BIONATURE Volume 8 Nomor 01/04/2007. ISS 1411-4720 Universitas Negeri Makassar
ANALISIS AKUMULASI TIMBAL (Pb), KADMIUM (Cd) DAN TEMBAGA (Cu) DAUN ASAM KERANJI Pitchelobium dulce. BTH DARI KAWASAN INDUSTRI MAKASSAR (PT. KIMA).
Muhammad Ruslan Umar Biologi-FMIPA-UNHAS Analisis Akumulasi Timbal (Pb), Kadmium (Cd) dan Tembaga (Cu) Daun Asam Keranji Pitchelobium dulce. Bth. Dari Kawasan Industri Makassar (PT. KIMA). Penelitian bertujuan untuk mengetahui kadar Pb, Cd dan Cu yang terakumulasi pada daun asam keranji Pitchelobium dulce. Bth yang ditanam di areal PT. Kawasan Industri Makassar (PT. KIMA). Pengambilan sampel daun dilakukan secara acak di 4 sektor (Utara, Timut, Selatan dan Barat), dan analisis sampel (metode pengabuan) yang diukur dengan Spectrofotometry. Dari hasil penelitian didapatkan kandungan Pb dan Cu, banyak terakumulasi pada daun asam keranji di sektor barat dibandingkan dengan sektor lainnya, sedangkan akumulasi logam Cd ternyata tertinggi disektor timur. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain letak dan jumlah sumber pencemar serta adanya pengaruh lingkungan terutama pola arah angin. Asam keranji ternyata mampu mengakumulasi kadar logam Pb, Cd dan Cu yang relatif tinggi melebihi standar akumulasi secara umum pada tumbuhan, sehingga tumbuhan ini dapat dijadikan tanaman alternatif dalam usaha mengurangi polusi udara. Kata kunci : Akumulasi, Logam berat Pb, Cd, Cu, Asam keranji
PENDAHULUAN Lahirnya industri dan sistem transportasi modern di Indonesia sebagai hasil dari kemajuan teknologi, mempunyai pengaruh baik bagi peningkatan dan kemudahan kehidupan masyarakat. Tercapainya alih teknologi yang cepat disektor industri dapat meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat sehingga taraf hidup dapat ditingkatkan. Namun dilain pihak tidak bisa dipungkiri bahwa apa yang dicapai pada sektor industri dapat memberikan dampak yang kurang baik terhadap lingkungan dan mahluk hidup disekitarnya, karena menjadi penyumbang pencemar udara pada lingkungan. Bahan-bahan pencemar yang dikeluarkan oleh cerobong industri dapat mengeluarkan unsur-unsur yang memiliki daya racun yang cukup tinggi. Khususnya terhadap beberapa unsur logam berat seperti Hg, Pb, Cd dan Cu yang banyak dilibatkan dalam proses industri. Selain itu, terdapat unsur kimia yang umumnya dikeluarkan dari hasil pembakaran suatu industri maupun alat transportasi, seperti sulfurdioksida dan timbal (Pb) (Sastrawijaya, 1991). Kesemua unsur logam tersebut pada proses selanjutnya akan memberkan pengaruh fisiologis pada manusia, hewan dan tumbuhan (Treshow, 1984) Dalam banyak hal tumbuhan merupakan salah satu organimse yang sangat sensitif / peka terhadap perubahan kondisi lingkungan dibandingkan dengan manusia dan hewan. Kepekaan suatu tanaman terhadap kondisi perubahan lingkungan dapat dijadikan sebagai indikator terjadinya pencemaran udara yang terjadi pada suatu tempat. Khusus pada tumbuhan yang menunjukkan gejala-gejala fisiologis ini dapat dipakai untuk mengukur penyebaran udara yang tercemar (Ryadi, 1982). Hal ini juga dapat dijadikan sebagai bahan informasi yang berguna untuk menanggulangi bahaya pencemaran, karena dari beberapa hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa beberapa jenis tanaman ternyata mempuyai daya serap/absorbsi tinggi terhadap suatu bahan pencemar di udara. Dengan dasar hal ini, pada suatu kawasan industri biasanya banyak ditanami sejumlah jenis tanaman yang mampu menyerap bahan pencemar di udara, seperti yang terlihat pula di PT. Kawasan Industri Makassar (KIMA).
