ANALISIS BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK DEPDIKNAS IPS KELAS VIII SMP/MTs OLEH SUTARTO KOMPETENSI DASAR MENDESKRIPSIKAN KONDISI FISIK WILAYAH DAN PENDUDUK Muhammad Luthfi Arrohman Universitas Negeri Malang E-mail:
[email protected]
ABSTRACT : the increasing on the Textbook price causes the government in providing the quality textbooks called Electronic School Book (BSE). In fact and however, there are still many errors in the book’s content. Therefore, this study analyzes a descriptive approach by using content analysis technique aimed to describe the content quality on the electronic text book towards the basic competence from Ministry of Education by Sutarto Et al. The result shows the content is much different from the curriculum. The truth of failrly well-defined concept is good enough and the concrete concept is less than expected. Furthermore, the use of language is less precise and the media is only used as an illustration. Keywords: analysis, Electronic School Book (BSE), the material suitability, truth concept, the language use, the function of media
Buku teks memiliki peranan penting dalam pembelajaran. Bagi siswa buku teks bermanfaat untuk menyiapkan diri menghadapi evaluasi dan aktif belajar mandiri menghadapi pembelajaran keesokan harinya. Keberadaan buku teks yang sangat erat dengan pembelajaran mengharuskan tiap siswa untuk memilikinya. Namun, tidak semua siswa dapat memiliki buku teks karena harga yang mahal. Pengadaan BSE sebagai buku teks murah berkualitas merupakan program pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut. Buku yang berkualitas dapat diukur dari kesesuaian materi yang disajikan dengan kurikulum, kebenaran konsep, kebenaran bahasa dan fungsi media. Pada kenyataannya dalam BSE yang diteliti terdapat ketidaksesuaian materi dengan kurikulum, kesalahan konsep, kesalahan bahasa dan fungsi media. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis guna mengetahui kualitas BSE oleh Sutarto, dkk.
1
2
Permasalahan yang akan diteliti yaitu: (1) kesesuaian materi dengan kurikulum, (2) kebenaran konsep, (3) kebenaran bahasa, dan (4) fungsi media. Pengukuran Kesesuaian materi dengan kurikulum dengan cara membandingkan indikator pembelajaran materi BSE pada peta pikiran di awal materi yang disajikan dengan indikator yang dirumuskan bersama dengan ahli kurikulum. Pengukuran kebenaran konsep dilakukan dengan cara membandingkan konsepkonsep yang disajikan dalam BSE yang diteliti dengan konsep-konsep yang benar. Pengukuran kebenaran bahasa dilakukan dengan cara membandingkan penggunaan bahasa (tanda baca, kosa kata, kalimat, dan paragraf) dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan buku-buku terkait analisis bahasa yang relevan. Pengukuran fungsi media berdasarkan tingkatannya yaitu: peningkatan pemahaman, informasi tambahan, ilustrasi, dan tidak berfungsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian materi dengan kurikulum, kebenaran konsep, bahasa, dan fungsi media. Manfaat penelitian terdapat dua sudut padang yakni bagi guru akan membantu guru bidang studi IPS tingkat SMP karena di beberapa sekolah, mata pelajaran IPS diajarkan oleh seorang guru yang mungkin hanya menguasai satu disiplin ilmu cabang ilmu sosial, misal: Geografi, Ekonomi, dan Sejarah. Selain itu, penelitian ini akan mampu membantu guru menyampaikan ilmu sesuai dengan konsep yang benar dan lebih berhati-hati dalam memilih bahan ajar. Bagi peneliti lain hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan acuan penelitian yang sama dengan materi, jenjang kelas, buku teks IPS, pengarang, dan penerbit yang berbeda. Buku teks harus disusun berdasarkan kurikulum. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terdapat standar isi yang didalamnya memuat Kompetensi dasar. Mulyasa (2006:139) menyatakan bahwa, ”Kompetensi Dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu…”. KTSP memberikan keleluasaan pada tiap satuan pendidikan untuk mengembangkan materi. Dalam pengembangannya, guru harus mampu menjabarkan Kompetensi Dasar ke dalam indikator kompetensi. Agar dapat secara tepat menjabarkan kompetensi dasar ke dalam indikator, guru harus benarbenar memahami materi-materi yang dimaksudkan Kompetensi Dasar sehingga materi tepat sasaran. Materi yang tepat sasaran dapat berupa kecukupan dan
