perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU SMP/MTs DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TEMA AIR SEHAT TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Sains Minat Utama Pendidikan IPA
Oleh
Anggraeni Mashinta Sulistyani S831302006
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU SMP/MTs DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TEMA AIR SEHAT TESIS Oleh Anggraeni Mashinta Sulistyani S831302006 Tim Penguji: Komisi
Nama
Tanda Tangan Tanggal
Ketua
Prof. Dr. Ashadi NIP 195101021975011001 Dr. Sri Dwiastuti, M.Si. NIP 195406261981032001 Dr. M. Masykuri, M.Si. NIP 196811241994031001 Dr. Sarwanto, M.Si. NIP 196909011994031002
……………… ……….
Sekretaris Anggota Penguji
……………… ………. ……………… ………. ……………… ……….
Telah dipertahankan di depan penguji Dan dinyatakan telah memenuhi syarat Pada tanggal ………………… 2014 Mengetahui: Dekan FKIP UNS,
Ketua Program Studi Magister Pendidikan Sains
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP 196007271987021001
Dr. M. Masykuri, M.Si. NIP 196811241994031001
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU SMP/MTs DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TEMA AIR SEHAT
TESIS
Oleh Anggraeni Mashinta Sulistyani S831302006 Komisi
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Pembimbing I
Dr. M. Masykuri, M.Si.
………………
……….
………………
……….
NIP 196811241994031001 Pembimbing II Dr. Sarwanto, M.Si. NIP 196909011994031002 Telah dinyatakan memenuhi syarat Pada tanggal ………………… 2014 Ketua Program Studi Magister Pendidikan Sains Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS,
Dr. M. Masykuri, M.Si. NIP 196811241994031001
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa : 1. Tesis yang berjudul : PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU SMP/MTs DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TEMA AIR SEHAT ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas Nomor 17 tahun 2010) 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan FKIP UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Magister Pendidikan Sains FKIP UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Magister Pendidikan Sains FKIP UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku Surakarta, Agustus 2014 Mahasiswa,
Anggraeni Mashinta Sulistyani NIM S831302006
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
1. Menjaga lingkungan alam berarti menjaga diri kita sendiri. 2. Lingkungan alam yang sehat mendorong kehidupan yang sejahtera. 3. Islam itu agama yang bersih, maka jagalah kebersihan. Sesungguhnya tidak masuk surga kecuali orang-orang yang bersih. (H.R. BAIHAQI) 4. Kebersihan dan kesehatan lingkungan merupakan faktor kenyamanan bagi hidup kita. 5. Lingkungan alam bukan warisan nenek moyang kita namun titipan anak cucu kita.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk : “ Mutiara-mutiara Hidupku” (Ayah, Ibu, Adik, dan Sahabatku) Terimakasih untuk semua cinta, kasih sayang, doa, semangat, dukungan dan kedamaian yang tak tergantikan.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Anggraeni Mashinta Sulistyani. 2014. Pengembangan Modul IPA Terpadu SMP/MTs dengan Model Problem Based Learning Tema Air Sehat. TESIS. Pembimbing I: Dr. M. Masykuri, M.Si., II: Dr. Sarwanto, M.Si. Program Studi Magister Pendidikan Sains Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) prosedur pengembangan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning tema Air Sehat, (2) kelayakan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning tema Air Sehat yang telah dikembangkan, (3) efektivitas modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning tema Air Sehat yang dikembangkan. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan dengan model 4D. Rancangan modul dikembangkan menjadi draft I. Draft I divalidasi oleh validator ahli materi, media, bahasa, praktisi dan peer review kemudian direvisi menjadi draft II. Draft II kemudian diuji coba kecil pada 10 orang siswa kelas 7A SMP Negeri 4 Pracimantoro. Setelah direvisi menjadi draft III, yang diuji coba luas pada siswa kelas 7B SMP Negeri 4 Pracimantoro. Desain penelitian yang digunakan adalah one-group pretest-posttest design. Keefektifan modul terhadap hasil belajar siswa dianalisis menggunakan gain score untuk pretest-posttest aspek pengetahuan, observasi aspek sikap dan keterampilan. Perbedaan hasil belajar menggunakan paired sample t-test, uji Kruskal Wallis (parametrik), dan uji One Way Anova (non-parametrik). Disseminasi dilakukan kepada 5 guru IPA untuk mendapatkan umpan balik. Kesimpulan penelitian ini adalah: (1) prosedur pengembangan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning tema Air Sehat menggunakan model 4D. Prosedur pelaksanaan meliputi: tahap tahap pendefinisian (define), tahap perencanaan (design), tahap pengembangan (develop), dan tahap penyebaran (disseminate). Validasi ahli pada tahap perencanaan dilakukan 2 kali agar hasil yang diperoleh lebih baik. Tahap penyebaran dilakukan pada guru IPA di 5 sekolah untuk dinilai kelayakannya, sedangkan penyebarluasan dan penggunaan dalam pembelajaran belum dilaksanakan karena keterbatasan penelitian. (2) kelayakan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning tema Air Sehat yang dikembangkan termasuk dalam kategori sangat layak, yaitu dari skor uji validasi sebesar 47,20 dengan kriteria sangat layak. Skor tahap uji coba kecil, uji coba luas, dan penyebaran masing-masing yaitu 66,20 dengan kriteria layak; 89,90 dengan kriteria sangat layak; dan 96,00 dengan kriteria sangat layak. (3) modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning tema Air Sehat efektif meningkatkan hasil belajar siswa dengan hasil gain score aspek pengetahuan 0,54 menunjukkan kategori sedang; aspek sikap 0,76 menunjukkan kategori tinggi; dan aspek keterampilan 0,58 menunjukkan kategori sedang. Kata Kunci:
modul, IPA terpadu, PBL, air sehat
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Anggraeni Mashinta Sulistyani. 2014. Development Of Integrated Science Module SMP/MTs using Problem Based Learning Model In Healthy Water Theme. THESIS. Advisor I: Dr. M. Masykuri, M.Si., Advisor II: Dr. Sarwanto, M.Si. Master of Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University of Surakarta. ABSTRACT This research aims to analyze: (1) development procedure of integrated science module SMP/MTs using Problem Based Learning model in Healthy Water theme, (2) properness of integrated science module SMP/MTs using Problem Based Learning model in Healthy Water theme, (3) effectiveness of integrated science module SMP/MTs using Problem Based Learning model in Healthy Water theme. This research method was research and developed (R&D) that using FourD models. Module design developed into draft I. It was validated by the experts of material, media and language, practitioners and peer review; the first draft was then revised into draft II. The second draft was used in preliminary field test on 10 students of class 7A SMP N 4 Pracimantoro. The next step was revising the module into draft III; it was then used in operational field test on class 7B SMP N 4 Pracimantoro. This research used one-group pretest-posttest design. Effectiveness of the module towards students’ learning achievement was analyzed using gain score for pre-test and post-test of knowledge aspect, as well as observation of attitude and skill aspects. Improvement of students’ learning achievement was analyzed using paired sample t-test, Kruskal Wallis test (nonparametric), and One Way Anova test (parametric). Dissemination was conducted to five Science teachers to get feedback. The research findings are: (1) development procedure of integrated science module SMP/MTs using Problem Based Learning model in Healthy Water theme was Four-D models. It includes define, design, develop and disseminate. Validation expert at this stage of development is done two times in order to obtain better results. Deployment phase is only performed on five science theachers in schools to assess its feasibility, while the dissemination and use in learning has not been implemented due to the limitations of the study; (2) effectiveness of integrated science module SMP/MTs using Problem Based Learning model in Healthy Water theme is Excellent; it is proved by score of validity test which was 47.20 (Excellent). Score of small test phase, extensive testing, and deployment of each of the 66.20 (Good), 89.90 (Excellent), and 96.00 (Excellent); (3) integrated science module SMP/MTs using Problem Based Learning model in Healthy Water theme was effective in improving students’ learning achievement proved by the gain score of knowledge aspect which was 0.54 (Medium), attitude aspect was 0.76 (High) and skill aspect was 0.58 (Medium). Keywords: module, integrated science, problem based learning, healthy water
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan
tesis
ini
dengan
judul
“PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU SMP/MTs DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TEMA AIR SEHAT” Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh derajat Magister Pendidikan Sains Program Studi Magister Pendidikan Sains di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dari awal pelaksanaannya hingga tersusunnya tesis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan yang baik ini peneliti megucapkan terima kasih yang setulusnya kepada: 1. Prof. Dr. M. Furqon H., M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta atas kebijakan-kebijakan yang telah diberikan. 2. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta atas izin yang diberikan untuk penelitian. 3. Dr. M. Masykuri, M.Si., selaku Ketua Program Studi Magister Pendidikan Sains, sebagai Penasehat Akademik, dan sebagai Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, bantuan, dorongan, saran, dan kritik dalam penyusunan tesis ini. 4. Dr. Sarwanto, M.Si., selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, bantuan, dorongan, saran, dan kritik dalam penyusunan tesis ini. 5. Segenap dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu dan pengalaman yang sangat berguna bagi masa depan penulis. 6. Wiyono, S.Pd., selaku kepala SMP Negeri 4 Pracimantoro yang telah memberikan izin untuk penelitian. 7. Endah Setyorini, S.Pd., selaku guru IPA SMP Negeri 4 Pracimantoro yang telah memberikan jam pelajaran untuk penelitian.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Segenap siswa kelas 7 SMP Negeri 4 Pracimantoro atas kerjasama yang diberikan selama pelaksanaan penelitian. 9. Kedua orang tua yang telah memberikan motivasi dalam menyelesaikan tesis ini. 10. Mahasiswa Magister Pendidikan Sains, selaku teman sejawat yang telah memberikan bantuan dan kerjasama dalam menyelesaikan tesis ini. 11. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam melaksanakan penelitian ini. Demikian tulisan ini dapat diselesaikan. Semoga semua bantuan yang diberikan selama penelitian hingga terselesaikannya tesis ini mendapatkan balasan yang lebih dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun serta menyempurnakan tulisan ini. Akhir kata semoga penelitian ini dapat membawa manfaat yang berarti bagi pembaca.
Surakarta, Agustus 2014 Penulis,
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................ i LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN .....................................................................
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS ...........
iv
MOTTO ..................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ...................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .............................................................................
vii
DAFTAR ISI ............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
xv
ABSTRAK ..............................................................................................
xvii
ABSTRACT ..............................................................................................
xviii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Identifikasi Masalah..................................................................
9
C. Batasan Masalah.......................................................................
10
D. Rumusan Masalah ....................................................................
11
E. Tujuan Penelitian ......................................................................
11
F. Spesifikasi Modul yang Diharapkan .........................................
11
G. Manfaat Penelitian....................................................................
13
H. Asumsi dan Keterbatasan .........................................................
14
ix
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
I. Definisi Operasional .................................................................
15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................
17
A. Kajian Teori .............................................................................
17
1. Karakteristik IPA .................................................................
17
2. Pembelajaran IPA Terpadu ..................................................
19
3. Pembelajaran IPA Terpadu Model Integrated ......................
26
4. Model Pembelajaran .............................................................
27
5. Problem Based Learning (PBL) ............................................
29
6. Modul Pembelajaran .............................................................
34
7. Hasil Belajar .........................................................................
44
8. Materi Ajar Tema Air Sehat .................................................
48
B. Penelitian yang Relevan ...........................................................
58
C. Kerangka Berpikir ....................................................................
63
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................
66
A. Desain Penelitian.....................................................................
66
B. Teknik Pengumpulan Data ......................................................
68
C. Instrumen Pengumpulan Data .................................................
79
D. Teknik Analisis Data ...............................................................
80
E. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................
85
F. Subjek Penelitian ....................................................................
85
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................
86
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ..............................................
86
B. Pembahasan ............................................................................
123
x
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Keterbatasan Penelitian ..........................................................
141
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ...................................
143
A. Simpulan ................................................................................
143
B. Implikasi ................................................................................
144
C. Saran ......................................................................................
145
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
146
LAMPIRAN .............................................................................................
151
xi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 2.1 Fase PBL dalam Kegiatan Pembelajaran.....................................
34
Tabel 2.2 Sifat-sifat Air ............................................................................
49
Tabel 2.3 Sifat Asam dan Basa ..................................................................
50
Tabel 3.1 Kriteria Skor Rata-Rata Menjadi Nilai dengan Kriteria ..............
80
Tabel 4.1 Hasil Analisis Kebutuhan Siswa ................................................
87
Tabel 4.2 Hasil Analisis Kebutuhan guru ..................................................
88
Tabel 4.3 Peta Kompetensi Tema Air Sehat ..............................................
91
Tabel 4.4 Komponen Sampul Depan Modul ..............................................
93
Tabel 4.5 Komponen Sampul Samping Modul ..........................................
94
Tabel 4.6 Komponen Sampul Belakang Modul .........................................
94
Tabel 4.7 Icon Sintaks PBL dalam Kegiatan Belajar .................................
99
Tabel 4.8 Ringkasan Hasil Validasi (Sebelum Revisi) ...............................
101
Tabel 4.9 Analisis Hasil Validasi ..............................................................
102
Tabel 4.10 Ringkasan Hasil Validasi (Sesudah Revisi) ..............................
104
Tabel 4.11 Masukan Siswa Terhadap Modul .............................................
105
Tabel 4.12 Statistik Deskriptif Respon Siswa pada Uji Coba Kecil ............
109
Tabel 4.13 Statistik Deskriptif Respon Siswa pada Uji Coba Luas ............
111
Tabel 4.14 Statistik Deskriptif Respon Siswa pada Tahap Penyebaran ......
113
Tabel 4.15 Gain Score Aspek Kognitif ......................................................
116
Tabel 4.16 Penilaian Indikator Aspek Afektif ............................................
117
Tabel 4.17 Gain Score Aspek Afektif ........................................................
118
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.18 Penilaian Indikator Aspek Keterampilan ..................................
119
Tabel 4.19 Penilaian Indikator Aspek Portofolio .......................................
119
Tabel 4.20 Gain Score Aspek Psikomotor .................................................
120
Tabel 4.21 Ringkasan Hasil Analisis Aspek Kognitif ................................
121
Tabel 4.22 Ringkasan Hasil Analisis Aspek Sikap Sosial ..........................
122
Tabel 4.23 Ringkasan Hasil Analisis Aspek Keterampilan ........................
122
Tabel 4.24 Ringkasan Hasil Analisis Aspek Portofolio ..............................
123
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 2.1 Alur Model Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu..........
23
Gambar 2.2 Diagram Peta Integrated ........................................................
26
Gambar 2.3 Tahapan PBL .........................................................................
33
Gambar 2.4 Rangkaian Alat Penjernihan Air Sederhana ............................
57
Gambar 2.5 Diagram Kerangka Berpikir ...................................................
63
Gambar 3.1 Diagram Pengembangan Model 4-D ......................................
66
Gambar 3.2 Diagram Peta Konsep IPA Terpadu Tema Air Sehat ..............
70
Gambar 4.1 Cover Modul IPA Terpadu Model PBL Tema Air Sehat ........
95
Gambar 4.2 Grafik Persentase Respon Siswa terhadap Modul pada Aspek Tampilan, Penyajian Materi, dan Manfaat ..............................
110
Gambar 4.3 Grafik Persentase Respon Siswa terhadap Modul pada Aspek Tampilan, Penyajian Materi, dan Manfaat ..............................
112
Gambar 4.4 Grafik Persentase Respon Guru terhadap Modul pada Aspek Tampilan, Penyajian Materi, dan Manfaat ..............................
commit to user xiv
114
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Lampiran 1
Peta Kompetensi IPA Terpadu ............................................
152
Lampiran 2
Peta Kedudukan Modul ......................................................
153
Lampiran 3
Kerangka Modul IPA Terpadu ...........................................
154
Lampiran 4
Angket Kebutuhan Guru ....................................................
156
Lampiran 5
Analisis Hasil Angket Kebutuhan Guru .............................
160
Lampiran 6
Contoh Isian Angket Kebutuhan Guru ...............................
170
Lampiran 7
Angket Kebutuhan Siswa....................................................
173
Lampiran 8
Analisis Hasil Angket Kebutuhan Siswa .............................
177
Lampiran 9
Contoh Isian Angket Kebutuhan Siswa ..............................
184
Lampiran 10 Lembar Validasi RPP..........................................................
187
Lampiran 11 Contoh Isian Lembar Validasi RPP ....................................
191
Lampiran 12 Lembar Validasi Butir Soal ................................................
195
Lampiran 13 Contoh Isian Lembar Validasi Butir Soal ...........................
208
Lampiran 14 Lembar Validasi Modul .....................................................
221
Lampiran 15 Cintoh Isian Lembar Validasi Modul .................................
235
Lampiran 16 Angket Respon Siswa terhadap Modul ...............................
247
Lampiran 17 Contoh Isian Angket Respon Siswa terhadap Modul (Uji Coba Kecil dan Uji Coba Luas) ..........................................
351
Lampiran 18 Analisis Validasi Modul .....................................................
259
Lampiran 19 Hasil Analisis Validasi Modul ...........................................
267
Lampiran 20 Hasil Analisis Uji Coba Kecil dan Uji Coba Luas ..............
278
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 21 Pedoman Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ............. Lampiran 22 Contoh
Isian
Pedoman
Observasi
281
Keterlaksanaan
Pembelajaran .....................................................................
283
Lampiran 23 Silabus dan RPP .................................................................
289
Lampiran 24 Analisis Reliabilitas dan Validitas Butir Soal ....................
325
Lampiran 25 Analisis Butir Soal .............................................................
333
Lampiran 26 Analisis Nilai Uji Coba Luas .............................................
334
Lampiran 27 Angket Disseminate ...........................................................
375
Lampiran 28 Contoh Isian Angket Disseminate ......................................
379
Lampiran 29 Analisis Angket Disseminate .............................................
383
Lampiran 30 Dokumentasi ......................................................................
384
Lampiran 31 Gambar Isian Modul Tahap Uji Coba..................................
389
Lampiran 32 Gambar Revisi Modul Tahap Uji Coba Kecil .....................
413
Lampiran 33 Gambar Revisi Modul Tahap Uji Coba ..............................
415
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Secara umum dalam pembelajaran IPA SMP sebagian besar masih dilaksanakan secara terpisah. Pencapaian Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar mata pelajaran masih dilakukan sesuai dengan bidang kajian masing-masing yaitu Fisika, Kimia, dan Biologi. Guru yang mengampu mata pelajaran IPA berlatar belakang disiplin ilmu tertentu, sehingga mengalami kesulitan jika mengadakan pembelajaran yang bukan sesuai dengan latar belakang keilmuannya. Pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan secara team teaching namun pada pelaksanaannya kurang adanya koordinasi antara guru tim yang menyebabkan tidak akan terpenuhinya Kompetensi Dasar yang akan dicapai. Guru pun menganggap untuk melaksanakan model IPA terpadu sulit, sehingga guru takut untuk melaksanakannya. Padahal jumlah Kompetensi Dasar yang banyak namun waktu atau jumlah jam pelajaran IPA yang terbatas akan mengatasi permasalahan ini. Salah satu kendala lainnya adalah masih terbatasnya buku panduan atau buku pegangan guru maupun siswa dalam bentuk IPA Terpadu. Buku yang ada sampai saat ini masih menampilkan materi terpisah-pisah berdasarkan kelompok Fisika, Kimia maupun Biologi. Bahan ajar adalah salah satu hal yang diperlukan dalam pembelajaran IPA. Modul
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang diperlukan dalam proses pembelajaran IPA. Pembelajaran IPA terpadu juga memerlukan modul IPA yang terpadu. Pembelajaran IPA pada kurikulum 2013 berupa pembelajaran IPA terpadu, sehingga kebutuhan akan modul IPA terpadu merupakan hal penting untuk dapat disediakan di sekolah agar dapat memudahkan pembelajaran IPA terpadu. Pedoman Pengembangan Kurikulum 2013 menyebutkan bahwa pembelajaran IPA di tingkat SMP dilaksanakan dengan berbasis keterpaduan. Pembelajaran IPA SMP dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. Pendidikan berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial. Integrative science mempunyai makna memadukan berbagai aspek yaitu domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Secara substansi, IPA dapat digunakan sebagai tools atau alat untuk mengembangkan domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Kemendikbud, 2013: 167). Pembelajaran
adalah
upaya
untuk
membelajarkan
siswa.
Pembelajaran terdiri dari kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode atau model pembelajaran untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode atau model pembelajaran ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan (Hamzah Uno, 2008: 3). Tujuan dari pembelajaran tersebut yaitu berupa perubahan ke arah yang lebih baik setelah mengikuti pembelajaran. Perubahan inilah yang menjadi tolak ukur proses pembelajaran yang dilakukan. Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa. Kualitas pendidikan Indonesia semakin menurun dari tahun ke tahun. Hal ini diperlihatkan pada hasil penelitian TIMSS (Trends in International Mathematics and Science) dan PISA (Programme for International Student Assessment) yang berstandar internasional. Pada survey TIMSS tahun 1999 di bidang sains, Indonesia menduduki peringkat 32 dari 38 negara peserta, kemudian tahun 2003 menduduki peringkat 37 dari 46 negara peserta, tahun 2007 menduduki peringkat 35 dari 49 negara peserta, tahun 2011 menduduki peringkat 41 dari 43 negara peserta. Survey PISA dalam kurun waktu tiga tahun, tahun 2003 bidang sains, Indonesia menduduki peringkat 36 dari 40 negara dengan skor 395, tahun 2006 menduduki peringkat 54 dari 57 negara dengan skor 393, dan tahun 2009 menduduki peringkat 60 dari 65 negara dengan skor 383. Berdasarkan data hasil studi TIMSS (2011) dan PISA menunjukkan bahwa soal berbasis masalah dan berkaitan dengan kemampuan analisis rendah, sehingga konsekuensinya dibutuhkan pembelajaran atau bahan ajar yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Modul memiliki peranan di dalam menciptakan pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Pembelajaran menggunakan modul yang dapat dilakukan untuk memecahkan permasalahan adalah dengan menerapkan modul yang memberikan pengalaman secara langsung, menantang dan menyenangkan bagi siswa. Dengan modul tersebut, siswa menjadi aktif di dalam proses pembelajaran dan juga lebih bersemangat dalam belajar. Keadaan seperti inilah yang akan memengaruhi peningkatan hasil belajar siswa. Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMP Negeri 4 Pracimantoro pada mata pelajaran IPA, menunjukkan bahwa belum tersedianya modul IPA terpadu, pembelajaran secara konvensional dan masih rendahnya hasil belajar siswa. Sehingga pemberian modul IPA terpadu dengan model PBL dirasa menjadi penting untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini didasarkan dari hasil wawancara dengan beberapa siswa yang mengatakan mereka tidak begitu menyukai mata pelajaran IPA dengan alasan IPA itu sulit dan membosankan untuk dipelajari. Terlihat bahwa sikap siswa selama mengikuti pembelajaran IPA menunjukkan adanya kebosanan ketika guru menjelaskan suatu konsep IPA dan kurang antusias ketika mengerjakan tugas/latihan soal yang diberikan guru. Keberhasilan suatu pembelajaran tidak hanya dilihat dari sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran saja, tetapi juga dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh. Oleh karena itu, permasalahan di atas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
merupakan suatu masalah yang diakibatkan dari kurang maksimalnya pembelajaran yang dilakukan oleh guru IPA. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru pun, belum mengacu pada suatu proses pembelajaran aktif dan menyenangkan. Banyaknya materi IPA dan tuntutan kurikulum yang dipenuhi menyebabkan guru lebih sering menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan dalam pembelajarannya. Siswa hanya duduk diam, mendengar dan mencatat informasi yang diberikan guru. Proses pembelajaran yang berlangsungpun pada akhirnya masih didominasi pada teacher centered dan transfer knowledge. Guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan siswa hanya menghafal informasi aktual, sehingga kurangnya keaktifan siswa dalam menemukan konsep dengan sendirinya. Hal inilah yang menyebabkan masih rendahnya hasil belajar siswa. Upaya untuk mengatasi permasalahan di atas adalah perlu dilaksanakannya
pembelajaran
IPA
secara
terpadu.
