Yang menyapa saya dengan panggilan itu hanyalah orang-orang asal Sorkam/Sibolga yang berada pada posisi penuturan sebagai adik bagi saya. Oleh sebab itu rasa haru saya tidak mampu saya bendung, karena sapaan itu yang dipergunakan Suwito dalam e-mail, dan juga dalam tuturan sehari-hari bila bertemu dengan saya. Hanya Suwito satu-satunya orang yang bukan orang yang berasal dari Sorkam/Sibolga yang menyapa saya dengan sapaan “Kuti” itu. Saya mengenal Suwito di sekitar tahun 1976. Ketika itu saya sudah berada di Jakarta dua tahun, karena saya hijrah dari Padang Panjang dan menginjakkan kaki di Jakarta pada tahun 1974 dan ingin mendaftar di Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Namun karena sudah terlambat, akhirnya saya mendaftar lagi pada tahun berikutnya, 1975 di Fakultas Ushuluddin pada Jurusan Perbandingan Agama. Sebagai aktifis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sejak dari Padang Panjang, karena saya sudah menjadi Sarjana Muda ketika ke Jakarta, saya segera mengaktifkan diri dalam IMM ketika berada di Ciputat. Kebetulan pada tahun 1976 itu berlangsung Musyawarah Daerah (Musyda) IMM DKI Jakarta Raya. Oleh IMM Cabang Ciputat saya bersama Saudara Zuffran Sabrie diusung sebagai calon dalam Musyda tersebut. Alhamdulillah terpilih, sehingga saya menjadi Ketua Umum Dewan Pimpinan Daerah (DPD) IMM dan Sekretaris Umum Zuffran Sabrie, priode 1976-1979. Jadi melalui aktivitas IMM inilah saya mengenal lebih dekat Suwito. Interaksi kegiatan dalam IMM membuat hubungann saya dengan Suwito menjadi dekat. Sesuai dengan judul sambutan ini SI LASAK YANG TAK PERNAH DIAM, Suwito sangat dikenal di kalangan IMM sebagai orang yang banyak akal dan inisiatif. Ada-ada saja yang dia kerjakan. Orangnya sangat lasak, tidak mau diam. Selesai satu kegiatan dia kerjakan kegiatan yang lain. Tidak berlebihan bila saya katakan Suwito menerapkan kandungan firman Allah dalam surah As-Syarh (94) ayat 7:
xvi | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
٧ ﺼ ۡﺐ َ ﻓَﺈ ِ َذا ﻓَ َﺮ ۡﻏﺖَ ﻓَﭑﻧ Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Benar, banyak penafsiran yang diberikan oleh para mufassir terhadap ayat ini. Antara lain, apabila engkau (Muhammad) telah selesai berdakwah maka beribadahlah kepada Allah; apabila engkau telah selesai melaksanakan urusan dunia maka kerjakanlah urusan akhirat; apabila telah selesai mengerjakan shalat maka berdo’alah; dan juga bila telah selesai mengerjakan satu pekerjaan baik lakukanlah pekerjaan berikutnya. Jangan pernah tidak berbuat. Dengan kata lain, lasak lah, jangan pernah diam. Masih segardalam ingatan saya, pada waktu-waktu penerimaan mahasiswa baru IAIN, tiga organisasi ekstra kampus IMM, PMII, dan HMI berebut calon anggota. Segala cara dan upaya dilakukan untuk merebut simpati calon mahasiswa baru agar masuk ke dalam organisasi ekstra tersebut. Tentu saja upaya tersebut dilakukan sedemikian rupa dengan cara-cara yang dibenarkan secara etis bagaimana menarik hati para calon mahasiswa baru tersebut. Suwitolah yang mempunyai banyak inisiatif dengan menggerakkan aktifis lainnya untuk melakukan kegiatan-kegiatan menjelang penerimaan mahasiswa baru tersebut dengan menebar brosur, pamplet, komunikasi personal, lambang-lambang IMM dalam berbagai kemasan yang dibagikan kepada calon mahasiswa baru tersebut. Para calon mahasiswa baru itu diajak untuk mengikuti bimbingan tes masuk IAIN yang diadakan oleh Pimpinan Cabang IMM Ciputat. Pelaksaan bimbingan tes itu dilakukan di Asrama Fastabiqul Khairat, asrama anggota IMM yang masih mengikuti perkuliahan. Dengan pelaksanaan bimbingan tes di asrama tersebut, sekaligus memperkenalkan fasilitas yang dipunyai oleh IMM bagi para immawan, istilah anggota IMM laki-laki dan immawati, istilah anggota IMM perempuan. Alhamdulillah melalui kegiatan promosi yang beragam tersebut jumlah penerimaan anggota baru IMM naik secara siginifikan. Saya menyelesaikan studi sarjana pada Fakultas Ushuluddin Jurusan Perbandingan Agama pada tahun 1978. Pada tahun 1980 sebagai Dosen Luar Biasa di Fakultas Keguruan dan Ilmu Sosial (FKIS) IKIP Muhammadiyah Jakarta. Beberapa tahun kemudian, sebagai mantan Ketua Umum DPD IMM DKI Jakarta, saya diajak oleh Kak Husni Thamrin (senior saya di IMM DKI Jakarta) untuk membantu beliau di FKIS IKIP Muhammadiyah Jakarta. Saya diminta menduduki tugas sebagai Pembantu Dekan IV, Bidang Al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Melalui kesempatan ini, saya melakukan berbagai perubahan dalam kurikulum Al-Islam, Kemuhammadiyahan, dan Bahasa Arab (yang disingkat AIK). Kurikulkum ini merupakan ciri khas dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Mata
Mungkin Segalanya Mungkin | xvii
Sambutan
kuliah Al-Islam, Kemuhammadiyahan, dan Bahasa Arab, dirumus ulang untuk menmgikuti perkembangan zaman. Untuk itu diperlukan dosen-dosen yang nota bene berlatar belakang Muhammadiyah. Pengalaman masa lampau yang menitipkan mata kuliah ini kepada dosen-dosen yang tidak mempunyai latar belakang Muhammadiyah, membuat mata kuliah itu menyimpang dari apa yang diinginkan oleh Muhammadiyah. Itulah sebabnya, sebagai Pembantu Dekan Bidang Al-Islam Kemuhammadiyahan, saya merekrut dosen-dosen baru yang berasal dari alumni IMM Cabang Ciputat. Mereka antara lain, Yusran Razak, Pua Basa, Burhanuddin Yusuf, Antasa Suryana, Afifi Fauzi Abbas, Sudarnoto Abdul Hakim, Ahmad Dardiri, Muhbib Abdul Wahab, Nandi Rahman, Ma’rifat Iman, Anwar Abbas, Mahmud Jalal, Pardi Yatim, Din Syamsuddin, Asril Dt. Paduko Sindo, Munzir Hitami, Zamahsyari, Afni Rasyid, Oka Gunawan, Syamsuddin Dasan, dan tentu saja Suwito sendiri termasuk di dalamnya. Agar penggarapan perubahan kurikulum tersebut berjalan intensif, maka para dosen FKIS IKIP Muhammadiyah yang berlatar belakang IMM Ciputat bersepakat melakukan diskusi rutin setiap bulan dan secara kebetulan disepakati di rumah saya, di Jalan Solo, Kampung Utan, Cempaka Putih Ciputat. Diskusi rutin tersebut sangat produktif, sehingga kita berhasil menulis buku daras untuk mata kuliah Al-Islam, Kemuhammadiyahan, dan Bahasa Arab. Kepada Suwito dan Ahmad Dardiri diserahi tugas untuk menyusun buku daras Bahasa Arab, yang kemudian terbit dengan judul Al-Basith. Dari diskusi rutin itu pula lahir bukubuku yang lain seperti, Aqidah, Pendidikan Agama, Al-Islam, Kemuhammadiyahan, dan Ensiklopedi Muhammadiyah. Dari diskusi rutin itu pula lahir gagasan dari Suwito agar setiap kita para dosen Al-Islam, Kemuhammadiyahan dan bahasa Arab dapat menyisihkan sebahagian dari penghasilannya mengajar di FKIS IKIP Muhammadiyah Jakarta dalam bentuk tabungan bersama. Uang yang terkumpul tersebut dapat membantu teman-teman untuk membantu membeli tanah, membangun rumah, atau untuk kebutuhan lainnya yang mendesak. Suwito mencetak kartu untuk keperluan simpanan tersebut, yang sampai sekarang masih saya simpan copy-nya. Kartu itu pula yang dengan sedikit modifikasi saya pergunakan untuk keperluan yang sama di pengajian Masjid Al-Hikmah Bumi Yapemas Tambun, Bekasi dan arisan keluarga Bakti Famili di Ciputat. Pasca-Muktamar Muhammadiyah ke-42 Banda Aceh, oleh PP Muhammadiyah saya diberi amanah menjadi Ketua Majlis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 1995-2000. Tanpa berpikir panjang, mengingat begitu lasak-nya Suwito dalam beraktivitas, saya meminta dia menjadi Sekretaris Majlis Dikdasmen PP Muhammadiyah. Majlis ini mengelola lebih kurang 15.000 sekolah, madrasah dan pesantren Muhammadiyah yang xviii | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
tersebar di seluruh Indonesia, Di samping Suwito, sejumlah aktivis IMM Cabang Ciputat lainnya ikut ke dalam jajaran Majlis tersebut, antara lain Anwar Abbas, Yusran Razak, Afifi Fauzi Abbas, Firmansyah, Astuti Muchtar dan lainnya. Sayang sekali, disebabkan faktor tempat yang sangat jauh, antara Ciputat dan Menteng Raya Jakarta Pusat, di kawasan PP Muhammadiyah berkantor, dan untuk menyelesaikan studi doktornya, Suwito kemudian minta mengundurkan diri dari Sekretaris Majlis Dikdasmen. Waktu itu, dengan mempergunakan kendaraan bus kota, becak, helicak, jarak tempuh dari Ciputat ke Menteng Raya Jakarta Pusat, harus naik kenderaan tiga kali. Pertama dari Ciputat ke Blok M, dengan bus kota, kedua Blok M ke Sarinah, juga dengan bus kota, dan ketiga, naik becak atau helicak dari Sarinah ke Menteng Raya. Saya tidak ingat lagi berapa rupiah yang harus dikeluarkan untuk datang ke Menteng Raya dan kembali lagi ke Ciputat. Sementara Majlis Dikdasmen belum mampu memberikan uang transport. Saya sendiri juga terkadang, kalau mau ke Menteng Raya, bila tidak punya uang sesekali numpang bis, yang kebetulan banyak kondekturnya orang Medan. Dengan berbisik dalam bahasa Batak “manuppang jolo ba” (numpang dulu ya), saya dapat juga sampai di Menteng Raya. Untuk mengatasi hal tersebut, atas usul Suwito, kita pernah mendiskusikan gagasan bagaimana cara mendapatkan uang dalam kegiatan Majlis ini. Jabatan Suwito sebagai Sekretaris Majlis Dikdasmen tersebut digantikan oleh Yusran Razak. Gagasan bagaimana cara mendapatkan uang di atas yang pernah saya diskusikan dengan Suwito, kemudian kita kembangkan menjadi program andalan Majlis Dikdasmen PP Muhammadiyah dalam fund rising (pengumpulan dana). Program tersebut diberi namadengan Uang Infaq Siswa (UIS) dan Uang Infaq Guru (UIG). Dengan ketentuan, UIS 50% uang sekolah 1 bulan untuk 1 tahun, sedangkan UIG 10% gaji guru 1 bulan untuk 1 tahun. UIS dan UIG tersebut didistribusikan oleh sekolah, madrasah dan pesantren Muhammadiyah, masingmasing ke Majlis PP 10%, ke Majlis PWM 15%, Majlis PDM 25%, dan Majlis PCM 50%. Alhamdulillah program UIS dan UIG ini memberikan hasil yang sangat signifikan. Untuk pendistribusian 10% ke Majlis PP, terkumpul uang setiap tahun Rp 1,6 milyar. Itu sebabnya Majlis Dikdasmen PP Muhmmadiyahkemudian bisa membeli mobil sendiri untuk keperluan operasional serta memberi pinjaman lunak kepada sekolah, madrasah dan pesantren dalam mengembangkan pendidikannya. Sayang sekali pinjaman lunak ini, yang tadinya dimaksudkan untuk dana bergulir yang dapat mengembangkan sekolah, madrasah, pesantren Muhammadiyah mandek. Disebabkan hampir 80% danapinjman lunak ini mengalami kemacetan, alias tidak kembali lagi. Akhirnya Suwito, yang lasak ini, menjadi bahagian dari kelurga saya. Ayah Nilfa, Buchari Abidin Tanjung (yang disingkat dengan BAT), dalam tuturan Mungkin Segalanya Mungkin | xix
Sambutan
kekeluargaan di Batak Pesisir, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, saya panggil dengan Mamak (paman), sementara ibu Nilfa, Siti Rohani, saya panggil dengan ibu. Ketika Suwito hendak melamar Nilfa sebagai isterinya, Mamak BAT berkalikali minta informasi tentang Suwito kepada saya. Bagaimana kepribadiannnya, keadaan keluarganya, sosialisasinya dan sebagainya. Maklum ketika itu di kalangan para orang tua, masih tersisa stereotype tentang orang Jawa itu adalah orang-orang “kuli/kontrak”. Sterotype ini adalah peninggalan zaman Belanda yang berpotensi ingin memecah belah bangsa Indonesia. Dalam ajaran Islam tidak ada perbedaan antara orang Arab dan bukan Arab, orang Jawa dan orang Sumatera, kecuali pada ketakwaannya. Saya kemudian meyakinkan Mamak BAT bahwa Suwito adalah seorang anak yang baik, tekun dan baik agamanya. Demikianlah Allah SWT menjodohkan Suwito dengan Nilfa. Itulah beberapa catatan saya dalam menyambut diluncurkannya buku “MUNGKIN SEGALANYA MUNGKIN: Otobiografi Suwito“, memasuki usianya yang ke-60 tahun. Doa saya sekeluarga, di sisa usia - yang hanya Allah Yang Maha tahu berapa tahun lagi yang tersisa – semoga hidup lebih bermakna dan bermanfaat bagi orang lain.*** Griyasatwika, 220220161004.