3
urutan yang baik. Oleh karena itu penyusunan buku teks harus berpedoman pada kurikulum. Materi dalam buku teks juga harus menyajikan konsep-konsep. Dahar (1989:79) menyatakan pentingnya belajar konsep yaitu untuk membantu siswa mengetahui aturan-aturan relevan yang didasarkan pada konsep-konsep yang telah dipelajarinya dalam pemecahan sebuah masalah. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa belajar konsep sangat dibutuhkan oleh siswa karena dalam kehidupan sehari-hari siswa pasti menghadapi banyak permasalahan. Belajar konsep juga dibutuhkan dalam pembelajaran geografi karena selain memberikan pengetahuanpengetahuan dalam pembelajaran geografi juga disajikan permasalahanpermasalahan lingkungan yang harus dicari solusinya. Pada kenyataannya terdapat beberapa kesalahan konsep pada buku teks. Purwanto (2002:102) berpendapat bahwa, ”Setiap konsep yang salah akan menganggu pembaca memahami isi teks, menimbulkan kerancuan berfikir dan menyulitkan memahami atau menyusun sendiri generalisasi”. Penyajian konsepkonsep dalam buku teks hendaknya tepat dalam pendefinisiannya. Karena kesalahan konsep yang terjadi akan menganggu efektivitas belajar dan menimbulkan pengetahuan yang salah. Apabila terjadi kesalahan konsep pada siswa, maka akan sulit untuk meluruskannya kembali. Gambaran kualitas buku teks selanjutnya yakni terkait penggunaan bahasa. Setyawati (2010:19) berpendapat bahwa, ”Analisis kesalahan berbahasa pada buku teks sangat berguna untuk mengatasi tingkat keruwetan bidang bahasa yang dihadapkan pada siswa”. Pendapat tersebut sudah tepat karena penggunaan bahasa dalam penyajian materi perlu memerhatikan tingkat perkembangan siswa. Oleh karena itu, analisis kebenaran bahasa dalam buku teks perlu dilakukan. Hal tersebut bertujuan untuk mengukur apakah penggunaan bahasa dalam buku teks dapat membantu siswa lebih mudah memahami materi yang disajikan. Jika penggunaan bahasa mudah dipahami, maka akan memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran. Hal keempat yang dapat dijadikan pengukur kualitas buku adalah media yang disajikan. Arsyad (2009:15), ”Fungsi utama media yaitu sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang
4
ditata dan diciptakan oleh guru”. Media mutlak diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran. Media berfungsi sebagai pendukung uraian materi yang disampaikan saat pembelajaran berlangsung. Media juga dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran. Dengan kondisi siswa yang memiliki semangat belajar tinggi tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai. METODE Sumber data dalam penelitian ini adalah dokumen berupa buku teks (BSE) IPS untuk SMP/MTs kelas VIII karangan Sutarto, dkk. yang diterbitkan oleh pusat perbukuan Depdiknas pada tahun 2008. Materi BSE yang akan dianalisis yakni Kompetensi Dasar ”Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan penduduk” yang selanjutnya disebut BSE yang diteliti. Pengumpulan data dan Analisis dilakukan dengan instrumen penelitian. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah pedoman penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan permasalahan: (1) Kesesuaian materi dengan kurikulum, pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati peta konsep dan materi pada sub bab apakah mendukung Kompetensi Dasar, (2) Kebenaran konsep, pengumpulan data dilakukan dengan cara menghitung jumlah konsep, baik konsep terdefinisi maupun konkret yang ada pada materi Kompetensi Dasar: ”Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan penduduk”. (3) Kebenaran bahasa, pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati berapa banyak kesalahan penggunaan bahasa, baik terkait penggunaan tanda