Berdasarkan
Kurikulum 2013, bahwa pembelajaran IPA yang diaplikasikan di SMP/MTs berdasarkan pendekatan scientific dan dilaksanakan dengan model pembelajaran terpadu. Melalui pembelajaran IPA terpadu, siswa dapat memperoleh pengalaman langsung sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajari secara menyeluruh, bermakna, autentik dan aktif (Trianto, 2010: 6). Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
Pembelajaran IPA Terpadu dikemas dengan tema kontekstual, yang dekat dengan kehidupan manusia. Materi yang diajarkan dikaitkan dengan situasi dunia nyata, sehingga dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan, menantang, dan menerapkan proses pembelajaran yang lebih bervariasi bagi siswa. Proses pembelajaran yang demikian, dapat menimbulkan dampak pada hasil belajar yang diperoleh siswa. Menurut Permendiknas No. 24 tahun 2007, salah satu sumber belajar siswa adalah buku teks. Hakikat pembelajaran IPA terpadu adalah berfokus pada siswa (student centered) yang menekankan keaktifan siswa dan menuntut siswa belajar mandiri. Modul dapat berperan sebagai sumber belajar siswa secara mandiri, sehingga siswa tidak bergantung pada guru. Oleh karena itu modul untuk pembelajaran IPA terpadu menyajikan materi IPA secara terpadu dan mampu mendorong siswa untuk belajar mandiri. Menurut Purwanto, dkk (2007: 9) menyatakan bahwa modul adalah bahan belajar yang dirancang secara sistematik berdasarkan kurikulum tertentu dan
dikemas
dalam
bentuk
satuan
pembelajaran
terkecil
dan
memungkinkan dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu. Ketersediaan bahan ajar IPA terpadu di SMP Negeri 4 Pracimantoro masih dirasakan kurang dalam jumlah yaitu baru tersedia buku IPA terpadu yang diterapkan di kelas 7, namun baru tersedia di perpustakaan sehingga tidak seimbang dengan jumlah kelas dan jumlah siswa di sekolah. Buku IPA terpadu hanya ada di perpustakaan, sedangkan yang diberikan kepada siswa hanya Lembar Kerja Siswa (LKS). Rai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
Sujanem, I Nyoman Putu Suwindra, I ketut Tika (2009) menjelaskan bahwa hasil penelitian menunjukkan modul sebaiknya dikembangkan secara
eksplisit
memuat
materi
pembelajaran
yang
kontekstual.
Pembelajaran IPA sebaiknya dilakukan dengan model pembelajaran berbasis masalah yang merupakan salah satu strategi pendekatan kontekstual. Prastowo (2012: 14) mengemukakan bahwa guru belum mengembangkan kreativitas untuk menyiapkan dan membuat bahan ajar secara mandiri dan memilih bahan ajar yang siap pakai karena beranggapan bahwa membuat bahan ajar merupakan pekerjaan yang sulit dan membutuhkan waktu yang lama. Proses pembelajaran memerlukan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan dan mengacu pada suatu proses pembelajaran aktif dan menyenangkan adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Berbeda dengan model-model lain yang penekanannya adalah pada mempresentasikan ide-ide dan mendemonstrasikan keterampilan, dalam Problem Based Learning (PBL), maka guru menyodorkan situasi-situasi bermasalah kepada siswa dan memerintahkan mereka untuk menyelidiki dan menemukan sendiri solusinya (Arends, 2008: 41). Model PBL dapat diterapkan manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahami secara penuh serta mampu menyelesaikan masalah. Pembelajaran di kelas dengan
mengembangkan
pembelajaran
commit to user
PBL
diharapkan
bisa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
menumbuhkan
pengalaman
belajar
yang
lebih
menantang
dan
menyenangkan bagi siswa. Dengan begitu pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Suatu proses yang terdapat pada sintaks PBL ini dapat memotivasi siswa dalam belajar IPA sekaligus dapat membantu pemahaman konsep IPA. Melalui pembelajaran PBL, siswa akan diberikan permasalahan dalam menemukan konsep-konsep IPA. Penemuan konsep-konsep yang dilakukan,
dapat
menjadikan
kebermaknaan
bagi
siswa
dalam
pembelajaran berlangsung. Guna terlaksananya pembelajaran IPA secara terpadu, maka diperlukan modul IPA terpadu yang berfungsi sebagai bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, dan sebagai fasilitas untuk dilaksanakannya pembelajaran tersebut. Pembelajaran terpadu dalam IPA dikembangkan berdasarkan persoalan atau dapat dikemas secara tematik dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal siswa dalam bidang kajian IPA. Tema yang diambil adalah tema yang dekat dengan kehidupan siswa. Air merupakan salah satu sumber kehidupan yang memiliki hubungan sangat dekat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Dalam jenjang SMP, IPA terpadu sudah mampu menjelaskan secara khusus tema tersebut dengan beberapa keterpaduan materi dalam materi IPA. Akan tetapi, pada realitanya masih banyak SMP yang belum mampu memberikan pemikiran baru bagi siswa untuk memahami keterpaduan materi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian tentang pengembangan modul dengan judul “Pengembangan Modul IPA terpadu SMP/MTs dengan Model Problem Based Learning Tema Air Sehat”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan
latar
belakang
permasalahan,
maka
dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Amanat Kurikulum untuk menerapkan proses pembelajaran IPA secara terpadu belum secara utuh terlaksana, dan masih dilaksanakan secara terpisah sesuai dengan keilmuannya. 2. Masih terbatasnya bahan ajar IPA Terpadu. Dikarenakan penyusunan bahan ajar masih terpisah-pisah yaitu Fisika, Kimia dan Biologi. 3. Proses pembelajaran masih didominasi pada teacher centered dan transfer knowledge mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa. 4. Pembelajaran IPA hanya diberikan secara esensial mengakibatkan ketidakbermaknaan konsep IPA yang didapat, sehingga hasil belajar siswa cenderung kurang. 5. Banyaknya materi IPA (KD) dan keterbatasan waktu menyebabkan kurangnya implementasi model pembelajaran yang lebih inovatif dan bervariasi. 6. Banyaknya materi IPA (KD) dan keterbatasan waktu mendorong perlunya bahan ajar yang efektif, efisien serta mendorong siswa untuk belajar mandiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
7. Pembelajaran IPA di dalam kelas cenderung monoton berupa ceramah, sehingga belum mengacu pada pembelajaran aktif dan menyenangkan. 8. Implementasi model pembelajaran PBL dalam pembelajaran IPA dipercaya dapat memberikan pengalaman langsung sehingga siswa menjadi antusias dalam belajar, mampu memecahkan masalah dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. 9. Belum dikembangkannya modul IPA terpadu SMP/MTs. Untuk itu, diperlukan pengembangan modul yang dapat menunjang terlaksananya pembelajaran tersebut.
C. Batasan Masalah Mengingat luasnya permasalahan yang ada maka penelitian ini hanya akan membahas tentang: 1.
Pengembangan modul IPA terpadu SMP/MTs berbasis model Problem Based Learning.
2.
Pola integrasi yang digunakan adalah model integrated.
3.
Hasil belajar untuk aspek pengetahuan yaitu C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), C3 (aplikasi), dan C4 (analisis); aspek sikap (sikap sosial); dan aspek keterampilan.
4.
Modul yang dikembangkan tersebut diterapkan untuk mata pelajaran IPA pada tema “Air Sehat”.
5.
Modul yang dikembangkan tersebut diimplementasikan di kelas VII SMP Negeri 4 Pracimantoro.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana prosedur pengembangan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning tema Air Sehat? 2. Bagaimana kelayakan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning tema Air Sehat yang telah dikembangkan? 3. Bagaimana efektivitas modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning tema Air Sehat yang telah dikembangkan?
E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai berdasarkan dari rumusan masalah adalah untuk menganalisis: 1. Prosedur pengembangan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning tema Air Sehat. 2. Kelayakan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning tema Air Sehat yang telah dikembangkan. 3. Efektivitas modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning tema Air Sehat yang telah dikembangkan.
F. Spesifikasi Modul yang diharapkan Modul yang diharapkan dalam penelitian ini berupa Modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning tema Air Sehat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMP. Produk Modul IPA terpadu mempunyai spesifikasi sebagai berikut: 1. Materi dikemas dengan tema “Air Sehat” berdasarkan Kurikulum 2013. Tema “Air Sehat” merupakan hasil keterpaduan antara pokok bahasan Asam, Basa, Garam; Karakteristik Zat dan Pencemaran Lingkungan. 2. Modul yang disusun adalah modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning, karena tema yang dibahas dalam modul ini berkaitan langsung dengan kehidupan siswa sehari-hari dan dapat digunakan dalam pemecahan masalah. 3. Modul IPA terpadu implementasinya menggunakan model Problem Based Learning dengan sintaks persoalan real yang diungkapkan, analisis masalah dan isu belajar, pembagian kelompok kecil, pemecahan masalah, menampilkan/mempresentasikan solusi, dan evaluasi. 4. Tema pembahasan pada modul adalah Air Sehat pada mata pelajaran IPA kelas VII SMP semester genap. 5. Bagian-bagian modul yang dikembangkan terdiri dari cover, halaman depan, halaman francis, kata pengantar, daftar isi, peta kedudukan modul, peta kompetensi, tujuan pembelajaran, petunjuk penggunaan modul, isi pembelajaran (materi), rangkuman, uji kompetensi, kunci jawaban, glosarium, dan daftar pustaka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
6. Cover modul terdiri dari unsur modul IPA terpadu, tema modul, kelas, gambar yang sesuai dengan tema, basis pembelajaran, nama pengarang, penerbit, dan warna yang menarik. 7. Disajikan dalam bentuk buku/modul berukuran A4. 8. Sasaran produk adalah guru dan siswa SMP/MTs.
G. Manfaat Pengembangan 1. Bagi Guru Dapat digunakan sebagai bahan ajar dalam melaksanakan proses pembelajaran dan dapat digunakan sebagai acuan dalam menyusun modul pada tema yang lain. 2. Bagi Siswa Adanya modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning, hasil belajar siswa dapat meningkat. 3. Bagi Peneliti Memberikan pengetahuan dalam mengembangkan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bila ingin mengadakan penelitian lebih lanjut tentang modul dengan mengimplementasikan nilai positif lainnya pada siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
H. Asumsi dan Keterbatasan Perlu dikemukakan beberapa asumsi dan keterbatasan pengembangan dalam uraian ini. Adapun asumsi dan keterbatasan pengembangan adalah sebagai berikut: 1. Asumsi Pengembangan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning tema Air Sehat disusun dengan beberapa asumsi sebagai berikut: a. Siswa dapat belajar secara mandiri dengan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning tema Air Sehat. b. Modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning tema Air Sehat disusun secara tematik sehingga siswa lebih tertarik untuk belajar. c. Pembelajaran dengan tema Air Sehat berkaitan erat dengan kehidupan siswa sehari-hari. d. Pembelajaran dengan tema Air Sehat mempunyai manfaat langsung maupun tidak langsung bagi siswa. 2. Keterbatasan Pengembangan Pengembangan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning tema Air Sehat disusun dengan berbagai keterbatasan yaitu: a. Modul ini terbatas pada pembahasan dengan tema Air Sehat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
b. Modul hanya ditinjau oleh dosen pembimbing untuk memberikan masukan. c. Kelayakan modul dinilai oleh validator (ahli materi, bahasa, dan media), praktisi (guru IPA), teman sejawat (peer review), dan siswa sebagai subjek penelitian. d. Pemilihan persoalan real yang diungkapkan pada modul lebih merujuk kepada persoalan/masalah konkrit yang cenderung pada inkuiri. Sedangkan masalah pada PBL merupakan masalah kontekstual yang dimodifikasi.
I. Definisi Operasional Definisi operasional dalam penelitian ini adalah: 1. Analisis Kompetensi Kurikulum IPA Kegiatan awal dalam pengembangan modul adalah dengan membuat Analisis Kompetensi Kurikulum IPA. Analisis Kompetensi Kurikulum IPA dibuat untuk mempermudah dalam melakukan pengembangan modul selanjutnya. Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam Analisis Kompetensi Kurikulum IPA adalah tema-tema yang diangkat dengan kajian IPA yang terdiri Kimia, Biologi, Fisika, Kompetensi Inti, dan Kompetensi Dasar. 2. Modul Modul digunakan sebagai panduan dalam pembelajaran. Modul berisikan konsep atau materi yang terkait dengan tema yang diangkat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Modul yang dikembangkan didesain dengan pembelajaran terpadu model integrated. 3. Pembelajaran IPA Terpadu merupakan pembelajaran bermakna bagi siswa dengan tujuan supaya bahan ajar yang disampaikan tidak terpisah-pisah tetapi merupakan kesatuan yang utuh. Pembelajaran IPA Terpadu dapat dikemas dengan tema atau topik yang dibahas dari berbagai bidang kajian supaya lebih efektif dalam penggunaan waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran. 4. Pembelajaran terpadu integrated (keterhubungan) dilandasi bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Pembelajaran terpadu model integrated merupakan model integrasi
antar
bidang
studi
dengan
mengorganisasikan
atau
mengintegrasikan suatu konsep, keterampilan, atau kemampuan yang di tumbuh kembangkan dalam satu bidang studi. 5. Model PBL merupakan model pembelajaran dengan mengajak siswa untuk memperoleh pengalaman belajarnya secara langsung. Adanya suatu kerjasama, saling membantu dan tanggung jawab siswa antar kelompok, serta adanya pemecahan masalah adalah ciri sintaks pembelajaran PBL. Suatu proses yang terdapat pada sintaks pembelajaran PBL ini dapat memotivasi siswa dalam belajar IPA.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Karakteristik IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. IPA adalah suatu bangunan ilmu pengetahuan teoritis yang diperoleh melalui metode ilmiah dan alam sebagai objek kajiannya. Selama ini pembelajaran IPA di SMP disampaikan secara terpisah berdasarkan disiplin ilmunya yaitu Fisika, Kimia, dan Biologi. Pelaksanaan pembelajaran IPA secara terpisah menyebabkan kurang berkembangnya siswa dan membuat kesulitan bagi siswa. Selain itu penggunaan waktu kurang efisien dan efektif. IPA secara terpadu bertujuan meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran, meningkatkan minat dan motivasi siswa, dan beberapa KD dapat dicapai sekaligus. Kata science berasal dari Bahasa Latin ‘scire’, yang bermakna “mengetahui”. Science merupakan lebih dari observasi (Hurd, 1993: 6). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘science’. Kata ‘science’ berasal dari Bahasa Latin ‘scientia’ yang berarti saya tahu. Wahyana cit Trianto (2011: 136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada
commit to user 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Trianto (2011: 151) mendefinisikan bahwa: Ilmu Pengetahuan Alam sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA, yaitu (1) kemampuan untuk mengetahui hal yang diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi hal yang belum diamati, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, serta (3) dikembangkannya sikap ilmiah. Laksmi Prihartono cit Trianto (2011: 137) mengatakan bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan, sekumpulan konsep, dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang digunakan untuk mempelajari objek pembelajaran, menemukan dan mengembangkan produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan. Pusat kurikulum (2006: 4) menjelaskan bahwa IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menerapkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus disempurnakan. Penyempurnaan tersebut akan terus-menerus dilakukan hingga memperoleh sebuah teori.
2. Pembelajaran IPA Terpadu a. Hakikat Pembelajaran IPA Terpadu Setiap guru selalu berusaha melakukan kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran secara efektif disini dimaksudkan agar pembelajaran tersebut dapat membawa hasil, dan kegiatan pembelajaran secara efisien dimaksudkan agar pembelajaran tersebut dapat tepat di lingkungan sekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Sugihartono, dkk. (2007: 74) mengatakan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Santrock dan Yussen cit Sugihartono (2007: 74) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman. Reber cit Sugihartono (2007: 74) mendefinisikan belajar dalam dua pengertian. Pertama, belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan dan kedua, belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Thorndike cit Sugihartono (2007: 91) menjelaskan bahwa belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R). Dimyanti dan Mudjiono (2009: 7) mengemukakan bahwa belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses pembelajaran. Proses pembelajaran terjadi karena siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang suatu hal tersebut sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar. Hamalik (2003: 27) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Adapun menurut Anthony Robbins cit Trianto (2010: 15) mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Sudjana cit Deni Kurniawan (2011: 7) membedakan menjadi teori belajar eksternal (behavioristik) dan teori belajar internal (kognitivistik dan konstruktivistik). Dalam pandangan para kognitivistik belajar dipandang sebagai proses aktif individu dalam memproses informasi, Bruer; O’Neil dan Perez cit Deni Kurniawan (2011: 7). Belajar pada hakikatnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
merupakan proses pengetahuan yang mendapat dukungan dari fungsi ranah keterampilan. Sugihartono, dkk (2007: 73) menjelaskan bahwa pembelajaran sesungguhnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, dalam Pasal 1 butir 20 (Udin S. Winataputra, 2007: 5) pembelajaran diartikan sebagai “… proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Fontana cit Udin S. Winataputra (2007: 8), mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Trianto (2010: 17) berpendapat bahwa pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran IPA terpadu menjadi salah satu ciri khas penerapan kurikulum 2013 di SMP. Pada pelaksanaan kurikulum 2006 keterpaduan dapat diasosiasikan dengan sebuah gelas berisi beberapa butir kelereng. Tiap butir diisikan secara terpisah, namun dimasukan dalam satu wadah. Dalam kurikulum 2013 keterpaduan itu perlu dimaknai terintegrasi. Adapun teknik mengintegrasikannya dengan memahami konsep berikut ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Memadukan materi mata pelajaran Biologi, Kimia, Fisika sehingga dengan keterpaduannya memungkinkan siswa secara individual maupun kelompok aktif mengeksplorasi, mengelaborasi, mengkonfirmasi, dan mengomunikasikan hasilnya, dan akan membuat siswa aktif mencari tahu. Keterpaduan berarti merajut keterkaitan antara berbagai aspek dan materi yang tertuang dalam Kompetensi Dasar IPA untuk melahirkan satu atau beberapa tema pembelajaran. Pembelajaran terpadu juga dapat dikatakan pembelajaran yang memadukan materi dalam satu tema atau tematik. Menurut Trianto (2010: 160) menjelaskan bahwa pembelajaran IPA secara terpadu diawali dengan penentuan tema, karena penentuan tema akan membantu siswa dalam beberapa aspek, yaitu sebagai berikut: 1)
Siswa yang bekerja sama dengan kelompoknya akan lebih bertanggung jawab, berdisiplin, dan mandiri.
2) Siswa menjadi lebih percaya diri dan termotivasi dalam belajar bila mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajari. 3) Siswa lebih memahami dan lebih mudah mengingat karena mereka ‘mendengar’, ‘berbicara’, ‘membaca’, ‘menulis’ dan ‘melakukan’ kegiatan menyelidiki masalah yang sedang dipelajarinya. 4) Memperkuat berbahasa siswa. 5) Belajar akan lebih baik jika siswa terlibat secara aktif melalui tugas proyek, kolaborasi, dan berinteraksi dengan teman, guru dan dunia nyata.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
Pemilihan tema tersebut dimulai dengan memperhatikan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang akan dipadukan sehingga keterpaduan yang dibuat tidak terlalu panjang dan terlalu lebar. Apabila keterpaduan yang dibuat tersebut terlalu panjang dan lebar maka akan menyulitkan siswa untuk dapat menyerap materi yang diberikan. Menurut Trianto (2010: 160) alur model pengembangan pembelajaran IPA Terpadu dapat dijelaskan sebagai berikut: Menetapkan bidang kajian yang akan dipadukan
Membuat matriks atau bagan hubungan Kompetensi Dasar dan tema atau topik pemersatu
Mempelajari Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar bidang kajian
Merumuskan indikator pembelajaran terpadu
Menyusun Silabus pembelajaran terpadu
Memilih/menetapkan tema atau topik pemersatu
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran terpadu
Gambar 2.1 Alur Model Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu Merujuk pada hakikat IPA sebagaimana dijelaskan di atas, maka nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara lain sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
1) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematik menurut langkah-langkah metode ilmiah. 2) Keterampilan
dan
kecakapan
dalam
mengadakan
pengamatan,
mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah. 3) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah dalam kaitannya dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan (Prihantro Laksmi cit Trianto, 2010: 142). Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan dalam tingkah laku, perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman, perubahan yang terjadi menyangkut beberapa aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti keterampilan, kecakapan, kebiasaan, penguasaan konsep ataupun sikap. Dan hanya dapat dirasakan oleh subyek belajar itu sendiri. Belajar dan pembelajaran merupakan dua hal berbeda namun memiliki keterkaitan, pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan oleh pendidik untuk menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif untuk proses pembelajaran dalam diri siswa. b. Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu Hakikatnya tujuan pembelajaran IPA Terpadu sebagai suatu kerangka model dalam proses pembelajaran, mempunyai tujuan pokok yang hampir sama dengan tujuan pembelajaran terpadu itu sendiri (Pusat Kurikulum cit Trianto, 2010: 155-157), yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
1) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Pembelajaran IPA yang secara disiplin keilmuan membutuhkan waktu dan energi lebih banyak serta membosankan bagi siswa, karena dapat terjadi kemungkinan adanya tumpang tindih dan pengulangan materi. 2) Meningkatkan minat dan motivasi Pembelajaran
terpadu
memberikan
peluang
bagi
guru
untuk
mengembangkan situasi pembelajaran yang utuh, menyeluruh, dinamis, dan bermakna sesuai dengan harapan. Dalam hal ini, pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tema yang disampaikan. Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah dan memotivasi siswa untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan antara konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yang termuat dalam isu tersebut. Dengan model pembelajaran yang terpadu dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari, siswa digiring untuk berpikir luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan konseptual yang disajikan guru. Siswa akan lebih termotivasi dalam belajar. 3) Beberapa Kompetensi Dasar dapat dicapai sekaligus Model pembelajaran IPA Terpadu dapat menghemat waktu, tenaga, dan sarana, serta biaya karena beberapa KD dapat diajarkan sekaligus. Di samping itu, pembelajaran terpadu juga menyederhanakan langkahlangkah pembelajaran. Hal ini terjadi karena adanya proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
keterpaduan dan penyatuan sejumlah Kompetensi Dasar, dan langkah pembelajaran yang dipandang memilki kesamaan dan keterkaitan.
3. Pembelajaran IPA Terpadu Model Integrated Menurut Fogarty (1991: 75-78) menjelaskan bahwa model integrated adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih. Untuk membuat tema, guru menyeleksi terlebih dahulu konsep dari beberapa mata pelajaran, selanjutnya dikaitkan dalam satu tema untuk memayungi beberapa bidang studi.
Gambar 2.2 Diagram peta integrated Keunggulan model ini adalah siswa merasa senang dengan adanya keterkaitan dan hubungan timbal balik antar berbagai bidang studi, memperluas wawasan dan apresiasi guru, jika dapat diterapkan dengan baik maka dapat dijadikan model pembelajaran yang ideal di lingkungan sekolah “integrated day”. Kelemahan model ini adalah sulit mencari keterkaitan antara bidang studi yang satu dengan yang lainnya, juga mencari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
keterkaitan aspek keterampilan yang terkait. Dibutuhkan banyak waktu pada beberapa bidang studi untuk didiskusikan guna mencari keterkaitan dan mencari tema. Menurut Kemendikbud (2013: 175) menjelaskan bahwa pada model integrated, materi pembelajaran dikemas dari konsep-konsep dalam KD yang sepenuhnya beririsan.