xx | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Sambutan Ketua Senat UIN Jakarta PROF. DR. SUWITO YANG DISIPLIN DAN TEKUN Prof. Dr. H.M. Atho Mudzhar (Ketua Senat Universitas/Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta/ Penilai Alih Status IAIN Menjadi UIN/Mantan Ketua Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama/Mantan Rektor IAIN Imam Bonjol Padang/Mantan Rektor IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
Bismillahirrahmanirrahim Pertama-tama saya mengucapkan terima kasih diberi kesempatan untuk memberikan kata sambutan ini. Selanjutnya saya mengucapkan selamat ulang tahun kepada Professor Dr. Suwito yang pada tanggal 7 Maret 2016 genap berusia 60 tahun. Saya juga mengucapkan selamat atas diterbitkannya buku otobiografi berjudul: Mungkin Segalanya Mungkin: Otobiografi Suwito ini (selanjutnya disebut: Otobiografi Suwito). Penulisan biografi dan otobiografi adalah tradisi yang masih perlu dikembangkan dalam masyarakat Indonesia, khususnya dikalangan kaum intellektual. Tidak banyak orang yang sempat dituliskan biografinya oleh orang lain, atau menulis otobiografinya sendiri. Menulis otobiografi memerlukan dorongan yang kuat untuk melakukannya, karena selain tidak ada orang lain yang “menekan”nya juga memerlukan daya ingatan yang kuat dan catatan-catatan pendukung yang rinci dan tersimpan rapi untuk masa yang lama. Di sinilah kita memberikan apresiasi kepada buku Otobiografi Suwito ini karena informasinya yang rinci di dalamnya. Tentu saja salah satu manfaat otobiografi adalah untuk menjadi bahan pelajaran atau sekurang-kurangnya sebagai bahan pembanding kehidupan bagi pembacanya. Lebih dari itu, dalam ilmu penelitian sejarah, otobiografi adalah salah satu sumber penting bagi suatu penulisan sejarah. Dalam hal ini ke depan, orang yang akan melakukan penelitian tentang sejarah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta atau bahkan tentang perguruan tinggi keagamaan Islam di Indonesia pada umumnya, tidak dapat mengabaikan informasi yang termuat Mungkin Segalanya Mungkin | xxi
Sambutan
dalam buku Otobiografi Suwito ini. Misalnya, bagaimana proses persiapan perubahan IAIN menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, diuraikan dengan rinci dalam Otobiografi Suwito ini, tentu saja dalam persepsi penulisnya. Para penulis sejarah tentu juga menyadari bahwa keterlibatan seseorang dalam suatu proses perubahan sosial adalah bagian dari suatu proses yang lebih besar yang melibatkan banyak orang yang masing-masing mempunyai peranan sesuai statusnya masingmasing. Dari buku otobiografi ini kita melihat bahwa di balik nama besar Prof. Dr. Azyumardi Azra selaku rektor, rupanya ada tokoh penting lain, yaitu Prof. Dr. Suwito selaku Pembantu Rektor Bidang Akademik yang mendukung segala persoalan teknis yang diperlukan bagi perubahan IAIN menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2002. Saya lupa kapan saya kali pertama bertemu dengan Prof. Suwito, kalau tidak salah pada awal tahun 1990-an ketika saya mengajar sebuah mata kuliah seminar tentang Islam dalam bahasa Inggris pada Program Pascasarjana (waktu itu belum disebut Sekolah Pascasarjana) UIN (waktu itu masih IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Beberapa mahasiswa yang rajin hadir ketika itu, dua di antaranya saya masih ingat dengan baik sampai sekarang, yaitu Suwito (sekarang Prof. Dr. Suwito) dan Amany Lubis (sekarang Prof. Dr. Amany Lubis). Dalam kelas itu saya menggunakan sebuah textbook tentang Islam dalam bahasa Inggeris dan semua pembahasan oleh dosen dan mahasiswa harus menggunakan bahasa Inggris. Sesungguhnya matakuliah itu tidak diberi bobot SKS, tetapi mungkin karena mahasiswa merasa memerlukannya maka banyak mahasiswa yang mengikutinya meskipun mereka juga harus melaksanakan tugas membuat makalah mingguan di rumah. Bahkan saya sempat mendengar komentar seorang mahasiswa di luar kelas yang mengatakan bahwa matakuliah non-SKS itu ternyata tugas-tugasnya lebih berat dari matakuliah ber-SKS. Di situlah saya mulai menandai ketekunan seorang mahasiswa bernama Suwito, selain Amany Lubis. Ketika membaca buku Otobiografi Suwito ini, saya bertanya dalam hati bagaimana bisa orang-orang besar seperti Prof. Dr. Harun Nasution, Prof. Dr. A. Malik Fadjar, dan Prof. Dr. Azyumardi Azra menunjuk Prof. Dr. Suwito sebagai asisten mereka ketika mengajar berbagai matakuliah pendidikan Islam pada program pascasarjana di berbagai perguruan tinggi? Sungguh saya tidak tahu jawabannya, tetapi dari informasi dalam buku otobiografi ini samar-samar saya mulai memahami mungkin salah satunya karena ketekunan dan kedisiplinan Prof. Dr. Suwito. Pada awal tahun 1990-an, ketika ia telah menyelesaikan semua tugas perkuliahan untuk program doktornya dan sambil menulis disertasinya, ternyata ia secara teratur mengikuti semua matakuliah yang diajarkan pada Pascasarjana IAIN Jakarta ketika itu sebagai mahasiswa pendengar (mustami’). Rata-rata empat matakuliah setiap semesternya, katanya dalam suatu obrolan lisan dengan saya, termasuk kelas-kelas yang telah ia ambil sebagai matakuliah wajib. Jadi, ia telah xxii | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
mengikuti seluruh matakuliah Prof. Dr. Harun Nasution, seluruh matakuliah Prof. Dr. A. Malik Fadjar, seluruh matakuliah Prof. Dr. Azyumardi Azra, dan seluruh mata kuliah saya. Itulah sebabnya mungkin ia memperoleh ilmu (dan tentu saja jaringan) lebih dari takaran minimal untuk suatu program studi. Kebiasaan menjadi mahasiswa pendengar ini jarang dilakukan orang. Menurut saya, kebiasaan ini seharusnya dilakukan oleh semua mahasiswa. Di University of California at Los Angeles (UCLA), California, USA, tempat saya menempuh Program Doktor dulu, kebiasaan “to sit in” atau “sitting in” atau lebih tepatnya unregistered students itu banyak dilakukan mahasiswa. Saya sendiri ketika itu ikut duduk di satu atau dua matakuliah setiap semesternya. Bahkan yang lebih menarik lagi di sana, kebiasaan menjadi pendengar itu juga dilakukan oleh para dosen. Mereka, para dosen itu, biasa ikut duduk di kelas koleganya. Kelas tentang sejarah Islam klasik yang diasuh oleh Prof. Dr. Michael Morony yang saya ambil ketika itu misalnya, seringkali dihadiri oleh seorang dosen bernama Prof. Dr. Bierman. Di kelas itu Prof. Bierman duduk di kelas yang berlangsung selama tiga jam itu, diam tak berkata apa pun kecuali ditanya oleh Prof. Morony. Mereka baru nampak bercengkrama ketika istirahat sejenak, setelah perkuliahan berlangsung satu setengah jam. Saya kira kebiasaan menjadi pendengar ini, perlu dikembangkan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Di kelas-kelas saya di Pascasarjana UIN Jakarta, hal itu saya perbolehkan dan saya praktikkan. Biasanya pada kuliah pertama saya katakan bahwa para mahasiswa pedengar dipersilakan, tetapi baru boleh berbicara atas izin “pimpinan sidang”, saya berseloroh. Manfaatnya, tentu jelas, memperluas wawasan si pendengar, baik dosen ataupun mahasiswa, dan menjaga standar mutu pengajaran, ketika si pendengar itu adalah sesama dosen. Sebelum memperoleh gelar doktor, Prof. Suwito muda banyak menggeluti bidang pendidikan bahasa Arab. Ketika menulis disertasi, ia memilih judul disertasinya: “Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Ibn Miskawaih.” Setelah menyelesaikan program doktornya, ia pun mengajar di berbagai program Pascasarjana tentang pendidikan Islam. Kemudian sejak menjabat Pembantu Rektor Bidang Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 25 Agustus 2000 mendampingi Prof. Dr. Azyumardi Azra sebagai rektornya, Prof. Suwito mulai menulis makalah-makalah tentang administrasi dan manajemen pendidikan tinggi, khususnya pendidikan tinggi keagamaan Islam. Setelah itu tulisannya merambah ke bidang baru, yaitu manajemen pendidikan tinggi. Dengan kedisiplinan dan ketekunaannya, ia melakukan otodidak dengan cepat. Ia bahkan segera dikenal sebagai orang yang sangat paham tentang pengembangan pendidikan tinggi agama Islam, sehingga ia pun “laris” diundang oleh berbagai UIN, IAIN, dan STAIN di seluruh Indonesia yang ingin “ngaji” tentang berbagai kiat pengelolaan perguruan tinggi, termasuk soal akreditasi program studi dan institusi, bahkan juga tentang kiat perubahan IAIN menjadi UIN dan STAIN menjadi IAIN. Mungkin Segalanya Mungkin | xxiii
Sambutan
Sebagai Sekretaris Senat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sejak September 2014, Prof. Dr. Suwito, terus memperlihatkan kedisiplinan dan ketekunannya. Sebagai ketua Senat, saya merasa sangat terbantu dengan kehadiran beliau di situ. Apapun yang kita sepakati dalam rapat pada suatu hari, esoknya segera muncul di atas meja saya berbagai konsep surat sebagai tindaklanjutnya. Ide-ide inovatifnya untuk meningkatkan peran Senat untuk tiga tahun ke depan, terus mengalir. Karena takut lupa kalau ditunda, terkadang saya mengirim e-mail atau sms kepada Prof. Suwito pukul 23.00 malam atau pukul 5.00 pagi dan seketika itu juga ia memberikan responnya. Terkadang juga ketika itu ia sesungguhnya sedang berada di luar kota. Saya berdoa semoga Prof. Dr. Suwito diberi umur panjang dan kesehatan yang sempurna, sehingga ia akan mendapat kesempatan lebih lama untuk menyumbangkan pikiran dan tenaganya bagi pengembangan dan kemajuan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya, dan kemajuan pendidikan tinggi Islam serta pendidikan nasional Indonesia pada umumnya. Allāhumma ţawwil ‘umrahu wa aslih a‘mālahu. Wassalām. Tangerang Selatan, 16 Februari 2016.