1
BIONATURE Volume 8 Nomor 01/04/2007. ISS 1411-4720 Universitas Negeri Makassar
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukan suatu penelitian tentang kandungan Cu, Pb dan Cd yang terakumulasi dalam daun tanaman asam keranji, khusus yang ditanam pengelola kawasan industri PT. KIMA, Makassar. Tujuan penelitian untuk mengetahui kadar Cu, Pb dan Cd yang terakumulasi pada daun asam keranji (Pitchelobium dulce. Bth) yang ditanam di areal PT. Kawasan Industri Makassar (PT. KIMA). Sampel daun asam keranji berasal dari kawasan PT. KIMA, sedangkan analisis sampel dilakukan di Laboratorium Ilmu Lingkungan dan Kelautan, Jurusan Biologi, dan Laboratorium Kimia Analitik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin. MATERI DAN METODE PENELITIAN Materi Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : gunting tanaman, batang pengaduk, kantong plasti, mikroskop, gelas ukur, pipet Pateur, kertas tissue, labu ukur, oven, furnace / tanur, cawan porselin, dessicator, corong gelas, neraca analitik, lumping, spektrofotometer, erlenmeyer, pipet volumetric, kertas Wathman, asam nitrat pekat (HNO3), asam hidroklorik, asam nitrit, CuSO4, akuades, asam perklorat (HclO4), CdCl2 2. ½. H2O, Pb (NO3)2, dan daun asam keranji. Metode Penelitian Metode penelitian berlangsung dalam beberapa tahapan sebagai berikut : 1. Pengambilan sampel : pengambilan sampel daun asam keranji dilakukan pada titik-titik tertentu, disepanjang jalan-jalan utama di empat sektor mata angin (utara, timur, selatan, barat), yang meliputi : Utara (jalan Kima Raya 9 dan 13), Timur (jalan Kima Raya 10 dan 13), Selatan (jalanKima Raya 4 dan 6), Barat (jalan Kima Raya 2, 7 dan 8) 2. Pengambilan sampel dilakukan secara acak, dengan mengambil sampel daun dari tiga pohon disetiap sektor, pengulangan pengambilan sampel dilakukan dua kali pada waktu yang berbeda. Setiap sampel dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi label sesuai tempat dan waktu pengambilannya. 3. Pengolahan Sampel a. Pengeringan : setiap sampel dicuci dan dikering anginkan, kemudian ditimbang (berat basah) sebanyak 10 gram, dan dimasukkkan ke dalam oven pada suhu 1050C selama 6 jam. Setelah itu didinginkan dalam dessicator, dan ditimbang kembali, ini dilakukan sampai berat sampel konstan. b. Pengabuan : cawan porselin direndamnya dalam HNO3 10%, dibilas dengan akuades dan dikeringkan, dan ditimbang untuk mengetahui beratnya. Setiap sampel dimasukkan ke dalam setiap cawan porselin dan ditimbang beratnya, selanjutnya dimasukkan ke dalam oven pada suhu 600C selama 5 jam. Sampel diambil sebanyak 5 gram, dimasukkan ke dalam tanur pada temperatur awal 1000C dan sedikit demi sedikit dinaikkan suhunya sampai 8000C hingga diperoleh abu berwarna keputih-putihan. c. Analisis Logam Pb. Cd dan Cu : tahap ini diawali dengan pembuatan larutan baku untuk masing-masing sampel yang akan diukur jenis kadar logam beratnya (Pb, Cd, dan Cu). Analisis logam berat dilakukan dengan menggunakan metode pengabuan yang diukur dengan Spectrofotometry. 4. Analisis data : hasil pengukuran deret larutan baku dibuat grafik untuk masing-masing jenis logam berat Pb, Cd dan Cu. Dengan menggunakan persamaan regresi, dengan melihat hubungan antara konsentrasi larutan baku dengan serapan optik (OD) dari hasil pembacaan Spektrofotometer. Dimana sumbu X adalah konsetrasi dalam mg/l, sedangkan sumbu Y adalah nilai serapan (serapan optik), dengan persamaan sbb : 2