4. Model Pembelajaran Model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu hal. Dorin, dkk. cit Ella Yulaelawati (2004: 50) menjelaskan bahwa model merupakan gambaran mental yang membantu guru untuk menjelaskan sesuatu dengan lebih jelas terhadap sesuatu yang tidak dapat dilihat atau tidak dialami secara langsung. Adapun menurut Ahmad Abu Hamid (2009: 34) berpendapat bahwa model diartikan sebagai benda tiruan dari benda aslinya atau sesungguhnya. Sedangkan model belajarmengajar (pembelajaran) diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan serta berfungsi sebagai pedoman guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar-mengajar (pembelajaran). Joyce
cit Trianto (2010: 22) mengemukakan bahwa model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Sedangkan Arends cit Trianto (2010: 25), menyeleksi enam model pengajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar, yaitu: presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, dan diskusi kelas. Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode atau prosedur. Rusman (2011: 144-145) berpendapat model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran memiliki ciri-ciri : 1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. 2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu. 3. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas. 4. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan : (a) urutan langkahlangkah pembelajaran (syntax); (b) adanya prinsip-prinsip reaksi; (c) sistem sosial; dan (d) sistem pendukung. 5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. 6. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya. Berdasarkan teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
merencanakan pembelajaran di kelas guna membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
5. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) a. Pengertian Problem Based Learning (PBL) Model
Problem
Based
Learning
(PBL) atau
pembelajaran
berdasarkan masalah merupakan model pembelajaran yang didesain menyelesaikan masalah yang disajikan. Arends (2008: 41) mendefinisikan bahwa PBL menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan. Trianto (2010: 90) berpendapat bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan penyelidikan
pada
banyaknya
autentik
yakni
permasalahan
yang
membutuhkan
penyelidikan
yang
membutuhkan
penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata. Rhem (1998) cit Suparno (2013: 108) mengemukakan Problem Based Learning (PBL) adalah strategi pembelajaran dengan siswa ditatapkan pada persoalan yang real, kontekstual, yang tidak terstruktur ketat dan mereka berusaha untuk menemukan pemecahan yang berarti. Dalam beberapa studi lapangan ditemukan bahwa siswa lebih menguasai isi pelajaran, lebih luas dan mendalam dalam menggali persoalan. Yang sangat khas adalah siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
semakin senang belajar dan semakin mau kerjasama dengan teman-teman mereka. Sehingga diharapkan PBL dapat memudahkan siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah yang terjadi di lingkungan sebenarnya dan siswa memperoleh pengalaman tentang penyelesaian masalah sehingga dapat diterapkan di kehidupan nyata. Model ini menuntut kemampuan untuk dapat melihat sebab akibat atau relasi-relasi diantara berbagai data, sehingga pada akhirnya dapat menemukan kunci pembuka masalahnya. Wina Sanjaya (2011: 214) mengemukakan bahwa ciri utama strategi pembelajaran berdasarkan masalah yang pertama adalah SPBM merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya siswa tidak hanya mendengarkan ceramah dan menghafal namun dititik beratkan pada kegiatan siswa dalam berpikir, berkomunikasi, mengolah data, dan menyimpulkan.
Kedua,
aktivitas
pembelajaran
diarahkan
untuk
menyelesaikan masalah. Dalam proses pembelajaran perlu adanya masalah yang diteliti. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Tan (2003: 31) mengemukakan tujuan dari PBL adalah pembelajaran konten, penguasaan keterampilan proses dan pengembangan keterampilan pemecahan masalah, dan pembelajaran yang sepanjang masa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
b. Karakteristik Problem Based Learning (PBL) Arends (2008: 42) menjelaskan bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar masalah sosial yang penting bagi siswa. Mereka menghadapi situasi kehidupan nyata, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan munculnya berbagai solusi untuk menyelesaikan permasalahan. 2) Berfokus pada keterkaitan antardisiplin. Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah berpusat pada pelajaran tertentu (IPA, Matematika, Sejarah), namun permasalahan yang diteliti benar-benar nyata untuk dipecahkan. Siswa meninjau permasalahan itu dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, masalah polusi di Teluk Chesapeake menyangkut dari berbagai mata pelajaran dan terapan seperti Biologi, Ekonomi, Sosiologi, Pariwisata, dan Pemerintahan. 3) Penyelidikan
autentik.
Pembelajaran
berdasarkan
masalah
mengharuskan siswa untuk melakukan penyelidikan autentik untuk menemukan solusi nyata untuk masalah nyata. Siswa harus menganalisis dan menetapkan masalah, kemudian mengembangkan hipotesis dan membuat
prediksi,
mengumpulkan
dan
menganalisis
informasi,
melaksanakan percobaan (bila diperlukan), dan menarik kesimpulan. 4) Menghasilkan produk dan mempublikasikan. Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
bentuk karya nyata atau peragaan yang dapat mewakili penyelesaian masalah yang mereka temukan. 5) Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah ditandai oleh siswa yang saling bekerja sama, paling sering membentuk pasangan dalam kelompok-kelompok kecil. Bekerja sama memberi motivasi untuk secara berkelanjutan dalam penugasan yang lebih kompleks dan meningkatkan pengembangan ketrampilan sosial. c.
Manfaat Problem Based Learning (PBL) Trianto (2010: 96) mengemukakan bahwa kelebihan PBL sebagai suatu model pembelajaran adalah: 1) Realistik dengan kehidupan siswa 2) Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa 3) Memupuk sifat inkuiri siswa 4) Retensi konsep jadi kuat 5) Memupuk kemampuan problem solving
d. Sintaks Problem Based Learning (PBL) Rusman (2011: 233) berpendapat tentang langkah-langkah PBM, yaitu analisis inisial, mengangkat isu-isu belajar, interaksi kemandirian dan kolaborasi pemecahan masalah, integrasi pengetahuan baru, penyajian solusi dan evaluasi. Adapun alur Problem Based Learning (PBL) yaitu: 1) Menentukan masalah 2) Analisis masalah dan isu belajar 3) Pertemuan dan laporan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
4) Penyajian solusi dan refleksi 5) Kesimpulan, integrasi, dan evaluasi Menurut Suparno (2013: 108) mengemukakan langkah pembelajaran PBL dapat digambarkan sebagai berikut: 1) Persoalan real diungkapkan 2) Pembagian kelompok kecil 3) Kelompok aktif mencari pemecahan 4) Diskusi dalam kelompok kecil 5) Menuliskan temuan 6) Presentasi hasil temuan 7) Assesmen Kerangka pembelajaran berbasis masalah biasanya melibatkan pergeseran dalam tiga tahap cakupan pendidikan, yaitu cakupan keterlibatan isi masalah, peran mengajar menjadi peran pembinaan, dan siswa sebagai siswa pasif menjadi siswa aktif pemecah masalah. Gambar di bawah ini menggambarkan komponen kunci dalam pendekatan PBL (Tan, 2003: 20) Menampilkan Masalah Masalah Mencetuskan Penyelidikan Tahap PBL :
Analisis awal Menghasilkan isu pembelajaran Pembaharuan pemecahan masalah independen dan kolaborasi
Gambar 2.3 Tahapan PBL
commit to user
Menampilkan Solusi
dan Evaluasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Berdasarkan beberapa teori tentang sintaks PBL di atas, maka dapat disimpulkan sintaks PBL yang dikehendaki dan sesuai dengan siswa, lingkungan dan tema pembelajaran IPA terpadu disajikan pada tabel 2.1: Tabel 2.1 Fase PBL dalam Kegiatan Pembelajaran Fase PBL Kegiatan Pembelajaran 1) Persoalan real diungkapkan Mengungkapkan pengetahuan awal siswa mengenai pencemaran air 2) Analisis masalah dan isu belajar Mengerjakan LKS di dalam modul yang mengarah ke keterampilan memecahkan masalah yang meliputi mengidentifikasi masalah, menegaskan masalah, memilih strategi dan mengevaluasi hasil. 3) Pembagian kelompok kecil Berkelompok sesuai perintah guru 4) Pemecahan masalah Berkelompok dan berdiskusi secara kelompok untuk mengidentifikasi permasalahan pencemaran air yang ada dilingkungan, mencari penyebab dan dampak serta solusi terhadap masalah tersebut 5) Menampilkan/mempresentasikan Memberikan solusi dan refleksi solusi terhadap masalah yang dihadapi Membuat kesimpulan dari kegiatan 6) Evaluasi yang telah dilakukan 6. Modul Pembelajaran a. Pengertian Modul Modul merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk menunjang dalam kegiatan belajar mengajar. Media merupakan kata medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahanperubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialaminya (Arsyad, 2007: 7).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Menurut Purwanto, dkk (2007: 9) berpendapat bahwa modul adalah bahan belajar yang dirancang secara sistematik berdasarkan kurikulum tertentu dan dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil dan memungkinkan dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu. Depdiknas (2008: 3) menjelaskan bahwa modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Modul disebut juga media untuk belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri. Depdiknas (2008: 4) menjelaskan bahwa modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu siswa menguasai tujuan belajar yang spesifik. b. Karakteristik Modul Depdiknas (2008: 4) menjelaskan bahwa untuk menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi belajar, pengembangan modul harus memperhatikan karakteristik yang diperlukan, yaitu: 1) Belajar Mandiri (Self Instruction) Dengan karakter ini memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instruction, maka modul harus: a) Memuat
tujuan
pembelajaran
yang
jelas,
dan
dapat
menggambarkan pencapaian Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
b) Memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit kegiatan yang kecil/spesifik, sehingga memudahkan dipelajari secara tuntas; c) Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran; d) Terdapat
soal-soal
latihan,
tugas
dan
sejenisnya
yang
memungkinkan untuk mengukur penguasaan siswa; e) Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana, tugas atau konteks kegiatan dan lingkungan siswa; f) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif, g) Terdapat rangkuman materi pembelajaran; h) Terdapat
instrumen
penilaian,
yang
memungkinkan
siswa
melakukan penilaian mandiri (self assessment); i) Terdapat umpan balik atas penilaian siswa, sehingga siswa mengetahui tingkat penguasaan materi; j) Terdapat informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung materi pembelajaran dimaksud. 2) Terkandung Sendiri (Self Contained) Modul dikatakan self contained bila seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam modul tersebut. Tujuan dari konsep ini adalah
memberikan
kesempatan
siswa
mempelajari
materi
pembelajaran secara tuntas, karena materi belajar dikemas kedalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
pemisahan materi dari satu kompetensi inti/kompetensi dasar, harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan kompetensi inti/kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa. 3) Berdiri Sendiri (Stand Alone) Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik modul yang tidak tergantung pada bahan ajar/media lain, atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar/media lain. Dengan menggunakan modul, siswa tidak perlu bahan ajar yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika siswa masih menggunakan dan bergantung pada bahan ajar lain selain modul yang digunakan, maka bahan ajar tersebut tidak dikategorikan sebagai modul yang berdiri sendiri. 4) Adaptif Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul tersebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel/luwes digunakan di berbagai perangkat keras (hardware). 5) Bersahabat/Akrab (User Friendly) Modul hendaknya juga memenuhi kaidah user friendly atau bersahabat/akrab dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan, merupakan salah satu bentuk user friendly. c. Fungsi Modul Adapun fungsi dari modul adalah sebagai berikut: 1) Bahan ajar mandiri 2) Pengganti fungsi pendidik 3) Sebagai alat evaluasi 4) Sebagai bahan rujukan bagi siswa (Andi Prastowo, 2012: 107-108). Adapun fungsi modul menurut Purwanto, dkk (2007:8) adalah sebagai bahan belajar yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran siswa. Dengan modul siswa dapat belajar lebih terarah dan sistematis. Siswa diharapkan dapat menguasai kompetensi yang dituntut oleh kegiatan pembelajaran yang diikutinya. Modul juga diharapkan memberikan petunjuk belajar bagi peserta selama mengikuti diklat. d. Tujuan Penulisan Modul Adapun tujuan penulisan modul (Depdiknas, 2008: 5-6) adalah: 1) Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal 2) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa maupun guru. 3) Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi seperti: a) Meningkatkan motivasi dan gairah belajar bagi siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
b) Mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan sains sumber belajar lainnya. c) Memungkinkan siswa belajar mandiri sesuai
kemampuan dan
minatnya 4) Memungkinkan siswa dapat mengukur dan mengevaluasi sendiri hasil belajarnya. Menurut Purwanto, dkk (2007:8) menjelaskan tujuan disusunnya modul ialah agar peserta dapat menguasai kompetensi yang diajarkan dalam diklat atau kegiatan pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Bagi guru, modul juga menjadi acuan dalam menyajikan dan memberikan materi selama diklat atau kegiatan pembelajaran berlangsung. e. Kerangka dan Tahap-Tahap Penyusunan Modul Adapun kerangka dari modul menurut Depdiknas (2008: 21) adalah sebagai berikut: BAGIAN PEMBUKA 1. Judul 2. Daftar Isi 3. Peta Informasi 4. Daftar Tujuan Kompetensi 5. Tes Awal BAGIAN INTI 1. Pendahuluan/Tinjauan Umum Materi 2. Hubungan dengan Materi atau Pelajaran yang Lain
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
3. Uraian Materi Kegiatan Belajar 1 A. Tujuan Kompetensi B. Uraian Materi C. Tes Formatif D. Tugas E. Rangkuman Kegiatan Belajar 2 A. Tujuan Kompetensi B. Uraian Materi C. Tes Formatif D. Tugas E. Rangkuman Kegiatan Belajar 3 A. Tujuan Kompetensi B. Uraian Materi C. Tes Formatif D. Tugas E. Rangkuman
Menurut Depdiknas (2008: 32) Kerangka Modul adalah sebagai berikut: Kata Pengantar Daftar Isi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
Peta Kedudukan Modul Glosarium I. PENDAHULUAN A. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar B. Deskripsi C. Waktu D. Prasyarat E. Petunjuk Penggunaan Modul F. Tujuan Akhir G. Cek Penguasaan Standar Kompetensi II. PEMBELAJARAN A. Pembelajaran 1 1. Tujuan 2. Uraian Materi 3. Rangkuman 4. Tugas 5. Tes 6. Lembar Kerja Praktik B. Pembelajaran 2 – n (dan seterusnya, mengikuti jumlah pembelajaran yang dirancang) 1. Tujuan 2. Uraian Materi 3. Rangkuman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
4. Tugas 5. Tes 6. Lembar Kerja Praktik III. EVALUASI A. Tes Pengetahuan B. Tes Keterampilan C. Penilaian Sikap KUNCI JAWABAN DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan kerangka modul di atas, maka kerangka modul yang akan dikembangkan disesuiakan dengan model PBL. Kerangka modul yang digunakan sebagai berikut: Cover Halaman francis Kata pengantar Daftar isi Peta kedudukan modul Glosarium I. PENDAHULUAN A. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar B. Deskripsi C. Prasyarat D. Petunjuk penggunaan modul
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
E. Tujuan akhir F. Tes kemampuan awal/cek penguasaan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar II. PEMBELAJARAN A. Kegiatan Belajar 1 1) Rumusan tujuan pembelajaran 2) Persoalan real diungkapkan. 3) Pembagian kelompok kecil. 4) Analisis masalah dan isu belajar. 5) Pemecahan masalah 6) Diskusi dalam kelompok kecil. 7) Menampilkan solusi, dengan cara mempresentasikan solusi. 8) Tugas. 9) Materi. 10) Rangkuman B. Kegiatan Belajar 2 C. Kegiatan Belajar 3 III. EVALUASI Kunci jawaban Daftar pustaka Catatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
7. Hasil Belajar Hasil belajar menjadi bagian yang sangat penting dalam proses pendidikan. Hasil belajar berperan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan proses pembelajaran yang telah dilakukan sehingga nantinya akan menjadi dasar untuk mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan. Asri Budiningsih (2006: 24) berpendapat bahwa hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda. Hasil pembelajaran meliputi; 1) keefektifan (effectiveness), 2) efisiensi (efficiency), dan 3) daya tarik (appeal). Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilainilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan keterampilan (Hamalik, 2005: 31). Kingsley cit Deni Kurniawan (2011: 13) membedakan hasil belajar siswa (individu) menjadi tiga jenis yaitu: 1) keterampilan dan kebiasaan, 2) pengetahuan dan pengertian, 3) sikap dan cita-cita. Perilaku-perilaku yang ditunjukkan oleh siswa sebagai hasil dari pembelajaran antara lain bagaimana mereka berpikir (ranah pengetahuan), bagaimana mereka bersikap dan merasakan sesuatu (ranah sikap), dan bagaimana mereka berbuat (ranah keterampilan). Mulyono Abdurrahman (2003: 37) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai pengertian, sikapsikap, apresiasi, dan keterampilan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Secara eksplisit ketiga aspek ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Bloom cit Deni Kurniawan (2011: 13) menggolongkan hasil belajar itu menjadi tiga bagian yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Hasil belajar pengetahuan yaitu hasil belajar yang kaitannya dengan ingatan, kemampuan berpikir atau intelektual. Hasil belajar ranah pengetahuan meliputi: 1) Pengetahuan, 2) pemahaman, 3) aplikasi, 4) analisis, 5) sintesis, 6) evaluasi, dan 7) kreativitas. Hasil belajar ranah sikap yaitu merujuk pada hasil belajar yang berupa kepekaan rasa atau emosi. Hasil belajar ranah keterampilan yaitu berupa kemampuan gerak tertentu. Gagne cit Deni Kurniawan (2011: 16) mengajukan lima kategori hasil belajar yang ingin dibentuk dari proses pembelajaran, yaitu 1) keterampilan intelektual (intellectual skill), 2) strategi pengetahuan (cognitive strategy), 3) informal verbal (verbal information), 4) keterampilan gerak (motoric skill), 5) sikap (attitude). Hasil belajar berupa keterampilan pengetahuan yaitu pengetahuan tentang cara bagaimana melakukan sesuatu. Anderson (2010: 46) mengelompokkan enam kategori pada dimensi proses pengetahuan: Mengingat, Memahami, Mengaplikasikan, Menganalisis, Mengevaluasi, dan Mencipta. Menurut Nana Sudjana (2004: 50-53) menjelaskan keenam kategori jenjang pengetahuan di atas, akan dijabarkan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
a. Pengetahuan (knowledge) C1 Mendapatkan kembali dari memori yang sudah lama yaitu mengenal dan mengingat kembali. Dimensi ini berupa pengetahuan yang sifatnya faktual dan pengetahuan yang perlu diingat lainnya seperti batasan, peristilahan, pasal, hukum, rumus-rumusan, dan lain-lain. Dari sudut respon siswa, pengetahuan ini perlu dihafal dan diingat dengan membacanya berulangulang. b. Pemahaman (comprehension) C2 Mengkontruksikan arti dari pesan pembelajaran, meliputi komunikasi lisan, tertulis, dan grafis yaitu mengeinterpretasi, memberi contoh, mengklasifikasi,
merangkum,
menyimpulkan,
membandingkan,
menerangkan. Dimensi ini berupa pemahaman dalam menangkap makna atau arti dari suatu konsep. c. Aplikasi (application) C3 Melaksanakan atau menggunakan suatu prosedur dalam suatu situasi tertentu, yaitu menjalankan dan melaksanakan atau menggunakan. Dimensi ini berupa kesanggupan menerapkan, mengabstraksi suatu konsep, ide, rumus, dan hukum dalam situasi yang baru. d. Analisis (analiysis) C4 Menguraikan suatu materi menjadi bagian-bagian dari penyusunnya dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut saling berhubungan satu dengan lainnya dan dengan struktur atau tujuan keseluruhan. Terdiri dari mendeferensiasi, mengorganisasi, menghubungkan, dst.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
e. Sintetis (synthesis) C5 Berpikir kreatif untuk menemukan sesuatu yang baru (inovatif) untuk lebih
dikembangkan,
seperti
menciptakan,
menggabungkan,
mengkategorikan, menyimpulkan, dst. f. Evaluasi (evaluation) C6 Kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya, dan kriteria yang dipakainya seperti mengkritik, mendukung, menyarankan, memberikan pendapat, dst. Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa hasil belajar IPA merupakan suatu kemampuan yang diperoleh siswa melalui proses belajar dan pembelajaran. Kemampuan tersebut terdiri dari tiga aspek yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Kemampuan pengetahuan yaitu berupa pemahaman siswa terhadap suatu konsep, kemampuan sikap yaitu berupa sikap siswa selama kegiatan pembelajaran, dan kemampuan keterampilan berupa keterampilan atau kecakapan siswa di dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran PBL ini juga lebih menekankan kerjasama dan pemecahan masalah untuk mencapai peningkatan akademik yang tinggi, sehingga setiap siswa memiliki tanggung jawab individual untuk memahami suatu materi untuk keberhasilan kelompok. Dan bertitik tolak dari uraian di atas, bahwa hasil belajar IPA adalah hasil yang dicapai melalui suatu kegiatan belajar IPA yang dilihat dari tingkatan dimensi proses pengetahuan tersebut. Berdasarkan penilaian hasil belajar tersebut, guru mencanangkan adanya kriteria hasil belajar yang memenuhi Kompetensi Dasar di dalam pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
8. Materi Ajar tema “Air Sehat” Soendjojo Dirdjosoemarto (1996: 405) mendefinisikan air merupakan zat cair yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa, meliputi hampir tiga perempat permukaan bumi. Air murni dibentuk dari molekul-molekul kecil yang masing-masing terdiri atas dua macam atom, yaitu atom oksigen dan atom hidrogen. Rumus kimia air yang ditemukan oleh para ilmuwan adalah H2O, ini berarti bahwa satu molekul air terdiri atas dua atom hidrogen dan satu atom oksigen. Rukaesih Achmad (2004: 15) menyatakan bahwa Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tersebut tidak akan dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan air, mulai dari membersihkan diri (mandi), membersihkan ruangan tempat tinggalnya, menyiapkan makanan dan minuman sampai dengan aktivitas-aktivitas lainnya. Ruslan H. Prawiro (1988: 63) menjelaskan air ialah senyawa hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H2O, disebut juga hidrogen oksida. Air alam tidak diam, melainkan bergerak melalui siklus yang disebabkan oleh pengaruh panas matahari. Air menguap oleh panas matahari, kemudian naik karena ringan, dan karena kedinginan mengembun menjadi titik-titik air yang disebut awan, dan kemudian jatuh menjadi hujan, mengalir di atas batuan dan tanah sambil melarutkan dan mengangkut garam-garaman yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
terus dibawa ke laut. Tabel 2.2 berikut ini akan dijelaskan sifat-sifat penting dari air menurut Rukaesih Achmad (2004: 18) Tabel 2.2 Sifat-sifat Air Sifat Efek dan kegunaan Pelarut yang sangat baik Transport zat-zat makanan dan bahan buangan yang dihasilkan proses biologi Konstanta dielektrik paling tinggi Kelarutan dan ionisasi dari senyawa diantara cairan murni lainnya ini tinggi dalam larutannya Tegangan permukaan lebih tinggi Faktor pengendali dalam fisiologi, daripada cairan lainnya membentuk fenomena tetes dan permukaan Transparan terhadap cahaya nampak Tidak berwarna, mengakibatkan dan sinar yang mempunyai panjang cahaya yang dibutuhkan untuk gelombang lebih besar dari fotosintesis mencapai kedalaman ultraviolet tertentu Bobot jenis tertinggi dalam bentuk Air beku (es) mengapung, sirkulasi vertikal menghambat stratifikasi cairan (fasa cair) pada 4 0C badan air Panas penguapan lebih tinggi dari Menentukan transfer panas dan material lainnya molekul air antara atmosfer dan badan air Kapasitas kalor lebih tinggi Stabilisasi dan temperatur organisme dibandingkan dengan cairan lain dan wilayah geographis kecuali ammonia Panas laten dan peleburan lebih Temperatur stabil pada titik bekunya tinggi daripada cairan lain kecuali ammonia Wisnu Arya Wardhana (2004: 71) mengutarakan bahwa dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat. Untuk mendapatkan air yang sehat, sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena sudah banyak tercemar oleh bermacammacam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya. Walaupun penetapan standar air yang sehat tidak mudah, namun ada kesepakatan bahwa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
air yang sehat tidak ditetapkan pada kemurnian air, akan tetapi didasarkan pada keadaan normalnya. Apabila terjadi penyimpangan dari keadaan normal maka hal itu berarti air tersebut telah mengalami pencemaran/tidak sehat. Air dari mata air di pegunungan, apabila lokasi pengambilannya lain, akan menghasilkan keadaan normal yang lain. Air yang ada di bumi ini tidak pernah terdapat dalam keadaan sehat, tetapi selalu ada senyawa atau mineral (unsur) lain yang terlarut di dalamnya. Hal ini tidak berarti semua air di bumi ini telah tercemar. Sebagai contoh, air dari mata air di pegunungan dan air hujan. Keduanya dapat dianggap sebagai air yang sehat, namun senyawa atau mineral (unsur) yang terdapat di dalamnya berlainan seperti tampak pada keterangan yaitu air hujan mengandung SO4, Cl, NH3, CO2, N2, C, O2, debu dan air dari mata air mengandung Na, Mg, Ca, Fe, O2 Air yang tercemar adalah air yang tidak sehat. Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar (tidak sehat) adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui: 1. Adanya perubahan suhu air Suhunya lebih baik sejuk dan tidak panas. 2. Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion Hidrogen. pH yaitu derajat keasaman atau kebasaan dari suatu zat. Adapun ciri-ciri dari asam dan basa pada Tabel 2.3 yaitu : Tabel 2.3 Sifat Asam dan Basa Asam
