0546: Muhammad Amin & Rahmawati Maudding
HK-31
MELACAK PELAKU TERORISME MELALUI PENENTUAN KANDUNGAN KATION DAN ANION DALAM SAMPEL HASIL PENCUCIAN TELAPAK TANGAN PELAKU DENGAN TEKNIK KROMATOGRAFI ION Muhammad Amin∗ dan Rahmawati Maudding Program Studi Pendidikan Kimia FKIP, Universitas Khairun Lembaga Penelitian, Universitas Khairun Jl. Raya Pertamina, Gambesi, Ternate, Maluku Utara 97723 Telepon (0921) 3110905 ∗
e-Mail:
[email protected]
Disajikan 29-30 Nop 2012
ABSTRAK Telah dilakukan analisis kandungan kation (Na+ , NH4 + , K+ , Mg2+ dan Ca2+ ) dan anion (NO2 − , Cl− , ClO3 − , NO3 − , and SO4 2− ) menggunakan instrumen analisis kromatografi ion terhadap 80 dari 150 sampel yang berasal dari hasil pencucian telapak tangan para penjual petasan/kembang api, kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan hasil analisis dari sampel dari hasil pencucian telapak tangan orang yang diketahui tidak memegang sampel tersebut di atas. Simulasi terhadap sampel petasan, kembang api dan korek api, juga dilakukan untuk mengetahui sejauhmana ion-ion yang terkandung dalam 3 jenis bahan yang diambil, bisa merekat dan menempel di telapak tangan seseorang saat bahan itu dipegang/disentuh. Untuk simulasi sampel, telah dipakai sampel bubuk yang diperoleh dengan cara mengeluarkannya dari pembungkus sampel petasan/kembang api dan korek api. Dengan menggunakan kolom pemisah Super-IC-cation dan asam Tartrate sebagai eluen, kelima kation di atas dapat terdeteksi dengan baik dalam waktu analisis kurang 20 menit/sampel. Begitu juga, ketika analisis dan pemisahan anion, semua anion dapat terdeteksi dalam waktu analisis 40 menit/sampel dengan menggunakan kolom pemisah IC-Anion-PWxl dan asam Trimellitik sebagai eluen. Hasil analisis menunjukkan bahwa konsentrasi beberapa kation (Na+ , NH4 + dan K+ ) pada sampel hasil pencucian telapak tangan penjual petasan/kembang api meningkat 2 - 3 × lipat dari sampel hasil pencucian telapak tangan yang tidak memegang sampel. Demikian halnya pada simulasi sampel, baik kation maupun anion dapat dianalisis dengan sempurna sampel bubuk bahan yang menempel pada telapak tangan manusia. Ion K+ adalah kation penyusun utama dalam ketiga sampel yang diambil sementara ion NO3 − adalah anion penyusun utama untuk sampel petasan dan kembang api, dan ion ClO3 − adalah anion penyusun utama korek api. Terlihat bahwa instrumen analisis kromatografi ion bisa menjadi alternatif utama dalam membantu dan menyiapkan data analisis kandungan kation dan anion dalam 3 jenis sampel di atas untuk maksud melacak pelaku terorisme. Kata Kunci: Kromatografi Ion, Pelaku Terorisme, Telapak Tangan, Kation, Anion
I.
PENDAHULUAN
Ketika ”Black September Tragedy” menimpa Amerika pada 11 September 2001 yang ditandai dengan adanya aksi pemboman di kedua gedung kesayangan pemerintah Amerika Serikat yaitu World Trade Center di New York City dan Federal Building di Oklahoma, sempat menggoncang pemerintah, rakyat Amerika Serikat dan masyarakat dunia pada umumnya. Perhatian masyarakat saat itu tiba-tiba disulap tertuju bagaimana agar bisa meningkatkan keamanan dan keselamatan diri dari berbagai bentuk ancaman, teror yang kemungkinannya akan muncul setiap saat.
