IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PROGRAM LINIER KELAS X TEKNIK KENDARAAN RINGAN SMKN 1 NARMADA TAHUN PELAJARAN 2015/2016
ARTIKEL SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Meraih Gelar Sarjana Pendidikan Matematika Oleh MUHAMMAD ARIF E1R112045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2016
i
ii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING JURNAL SKRIPSI ..........
ii
DAFTAR ISI ...............................................................................................................
iii
ABSTRAK ...................................................................................................................
iv
PENDAHULUAN ........................................................................................................
1
METODE PENELITIAN ............................................................................................
4
PEMBAHASAN ...........................................................................................................
5
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... ………………
10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................
11
iii
IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI SISWA DALAM MENYELESAIKAN PROGRAM LINIER KELAS X TEKNIK KENDARAAN RINGAN SMKN 1 NARMADA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh Muhammad Arif, Baidowi, Rahadi Suryadi Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, FKIP Universitas Mataram Email:
[email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Narmada dalam menyelesaikan masalah program linier tahun pelajaran 2015/2016 dengan mengimplementasikan model Problem Based Learning. Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran yang menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa masih rendah, yang ditunjukkan dengan nilai hasil belajar siswa pada beberapa kompetensi dasar masih belum mencapai ketuntasan klasikal di sekolah tersebut yaitu 85%, dan rata-rata nilai hasil belajar siswa masih di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 75. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri dari tiga siklus, siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan, siklus II dan siklus III dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari lima kegiatan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, evaluasi, dan refleksi. Dalam Problem Based Learning (PBL), siswa akan menjadi pembelajar aktif yang dikondisikan untuk menyelesaikan permasalahan nyata dalam kehidupan sehari, tahapan kegiatan pembelajaran dalam PBL yaitu: mengorientasikan siswa kepada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisa serta mengevaluasi proses pemecahan masalah. Hasil dari implementasi Model Problem Based Leraning pada pembelajaran menyelesaikan masalah program linier menunjukkan bahwa adanya peningkatan prestasi siswa yaitu ketuntasan klasikal yang dicapai pada siklus I adalah 81,81%, pada siklus II meningkat menjadi 87,88%, dan pada siklus III meningkat menjadi 90,91%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa implementasi model Problem Based Learning dapat meningkatkan prestasi siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Narmada dalam menyelesaikan masalah program linier tahun pelajaran 2015/2016. Kata kunci: prestasi belajar siswa, problem based learning.
iv
THE IMPLEMENTATION OF PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO INCREASE STUDENTS ACHIEVEMENT IN SOLVING LINIER PROGRAM CLASS X LIGHT VEHICLE ENGINEERING SMKN 1 NARMADA IN ACADEMIC YEAR 2015/2016 Muhammad Arif, Baidowi, Rahadi Suryadi Study Program of Mathematics Education Mathematics and Basic Education Departement, FKIP Mataram University Email:
[email protected] ABSTRACT Purpose of this research is to increase students achievement class X light vehicle engineering SMKN 1 Narmada in solving linier program in academic year 2015/2016 by the implementation Problem Based Learning Model. This research be base on observation report of instruction that show students achievement is stay low, that is showed by value of students in some materials is not yet achieve to classical completed in that school is 85%, and average of value stay under minimum complete criteria it is 75. This action class research in 3 cycles, first cycle have did in 3 times, seconds and third cycle in 2 times. Each cycle contain of 5 actions such as: planning, action, observation, evaluating, and reflecting. In the Problem Based Learning Model, student will be active learner that conditioning for solving real problem of daily life, syntax of PBL such as: problem orientation to students, students learning organization, lead individual or team investigation, expand and present action report, analysis and evaluation to problem solving process. The report of implementation Problem Based Learning Model in solving problem linier program show some increasing of students achievement likely classical completed in first cycle is 81,81%, in the second cycle increase to be 87,88%, and in the third cycle increase to be 90,91%. Finally we can generalization that the implementation Problem Based Learning Model to increase students achievement in class X light vehicle engineering SMKN 1 Narmada in solving linier program in academic year 2015/2016. Key word: students achievement, problem based learning.
v
I.