Basa
a.Memiliki rasa masam, misalnya cuka yang memiliki rasa asam dari asam asetat, dan lemon serta buah-
a. Memiliki rasa pahit b. Terasa licin, misalnya sabun yang mengandung basa memiliki sifat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Asam
Basa
buahan sitrun lainnya yang mengandung asam sitrat. b.Menyebabkan perubahan warna pada zat warna tumbuhan, misalnya mengubah warna lakmus biru dari biru menjadi merah. c.Bereaksi dengan logam tertentu seperti seng, magnesium, dan besi menghasilkan gas hidrogen. d.Bereaksi dengan karbonat dan bikarbonat menghasilkan gas karbon dioksida. e.Larutan asam dalam air menghantarkan arus listrik. f. pH < 7 Raymond Chang (2004: 96)
ini. c. Menyebabkan perubahan warna pada zat warna tumbuhan, misalnya mengubah warna lakmus dari merah menjadi biru. d. Larutan basa dalam air menghantarkan arus listrik. e. pH > 7
Departemen Kesehatan merekomendasikan untuk pH air yang dikonsumsi adalah berkisar antara 6,5 – 7,5. Jika air minum dengan pH di bawah 6,5 itu adalah air yang sifatnya asam, air yang asam tidak baik bagi kesehatan karena darah yang asam akan menimbulkan beberapa gejala seperti gangguan pencernaan, rendahnya energi, mudah lelah, rasa sakit pada sendi, kanker, dll. 3. Adanya perubahan warna, bau dan rasa air 4. Timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut 5. Adanya mikroorganisme Keberadaan mikroorganisme dapat dilihat menggunakan mikroskop. Mikroorganisme sangat berperan dalam proses degradasi bahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan, baik sungai, danau, maupun laut. Kalau bahan buangan yang didegradasi cukup banyak, berarti mikoorganisme akan ikut berkembang biak. Air
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
yang sehat adalah air yang tidak mengandung mikroorganisme seperti mikroba pathogen. Mikroba patogen adalah penyebab timbulnya penyakit (Wisnu Arya Wardana, 2004: 77) 6. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan Pencemaran air dapat disebabkan oleh pencemaran kimiawi, fisis dan biologi seperti limbah rumah tangga, senyawa anorganik dan organik agen penyebab penyakit, limbah industri, limbah pertanian, dan lain-lain. Permasalahan utama yang ada dalam air di permukaan terutama di perairan sungai adalah pengeringan atau gangguan terhadap kondisi alam seperti dampak pembuatan waduk, irigasi, pengeringan lahan basah serta pencemaran. Eutrofikasi merupakan perubahan fisik, kimiawi dan biologis yang terjadi dalam suatu bahan perairan (yang diam atau mengalir lambat) akan melimpahnya masukan zat hara (umumnya N & P) dari luar. Masukan ini dapat terjadi secara alami atau akibat berbagai kegiatan manusia. Wisnu Arya Wardhana (2004: 78-85) menyatakan bahwa komponen pencemar air dikelompokkan sebagai berikut: a. Bahan buangan padat Bahan yang dimaksud di sini adalah bahan yang berbentuk padat baik kasar maupun halus. Bahan tersebut jika dibuang ke air lingkungan sungai maka kemungkinan dapat terjadi pelarutan dalam air yang menyebabkan air menjadi pekat, berubah warna dan akan mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air. Akibatnya, proses fotosintesis tanaman dalam air akan terganggu. Jika bahan buangan itu berbentuk kasar akan mengendap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
dalam dasar air sehingga mengganggu kehidupan organisme dalam air baik dalam perkembangbiakan ikan dan menghalangi sumber makanan yang ada di dasar air. b. Bahan buangan organik Bahan ini merupakan limbah yang dapat membusuk dan terdegradasi oleh mikroorganisme yang apabila dibuang secara langsung ke sungai dapat menyebabkan meningkatnya populasi organisme dalam air seperti bakteri patogen yang berbahaya bagi manusia. Bakteri yang paling banyak digunakan sebagai indikator sanitasi adalah Eschericia coli, karena bakteri ini umumnya patogen menyebabkan penyakit perut. Keberadaan E. coli dalam air atau makanan juga dianggap memiliki korelasi tinggi dengan ditemukannya patogen pada pangan. Bahan ini sebaiknya dikumpulkan dan diproses menjadi pupuk kompos yang berguna bagi tanaman dengan cara mendaur ulang limbah organik. c. Bahan buangan anorganik Bahan buangan anorganik umumnya berupa limbah yang tidak membusuk dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan ini masuk ke dalam air dapat meningkatkan jumlah ion logam di dalam air. Bahan ini berasal dari industri kimia yang mengandung kalsium, magnesium, air raksa
dan lain-lain. Kandungan kalsium dan magnesium
dapat
menyebabkan air bersifat sadah. Kandungan air raksa, timbal dan arsen dalam air dapat berbahaya bagi manusia jika dikonsumsi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
d. Bahan buangan sabun Buangan sabun dan detergen dapat menyebabkan kenaikan pH air sehingga menganggu organisme di dalam air. Bahan antiseptik dalam sabun dapat menyebabkan kematian bagi organisme air. Upaya untuk mengatasi pencemaran air dilakukan sebagai berikut : a. Pengelola industri wajib membuat Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). b. Menggunakan pupuk buatan dan pestisida sesuai dengan dosis yang dianjurkan. c. Di rumah tangga wajib membuat unit teknologi sederhana dalam pengelolaan lingkungan. Teknologi sederhana ini dapat dibuat sendiri dengan biaya yang sangat murah. Teknologi sederhana ini menggunakan teknik pemisahan campuran. Menurut Purwoko, Ari Sulistyorini dan Wahyu Prihartini (2008: 226) menjelaskan pencemaran air sungai dapat dicegah dengan usaha-usaha antara lain: a. Membuang sampah pada tempatnya, tidak membuang ke aliran air sungai b. Tidak menggunakan pupuk buatan secara berlebihan dan membuangnya ke aliran sungai c. Tidak membuang limbah sembarangan dan membuat tempat pengolahan limbah cair sebelum dibuang ke perairan sehingga air limbah yang sudah diolah tersebut menjadi tidak berbahaya lagi bagi ekosistem air sungai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Pengolahan air bertujuan untuk mengolah air limbah agar aman untuk dibuang ke lingkungan. Pengolahan dapat dilakukan secara fisika, kimia maupun biologi. Pengolahan fisika dilakukan untuk menghilangkan kotoran pada air berupa zat padat, misalnya sampah dan pasir. Dapat dilakukan melalui pengendapan atau sedimenasi. Pengolahan air secara kimia digunakan dengan bahan-bahan kimia. Hal ini dilakukan agar air dapat memenuhi parameter kimia, misalnya mengontrol pH air supaya netral. Pengolahan secara biologi antara lain dengan pemanasan dan penyinaran dengan sinar UV sehingga bakteri dan virus yang terdapat dalam air akan mati (Purwoko, Ari Sulistyorini, dan Wahyu Prihantini, 2008: 105). Pengolahan secara biologi dilakukan dengan memanfaatkan mikroorganisme. Pengolahan limbah ini disebut dengan bioremediasi (Sutrisno, 2007: 49). Pengolahan air limbah dapat terjadi secara alami. Saat air limbah mengalir di sungai, tersimpan dalam waduk, berupa air terjun, kemudian meresap ke dalam tanah. Selanjutnya terjadi proses sedimentasi, filtrasi, proses biologis, oksidasi dan lain lain (Sutrisno, 2007: 72). Air yang sudah tercemar sebelum digunakan harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan air dimaksudkan untuk mendapatkan air yang layak dikonsumsi. Adapun persyaratan parameter-parameter tersebut, yaitu sebagai berikut: a. Parameter fisika yaitu tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan harus jernih. Air harus memiliki suhu yang sejuk (+25oC) b. Parameter kimia, yaitu air tidak boleh mengandung zat-zat kimia tertentu dengan jumlah melebihi batas yang telah ditentukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
c. Parameter biologi, yaitu air tidak boleh mengandung E. Coli tinja. E. Coli tinja berarti air tersebut tercemar oleh tinja dan dapat menyebabkan tipus. Penyaring Air dan Penjernih Air, kedua-duanya adalah kata benda namun memiliki makna yang berbeda. Penyaring air lebih mengandung arti alat atau perangkat yang diisi media pasir silika, karbon aktif atau yang lainnya yang digunakan untuk menjalankan proses menjernihkan air dari berbagai partikel. Sedangkan penjernih air lebih mengandung arti suatu bahan/cairan/bubuk tertentu yang digunakan untuk memisahkan air dari partikel dan atau juga untuk membunuh bakteri dan virus. Bahan penjernih air seperti: a. Tawas befungsi untuk memisahkan dan mengendapkan kotoran dalam air. Lama pengendapan berkisar 12 jam. Fungsi tawas hanya untuk mengendapkan, tidak berfungsi untuk membunuh kuman atau menaikkan pH dalam air. b. Kaporit berfungsi untuk membunuh bakteri, kuman dan virus dalam air, juga menaikkan pH air. Kaporit tidak digunakan untuk pengendapan, karena proses pengendapannya sangat lama. c. Kapur gamping berfungsi untuk pengendapan, namun prosesnya cukup lama hingga 24 jam. Berfungsi untuk menaikkan pH air namun tidak berfungsi untuk membunuh kuman, virus dan bakteri. d. Arang batok kelapa berfungsi untuk menghilangkan bau, rasa tidak enak dalam air dan juga menjernihkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
Berdasarkan penjelasan di atas idealnya adalah pencampuran antara tawas dan kaporit. Untuk tandon air 1200 liter takaran tawas 4 sendok makan penuh, kaporit 1 sendok makan penuh. Cara mencampurkannya bergantian. Pertama, kaporit diaduk dalam 1 ember air kemudian dimasukkan dalam tandon dan diaduk merata. Kedua, masukkan tawas dalam 1 ember air dan masukkan
dalam
tandon
dan
aduk
secara
merata
(Anonim.
2009.http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/lingkungan/305-pencemaran-air). Teknik penjernihan air dapat dilakukan dengan berbagai cara atau metode, di antaranya adalah secara Fisika dengan cara Penyaringan (Filtrasi). Penyaringan adalah cara pemisahan campuran berdasarkan perbedaan ukuran dari partikel-partikel komponen campuran. Penyaring yang digunakan harus memiliki pori yang ukurannya lebih kecil dari ukuran partikel salah satu komponen penyusun campuran, tetapi lebih besar dari komponen yang lainnya. Sebagai contoh, terdapat campuran heterogen antara zat padat dan cairan di mana ukuran partikel zat padat lebih besar dari ukuran partikel zat cair. Untuk memisahkan keduanya, dapat menggunakan penyaring yang memiliki ukuran pori lebih kecil dari ukuran partikel zat padat dan lebih besar dari ukuran partikel zat cair. Gambar 2.4 ini menyajikan contoh rangkaian alat penyaringan sederhana.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
air kotor
pasir kerikil ijuk kapas
hasil penjernihan Gambar 2.4 Rangkaian Alat Penjernihan Air Sederhana Sumber: (http://www.ryanwidyantono.blogspot.com) B. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian Anggraeni Mashinta Sulistyani (2012) tentang perbedaan penerapan model problem based learning dan cooperative learning tipe group investigation dalam meningkatkan keterampilan observasi dan kemampuan pengetahuan siswa pada pembelajaran IPA terpadu tema pencemaran air. Penelitian ini sudah menggunakan IPA terpadu yang disesuaikan dengan materi SMP. Pembelajaran IPA di SMP menggunakan IPA terpadu dengan tema, tidak terpisah antara Fisika, Kimia, dan Biologi. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL dan GI dapat meningkatkan keterampilan
observasi
dan
kemampuan
siswa.
Model
pembelajaran IPA terpadu dengan PBL ini menjadi acuan
dalam
commit to user
pengetahuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
mengembangkan modul pembelajaran IPA terpadu dengan model PBL tema Air Sehat. 2. Penelitian Oon Seng Tan (2009) tentang PBL dan kreativitas. Penelitian ini berupa penelitian pustaka yang dilaksanakan selama 9 tahun (2000-2008) untuk menjelaskan efektivitas PBL dalam mengembangkan kreativitas siswa. Hasil eksplorasi pustaka ini menunjukkan indikasi bahwa meskipun ada sebuah kumpulan tulisan yang mempelajari efek positif PBL, kekakuan akademik dan kualitasnya dipertanyakan. Perhatian seharusnya dilatihkan dalam penggunaan PBL sebagai suatu tambahan untuk kekurangan sistem pendidikan Indonesia dalam memelihara kreativitas siswa. Dapat disimpulkan bahwa diperlukan penelitian lebih lanjut untuk kemajuan pengetahuan. Sebagai tindak lanjut penelitian ini, dikembangkan sebuah penelitian pengembangan sebuah modul IPA terpadu dengan model PBL untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 3. Penelitian I Nyoman Suardana (2006) tentang penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan kooperatif berbantuan modul untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar mahasiswa pada perkuliahan Kimia Fisika. Penelitian ini dilakukan dengan mengembangkan modul dan menerapkannya melalui penelitian tindakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa melakukan pemecahan masalah, meningkatkan aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran, dan meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Sebagian besar mahasiswa memberikan respon positif dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
berharap agar strategi pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan kooperatif berbantuan modul dapat dilanjutkan dan dikembangkan pada pembelajaran Kimia Fisika. Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui bahwa pembelajaran berbantuan modul dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hal tersebut, maka dikembangkan modul IPA terpadu dengan model PBL. 4. Penelitian Rai Sujanem, I Nyoman Putu Suwindra, I ketut Tika (2009) tentang pengembangan modul Fisika Kontekstual Interaktif Berbasis Web untuk Siswa Kelas 1 SMA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modul Fisika SMA sebaiknya dikembangkan secara eksplisit memuat materi pembelajaran yang kontekstual. Pembelajaran Fisika di SMA sebaiknya dilakukan dengan model pembelajaran berbasis masalah yang merupakan salah satu trategi pendekatan kontekstual. Hasil pengujian menunjukkan bahwa modul Fisika yang dikembangkan efektif digunakan sebagai fasilitas belajar siswa dalam pembelajaran Fisika. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan modul IPA terpadu berbasis pembelajaran berdasarkan masalah untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa. 5. Penelitian Paul van Kampen, Caroline Banahan, Michael Kelly, Eilish McLoughlin, dan Eoin O’Learly (2003) tentang mengajar menggunakan modul tunggal Fisika melalui Problem Based Learning dalam kurikulum perkuliahan. Penelitian ini mendesain modul Pendahuluan Fisika Termal melalui PBL dalam kurikulum perkuliahan dan mendiskusikan keuntungan potensial
penggunaan
PBL.
Faktanya,
commit to user
pencampuran
efektivitas
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
kemampuan mengajar dalam peningkatan motivasi mahasiswa dapat direalisasikan dalam kerangka penelitian seperti yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti mendeskripsikan bahwa transisi dari pembelajaran berbasis ceramah menuju pembelajaran PBL telah mengambil posisi dan mengilustrasikan pengembangan dan implementasi metodologi dengan dua permasalahan dalam modul. Penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan dalam menganalisis hasil penelitian pengembangan modul IPA terpadu dengan modul PBL untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 6. Penelitian Pei-Di Shen, Tsang-Hsiung Lee, dan Chia-Wen Tsai (2007) tentang aplikasi web aktif berbasis PBL dan pembelajaran yang diatur sendiri untuk meningkatkan
keterampilan
komputasi
mahasiswa
kejuruan
Taiwan.
Penelitian ini merupakan studi kuasi-eksperimental dari modul jangka pendek. Penelitian ini menguji efek dari pembelajaran aplikasi web berbasis PBL, pembelajaran berbasis studi mandiri, dan kombinasi kedua jenis pembelajaran tersebut untuk meningkatkan kemampuan komputasi mahasiswa dalam modul jangka pendek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa desain yang signifikan ialah pembelajaran pedagogi berbasis web untuk modul jangka pendek di sekolah kejuruan. Web yang dikembangkan dalam penelitian ini berbasis PBL. Penggunaan PBL diacu dalam pengembangan modul IPA terpadu dengan model PBL tema Air Sehat. 7. Penelitian dari Wiyadi (2013) tentang pengembangan modul IPA terpadu berbasis masalah dengan tema otot. Penelitian ini mempunyai keunggulan sudah menggunakan IPA terpadu tipe connected dari Fogarty. Penggunaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
modul IPA terpadu berbasis PBL dengan tema otot ini menjadi acuan untuk mengembangkan modul IPA terpadu dengan model PBL tema Air Sehat. Keterpaduan yang digunakan peneliti adalah tipe integrated dari Forgarty. 8. Ike Festiana (2013) tentang pengembangan modul fisika berbasis masalah pada materi listrik dinamis untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa SMA. Penelitian ini mengembangkan modul berbasis masalah atau PBL yang telah dinyatakan layak atau baik oleh beberapa validator dan diuji keefektifannya. Modul fisika berbasis masalah tersebut dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa SMA pada materi listrik dinamis. Modul berbasis PBL meningkatkan kemandirian siswa dalam belajar sehingga melatih
kemampuan
berpikir
kreatif
siswa.
Berdasarkan
kelebihan
pembelajaran menggunakan modul dan model pembelajaran PBL, maka peneliti menjadikan penelitian ini sebagai acuan dalam mengembangkan modul IPA terpadu dengan modul PBL tema Air Sehat. 9. Mukhayyarotin Niswati Rodliyatul Jauhariyah (2013) tentang pengembangan modul fisika berbasis PBL pada materi fluida untuk siswa cerdas istimewa berbakat istimewa (CIBI). Diferensiasi kurikulum dengan menggunakan model PBL dilakukan berdasarkan teori pembelajaran penemuan yang dikemukakan oleh Bruner. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan menunjukkan bahwa pengetahuan bertahan lama dalam ingatan atau lebih mudah diingat dari pada mempelajari dengan cara lain, hasil penemuan memiliki efek transfer yang lebih baik dari pada hasil belajar lainnya. Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan berpikir secara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
bebas.
Dengan
beberapa
pertimbangan
tersebut
maka
peneliti
mengembangkan modul IPA terpadu dengan model PBL pada tema Air Sehat. C. Kerangka Berpikir Peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA erat kaitannya dengan kemampuan guru dalam menyampaikan materi pelajaran di kelas, disamping itu juga bahan ajar yang digunakan harus menarik dan pemilihan pendekatan ataupun model pembelajaran yang digunakan harus inovatif dan kontekstual. Sesuai dengan Kurikulum 2013 maka pembelajaran IPA di SMP adalah terpadu, yaitu antara fisika, kimia dan biologi tidak terpisah-pisah. Kerangka berpikir tersebut di atas akan diperjelas menggunakan diagram kerangka berpikir pada gambar 2.5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Di dalam pembelajaran IPA Terpadu, siswa harus
Siswa menggunakan buku paket dari sekolah, LKS,
memiliki:
dan hand out yang hanya berisi ringkasan materi.
- Pengalaman langsung
Sehingga siswa pasif dan menyebabkan kurangnya:
- Kemampuan mengamati/mengungkapkan,
- Pengalaman langsung
menganalisis, memecahkan, mempresentasikan
- Kemampuan mengamati/mengungkapkan,
dan mengevaluasi masalah/persoalan real.
menganalisis, memecahkan, mempresentasikan
- Kemampuan menyiapkan alat dan bahan,
dan mengevaluasi masalah/persoalan real.
melakukan percobaan dan hasil percobaan
- Kemampuan menyiapkan alat dan bahan,
- Kemandirian
melakukan percobaan dan hasil percobaan
- Peran aktif
- Kemandirian
- Kejujuran, ketelitian, dan tanggung jawab
- Peran aktif
- Kemampuan melengkapi komponen laporan,
- Kejujuran, ketelitian, dan tanggung jawab
tujuan laporan, dan penyajian data
- Kemampuan melengkapi komponen laporan, tujuan laporan, dan penyajian data
Modul merupakan
Modul dirancang untuk
Kebutuhan akan modul IPA terpadu yang dapat
program
sistem pembelajaran
meningkatkan pengalaman langsung, kemampuan
pembelajaran yang
mandiri
mengamati/mengungkapkan, menganalisis, memecahkan,
utuh dan sistematis
mempresentasikan dan mengevaluasi masalah/persoalan real, kemampuan menyiapkan alat dan bahan, melakukan percobaan dan hasil percobaan, kemandirian, peran aktif, kejujuran, ketelitian, dan tanggung jawab, kemampuan melengkapi komponen laporan, tujuan laporan, dan penyajian data
Teori Konstruktivistik Teori Kognitivistik
Pembelajaran dengan model Problem Based Learning
Teori Behavioristik
diharapkan dapat mendorong siswa memiliki pengalaman langsung, kemampuan mengamati/mengungkapkan, menganalisis, memecahkan, mempresentasikan dan mengevaluasi masalah/persoalan real, kemampuan menyiapkan alat dan bahan, melakukan percobaan dan hasil percobaan, kemandirian, peran aktif, kejujuran, ketelitian, dan tanggung jawab, kemampuan melengkapi komponen laporan, tujuan laporan, dan penyajian data
Dikembangkan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning Tema Air Sehat
Dapat meningkatkan hasil belajar pengetahuan, sikap, dan keterampilan
Gambar 2.5 Diagram Kerangka Berpikir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Pengembangan modul IPA Terpadu dikembangkan menggunakan pola integrasi model integrated. Melalui model integrated, siswa dapat mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, mengasimilasi ide-ide dalam masalah IPA. Dalam pengembangan modul tentunya diperlukan sebuah model pembelajaran yang dapat menunjang kebermaknaan proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat menunjang terlaksananya pembelajaran IPA Terpadu adalah dengan menerapkan Model Problem Based Learning. Penerapan model Problem Based Learning, siswa akan memperoleh pengalaman belajarnya bersama teman sebayanya. Adanya suatu pemecahan masalah dalam sebuah situasi atau kasus, serta mendapatkan pengalaman langsung. Kemudian modul yang dikembangkan adalah modul IPA Terpadu dengan tema Air Sehat. Adapun untuk melihat hasil dari dikembangkannnya modul ini, dapat dilihat dari proses validasi yang dilakukan oleh validator, diantaranya adalah ahli materi, bahasa dan media, teman sejawat, guru IPA. Selanjutnya uji coba kecil dan uji coba luas terhadap siswa. Seluruh proses pengembangan modul melalui 4 tahap yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan dan penyebaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau research and development (R&D). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model 4-D (Four-D Models) yang terdiri dari tahap pendefinisian (define), tahap perencanaan (design), tahap pengembangan (develop), dan tahap penyebaran (disseminate) (Thiagarajan, 1975: 5). Model 4-D sering dikenal dengan model 4-P yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan penyebaran. Pemilihan model 4-D untuk mengembangkan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning tema Air Sehat dengan alasan sebagai berikut: 1. Model pengembangan runtut. 2. Adanya tahap validasi dan uji coba produk menjadikan produk yang dihasilkan lebih baik. 3. Langkah-langkah pengembangan logis. Langkah-langkah pengembangan dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut
commit to user 66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
Pendefenisian Analisis siswa, kurikulum, dan materi
Pra-Penelitian
Tujuan Pengembangan Modul
Perancangan Revisi rancangan
Rancangan
Validasi desain
Desain awal modul
Pemilihan format berdasarkan kriteria modul
Pengembangan Draft I
Pengembangan materi
Validasi ahli (Ahli Materi, Media, Bahasa, Praktisi, dan Peer review)
Uji coba kecil
Draft II
Revisi II
Draft III
Analisis Hasil
Revisi I
Uji coba luas (siswa SMP)
Revisi III
Modul IPA Terpadu dengan Model Problem Based Learning Tema Air Sehat
Penyebaran Penyebaran Modul IPA Terpadu dengan Model Problem Based Learning Tema Air Sehat ke guru-guru IPA di SMP
Gambar 3.1 Diagram Pengembangan Model 4-D
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
B. Teknik Pengumpulan Data 1. Tahap Pendefinisian (Define) Pendefinisian dalam hal ini diantaranya adalah untuk menetapkan dan mendefinisikan kebutuhan-kebutuhan di dalam proses pembelajaran. Di dalam menetapkan kebutuhan pembelajaran, hal yang perlu diperhatikan antara lain mengenai kesesuaian kebutuhan pembelajaran dengan kurikulum yang berlaku, tingkat atau tahap perkembangan siswa dan kondisi sekolah. Beberapa langkah yang dilakukan dalam tahap pendefinisian antara lain: a. Analisis Kebutuhan 1) Studi Literatur Studi literatur adalah proses mencari referensi teori yang relefan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan. Studi literatur
digunakan
untuk
mengetahui
kebutuhan
dalam
pembelajaran IPA terpadu secara teoritis, termasuk kebutuhan pengembangan. Studi literatur digunakan pula sebagai dasar acuan untuk menentukan solusi terkait pengembangan modul yang mampu mengakomodasi hasil belajar siswa melalui pengembangan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model PBL. 2) Studi Lapangan Pada tahap analisis kebutuhan ini dilakukan observasi ke sekolah
dengan
mengikuti proses
pembelajaran di
kelas,
penyebaran angket kepada guru IPA dan siswa, serta wawancara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
yang ditujukan kepada guru IPA di sekolah tersebut. Tujuan pada tahap ini yaitu untuk mendapatkan informasi-informasi tentang kondisi dan fakta pembelajaran IPA di lapangan. Setelah angket diisi oleh guru dan siswa, kemudian dianalisis. Hasil analisis tersebut menjadi dasar untuk mengembangkan modul. Modul yang dikembangkan merupakan bahan ajar mandiri siswa dalam pembelajaran IPA dengan model PBL. Modul yang dikembangkan merujuk pada standar yang telah ditetapkan BSNP tentang standar pengembangan modul dan buku teks pelajaran. Analisis
siswa
sangat penting
dilakukan
pada
awal
perencanaan. Analisis siswa antara lain: ciri, kemampuan, dan pengalaman siswa,
baik sebagai kelompok maupun individu.