Terorisme saat itu muncul sebagai ancaman global dunia. Di Indonesia, sebut saja terjadinya beberapa aksi seperti 12 Oktober 2002 adanya kasus peledakan yang kemudian dikenal Bom Bali I, 5 Agustus 2003 kasus Bom Marriott Jakarta, 9 September 2004 terjadi Bom Kuningan, 1 Oktober 2005 muncul kasus Bom Bali II, 17 Juli 2009 Bom Mega Kuningan, dan terakhir 15 April 2011 yang terjadi di Mapolres Kota Cirebon.[1] Secara harfiah, teroris dapat diartikan adalah tindakan atau serangan yang dilakukan oleh sekelompok orang, baik berupa serangan dalam bentuk id-
Prosiding InSINas 2012
0546: Muhammad Amin & Rahmawati Maudding
HK-32 iologis maupun yang bersifat langsung dalam bentuk fisik yang terkoordinasikan dengan maksud (oleh si pelaku) untuk menakut-nakuti masyarakat, membuat keonaran, ataupun dengan maksud membuat membuat kejahatan dengan maksud menarik perhatian masyarakat di sekitar.[2] A. Sekilas Bahan Peledak Secara legal bahan peledak banyak digunakan dalam dunia industri seperti dalam industri tambang, pengeboran minyak, menghancurkan batu-batuan di pegunungan dan kebutuhan pertambangan lainnya, demikian juga untuk kepentingan militer dan pertahanan. Akan tetapi secara illegal bahan peledak juga digunakan oleh kelompok teroris dan pelaku kriminal lainnya untuk pembuatan bom rakitan yaitu dengan racikan sedemikian rupa dengan bahan-bahn lain secara tidak sah untuk tujuan menimbulkan ledakan.[3] Ada 5 kation (Na+ , NH4 + , K+ , Mg2+ , and Ca2+ ) dan 5 anion (NO2 − , Cl− , ClO3 − , NO3 − , and SO4 2− ) yang menjadi target untuk dianalisis pada semua sampel yang terkumpul. Meng, dkk[4] dalam publikasinya menjelaskan bahwa ada 5 anion (sulfate, nitrate, chloride, nitrite, and chlorate) dan 3 kation (sodium, ammonium, and potassium) yang dominan terkandung dalam residu bahan peledak. Beberapa metode lain dalam menganalisis kandungan ion-ion (kation dan anion) di atas dalam sampel bahan peledak.[5–9] Secara umum, rakitan bom/bahan peledak dari sumber utama petasan, kembang api dan korek api tergolong peledak ”kelas rendah”. Artinya efek yang ditimbulkan tidak sehebat dengan bahan peledak lainnya. Tapi, jika bahan-bahan ini dibuat dalam satuan kilogram, maka bisa jadi akan mengakibatkan efek yang lebih dahsyat. Petasan, pada intinya merupakan ”bom mini” yang jika dibuat dalam bentuk yang lebih besar dan padat, maka akan menjadi bom sebagaimana adanya.
ngandung unsur utama yaitu natrium dan klorida di samping sulfat. Jenis dan jumlah keringat dapat dibagi menjadi 4 bagian, walaupun jumlah ini tidak konstan di setiap waktu, yaitu merasa tegang atau grogi, sedang melakukan gerak badan (olah raga, dll.), makan makanan rasa pedas, dan lingkungan cuaca panas. Komposisi keringat: kandungan air (98,5-99,5%), kandungan asam amino (0,5-1,5%), garam (0,5-1,5%), dan lemak (0.5-1,5%). Telapak tangan merupakan salah satu bagian tubuh yang memproduksi keringat dalam jumlah lebih banyak. Dengan bantuan keringat, pelaku terorisme disaat memegang bahan-bahan peledak akan merasa gugup, grogi, tertekan mengakibatkan produksi keringkatnya meningkat. Keringat di telapak tangan akan menyerap lebih banyak ion yang bisa lebih memudahkan analisis. G AMBAR 1, memperlihatkan susunan struktur kelenjar keringat yang menjadi tempat keluarnya keringat pada telapak tangan. D. Teknik Analisis Kromatografi Ion Teknik kromatografi ion dikembangkan pertama kalinya oleh Small dkk, di tahun 1975. Metode ini telah banyak digunakan dalam berbagai bidang analisis, misalnya analisis lingkungan, bioteknologi, pertanian, prosesing logam, serta berbagai industri makanan, minuman, kertas, dll. Metode ini hanya memerlukan sedikit contoh/sampel (20µL/analisis).[10–13] Dengan kelebihan ini, sampel yang mengandung ion-ion dari hasil pengcucian telapak tangan para pelaku terorisme yang sebelum aksinya memegang bahan-bahan peledak yang jumlahnya juga relatif sedikit dapat terdeteksi. E.
Tujuan Tujuan akhir dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan berupa metodologi kepada instansi terkait bahwa pengambilan sampel dari telapak tangan orang (misal, pelaku teorisme) yang memegang bahan peledak dapat dianalisis kandungan anion dan kationnya dengan teknik kromatografi ion.