xxiv | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Sambutan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta PROF. DR. SUWITO YANG SAYA KENAL Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. (Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Semua dekan, wakil dekan akademik, ketua jurusan, dan program studi pasti sangat memahami sosok yang sangat populer di UIN Jakarta ini. Ia adalah orang yang selalu membuat kesal mereka karena setiap menyelesaikan pelaporan program studi untuk akreditasi, pasti disalahkan oleh beliau. Terkadang pemikirannya melampaui kriteriakriteria yang sudah ada sebagai turunan dari sebuah regulasi, sehingga banyak dari mereka bergumam, “Apa sih maunya Pak Wito?” Jika saran dan masukannya diikuti pelan-pelan, dengan memaksimalkan data yang ada, pasti hasilnya sesuai harapan. Tidak sedikit, sebuah program studi, ketika diajukan untuk akreditasi, secara kasat mata, program studi tersebut baik, bahkan sangat baik untuk ukuran Indonesia jika dibanding dengan program studi yang sama di tempat yang berbeda, tapi begitu keluar putusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT), ternyata peringkat yang diperoleh di bawah harapan. Prof. Dr. Suwito, M.A. adalah Guru Besar yang mendedikasikan ilmu, skill dan keterampilannya di UIN Jakarta, namun banyak waktunya untuk secara aktif terlibat di BAN PT, sebagai asesor dan juga tenaga ahli yang terkadang diperlukan oleh lembaga akreditasi tersebut, khususnya untuk bersama-sama membahas instrumen, mengembangkannya, atau menjelaskannya di berbagai perguruan tinggi di daerah. Dia sangat populer di lingkungan perguruan tinggi keagamaan Islam, karena sangat dedikatif dalam mempromosikan programstudi keagamaan Islam untuk diakreditasi oleh BAN PT, sesuai amanah dariUndang-Undang No. 20 tahun 2003, yang kini diperkuat dengan Undang-Undang No. 12 tahun 2012. Prof. Dr. Suwito termasuk salah satu dari sekian ribu anak madrasah desa yang berkesempatan untuk bertransformasi melalui jalur pendidikan, dan luar biasa, dia sukses menjalani semua jenjang pendidikan keagamaan yang ada di Indonesia ini. Akan tetapi, dia tetap menjadi seorang dosen yang bersahaja. Kendati hidupnya Mungkin Segalanya Mungkin | xxv
Sambutan
sudah berkecukupan, dia masih sering setia dengan sepeda ontelnya, untuk bepergian ke kantor, mengajar, dan lain-lain. Barangkali sikap inilah yang sukar ditiru oleh kebanyakan orang yang bertransformasi, karena biasanya mereka penuh kepenasaranan terhadap sesuatu yang belum pernah dialaminya, dan selalu ingin mencoba manakala kemampuannya meningkat. Begitu banyak sarjana lulusan IAIN yang kini telah menjadi masyarakat beruntung karena bisa bertransformasi, dan itulah keajaiban pendidikan mampu mengubah sebuah masyarakat. Makin baik kualitas pendidikan yang diperoleh para siswa dan mahasiswanya, maka akanmakin baik pula masa depan masyarakatnya. Untuk itulah, Indonesia memaksa dirinya untuk memperbaiki kualitas pendidikan melalui penguatan regulasi dan evaluasi lewat program akreditasi. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Pasal 1 ayat 22, ditegaskan, bahwa akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan program dalam satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Undang-Undang pendidikan ini mendorong bahwa pengukuran kualitas itu bukan dengan melihat pada skor akhir nilai para siswa atau mahasiswa, tapi terpenuhinya kriteria penyelenggaraan pendidikan secara komprehensif, tidak hanya gedung yang mewah, tapi juga dosen, perpustakaan, laboratorium, kurikulum, pembiayaan, pengelolaan dan bahkan sistem penilaian yang memberikan jaminan kualitas penyelenggaraan pendidikan. Bahkan untuk perguruan tinggi yang diatur dengan UU No. 12 tahun 2012, sebuah program studi baru dapat menyelenggarakan layanan perkuliahan kepada para mahasiswa apabila sudah terakreditasi (Ps 60 ayat 4).Saat izin pertama diberikan, program studi tersebut harus sudah memenuhi kriteria akreditasi, dan jika tidak terakreditasi, program studi tersebut tidak boleh memberikan ijazah (ps. 44 ayat 2). Inilah era transformasi Indonesia menjadi sebuah negara modern yang menyerahkan otoritas pengelolaan pendidikan tinggi pada sistem, bukan pada orang. Inilah hakikat dari sebuah demokrasi, menyerahkan kekuasaan pada publik dengan regulasi yang dihasilkan lembaga perwakilan mereka. Tahun 2012 merupakan momentum yang amat bersejarah bagi perguruan tinggi di Indonesia karena sudah memiliki Undang-Undang khusus yang mengatur pendidikan tinggi, dan mengatur tata cara perizinan, akreditasi, dan penerimaan mahasiswa baru. Hampir semua pendidikan tinggi di Indonesia menyambut hangat Undang-Undang tersebut.Pengelolaan pendidikan tinggi menjadi lebih jelas batas dan ukuranukurannya, tidak ada lagi kekuatan pada orang, pada uang, atau lobi-lobi kedekatan, melainkansemua ditata secara terang, akuntabel dan objektif melalui standard operating procedure (SOP). Prof. Dr. Suwito berada dalam perputaran ini, dan UIN Jakarta sangat terbantu oleh beliau dengan kerajinannya mengelaborasi pasal-pasal regulasi tersebut menjadi butir-butir kriteria yang harus dipenuhi setiap program studi, walaupun terkadang kriteria yang ditawarkannya belum dipakai oleh lembaga xxvi | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
resmiperizinan atau BAN PT. Di sinilah banyak ketua program studi sering protes, dan bersikap membangkang, walaupun tidak bisa kita pungkiri, bahwa kriteria yang ditawarkannya, memang relevan untuk peningkatan kualitas program studi. Selamat berulang tahun yang ke-60 Prof Suwito, semoga terus berkarya, dan tidak surut kendati usia makin senja.
Mungkin Segalanya Mungkin | xxvii
Sambutan
xxviii | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Sambutan Dekan FITK UIN Jakarta PROF. DR. SUWITO, M.A. YANG SAYA KENAL Sosok Yang Penuh Ide, Kreatif, Kontributif, dan Progresif Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. (Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Sebagai sahabat sekaligus sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah saya menyambut baik dan sangat gembira kehadiran buku otobiografi Prof. Dr. Suwito, M.A. dalam rangka peringatan ulang tahun ke60, pada tanggal 7 Maret 2016. Sebab, ada dua manfaat yang diperoleh sekaligus, yaitu manfaat subjektif dan manfaat objektif. Manfaat subjektifnya, Pak Suwito mampu mengungkapkan kembali apa yang telah dilalui dan dialaminya selama ini, baik pengalaman manis, maupun pengalaman pahit, yang dihasilkan untuk dirinya maupun yang dihasilkannya untuk orang lain, dan segala hal yang dilaluinya, baik pada saat menjadi pejabat maupun tidak. Bukan hal yang mudah mengungkapkan kembali semua itu dalam bentuk tulisan yang utuh dan runtut. Manfaat objektifnya, adalah apa yang menjadi pengalaman hidup Pak Suwito yang terungkap dalam otobiografi itu dapat menjadi pengetahuan, pelajaran, yang berharga bagi siapa pun yang mau mengambil pelajaran darinya. Ini semua dapat menjadi pelajaran tidak hanya bagi keluarganya, anak dan cucu-cunya, tetapi juga oleh mahasiswanya, dan sehabat-sahabatnya, bahkan siapa pun. Dalam menyambut ulang tahun Pak Suwito yang ke-60, saya juga ingin menyampaikan kesan dan pengalaman saya ketika selama ini bersama dengan beliau, baik sebagai sahabat, sebagai sesama dosen, maupun sebagai pejabat dalam lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk mengenal seseorang ternyata banyak jalannya. Saya mengenal Pak Suwito ketika saya mulai mengikuti kuliah di Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah pada tahun 1989. Pada waktu itu Pak Suwito yang pada waktu itu masih menyandang Sarjana (S-1) dan menjadi dosen di Fakultas Tarbiyah IAIN Mungkin Segalanya Mungkin | xxix
Sambutan
Jakarta adalah kakak kelas saya di Program Magister Program Studi Kajian Islam (Islamic Studies). Beliau setahun lebih dahulu mengikuti kuliah di Program ini (1988). Sedang saya ketika itu, merupakan utusan dari IAIN Alauddin Makassar, tempat saya mengabdi sebagai dosen di Fakultas Syari’ah. Maha Guru yang menjadi kebanggan dan motivator kami dan sekaligus menjadi Direktur, yang sangat bijak, disegani, dan sangat dihormati, ketika itu adalah Prof. Dr. Harun Nasution, Athābahullāhu, wa yaghfiruh, wa yarhamuh. Kompleks Program Pascasarjana ketika itu terletak di pojok belakang IAIN Jakarta, yang sekarang menjadi tempat dibangunnya Gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Semua mahasiswa (peserta), baik Program Magister maupun Program Doktor hidup dalam suasana yang sangat akrab, saling kenal-mengenal satu sama lain karena beberapa faktor. Pertama jumlah mahasiswa masih sedikit. Kedua, seringkali mahasiswa berbaur dalam beberapa mata kuliah tertentu yang secara bersama-sama diikuti. Seorang mahasiswa di Program Magister dapat mengikuti kuliah tertentu dengan peserta yang mengikuti Program Doktor. Ketiga, sebahagian mahasiswa, terutama yang berasal dari luar Jakarta, tinggal di Asrama. Asrama ini betul-betul menjadi tempat pertemuan kawan-kawan peserta Program Pascasarjana, dijadikan tempat ngobrol, berdiskusi satu sama lain. Oleh sebab itu, tidak mengherankan kalau hubungan di antara semua peserta Program menjadi sangat akrab. Untuk mengungkap profil atau sosok Pak Suwito tidak terlalu sulit bagi saya, terutama jika dikaitkan dengan pemahaman, pengalaman dan kesan saya sejak perkenalan dan pertemanan saya ketika sama-sama menjadi mahasiswa Program Pascasarjana, hingga pada masa sekarang. Saya menyimpulkan beliau dengan ungkapan yang singkat bahwa “Prof. Suwito adalah sosok yang penuh ide, kreatif, dan progresif.” Ungkapan saya yang singkat ini saya coba kemukakan sebagai berikut. Ketika saya mulai mengenal Pak Suwito dan ketika bersama-sama menjadi mahasiswa di Program Pascasarjana, saya sudah melihat bahwa beliau adalah sosok yang penuh ide. Saya lihat bahwa Pak Suwito memiliki macam-macam gagasan yang produktif yang disampaikannya kepada kawan-kawan sekelasnya, ketika beliau sebagai mahasiswa. Beliau adalah dosen yang produktif. Ada beberapa tulisannya yang dikemas dengan menarik yang berkaitan dengan bahan ajar. Beliau ketika itu masih sebagai dosen Bahasa Arab. Beliau adalah salah seorang alumni Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta. Di suatu tempat fotokopi, yang terletak di depan kampus IAIN, saya menyaksikan beliau sedang menfotokopy beberapa bahan ajar, yang menurut saya cukup menarik bagi para mahasiswanya atau bagi pelajar Bahasa Arab. Saya lalu berkata dalam hati saya, “Alangkah kreatifnya beliau ini menciptakan bahan ajar yang menarik.” Saya tahu persis bahan itu menarik karena saya juga adalah alumni dari Jurusan yang sama, xxx | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