Analisis siswa meliputi kemampuan akademik, usia, tingkat kedewasaan. Hasil analisis ini dijadikan acuan dalam metode, model, dan media pembelajaran yang ditentukan. b. Analisis Materi Analisis materi adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi satuan pelajaran. Analisis materi dilakukan untuk mengidentifikasi struktur materi yang akan dipelajari. Hasil analisis materi tertuang dalam modul yang digunakan dalam penelitian. Penyusunan modul berpedoman pada Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar IPA Kurikulum 2013 SMP. Analisis materi dilakukan dengan merinci
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
materi dalam garis besar. Analisis ini mencakup analisis isi dan analisis konsep. 1)
Analisis Struktur Isi Adapun materi yang akan diberikan pada siswa selama mempelajari IPA Terpadu dengan tema “Air Sehat” adalah sub bahasan Pencemaran Lingkungan yang dikaitkan dengan konsep dan keterampilan tentang pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia, filtrasi, asam dan basa, dan peran manusia dalam mengatasi
pencemaran dan
kerusakan lingkungan. 2)
Analisis Konsep Pada analisis ini dilakukan dengan mengidentifikasi konsepkonsep utama yang akan diajarkan, menyusun secara sistematik dan merinci konsep-konsep yang relevan. Modul dengan model PBL tema Air Sehat pada penelitian ini hanya pada pelajaran IPA. Kurikulum 2013 menjelaskan bahwa cara memadukan model keterpaduan integrated pada bidang studi IPA adalah mengemas dari konsep-konsep pada sejumlah KD yang sepenuhnya beririsan. Penjelasan lebih lengkap mengenai model keterpaduan integrated dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Model keterpaduan integrated tema Air Sehat disajikan pada Gambar 3.2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
IPA KD 3.9 KD 4.6 KD 4.7
Prakarya Rekayasa KD 3.1 KD 3.2 KD 4.2
AIR SEHAT
IPS KD 3.4 KD 4.3
Penjaskes KD 3.10 KD 4.10
Gambar 3.2 Model Keterpaduan Integrated Tema Air Sehat c. Analisis Tujuan Pembelajaran Perumusan erumusan tujuan pembelajaran didasarkan di atas analisis konsep dan analisis tugas, sehingga dapat menjadi lebih operasional dan dinyatakan dengan tingkah laku yang dapat diamati. Pada analisis tugas telah tercantum analisis kurikulum diantaranya yang berisi kompetensi dasar sebagai dasar penyusunan tujuan tujuan pembelajaran. Dengan menuliskan menulisk tujuan pembelajaran, dapat diketahui etahui kajian apa saja yang ang akan ditampilkan dalam modul, dapat menentukan kisi kisi-kisi soal evaluasi, dan akhi akhirnya juga dapat menentukan seberapa besar tujuan uan pembelajaran yang tercapai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
Penyusunan tujuan pembelajaran melalui tahap: (1) spesifikasi tingkah
laku
yang
ingin
dicapai,
(2)
menunjukkan
situasi
pembelajaran, (3) spesifikasi bahan, alat yang digunakan dalam pembelajaran, dan (4) mengidentifikasikan standar perbuatan yang diharapkan untuk dilakukan. Rangkaian tujuan pembelajaran tersebut merupakan dasar penyusunan tes, pemilihan media, dan desain modul yang dikehendaki.
2. Tahap Perancangan (Design) Tahap ini dilakukan perancangan prototipe modul berbasis PBL. Tahap perancangan ini terdiri dari: a. Pemilihan Format Berdasarkan Kriteria Modul Pemilihan format disesuaikan dengan format kriteria modul yang diadaptasi dari format kriteria modul yang dikeluarkan oleh BSNP yang memperhatikan prinsip keterkaitan dan keterpaduan. Modul kemudian disusun berdasarkan komponen pembelajaran berbasis PBL. b. Desain Awal Modul Desain awal yang dimaksud adalah rancangan seluruh kegiatan yang dilakukan sebelum uji coba dilaksanakan. Adapun rancangan awal modul yang akan dikembangkan pada tahap ini disebut sebagai draft-I mencakup di dalamnya meliputi: 1) Cover
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
Berisi judul menggambarkan materi yang akan dipelajari di dalam modul. 2) Halaman francis 3) Kata pengantar 4) Daftar isi 5) Peta kedudukan modul 6) Glosarium 7) Pendahuluan a) Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar b) Deskripsi c) Prasyarat d) Petunjuk penggunaan modul e) Tujuan akhir f) Tes kemampuan awal/cek penguasaan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar 8) Pembelajaran Kegiatan belajar 1, 2, dan 3 a) Rumusan tujuan pembelajaran Berisi tujuan pembelajaran yang akan dicapai setelah mempelajari modul. b) Persoalan real diungkapkan yang berupa fenomena-fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang harus dijawab serta dipecahkan siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
c) Analisis masalah dan isu belajar dengan percobaan. d) Pembagian kelompok kecil untuk memecahkan masalah. e) Pemecahan masalah f) Menampilkan solusi, dengan cara mempresentasikan solusi. g) Tugas, merupakan soal yang digunakan untuk mengaplikasikan konsep-konsep yang diperoleh. h) Materi, memuat materi yang harus dikuasai siswa. i) Rangkuman, berisi ringkasan materi atau kesimpulan dari modul yang disajikan. 9) Evaluasi, berupa tes yang digunakan untuk mengevaluasi siswa terhadap tercapai atau tidak tujuan yang dirumuskan pada modul. Evaluasi terdiri dari tes pengetahuan, tes keterampilan dan penilaian sikap. 10) Kunci jawaban 11) Daftar pustaka 12) Catatan c. Validasi Desain Validasi desain yang dimaksud adalah untuk mengetahui desain awal modul sudah sesuai dengan kriteria atau belum yaitu sesuai dengan sintaks model PBL. Validasi desain dilakukan oleh dosen pembimbing. d. Revisi Rancangan Setelah melakukan validasi desain kemudian dilakukan revisi rancangan sesuai dengan kriteria sintaks model PBL. Setelah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
melakukan revisi rancangan maka akan diperoleh sebuah rancangan yang benar. e. Rancangan Rancangan ini merupakan hasil dari tahap perancangan yang selanjutnya akan diisi materi pada tahap pengembangan.
3. Tahap Pengembangan (Develop) Tahap pengembangan bertujuan untuk menghasilkan modul IPA Terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning. Fase ini meliputi: a. Pengembangan Materi Draft-1 terdiri dari modul kegiatan belajar (KB) 1, KB 2, dan KB 3. KB 1 berisi tentang mengidentifikasi air sehat, yaitu membandingkan air sehat dan air tercemar berdasarkan parameter fisika, kimia dan biologi. KB 2 menganalisis pencemaran air berisi tentang cara mengatasi pencemaran air dan upaya penanggulangan pencemaran air. KB 3 berisi tentang merancang alat penjernihan air yang berisi tentang pemisahan campuran atau karakteristik zat yang berupa aplikasi KB 2.
b. Penilaian para ahli (Validasi Ahli) Tujuan dari tahap ini adalah untuk menghasilkan draft modul yang telah direvisi berdasarkan masukan para ahli. Pada tahap ini,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
modul yang telah dirancang selanjutnya akan dinilai (validasi) oleh para ahli media, bahasa, dan materi, guru-guru IPA di SMP, teman sejawat (peer review), sehingga dapat diketahui apakah modul tersebut layak
untuk ditetapkan sesuai dengan peraturan Kurikulum 2013
SMP. Setelah draft-1 divalidasi, tahap selanjutnya adalah merevisi draft-1 sehingga dihasilkan draft-2. c. Revisi I Setelah Draft-1 dilakukan validasi oleh ahli, tahap selanjutnya adalah merevisi sesuai dengan saran validator dan kaidah yang benar. Revisi 1 menghasilkan Draft-2 yang selanjutnya akan dilakukan uji coba skala kecil. d. Uji Coba Kecil Draft-2 yang telah direvisi kemudian digunakan untuk uji coba skala kecil pada 10 siswa di SMP Negeri 4 Pracimantoro. Uji coba ini dimaksudkan untuk mendapatkan masukan dan saran perbaikan sekaligus penilaian terhadap modul sebelum dilakukan uji coba lapangan dan hasil uji coba akan digunakan untuk melakukan revisi produk awal (menghasilkan draft-3).
e. Revisi II Hasil
uji coba
skala kecil
diperoleh perbaikan
yang akan
ditindaklanjuti dalam tahap revisi II sehingga dihasilkan Draft-3.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
f. Uji coba lapangan (uji coba luas) Draft-3 digunakan untuk uji coba lapangan atau uji coba skala besar. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menguji efektivitas modul di dalam pembelajaran. Melalui tahap uji coba lapangan ini, akan diperoleh
kelayakan
modul
yang
digunakan
dalam
proses
pembelajaran. Uji coba modul di lapangan dilakukan pada siswa kelas VII
di
SMP
Negeri
4
Pracimantoro.
Sebelum
modul
diimplementasikan dalam pembelajaran, siswa diberikan pretest terlebih dahulu. Setelah pretest dan modul diimplementasikan dalam pembelajaran kemudian dilakukan posttest. Uji coba ini dilakukan dengan tujuan untuk mengoperasionalkan produk akhir modul, dan hasil keterlaksanaan pembelajaran menggunakan modul. Selain itu, untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diberikan modul IPA terpadu. g. Analisis Hasil Setelah uji coba luas dilakukan, selanjutnya menganalisis datadata
yang
diperoleh,
kemudian
dilakukan
perbaikan
dan
penyempurnaan terhadap modul. Desain penelitian yang digunakan adalah Pre-Eksperimental Design dengan tipe One-Group PretestPosttest Design. Pada desain penelitian ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui secara akurat, karena dapat dibandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Sugiyono
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
(2010: 110-111) mengemukakan bahwa desain One-Group PretestPosttest Design dapat digambarkan sebagai berikut: O1 X O2 Keterangan: O1 : nilai pretest O2 : nilai posttest X : pembelajaran menggunakan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model PBL h. Revisi III Setelah dilakukan analisis hasil kemudian dilakukan revisi III sehingga dihasilkan produk yang sudah sesuai kriteria. Setelah produk akhir diperbaiki atau disempurnakan, selanjutnya produk tersebut dapat disebarkan.
4. Tahap Penyebaran (Disseminate) Tahap ini merupakan tahapan penggunaan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model PBL yang telah dikembangkan pada skala lebih luas, misalnya di kelas lain, di sekolah lain, oleh guru lain, dan sebagainya.
C. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data dalam penelitian pengembangan ini terdiri dari:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
a. Angket Instrumen angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang kelayakan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model PBL yang dikembangkan ditinjau dari aspek materi, aspek bahasa dan aspek media. Angket ini diperuntukkan bagi ahli materi, bahasa, dan media, guru IPA, dan peer review. Hasil penilaian ahli dijadikan dasar untuk memperbaiki modul sebelum diuji cobakan. b. Angket Respon Siswa dan Guru Angket respon siswa digunakan untuk merekam respon siswa saat uji coba kecil yang berisi tentang perasaan siswa tentang modul, pendapat siswa tentang modul, pembelajaran yang dilakukan guru dan manfaat modul. Angket respon guru untuk merekam respon guru saat penyebaran modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model PBL. c. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Instrumen ini digunakan untuk mendapatkan data tentang kemampuan pendidik dalam menerapkan skenario pembelajaran dengan model PBL. Indikator yang diamati meliputi kegiatan sebelum pembelajaran, inti pembelajaran, dan kegiatan penutup.
d. Tes hasil belajar Tes hasil belajar (pengetahuan) dalam instrumen ini berupa soal pilihan ganda menggunakan pretest dan posttest.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
D. Teknik Analisis Data Analisis dalam penelitian ini untuk menjawab permasalahan dalam rangka merumuskan suatu kesimpulan. 1. Analisis Angket Teknik analisis data untuk kelayakan modul dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menabulasi data yang diperoleh dari validator untuk setiap komponen dari butir penilaian yang tersedia dalam instrumen penilaian. b. Menghitung skor total rata-rata dari setiap komponen dengan menggunakan persamaan:
Keterangan:
=
∑X
= skor rata-rata ∑X = jumlah skor
= jumlah penilai
c. Mengubah skor rata-rata menjadi nilai dengan kriteria Butir-butir pernyataan pada angket yang mula-mula berupa skor diolah menjadi data kualitatif dengan skala empat. Data-data tersebut untuk mengetahui kualitas keberhasilan setiap aspek yang ditentukan, sehingga menunjukkan keberhasilan modul yang disusun. Adapun acuan pengubahan skor menjadi skala empat tersebut menurut Direktorat Pembinaan SMA (2010) dalam Festiana (2013: 80) adalah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
Tabel 3.1 Kriteria skor rata-rata menjadi nilai dengan kriteria Rentang skor (i) Mi + 1,5 SDi ≤ Mi ≤
≤ Mi + 3 SDi
≤ Mi + 1,5 SDi
Mi - 1,5 SDi ≤ Mi - 3 SDi ≤
≤ Mi
≤ Mi – 1,5 SDi
Nilai
Kategori
A
Sangat Baik
B
Baik
C
Cukup
D
Kurang
Keterangan: Mi
= Mean ideal =
SDi
1 2
(
= Standar Deviasi ideal =
1 2
1 3
+
)
−
(
Skor maksimum = ∑butir kriteria × skor maksimum Skor minimum 2. Analisis Data Tes
)
= ∑butir kriteria × skor minimum
Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data hasil belajar siswa dari aspek pengetahuan, sikap (sikap sosial), keterampilan (keterampilan dan portofolio). Aspek pengetahuan diperoleh dari pretest dan posttest berbentuk soal pilihan ganda. Aspek sikap dan keterampilan merupakan data hasil penilaian observasi oleh observer pada setiap pertemuan (kegiatan belajar). Menentukan perolehan hasil belajar IPA siswa yang diperoleh dari selisih nilai dan atau perbedaan nilai sebelum dan sesudah menggunakan modul. a. Uji Normalitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Data-data yang diuji adalah data pretest dan posttest untuk aspek pengetahuan, data hasil observasi tiap KB untuk aspek sikap dan keterampilan. Uji normalitas ini menggunakan statistik uji yaitu Kolmogorov-Smirnov pada program SPSS versi 18.0. Pedoman pengambilan keputusan dengan mengambil nilai taraf signifikansi sebagai berikut: 1) Nilai signifikansi (sig) < 0,05, distribusi tidak normal 2) Nilai signifikansi (sig) ≥ 0,05, distribusi normal (Wijaya, 2000:13) b. Uji Homogenitas Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data mempunyai varians populasi yang sama atau berbeda. Uji homogenitas ini dilakukan pada
aspek pengetahuan yaitu pretest dan posttest. Uji
homogenitas pada aspek sikap dan keterampilan dilakukan terhadap semua kegiatan belajar. Jika data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan pengujian homogenitas varians dengan mengambil taraf signifikansi pada program SPSS 18.0 for windows. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut: 1) Jika nilai signifikansi (sig) < 0,05 maka data berasal dari populasi yang mempuanyai varians tidak homogen. 2) Jika nilai signifikansi (sig) ≥ 0,05 maka data berasal dari populasi yang mempuanyai varians homogen. (Wijaya, 2000:13) c. Uji Efektivitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
1) Gain Score Dari hasil pretest dan posttest, sikap dan keterampilan tiap KB masing-masing dilakukan serangkaian uji statistika. Gain score dihitung dengan menggunakan rumus: Nilai Gain =
–
–
Besar gain score ini diinterpretasikan untuk menyatakan kriteria peningkatan hasil belajar dengan kriteria yang diadopsi dari Richard R. Hake (1999) sebagai berikut: g ≥ 0,70
: Tinggi
0,30 ≤ g < 0,70
: Sedang
g < 0,30
: Rendah
Setiap skor gain yang diperoleh kemudian dianalisis peningkatannya. 2) Uji-t Uji ini dilakukan jika data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varians populasi yang homogen. Berdasarkan uji prasyarat hipotesis yang telah dilakukan dan jumlah sampel (satu kelas) maka dapat ditentukan bahwa hipotesis akan diuji menggunakan paired sample t-test. Sedangkan aspek sikap (sikap sosial) dan aspek keterampilan diuji menggunakan uji Kruskal Wallis (non-parametrik) dan One Way Anova (parametrik). Ketiga uji hipotesis ini dilakukan untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
menguji hipotesis yaitu mengetahui perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diberikan modul. Untuk uji paired sample t-test, Kruskal Wallis dan uji One Way Anova dengan kriteria berikut. a) Jika nilai signifikansi (sig) atau nilai probabilitasnya lebih besar atau sama dengan (≥) α, maka H0 diterima. b) Jika nilai signifikansi (sig) atau nilai probabilitasnya lebih kecil dari (<) α maka H0 ditolak. Kedua uji tersebut harus memenuhi ketentuan yaitu: a) Jika data berdistribusi normal dan homogen, maka digunakan uji-t dengan statistik paired sample t-test. b) Jika data tersebut berdistribusi normal atau salah satu dari kedua data tersebut tidak berdistribusi normal dan tidak homogen, maka untuk menghitung kesamaan dua rata-rata digunakan uji statistik non-parametrik. Penganalisisan data melalui pengujian hipotesis dan hasilnya
akan
digunakan
sebagai
acuan
untuk
penarikan
kesimpulan.
E. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Pracimantoro yang beralamat di jalan Goa Putri Kencana KM. 4 Wonodadi, Pracimantoro, Wonogiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014.
F. Subjek Penelitian 1. Subjek Penelitian Proses pengembangan melibatkan para pakar untuk menilai dan memberi masukan terhadap produk yang dikembangkan. Ahli yang dilibatkan dalam tahapan desain produk adalah ahli materi, ahli bahasa, dan media IPA, guru IPA, dan teman sejawat (peer review). 2. Subjek Uji Coba Terbatas Subjek uji coba terbatas yang diuji dalam penelitian ini adalah 10 orang siswa kelas 7A SMP Negeri 4 Pracimantoro. 3. Subjek Uji Coba Lapangan ( Skala Luas) Subjek uji coba luas yang diuji dalam penelitian ini adalah siswa kelas 7B SMP Negeri 4 Pracimantoro.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Prosedur Pengembangan Modul Penelitian ini melalui 4 tahapan, yaitu pendefinisian (define), perencanaan
(design),
pengembangan
(develop),
dan
penyebaran
(disseminate). a. Tahap Pendefinisian (Define) Tujuan
tahap
pendefinisian
adalah
menetapkan
dan
mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran. Langkah pokok dalam tahap ini yaitu: 1) Analisis Kebutuhan a) Studi Literatur Studi literatur dilakukan terhadap penelitian terdahulu diantaranya mengenai PBL, modul, dan IPA terpadu. Rebeca Tracey (2005: 10) berbendapat bahwa PBL adalah proses belajar aktif bagi siswa, siswa membangun pengetahuan mereka sendiri dengan bekerja sama dengan orang lain untuk memecahkan
masalah
berdasarkan
pengetahuan
mereka
sendiri. Sharon E. Smaldino, et al (2011: 279) mengatakan modul merupakan unit pengajaran yang lengkap yang dirancang
untuk
digunakan
commit to user 86
oleh
seorang
siswa
atau
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
sekelompok kecil tanpa kehadiran guru. Menurut Trianto (2010: 160) pembelajaran IPA terpadu diawali dengan penentuan tema. b) Studi Lapangan Analisis kebutuhan memunculkan masalah dasar yang dibutuhkan
dalam
pengembangan
media
pembelajaran.
Analisis kebutuhan (need assesment) dilaksanakan pada bulan Januari 2014. Pelaksanaan need assessment menggunakan angket yang ditujukan kepada guru IPA dan siswa kelas 7 di SMP Negeri 4 Pracimantoro. Pengisian angket bertujuan untuk mengetahui kebutuhan guru dan siswa dalam pembelajaran IPA. Tujuan pada tahap ini untuk mendapatkan informasiinformasi tentang kondisi dan fakta pembelajaran IPA di lapangan. Setelah angket diisi oleh guru dan siswa, kemudian dianalisis. Hasil analisis tersebut menjadi dasar untuk mengembangkan
modul.