B.
Petasan, Kembang Api dan Korek Api Petasan merupakan dasar dalam pembuatan kembang api. Petasan dan kembang api banyak diperjualbelikan secara komersial di masyarakat. Di Indonesia, biasanya kedua benda ini banyak terlihat di saat bulan ramadhan tiba dan di saat menjelang pergantian tahun. Dalam banyak pemberitaan di koran di tanah air, penggunaan korek api sebagai bahan dasar yang digunakan dalam peledakan baik saat para demostran melakukan aksi demo maupun dalam tindakan kriminal lainnya. Potasium klorat (KClO3 ), salah satu bahan yang sangat dominan dalam pembuatan korek api, di samping dalam pembuatan petasan, dan kembang api. C.
Keringat Keringat adalah sejumlah air yang dikeluarkan oleh kelenjar keringat pada kulit manusia. Keringkat ini me-
G AMBAR 1: Struktur kelenjar keringat pada kulit telapak tangan
Prosiding InSINas 2012
0546: Muhammad Amin & Rahmawati Maudding
II.
HK-33
METODOLOGI
A. Alat dan Bahan Kimia Instrumen kromatografi ion yang digunakan: PU2080i plus HPLC pump (Japan), Rheodyne 5095 injector equipped with a 20-µl sample loop (USA), CM-8020 conductivity detector (Japan), Computer Aided Chromatography data processor (Japan), TSKgel Super-ICCation column (150mm4.6mm i.d.) and a TSKgel ICAnion-PWXL column (50mm×4.6mmi.d.). G AMBAR 2, memperlihatkan komponen dasar instrumen analisis kromatografi ion,
Petasan
Kembang Api
Korek Api G AMBAR 3: Bubuk asli petasan, kembang api dan korek api yang digunakan dalam simulasi sampel
G AMBAR 2: Komponen dasar instrumen analisis kromatografi ion. P = Pompa, I = Injektor, C = Kolom pemisah, D = detector, DP = Rekorder data
Larutan standar anion dibuat dari larutan NaCl, NaNO2 , NaNO3 , KClO3 , dan MgSO4 dengan konsentrasi masing-masing 0,5 mM. Larutan standar kation dibuat dari larutan NaCl, NH4 Cl, KCl, MgCl2 , dan CaCl2 dengan konsentrasi masing-masing 0,5 mM. Eluen yang digunakan adalah Asam Tartrate (Tartaric acid) dan Asam Trimellitik (Trimellitic acid). B.
Lokasi Penelitian dan Analisis Penelitian ini dilakukan di Universitas Khairun, Ternate, dan analisis sampel di Gifu University, Gifu, Jepang. Dalam G AMBAR 3, ditunjukkan bubuk asli yang diambil dari masing-masing bahan. Bubuk sampel ini akan digunakan dalam simulasi penggunaannya. Isi bahan ini diambil dari petasan, kembang api dan korek api yang dijual secara komersial di Kota Ternate. C.
Penyiapan dan Penyimpanan Sampel Semua sampel yang terkumpul, kemudian dikondisikan dalam suhu kamar agar tidak terjadi penguapan yang dapat mempengaruhi konsentrasi ion dalam sampel. Sampel disimpan dalam botol gelas, untuk menghindari botol mengempes dan sampel terbuang akibat tekanan yang tidak stabil saat dibawa ke tempat analisis.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Pemilihan Kondisi Optimal untuk Analisis dan Pemisahan Kation A-1. Kondisi Eluen Dilakukan pengujian beberapa eluen, diantaranya asam tartrate[10] asam sulfosalisilik, asam isophatalik,[11, 12] asam dipikolinik. Bentuk puncak yang baik, kecepatan analisis dan resolusi menjadi alasan dalam pemilihan eluen. Terlihat bahwa asam tartrate memperlihatkan bentuk puncak dan waktu analisis yang lebih baik dari eluen yang lain. Konsentrasi eluen lebih dari 5 mM, dapat mengakibatkan waktu analisis semakin lama, sementara jika konsentrasi eluen kurang dari 5 mM, maka ion Na+ dan NH4 + terjadi puncak yang tumpang tindih (overlap peaks) atau sebagiannya. G AMBAR 4, memperlihatkan satu kromatogram menggunakan sampel standar yang diketahui konsentrasinya. Kelima target kation (Na+ , NH4 + , K+ , Mg2+ dan Ca2+ ) dapat terpisah sempurna dalam waktu kurang 20 menit. A-2.