tetapi beda kampus. Saya alumni (1980) Jurusan Bahasa dan Sastera Arab di Fakultas Adab IAIN Alauddin Makassar. Profesipun sama, yaitu dosen Bahasa Arab, yang beda hanya kampus. Saya Dosen Bahasa Arab di Fakultas Syari’ah IAIN Alauddin. Pergaulan dan pertemanan kami bertambah akrab ketika hubungan kami terjalin dengan baik selama berada di Program Pascasarjana, terutama pada saat-saat kami berada di Program Doktor. Pada masa-masa awal perkuliahan kami di Program Doktor, termasuk angkatan Pak Suwito dan sebelumnya, pada angkatan saya dan beberapa angkatan berikutnya, untuk mendapatkan Gelar Magister tidak perlu menulis Tesis. Yang penting lulus dengan nilai 80 ke atas dan telah menulis Skripsi di waktu S-1, langsung dianugerahi Ijazah Magister. Untuk penulisan disertasi, kami membutuhkan pandangan dari kawan-kawan, termasuk mengenai sumber bacaan yang diperlukan. Keadaan keakraban seperti ini berlangsung terus hingga masing-masing menyelesaikan studi Perogram Doktor. Hanya saja Pak Suwito selesai lebih cepat dibandingkan teman-teman seangkatannya. Pak Suwito lulus ujian disertasi Doktor Bidang Pendidikan Islam pada 28 November 1995 (7,5tahun untuk Program Magister dan Doktor), sedangkan saya selesai ujian Doktor dalam Bidang Bahasa Arab awal tahun 1998 (9 tahun mengikuti Program Magister dan Doktor). Pak Suwito dengan low profile-nya sangat dekat kepada siapa saja karena beliau gampang bergaul dengan siapa pun. Suasana ini didukung pula oleh isterinya, yang mudah akrab dengan siapa saja. Tidak mengherankan kalau kami, dan temanteman Pak Suwito yang lainnya sering kali diundang untuk bersilaturahim ke pondoknya, yang sangat sederhana ketika itu, di Dukuh Kampung Utan, Kecamatan Cempaka Putih, Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Rumah ini ditempatinya sejak 1982 hingga sekarang. Ketika kami berada di sana selalu mendapat suguhan makanan dan minuman, layaknya tamu agung, padahal pada waktu itu Pak Suwito masih sebagai mahasiswa. Demikian keramahan dan kearaban yang ditunjukkan oleh pasangan itu. Keramahan dan keakraban beliau tidak hanya diwujudkan dalam bentuk seperti itu, tetapi lebih dari itu. Suatu saat ada dua orang (yang saya ingat) dari angkatannya mengalami keterlambatan dalam menyelesaikan studinya di S-3. Salah satu kawannya dari IAIN Semarang, yang sekarang masih segar bugar sebagai dosen dan doktor di bidang hadis. Satu lagi dari kawan seangkatannya dari IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, dan juga masih segar bugar sebagai dosen dan doktor Ilmu Pendidikan di sana. Keduanya, mengalami kesulitan dalam menyelesaikan studi. Oleh Pak Suwito dan isterinya kedua kawannya ditampung di rumahnya Hubungan kami bertambah akrab lagi ketika saya pindah pada 5 November 1999 ke IAIN Syarif Hidayatullah dan saya ditempatkan di fakultas yang sama dengan Pak Suwito, yaitu Fakultas Tarbiyah. Kami di Fakultas yang sama, tetapi Mungkin Segalanya Mungkin | xxxi
Sambutan
beda jurusan. Pak Suwito di Jurusan Pendidikan Agama Islam, sesuai dengan bidang keahliannya, dan saya di Jurusan Pendidikan Bahasa Arab, sesuai dengan keahlian saya. Dalam perjuangan dan perjalanan hidup akademiknya pun, Pak Suwito berjalan sesuai dengan kodratnya, bagaikan air yang mengalir. Ketika saya pindah ke Jakarta pada tahun 1999 itu beliau sudah menduduki posisi strategis sebagai Asisten Direktor II, dari Prof. Dr. Harun Nasution, yang ketika itu sebagai Direktur Program Pascasarjana IAIN Jakarta. Pak Harun sudah dapat melihat karakter Pak Suwito sebagai mahasiswa, dengan kreativitas, idenya, dan progresivitasnya selama berada dan bergaul dengan pak Harun. Tidak mengherankan kalau Pak Suwito dipilih oleh Pak Harun sebagai pembantunya yang menangani bidang Adimninistrasi Umum dan Keuangan. Banyak gagasan yang disampaikan oleh Pak Suwito walaupun saya tidak mencacatnya secara detail. Beliau telah menduduki beberapa jabatan penting, setelah menduduki jabatan sebagai Asdir di Pascasarjana. Yang saya catat, beliau pernah menjabat sebagai Pembantu Rektor bidang Akademik pada tahun 2000, pada periode pertama kepemimpinan Pak Prof. Azyumardi sebagai Rektor. Pada masa itulah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta beralih Status menjadi UIN. Pada periode ini saya lalu diangkat sebagai Sekretaris Jurusan Tafsir Hadis di Program Pascasarjana, lalu menjadi Ketua Jurusan pada jurusan yang sama. Pada saat itu pula saya banyak melihat ide-ide cemerlang dari Pak Suwito, tanpa mengurangi ideide dari Rektor, para PR lainnya, yang disumbangkan dalam mewujudkan perubahan status menjadi UIN itu. Kemudian pada masa kepemimpinan Pak Azyumardi sebagai Rektor, pada periode kedua, Pak Suwito masih dipercayakan lagi oleh Pak Azyumardi menjadi Pembantu Rektor IV, Bidang Kerja sama. Ini menunjukkan bahwa Pak Suwito sanggup menunjukkan kompetensi, dan kemampuan kerja yang sangat baik di mata Rektor. Ide dan kreativitas, produktivitas, dan progressivitas Pak Suwito telah ditunjukkannya pada saat beliau menjabat sebagai Asisten Direktur Program/Sekolah Pascasarjana selama 8 tahun mendampingi dan membantu Pak Azyumardi sebagai Direkturnya. Dengan Timnya di Program/Sekolah Pascasarjana, Pak Azyumardi, Pak Suwito, Pak Fuad Jabali, dan Pak Yusuf Rahman dengan Asdir-Asdir yang lainnya telah mampu mewujudkan Pascasarjana yang disenangi oleh peserta dan menjadi tempat studi banding bagi Program Pascasarjana PTAI/PTKAI yang lain. Masa Pak Suwito menjabat, saat itulah Pasca berubah penampilan, baik dari segi fisik maupun dari sisi isi. Penampilan fisik Sekolah Pascasarjan diubah secara bertahap. Gegung-gedung diberi fungsi dengan sangat baik. Pada saat inilah, setiap dosen SPs memiliki ruangan tersendiri, sebagai tempat untuk berkonsultasi dengan para mahasiswa. Taman-taman ditata dengan baik. Rambu-rambu yang ada di Pasca ditampilkan secara menyenangkan. xxxii | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Tidak hanya itu yang dilakukan, pangumunan tentang kegiatan ujian pendahulusn dan promosi disampaikan di layar TV yang bisa dibaca oleh siapa pun. Pengumuman tentang berhasil hal, pengumuman, pendaftaran, masa akhir studi setiap mahasiswa per angkatan, serta peringatan bahaya plagiarisme bagi mahasiswa dan ancaman hukumannya ditampilkan secara terbuka dan siapa pun bisa membacanya. Kreativitas lainnya yang ditampilkannya adalah gambar atau foto Direktur Pascasarjana, Asdirnya, dan pejabat administasi dan staf yang ada di Pasca sejak awal berdirinya hingga pada masa Pak Suwito berakhir masih terpampang di dinding Pasca, dengan rapidan tertib. Dari sisi akademik, ada perubahan yang sangat substansil pada masa Asdirnya Pak Suwito. Perkuliahan mulai dilakukan oleh para dosen dalam bentuk Team Teaching sehingga satu maka kuliah diajarkan oleh minimal 3 orang dosen pengampu, ditambah dengan seorang koordinator yang dari guru besar, yang disebutnya dengan istilah GBKMK. Ujian bagi persiapan tesis atau disertasi diubahnya sedemikian rupa. Satu proposal yang diajukan oleh setiap mahasiswa, Program Magister atau Doktor, harus melalui beberapa tahap ujian, yang dinamakan ujian WIP (Work in Progress). Ujian WIP berlangsung hingga 4 kali. Menurut saya banyak tampilan-tampilan baru yang dilakukan oleh Pimpinan Lembaga di mana pak Suwito berada, baik ketika beliau membantu Pak Prof. Harun, membantu Pak Azyumardi selama dua periode di Rektorat sebagai pembantu Rektor, dan membantu Pak Azyumardi selama dua periode di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah. Sudah tentu, bahwa semua itu dapat tampil ke permukaan dan dapat kita saksikan, bukan saja karena ide, inspirasi, kreativitas, dan progressivitas Pak Suwito, tetapi juga karena kebijakan pimpinan yang di atasnya dan dukungan dari berbagai pihak. Saya tidak sanggup untuk menguraikan semua yang saya tahu tentang Pak Suwito. Ini adalah sebahagian dari apa yang saya alami, saya lihat, dan saya perhatikan karya-karya yang muncul ketika Pak Suwito berada di tengah pejabat atau kawan-kawan dsoen di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sebenarnya masih banyak hal yang menarik untuk diceritakan tentang dosen yang satu ini, ketika saya mendapatkan tugas yang sama dengan beliau. Ketika saya menjadi Sekretaris Jurusan dan Ketua Jurusan Tafsir Hadis di Program Pascasarjana, beliau menjadi Pembantu Rektor. Ketika saya menjadi Asdir PPs, beliau menjadi Pembantu Rektor. Ketika saya bersama-sama dengan beliau menjadi anggota Tim Penilai Guru Besar di Kemenag. Ketika saya dan beliau sama-sama menjadi Asesor BAN-PT. Semua pengalaman dan terkesan bersama beliau dalam kaitan ini tidak dapat saya tampilkan semuanya. Yang jelas dalam penilaian saya Pak Suwito adalah sosok yang penuh ide, kreatif, produktif, kontributif, dan progresif (selalu maju).