BIONATURE Volume 8 Nomor 01/04/2007. ISS 1411-4720 Universitas Negeri Makassar
Y = a ± bX
dimana a = suatu tetapan b = Tg α Nilai a dan b dapat dihitung dengan rumus : n xy x. y y b x b a n n x 2 ( x ) 2 Nilai serapan optik (A) konsentrasi larutan sampel yang diukur pada Spek-trofotometer diplotkan dalam regresi larutan baku tersebut sehingga konsen-trasinya dapat diketahui. Maka konsentrasi logam Pb, Cd dan Cu per berat kering daun tanaman ditentukan dengan rumus sbb (PerkinElmer, 1982) : cx( g / ml ).V (ml ) C Ws( g ) Dimana : C = konsentrasi logam X pada tanaman (µg/ml) cx = konsentrasi larutan sampel yang diperoleh dari SS V = volume pengenceran (ml) Ws = berat kering sampel (gram) HASIL DAN PEMBAHASAN
Akumulasi Logam Pb pada daun Asam keranji
Hasil analisis akumulasi logam berat Timbal (Pb), Cadmium (Cd) dan Cuprum (Cu) daun asam keranji (Pichecellobium dulce. Bth) yang berasal dari Kawasan Industri Makassar (PT. KIMA) dapat dilihat pada gambar 1, 2, dan 3 (Lampiran Tabel 1). 16, 000
14, 000
10 ,605
12, 000
9,7 58 10, 000
8, 000
5,3 70
5,6 63
6, 000
4, 000
2, 000
0, 000 Ut ara
Tim ur
Selat an
Barat
Sekt or pengambilan sampel
Gambar 1. Rata-rata akumulasi logam berat Pb pada jaringan daun asam keranji dari ke 4 sektor di Kawasan PT. KIMA. Pada gambar 1, di atas menunjukkan akumulasi logam timbal (Pb) pada setiap sektor berbeda. Rata-rata konsentrasi akumulasi Pb pada daun asam keranji tertinggi di sektor barat (10,605 ppm), di sektor selatan (9,758 ppm), sektor timur (5,663 ppm) dan terendah di sektor utara (5,370 ppm). Perbedaan konsentrasi Pb yang terakumulasi dalam daun asam keranji antara sektor barat dan selatan relatif kecil, demikian pula antara sektor utara dan timur. Tingginya akumulasi logam berat dalam daun asam keranji di sektor barat dan selatan, dimungkinkan karena jarak tumbuh tanaman peneduh ini dari sumber bahan pencemar melalui 3
BIONATURE Volume 8 Nomor 01/04/2007. ISS 1411-4720 Universitas Negeri Makassar
Akumulasi logam Cd pada daun asam keranji
cerobong pabrik relatif dekat, disamping itu industri di sektor ini relatif lebih padat. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Djajadiningrat (1991), bahwa tanaman yang terdapat didekat sumber pencemar akan menyerap lebih banyak bahan pencemar dibanding dengan tanaman yang tumbuh jauh dari sumber pencemar ataupun yang terdapat di antara kedua tempat tersebut. Selain itu faktor akibat aktivitas kendaraan bermotor yang lebih padat disektor barat dan selatan (jalur masuk dan keluar kawasan PT. KIMA) relatif intensif, bila dibandingkan dengan sektor timur dan utara, yang berpotensi besar sebagai sumber bahan pencemar. Ismunawan (1987), mengemukakan bahwa Pb (timah hitam) banyak berasal dari kendaraan bermotor yang berbahan bakar benin. Peningkatan jumlah kendaraan dan peningkatan bilangan oktan bensin akan menambah bahan pencemar, dan timbal akan tinggal diudara 25 – 50% dari hasil pembakaran (Andersoon, 1973). Di dilaporkan oleh Khan dan Baderka (1974), dari 1.200.000 ton partikulat di udara terdapat Pb sebanyak 200.000 ton yang berasal dari pembakaran 75 milyar bensin setiap tahun. Analisis akumulasi logam Kadmium (Cd) daun asam keranji di setiap sektor nampaknya berbanding terbalik dengan akumulasi Pb. Akumulasi Cd ternyata tertinggi di sektor utara (1,015 ppm) dan timur (0,805 ppm), sedangkan pada sektor barat ( 0,476 ppm) dan selatan (0,132 ppm) relatif lebih rendah (Gambar 2).