Validasi Deteksi Kation
Reproduksibilitas dari kondisi analisis kation ditunjukkan dengan nilai RSD (Relative Standard Deviation) untuk waktu retensi adalah kurang dari 4,43, luas puncak kurang dari 5,82 dan tinggi puncak kurang dari 3,71. Kurva kalibrasi antara tinggi puncak dengan konsentrasi molar masing-masing kation adalah antara 0,1-0,5 mM, dengan R2 >0.99 untuk semua kation. Batas deteksi dihitung dari rasio S/N=3 (Singal-to-Noise ratio) sebagaimana terlihat dalam TABEL 1. Prosiding InSINas 2012
0546: Muhammad Amin & Rahmawati Maudding
HK-34
G AMBAR 4: Pemisahan 5 jenis kation dalam standar sampel. Eluen: 5 mM Asam tartrate, Kolom pemisah: Super-IC-Cation (150×4.6 mm I.D.). Kecepatan alir eluen: 0,8 mL/menit. Konsentrasi tiap kation: 0,5 mM
TABEL 1: Data batas deteksi, waktu retensi dan R2 kation. Kondisi analisis sebagaimana dalam G AMBAR 4.
Kation
Na+ NH+ 4 K+ Mg2+ Ca2+
Batas deteksi/ µM
R2
2,03 2,41 3,19 5,47 7,42
0,9920 0,9974 0,9912 0,9973 0,9893
Waktu Retensi/ Menit 5,58 6,47 8,23 14,43 17,21
Variasi batas deteksi dengan konsentrasi 2,03-7,42 µM pada kondisi ini menunjukkan adanya perbedaan batas deteksi pada setiap kation. Pemilihan Kondisi Optimal untuk Deteksi dan Pemisahan Anion B-1. Kondisi Eluen Untuk mencari kondisi analisis yang baik, beberapa eluen dipilih berdasarkan literatur yang sudah ada. Dalam publikasi terdahulu, telah digunakan sebagai eluen diantaranya asam trimellitik, asam pyromellitik, asam trimesik [13]. Terlihat, asam trimellitik saja yang memperlihatkan bentuk puncak dan target anion semua dapat terdeteksi dengan baik. Kelima anion (NO2 − , Cl− , ClO3 − , NO3 − dan SO4 2− ) dapat terdeteksi dengan sempurna dalam waktu analisis hingga 40 menit sebagaimana dalam G AMBAR 5.
G AMBAR 5: Pemisahan 5 jenis anion dalam standar sampel. Eluen: 1 mM Asam trimellitik. Kolom pemisah: IC-Anion-PWXL (50×4.6 mm I.D.). Kecepatan alir eluen: 0,8 mL/menit. Konsentrasi tiap anion: 0,5 mM
masing-masing 5× pengukuran. Batas deteksi dihitung berdasarkan rasio S/N=3. TABEL 2: Data batas deteksi, waktu retensi dan R2 anion. Kondisi analisis sebagaimana dalam G AMBAR 5.
Anion
Batas deteksi/ µM
R2
Waktu Retensi/ Menit
NO− 2 Cl− ClO− 3 NO− 3 SO2− 4
3,60 8,13 15,82 27,30 34,12
0,9997 0,9998 0,9999 0,9889 0,9995
4,58 5,53 9,47 11,44 37,32
B.
B-2. Validasi Deteksi Anion Didapatkan data keterulangan (repeatability) pengukuran dari sinyal seperti waktu retensi kurang dari: 3,19, luas puncak: 3,47 dan tinggi puncak: 3,52 untuk
TABEL 2, memperlihatkan batas deteksi berkisar 3,6034,12 µM. Batas deteksi, µM menjadi alasan yang baik bahwa kondisi analisis ini bisa digunakan untuk analisis-analisis berikutnya.