Mungkin Segalanya Mungkin | xxxiii
Sambutan
Akhirnya, saya dan keluarga mengucapkan selamat meluncurkan buku Otobiografi ini dalam rangka menperingati ulang tahun yang ke-60, yang jatuh pada tanggal 7 Maret 2016 dalam suasana yang bahagia, menyenangkan, seperti yang saya alami pada saat saya meluncurkan buku Biografi saya dalam rangka memperingati ulang tahun yang ke-60 yang jatuh pada tanggal 21 April 2015 lalu di Makassar Sulawesi Selatan. Selamat menjalani usia yang ke-60, semoga Pak Suwito, keluarga, anak-anak dan cucu senantiasa diberi rahmat oleh Allah dan diberi kekuatan untuk berjuang dan berjuang terus demi mencapai cita-cita dunia dan akhirat. Jakarta, 22 Februari 2016 Dari sahabat, Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A.
xxxiv | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Sambutan Prof. A. Malik Fadjar KATA SAMBUTAN Prof. Dr. A. Malik Fadjar, M.Sc. (Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang/ Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah/Dirjen Binbaga Islam Departemen Agama/Menteri Agama/Menteri Pendidikan Nasional/Mantan Ketua PP Muhammadiyah/Dosen di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta/Anggota Dewan Pertimbangan Presiden) “Nama adalah puisi terindah bagi pemiliknya. Nama juga menyimpan citacita agung pemberinya. Dari ragam keunikan nama, terpatri pergulatan batin sekaligus harapan yang bersemayam di benak orang tua ketika menamai anaknya”. Begitu Hilmi Faiq, menuturkan ihwal KEHIDUPAN yang terbaca pada halaman muka Kompas, 7 Februari 2016, bertajuk “Sebut Nama Saya, Andy Go to School…” Sesungguhnyalah, SUWITO, yang menuturkan perjalanan hidupnya dari semenjak lahir hingga berusia 60 tahun dalam otobiografinya ini tersirat dalam penuturan Hilmi Faiq di atas. Selamat Prof, semoga Allah SWT melimpahkan berkah-Nya, memberi umur panjang dan tetap istiqāmah “nyuwito” pada almamaternya. Wassalam
Mungkin Segalanya Mungkin | xxxv
Sambutan
xxxvi | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Sambutan Prof. Din Syamsuddin
MAN OF IDEAS, MAN OF ACTIONS Prof. Dr. M. Din Syamsuddin, M.A. (Teman ketika di IMM Cabang Ciputat/Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta/Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah) Mas Wito, demikian saya memanggil Prof. Dr. Suwito sejak dulu, terkenal sebagai seorang yang selalu punya ide dan tak bisa diam untuk tidak melakukannya. Hal itu dilakoninya dengan keinginan kuat untuk mencoba-coba. Dan jangan coba untuk mengeritik apalagi menghentikannya, Mas Wito pasti tak perduli, baginya sekali bergagas harus tuntas. Inilah kalimat terbatas untuk meringkas kepribadian "orang suci" karena berasal dari Kudus ini. Perkenalan saya dengan Mas Wito mungkin seusia dengan kedatangannya pertama kali di Ibukota. Pada 1976 kami sama-sama memulai kuliah di IAIN (kini UIN) Jakarta. Kami pun sama-sama memilih IMM sebagai wadah beraktivitas menjadi kader muda Muhammadiyah. Motif kami hampir sama, memilih IMM (dari pada HMI dan PMII yang ada di Kampus Ciputat waktu itu) adalah karena kami memandang ada nilai tambah yang dimilikinya, yakni IMM memiliki laboratorium dakwah dan kepemimpinan bernama Muhammadiyah. Sebagai kader PII (menurut pengakuannya juga pernah di IPM) di Kudus, Mas Wito menunjukkan kualitas beda dari para anggota baru IMM Ciputat waktu itu. Kepercayaan diri yang kuat, dengan gaya bicara yang berani, kadangkala "ngeyel" dalam berdebat, sebagaimana kebanyakan kader PII, menjadi watak anak muda Suwito. Nyaris dia unggul mengatasi para IMMawan/IMMawati baru Cabang Ciputat saat itu, ditambah "wibawa" dari penampilan seperti senior karena usianya di atas rata-rata teman seangkatan. Saya senang ditakdirkan serombongan dengan para aktivis seperti Suwito dan ada beberapa yang lain, antara lain Nandi Rahman, Guspardi Gaus, Antasa Suryana, Burhanudin Yusuf, dengan kapasitasnya masing-masing. Mungkin Segalanya Mungkin | xxxvii
Sambutan
Training yang kami terima dari para senior yang mumpuni, seperti M. Yunan Yusuf, Alm. Syarif Ali, Zuffran Sabrie, Pua Basa, melecut bakat berorganisasi kami, sehingga dalam waktu relatif singkat tampil menjadi Pimpinan Komisariat masing-masing, dan bahkan kemudian "merebut" kepemimpinan cabang lewat Formatur Muscab, yang sempat deadlock. Dengan kompromi, kami merelakan Ketua Umum Pimpinan Cabang kepada yang lebih senior, walau kami menguasai posisi-posisi lain. Saya menjadi Ketua Bidang kader, dan Mas Wito menjadi Sekretaris. Sejak itulah, saya menyaksikan debut dan kiprah seorang Suwito muda yang penuh dinamika. Dia kaya ide, suka mencoba, dan melaksanakan sendiri. Dia ciptakan Majalah Dinding, juga Bulletin, media sosial yg relatif mewah saat itu. Juga memprakarsai bentuk-bentuk forum pertemuan baru, di samping merancang dan melaksanakan program kaderisasi yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam hal studi, Mas Wito termasuk pintar dan rajin. Sering saya melihat Mas Wito menjadi mentor bagi kawan-kawan sekelasnya. Sesuai identitas IMM antara lain sukses dalam studi, Mas Wito sukses mengamalkannya. Jenjang-jenjang studi dan gelar diraihnya dengan lancar dan sukses, sejak dari B.A., Drs., hingga menghilangkan s pada gelar terakhir, yaitu menjadi Dr. Bahkan, gelar Guru Besar diperolehnya pada usia relatif muda. Kegandrungan berorganisasi juga membawa Mas Wito memperoleh amanah jabatan di UIN, baik sebagai Wakil Rektor maupun Wakil Direktur Sekolah Pascasarjana. Begitu pula di UMJ, bersama saya dan kawan-kawan lain mendirikan Program Master Studi Islam. Seperti biasanya, Mas Wito sering tampil mengambil prakarsa mengerjakan hal-hal yang bahkan sangat detail. Saya mendengar, sewaktu menjadi Wakil Rektor, Mas Wito sangat membantu rektornya "to get the job well done". Begitu pula, ketika samasama mengelola Program Master Studi Islam UMJ dan Mas Wito membantu saya sebagai Ketua Program, Mas Wito mengerjakan hal-hal yang meringankan ketua walau belum diputuskan, seperti membuat sendiri pengumuman penerimaan mahasiswa baru di luar kalender akademik. Demikianlah beberapa penggalan kisah dan pengalaman bersama Mas Wito. Semuanya membuktikan bahwa Suwito bin Rakiyo adalah sosok manusia kaya ide tapi juga kaya "gawe". Ia penuh aktivitas dan kreativitas. Bagaikan seorang bayi hiperaktif, Suwito muda tak pernah berhenti berpikir dan berbuat. Baginya, tiada hari tanpa ide dan tanpa karya. Terkesan, xxxviii | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
baginya tiada yang tidak mungkin; di bawah langit hanya ada kemungkinankemungkinan. Bahkan, ketakmungkinan adalah tantangan dan peluang bagi kemungkinan. Maka kehidupan mengalir pada arus kemungkinankemungkinan. Menjalani hidup adalah siasat untuk memungkinkan "seni untuk menciptakan kemungkinan-kemungkinan" (the art of the possibles). Kun fayumkin. Namun, saya sedikit bertanya mengapa judul biografi ini "Mungkin Segalanya Mungkin"? Terdapat semacam keraguan di dalamnya, bahwa mungkin itu adalah (masih) mungkin. Mungkin Suwito Tua kini semakin arif wicaksana mengisi sisa-sisa usia menuju suatu kepastian. Selamat 60 Tahun sahabatku, Prof. Dr. Suwito. Din Syamsuddin, Tokyo, 27 Februari 2016.
Mungkin Segalanya Mungkin | xxxix
Sambutan
xl | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Sambutan Prof. Azyumardi Azra MAS WITO; SEKEPING INGATAN Mission Impossible menjadi Beyond Imagination Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A., CBE (Kawan Sekelas B.A./Rektor IAIN/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Direktur/Dosen Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Sejak mengenal sosok ini sejak awal 1976, saya selalu memanggilnya ‘Mas Wito’; tidak pernah terlalu formal sebagai ‘Pak Suwito’ atau belakangan ‘Prof Wito’. Sebaliknya, Mas Wito hampir selalu memanggil saya ‘Pak Edi’ - nama yang populer waktu saya menjadi mahasiswa dan kolega dekat sampai kini. Mas Wito juga tidak pernah memanggil saya ‘Pak Mardi’, nama yang lebih dikenal waktu saya mahasiswa di Columbia University, New York, maupun di lingkungan pertetanggaan Pisangan Barat, Cirendeu, Ciputat. Mas Wito selain merupakan teman satu kelas dan satu jurusan ketika samasama belajar, juga adalah kolega istimewa yang bersama-sama berjuang mengembangkan IAIN menjadi UIN dan kemudian Program Pascasarjana (PPs) UIN Syarif Hidayatullah menjadi Sekolah Pascasarjana (SPs). Karena itu, Mas Wito menjadi salah satu di antara sedikit motor utama perubahan dan pengembangan IAIN menjadi UIN Syarif Hidayatullah yang kini merupakan salah satu major academiclegacy (warisan akademik utama) Islam Indonesia di masa kontemporer. Bahasa Arab dan Cewek Saya mengenal Mas Wito sejak masa Pekan Orientasi Mahasiswa (Posma) IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 1976. Kami bukan hanya seangkatan, tetapi juga sejurusan dan sekelas di Jurusan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah. Di kelas, Mas Wito adalah sosok yang ‘alim’ dan tidak terlalu banyak bicara, dan kalau ngomong biasanya membuat orang lain tertawa. Mas Wito suka menjodohjodohkan saya dengan cewek tertentu sekelas; dan memang saya di kelas hampir selalu duduk dekat cewek sehingga pernah dimarahi setengah bercanda oleh pak Muhsin Idham.