baca, kosa kata, penyusunan kalimat, dan paragraf. (4) Fungsi media, pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati dan menghitung banyak media yang disajikan apakah sudah tepat penggunaannya dan mendukung uraian materi dan dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif yakni menjelaskan suatu permasalahan, gejala atau keadaan sebagaimana adanya dan bukan menguji hipotesis. Data merupakan kebenaran konsep, kebenaran bahasa yang digunakan, dan fungsi media yang digunakan. Langkah analisis data antara lain sebagai berikut: (1) Mendeskripsikan kesesuaian materi BSE dengan kurikulum pada
5
Kompetensi Dasar: ”Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan penduduk”, (2) Mendeskripsikan kebenaran konsep pada Kompetensi Dasar: ”Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan penduduk” terbagi menjadi dua yakni konsep konkret dan konsep terdefinisi. (3) Mendeskripsikan penggunaan bahasa pada Kompetensi Dasar: ”Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan penduduk”, (4) Mendeskripsikan fungsi media pada Kompetensi Dasar: ”Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan penduduk” dengan cara mengukur sejauh mana media yang disajikan mendukung uraian materi dan meningkatkan pemahaman siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa materi dalam kompetensi dasar BSE yang dipilih untuk diteliti terdapat ketidaksesuaian dengan kurikulum, kesalahan konsep, bahasa dan fungsi media. Materi tidak sesuai dengan kurikulum karena tidak mencantumkan materi terkait penduduk. Kesalahan konsep terdefinisi sebanyak 1 dan kesalahan konsep konkret sebanyak 12 yang didominasi oleh pendefinisian. Tingkat kebenaran konsep terdefinisi cukup dan kebenaran konsep konkret kurang. Kesalahan bahasa meliputi penggunaan tanda baca, kosa kata, penyusunan kalimat, dan paragraf. Jumlah kesalahan tanda baca yakni 73, kesalahan kosa kata sebanyak 15, kesalahan kalimat sebanyak 89, dan keslahan paragraf sebanyak 5. Dari jumlah kesalahan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat kebenaran bahasa pada BSE yang diteliti kurang. Hasil analisis terkait fungsi media, dari jumlah keseluruhan 3 media berfungsi meningkatkan pemahan, 2 media berfungsi sebagai tambahan informasi, 6 media berfungsi sebgai ilustrasi, dan 1 media tidak berfungsi. Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa media dalam BSE yang diteliti sebagian besar berfungsi sebagai ilustrasi dan bermanfaat.
Pembahasan Hasil penelitian dan analisis menunjukkan bahwa materi BSE yang diteliti tidak sesuai dengan kurikulum. Materi yang tidak mengacu pada kurikulum tidak
6
akan tepat sasaran. Materi yang tidak tepat sasaran dapat bersifat terlalu luas maupun urutan penyajian yang tidak runtut. Materi terlalu luas akan menghambat pencapaian kompetensi lain yang harus dicapai, sedangkan materi yang tidak runtut akan menyulitkan siswa dalam membangun pengetahuan. Materi BSE yang diteliti menunjukkan beberapa penyimpangan. Materi dianggap menyimpang karena tidak sesuai dengan Kompetensi Dasar. Penyimpangan-penyimpangannya yakni penyajian peta konsep yang seharusnya menjadi gambaran awal materi yang akan dipelajari siswa justru tidak ada hubungannya dengan Kompetensi Dasar. Penyimpangan yang kedua yakni materi tentang peduduk. Materi tentang penduduk sama sekali tidak dibahas pada bab satu yang merupakan bagian utuh dari Kompetensi Dasar: ”Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan penduduk”. Berdasarkan Kompetensi Dasar tersebut, materi penduduk yang disajikan seharusnya terkait kondisi fisik wilayah yang memengaruhi peduduk. Penyimpangan selanjutnya yakni terkait penyajian materi Jenis-jenis dan Penyebaran Flora dan Fauna di Indonesia. Materi tersebut tidak mendukung Kompetensi Dasar: ”Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan penduduk. Selain itu, materi yang disajikan dalam BSE yang diteliti juga masih berupa geografi lama dan ilmu bantu geografi. Materi pada BSE yang diteliti hanya memaparkan kondisi fisik saja, padahal geografi menekankan pada hubungan manusia dengan lingkungan (Rijanta, 2010:2). Selain itu materi yang disajikan juga masih berupa ilmu bantu geografi, sebagai contoh materi perubahan musim dan jenis-jenis angin (meteorologi) dan jenis-jenis tanah (ilmu tanah). (1)