PENDAHULUAN Matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan yang sangat erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari, beberapa topik dalam matematika yang berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari misalnya konsep operasi pada bilangan real, perbandingan, dan masalah program linier, dan masih banyak lagi permasalahan nyata yang dapat diselesaikan secara matematika. Dalam proses pembelajaran, pemerolehan konsep matematika oleh siswa akan sangat baik jika terjadi melalui suatu proses pembelajaran yang berkaitan langsung dengan permasalahan sehari-hari. Siswa harus menjadi pelajar yang aktif, berani ditantang untuk menerapkan pengetahuan dan pengalamannya yang diperoleh dalam proses belajar ke dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan logis matematis dewasa ini tidak hanya digunakan untuk soal hitung-hitungan angka saja, akan tetapi kini telah jauh berkembang. Pembelajaran logis matematis yang diharapkan terjadi pada siswa adalah siswa dapat menggunakan pengetahuan matematikanya untuk menyelesaikan permasalahan sehari-hari. Guru hendaknya mampu untuk menjelaskan pengetahuan yang dimiliki kepada siswanya melalui pengelolaan pembelajaran denggan penerapan pendekatan dan model-model pembelajaran yang sesuai dengan pokok bahasan dan karakteristik siswa. Guru juga hendaknya memperhatikan bahwa siswa adalah peserta didik yang harus diikutsertakan secara aktif dalam proses belajar mengajar, sehingga materi yang diajarkan menjadi lebih mudah dipahami dan lebih bermakna. Kondisi belajar seperti itulah yang diharapkan terjadi di SMKN 1 Narmada, sehingga ketuntasan belajar yang diharapkan dalam kegiatan belajar mengajar bidang studi matematika atau lebih dikenal dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 75, dengan ketuntasan secara klasikal 85 % dapat tercapai. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru mata pelajaran matematika yang mengajar di kelas X Teknik Kendaraan Ringan (TKR), diperoleh bahwa prestasi siswa dalam mata pelajaran Matematika masih rendah. Dan berdasarkan kegiatan observasi terhadap siswa kelas X TKR diperoleh dua hal penting yaitu karakteristik siswa pada saat mengikuti proses pembelajaran matematika, dan prestasi belajar siswa itu sendiri. 1
Karakteristik siswa kelas X TKR yang berhasil diidentifikasi antara lain sebagai berikut: (1) di dalam kelas X TKR ini terdapat beberapa orang siswa yang memiliki kemampuan matematika lebih baik dari siswa yang lain, siswa-siswa yang memiliki kemampuan lebih baik ini menjadi pusat bertanya bagi siswa-siswa yang lain di dalam kelas tersebut, akibatnya dalam menyelesaikan latihan dan tugas individu, siswa akan berkelompok dengan siswa yang memiliki kemampuan lebih baik tersebut. (2) pada saat melaksanakan praktek kejuruan, siswa telah terbiasa bekerja secara berkelompok. Kebiasaan bekerja secara berkelompok tersebut terbawa oleh siswa pada kegiatan belajar pada bidang studi matematika. (3) siswa belum dapat menghubungkan materi yang dipelajari dengan permasalahan nyata yang ada di lingkungan sekitar. Hal ini terlihat dari ketika siswa diberikan soal-soal yang berbentuk permasalahan sehari-hari rata-rata siswa tidak dapat menjawabnya dengan baik. Sehingga berakibat pada rendahnya prestasi belajar siswa. Rendahnya prestasi belajar siswa pada beberapa kompetensi dasar yang dipelajari pada semester 1, dan hasil ujian tengan semester ditunjukkan pada Tabel 1.1 berikut ini. Tabel 1.1 Daftar rata-rata nilai dan ketuntasan klasikal siswa kelas X TKR Tahun Pelajaran 2015-2016 pada Standar Kompetensi Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep operasi bilangan real No