Mungkin Segalanya Mungkin | xli
Sambutan
Kami sama-sama selesai B.A. dari Jurusan Bahasa Arab. Jika Mas Wito terus ke program ‘de’er’es’ di Jurusan Bahasa Arab, saya pindah ke Jurusan PAI. Terbukti saya memang tidak berbakat bahasa; kerumitan nahwu, saraf dan balāghah tidak bisa melekat kuat dalam ingatan saya. Sejak berpisah jurusan dan dan saya tamat ‘Drs’ (1982), saya tidak sering lagi ketemu Mas Wito yang mendapatkan ‘Drs’-nya pada 1983. Apalagi kemudian saya pertama kali sebagai PNS bekerja di LRKN LIPI, sampai kemudian kembali diminta Profesor Harun Nasution kembali ke kampus (1985) mengajar di Fakultas Tarbiyah. Lalu, lama sekali saya tidak ketemu Mas Wito karena antara 1986−1993 saya mengambil M.A., M.Phil dan Ph.D. di Columbia University in the City of New York. Secara sporadis saja saya ketemu Mas Wito; dan menghadiri promosi Dr-nya pada November 1995 - pas setelah saya kembali dari Oxford untuk post-doctoral fellowship. Membangun UIN dan SPs Saya kembali dekat dengan Mas Wito ketika sebagai Rektor IAIN saya mengajaknya menjadi Pembantu Rektor Bidang Akademik (Agustus 2000−Maret 2003). Ada juga pihak yang karena alasan tertentu tidak setuju dengan pilihan saya tersebut. Akan tetapi karena sudah mengenal Mas Wito sejak waktu lama, saya merasa yakin, ia dapat menolong saya mewujudkan cita-cita perubahan IAIN menjadi universitas - yang alhamdulillah terealisasi pada 20 Mei 2002 sebagai Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Sebagai UIN pertama di negeri ini, upaya mewujudkannya jelas tidak mudah - bisa disebut sebagian orang sebagai ‘mission impossible’ - misi yang tidak mungkin. Banyak rintangan yang harus dihadapi sejak dari komplikasi hukum dan perundangan, orang-orang dan lembaga (baik pemerintah maupun swastakemasyarakatan) yang tidak kooperatif dan bahkan menentang - yang terlalu banyak untuk dikenang di sini. Sebagaimana judul otobiografi Mas Wito ini, “Mungkin dan Segalanya Mungkin”, hal yang tidak mungkin itu bisa menjadi mungkin hanya dengan cita yang tidak pernah surut; semangat yang tidak pernah kendur; energi yang tidak pernah menyusut; komitmen yang tak pernah pudar; dan kerja keras yang tidak pernah berhenti. Tanpa bermaksud mengecilkan peran beberapa kawan lain yang juga memegangi prinsip ‘segalanya bisa menjadi mungkin’, Mas Wito memainkan peran instrumental dalam membangun UIN - dan kemudian juga SPs. Sebagai top leader di kedua lembaga ini - di mana Mas Wito dan saya mengabdi - saya memegangi prinsip kepemimpinan yang mendorong tumbuhnya imajinasi, kreativitas dan inisiatif. Bagi saya, tidak perlu terlalu banyak arahan, apalagi instruksi, juklak dan xlii | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
juknis. Saya meyakini, makin banyak arahan, kian banyak instruksi, juklak dan juknis, makin hilang pula-lah imajinasi dan kreativitas mereka yang berada dalam lembaga. Prinsip kepemimpinan saya ini klop dengan karakter Mas Wito. Ia adalah orang yang tidak perlu disuruh atau diinstruksi. Mas Wito jauh dari gambaran tentang “paku yang jika tidak diketok tidak bakal jalan”. Imajinasi, kreativitas dan inisiatifnya lebih banyak tumbuh sendiri - yang hampir selalu sesuai dengan apa yang saya bayangkan baik di UIN maupun di SPs. Kadang-kadang ia terlalu aktif sehingga saya selorohi sebagai “autis”. Karena itu pula, sekali-kali saya menginjak “rem” pelan-pelan, supaya Mas Wito ‘tidak terlalu maju’ dan karena itu bisa bakal menjadi sasaran olokan oleh kalangan atau orang yang skeptis. Memang, untuk mengembangkan UIN dan SPs tidak bisa dengan cara-cara konvensional. Mas Wito sering muncul dengan ide dan aksi yang out of the box, yang bagi sebagian orang adalah “tidak mungkin” dan tidak masuk akal atau dianggap nyeleneh, seperti mengusahakan pemasangan tanda petunjuk jalan resmi dari berbagai arah menuju kampus UIN, atau memasang iklan SPs di TV Bandara. Tapi sekali lagi, Mas Wito membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin seperti terlihat dalam perjalanan hidupnya - membuat diam orang-orang skeptis (silencing the skeptics) yang selalu hanya melihat masalah dan masalah. Mas Wito dan saya adalah sarjana dengan kualifikasi tertinggi (Dr. dan Profesor) dalam bidangnya masing-masing. Kalau ia dan saya menghabiskan umur sekitar dua dasawarsa mengelola lembaga (IAIN, UIN dan SPs) sama sekali bukan direncanakan atau karena ambisi kekuasaan. Saya sendiri meyakininya lebih sebagai “takdir” - perjalanan hidup yang tidak bisa terelakkan. Dalam konteks itu, bagi saya kesarjanaan tidak lagi menjadi faktor dominan ketika memimpin. Kesarjanaan lazimnya mengacu pada dunia ilmiah abstrak, teoritis, dan spekulatif. Tetapi kepemimpinan lebih memerlukan keputusan dan aksi - mewujudkan berbagai perencanaan ke dalam program dan aksi kongkret; tidak lagi lebih banyak sekadar wacana. Karena itulah ketika dalam kepemimpinan, Mas Wito dan saya tidak banyak berwacana akademik ilmiah dalam bidang ilmu masing-masing. Yang menjadi pembicaraan justru adalah menyangkut berbagai program dan kegiatan yang mesti dilakukan dalam rangka mengembangkan lembaga. Pembicaraan dan keputusan menyangkut semua ini lebih sering diambil ketika saya dengan Mas Wito dan satu atau dua kawan lain makan siang. Baik ketika di rektorat maupun di Pasca, saya selalu mengajak para PR IAIN/UIN atau Wakil Direktur SPs makan bersama. Biasanya kami mengobrolkan langkah apa lagi yang mesti dilakukan untuk pengembangan lembaga.
Mungkin Segalanya Mungkin | xliii
Sambutan
Kebiasaan ini menutupi kelemahan saya, yaitu tidak terlalu suka dengan banyak rapat resmi baik di tingkat pimpinan institut/universitas (termasuk para dekan) maupun di tingkat senat. Saya memandang, rapat tidak selalu efektif untuk pengambilan keputusan dan aksi kongkret. Dalam pengalaman saya, Mas Wito dan pimpinan di rektorat maupun di SPs, pengambilan keputusan dan aksi tindak lanjut lebih efektif dan sekaligus “murah” jika diambil ketika sedang makan bersama di ruang kantor saya - tidak perlu ada honor atau transportasi rapat. Alhamdulillah, apa yang tidak mungkin terbukti telah mungkin - dan menjadi kenyataan dengan terwujudnya UIN. Pencapaian ini sering saya sebut sebagai beyond imagination - jauh melampaui apa yang pernah dibayangkan. Menyukuri Pencapaian Saya tidak tahu apa lagi yang ingin dicapai Mas Wito dan Bu ‘e - panggilan akrab saya untuk istrinya, Nilfa Yetti Tanjung. Kedua keluarga kami dekat lebih daripada karena jabatan dalam lembaga. Mas Wito dan Bu ‘e sering berbagi makanan khususnya lapek sagu yang memang dibuatkan khusus untuk saya. Saya melihat pencapaian Mas Wito juga tidak pernah ia bayangkan sebelumnya - beyond his imagination. Sama seperti sikap saya ketika melihat ke belakang - melakukan retrospeksi tentang apa yang telah dilakukan selama ini. Mas Wito dan Bu ‘e beserta saya dan istri (Ipah Farihah) semua datang dari keluarga miskin bersahaja di desa yang tidak ada dalam peta Indonesia. Dengan begitu, tidak ada kata dan sikap lain bagi Mas Wito dan keluarga beserta saya dan keluarga kecuali bersyukur tanpa henti. Semoga dengan sisa umur yang ada bagi Mas Wito dan juga saya, berbagai bentuk amal jariyah tetap bisa mengalir. Wa Allāh a’lam bi al-sawāb.
xliv | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
Sambutan Prof. Amin Abdullah PROF. SUWITO: GIGIH, ULET, TEKUN, DAN BERHASIL MENITI KARIER Prof. Dr. M. Amin Abdullah, M.A. (Penilai Alih Status IAIN Menjadi UIN/Mantan Ketua Majlis Tarjih dan Wakil Ketua PP Muhammadiyah/Penilai Angka Kredit Dosen/Mantan Purek I IAIN/Rektor IAIN//UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) Sama-sama dari Pati, saya kenal Prof. Suwito setelah sama-sama menjadi dosen di IAIN. Pak Wito dosen di IAIN Jakarta, saya di IAIN Yogya. Sebelumnya tidak saling kenal. Jika rumah saya dari Pati ke utara sekitar 27 km, Pak Wito dari Pati ke selatan sekitar 25 km. Saya dari wilayah pesisir, Margomulyo, Tayu; Pak Wito di daerah sedikit berbukit di Sukolilo. Orang Pati jika mau ke Solo atau Yogyakarta melewati jalan tembus pegunungan kapur dan hutan pohon jati yang membelah Jawa bagian utara dan Jawa bagian selatan pasti melalui KayenSukolilo. Dalam perjalanan dari Yogyakarta ke Pati, jika sampai Sukolilo saya selalu ingat Prof. Wito yang punya jasa besar membantu Prof. Azyumardi dan lain-lain mentransformasikan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) ke Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta di tanggal 20 Mei 2002. Menjelang usia 60 tahun, saya sering ketemu Prof. Wito, baik ketika bertugas di Kementerian Pendidikan Nasional maupun sebagai nara sumber usulan alih status dari IAIN ke UIN di Kementerian Agama maupun di beberapa IAIN di tanah air. Saya berterima kasih diberi kesempatan memberi Kata Sambutan, sekapur sirih, untuk terbitnya buku Mungkin Segalanya Mungkin: Otobiografi Suwito. Membaca sekilas daftar isi yang dikirim melalui e-mail tampak jelas bagaimana gambaran kegigihan dan keuletan perjuangan Pak Wito mengubah nasib. Dari Sukolilo, Kudus (PGAN) dan langsung tembus Jakarta (IAIN). Ibaratnya dari 0, dari pedesaan klutuk, serba kekurangan (untuk tidak menyebutnya miskin), di daerah Pati Selatan, masuk ke ibukota, Jakarta, kota metropolitan yang penuh dengan tantangan. Tantangan ekonomi, budaya, sosial, bahkan cara berpikir keagamaan. Hebatnya, Pak Wito survive. Bahkan mengantarkannya meraih karier Mungkin Segalanya Mungkin | xlv
Sambutan
akademik tertinggi di perguruan tinggi, guru besar. Survival for the fittest, hanya manusia yang mampu menyesuaikan diri di hadapan kerasnya tantangan kehidupan, dengan tekun, ulet, gigih, tanpa melanggar norma lah yang dapat bertahan hidup. Ini sangat cocok untuk disematkan kepada Pak Wito. Luar biasa! Otobiografi Pak Wito sangat inspiring. Mungkin segalanya mungkin. Tag line Mungkin segalanya mungkin memberi inspirasi kepada banyak orang, khususnya generasi muda dari kalangan sosial-ekonomi-budaya yang sama, dari manapun, dan sangat-sangat banyak di tanah air. Kisah manusia menyusuri liku-liku kehidupan dengan penuh percaya diri dan terprogram. Otobiografi Suwito ini menunjukkan kisah nyata, kisah “mobilitas vertikal” seorang anak dari desa masuk ke wilayah perkotaan tanpa canggung dan menikmati saja menjalani kehidupan yang berat, serba sulit tanpa mengeluh, tanpa menerabas rambu-rambu dan norma-norma kehidupan. Yang lebih spesifik lagi, mobilitas vertikal itu dilewatinya melalui jalur pendidikan Perguruan Tinggi Keagamaan. Siapa sangka bahwa di balik Prof. Azyumardi, selaku Rektor, dalam merancang alih status dari IAIN ke UIN Syarif Hidayatullah ada arsitek kuatyang mendampinginya, yang telah juga jatuh bangun bergelimang, berpengalaman ikut andil mengembangkan perguruan tinggi swasta, Universitas Muhammadiyah di Jakarta. Tanpa pengalaman Pak Wito yang tidak diragukan dalam manajemen perguruan tinggi, agak sulit membayangkan bagaimana mengurus alih status dari IAIN ke UIN yang memerlukan waktu hanya dalam 3 semester. Dari pengalaman sukses Jakarta, lalu langkah Jakarta diikuti 2 tahun berikutnya oleh UIN Yogyakarta, dan sekarang sudah menjadi 11 UIN di Indonesia. Ukiran sejarah perkembangan institusi pendidikan perguruan tinggi keagamaan di tanah air. Pasca-usia 60, masih banyak yang harus dilakukan Pak Wito. Lebih-lebih dalam kapasitasnya sebagai sekretaris Senat Akademik UIN Syarif Hidayatullah. Bagaimana merancang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menuju dan mendekati apa yang disebut-sebut oleh insan perguruan tinggi sebagai Universitas Riset atau juga Universitas Kelas Dunia. Tapi jelas bukan tugas Pak Wito sendiri. Namun, Pak Wito telah menanamkan benih dan berakar kuat. Tinggal generasi penerus melanjutkannya. Selamat ulang tahun ke-60 Prof. Wito. Jejak perjalanan hidup Bapak lewat otobiografi ini menginspirasi banyak orang, dan akan diikuti kalangan muda yang sedang menghadapi arus kehidupan, merintis karier ke depan. Terus berkarya menyongsong usia ke 70, 80. Semoga Allah swt memberkati usia panjang Bapak dan juga untuk keluarga besar Bapak. Āmīn. Yogyakarta, 14 Februari 2016 M. Amin Abdullah
xlvi | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
DAFTAR ISI Transliterasi Arab-Latin .................................................................................... iii BUKANKAH MUNGKIN SEGALANYA MUNGKIN? Pengantar Penulis Otobiografi (Suwito ) ............................................................... v BERTEKAD MANDIRI DALAM BERUMAH TANGGA Sambutan Istri Penulis (Hj. Nilfa Yetty Tanjung) ................................................. xi SI LASAK YANG TAK PERNAH DIAM Sambutan Kuti Prof. M. Yunan Yusuf .................................................................. xv PROF. DR. SUWITO YANG DISIPLIN DAN TEKUN Sambutan Ketua Senat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Prof. Dr. HM. Atho Mudzhar ................................................................................ xxi PROF. DR. SUWITO YANG SAYA KENAL Sambutan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. .............................................................................. xxv PROF. DR. SUWITO, M.A. YANG SAYA KENAL Sambutan Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. ........................................................................ xxix SAMBUTAN Prof. Dr. A. Malik Fadjar, M.Scs ................................................... xxxv MAN OF IDEAS, MAN OF ACTIONS Sambutan Prof. Dr. M. Din Syamsuddin, M.A. .................................................... xxxvii MAS WITO; SEKEPING INGATAN Mission Impossible menjadi Beyond Imagination Sambutan Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A. .......................................................... xli PROF. SUWITO: GIGIH, ULET, TEKUN, DAN BERHASIL MENITI KARIER Kata Sambutan Prof. Dr. M. Amin Abdullah, M.A............................................... xlv DAFTAR ISI .........................................................................................................xlvii BAGIAN I DINAMAKAN SUWITO AGAR MAU NGAWULO Tidak Pernah Sekolah............................................................................................. 1 Nama, Tempat, Tanggal Lahir, dan Tanda Tangan Jangan Berubah ..................... 2 Lebak Kulon Sukolilo dan Tambang Kedungwinong ............................................ 2 Tradisi Meron Setiap Tanggal 12 Maulid .............................................................. 3 Mungkin Segalanya Mungkin | xlvii