Konsep Terdefinisi BSE karangan Sutarto, dkk. Kompetensi Dasar: ”Mendeskripsikan kondisi
fisik wilayah dan penduduk” menyajikan 12 konsep terdefinisi dengan satu kesalahan, berikut contohnya. •
… garis ekuator (0˚) atau disebut dengan garis khatulistiwa yang terletak di antara 0˚LU - 23 ˚LU dan 0˚LS - 23 ˚LS. Kalimat di atas menjelaskan konsep garis ekuator/khatulistiwa. Konsep
garis ekuator menurut kalimat tersebut dinilai kurang tepat karena menunjuk garis 0˚ sebagai garis ekuator. Permukaan bumi memiliki dua garis 0˚, yakni garis
7
lintang dan bujur. Garis bujur 0˚ bukanlah garis ekuator. Selain itu, letak khatulistiwa yang dijelaskan pada kalimat tersebut lebih menunjukkan pada kawasan permukaan bumi yang beriklim tropis. Jadi, konsep yang benar seharusnya, ”...garis ekuator (lintang 0˚) atau yang disebut dengan garis khatulistiwa”. (2) Konsep Konkret BSE karangan Sutarto mengandung kesalahan konsep konkret yang berupa pendefinisian. Konsep konkret benar jika diwakili oleh gambar, berikut beberapa contoh konsep konkret yang didefinisikan. •
Angin darat yaitu angin yang berasal dari darat menuju ke laut, berhembus pada malam hari.
•
Angin laut yaitu angin yang berasal dari laut ke daratan. Angin laut berhembus pada siang hari. Poin pertama dan kedua menunjukkan kesalahan konsep konkret terkait angin
darat dan angin laut. Sutarto mendefinisikan angin darat dan angin laut berupa asal, arah tiupan, dan waktu terjadinya. Seharusnya konsep angin darat tersebut disajikan berupa gambar. Oleh karena itu, konsep angin darat dan angin laut seharusnya Gambar 1.1 berikut. • • • • • Gambar 4.1 Angin Darat dan Angin Laut Sumber: http://www.google.co.id/geografi2j.jpg
Berdasarkan deskripsi terkait kesalahan berbahasa, BSE yang diteliti terdapat banyak kesalahan terkait penggunaan Bahasa Indonesia ragam bahasa tulis. Kesalahan-kesalahan dapat berupa tanda baca, kosa kata, kalimat, dan paragraph. Kesalahan tanda baca diakibatkan ketidaktepatan penggunaan dan penghilangan yang seharusnya digunakan. Kesalahan kosa kata diakibatkan oleh
8
penggunaan kosa kata yang tidak sesuai dengan logika bahasa dan tidak sesuai dengan konsep yang benar. Kesalahan kalimat diakibatkan oleh ketidakefektifan, struktur, logika, dan diksi. Kesalahan paragraf dapat berupa lebih dari satu ide pokok maupun terdiri dari satu kalimat. Penggunaan tanda baca pada BSE yang diteliti bervariasi, namun tidak semuanya menunjukkan kesalahan. Kesalahan tanda baca terbanyak pada penggunaan tanda koma dan tanda titik. Analisis kebenaran tanda baca berpedoman pada Ejaan Yang Disempurnakan. Dari semua kesalahan bahasa yang dideskripsikan akan dijelaskan lebih detail dalam Tabel 1.1 berikut. Tabel 1.1 Jenis Kesalahan Bahasa Jenis kesalahan bahasa
Bentuk kesalahan
Tanda baca
Tanda baca titik (.) Tanda baca koma (,) Tanda pisah (-) Tanda garis miring (/) Tanda kurung ((…)) Tidak sesuai dengan logika bahasa Tidak sesuai dengan konsep yang benar
Kosa kata
Kalimat
Logika kalimat Struktur kalimat Diksi
Paragraf
Terdiri dari satu kalimat Terdapat lebih dari satu ide pokok
Kesalahan tanda baca dapat berupa penggunaan maupun penghilangan tanda baca yang seharusnya digunakan, salah satu contohnya yakni, ” Jika dijadikan dalam satuan kilometer, maka panjang kepulauan Indonesia menjadi 46˚ x 111km/˚ = 5106 km.” Kalimat tersebut menunjukkan kesalahan berupa penghilangan tanda titik. Kesalahan kalimat pertama terdapat pada penulisan bilangan ribuan. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Oleh karena itu, angka ribuan pada kalimat tersebut seharusnya dipisahkan oleh tanda titik. BSE karangan Sutarto, dkk. juga terdapat kesalahan tanda baca koma (,). Kesalahan tersebut berupa penghilangan tanda koma yang seharusnya digunakan.