1
2
Materi 1. Menerapkan operasi pada bilangan real 2. Menerapkan operasi pada bilangan berpangkat 3. Menerapkan konsep logaritma Ujian Tengah Semester
Rata-Rata Nilai
Ketuntasan Klasikal
45,93
0%
66,46
40 %
71,72 38,55
65,71% 5,1 %
Berdasarkan nilai hasil evaluasi terhadap 3 kompetensi dasar tersebut, tampak bahwa nilai siswa kelas X TKR ini masih di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) mata pelajaran matematika sekolah tersebut yaitu 75, dan dengan ketuntasan klasikal 85%. Nilai-nilai tersebut merupakan representasi dari hasil proses belajar siswa, oleh karena itu jalannya proses pembelajaran adalah faktor penting yang menentukan prestasi belajar siswa. Beberapa faktor yang menjadi penyebab rendahnya prestasi belajar siswa ini, antara lain adalah sebagai berikut: (1) proses pembelajaran yang berlangsung belum dapat memberi stimulus kepada siswa untuk 2
memahami konsep yang dipalajari. (2) siswa belum dapat menyelesaikan soal-soal yang berbentuk permasalahan nyata. (3) proses pembelajaran yang terjadi masih berpusat pada guru (teacher centered). Oleh karena itu Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) adalah solusi yang tepat untuk mengatasi keadaan tersebut, karena PBL merupakan model pembelajaran yang mengintegrasikan permasalahan sehari-hari dengan materi pelajaran. Sehingga melalui implementasi (penerapan) model PBL ini siswa dilatih untuk terbiasa mengkonstruksi pengetahuan matematika dari permasalahan nyata. Lebih lanjut siswa akan dapat menggunakan pengetahuan matematikanya untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. PBL sendiri merupakan salah satu model pembelajaran yang masuk dalam rumpun pembelajaran kooperatif, jadi kegiatan belajar dilaksanakan secara berkolompok. Hal ini akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar, sehingga terjadilah proses pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Berdasarkan keadaan siswa tersebut Model Pembelajaran Berbasis Masalah ini diterapkan pada kompetensi menyelesaikan masalah program linier, dengan rincian materi sebagai berikut: (1) Menggambar grafik penyelesaian pertidaksamaan linier dan sistem pertidaksamaan linier dua variabel, (2) model matematika, (3) menentukan penyelesaian model matematika, (4) fungsi objektif, (5) Menentukan nilai optimum dari sistem pertidaksamaan linier, (6) Menentukan nilai optimum dari garis selidik. Dengan memanfaatkan permasalahan sehari-hari siswa akan distimulasi untuk dapat memahami beberapa Kompetensi Dasar yang ada dalam topik tersebut. Penyelesaian permasalahan program linier ini menggunakan langkah-langkah penyelesaian sistem persamaan dan sistem pertidaksamaan linier. Relevansi antara PBL dengan Program Linier dapat dipandang dari masalah-masalah yang diberikan, misalnya masalah menentukan keuntungan maksimal yang dapat diperoleh, dan menentukan biaya minimal untuk suatu kegiatan produksi. Sesuai dengan keadaan siswa sebagaimana telah diuraikan di atas maka implementasi Problem Based Learning ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa pada kompetensi menyelesaikan masalah program linier.
3
Tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam menyelesaikan masalah program linier Kelas X Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Narmada Tahun Pelajaran 2015-2016.
II.