Daftar Isi
Ditemukan di Pluruhan .......................................................................................... 4 Agar Mau Ngawulo ................................................................................................ 5 Anak Petani dan Dukun Kampung ......................................................................... 5 BAGIAN II SEKOLAH DI SUKOLILO DAN MENULIS PROFESOR DI SABAK Ngaji Seorang Diri.................................................................................................. 7 Sekolah di SD Negeri Sukolilo I ............................................................................ 8 Menulis Nama Prof. Dr. H. Suwito, M.A. di Sabak ............................................... 9 Ambil Kayu Bakar di Hutan, Gembala Kambing, dan Memancing Ikan ............... 10 Main Kelereng dan Lainnya ................................................................................... 11 Muhammad Suwito Rejo ........................................................................................ 11 BAGIAN III SEKOLAH DI KUDUS, BERORGANISASI, DAN BEKERJA Kagum Kota Kudus ................................................................................................ 13 Ngaji di Pondok Kyai Arwani ................................................................................ 13 Tinggal di Barongan Kudus ................................................................................... 14 Minta Dibelikan Sepeda ......................................................................................... 15 Menjadi Ketua Panitia Perpisahan di SD Aisyiyah II ............................................ 15 Tanda Tangan Sejak SD ......................................................................................... 15 Makna Tanda Tangan ............................................................................................. 16 Tamat SD ‘Aisyiyah II Kudus dan Lulus Ujian Masuk SLTP ............................... 18 Sekolah di Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Kudus................................. 18 Ngaji dan Menjadi Kepala Sekolah di Madrasah Ibtidaiyah al-Azhariyah ............ 19 Buruh Bordir........................................................................................................... 19 Nyapu Halaman dan Isi Bak Mandi ....................................................................... 20 Buruh Linting Rokok dan Mulai Berhenti Merokok .............................................. 20 Buruh Jualan Bon-bon ............................................................................................ 21 Pulang Bawa Buku, Bukan Makanan atau Pakaian................................................ 22 Aktif di PII dan IPM ............................................................................................... 22 Tidur di Sawah ....................................................................................................... 23 Kerangka Sepeda Patah Gara-Gara Beli Obat Petasan........................................... 23 Ban Sepeda Kempis di Undaan Malam Hari .......................................................... 23 Perhimpunan Pelajar Pati Selatan (P3S)................................................................. 23 Memimpin Shalat Tarawih dan Khatib .................................................................. 24 Tamat Sekolah PGAN Kudus................................................................................. 25
xlviii | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
BAGIAN IV KULIAH DI JAKARTA, BERORGANISASI, DAN BEKERJA Ke Jakarta Sendiri .................................................................................................. 27 Sampai di Jakarta dan Dipanggil “Mbah” .............................................................. 27 Bahasa Indonesia yang Medok ............................................................................... 28 Ingin Masuk ke Fakultas Hukum UMJ .................................................................. 29 Masuk IAIN TanpaTes ........................................................................................... 29 Masuk Jurusan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah .................................................... 30 Aktif di IMM dan Muhammadiyah ........................................................................ 30 Tinggal di Kalibata Utara ....................................................................................... 32 Mendirikan Perhimpunan Keluarga Sukolilo Pati .................................................. 33 Kuliah Datang Paling Pagi ..................................................................................... 33 Sebagai Komandan Regu ....................................................................................... 33 Sebagai Ketua Kelas............................................................................................... 34 Tinggal di Asrama IMM......................................................................................... 34 Jualan Koran Mingguan ......................................................................................... 35 Ngajar Privat, Membuat Spanduk, dan Menuliskan Skripsi .................................. 36 Menerima Beasiswa Supersemar ............................................................................ 37 Beli Sepeda Ontel ................................................................................................... 37 Bekerja di BPKM ................................................................................................... 38 Menerbitkan Warta BPKM Jakarta ........................................................................ 39 Sebagai Pembina Pramuka ..................................................................................... 40 BAGIAN V MENIKAH, BERKELUARGA, DAN LULUS DOKTOR Mencari Calon Isteri ............................................................................................... 41 Jatuh dari Motor dan Dirawat Nilfa........................................................................ 41 Menikah dengan Nilfa Yetty Tanjung .................................................................... 43 Tinggal di Kontrakan Pak Pedo Rempoa ............................................................... 45 Mendirikan Yayasan Islam Sabilussalam............................................................... 46 Anak Pertama Lahir................................................................................................ 47 Pindah Rumah dari Kontrakan ke Kampung Utan ................................................. 47 Lulus Sarjana Muda................................................................................................ 49 Anak Kedua Lahir .................................................................................................. 50 Lulus Sarjana Lengkap ........................................................................................... 50 Mbah Rakiyo Sedo ................................................................................................. 51 Dosen Honorer di Lembaga Bahasa IAIN Jakarta ................................................. 51 Menjadi PNS dan Bekerja di Sekretariat Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta ............ 52 Anak Ketiga Lahir .................................................................................................. 53 Masuk Fakultas Pascasarjana IAIN Jakarta ........................................................... 54 Mungkin Segalanya Mungkin | xlix
Daftar Isi
Lulus Sarjana Strata Dua (Magister) ...................................................................... 56 Anak Keempat Lahir .............................................................................................. 57 Menjadi Mahasiswa Pendengar (Mustami’) ........................................................... 58 Sulit dan Mahalnya Mendapatkan Referensi Disertasi........................................... 59 Lulus Sarjana Strata Tiga (Doktor) ........................................................................ 61 Menjadi Asisten Direktur II ................................................................................... 62 Hilang Logat Jawanya? .......................................................................................... 63 Nyonya Pensiun...................................................................................................... 64 SWT yang Bukan Subhanahuwa Ta’ala ................................................................. 65 Anak, Menantu, dan Cucu ...................................................................................... 66 Mbah Rasemi Sedo ................................................................................................. 68 Wakaf Rumah dan Tanah ke Aisyiyah ................................................................... 68 BAGIAN VI UJIAN NEGARA 3 KALI SETAHUN Menjadi Wakil Dekan di Fakultas Tarbiyah UMJ.................................................. 71 Ikut Membuka Fakultas Syariah dan Ushuluddin UMJ di Jalan Garuda ............... 71 Membuka Kelas Doktoral Fakultas Tarbiyah UMJ di Kampus Rempoa ............... 71 Pindah ke Kampus Cirendeu Ciputat dan Menjadi Fakultas Agama Islam............ 73 Menjadi Kajur PAI di FAI UMJ danUjian Negara 3 Kali Setahun ........................ 74 Menjadi Pudek I FAI UMJ ..................................................................................... 75 Menjadi Dosen Tidak Tetap di Banyak Perguruan Tinggi ..................................... 75 BAGIAN VII EMPAT BELAS TAHUN MEMPEROLEH PROFESOR Terima Kasih kepada Prof. Salman Harun dan Prof. Harun Nasution ................... 77 Empat Belas Tahun Memperoleh Profesor............................................................. 80 Artikel Jurnal Terakreditasi Bersama Dr. Suparto ................................................. 81 Pengukuhan Guru Besar ......................................................................................... 82 Piagam Tanda Kehormatan .................................................................................... 84 Besar dan Kecukupan Gaji ..................................................................................... 85 Menjadi Asisten Dosen Prof. Dr. Harun Nasution ................................................. 88 Menjadi Asisten Dosen Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA ....................................... 89 Menjadi Asisten Dosen Prof. Dr. A. Malik Fadjar, M.Sc ...................................... 89 Profesor Pensiun Dini? ........................................................................................... 90 Renungan Buat Profesor ......................................................................................... 91 Profesor Paripurna Muda, Profesor Paripurna Madya dan Profesor Paripurna Utama? ................................................................................................................... 93
l | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
BAGIAN VIII TIGA SEMESTER MENJADI UIN Menjadi Pembantu Rektor Bidang Akademik ........................................................ 97 Apa Tidak Ada yang Lebih Baik? .......................................................................... 98 Beralih Status Menjadi UIN dalam 3 Semester ...................................................... 98 Ucapan Terima Kasih kepada Semua Pihak dan Para Pendahulu .......................... 100 Konversi IAIN Menjadi UIN ................................................................................. 102 Telah Ada 11 UIN di Seluruh Indonesia ................................................................ 106 Tugas Utama Keilmuan UIN .................................................................................. 107 Logo Sebelas UIN .................................................................................................. 108 Penerbitan 4 Newsletter .......................................................................................... 109 Khutbah Jum’at dalam Bahasa Arab dan Inggris ................................................... 110 Tindak Lanjut Setelah Menjadi UIN ...................................................................... 110 Petunjuk Arah Menuju UIN dalam Radius 5 -10 Kilometer .................................. 114 Ijazah dalam Tiga Bahasa....................................................................................... 116 Menjadi Pembantu Rektor Bidang Pengembangan Kelembagaan ......................... 116 Universitas Riset Bertaraf Internasional................................................................. 117 IAIN Memiliki 22 Program Studi .......................................................................... 119 Desember 2006 UIN Jakarta Memiliki 52 Program Studi ..................................... 120 BAGIAN IX MEMBACA DUNIA DIBACA DUNIA Menjadi Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan SPs UIN Jakarta............... 123 Menjadi Deputi Bidang Akademik dan Kerjasama SPs UIN Jakarta..................... 124 Menjadi Ketua Jurusan Program Doktor SPs UIN Jakarta..................................... 126 Menjadi Ketua Jurusan Ex Officio Wakil Direktur ................................................ 126 Beralih Nama Sekolah Pascasarjana dan Berakreditasi A...................................... 126 Pembukaan Program Studi Magister di Fakultas ................................................... 129 Konsentrasi Kembali ke Program Studi ................................................................. 131 Berkarya yang Layak Dibaca Dunia....................................................................... 135 Kewajiban Publikasi ............................................................................................... 137 Kewajiban Terhindar dari Plagiasi ......................................................................... 138 Fasilitas Lengkap dan Suasana Kondusif ............................................................... 139 Bahasa Asing Selain Arab dan Inggris ................................................................... 142 Penerbitan 6 Newsletter .......................................................................................... 143 Tesis dan Disertasi Model Buku ............................................................................ 144 Pedoman Akademik Dinding ................................................................................. 145 Menjadi Sekretaris Senat Universitas..................................................................... 146