Modul
yang
dikembangkan
merupakan bahan ajar mandiri siswa dalam pembelajaran IPA dengan model PBL. Modul yang dikembangkan merujuk pada standar
yang
telah
ditetapkan
BSNP
tentang
standar
pengembangan modul dan buku teks pelajaran dan berdasarkan sintaks PBL. Hasil analisis siswa dan guru dijadikan acuan dalam
metode, model, dan media pembelajaran yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
ditentukan. Analisisi angket kebutuhan guru dan siswa dapat dilihat pada Lampiran 5 dan Lampiran 8. Tabel 4.1 merupakan rangkuman hasil analisis angket kebutuhan siswa: Tabel 4.1 Hasil Analisis Kebutuhan Siswa Aspek Kebutuhan Ketersediaan bahan ajar dan sumber belajar IPA
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
Keterbatasan dan kesulitan yang dialami siswa
Pernyataan Kepemilikan buku pelajaran untuk mempelajari IPA Pembelajaran dari sumber lain selain buku dari sekolah untuk membantu memahami materi IPA Pemberian modul untuk belajar materi IPA Modul tersebut dapat membantu mempermudah memahami materi IPA Penggunaan bahan ajar khusus untuk membelajarkan materi IPA (misalnya modul/video) Pembelajaran IPA di laboratorium dan perpustakaan membantu dalam memahami materi IPA Kesulitan pada saat mengikuti pembelajaran IPA Bersemangat saat mengikuti pembelajaran IPA Fisika, kimia, biologi diajarkan oleh guru yang berbeda Kesulitan mempelajari materi IPA dalam buku tersebut Senang seandainya IPA disampaikan secara terpadu Ketertarikan dengan IPA terpadu, karena belajar IPA terpadu, waktu belajar lebih efisien Setuju jika pembelajaran IPA terpadu berdasarkan persoalan nyata dalam kehidupan sehari-hari Setuju jika dikembangkan bahan ajar IPA terpadu yang berupa modul sehingga dapat belajar secara mandiri
commit to user
Persentase Jawaban 100 5,6 0 0 30,6 94,4 66,7 72,2 100 66,7 83,3 83,3 91,7 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
Aspek Kebutuhan
Kebutuhan modul pembelajaran dalam belajar
Pernyataan Setuju jika dikembangkan bahan ajar IPA terpadu yang berupa modul sehingga dapat belajar sesuai dengan kecepatan belajar Keinginan karakteristik modul yang berwarna Keinginan karakteristik modul yang menarik Keinginan karakteristik modul yang lengkap Keinginan karakteristik modul yang terpadu Keinginan karakteristik modul yang mudah dipahami
Persentase Jawaban 100
100 100 100 100 100
Adapun Tabel 4.2 merupakan rangkuman hasil analisis angket kebutuhan guru: Tabel 4.2 Hasil Analisis Kebutuhan Guru Aspek Kebutuhan Ketersediaan/ penggunaan bahan ajar dan sumber belajar IPA
Keterbatasan dan kesulitan yang dialami siswa
Persentase Jawaban Pengetahuan tentang perbedaan modul 80 dengan buku teks Penggunaan modul sebagai pengganti 0 buku teks untuk mempermudah siswa dalam mempelajari IPA Penggunaan bahan ajar/modul dalam 0 pembelajaran IPA yang dapat membantu siswa dalam mempelajari IPA secara terpadu Bila tidak menggunakan modul 40 (menggunakan buku teks cetakan penerbit), bahan buku teks yang digunakan memiliki kekurangan yang perlu diperbaiki Kesulitan siswa dalam mempelajari 60 buku teks atau modul yang selama ini digunakan Kesulitan siswa dalam memahami 60 buku teks atau modul yang digunakan selama ini di atas 50% Pernyataan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
Aspek Kebutuhan
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
Persentase Jawaban Buku teks atau modul yang selama ini 40 digunakan dalam pembelajaran membuat siswa menjadi aktif dan antusias mengikuti pembelajaran IPA Pembelajaran dengan menggunakan 20 buku teks atau modul yang selama ini digunakan penyajiannya diawali dengan persoalan real yang terjadi di kehidupan sehari-hari Pemberian pembelajaran IPA dengan 60 menggunakan air sebagai permasalahan Siswa belajar berkelompok dalam 40 pembelajaran IPA terpadu Dengan buku teks atau modul yang 40 selama ini digunakan, siswa melakukan eksperimen dalam menganalisis masalah dan isu belajar Pertanyaan no. 12, jika “Ya” 40 eksperimen tersebut dilakukan siswa secara berkelompok Buku teks atau modul yang digunakan 20 menampilkan pembelajaran agar siswa mampu memecahkan masalah Buku teks atau modul tersebut siswa 100 diarahkan untuk berdiskusi secara kelompok Dalam proses pembelajaran dengan 20 buku teks atau modul tersebut siswa selalu bekerja secara kelompok Dalam proses pembelajaran dengan 0 buku teks atau modul tersebut siswa diperintahkan untuk menampilkan solusi dari permasalahan materi 100 Melalui buku teks atau modul yang telah digunakan, Bapak/Ibu melaksanakan evaluasi dan review di akhir pembelajaran Dari buku teks atau modul yang telah 60 digunakan, siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi 0 Dalam buku teks atau modul yang digunakan menerapkan pembelajaran IPA terpadu secara utuh (integrated) Pernyataan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
Aspek Kebutuhan
Kebutuhan modul pembelajaran dalam belajar
Pernyataan Pembelajaran IPA terpadu yang diterapkan dalam buku teks atau modul melalui proses perencanaan terlebih dahulu Keinginan modul yang dapat membantu siswa dalam memahami IPA terpadu secara utuh (integrated) Persetujuan jika dikembangkan bahan ajar berupa modul IPA terpadu dengan tahap-tahap seperti pertanyaanpertanyaan di atas Keinginan karakteristik modul yang berwarna Keinginan karakteristik modul yang menarik Keinginan karakteristik modul yang lengkap Keinginan karakteristik modul yang terpadu Keinginan karakteristik modul yang mudah dipahami
Persentase Jawaban 100
100 100
100 100 100 100 100
Berdasarkan data tabel hasil analisis kebutuhan siswa dan guru, dapat disimpulkan bahwa siswa dan guru setuju jika ada modul pembelajaran IPA terpadu. Siswa dan guru menginginkan karakteristik modul dengan komponen persoalan real
dalam
kehidupan
sehari-hari,
pembelajaran
untuk
pemecahan masalah, diskusi, presentasi untuk menampilkan solusi dari permasalahan, dan evaluasi. 2) Analisis Materi Analisis materi mencakup analisis struktur isi dan analisis konsep.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
a) Analisis Struktur Isi Analisis struktur isi mencakup pemetaan Standar Isi yang meliputi
pemetaan
kompetensi
inti,
kompetensi
dasar,
indikator, materi pokok, dan tahapan berpikir siswa. Adapun aspek-aspek tersebut dapat dilihat pada silabus dan RPP yang terlampir pada Lampiran 23. b) Analisis Konsep Hasil analisis konsep untuk tema Air Sehat meliputi aspek secara fisika, kimia, dan biologi. Materi ini merupakan materi kelas 7. Adapun pemetaannya dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3 Peta Kompetensi Tema Air Sehat Tema
Sub Tema
Kompetensi Dasar
4.7 Melakukan penyelidikan untuk Asam, Basa, menentukan sifat larutan yang ada di dan Garam lingkungan sekitar menggunakan indikator buatan maupun alami Air Sehat
Pencemaran 3.9 Mendeskripsikan pencemaran dan Lingkungan dampaknya bagi makhluk hidup Pemisahan 4.6 Melakukan pemisahan campuran Campuran berdasarkan sifat fisika dan kimia
3) Analisis Tujuan Pembelajaran Dengan menuliskan tujuan pembelajaran, dapat diketahui kajian apa saja yang akan ditampilkan dalam modul, dapat menentukan kisi-kisi soal evaluasi, dan akhirnya juga dapat menentukan seberapa besar tujuan pembelajaran yang tercapai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
Tujuan pembelajaran dari modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model PBL tema Air Sehat dapat dilihat pada RPP yang terlampir pada Lampiran 23.
b. Tahap Perancangan (Design) Tahap ini terdiri dari menentukan standar acuan tes (constructing criterion referenced test), memilih alat (media selection), memilih susunan (format selection), merancang pola awal (initial design). Tahap penyusunan standar acuan tes berupa penyusunan tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Pretest bertujuan untuk mengetahui
kemampuan
awal
siswa
sebelum
pembelajaran
menggunakan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model PBL tema Air Sehat. Sedangkan posttest bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa setelah pembelajaran menggunakan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model PBL tema Air Sehat. Tahap pemilihan media pembelajaran adalah menggunakan modul yang dikembangkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menurut Tan (2009: 20) yang terdiri dari persoalan real yang diungkapkan, analisis masalah dan isu belajar, pembagian kelompok kecil, pemecahan masalah, menampilkan/ mempresentasikan solusi, dan evaluasi. Format modul yang dipilih dalam pengembangan modul IPA Terpadu SMP/MTs dengan model PBL diadaptasi dari Depdiknas (2008: 32) yang tercantum di BAB III
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
halaman 66. Desain awal modul dibuat berdasarkan kriteria sesuai dengan hasil analisis kebutuhan. Mengingat kebutuhan siswa terhadap ketersediaan modul IPA terpadu yang dapat mempermudah memahami materi IPA, berdasarkan persoalan nyata dalam kehidupan sehari-hari, pembelajaran untuk pemecahan masalah, diskusi, presentasi untuk menampilkan solusi dari permasalahan, dan evaluasi. Desain awal modul ini berupa rancangan modul yang berisi tentang: 1) Judul modul yaitu Modul IPA Terpadu Model PBL “Air Sehat” yang tertera di sampul. Sampul dibuat berwarna, semenarik mungkin dan sesuai tema guna memenuhi kebutuhan siswa. Tabel 4.4 Komponen Sampul Depan Modul No Komponen
Penyajian
1 Basis
“Modul IPA Terpadu Model PBL” 2 Judul Modul “Air Sehat”
3 Penulis
“Anggraeni Mashinta S”
4 Pengguna Modul
“SMP/MTs VII”
Keterangan Diletakkan di pojok kiri atas dengan tulisan warna hitam, jenis huruf arial, ukuran 36, bold. Menggambarkan materi yang ada di dalam modul, warna sampul adalah biru tua disertai gambar air. Rata tengah, warna hitam, jenis huruf mool boran, ukuran 275. terletak di bawah judul modul dengan warna hitam, jenis huruf arial, ukuran 25, bold italic. Bermaksud modul ditujukan untuk siswa SMP/MTs kelas VII. Tulisan berwarna hitam berlatar belakang shape lingkaran kuning, jenis huruf dinengschrift alternate, ukuran 34,1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
No Komponen 5 Redaksi
Penyajian
Keterangan
“Program Ditulis di pojok kiri bawah, warna Studi Magister hitam, jenis huruf arial, ukuran Pendidikan huruf 21,5, bold. Sains Universitas Sebelas Maret Surakarta 2014” Tabel 4.5 Komponen Sampul Samping Modul
No Komponen
Penyajian
Keterangan
1 Basis
“Modul IPA Tulisan warna hitam, jenis huruf Terpadu Model arial, ukuran 18, bold. PBL” 2 Judul Modul “Air Sehat” Warna hitam, jenis huruf mool boran, ukuran 18. Sampul belakang dengan warna biru dan gambar air sebagai latar belakang. Tabel 4.6 Komponen Sampul Belakang Modul No Komponen
Penulisan
1 Judul Modul “Air Sehat”
2 Artikel 3 Logo UNS 4 Redaksi
Keterangan
Berlatar belakang shapes rectangle berwarna putih, rata tengah, jenis huruf mool boran, ukuran 51,9. Tentang air sehat dengan jenis huruf Microsoft yahei, ukuran 14. Di pojok kiri bawah terdapat logo UNS berwarna biru. “Program Di pojok kanan bawah Studi Magister Warna putih, jenis huruf arial, Pendidikan ukuran huruf 11, bold. Sains Universitas Sebelas Maret Surakarta 2014”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
(a) (b) Gambar 4.1 Cover Modul IPA Terpadu Model PBL Tema Air Sehat. (a) cover depan, (b) cover belakang 2) Judul Pendahuluan, berisi tentang judul “Modul IPA Terpadu Model PBL” tema “Air Sehat”, nama penulis “Anggraeni Mashinta Sulistyani”, redaksi “Program Studi Magister Pendidikan Sains Universitas Sebelas Maret Surakarta 2014”. 3) Halaman Francis, berisi tentang judul modul, nama penulis, nama konsultan ahli (pembimbing), nama validator ahli materi, nama validator ahli media, nama validator ahli bahasa, nama validator ahli praktisi, nama pendesain cover, nama pendesain isi dan jenis huruf yang digunakan dalam modul. 4) Kata Pengantar, berisi tentang pengantar penulis berkaitan dengan pesan moral dan garis besar tentang modul. 5) Daftar Isi, berisi tentang susunan yang terdapat dalam modul beserta halamannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
6) Gambaran Umum Modul, berisi tentang gambaran tiap bagian modul beserta fungsi dan tujuannya. 7) Peta Kedudukan Modul, berisi tentang kedudukan tema terhadap materi yang lain. 8) Glosarium, berisi tentang kumpulan kosakata atau kata asing beserta penjelasannya. Glosarium dibuat sesuai kebutuhan siswa agar memahami beberapa kosakata atau istilah yang asing bagi siswa. 9) Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar, berisi tentang urutan kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh siswa dan diakhiri dengan tingkah laku yang diharapkan dicapai oleh siswa. 10) Deskripsi Modul, berisi tentang proses pembelajaran, sintaks PBL, dan icon tahap PBL dalam kegiatan belajar yang menyatakan tentang kegiatan tertentu yang dilakukan siswa dalam modul. 11) Prasyarat, berisi tentang materi yang dituntut untuk dipelajari dan dikuasai siswa sebelum materi Air Sehat. Materi prasyarat berisi poin-poin penting tentang materi yang harus dikuasai siswa agar mudah mempelajari materi tema Air Sehat dalam modul. 12) Petunjuk
Penggunaan
Modul,
berisi
tentang
petunjuk
menggunakan modul secara umum bagi guru dan siswa agar pengguna dapat menggunakan modul dengan baik. 13) Indikator, berisi tentang indikator pembelajaran yang diharapkan tercapai setelah mempelajari modul.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
14) Tujuan, berisi tentang tujuan yang diharapkan tercapai setelah mempelajari modul. 15) Uraian Tema Secara Holistik, berisi tentang uraian mengenai air sehat secara holistik yang tentunya berbeda dengan materi yang akan dipelajari pada materi modul. 16) Peta Konsep, berisi tentang pola keterpaduan antara beberapa konsep menjadi sebuah tema terpadu. 17) Kegiatan Belajar, berisi tentang sintaks PBL yang merupakan proses pemecahan masalah yang ada di sekitar siswa dan uraian materi yang berfungsi memperkuat pengetahuan siswa. Kegiatan belajar sesuai sintaks PBL karena siswa menginginkan persoalan yang nyata di kehidupan sehari-hari untuk dapat dipecahkan dan ditemukan solusinya. 18) Rangkuman,
berisi
tentang
ringkasan
materi.
Pemberian
rangkuman berdasarkan kebutuhan siswa guna mengulas poin-poin penting tentang materi yang telah dipelajari agar mudah diingat dan dipahami. 19) Evaluasi, berisi tentang soal yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Pemberian evaluasi sesuai dengan kebutuhan siswa yang berfungsi untuk mengetahui seberapa besar pemahaman siswa setelah belajar dengan modul. 20) Kunci Jawaban dan Penilaian, berisi tentang jawaban soal pilihan ganda siswa pada kegiatan evaluasi sehingga siswa dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
mengukur tingkat penguasaan materi dan pedoman penilaian untuk mengetahui ketercapaian penguasaan materi. Pemberian kunci jawaban berdasarkan kebutuhan siswa. 21) Daftar Pustaka, berisi tentang daftar buku, jurnal, dan website yang digunakan sebagai referensi dalam modul. 22) Catatan, berisi tentang lembar kerja yang dapat digunakan siswa untuk mencatat hal-hal penting. Karakteristik modul ini dibuat sesuai dengan kebutuhan siswa dan guru serta sesuai penggunaan model Problem Based Learning (PBL). Sintaks untuk model PBL menurut Tan (2009) ini terdiri dari persoalan real yang diungkapkan, analisis masalah dan isu belajar, pembagian kelompok kecil, pemecahan masalah, menampilkan/ mempresentasikan solusi, dan evaluasi. Masing-masing sintaks diberi simbol/icon khusus yang bertujuan untuk memudahkan pembaca mencari letak sintaks tersebut. Icon untuk masing-masing sintaks tersebut tersaji pada Tabel 4.7. Masing-masing icon diberi tambahan kalimat ajakan yang mengajak siswa melakukan kegiatan tertentu. Kalimat ajakan tersebut yang nantinya dituliskan di samping icon di dalam modul untuk mewakili setiap sintaks PBL. Kalimat ajakan dibuat lebih menarik dan sesuai dengan masing-masing sintaks PBL. Kalimat ajakan difungsikan agar siswa lebih memahami maksud dari sintaks PBL dan seperti bahasa percakapan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
Tabel 4.7 Icon Sintaks PBL dalam Kegiatan Belajar Icon Kalimat No Langkah Tahap Kegiatan Ajakan PBL 1. Persoalan real Masalah di Siswa diberikan yang sekitar kita….. wacana mengenai diungkapkan persoalan real di lingkungan sekitar mereka. 2. Analisis Ayo kita Siswa menganalisis masalah dan analisis masalah dan isu isu belajar masalah itu !!! belajar dari persoalan yang telah diungkapkan pada tahap persoalan real yang diungkapkan. 3. Pembagian Mari Siswa membagi diri kelompok berkelompok ke dalam beberapa kecil !!!! kelompok kecil dengan arahan dari guru. 4.
5.
6.
Pemecahan masalah
Menampilkan/ Mempresentasi empresentasi -kan solusi
Evaluasi
Yuk….mari kita bereksperimen untuk memecahkan masalah !!!!! Tunjukkan solusi kamu !!!!!
Evaluasi
commit to user
Siswa secara kelompok melakukan percobaan dan berdiskusi untuk memecahkan masalah. Siswa menampilkan/ mempresentasikan solusi dengan arahan dari hasil percobaan dan diskusi pemecahan masalah Siswa melakukan evaluasi berupa kesimpulan dari kegiatan belajar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
Modul dicetak dengan menggunakan standar kertas yang ditetapkan oleh BSNP. Menurut BSNP ukuran buku mengikuti standar ISO adalah A4/A5/B5. Pengembangan modul kali ini dipilih ukuran buku A4 (210 x 297 mm).
c. Tahap Pengembangan (Develop) Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model PBL tema Air Sehat berdasarkan masukan dari validator ahli (ahli materi, media, bahasa, praktisi, dan peer review) dan hasil uji coba ke siswa (uji coba kecil dan uji coba luas). Tahap pengembangan ini adalah: 1) Pengembangan Materi Tahap perancangan (design) menghasilkan suatu draft rancangan. Selanjutnya pada tahap pengembangan (develop), rancangan ini diisi materi. Rancangan yang telah diisi materi ini merupakan Draft-1. Draft-1 ini selanjutnya dilakukan penilaian kelayakan atau validasi oleh beberapa validator ahli. 2) Penilaian Ahli (Validasi Ahli) Penilaian kelayakan modul diperoleh dari validator ahli materi, ahli media, ahli bahasa, praktisi (guru IPA), dan peer review. Validator ahli materi adalah Dr. Maridi, M.Pd., dosen Magister Pendidikan Sains UNS. Validator ahli media adalah Bowo Sugiharto, S.Pd., M.Pd., dosen Pendidikan Biologi FKIP
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
UNS. Validator ahli bahasa adalah Dian Rohmawati, S.Pd., M.Pd., guru Bahasa Indonesia di SMP N 4 Pracimantoro. Validator ahli Praktisi (Guru IPA) adalah Susi Prasetyaningtyas, M.Pd., guru IPA di SMP N 1 Semin. Peer review adalah mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Sains UNS yaitu Endang Tri Hastuti, Endah Setyorini, dan Lestari. Nilai untuk validasi modul dibuat dengan alternatif skala likert yaitu skala 4 sesuai pendapat Arikunto (2010: 146) yaitu 1= tidak layak/tidak baik, 2= kurang layak/kurang baik, 3= layak/baik, dan 4= sangat layak/sangat baik. Skor dari beberapa validator ahli tersebut
kemudian
diubah
menjadi
data kriteria.
Adapun
perhitungannya ada pada Lampiran 19 tentang Hasil Penilaian Validator sebelum dan sesudah revisi. Masing-masing validator memberikan penilaian disertai komentar dan saran untuk perbaikan. Ringkasan hasil validasi kesatu (sebelum revisi) ditunjukkan pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Ringkasan Hasil Validasi (Sebelum Revisi) No.
Elemen yang Divalidasi
Rata-Rata
Kategori
1
Kelayakan Isi
26,80
Sangat Layak
2
Kelayakan Penyajian
45,60
Layak
3
Kelayakan Bahasa
24,40
Sangat Layak
4
Kelayakan Kegrafikan
102,00
Sangat Layak
5
Kelayakan Keterpaduan
28,00
Sangat Layak
6
Kelayakan PBL
20,20
Sangat Layak
41,17
Sangat Layak
Rata-rata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
Komentar
dan
saran
dari validator
dan perbaikan
ditunjukkan pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 Analisis Hasil Validasi Validator
Saran
Alasan
Ahli
KB 1. Baku mutu (ambang Penting untuk standar air sehat
Materi
batas) E. colli air sehat KB 3. Prinsip 3R (Reuse, Penting Reduce, dan Recycle)
untuk
pengolahan
limbah
Memasukkan
langkah Mengikuti kaidah penulisan
pembelajaran 2013 ke dalam RPP kegiatan siswa Sudah sesuai sintaks PBL Ahli
Jenis
Media
dalam modul
font
yang
-
digunakan Penting untuk keterangan jenis font apa saja yang digunakan, termasuk
kriteria
penilaian
dalam BSNP Gambar diperjelas dan diganti
Supaya
jelas
dan
dapat
menggambarkan materi Outline shape diperjelas Materi
air
sehat
pendahuluan
dipindah
Agar tegas dan terkesan rapi pada Materi
air
ke pendahuluan
sehat
pada
merupakan
bagian belakang modul karena materi secara umum, bukan dalam
PBL
materi
hanya merupakan materi yang akan
sebagai penguat
dibahas pada kegiatan belajar.