1, 250
1,0 15 1, 000
0,8 05
0, 750
0,4 77 0, 500
0,1 32
0, 250
Ut ara
Tim ur
Selat an
Barat
Sekt or pengmbilan sampel
Gambar 2. Rata-rata akumulasi logam berat Cd pada jaringan daun Asam Keranji dari ke 4 sektor di Kawasan PT. KIMA. Tingginya konsentrasi akumulasi logam Cd di sektor utara dan timur, diduga disebabkan karena adanya beberapa pabrik yang menggunakan logam Cd dalam proses pengolahan dan hasil produksinya, yang dikeluarkan dalam bentuk partikulat dan hasil pencuciannya. Pada kedua sektor ini terdapat beberapa pabrik perakitan travo dan elektronik, sedangkan di sektor barat dan selatan umumnya dihuni industri makanan, bahan bangunan dan pengolahan kayu. Tingginya akumulasi logam Pb pada daun asam keranji di semua sektor bila dibandingkan dengan logam Cd, tidak terlepas dari sedikit banyaknya sumber pencemar, distribusi sumber pencemar dan sifat fisiologis tumbuhan itu sendiri.
4
Akumulasi Logam Cu pada daun Asam keranji
BIONATURE Volume 8 Nomor 01/04/2007. ISS 1411-4720 Universitas Negeri Makassar
11 ,483 12, 000
9,9 17 8,6 53 9, 000
5,7 87 6, 000
3, 000
0, 000 Ut ara
Tim ur
Selat an
Barat
Sektor pengambilan sampel
Gambar 3. Rata-rata akumulasi logam berat Cu pada jaringan daun Asam Keranji dari ke 4 sektor di Kawasan PT. KIMA. Kandungan logam tembaga Cu yang terakumulasi pada daun asam keranji, tertinggi pada sektor barat (11,483 µg/g), sektor utara (9,917 µg/g), sektor selatan (8,653 µg/g) dan terendah di sektor timur (5,787 µg/g). (Gambar 3) Tingginya jumlah partikulat yang terserap dan terakumulasi pada sektor barat, dimungkinkan karena di sektor ini, sumber bahan pencemar re-latif banyak dengan jarak antar pabrik rela-tif lebih padat dan saling berde-katan. Keadaan ini membuat bahan pencemar lebih banyak dikeluarkan dan secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap akumulasi logam Pb dan Cu pada tumbuhan yang ada disektor ini. Pada sektor barat umum dijumpai pabrik pengolahan kayu yang banyak menggunakan logam Cu dalam proses pengawetan, dan proses ini mengeluarkan logam Cu dalam bentuk cairan limbah maupun partikulat melalui cerobong asap pabrik. Dari ke 4 sektor pengambilan sampel, sektor timur menunjukkan kon-sentrasi akumulasi Cu terendah. Salah satu faktor penyebabnya adalah sumber pencemar disektor ini yang berpotensi sebagai penghasil pencemar relatif sedikit, dan jarak antar pabrik relatif berjauhan, yang secara tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap keberadaan partikulat Cu di udara. Pada sektor utara dan selatan jumlah pabrik yang berpotensi mengeluarkan partikulat Cu relatif cukup banyak, namun jumlahnya tidak sebanyak di sektor barat. Pabrik yang terdapat dikawasan utara dan selatan misalnya pabrik plastik yang tidak menggunakan Cu sebagai bahan bakunya. Jumlah partikulat Cu yang terakumulasi pada daun asam keranji telah melebihi ambang batas penerimaan logam Cu pada tumbuhan yang berkisar antara 0 – 1,5 ppm. Tingginya akumulasi Cu pada daun asam keranji di kawasan PT. KIMA menyebabkan timbulnya gejala-gejala fisiologis pada tanaman berupa timbulnya bercak-bercak kekuningan disertai menguning dan keringnya sepanjang pinggiran daun. Perubahan fisiologis yang nampak pada tumbuhan di daerah