Mungkin Segalanya Mungkin | li
Daftar Isi
BAGIAN X MENGENAL DUNIA Asesor Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) .......................... 149 Penilai Angka Kredit Dosen ................................................................................... 151 Konsultan Alih Status Kelembagaan Perguruan Tinggi ......................................... 153 Negara Kepulauan Terbesar dan Berpenduduk Muslim Terbanyak ...................... 153 Belum Pernah Berkunjung ke Kalimantan Utara ................................................... 154 Pelajaran yang Didapat dari Perjalanan Dalam Negeri .......................................... 157 Empat Buku Paspor ................................................................................................ 159 Daurah di Damaskus Syria .................................................................................... 160 Ibadah Umrah ......................................................................................................... 161 Perjalanan Ibadah Haji dan di Timur Tengah......................................................... 162 Perjalanan di Kanada .............................................................................................. 164 Perjalanan di Eropa ................................................................................................ 165 Perjalanan di Asia................................................................................................... 166 Perjalanan di Australia ........................................................................................... 167 Pelajaran Dari Kunjungan di Berbagai Negara ...................................................... 168 BAGIAN XI KRONOLOGI KARYA TULIS DAN KEGIATAN Al-Basith, al-Basmah, dan al-Sabil ........................................................................ 179 Pedoman Penulisan Skripsi dan Karya Ilmiah ....................................................... 179 Al-Bayan danTaisir ................................................................................................ 179 Tadrib ..................................................................................................................... 180 Kuliah Akhlaq ........................................................................................................ 180 Proses Perubahan IAIN Menjadi UIN .................................................................... 180 Pendidikan Akhlaq Menurut Ibn Miskawaih ......................................................... 181 Pendidikan yang Memberdayakan ......................................................................... 183 Melawan Kejumudan dalam Pendidikan ................................................................ 188 Menuju Universitas Islam yang Prestisius ............................................................. 191 Menuju Universitas Riset Bertaraf Internasional ................................................... 193 Menuju World Class University ............................................................................. 194 Kompilasi Surat Keputusan, Akreditasi Program Studi dan Jurnal........................ 194 Daftar Karya Tulis dan Kegiatan............................................................................ 195 BAGIAN XII KRONOLOGI RIWAYAT HIDUP .................................................................... 217 BAGIAN XIII SEGALANYA MENJADI MUNGKIN .............................................................. 245 lii | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
REFERENSI ......................................................................................................... 247 UCAPAN SELAMAT DAN KOMENTAR ........................................................ 249 SELAMAT ULANG TAHUN EMBAH WITO Nawal Albina dan Azalia Najwa Hakim (Cucu Ketiga dan Keempat) .................. 250 EMBAH Auna Layaly (Cucu Pertama) ................................................................................. 251 SELAMAT ULANG TAHUN EMBAH Raden Malik Syahid (Cucu Keempat).................................................................... 252 DOA AYAH Budi, Ima, dan Auna (Menantu, Anak dan Cucu Pertama) .................................... 253 TULISAN BUAT AYAHKU Amalia Nikmah (Anak Kedua)............................................................................... 253 SESOSOK AYAH YANG AKTIF DAN PENUH INSPIRATIF Aufa Fitria (Anak Ketiga) ...................................................................................... 255 AYAH, SAYA, DAN KELUARGA Aqbas Udhiya Suwito (Anak Keempat) ................................................................. 257 ULANG TAHUN MERTUAKU Luqman Hakim, SH (Suami Anak Kedua) ............................................................. 258 DINAMIKA DUNIA AKADEMIK DAN NON-AKADEMIK DALAM DUNIA KEHIDUPAN PROF. SUWITO MASA KINI DAN KE DEPAN Kristiyanto (Suami Anak Ketiga) ........................................................................... 259 SUWITO SOSOK PEKERJA KERAS DAN ULET Nur Salim Basri (Kawan ketika di PGAN Kudus) ................................................. 267 SUWITO YANG SAYA KENAL Dr. Muhammad Tasrifin, SH., MH., MM., CHCM (Kawan ketika di PII Kudus) .......................................................................................................... 269
Mungkin Segalanya Mungkin | liii
Daftar Isi
KAK WITO ORANG MISKIN YANG SUKSES H. Antasa Suryana (Kawan ketika di IMM) ........................................................... 271 MAS WITO TEKUN DAN TRAMPIL Nandi Rahman (Kawan ketika di IMM) ................................................................. 272 SUWITO, SI GOMBLOH KONSEPTOR YANG ULUNG M. Ma’rifat Iman KH (Kawan ketika di IMM) ...................................................... 277 SURAT KECIL UNTUK PROFESOR Melda Ambarwati (Mahasiswi S-1) ....................................................................... 279 ﺑﺮوﻓﯿﺴﻮر ﺳﻮﯾﺘﻮ ( ﻋﺒﺎس ﻣﺤﻤﺪأﺣﻤﺪﻋﺒﺎسMahasiswa S-2 SPs)................................................................ 280 PROF SUWITO SANG DOSEN Inda Kartika (Alumni S-2 SPs)............................................................................... 281 KESAN TERHADAP SOSOK PROF. SUWITO, MA. Wulandari (Alumni S-2 SPs) .................................................................................. 284 PROF. SUWITO DI MATA SAYA Sarwenda (Alumni S-2/Mahasiswa S-3 SPs) ......................................................... 285 KEPADA PROF. SUWITO... Dra. Erni, MA.Kes (Alumni S-2 SPs) .................................................................... 286 SUWITO Henny Novita (Alumni S-2 SPs) ............................................................................ 287 PROF. SUWITO DIMATA SAYA... Marwati Biswan (Alumni S-2 SPs) ........................................................................ 288 PROF. SUWITO, TERIMA KASIH! Chairunnisa Ahsana AS (Alumni S-2 SPs) ............................................................ 289 PROF. SUWITO DI MATA KAMI, PARA MAHASISWA SEKOLAH PASCASARJANA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Fazlul Rahman (Alumni S-2 SPs/Mahasiswa S-3 UGM) ...................................... 290
liv | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
UCAPAN ULANG TAHUN KEPADA PROF. SUWITO Diana Sulaisih (Alumni S-2 SPs) ........................................................................... 291 MENGENAL DUNIA DAN DIKENAL DUNIA Harun Mulawarman (Alumni S-2 SPs) .................................................................. 292 SEKOLAH PASCASARJANA (SPS) DAN PAK WITO Saepullah (Alumni S-2/Mahasiswa S-3 SPs) ......................................................... 293 SATU TAMAN YANG MEMBERI WARNA-WARNI KAMPUS Nurlaila Kemal Hasyim (Mahasiswa S-3 SPs) ....................................................... 296 PERANCANG KURIKULUM BERBASIS RISET SPS UIN JAKARTA Suryani (Mahasiswa S-3 SPs) ................................................................................ 298 PROFESOR MOTIVATOR SPS UIN JAKARTA Irawan (Mahasiswa S-3 SPs) .................................................................................. 299 KESAN DAN HARAPAN TERHADAP PROF. DR. SUWITO, M.A. PADA ULANG TAHUN KE-60. Dr. Soedarto KD. (Alumni S-3 SPs) ...................................................................... 300 KESAN TENTANG PROF. DR. SUWITO, M.A. Dr. Ayatullah Humaeni, M.A. (Alumni S-3 SPs)................................................... 302 OTOBIOGRAFI 60 TAHUN PROF. DR. SUWITO, M.A. Dr. Aprilliantoni, MSE (Alumni S-3 SPs).............................................................. 304 SELAMAT ULANG TAHUN KE 60 SEMOGA BERKAH ALLAH SELALU MENYERTAI PROF SUWITO Dr. dr. Suginarti (Alumni S-3 SPs) ........................................................................ 305 PROFESSOR SOEWITO YANG SAYA KENAL Dr. Any Widayatsari Soekadji (Alumni S-3 SPs) .................................................. 308 “MY HERO” Dr. Nur Arfiyah Febriani (Alumni S-3 SPs) .......................................................... 309 TOKOH PENDIDIK INSPIRATIF Dr. Muh. Idris (Alumni S-3 SPs)............................................................................ 313 Mungkin Segalanya Mungkin | lv
Daftar Isi
MAS WITO YANG SAYA KENAL Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA (Dosen UIN Jakarta) ........................................... 316 SANG PIONEER MODERNISASI SEKOLAH PASCASARJANA Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D. (Dosen UIN Jakarta) ....................................... 320 BEKERJA DENGAN SEORANG TECHNOKRAT SEJATI Kusmana, M.A. (Dosen UIN Jakarta) .................................................................... 324 PROF SUWITO: SOSOK KRITIS DALAM BERBAHASA Suparto, M.Ed., Ph.D. (Dosen UIN Jakarta). ......................................................... 328 PROF. SUWITO YANG SAYA KENAL Prof. Dr. Yunasril Ali, M.A. (Dosen UIN Jakarta) ................................................ 332 PROF. DR. SUWITO YANG SAYA KENAL Dr. Euis Amalia, M.A. (Dosen UIN Jakarta) ......................................................... 337 PROF. SUWITO YANG SAYA KENAL Prof. Dr. Masri Mansoer (Dosen/Dekan FU UIN Jakarta) ..................................... 339 PROF. SUWITO: SANG PENCARI MASALAH Yusuf Rahman, M.A., Ph.D. (Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta) .............. 341 SWT. : “BERANI BEDA” Prof. Dr. Yusron Razak, M.A. (Dosen FISIP UIN Jakarta) ................................... 349 SEDERHANA, TEKUN, DAN PEDULI Ahmad Dardiri, M.A., Ph.D. (Dosen FITK UIN Jakarta) ...................................... 351 KAYA INSPIRASI, MOTIVASI, DAN KREASI Dr. Muhbib Abdul Wahab, M.A. (Dosen FITK UIN Jakarta) ............................... 354 SEKILAS TENTANG PROF. DR. SUWITO Suhendro Tri Anggono, S.Ag, M.Si. (Karyawan UIN Jakarta).............................. 361 SELALU HATI-HATI DAN PINTAR-PINTAR MEMILIH KATA DAN KALIMAT YANG PAS Feni Arifiani (Karyawan UIN Jakarta) ................................................................... 362
lvi | Mungkin Segalanya Mungkin
Otobiografi Suwito
PAK WITO ITU...... Retno Wulansari (Karyawan UIN Jakarta)............................................................. 363 AYAHKU …. YA PAK SUWITO Nurbaini Futuhat Wulansari (Karyawan UIN Jakarta) ........................................... 365 SUWITO Muhammad Adam Hesa (Karyawan UIN Jakarta)................................................. 366 SANG PROFESOR YANG KREATIF DAN HUMORIS Dr. Cucu Nurhayati, M.Si. (Karyawan/Dosen UIN Jakarta) .................................. 369 PEJABAT YANG MENCINTAI KAMPUSNYA Drs. Nanang Syaikhu (Karyawan UIN Jakarta) ..................................................... 370 BUKAN MURID YANG BAIK Nurun Nisa’ (Karyawan SPs UIN Jakarta)............................................................. 372 SUWITO “GOMBLOH” YANG JENIUS Dr. Herwina Bahar, M.A. (Dosen UMJ) ................................................................ 373 NUKILAN SEKILAS PROFIIL PROF. DR. SUWITO, M.A. DALAM PENGEMBANGAN FAKULTAS AGAMA ISLAM UMJ Dr. Iswan, M.Si. (Dosen UMJ) ............................................................................. 375 SOSOK SUWITO YANG BERKARAKTER Dr. Agus Santoso, S.Ag, M.Pd. (Dosen UIN Surabaya) ........................................ 380 BERPIKIR KOLATERAL DAN SEGAR…ITULAH PROF WITO YANG SAYA KENAL Bambang Sektiari Lukiswanto (Dosen UNAIR Surabaya) .................................... 381 SEMPURNA MENJAWAB ZAMAN Dr. Indrianty Sudirman, S.E., M.Si. (Dosen UNHAS Makassar) .......................... 382 PROF. DR. SUWITO, M.A.: KONSULTAN YANG MEMBERI INSPIRASI DAN HARAPAN Dr. Mujiburrahman, M.A. (Dosen UIN Ar-Raniry Banda Aceh) .......................... 383
Mungkin Segalanya Mungkin | lvii
Daftar Isi
PAK WITO... GURU KEHIDUPAN Dr. Asrina, M.Ag. (Mantan Mahasiswa S-3 SPs/Dosen IAIN Imam Bonjol Padang) ......................... 386 SOCRATES YANG NJAWANI Mayang Sari (Dosen Universitas Indonesia) .......................................................... 388
lviii | Mungkin Segalanya Mungkin