9
Salah satu contohnya yakni, ”Maka angin pasat dari Samudera Pasifik yang seharusnya arahnya ke barat, membelok ke selatan di sebelah barat wilayah Indonesia, kemudian tersedot ke arah timur menjadi angin muson barat”. Kalimat tersebut menunjukkan penghilangan tanda koma. Tanda koma seharusnya diletakkan setelah kata maka dan selanjutnya. Setyawati (2010:185) berpendapat, ”Tanda koma (,) digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat di awal kalimat, misal: maka, selanjutnya, jadi, dll.” Dalam BSE karangan Sutarto, dkk. juga ditemukan kesalahan bahasa berupa kosa kata. Kesalahan kosa kata meliputi penggunaan kata yang tidak sesuai logika bahasa dan konsep yang benar. Kesalahan kosa kata yang tidak sesuai dengan konsep yang benar lebih banyak daripada kesalahan kosa kata yang menyalahi kaidah logika bahasa. Salah satu contoh kesalahan kosa kata yang menyalahi kaidah logika bahasa yakni, ”Tanah merupakan lapisan bagian atas
bumi tempat tumbuhnya tanaman”. Kesalahan kosa kata pada kalimat tersebut yakni bagian atas bumi. Penggunaan frase kata tersebut dalam pendefinisian tanah akan merancukan siswa karena bagian atas bumi yang sebenarnya adalah atmosfer atau lapisan udara. Jadi, kata bagian atas bumi seharusnya diganti dengan lapisan terluar bumi. Dalam BSE yang diteliti juga ditemukan berupa ketidaksesuaian kata dengan konsep yang benar. Salah satu contohnya yakni, ” Sedangkan daerah di antara Dataran Sunda dan Dataran Sahul oleh para ahli biografi disebut daerah Wallace atau derah peralihan”. Kata yang dicetak tebal seharusnya biogeografi. Selain itu, kesalahan kalimat dalam BSE karangan Sutarto, dkk. yakni dari segi struktur. Contoh kesalahan struktur yakni, ”Ada di Jawa bagian Timur, Madura, Nusa Tenggara, dan Maluku”. Kalimat tersebut tidak memiliki subjek sehingga tidak memenuhi syarat untuk dijadikan sebuah kalimat. Oleh karena itu, pada kalimat pertama harus diberikan subjek atau diikutsertakan pada kalimat sebelumnya. Kesalahan kalimat selanjutnya yakni terkait penalaran kalimat (logika), salah satu contohnya yakni, ”Letak geografis adalah letak suatu wilayah sesuai dengan kondisi wilayah yang sebenarnya dimuka bumi.” Kalimat tersebut tidak
10
mendifinisikan/menjelaskan apapun. Agar memenuhi kaidah logika bahasa, kata letak setelah kata adalah diganti dengan kata posisi/kedudukan. Kesalahan kalimat selanjutnya terkait ciri-ciri kalimat efektif yakni kehematan, Salah satu contohnya yakni, ”Pada waktu bulan September hingga Desember matahari bergerak ke bagian selatan,…”. Kalimat tersebut menunjukkan pemborosan kata dalam pengulangan makna. Kata September sudah mengandung makna bulan, jadi kata bulan seharusnya dihilangkan. Kesalahan bahasa dalam BSE yang diteliti selanjutnya yakni terkait penyusunan paragraf. Sebuah kalimat dapat dianggap sebagai paragraf apabila letak awal kalimat menjorok ke dalam. Terdapat dua jenis kesalahan penyusunan paragraf dalam BSE yang diteliti, yakni paragraf yang memiliki lebih dari satu ide dan terdiri dari satu kalimat. Kesalahan berbahasa dalam penyusunan paragraf berupa lebih dari ide 1 ide pokok ditemukan dalam BSE yang diteliti. Selanjutnya terkait fungsi media sebagaimana dijelaskan pada deskrispsi dan analisis data, fungsi media terbagi menjadi empat bagian yang meliputi: pemantapan pemahaman, informasi tambahan, ilustrasi, dan tidak berfungsi, berikut beberapa contohnya.