C. Penentuan Konsentrasi Sampel C-1. Penentuan Konsentrasi Kation pada Sampel Hasil Pencucian Telapak Tangan Sebelum sampel diinjeksikan ke dalam instrumen kromatografi ion, sampel disaring terlebih dahulu dengan menggunakan membrane filter berukuran 0,45 µm, untuk mengeluarkan partikel-partikel pengotor yang kemungkinan bisa merusak kolom pemisah dan analisis. Pendeteksian dan pemisahan dari kelima kation (Na+ , NH4 + , K+ , Mg2+ dan Ca2+ ) yang menjadi target dalam analisis, dapat terdeteksi dengan sempurna. Prosiding InSINas 2012
0546: Muhammad Amin & Rahmawati Maudding
HK-35
TABEL 3: Perbandingan konsentrasi ion-ion bermuatan positif (kation) dari sampel yang diambil dari hasil pencucian telapak tangan orang yang menjual (A. Memegang Sampel) petasan/kembang api yang ada di Kota Ternate dengan orang/masyarakat yang tidak memegang sampel (petasan/kembang api) (B. Tidak Memegang Sampel)
S-1 S-2 S-3 S-4 S-5 S-6 S-7 S-8 S-9 S-10 S-11 S-12 S-13 S-14 S-15 S-16 S-17 S-18 S-19 S-20
(A) MEMEGANG SAMPEL KONSENTRASI ION (mM) Na NH4+ K+ Mg2+ Ca2+ 1,366 0,996 1,084 0,236 0,728 1,202 1,189 1,137 0,272 0,655 1,02 1,209 1,212 0,293 0,722 1,448 0,968 1,204 0,249 0,617 1,481 0,885 1,071 0,259 0,678 1,735 1,331 1,317 0,32 0,795 1,422 1,676 1,225 0,274 0,839 0,909 0,921 0,575 0,238 0,676 1,083 1,163 1,112 0,256 0,657 1,237 0,719 0,667 0,217 0,646 1,574 1,645 1,371 0,373 0,974 1,316 1,165 0,977 0,306 0,715 1,641 1,805 2,582 0,377 0,709 1,187 0,912 0,696 0,269 0,729 0,975 1,279 2,541 0,296 0,590 1,454 1,616 2,439 0,34 0,779 1,43 0,945 1,682 0,347 0,859 1,08 1,168 1,192 0,259 0,617 1,458 0,978 1,235 0,26 0,611 1,313 1,161 1,29 0,301 0,735
(B) TIDAK MEMEGANG SAMPEL KONSENTRASI ION (mM) Na NH4+ K+ Mg2+ Ca2+ S-21 0,481 0,167 0,266 0,233 0,716 S-22 0,98 1,067 0,793 0,32 0,747 S-23 0,648 0,175 0,229 0,276 0,688 S-24 0,564 0,066 0,145 0,199 0,707 S-25 0,705 1,046 0,228 0,249 0,738 S-26 0,548 0,154 0,217 0,215 0,738 S-27 1,077 1,295 0,841 0,31 0,715 S-28 0,73 0,39 0,292 0,237 0,724 S-29 0,83 0,586 0,539 0,245 0,499 S-30 0,582 0,267 0,164 0,239 0,731 S-31 0,887 0,917 0,784 0,323 0,756 S-32 0,738 0,375 0,419 0,277 0,682 S-33 0,574 0,176 0,245 0,142 0,707 S-34 0,723 1,055 0,318 0,25 0,748 S-35 0,551 0,159 0,227 0,245 0,788 S-36 1,017 1,305 0,842 0,329 0,717 S-37 0,729 0,411 0,295 0,317 0,624 S-38 0,723 0,599 0,593 0,345 0,329 S-39 0,484 0,297 0,294 0,258 0,532 S-40 0,502 0,846 0,258 0,261 0,339
G AMBAR 6: Kromatogram hasil analisis kandungan kation pada sampel hasil pencucian telapak penjual petasan/kembang api (atas), dan yang tidak memegang petasan/kembang api (bawah).
G AMBAR 6, memperlihatkan kromatogram yang merupakan hasil analisis sampel hasil pencucian telapak tangan para penjual petasan dan kembang api, dan sampel yang tidak memegang bahan ini sebelumnya. Dengan mem-plotkan sinyal kation (tinggi puncak) yang diperoleh ke dalam kurva kalibrasi sampel standar, maka didapatkan konsentrasi masing-masing kation. Terlihat adanya perbedaan sinyal tinggi puncak antara ion-ion Na+ , NH4 + dan K+ , sementara tidak ada perbedaan yang nyata untuk ion Mg2+ dan Ca2+ . Rangkuman data pada TABEL 3, dan grafik perbandingan kation pada G AMBAR 7A-C, menjelaskan adanya range konsentrasi ion Na+ yang ’memegang sampel’ berkisar: 0,975-1,735 mM, dan yang ’tidak memegang sampel’ berkisar: 0,481-1,077 mM. Range konsentrasi ion NH4 + yang ’memegang sampel’ berkisar: 0,719-1,805 mM, sedangkan untuk yang ’tidak
Prosiding InSINas 2012
HK-36
G AMBAR 7: Grafik perbandingan konsentrasi ion Na+ , NH4 + , K+ , Mg2+ dan Ca2+ antara sampel yang ’memegang sampel’ dan yang ’tidak memegang sampel’.