Ahli
Dalam sintaks “menampilkan Dalam modul hanya perlu
Bahasa
solusi”
belum
disertakan menampilkan kunci jawaban
alternatif jawaban
pengetahuan,
untuk
keterampilan/aktivitas
siswa
ditampilkan dalam suplemen guru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
Validator
Saran
Alasan
Prasyarat materi disingkat lagi Materi prasyarat dipersingkat agar siswa tidak bosan, karena dari 10 halaman menjadi 5 terlalu banyak materi
halaman, materi diajarkan
dengan
asumsi
prasyarat
sudah
sehingga
hanya
ditampilkan poin penting. Penulisan kata asing di cetak Sesuai kaidah penulisan (EYD) miring Praktisi
Kedalaman
materi
ditambahkan
perlu Karena tema modul adalah Air dengan Sehat, dan sekarang ini sedang
pengolahan air menjadi air marak pengolahan air minum minum isi ulang
isi ulang
Masih ada kalimat yang tidak Mengefektifkan kalimat perlu Opsi jawaban dalam evaluasi Karena masing-masing opsi perlu diperbaiki
jawaban harus sesuai dengan pertanyaan
Penulisan
daftar
sebaiknya
mengikuti
pustaka Sesuai kaidah penulisan daftar kaidah pustaka
APA Perlu
diperbaiki
dalam Sesuai kaidah penulisan (EYD)
penulisan kata asing, bahasa latin untuk makhluk hidup Gambar sudah menjelaskan isi materi Setiap gambar diberi nomor
Untuk
memudahkan
mengakses gambar pada daftar gambar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
Validator Peer
Saran
Alasan
Beberapa gambar kurang jelas
review 1 Peer
gambar
dengan
gambar yang beresolusi tinggi Beberapa gambar kurang jelas
review 2
Mengganti
gambar
dengan
gambar yang beresolusi tinggi Keterangan
Peer
Mengganti
gambar
kurang Memperjelas
jelas
gambar
Beberapa gambar kurang jelas
Mengganti
review 3
keterangan gambar
dengan
gambar yang beresolusi tinggi Dari komentar dan saran para validator ahli pada Tabel 4.9
maka selanjutnya dilakukan tahap Revisi I. 3) Revisi I Revisi
I
merupakan
proses
memperbaiki
Draft-1
berdasarkan penilaian, komentar, dan saran dari para validator ahli. Revisi I menghasilkan Draft-2 yang selanjutnya akan dilakukan uji coba skala kecil. Ringkasan hasil validasi kedua (setelah revisi) ditunjukkan pada Tabel 4.10. Tabel 4.10 Ringkasan Hasil Validasi (Setelah Revisi) No. Elemen yang Divalidasi 1 Kelayakan Isi
Rata-Rata 31,20
Kategori Sangat Layak
2
Kelayakan Penyajian
54,00
Sangat Layak
3
Kelayakan Bahasa
27,40
Sangat Layak
4
Kelayakan Kegrafikan
116,00
Sangat Layak
5
Kelayakan Keterpaduan
31,20
Sangat Layak
6
Kelayakan PBL
23,40
Sangat Layak
47,20
Sangat Layak
Rata-rata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
Data penilaian kelayakan oleh para validator ahli setelah revisi pada Tabel 4.10 dapat disimpulkan bahwa Draft-2 mempunyai kriteria sangat layak dan tanpa revisi. Dari kriteria tersebut maka selanjutnya Draft-2 dapat dilakukan uji coba kecil. 4) Uji Coba Kecil Setelah Draft-2 divalidasi dan direvisi, tahap selanjutnya dilakukan uji coba kecil. Draft-2 atau modul diuji cobakan ke 10 orang siswa kelas 7A SMP Negeri 4 Pracimantoro. Hasil uji coba kecil akan dibahas pada sub bab tersendiri pada bab ini. Setelah dilakukan uji coba kecil dan dianalisis maka modul dinyatakan “Layak” dengan rata-rata skor 66,2. Selain memberikan penilaian terhadap produk yang dikembangkan siswa juga diminta untuk memberikan komentar dan saran. Saran yang diberikan siswa digunakan untuk memperbaiki modul sebelum digunakan pada uji coba luas. Saran dari siswa terkait dengan modul yang telah dikembangkan disajikan pada Tabel 4.11 Tabel 4.11 Masukan Siswa Terhadap Modul No
Deskripsi Data
Saran
1 2
Gambar Keterangan gambar
Perlu diperbaiki Ada yang belum dituliskan
3
Tulisan
Diperbaiki agar mudah untuk dipelajari Diperbesar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
Tabel 4.11 merupakan kesimpulan dari 10 siswa yang memberikan komentar dan saran pada tahap uji coba kecil. Adapun untuk lebih lengkapnya tentang komentar dan saran dari 10 siswa pada tahap uji coba kecil tersebut dapat dilihat pada Lampiran 17. Tahap berikutnya adalah menganalisis komentar dan saran siswa untuk dapat direvisi. 5) Revisi II Dari hasil uji coba kecil kemudian terdapat saran dan komentar dari siswa sebagai acuan untuk memperbaiki modul. Hampir dari 10 orang siswa memberikan saran perbaikan untuk gambar dan keterangan gambar yang kurang jelas. Berdasarkan beberapa saran siswa tentang Gambar 3.6 pada modul dikatakan kurang jelas. Sehingga pada tahap revisi II, gambar tersebut diganti dengan gambar yang sesuai dan lebih jelas dari sebelumnya. Gambar 3.6 pada modul yang kurang jelas kemudian diperjelas atau diperbaiki, dapat dilihat pada Lampiran 32. Setelah dilakukan Revisi II dari hasil uji coba kecil, selanjutnya diperoleh Draft-3. 6) Uji Coba Luas Modul (Draft-3) diuji coba luas terhadap siswa SMP kelas 7B SMP Negeri 4 Pracimantoro yang berjumlah 20 orang siswa. Hasil uji coba luas memperoleh skor rata-rata 89,9 dengan kriteria “Sangat Layak”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
7) Analisis Hasil Desain
penelitian
yang
digunakan
adalah
Pre-
Eksperimental Design dengan tipe One-Group Pretest-Posttest Design. Sebelum dilakukan pembelajaran atau uji coba luas menggunakan modul IPA Terpadu SMP/MTs dengan Model PBL tema Air Sehat, siswa kelas 7B diberikan pretest terlebih dahulu. Soal pretest yang digunakan berjumlah 30 soal yang telah lolos uji validitas dan reliabilitas pada tahap tryout di kelas 7C. Kemudian setelah dilakukan pembelajaran menggunakan modul, siswa diberikan soal posttest. Soal posttest sama dengan soal pretest, hanya saja pada soal posttest susunan soal diubah atau diacak posisinya. Dari nilai rata-rata pretest dan posttest kemudian diperoleh gain skor sebesar 0,45 yang berarti kategori peningkatan hasil belajar siswa “Sedang”. 8) Revisi III Tahap ini tidak dilakukan karena dari saran ataupun komentar siswa tidak ada yang perlu diperbaiki lagi. Sehingga produk atau modul IPA Terpadu SMP/MTs dengan Model PBL tema Air Sehat ini sudah dapat disebarkan.
d. Tahap Penyebaran (Disseminate) Tahap penyebaran modul dilakukan kepada 5 orang guru IPA dari 5 SMP di wilayah kecamatan Bumiayu. Sekolah tersebut antara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
lain SMP Negeri 1 Bumiayu, SMP Negeri 3 Bumiayu, SMP Islam Ta’allamul Huda Bumiayu, SMP Muhamadiyah Bumiayu, SMP Bustanul Ulum NU Bumiayu. Skor rata-rata penilaian guru terhadap modul ini sebesar 95,80 yang berarti masuk kategori “Sangat Layak”.
2. Kelayakan Modul a. Respon Siswa terhadap Modul IPA Terpadu SMP/MTs dengan Model PBL Tema Air Sehat (Uji Coba Kecil) Skor masing-masing siswa berturut-turut yaitu sebesar 68, 64, 75, 61, 71, 63, 67, 66, 61, dan 66. Statistik deskriptif untuk respon siswa terhadap modul dapat dilihat pada Tabel 4.12. Tabel 4.12 Statistik Deskriptif Respon Siswa pada Uji Coba Kecil Data Skor Mean 66.20 Standard Error 1,38 Median 66,00 Mode 61,00 Standard Deviation 4,39 Sample Variance 19,29 Kurtosis 0,43 Skewness 0,77 Range 14,00 Minimum 61,00 Maximum 75,00 Sum 662,00 Count 10,00 Skor rata-rata respon siswa terhadap modul sebesar 66,2 kategori layak, skor median sebesar 66 kategori layak, modus sebesar 61 berarti kebanyakan siswa menyatakan modul berkategori cukup layak. Besarnya skor tersebut dikarenakan beberapa kekurangan modul
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
menurut siswa, antara lain gambar dan keterangannya kurang jelas, kalimat perintah masing-masing sintaks diperjelas agar siswa tidak salah menjawab. Lebih lengkap pada Lampiran 17 dan Lampiran 31. Penilaian respon siswa terhadap modul IPA Terpadu SMP/MTs dengan model PBL ini dibagi dalam 3 aspek penilaian, yaitu aspek tampilan, penyajian materi, dan manfaat. Persentase masing-masing aspek yaitu aspek tampilan sebesar 67,14%, aspek penyajian materi
Prosentase (%)
sebesar 65,89%, dan aspek manfaat sebesar 65,63%. 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
32.86
34.11
34.38 Prosentase Kriteria Tidak Layak
67.14
65.89
65.63
Tampilan
Penyajian Materi
Manfaat
Prosentase Kriteria Layak
Gambar 4.2 Grafik Persentase Respon Siswa terhadap Modul pada Aspek Tampilan, Penyajian Materi, dan Manfaat Gambar 4.2 menjelaskan bahwa 67,14% respon siswa menyatakan aspek tampilan modul mempunyai kriteria layak, 32,86% respon siswa menyatakan aspek tampilan modul mempunyai kriteria tidak layak. 65,89% respon siswa menyatakan aspek penyajian materi modul mempunyai kriteria layak, 34,11% respon siswa menyatakan aspek penyajian materi modul mempunyai kriteria tidak layak. 65,63% respon siswa menyatakan aspek manfaat modul mempunyai kriteria
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
layak, 34,38% respon siswa menyatakan aspek manfaat materi modul mempunyai kriteria tidak layak. Skor respon siswa terhadap masingmasing aspek di atas 50%, ini artinya siswa mempunyai respon positif atau tertarik terhadap modul IPA Terpadu SMP/MTs dengan model PBL tersebut. Dapat diartikan juga bahwa modul tersebut baik atau layak digunakan. Setelah tahap uji coba kecil, modul direvisi sesuai saran dan komentar siswa untuk diuji coba luas. b. Respon Siswa terhadap Modul IPA Terpadu SMP/MTs dengan Model PBL Tema Air Sehat (Uji Coba Luas) Data respon siswa terhadap modul secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 20. Skor masing-masing siswa berturut-turut yaitu 77, 85, 100, 95, 100, 91, 92, 100, 91, 86, 81, 80, 95, 87, 84, 81, 97, 100, 91, dan 85. Statistik deskriptif untuk respon siswa terhadap modul dapat dilihat pada Tabel 4.13. Tabel 4.13 Statistik Deskriptif Respon Siswa pada Uji Coba Luas Data Skor Mean 89,90 Standard Error 1,66 Median 91,00 Mode 100,00 Standard Deviation 7,43 Sample Variance 55,15 Kurtosis -1,21 Skewness -0,04 Range 23,00 Minimum 77,00 Maximum 100,00 Sum 1798,00 Count 20,00
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
Skor rata-rata respon siswa terhadap modul sebesar 89,9 kategori sangat layak, skor median sebesar 91 kategori sangat layak, modus sebesar 100 berarti kebanyakan siswa menyatakan modul berkategori sangat layak. Lebih lengkap pada Lampiran 17 dan Lampiran 31. Tahap uji coba luas dilakukan pada 1 kelas yaitu 20 siswa kelas 7B. Penilaian respon siswa terhadap modul IPA Terpadu SMP/MTs dengan model PBL ini dibagi dalam 3 aspek penilaian, yaitu aspek tampilan, penyajian materi, dan manfaat. Persentase masing-masing aspek yaitu aspek tampilan sebesar 88,57%, aspek
Prosentase (%)
penyajian materi sebesar 87,14%, dan aspek manfaat sebesar 90,63%. 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
11.43
12.86
9.38
88.57
87.14
90.63
Prosentase Kriteria Tidak Layak Prosentase Kriteria Layak
Tampilan
Penyajian Materi
Manfaat
Gambar 4.3 Grafik Persentase Respon Siswa terhadap Modul pada Aspek Tampilan, Penyajian Materi, dan Manfaat Gambar 4.3 menjelaskan bahwa 88,57% respon siswa menyatakan aspek tampilan modul mempunyai kriteria sangat layak, 11,43% respon siswa menyatakan aspek tampilan modul mempunyai kriteria tidak layak. 87,14% respon siswa menyatakan aspek penyajian materi modul mempunyai kriteria sangat layak, 12,86% respon siswa menyatakan aspek penyajian materi modul mempunyai kriteria tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
layak. 90,63% respon siswa menyatakan aspek manfaat modul mempunyai kriteria sangat layak, 9,38% respon siswa menyatakan aspek manfaat materi modul mempunyai kriteria tidak layak. Gambar 4.3 menyatakan bahwa respon siswa terhadap modul sangat layak. Hampir seluruh siswa berpendapat modul tersebut sangat layak digunakan untuk pembelajaran IPA. Tahap uji coba luas tidak ada revisi sehingga langsung ke tahap penyebaran. c. Respon Guru IPA terhadap Modul IPA Terpadu SMP/MTs dengan Model PBL Tema Air Sehat (Penyebaran) Data respon guru terhadap modul IPA Terpadu SMP/MTs dengan model PBL pada tahap penyebaran secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 28. Skor masing-masing guru berturut-turut yaitu 95, 95, 97, 94, dan 98. Statistik deskriptif untuk respon siswa terhadap modul dapat dilihat pada Tabel 4.14. Tabel 4.14 Statistik Deskriptif Respon Guru IPA pada Tahap Penyebaran Data Skor Mean 95,80 Standard Error 0,73 Median 95,00 Mode 95,00 Standard Deviation 1,64 Sample Variance 2,70 Kurtosis -1,69 Skewness 0,52 Range 4,00 Minimum 94,00 Maximum 98,00 Sum 479,00 Count 5,00
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
Skor rata-rata respon guru terhadap modul sebesar 95,80 kategori sangat layak, skor median sebesar 95 kategori sangat layak, modus sebesar 95 berarti kebanyakan guru menyatakan modul berkategori sangat layak. Tahap penyebaran dilakukan pada 5 guru IPA di 5 SMP wilayah kecamatan Bumiayu. Guru IPA tersebut antara lain guru IPA kelas 7 dari SMP Negeri 1 Bumiayu, guru IPA kelas 7 dari SMP Negeri 3 Bumiayu, guru IPA kelas 7 dari SMP Islam Ta’allamul Huda Bumiayu, guru IPA kelas 7 dari SMP Muhamadiyah Bumiayu, dan guru IPA kelas 7 dari SMP Bustanul Ulum NU Bumiayu. Skor rata-rata penilaian guru terhadap modul ini sebesar 95,80 yang berarti masuk kategori “Sangat Layak”. Penilaian respon guru terhadap modul IPA Terpadu SMP/MTs dengan model PBL ini dibagi dalam 3 aspek penilaian, yaitu aspek tampilan, penyajian materi, dan manfaat. Persentase masing-masing aspek yaitu aspek tampilan sebesar 90%, aspek penyajian materi sebesar 97,86%, dan aspek manfaat sebesar 98,75%.
Prosentase (%)
100%
10.00
2.14
1.25
90.00
97.86
98.75
80% 60% 40%
Prosentase Kriteria Tidak Layak Prosentase Kriteria Layak
20% 0% Tampilan Penyajian Materi
Manfaat
Gambar 4.4 Grafik Persentase Respon Guru terhadap Modul pada Aspek Tampilan, Penyajian Materi, dan Manfaat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
Gambar 4.4 menjelaskan bahwa 90% respon guru menyatakan aspek tampilan modul mempunyai kriteria sangat layak, 10% respon siswa menyatakan aspek tampilan modul mempunyai kriteria tidak layak. 97,86% respon guru menyatakan aspek penyajian materi modul mempunyai kriteria sangat layak, 2,14% respon guru menyatakan aspek penyajian materi modul mempunyai kriteria tidak layak. 98,75% respon guru menyatakan aspek manfaat modul mempunyai kriteria sangat layak, 1,25% respon guru menyatakan aspek manfaat materi modul mempunyai kriteria tidak layak. Berdasarkan Gambar 4.4 maka dapat disimpulkan bahwa respon guru terhadap modul IPA Terpadu SMP/MTs dengan Model PBL tema Air Sehat pada tahap penyebaran adalah sangat layak. Seluruh guru berpendapat modul tersebut sangat layak digunakan untuk pembelajaran IPA.
3. Efektivitas Penggunaan Modul IPA Terpadu SMP/MTs dengan Model Problem Based Learning Tema Air Sehat a. Uji Validitas dan Reliabilitas Sebelum pelaksanaan uji coba pemakaian modul ke siswa, seluruh instrumen penelitian diuji validasi ke dosen. Selanjutnya soal tes pengetahuan diuji cobakan (tryout) ke siswa kelas 7 yang tidak digunakan untuk uji coba kecil dan uji coba luas. Tryout dilakukan ke siswa kelas 7C SMP Negeri 4 Pracimantoro. Hasil tryout kemudian diuji validitas dan reliabilitas. Sugiyono (2009: 176) berpendapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 116
bahwa instrumen yang harus mempunyai validitas isi adalah instrumen yang berbentuk tes yang sering digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur efektifitas pelaksanaan program dan tujuan. Uji validitas dilakukan menggunakan ITEMAN, adapun hasil lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 24. Mula-mula jumlah soal sebanyak 45 butir, kemudian dilakukan uji validitas menggunakan ITEMAN diperoleh 30 butir soal yang valid. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS versi 18.00 diperoleh nilai reliabilitas soal pengetahuan sebesar 0,570. Menurut Sugiyono (2009: 257) bahwa skor tersebut termasuk dalam kategori cukup reliabel. b. Efektivitas Modul dalam Pembelajaran 1) Aspek Pengetahuan Analisis untuk mengetahui keefektivan modul dalam pembelajaran menggunakan gain score untuk pretest-posttest siswa kelas 7B (kelas uji coba luas). Gain score merupakan indikator yang baik untuk menentukan keefektivan dalam pembelajaran. Berikut Tabel 4.15 menunjukkan skor pretest, posttest dan gain score siswa. Tabel 4.15 Gain Score Aspek Pengetahuan Penilaian Pretest
Skor 64,75
Posttest Gain Score
82,05 0,45
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
Diperoleh rata-rata pretest siswa sebesar 64,75 dan rata-rata posttest siswa sebesar 82,08. Berdasarkan perhitungan terhadap pretest dan posttest, maka diperoleh gain score sebesar 0,45. Menurut Richard R. Hake (1999) skor tersebut termasuk dalam kriteria sedang. Artinya keefektivan pembelajaran menggunakan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model PBL tema Air Sehat termasuk level sedang. Perhitungan lebih lengkap pada Lampiran 26. 2) Aspek Sikap (Sikap Sosial) Aspek sosial yang dinilai meliputi indikator kejujuran, ketelitian, dan tanggung jawab. Penilaian lebih lengkap terdapat pada Lampiran 26. Tabel 4.16 berikut merupakan penilaian setiap indikator sikap sosial.
No 1 2
Tabel 4.16 Penilaian Indikator Aspek Sikap Indikator Observer Tanggung Kejujuran Ketelitian Jawab I 3,62 3,60 3,72 II 3,58 3,57 3,60 Rata-rata 3,60 3,58 3,66 Dari ketiga indikator aspek sikap tersebut, indikator
tanggung jawab memiliki skor lebih besar dari pada indikator kejujuran dan ketelitian. Suparno cit Ni Nyoman Sri Lestari (2012: 4) menjelaskan pandangan konstruktivisme tentang peranan siswa dalam
proses
pembelajaran
yaitu
siswa
sendirilah
yang
bertanggung jawab atas hasil belajarnya. Siswa berusaha sendiri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 118
untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, sehingga aspek tanggung jawab siswa tinggi. Rebeca Tracey (2005: 10) menyatakan bahwa pada dasarnya PBL adalah metode belajar student centered, yang memungkinkan siswa untuk menjadi bertanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri. Adapun peningkatan penilaian sikap (sikap sosial) siswa antara kegiatan belajar 1, 2, dan 3 ditunjukkan pada Tabel 4.17 berikut.
No 1 2
Tabel 4.17 Gain Score Aspek Sikap Sikap (Sikap Sosial) Observer KB 1 KB 2 KB 3 I 3,42 3,68 3,83 II 3,25 3,65 3,85 Rata-rata 3,33 3,67 3,84
Gain Score 0,71 0,80 0,76
Perolehan gain score pada aspek sikap sebesar 0,76 yang berarti termasuk dalam kriteria tinggi. Ini berarti efektivitas penggunaan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model PBL tema Air Sehat pada aspek sikap termasuk level tinggi. 3) Aspek Keterampilan (Keterampilan dan Portofolio) Aspek keterampilan yang dinilai meliputi indikator menyiapkan alat dan bahan, percobaan, dan hasil percobaan. Penilaian lebih lengkap terdapat pada Lampiran 26. Tabel 4.18 penilaian setiap indikator keterampilan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 119
Tabel 4.18 Penilaian Indikator Aspek Keterampilan Indikator Menyiapkan Observer Hasil
No 1 2
I II Rata-rata Aspek
portofolio
alat dan bahan
Percobaan
3,32 3,35 3,33
3,35 3,72 3,53
3,35 3,57 3,46
meliputi
indikator
yang
dinilai
Percobaan
kelengkapan komponen laporan, tujuan percobaan, penyajian data, analisis data, memecahkan masalah, menampilkan solusi, dan menyimpulkan. Penilaian lebih lengkap terdapat pada Lampiran 26. Tabel 4.19 merupakan penilaian setiap indikator portofolio. Tabel 4.19 Penilaian Indikator Aspek Portofolio Indikator No Observer 1 I 2 II Rata-rata
Memecah Menampil Kelengkapan Menyimpul Tujuan Penyajian Analisis -kan -kan komponen -kan Laporan Data Data Masalah Solusi laporan
3,72 3,68 3,70
3,70 3,73 3,72
3,55 3,57 3,56
3,07 3,12 3,09
3,05 3,12 3,08
3,38 3,35 3,37
3,35 3,40 3,38
Berdasarkan penilaian indikator aspek keterampilan dan portofolio, indikator tujuan laporan, kelengkapan komponen laporan, dan penyajian data memiliki skor tinggi. Hal ini dikarenakan indikator tersebut sudah tersedia dalam petunjuk percobaan. Adapun indikator yang merupakan sintaks PBL dengan skor tertinggi yaitu indikator percobaan selanjutnya indikator hasil percobaan, menyimpulkan, menampilkan solusi, analisis data, dan memecahkan masalah. PBL melatihkan kemampuan siswa dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 120
memecahkan masalah, namun pada pembelajaran kali ini kemampuan pemecahan masalah siswa tergolong rendah. Siswa secara kualitatif berbeda dalam tingkat kemampuan mereka dalam memecahkan masalah belajar. Metode penemuan dan pemecahan masalah merupakan strategi yang efektif dalam mengajar siswa pada tingkat kemampuan yang berbeda. Model Problem Based Learning (PBL) adalah salah satu contoh strategi pembelajaran
konstruktivistik
yang
menimbulkan
situasi
kontekstual yang signifikan di dunia nyata, dan menyediakan sumber daya bimbingan dan instruksi untuk belajar, karena mengembangkan
pengetahuan
konten
dan
keterampilan
memecahkan masalah (Folashade & Akinbobola cit Ni Nyoman Sri Lestari, 2012: 6-7). Adapun peningkatan penilaian keterampilan (keterampilan dan portofolio) siswa antara kegiatan belajar 1, 2, dan 3 ditunjukkan pada Tabel 4.20 berikut.