Gambar 1.2 Penyinaran Matahari terhadap Bumi Sumber: Sutarto (2008:6)
Gambar 1.2 merupakan salah satu contoh media yang berfungsi sebagai pemantapan pemahaman. Gambar tersebut disajikan pada sub bab perubahan musim di Indonesia. Dengan penyajian gambar di atas, siswa akan mengerti bahwa
perubahan musim di
Indonesia
dipengaruhi oleh
11
intensitas penyinaran matahari pada bumi yang mengalami gerakan pada bulanbulan tertentu.
Gambar 1.3 Pembagian Iklim di Dunia Sumber: Sutarto (2008:5)
Gambar 1.3 merupakan contoh media yang berfungsi sebagai tambahan informasi. Gambar tersebut menjelaskan pembagian iklim di dunia berdasarkan garis astronomis. Penyajian gambar diharapkan mampu menambah wawasan siswa tentang pembagian iklim di dunia.
Gambar 1.4 Fauna Asiatis Sumber: Sutarto (2008:12)
Gambar 1.4 merupakan contoh media yang berfungsi sebagai ilustrasi. Media dikatakan berfungsi sebagai ilustrasi jika hanya sekadar memberikan gambaran secara umum tentang materi yang dibahas.
12
Gambar 1.5 Sirkulasi Angin di Bumi Sumber: Sutarto (2008:7)
Gambar 1.5 merupakan contoh media yang tidak berfungsi. Gambar tersebut dicantumkan pada sub bab perubahan musim Indonesia. Gambar dianggap tidak berfungsi karena tidak ada kaitan dengan materi yang dibahas.
PENUTUP Kesimpulan Dari hasil penelitian, analisis, dan pembahasan dapt ditarik beberapa kesimpulan, antara lain sebagai berikut. (1) Materi BSE karangan Sutarto, dkk. Kompetensi Dasar: ”Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan penduduk” tidak sesuai dengan kurikulum. (2) Kesalahan konsep pada Kompetensi Dasar: ”Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan penduduk” BSE karangan Sutarto, dkk. didominasi oleh konsep konkret yang didefinisikan. (3) Kesalahan bahasa pada Kompetensi Dasar: ”Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan penduduk” BSE karangan Sutarto , dkk. sangat banyak. (4) Kesalahan terbanyak berupa kesalahan tanda baca dan kalimat.Media gambar pada BSE karangan Sutarto, dkk. Kompetensi Dasar: ”Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan penduduk” sebagian besar berfungsi sebagai ilustrasi.
Saran Berdasarkan kesimpulan di atas d\maka saran yang diajukan sebagai berikut. Bagi penulis, sebaiknya BSE untuk SMP/MTs direvisi karena masih
13
banyak kesalahan terkait kesesuaian materi dengan kurikulum, kebenaran konsep, bahasa, dan fungsi media. Penulis sebaiknya juga harus teliti dalam menyajikan konsep-konsep dalam buku teks. Sebelum disajikan hendaknya dipastikan terlebih dahulu kebenarannya. Bagi Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan hendaknya lebih teliti dan profesional dalam menyaring buku teks untuk siswa dan tidak serta merta menyetujui penerbitan buku teks tanpa diketahui kebenaran isinya. Bagi guru hendaknya dapat memilih buku teks yang materinya sesuai dengan kurikulum dan sesuai dengan konsep yang benar. Selain itu, akan lebih baik jika guru mampu membuat bahan ajar sendiri yang berpedoman pada kurikulum.
DAFTAR RUJUKAN Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Rijanta, R. 2010. Kemanfaatan Pendidikan dan Riset Geografi dalam Pembangunan Nasional. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Arah Pendidikan dan Riset Geografi di Indonesia di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada 16 Oktober. Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan Praktik. Surakarta: Yuma Pustaka. Purwanto, Edy. 2002. Validasi Bahan Ajar Geografi SMU Berdasarkan Kurikulum 1994 di Kota Malang. Malang: Lemlit Universitas Negeri Malang. Sutarto, dkk. 2008. IPS untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departeman Pendidikan Nasional.