yang terpapar bahan pencemar disebabkan karena tumbuhan kontak dengan sumber pencemar dalam waktu singkat dengan konsentrasi tinggi yang mengakibatkan tumbuhan mati, sedangkan tumbuhan yang terpapar dalam waktu lama dengan konsentrasi rendah menimbulkan gejala kronis dengan menguningnya daun, timbul bercak di permukaan daun (Treshow, 1984) Salah satu faktor utama yang mempengaruhi perbedaan bahan pencemar yang terakumulasi pada ke empat sektor pengambilan sampel adalah jarak tanaman dari sumber pencemar dan jumlah sumber bahan pencemar itu sendiri. Walaupun jarak tanaman dari sumber pencemar
5
BIONATURE Volume 8 Nomor 01/04/2007. ISS 1411-4720 Universitas Negeri Makassar
dan jumlah sumber pencemar, besar pengaruhnya terhadap jumlah partikulat logam berat di udara, namun faktor lingkungan lainnya juga sangat berperan. Faktor lingkungan seperti iklim atau cuaca juga berperanan cukup besar atas tingginya konsentrasi bahan pencemar di suatu tempat, yang dapat terakumulasi pada tumbuhan, hewan maupun manusia. Penyebaran zat pencemar di udara dipengaruhi oleh faktor iklim, dan faktor iklim yang berperan antara lain pola arah angin, suhu udara, kelembaban udara, dan curah hujan (Evyets (1987). Pola angin berperan dalam pergerakan partikulat-partikulat selama di udara, dan juga dapat menghambat ataupun memper-cepat terjadinya proses evaporasi pada tumbuhan. Pola angin pada waktu penelitian memasuki musim pancaroba, yang sedikit mengalami pergeseran musim dari semestinya sudah memasuki musim angin barat, tetapi ternyata pada buan Desember – Februari belum menunjukkan ciri musim angin barat, angin timur masih relatif dominan bertiup dibanding angin musim barat. Pergerakan angin ini diduga pula merupakan salah satu faktor penyebab di sektor barat menunjukkan nilai konsentrasi akumulasi logam-logam pencemar relatif tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya. Keadaan pergerakan dan kecepatan angin yang terjadi di kawasan industri atau ditempat sumber pencemar lainnya memberikan pengaruh terhadap konsentrasi rata-rata yang terakumulasi dalam sistem. Kisaran suhu harian pada bulan Januari-Februari selama penelitian berkisar antara 27 – 30 0C, sedangkan kelembaban ratarata berkisar 83% - 85%. Bila kelembaban tinggi maka konsentrasi bahan pencemar kurang di udara sebab parti-kulat menyerap air sehingga beratnya bertambah dan mudah untuk mengendap (Evyets, 1987). Perpindahan bahan pencemar dari udara ke dalam jaringan tumbuhan dapat terjadi melalui 2 cara yaitu lewat penyerapan secara langsung oleh daun dari udara melalui stomata dan penyerapan oleh akar dari dalam tanah. Karakteristik permukaan daun tumbuhan juga turut mempengaruhi sedikit banyaknya bahan pencemar yang terkumulasi, seperti jumlah stomata, ukuran dan bentuk daun, luas permukaan daun, ada tidaknya rambut pada permukaan daun, dan tekstur daun (Fitter and Hay, 1981). Secara langsung masuknya Pb, Cd dan Cu ke dalam jaringan daun melalui stomata bersamaan dengan masuknya CO2, pada proses fotosintesa. Yang terjadi secara difusi ke dalam sistem ruang antar sel, yang kemudian akan terakumulasi di jaringan mesofil daun. Sedangkan secara tidak langsung bahan pencemar ini sebelumnya menempel