METODELOGI PENELITIAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMKN 1 Narmada kelas X Teknik Kendaraan Ringan (TKR) tahun pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X TKR semester II tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 33 orang. Kompetensi yang diambil dalam penelitian ini adalah menyelesaikan masalah program linier yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Siklus I terdiri dari 4 pertemuan, tiga pertemuan untuk pembelajaran dan satu pertemuan untuk evaluasi. Siklus II dan III terdiri dari 3 pertemuan, dua pertemuan untuk pembelajaran dan satu pertemuan untuk evaluasi. setiap pertemuan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran, dengan alokasi waktu 1 jam pelajaran sama dengan 45 menit. Dalam setiap siklus terdapat lima tahapan kegiatan yaitu : (1) Perencanaan (planning), (2) Implementasi, (3) Observasi dan (4) Evaluasi (Evaluation), dan (5) Refleksi. Data dalam penelitian ini diperoleh menggunakan 2 teknik yaitu: observasi dan evaluasi, observasi dilakukan untuk memperoleh data aktivitas siswa dan keterlaksanaan rencana pembelajaran. Sedangkan evaluasi dilakukan untuk memperoleh data prestasi belajar siswa. Jenis soal yang digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa berupa soal uraian. Tujuannya untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa, dengan target minimal 85% siswa kelas X TKR SMKN 1 Narmada memperoleh rata-rata nilai 75. Skor hasil observasi aktivitas belajar siswa ditentukan dengan rumus A belajar siswa, n = banyaknya indikator/descriptor, dengan
∑
, dengan A = Skor aktivitas
Skor indikator aktivitas belajar siswa,
(Nurkancana, 1990: 103). Hasil observasi keterlaksanaan rencana
pembelajaran dianalisis secara kualitatif untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran yang belum terlaksana. Data Prestasi Belajar Siswa dianalisis secara deskriptif yaitu pertama menentukan rata-rata nilai hasil tes pada masing-masing siklus, kemudian dilanjutkan dengan menentukan ketuntasan klasikal. Rata-rata hasil evaluasi dihitung dengan menggunakan rumus ̅
∑
, dengan
̅ = rata-rata nilai siswa,
= Nilai skor masing-masing siswa, dan n = 4
jumlah siswa yang mengikuti tes (Riduwan, 2013: 102). Analisis Ketuntasan belajar klasikal dianalisis dilakukan menggunakan rumus
, dengan KB = Ketuntasan Belajar
Klasikal, P = banyaknya siswa yang memperoleh nilai
, dan N = banyaknya siswa kelas
X TKR. Penelitian ini dikatakan berhasil jika prestasi belajar siswa meningkat, prestasi siswa dikatakan meningkat apabila rata-rata nilai hasil belajar siswa pada setiap siklus minimal 75, dan persentase ketuntasan klasikal siswa pada setiap siklus minimal 85%. III.
PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini bertujuan meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 1 Narmada tahun pelajaran 2015/2016. Ringkasan hasil penelitian ditunjukkan pada tabel berikut ini: Tabel 3.1 Ringkasan hasil penelitian No
Objek
1
Prestasi
2
Aktivitas
Rata-rata Ketuntasan klasikal Rata-rata skor kategori
I 79,60 81,81% 22,36 Cukup Aktif
Siklus II 75,79 87,88% 24,50 Aktif
III 81,82 90,91% 29,83 Aktif
Berdasarkan tabel 3.1 di atas dapat diperoleh informasi sebagai berikut. Ketuntasan klasikal yang dicapai pada siklus I adalah 81,82%. Artinya bahwa banyaknya siswa yang tuntas pada evaluasi siklus I belum mencapai kriteria minimal. Belum tercapainya indikator ketuntasan klasikal yang diharapkan pada pembelajaran siklus I ini disebabkan oleh beberapa faktor yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar, diantaranya adalah aktivitas belajar siswa dan keterlaksanaan rencana pembelajaran yang belum maksimal. Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa diperoleh bahwa terdapat beberapa indikator aktivitas belajar yang masih kurang (memiliki skor rendah). 1) Keaktifan siswa dalam membaca buku atau sumber lain yang relevan untuk mencari solusi dari masalah yang disajikan. Referensi atau sumber belajar dalam suatu kegiatan pembelajaran merupakan sarana belajar yang sangat penting guna menunjang berlangsungnya suatu proses pembelajaran yang efektif. Kekurangan referensi dalam suatu kegiatan belajar dapat berdampak pada minimnya informasi pengetahuan yang dapat digali oleh siswa, sehingga 5