memegang sampel’ berkisar: 0,066-1,305 mM. Sedangkan range konsentrasi ion K+ untuk ’memegang sampel’ berkisar: 0,575-2,582 mM, sedangkan untuk yang ’tidak memegang sampel’ berkisar: 0,145-0,842 mM. Ini menggambarkan bahwa terjadi peningkatan konsentrasi ion Na+ , NH4 + dan K+ dari sampel yang ’tidak memegang sampel’ ke ’memegang sampel’ sekitar 2-3× lipat. Beberapa senyawa yang menjadi bahan utama dalam pembuatan petasan/kembang api seperti sodium nitrate, potassium chlorate dan ammonium nitrate.
0546: Muhammad Amin & Rahmawati Maudding
G AMBAR 8: Kromatogram hasil analisis kandungan kation pada simulasi sampel hasil pencucian telapak tangan orang yang memegang: (A) petasan, (B) kembang api, dan (C) korek api. Kondisi analisis, sebagaimana dalam G AMBAR 4
Dari penjelasan ini, dapat disimpulkan bahwa orang yang terindikasi pelaku teroris dan setelah dicek dengan menganalisis hasil cucian telapak tangan si pelaku, dan jika memberikan hasil analisis seperti data diatas, maka dapat dijadikan sebagai data awal untuk memastikan bahwa yang bersangkutan adalah pelaku teroris. G AMBAR 7D-E, memperlihatkan grafik yang mana konsentrasi antara kedua jenis sampel hampir sama, sehingga ion Mg2+ dan Ca2+ tidak bisa dijadikan sebagai data awal ketika seseorang terindikasi pelaku terorisme. Prosiding InSINas 2012
0546: Muhammad Amin & Rahmawati Maudding
HK-37
Analisis Konsentrasi Kation dengan Sistem Simulasi pada Sampel Petasan, Kembang Api dan Korek Api Dari G AMBAR 8A-C, memperlihatkan hasil analisis dimana semua sampel mengandung ion Na+ dan K+ yang tinggi. Dalam pembuatan bahan peledak, korek api, kembang api/petasan (explosives, matchs, fireworks), sebagai bahan utamanya adalah KClO3 , NaNO3 , KNO3 . Dari data analisis menunjukkan bahwa KClO3 menjadi senyawa yang sangat penting diketahui dan dianalisis kaitannya dengan kriminal. Penggunaan KClO3 bisa menjadi biasa, apalagi senyawa ini termasuk senyawa/bahan kimia yang mudah dibeli dengan bebas di toko-toko bahan kimia. D. Analisis Sampel Anion D-1. Penentuan Konsentrasi Anion pada Sampel Hasil Pencucian Telapak Tangan
G AMBAR 10: Grafik perbandingkan konsentrasi ion NO2 − , Cl− , ClO3 − , NO 3 − dan SO4 2− antara sampel yang ’memegang sampel’ dan yang ’tidak memegang sampel’.
