Mukadimah Aku bukan siapa-siapa Hanya mencoba untuk bercerita dari khayalan dan pengalaman Mencoba merangkai kata Berpura-pura jadi pujangga Menyenangkan hati dari tangan dan tulisan Semoga semua berkenan atas apa yang aku ungkapkan Bukan kebenaran Bukan juga kebohongan Tapi sekat keduanya yang aku robek demi melukis keindahan Bukan dengan cat dan tinta ataupun rautan pensil dan pena Tapi dengan MIMPI
Warna-warna Cinta Biru... Indahnya langit yang lukiskan bayanganmu di mataku Hijau... Rerumputan bergoyang dihempas angin yang meniupkan namamu Jingga... Kau nyalakan api cinta di hatiku yang mampu cairkan hatiku yang telah beku Putih... Suci dan tulus cinta yang kuberikan padamu Hitam... Kelam, sunyi, sepi yang kau lihat saat tinggalkan cintamu untuk selama-lamanya
Sapa Lirih dari Cinta Tatapan mata ini memandang terpaku mengagum sempurna Pada sesosok bidadari sengan berjuta keindahan yang menghiasi Detik demi detik mengalun sepi t’lah sirna kar’na hadirmu menemani Hari-hari kulewati dengan senyuman dan tawa sejati Waktu terus berlalu dan berhembus di depanku saat benih cinta baru terkubur salam perpisahan diucapkan Tampaknya cinta dengan sayap putihnya Terlambat hinggap di dahan hati Kini cinta itu telah pergi Sebelum kuutarakan apa isi hati ini
Kosong Ku tatap langit Tak bersemu Angin ku rasa Tak bernyawa Bunyi ku dengar Tak bernada Meski tubuh ini bergerak Meski mulut ini bicara Telinga ini mendengar Dan mata ini memandang Tapi jiwa yang ada di dalam tubuh ini Kosong Ku mencari-cari sebuah cinta agar hidup ini jadi lebih berarti Namun apa yang nampak padaku Hanyalah semak berduri Nihil dari cinta malah yang ku dapat hanya luka
Sendiri Ku berjalan tanpa ada tujuan Tak ada yang mau menerimaku Dimanakah aku harus mengadu Tak ada lagi tempat untukku Ku bagaikan seekor semut merah kecil yang terpisah dari koloninya Tersesat di hutan belantara yang luas Ku ingin hinggap di dahan pohon ada getah menghalauku Ku ingin berteduh di tepian telaga tenyata air menyapuku Mungkinkah takkan pernah ada yang menemaniku sampai ku mati
Manusia Purbakala Sering Sering sekali
Sering aku mencari langkah masa lalu yang telah jauh tinggalkanku Tapi apa daya lah aku Roda yang terlanjur berputar tak bisa ku balik mundur Lalu aku coba mencari tahu Kenapa aku bisa begini Ternyata sekarang Ternyata masa kini Aku tak pernah bahagia Tak bisa menutupi kelemahanku Tak mampu mendongkrak kuatku Pernah aku bicara pada hati Sebagai lelucon pada diri Mungkin aku ini adalah Manusia purbakala
Waktu Waktu adalah roda kehidupan Tanpa waktu hidup takkan berjalan Waktu adalah sang maut Yang akan datang menjemput kapanpun ia mau Waktu adalah sesuatu hal yang paling berharga yang dimiliki oleh setiap manusia Walau terkadang manusia tidak menyadari betapa pentingnya waktu yang mereka miliki Waktu akan terus berjalan Waktu tak akan pernah terhenti walau sesaat Waktu takkan pernah menunggu apapun dan siapapun Dan bila waktu telah pergi dia tak akan pernah kembali Jika masih memiliki waktu pergunakanlah waktu dengan sebaik-baiknya Karena bila waktu itu telah hilang penyesalan pun tak berguna
Terhanyut Sepi Dalam gelap bersinar remang Ku terdiam dan termenung Wajah malam tak memucat dan berseri Setia menebar senyuman Dengan cahaya keperakan
Angin dingin berhembus pelan Menjadi kawan dalam gelapnya malam Setia, melantunkan sajak dan kidung sunyi Kepakan sayap-sayap hitam Melagukan melodi senandung sepi Pengiring hati yang telah mati
Masa lalu yang terhanyut arus waktu Hilang bersama duka yang ada Anganku kini Merajut jaring-jaring mimpi Menunggu penuh harap Cinta datang mengisi relung hati
Surat Akhir Tahun Apa yang aku tulis disini adalah kejadian pasti Yang pada waktu lalu saat jam dinding berdentang dua belas kali Gebyar cahaya warna-warni terlukiskan di langit Keramaian sorak-sorai tepuk tangan dikumandangkan Dan terompet kegembiraan pun ditiupkan Namun kini hening adanya renungan akan sebuah bencana yang menimpa di bumi Indonesia Dimana sekuatnya sang karang telah merapuh oleh ombak menerpa Keramaian orang berlalu-lalang di jalan tinggal puing-puing jasad yang bergelimpangan Semua orang tersisa hanya meratap sejadinya Mencari-cari dengan penuh tanya dimanakah ada saudara Isak tangis terus menderu dibalut dalam wajah-wajah sedih yang kehilangan senyumnya Hanya ketakutan dan trauma tersisa di benak mereka Gemerlap indahnya suka dalam menanti tahun berganti
Kini telah lenyap dalam duka terbenamkan dalam lara
Jika hari esok masihkan bersinar harapan-harapan yang tercipta semoga kan jadi nyata Tapi, manusia ini takkan pernah mengerti apa yang kan terjadi nanti
Persembahan untuk rakyat Aceh dan Sumatera Utara “Gempa & Tsunami 26 Desember 2004”