hal ini dapat menghambat proses pemerolehan pemahaman siswa terhadap suatu materi yang sedang dipelajarinya. 2) Kemampuan siswa dalam memberikan saran atau tanggapan kepada kelompok yang presentasi hasil diskusi. Indikator pemahaman seorang siswa akan suatu materi, salah satunya dapat dilihat dari bagaimana siswa tersebut dalam memberi tanggapan kepada siswa lain. Siswa yang paham akan suatu materi atau topik yang sedang dibicarakan cenderung akan memberikan respon atau tanggapan positif. Apabila ada hal kurang tepat maka siswa yang paham akan menanggapi dan mencoba memberikan saran terhadap hal yang benar. 3) Keberanian siswa untuk tampil mengerjakan soal di depan kelas. Hal ini berkaitan dengan rasa percaya diri siswa. Ketika seorang siswa telah memahami suatu materi dengan baik maka siswa akan mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, hal tersebut berdampak pada meningkatnya rasa percaya diri siswa, namun sebaliknya apabila seorang siswa belum memahami materi dengan baik maka siswa tidak akan mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, sehingga rasa percaya diri siswa akan sangat rendah. 4) Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal latihan individu. Ditambah lagi dengan rendahnya aktivitas siswa dalam membuat catatan-catatan yang berisi poin-poin penting materi yang dipelajari. 5) kekurangan yang terjadi pada saat guru memberikan apersepsi diantaranya adalah siswa kurang teratur dalam menjawab pertanyaan guru, dan hanya 50% saja siswa yang mau menanggapi pertanyaan guru yang disampikan dalam kegiatan ini. Respon awal siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran akan sangat mempengaruhi motivasi siswa tersebut. Sehingga pada tahap ini diperlukan pengelolaan yang baik. Karena bagaimananpun juga apersepsi adalah bagian dalam suatu kegiatan pembelajaran yang salah satunya bertujuan mengingatkan siswa akan keterkaitan materi atau pengetahuan yang dimilikinya dengan materi yang akan dipelajari. dengan demikian apersepsi merupakan bagian dari pengelolaan kelas. Dalam hal ini Changelosi dalam Munir (2013: 76) menegaskan bahwa pengelolaan kelas yang efektif akan menghasilkan hasil pembelajaran yang efektif pula. Oleh karena salah satu pengelolaan kelas yang dapat dilakukan pada
tahap
apersepsi dapat
dilakukan dengan
memberikan petunjuk
pelaksanaannya kepada siswa. Penunjukan langsung kepada siswa untuk menjawab akan memberikan efek siap pada diri siswa. Sehingga siswa akan memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru dalam apersepsi. 6
Ada beberapa tahapan dalam rencana kegiatan pembelajaran yang tidak terlaksana dengan maksimal. Diantaranya adalah 1) kegiatan pengumpulan informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Dalam diskusi kelompok siswa mengerjakan LKS, LKS memuat masalah yang harus diselesaikan. Pengerjaan LKS membutuhkan keaktivan siswa dalam mengolah pengetahuan yang dimilikinya dihubungkan dengan pengetahuan yang sedang dipelajari. 2) dalam kegiatan presentasi hasil diskusi. ada kelompok yang tidak mempresentasikan hasil diskusinya. Kelompok yang tidak presentasi ini belum dapat membuat kesimpulan terhadap pemecahan masalah. Kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan menunjukkan tingkat pemahaman siswa. Siswa yang belum mampu membuat kesimpulan terhadap suatu topik menunjukkan bahwa siswa tersebut belum memahami topik yang dipelajari, dan sebaliknya. 3) proses memberi tanggapan pada hasil diskusi kelompok lain. Siswa yang mau menanggapi hasil diskusi kelompok lain jumlahnya masih sedikit. Dari 8 indikator aktivitas belajar siswa yang diamati selama kegiatan pembelajaran (visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities, dan mental ativities) diperoleh hasil bahwa aktivitas belajar siswa pada siklus I masuk dalam kategori Cukup Aktif. Hasil ini masih belum mencapai harapan, sedangkan aktivitas belajar siswa yang diharapkan terjadi dalam suatu kegiatan pembelajaran minimal berkategori Aktif. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, maka kekurang-kekurang yang terjadi pada proses pembelajaran siklus I diperbaiki pada pembelajaran siklus II. Beberapa perbaikan tindakan yang dilakukan antara lain adalah: 1) Memberikan sumber belajar tambahan kepada siswa berupa hand out dan ebook mata pelajaran matematika, hal ini dilakukan agar siswa memiliki referensi lain yang relevan yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya. 2) Membiasakan siswa untuk membuat catatan terkait dengan materi yang dipelajari selama kegiatan diskusi kelompok ataupun ketika membuat rangkuman, karena dengan membuat catatan atau rangkuman dapat membantu siswa memahami suatu materi, sebagaimana yang dikemukakan oleh Kiewra dalam Santrock (2015: 336) membuat catatan entah itu dari materi pelajaran atau buku teks, akan membantu pembelajaran siswa. 3) Membimbing siswa untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang datang dari kelompok lain. Membiasakan siswa dalam menjawab pertanyaan akan menimbulkan efek 7
positif bagi daya pikir siswa, karena ketika siswa mencoba menjawab suatu pertanyaan terlebih dahulu siwwa akan memikirkan jawban yang sesuai. Proses berpikir ini dapat menstimulasi siswa untuk memahami suatu topik atau materi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh John W. Santrock (2015: 357) “berpikir merupakan suatu aktifitas memanipulasi atau mengolah dan mentransformasi informasi dalam memori yang dilakukan untuk membentuk konsep, bernalar, membuat keputusan, dan memecahkan masalah”. 4) Membimbing siswa dalam membuat kesimpulan. Membuat kesimpulan suatu materi sama dengan melakukan review terhadap keseluruhan materi kemudian menyarikannya dalam beberapa kalimat yang mudah dipahami. Dengan demikian akan membantu siswa memahami materi yang dipelajari. Pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dengan mengimplentasikan model problem based learning dengan beberapa tambahan, dan perbaikan pada tahapannya. Perbaikan pada tahapan pembelajaran dalam PBL yang dimaksud adalah sebagai berikut: Tahap membimbing penyelidikan individu maupun kelompo, proses pemecahan masalah terjadi pada tahap ini. Guru memberikan bimbingan yang lebih intensif kepada setiap kelompok. Di sini guru hanya memantau langkah-demi langkah yang dilakukan siswa dalam pemecahan masalah. sebagaimana yang dikemukan oleh Teresa Amabile dalam Santrock (2015: 367) menyuruh siswa untuk melakukan sesuatu secara persis akan membuat mereka merasa bahwa orisinilitas adalah sebuah kesalahan dan eksplorasi adalah kesia-siaan. Pendapat ini didukung oleh pendapat Profesor Emzir (2010: 111) “ketika siswa berada dalam proses mencari tahu, pendidik tidak perlu serta merta memberi tahu, tetapi ia lebih berfungsi sebagai fasilitator (membantu, membimbing, mengarahkan, peserta didik untuk berbuat), sehingga pada gilirannya mereka akan terbiasa …”. Guru juga membimbing siswa untuk memanfaatkan ebook dan hand out dalam penyelesaian masalah. Hal ini didukung oleh pendapat seorang pakar psikologi pendidikan John W. Santrock (2015: 351) yang menyatakan bahwa pemahaman konsep akan berkembang apabila guru dapat membantu siswa mengokplorasi topik secara mendalam dan memberi mereka contoh yang tepat dan menarik dari suatu konsep.
Perbaikan juga
dilakukan pada tahap keempat yaitu tahap mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Penyajian hasil karya dilakukan dengan kegiatan presentasi di depan kelas. Presentasi dilakukan oleh perwakilan setiap kelompok. guru membimbing siswa agar siswa dapat 8
melakukan presentasi dengan baik, sehingga penyajian menjadi jelas dan dapat dipahami oleh siswa yang lain. Melalui perbaikan tersebut akhirnya terjadi peningkatan hasil evaluasi dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan tabel 3.1 di atas ditunjukkan bahwa pada siklus II ketuntasan klasikal siswa kelas X TKR mencapai 87,88%. Peningkatan juga terjadi pada aktivitas belajar siswa meningkat pada siklus II menjadi kategori Aktif. Kegiatan pembelajaran pada siklus III dilaksanakan dengan mengimplementasikan model PBL dan beberapa modifikasi yang dilakukan pada tahapannya. Tahap pertama yaitu mengorientasikan siswa kepada masalah. guru menghimbau kepada seluruh siswa untuk memperhatikan dengan seksama pejelasan dari guru terkait dengan masalah yang akan diselesaikan. Tujuannya agar siswa tidak salah