G AMBAR 9: Kromatogram hasil analisis kandungan anion pada sampel hasil pencucian telapak tangan penjual petasan/kembang api (atas), dan yang tidak memegang petasan/kembang api (bawah). G AMBAR 9, memperlihatkan kromatogram hasil analisis dari kedua jenis sampel. Dengan mem-plotkan sinyal anion (tinggi puncak) yang diperoleh ke dalam kurva kalibrasi sampel standar, maka didapatkan konsentrasi masing-masing anion. Terlihat pada sampel penjual petasan/kembang, ion-ion Cl− , ClO3 − , NO3 − dan SO4 2− dapat terdeteksi, walaupun ion NO2 − tidak dapat terdeteksi. Sementara dalam sampel yang memegang petasan/kembang api, hanya ion Cl− dan
SO4 2− yang terdeteksi. Dari grafik perbandingan anion di atas, menjelaskan adanya range konsentrasi untuk ’memegang sampel’ berkisar: 0,048-2,052 mM, walaupun tidak semua sampel mengandung ion NO2 − , dan yang ’tidak memegang sampel’, tidak ditemukan ada sampel yang mengandung ion NO2 − . Range konsentrasi ion Cl− untuk yang ’memegang sampel’ berkisar: 0,400-2,102 mM, sedangkan yang ’tidak memegang sampel’ berkisar: 0,152-0,717 mM. Range konsentrasi ion ClO3 − untuk yang ’memegang sampel’ berkisar: 0,018-0,480 mM, walaupun tidak semua sampel mengandung ion ClO3 − , sedangkan untuk yang ’tidak memegang sampel’, tidak ditemukan satu pun ada sampel yang mengandung ion ClO3 − . Range konsentrasi ion NO3 − untuk yang ’memegang sampel’ berkisar: 0,010-0,291 mM, sedangkan untuk yang ’tidak memegang sampel’ tidak ditemukan ada sampel yang mengandungi ion NO3 − . Range konsentrasi ion SO4 2− untuk ’memegang sampel’ berkisar: 0,050-0,450 mM, sedangkan untuk yang ’tidak memegang sampel’ berkisar: 0,073-0,447 mM. Sumber dari anion di atas berasal dari senyawa yang menjadi bahan utama dalam pembuatan petasan/kembang api seperti KClO3 , NaNO3 , KNO3 , NH4 ClO3 . Dari penjelasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa seseorang yang terindikasi pelaku terorisme, Prosiding InSINas 2012
0546: Muhammad Amin & Rahmawati Maudding
HK-38
ion (Cl− , ClO3 − , NO3 − dan SO4 2− ) yang selalu muncul dalam sampel korek api. D-3.
Analisis Langsung Kandungan Kation dan Anion pada Sampel Petasan, kembang Api, dan Korek Api Persentasi ion K+ dalam petasan mencapai 43,2%, dalam kembang api sebanyak 60,8% dan dalam korek api sebanyak 88,3%.
G AMBAR 12: Salah satu kromatogram dan grafik perbandingan konsentrasi kation dari hasil analisis secara langsung pada sampel petasan, kembang api dan korek api.
G AMBAR 11: Kromatogram hasil analisis kandungan anion pada simulasi sampel hasil pencucian telapak tangan orang yang memegang: (A) petasan, (B) kembang api, dan (C) korek api. Kondisi analisis, sebagaimana dalam G AMBAR 5.
Pada grafik perbandingan konsentrasi kation pada G AMBAR 12, terlihat nyata, ion K+ adalah menjadi ion
dan setelah pengecekan melalui analisis hasil pencucian telapak tangan yang bersangkutan, dan positif mengandung ion NO2 − , ClO3 − , dan NO3 − , maka data analisis tersebut bisa dijadikan data pendukung/awal dalam mengungkap pelaku teroris.
dominan. Dalam G AMBAR 13, persentasi ion NO3 − dalam petasan sebanyak 87,1%, dalam kembang api sebanyak 85,9% dan dalam korek api sebanyak 1,6%. Artinya ion penyusun utama pada sampel petasan dan kembang api adalah NO3 − . Pada sampel korek api, terdapat persentasi ion ClO3 − sebanyak 95,5%, sementara ion ini, tidak terdapat dalam sampel petasan dan kembang api.
D-2.
IV.
Analisis Konsentrasi Anion dengan Sistem Simulasi pada Sampel Petasan, Kembang Api dan Korek Api Dari G AMBAR 11A-C, menunjukkan bahwa dari sampel yang terkumpulkan, terdapat ion NO2 − , Cl− dan NO3 − yang selalu ada dalam petasan, 2 anion (Cl− dan NO3 − ) selalu ada serta 1 anion (ClO3 − ) yang kadang-kadang muncul, bergantung pada jenis sampel kembang api. Dan terdapat 4 an-
KESIMPULAN
1. Sampel: petasan, kembang api dan korek api adalah contoh sampel yang bisa mewakili bahan peledak/bom yang sesungguhnya, karena mengandung ion-ion penyusun yang sama. 2. Keluarnya keringkat melalui pori-pori telapak tangan manusia, dapat membantu mengikat ion-ion yang berasal dari benda yang dipegangnya. SeProsiding InSINas 2012
0546: Muhammad Amin & Rahmawati Maudding
HK-39 7. Dari simulasi terhadap sampel petasan, kembang api dan korek api, baik kation maupun anion dapat merekat/melengket dengan baik pada telapak tangan manusia. 8. Ion K+ adalah kation penyusun utama dalam ketiga sampel yang diambil. 9. Ion NO3 − adalah anion penyusun utama dalam sampel petasan dan kembang api, sementara ion ClO3 − adalah ion penyusun utama dalam sampel korek api. 10. Dengan melihat hasil analisis yang didapatkan, metodologi penelitian ini layak digunakan sebagai acuan dan sebagai data awal dalam melacak pelaku terorisme atau pelaku kriminal lainnya.