bersama dengan debu lainnya pada permukaan daun. Pada kondisi tertentu dapat masuk ke dalam jaringan daun dengan bermula terjadinya pada bagian plasmolemma atau pada bagian dinding sel (Soeriatmadja, R. E., 1990) Daun asam keranji memiliki jumlah stomata daun relatif sedikit dengan distribusi jarak antar stomata agak renggang. Menurut Treshow (1984), stomata dalam jumlah sedikit akan memudahkan masuknya suatu bahan keda-lam jaringan daun melalui proses difusi. Letak antar stomata diperantarai oleh suatu jarak tertentu, yang dapat mempengaruhi jumlah partikel berdifusi melalui stomata. Bila jumlah stomata persatuan luas tertentu banyak, maka jarak antar stomata akan berdekatan. Letak stomata yang berdekatan akan saling menghambat difusi partikel, sehingga lebih sedikit partikel yang dapat masuk dan terakumulasi dalam jaringan mesofil (Kovacs, 1992.). Tumbuhan yang berukuran daun kecil akan memiliki total luas daun lebih besar dibandingkan dengan tumbuhan berdaun besar dalam massa yang sama. Penelitian Ayunahati (1995), menunjukkan tumbuhan yang luas permukaan daunnya lebih kecil cenderung lebih banyak mengakumulasi Pb dan Cd dibandingkan dengan daun yang memiliki permukaan luas. Selain itu spesies dengan daun majemuk yang berukuran kecil menyerap dan mengakumulasi Pb dan Cd lebih banyak dibandingkan dengan daun tunggal berukuran besar, disamping itu besarnya luas total permukaan daun berpengaruh terhadap banyaknya bahan pencemar terakumulasi pada daun. Daun asam keranji merupakan tumbuhan yang berdaun kecil, sehingga memung-kinkan untuk lebih banyak menyerap bahan pencemar dari udara. 6
BIONATURE Volume 8 Nomor 01/04/2007. ISS 1411-4720 Universitas Negeri Makassar
Secara anatomi daun asam keranji memiliki daging daun tipis (adanya selapis epidermis), pipih berukuran kecil dengan lapisan kutikula yang relatif tipis dan tidak berbulu tapi kasat, sehingga memudahkan terjadinya proses difusi terhadap bahan-bahan dari udara masuk kedalam jaringan daunnya. Menurut Leopold (1978), penyerapan materi dari luar dipengaruhi oleh karakteristik anatomi dan keadaan stomata daun. Perbedaan karakteristik susunan anatomi daun dikotil, jumlah dan ukuran stomata, serta tebal tipisnya daging daun berpengaruh dalam penyerapan partikulat. Permukaan daun berbulu (filosus) akan lebih mampu menahan suatu bahan yang menempel untuk tidak terdifusi ke dalam jaringan, dibandingkan daun yang permukaannya licin (Bidwel, 1979). Tingginya konsentrasi akumulasi logam Pb, Cd dan Cu pada daun asam keranji di kawasan PT. KIMA menyebabkan perubahan kondisi fisiologis tanaman asam keranji yang ditandai dengan menguningnya daun dan timbulnya bercak-bercak di permukaan daun, namun belum mematikan. Dengan berdasarkan kenyataan atas kemampuan asam keranji mengakumulasi logam Pb, Cd dan Cu dari udara yang tinggi, maka perlu dilakukan perbanyakan pohon pelindung tersebut, sehingga dapat menjadi salah satu alternatif dalam penanggulangan pencemaran udara di kawasan PT. KIMA dan sekitarnya. KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil analisis akumulasi logam berat Pb, Cd dan Cu pada daun asam keranji Pitchelobium dulce. Bth. dari Kawasan Industri Makassar (PT. KIMA), dapat disimpulkan sebagai berikut : - Kandungan Pb dan Cu pada umumnya banyak terakumulasi pada jaringan daun asam keranji di sektor barat dibandingkan dengan sektor lainnya, sedangkan akumulasi logam Cd ternyata tertinggi disektor timur. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor eksternal berupa letak dan jumlah sumber pencemar, serta adanya pengaruh lingkungan terutama pola arah angin. Sedangkan factor internal adalah karakter morfologis, anatomi dan fisiologis daun asam keranji. - Asam keranji ternyata mampu mengakumulasi kadar logam Pb, Cd dan Cu yang relatif tinggi melebihi standar akumulasi secara umum pada tumbuhan, sehingga dapat dijadikan tanaman alternatif dalam usaha mengurangi polusi udara. DAFTAR PUSTAKA Andersoon, W. P 1973. Ion Transport in Plant. Academic Press, New York - AS. Ayunahati, L., 1995. Studi Awal kemampuan Penyerapan Pb dari Udara Pada Keempat Jenis Tanaman Di Jalan Martadinata Bandung. Skripsi Sarjana Biologi, Fmipa, Institut Teknologi Bandung. Bidwell,R.G.S., 1979. Plant Physiologi. Mac Millan Publishing, New York. Djajadiningrat, 1992. Masalah Pencemaran Udara dan Air. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Dwijosoeputro, D., 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia, Jakarta. Evyets, M., 1987. Studi Evaluasi Konsentrasi Pencemar Udara dan Mengukur Parameter Partikulat Pb dan SO2 di Daerah Pemukiman Bandung Utara. Skripsi Sarjana Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITB, Bandung. Fitter, A. H., dan Hay., 1981. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yokyakarta. Ismunawan, B., 1987. Identifikasi Partikulat Udara Bebas Akibat Gas Buang Kendaraan Bermotor. Laporan Seminar Teknik Lingkung-an, Fakultas Teknik Sipil dan Perencenaan, ITB, Bandung. 7
BIONATURE Volume 8 Nomor 01/04/2007. ISS 1411-4720 Universitas Negeri Makassar
Khan, M. A. Q. and Baderka , J. P., 1974. Survival in Toxic Environ-ments. Academic Press, New York. Kovacs, M., 1992. Biologycal Indicators in Enviromental Protection. Ellis Hatwood, England. Leopold, A. C., and Kriedemann, P. E., 1975. Plant Growth an Development. Tata Mc Graw-Hill Publishing Ltd, New Delhi. Perkin and Elmer., 1982. Manual Gide For Atomic Absorbtion Spektrofotometry Ryadi, A. L. S., 1982. Pencemaran Udara, Penerbit Usaha Nasional, Surabaya. Sastrawijaya, A. T., 1991. Pencemaran Lingkungan. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Soeriatmadja, R. E., 1990. Prediksi, Identifikasi, dan Evaluasi Dampak Pencemaran Udara. Makalah Kursus AMDAL-C, Jakarta. Treshow, M. P., 1984. Air Pollution and Plant Life. Washinton, USA
Lampiran Tabel 1 : Analisis akumulasi logam berat (ppm) Pb, Cd dan Cu daun asam keranji (Pithcelobium dulce) dari Kawasan PT. KIMA, per 5 gram berat sampel. Lokasi / Sektor
Jenis Logam
Utara
Pb Cd Cu Pb Cd Cu Pb Cd Cu Pb Cd Cu
Timur
Selatan
Barat
Konsentrasi rata-rata akumulasi logam berat (ppm) 1 2 3
4,785 2,150 13,480 5,655 1,300 4,310 10,780 0,085 6,160 11,605 0,560 16,770
5,355 0,270 10,980 7,265 0,155 6,370 11,42 0,155 7,870 9,980 0,460 8,620
5,970 0,625 5,290 4,070 0,960 6,680 7,075 0,155 11,930 10,230 0,410 9,060
Rata-rata
5,370 1,015 9,920 5,663 0,805 5,780 9,758 0,132 8,650 10,605 0,476 11,490
8