memahami maksud dari permasalahan yang disajikan. Adanya konsentrasi yang tinggi memungkinan internalisasi informasi secara optimal, informasi tersebut akan diproses dengan mudah dan akan dapat “dikeluarkan” bilamana diperlukan, karena dengan pemusatan perhatian dan konsentrasi tinggi memungkinkan informasi tersebut tersimpan dengan kuat dalam memori menyimak (Arifuddin, 2013: 301-302). Tahap kedua yaitu mengorganisasikan siswa untuk belajar, tahap ini guru membantu siswa mengorganisasi anggota kelompoknya agar kolaborasi yang terjadi dalam diskusi kelompok dapat berjalan dengan efektif. Dalam hal ini guru sedapatnya menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan kolaborasi di antara siswa serta membantu siswa dalam melakukan investigasi masalah secara bersama-sama. Hal ini didukung oleh pendapat Profesor Emzir (2010: 100) yang menyatakan bahwa kompetensi peserta didik yang berkenaan dengan berbagai situasi kerja dalam tim perlu dikembangkan. Tahap ketiga yaitu membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. pada tahap ini guru membimbing siswa untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Tahap keempat yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Masing-masing kelompok berusaha membuat kesimpulan dari penyelesaian masalah. Dari beberapa perbaikan tindakan dalam kegiatan pembelajaran pada siklus III diperoleh adanya peningkatan prestasi belajar siswa sebagaimana yang tercantum dalam tabel 3.1 di atas yaitu ketuntasan klasikal siswa kelas X TKR mencapai 90,91%. Pencapaian ini menunjukkan bahwa indikator keberhasilan telah tercapai. Dengan demikian, berdasarkan uraian di atas maka implementasi model 9
Problem Based Learning dapat meningkatkan prestasi siswa kelas X TKR SMK Negeri 1 Narmada pada kompetensi menyelesaikan masalah program linier tahun pelajaran 2015/2016.
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1.
Implementasi model Problem Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 1 Narmada pada kompetensi menyelesaikan masalah program linier tahun pelajaran 2015/2016. Peningkatan prestasi tampak pada rata-rata hasil evaluasi pada setiap siklus yaitu 79,60 pada siklus I, 75,79 pada siklus II, dan 81,82 pada siklus III. Serta Ketuntasan klasikal siswa meningkat dalam setiap siklus yaitu 81,81% pada siklus I, menjadi 87,88% pada siklus II, dan 90,91% pada siklus III.
2.
Rata-rata nilai siwa kelas X Teknik Kendaraan Ringan SMK N 1 Narmada pada kompetensi menyelesaikan masalah program linier adalah 79,07 dengan rata-rata ketuntasan klasikal yaitu 86,67%. Saran-saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagi guru matematika SMK Negeri 1 Narmada diharapkan dapat mengimplementasikan model Problem Based Learning pada pembelajaran materi menyelesaikan masalah program linier.
2.
Bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian sejenis, agar memperhatikan hambatan yang
kemungkinan
terjadi
dalam
proses
penelitian
dan
mencari
alternative
penyelesaiannya. 3.
Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis, sebelum menerapkan model PBL dalam kegiatan pembelajaran, terlebih dahulu memberikan preview pelaksanaan kegiatan secara jelas kepada subjek penelitian, hal tersebut dapat dilakukan dengan bantuan tayangan video pendek atau sejenisnya, sehingga subjek penelitian dapat memahami dengan baik langkah kegiatan yang akan dilaksanakan, dan jika penelitian diberikan dalam jumlah pertemuan yang cukup banyak, agar memanfaatkan teknologi dalam 10
kegiatan pembelajaran untuk menghindari kebosanan, serta mengoptimalkan pemberian bimbingan dan motivasi kepada siswa dengan cara mengajak setiap siswa untuk bekerja sama dengan baik dalam tim (kelompok).
DAFTAR PUSTAKA Arifuddin. 2013. Neuro Psiko Linguistik. Jakarta: Rajawali Pers. Emzir. 2010. Isu-Isu Kritis Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah. Bogor: Ghalia Indonesia. Munir. 2013. Multimedia Konsep dan Aplikasi Dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Nurkencana dan Sunartana. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional Riduwan. 2013. Dasar-dasar Statistika. Bandung: AlfaBeta Santrock, J W. 2015. Educational Psychology, 2nd Edition. Jakarta: Prenada Media Group
11