DAFTAR PUSTAKA G AMBAR 13: Salah satu kromatogram dan grafik perbandingan konsentrasi anion dari hasil analisis secara langsung pada sampel petasan, kembang api dan korek api.
makin banyak keluar keringkat, membuat ion-ion akan semakin banyak terikat/menempel pada telapak tangan. 3. Ada 5 kation: Na+ , NH4 + , K+ , Mg2+ dan Ca2+ dan 5 anion: NO2 − , Cl− , ClO3 − , NO3 − dan SO4 2− sebagai target ion dalam penelitian ini, dapat terpisah dengan baik. 4. Terdapat perbedaan konsentrasi kation (Na+ , NH4 + dan K+ ) hingga 2-3× lipat lebih tinggi dari sampel hasil pencucian telapak tangan para penjual petasan/kembang api (memegang sampel) dengan sampel dari hasil pencucian telapak tangan orang yang tidak menyentuh sampel, sementara kation (Mg2+ dan Ca2+ ) tidak terdapat perbedaan konsentrasi antara sampel ’memegang sampel’ dan ’tidak memegang sampel’. 5. Anion (NO2 − , ClO3 − dan NO3 − ) adalah jenis anion yang muncul ketika analisis dilakukan pada sampel dari hasil pencucian tangan para penjual petasan/kembang api, sementara ketiga jenis anion ini tidak ditemukan dalam sampel hasil pencucian tangan yang tidak memegang sampel. 6. Anion (Cl− dan SO4 2− ) mempunyai konsentrasi 23× lipat ditemukan pada sampel hasil pencucian telapak tangan para penjual petasan/kembang api daripada sampel hasil pencucian tangan yang tidak memegang sampel.
[1] —————, Buku Pintar Kompas 2011, April 2012, PT. Kompas media Nusantara [2] http://id.shvoong.com/law-andpolitics/law/2114422-ciri-ciri-tindakanterorisme/#ixzz1xBovaDAY [3] —————, Anti-Terrorism Laws, ASIO, the Police and You, 3rd edition. [4] H.B. Meng, et al., ”Simultaneous determination of inorganic anions and cations in explosive residues by ion chromatography”, Talanta (2008) 76: 241245. [5] D.K. Kuila, A. Chakrabortty, S.P. Sharma, S.C. Lahiri, ”Composition profile of low explosive from cases in India”, Forensic Science International (2006) 159: 127-131. [6] K.G. Hopper, H. LeClair, B.R. McCord, ”A novel method for analysis of explosive residue by simultaneous detection of anions and cations via capillary zone electrophoresis”, Talanta (2005) 67: 304312. [7] Gaurav, et al., ”SPME-HPLC: A new approach to the analysis of explosives”, Journal of Hazardous Materials (2007) 147: 691-697. [8] C. Jhon, et al., ”Identification of homemade inorganic explosive by ion chromatographic analysis of post-blast residues”, J Chromatogr A (2008) 1182: 205-214. [9] K.G. Hopper, H. LeClair, B.R. McCord, ”A novel method for analysis of explosive residue by simultaneous detection of anions and cations via capillary zone electrophoresis”, Talanta (2005) 67: 304312. [10] Muhammad Amin, Lee Wah Lim, Toyohide Takeuchi, ”Peak parking technique for the simultaneous determinations of anions and cations”, Anal Bioanal Chem (2005) 381:1426-1431. Prosiding InSINas 2012
HK-40
0546: Muhammad Amin & Rahmawati Maudding
[11] Muhammad Amin, Lee Wah Lim, Toyohide Takeuchi, ”Serial separation of cations and anions by ion chromatography with peak parking technique using sulfosalicylic acid as the eluent”, Anal Bioanal Chem (2006) 384:839-843. [12] Muhammad Amin, Lee Wah Lim, Toyohide Takeuchi, ”Tunable separation of anions and cations by column switching in ion chromatography”, Talanta (2007) 71:1470-1475. [13] Muhammad Amin, Lee Wah Lim, Toyohide Takeuchi, ”Determination of common inorganic anions and cations by non-suppressed ion chromatography with column switching”, J Chromatogr A (2008) 1182:169-175.
Prosiding InSINas 2012