No 1 2
Tabel 4.20 Penilaian Aspek Keterampilan Keterampilan Observer KB 1 KB 2 KB 3 I 4,39 4,57 4,97 II 4,48 4,68 5,15 Rata-rata 4,43 4,43 4,63
Gain Score 0,53 0,63 0,58
Perolehan gain score pada aspek keterampilan sebesar 0,58 yang berarti termasuk dalam kriteria sedang. Ini berarti efektivitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 121
penggunaan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model PBL tema Air Sehat pada aspek keterampilan termasuk level sedang. c. Perbedaan Hasil Belajar Analisis data untuk perbedaan hasil belajar menggunakan SPSS versi 18.00. Uji yang digunakan untuk hasil belajar aspek pengetahuan yaitu paired sample t-test atau uji-t 2 sampel berpasangan adalah analisis untuk menguji perbedaan 2 sampel yang berpasangan yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa dengan adanya pembelajaran menggunakan modul IPA Terpadu tersebut. Uji yang digunakan untuk hasil belajar aspek sikap dan keterampilan yaitu uji Kruskal Wallis. Uji yang digunakan untuk hasil belajar aspek portofolio yaitu uji One Way Anova (Anava satu jalan). 1) Penilaian Aspek Pengetahuan Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 26, dibuat ringkasan hasil uji normalitas, homogenitas, dan paired sample ttest pada Tabel 4.21. Tabel 4.21 Ringkasan Hasil Analisis Aspek Pengetahuan No 1
2 3
Uji
Hasil
Keputusan
Sig. 0,200 H0 diterima Normalitas (KolmogorovSmirnov) Sig. 0,221 H0 diterima Homogenitas (Levene Statistic) Paired sample tSig. 0,000 H0 ditolak test -6,382<-2,093
commit to user
Kesimpulan Normal
Homogen Ada perbedaan secara signifikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 122
2) Penilaian Aspek Sikap (Sikap Sosial) Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 26, dibuat ringkasan hasil analisis non-parametric (Uji Kruskal Wallis) pada Tabel 4.22. Tabel 4.22 Ringkasan Hasil Analisis Aspek Sikap Sosial No
Uji
KB
Hasil
1
Normalitas (KolmogorovSmirnov) Homogenitas (Levene Statistic) Uji Kruskal Wallis
1 2 3
Sig. 0,200 Sig. 0,023 Sig. 0,000 Sig. 0,001
H0 diterima Normal Normal H0 diterima H0 ditolak Tidak Normal H0 ditolak Tidak Homogen
Sig. 0,001
H0 ditolak
2 3
Keputusan
Kesimpulan
Ada perbedaan secara signifikan
3) Penilaian Aspek Keterampilan (Keterampilan dan Portofolio) a) Keterampilan Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 26, dibuat ringkasan hasil analisis non-parametric (Uji Wilcoxon) pada Tabel 4.23. Tabel 4.23 Ringkasan Hasil Analisis Aspek Keterampilan No
Uji
KB
Hasil
Keputusan
Kesimpulan
1
Normalitas (KolmogorovSmirnov) Homogenitas (Levene Statistic) Uji Kruskal Wallis
1 2 3
Sig. 0,200 Sig. 0,200 Sig. 0,003 Sig. 0,036
H0 diterima H0 diterima H0 ditolak H0 diterima
Normal Normal Tidak Normal Homogen
Sig. 0,001
H0 ditolak
Ada perbedaan secara signifikan
2 3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 123
b) Portofolio Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 26, dibuat ringkasan hasil Anava satu jalan pada Tabel 4.24 Tabel 4.24 Ringkasan Hasil Analisis Aspek Portofolio No
Uji
KB
Hasil
Keputusan
Kesimpulan
1
Normalitas (KolmogorovSmirnov) Homogenitas (Levene Statistic) One Way Anova (Anava satu jalan)
1 2 3
Sig. 0,056 Sig. 0,200 Sig. 0,200 Sig. 0,061
H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima
Normal Normal Normal Homogen
Sig. 0,000
H0 ditolak
Ada perbedaan secara signifikan
2 3
B. Pembahasan 1. Tahap Pendefinisian (Define) Berdasarkan mendefinisikan
tahap
pendefinisian
kebutuhan-kebutuhan
di
untuk dalam
menetapkan
proses
dan
pembelajaran,
dilakukan beberapa tahap antara lain analisis kebutuhan siswa dan guru, analisis materi, dan analisis tujuan pembelajaran. Disimpulkan bahwa modul IPA Terpadu dibutuhkan dalam pembelajaran di sekolah. Pemilihan model Problem Based Learning (PBL) didasarkan pada kebutuhan siswa, kebutuhan guru, dan isu penting dalam kurikulum 2013 yaitu pendidikan scientific dan model pembelajaran utama menggunakan Problem Based Learning serta Project Based Learning. Selain itu model PBL juga melatih siswa untuk aktif, berpikir tingkat tinggi, mampu memecahkan masalah, dsb. Pemilihan tema Air Sehat didasarkan pada hasil pengisian angket kebutuhan guru dan siswa yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 124
menyatakan bahwa pembelajaran yang berkaitan dengan tema tersebut jarang bahkan hampir tidak pernah dilakukan percobaan. Untuk menganalisis kebutuhan, Morrison, Ross, dan Kemp (2004: 4) menyarankan peneliti melakukan penilaian kebutuhan formal dengan empat alasan utama: 1. Untuk mengidentifikasi kebutuhan yang relevan dengan tugas tertentu 2. Untuk mengidentifikasi tujuan instruksional 3. Untuk menetapkan prioritas dalam pemilihan instruksi dan intervensi 4. Untuk menyediakan data dasar untuk menilai efektivitas instruksi atau intervensi
2. Tahap Perencanaan (Design) a. Penyusunan Produk Penyusunan modul diawali dengan menyusun silabus, RPP, dan kisi-kisi soal. Modul disusun berpedoman pada silabus, RPP, kisi-kisi soal, standar BSNP, dan sintaks model PBL. Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan modul yang sistematis dan sesuai standar BSNP. Purwanto et al (2007: 9) mengemukakan bahwa modul merupakan bahan ajar yang dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum tertentu dan dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil dan memungkinkan dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu. Desain modul sesuai dengan sintaks PBL menurut Tan (2009). Penyusunan modul berdasarkan KD
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 125
terkait di beberapa bidang studi serta KD 3.9, 4.6, dan 4.7 pada mata pelajaran IPA SMP kelas 7. 1) Penyusunan Silabus Penyusunan silabus diawali dengan menyusun KD. KD tersebut yaitu 3.9 Mendeskripsikan pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup, 4.6 Melakukan pemisahan campuran berdasarkan sifat fisika dan kimia, dan 4.7 Melakukan penyelidikan untuk menentukan sifat larutan yang ada di lingkungan sekitar menggunakan indikator buatan maupun alami. Komponen silabus terdiri dari nama sekolah, mata pelajaran, kelas, semester, KI, KD, materi ajar, kegiatan belajar, indikator, penilaian, dan sumber belajar. Kegiatan belajar disesuaikan dengan sintaks pada pembelajaran PBL. Tan (2003: 20) sintaks PBL terdiri dari persoalan real yang diungkapkan, analisis masalah dan isu belajar,
pembagian
kelompok
kecil,
pemecahan
masalah,
menampilkan/mempresentasikan solusi, dan evaluasi. 2) Penyusunan RPP Penyusunan RPP disesuaikan dengan silabus yang telah disusun. RPP merupakan penjabaran dari perumusan silabus. Hamid (2009: 49) mengatakan RPP merupakan perencanaan pembelajaran yang aktual, faktual, konseptual, dan kontekstual yang benar-benar akan dilaksanakan di kelas atau di alam lingkungan sekolah. RPP menyangkut pelaksanaan pembelajaran di kelas yang berbeda-beda karakter siswanya, keadaan psikologis siswanya, kondisi kelasnya, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 126
waktunya. RPP disusun dengan indikator yang telah dirumuskan dalam silabus kemudian dijabarkan melalui tujuan pembelajaran yang disusun dengan menggunakan pedoman ABCD (Audience, Behavior, Condition, and Degree). Permendiknas nomor 22 tahun 2006 cit Hamid (2009: 53) ditegaskan bahwa komponen RPP adalah identitas, KI, KD, indikator, tujuan, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian akhir, dan sumber belajar. 3) Penyusunan Kisi-Kisi Soal Penyusunan kisi-kisi soal disesuaikan dengan penyusunan silabus dan RPP pada pembelajaran PBL. Dalam penyusunan kisi-kisi soal memuat tentang indikator yang telah dirumuskan pada silabus dan RPP. Soal disusun mengacu pada kehidupan sehari-hari dan diambil dari fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Keterkaitan soal-soal tersebut bertujuan agar siswa mampu mengetahui pembelajaran yang diinginkan. S. Hamid Hasan cit Zainal Arifin (2012: 6) menjelaskan tes adalah alat pengumpulan data yang dirancang secara khusus. Kekhususan tes dapat terlihat dari konstruksi butir soal yang dipergunakan. 4) Penyusunan Modul dengan Model PBL Modul yang dikembangkan diawali dengan melakukan identifikasi terhadap KD yang dibelajarkan. Depdiknas (2008: 12) mengemukakan penulisan modul merupakan proses penyusunan materi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 127
pembelajaran yang dikemas secara sistematis sehingga siap dipelajari oleh siswa untuk mencapai kompetensi. Langkah-langkah penyusunan modul meliputi analisis kebutuhan modul, penyusunan draft, validasi, uji coba, dan revisi. Analisis
kebutuhan
modul
dilakukan
dengan
langkah
menetapkan kompetensi; identifikasi dan menentukan ruang lingkup unit
kompetensi;
identifikasi
dan
menentukan
pengetahuan,
keterampilan, dan sikap; menentukan judul; menetapkan basis; dan menganalisis kebutuhan modul di awal. Penyusunan draft modul mengikuti langkah menetapkan judul, tujuan akhir, outline modul, pemberian model PBL dengan menerapkan masing-masing sintaks dalam setiap kegiatan belajar, kembangkan materi, dan memeriksa ulang draft. Validasi dengan langkah-langkah menyiapkan dan menggandakan draft modul yang akan divalidasi sesuai dengan banyaknya validator yang terlibat; menyusun instrumen pendukung validasi; mendistribusikan draft modul dan instrumen validasi kepada peserta validator; menginformasikan kepada validator tentang tujuan validasi
dan
kegiatan yang harus
dilakukan
oleh
validator;
mengumpulkan kembali draft modul dan instrumen validasi; memproses dan menyimpulkan hasil masukkan yang dijaring melalui instrumen validasi. Uji coba draft modul antara lain dengan langkah menyiapkan dan menggandakan draft modul yang akan diuji cobakan sebanyak peserta; menyusun instrumen pendukung; mendistribusikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 128
draft modul dan instrumen pendukung uji coba kepada peserta; menginformasikan kepada peserta uji coba tentang tujuan uji coba dan kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta uji coba; mengumpulkan kembali draft modul dan instrumen uji coba; kemudian memproses dan menyimpulkan hasil masukan yang dijaring melalui instrumen uji coba. Kemudian revisi atau perbaikan yang merupakan proses penyempurnaan modul setelah memperoleh masukan dari kegiatan validasi dan uji coba. Modul ini terdiri dari 3 kegiatan belajar, yaitu mengidentifikasi air sehat, menganalisis pencemaran air, dan merancang alat penjernihan air. KB 1 Mengidentifikasi Air Sehat didesain 2 x 40 menit. KB 2 Menganalisis Pencemaran Air didesain 1 x 40 menit karena sebagian pembelajaran dilakukan siswa di rumah. KB 3 Merancang Alat Penjernihan Air didesain 2 x 40 menit. Alokasi waktu yang digunakan untuk melakukan pembelajaran menggunakan modul bersifat fleksibel. Modul yang dikembangkan berjudul modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model PBL tema Air Sehat. Modul yang dikembangkan adalah modul dengan model PBL dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Azita (2013: 8) mengemukakan bahwa dalam meningkatkan pencapaian pendidikan menggunakan PBL, penggunaan modul mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Penyampaian pembelajaran menggunakan modul lebih mudah, lebih menarik, serta lebih berkesan. Siswa dapat memahami
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 129
pelajaran tersebut dengan lebih bermakna serta dapat menjalankan aktivitas pembelajaran dengan secara mandiri atau secara berkelompok tanpa perlu senantiasa dipantau oleh guru. Modul juga dapat membantu guru dan siswa di dalam proses pembelajaran, yaitu guru dapat menyampaikan konsep dengan lebih mudah, tepat, dan cepat dengan adanya modul. Siswa juga dapat mempelajari konsep dengan tepat, penuh minat dan lebih melekat dalam ingatan. b. Validasi Produk 1) Validasi Silabus dan RPP Secara umum silabus yang disusun sudah disediakan sesuai kurikulum 2013. Validasi RPP dilakukan oleh dosen ahli materi dan praktisi. Validasi dilakukan sebanyak dua kali, yaitu tahap pertama kemudian direvisi berdasarkan saran validator, tahap kedua merupakan validasi setelah revisi. Validasi pertama diperoleh skor 72,5 dengan kriteria sangat layak. Sedangkan validasi kedua diperoleh skor 75 dengan kriteria sangat layak. Data lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6. 2) Validasi Kisi-Kisi Soal Validasi soal dilakukan oleh dosen ahli materi dan praktisi. Soal yang divalidasi berkategori sangat baik dengan saran. Setelah dilakukan validasi oleh dosen ahli materi dan praktisi, selanjutnya soal direvisi untuk kemudian dilakukan tryout. Hasil tryout kemudian dianalisis kembali untuk mengetahui validitas dan relibilitas soal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 130
Berdasarkan analisis validasi butir soal pada Lampiran 11, dari 45 soal yang diujikan (tryout) diperoleh 11 soal baik, 10 soal diterima, 8 soal diperbaiki, dan 16 soal ditolak. Tingkat kesukaran soal yaitu 22 soal mudah, 14 soal sedang, dan 9 soal sukar. Berdasarkan 45 soal tersebut, diketahui bahwa untuk jumlah responden (N) 20 dengan taraf signifikansi 5% diperoleh harga rtabel = 0.3598 sedangkan rhitung = 0,570. Berdasarkan analisis tersebut diketahui bahwa rhitung > rtabel atau 0,570 > 0.3598, artinya bahwa soal tersebut reliabel. Rata-rata daya pembedanya yaitu 0,358, yang artinya soal tergolong diterima. Ratarata tingkat kesukarannya yaitu 0,621, yang artinya soal tergolong sedang. 3) Validasi Modul Validasi modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model PBL tema Air Sehat dilakukan untuk mengetahui kualitas modul. Kualitas modul didasarkan pada komponen isi, penyajian, bahasa, dan kegrafikan. Perbaikan yang pertama berdasarkan saran validator materi yaitu penambahan materi tentang baku mutu air dan prinsip 3R. Hal ini merupakan hal yang mendasar yang berkaitan dengan standar kualitas air sehat dan cara pengolahan limbah untuk mengatasi pencemaran air. Perbaikan kedua berdasarkan saran validator media atau komponen kegrafikan mengenai jenis huruf yang digunakan dalam modul untuk disertakan pada halaman francis dan tidak terlalu banyak menggunakan jenis huruf. Prastowo (2012) mengatakan bahwa bahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 131
ajar cetak yang baik menggunakan huruf yang tidak terlalu kecil dan mudah dibaca. Saran berikutnya mengenai gambar dan shapes untuk diperjelas atau diganti. Prastowo (2012) mengatakan bahwa gambar dapat memperjelas informasi yang disampaikan. Adapun saran yang tidak diperbaiki yaitu memindahkan materi air sehat pada pendahuluan ke bagian belakang modul. Saran tersebut tidak diperbaiki karena materi air sehat yang terdapat pada pendahuluan merupakan materi air sehat secara umum, bukan materi yang akan dibahas pada kegiatan belajar dalam modul sehingga tidak menyalahi prinsip PBL. Validator menambahkan
bahasa
memberi
alternatif jawaban
saran untuk
diantaranya
yaitu
sintaks menampilkan/
mempresentasikan solusi. Namun hal ini tidak diperbaiki dengan alasan modul hanya perlu menampilkan kunci jawaban pengetahuan, untuk keterampilan/aktivitas siswa cukup ditampilkan dalam suplemen guru. Saran kedua mengenai materi prasyarat yang terlalu banyak sehingga perlu disingkat agar siswa tidak bosan dengan materi yang terlalu banyak. Saran ini diperbaiki dengan asumsi materi prasyarat sudah diajarkan sehingga hanya perlu ditampilkan poin-poin penting saja. Saran ketiga tentang penulisan kata asing untuk dicetak miring sesuai kaidah penulisan yang benar. Saran berikutnya dari validator praktisi (guru IPA). Saran yang diperbaiki antara lain tentang penambahan materi pengolahan air menjadi air minum isi ulang karena mendukung tema dan hal tersebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 132
sedang marak di kehidupan nyata. Kalimat yang tidak perlu dihilangkan guna mengefektifkan kalimat. Opsi jawaban dalam evaluasi diperbaiki sesuai dengan pertanyaan. Penulisan daftar pustaka mengikuti kaidah APA (American Psychological Association). Saran berikutnya mengenai gambar yang perlu diberi penomoran dan sumber gambar. Purwanto (2007) menyatakan bahwa dalam pengambilan gambar atau ilustrasi harus disertakan sumbernya. Saran dari peer review 1, 2, dan 3 secara umum mengenai ukuran dan kualitas gambar yang perlu diperbaiki. Hal ini sesuai pendapat Purwanto (2007) bahwa gambar yang baik adalah gambar yang ukurannya tepat. Berdasarkan saran dari validator yang diperbaiki kemudian modul direvisi untuk selanjutnya dilakukan validasi kembali. Penilaian dari validator ahli materi, media, bahasa, praktisi, dan peer review mengenai komponen penyajian, isi, bahasa, dan kegrafikan maka modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model PBL tema Air Sehat termasuk dalam kategori “sangat layak”. Tabulasi data dapat dilihat pada Lampiran 19.
3. Tahap Pengembangan (Develop) a. Uji Coba Kecil Perbaikan modul dilakukan berdasarkan saran yang diberikan siswa. Dari 10 siswa keseluruhan memberikan saran mengenai gambar kurang besar dan keterangan gambar yang kurang jelas. Purwanto (2007)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 133
mengatakan bahwa gambar yang baik adalah gambar yang mempunyai ukuran tepat. Setelah memperjelas gambar selanjutnya memperjelas keterangan
gambar.
Purwanto (2007)
menyatakan
bahwa dalam
pengambilan gambar atau ilustrasi harus disertakan sumbernya. Salah satu contoh perbaikan dari saran siswa dapat dilihat pada Lampiran 33. Tabulasi data tentang uji coba kecil selengkapnya terdapat pada Lampiran 20. b. Uji Coba Luas Pembelajaran menggunakan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model PBL tema Air Sehat, memberi ruang kepada siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berinteraksi dengan siswa yang lain. Hal ini ditunjukkan dengan keaktifan siswa dalam mengungkapkan persoalan real, menganalisi masalah dan isu belajar, pemecahan masalah, kemudian mempresentasikan solusi. Kegiatan siswa menggunakan modul untuk memecahkan masalah menunjukkan bahwa modul yang dikembangkan mendorong rasa ingin tahu siswa. Hal ini ditunjukkan dengan persentase skor respon siswa terhadap modul untuk aspek tampilan sebesar 67% yang termasuk dalam kategori “layak”. Persentase skor respon siswa untuk aspek penyajian materi sebesar 66% yang termasuk dalam kategori “layak”. Persentase skor respon siswa untuk aspek manfaat sebesar 66% yang termasuk dalam kategori “layak”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 134
Menurut wawancara yang telah dilakukan ke beberapa siswa, siswa lebih mudah memahami modul IPA Terpadu SMP/MTs dengan model PBL. Siswa merasa terbantu dengan adanya modul IPA Terpadu SMP/MTs dengan model PBL dan kegiatan belajar yang menggunakan PBL. Siswa merasa senang dan ingin terus belajar seperti itu. Dewey cit Nur (2008) berpendapat untuk mendorong guru melibatkan siswa dalam proyek-proyek berorientasi masalah dan membantu siswa menyelidiki masalah-masalah sosial dan IPTEK. Melalui kegiatan PBL dalam modul IPA Terpadu ini, siswa dapat belajar dengan lebih bermakna. Pembelajaran bermakna diwujudkan dalam kelompok kecil untuk mengerjakan eksperimen. Eksperimen dalam modul diarahkan kepada suatu masalah yang selanjutkan dianalisis, dipecahkan, dan diberikan solusi masalahnya. Melalui kegiatan PBL, siswa dapat mengkontruksi pengetahuan melalui kegiatan eksperimen sesuai dengan permasalahan dalam modul IPA Terpadu SMP/MTs dengan model PBL. Modul IPA Terpadu didesain agar dapat digunakan belajar mandiri siswa. Setiap evaluasi diberikan kunci jawaban yang terletak di bagian belakang modul. Jadi, ciri khas modul IPA Terpadu SMP/MTs dengan model PBL tema Air Sehat untuk siswa ini terdapat pada kegiatan eksperimen dengan sintaks PBL yang terletak di awal pembelajaran sebelum siswa memahami konsep dengan benar. Eksperimen diletakkan di awal bertujuan untuk mengajak dan menantang siswa untuk berpikir dan kreatif dalam memecahkan masalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 135
yang diberikan. Setelah siswa melalui tahap menampilkan solusi baru diberikan pemahaman materi. Dewey cit Jacobsen (2009: 242) percaya bahwa anak-anak merupakan para pembelajar aktif secara sosial yang belajar dengan cara mengeksplorasi lingkungan mereka. Sekolah seharusnya memanfaatkan rasa keingintahuan yang alamiah ini dengan membawa dunia luar ke dalam ruang kelas, dengan membuatnya tersedia dan dapat diakses untuk keperluan belajar. Pengetahuan yang dipelajari siswa bukan informasi lembam yang banyak terdapat di buku-buku pelajaran atau banyak disampaikan dalam ceramah. Pengetahuan menjadi berguna (useful) dan hidup (alive) ketika diterapkan sebagai solusi untuk beberapa masalah. Berdasarkan hakikat IPA, pengembangan modul IPA Terpadu SMP/MTs dengan model PBL ini mempertimbangkan dua sisi sains yaitu sains sebagai proses dan sains sebagai produk. Pemenuhan hakikat sains dalam modul IPA Terpadu SMP/MTs dengan model PBL melalui kegiatan belajar yang disajikan sesuai dengan sintaks PBL. Berdasarkan karekteristik modul, modul harus memenuhi kriteria self instruction, self contained, stand alone, adaptif, dan user friendly (Depdiknas, 2008: 4). Agar modul dapat digunakan siswa untuk belajar mandiri (self instruction), modul IPA Terpadu SMP/MTs dengan model PBL yang dikembangkan dilengkapi dengan petunjuk penggunaan modul untuk siswa. Petunjuk penggunaan modul diberikan di awal modul. Pada tiap kegiatan belajar siswa selalu diingatkan untuk membaca dan memahami
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 136
kembali petunjuk penggunaan modul di awal modul. Modul tersebut dikemas
dalam
unit-unit
kegiatan
yang
kecil/spesifik
sehingga
memudahkan dipelajari siswa secara tuntas. Modul IPA Terpadu SMP/MTs dengan model PBL tema Air Sehat telah memenuhi kriteria self contained yaitu seluruh materi yang dibutuhkan dalam pembelajaran dari satu Kompetensi Inti atau Kompetensi Dasar yang dipelajari termuat dalam modul tersebut. Modul terdiri dari 3 KD yang diramu sehingga menjadi IPA Terpadu. KD tersebut antara lain 3.9 Mendeskripsikan pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup, 4.6 Melakukan pemisahan campuran berdasarkan sifat fisika dan kimia, dan 4.7 Melakukan penyelidikan untuk menentukan sifat larutan yang ada di lingkungan sekitar menggunakan indikator buatan maupun alami. Ketiga KD tersebut terjadi tumpang tindih pada bahasan pencemaran. Penelitian ini membuat materi bahasan tersebut menjadi lebih khusus dalam sebuah tema. Adapun tema yang dirasa cocok untuk memayungi ketiga KD tersebut adalah tema Air Sehat. Tema ini juga cocok dengan model PBL yang menampilkan sebuah persoalan nyata atau berdasarkan kehidupan sehari-hari. Modul IPA Terpadu SMP/MTs dengan model PBL tema Air Sehat telah memenuhi kriteria stand alone, yaitu berdiri sendiri. Modul dikembangkan tidak bergantung pada bahan ajar/media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar/media lain. Hal ini karena modul berisi tentang eksperimen sesuai sintaks PBL, pemahaman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 137
konsep, rangkuman, soal evaluasi, kunci jawaban. Kelengkapan komponen dalam modul membantu siswa untuk mempelajari dan mengerjakan tugas tanpa media pembelajaran lain. Modul IPA Terpadu SMP/MTs dengan model PBL tema Air Sehat telah memenuhi kriteria adaptif, yaitu memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Selain itu telah memenuhi kriteria user friendly, yaitu setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, penggunaan bahasa sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan. Modul ini telah memenuhi semua karakteristik yang dibutuhkan dalam sebuah modul pembelajaran. Pengembangan modul IPA Terpadu SMP/MTs dengan model PBL tema Air Sehat yang dikembangkan melalui beberapa tahap pengujian seperti telah dijelaskan dalam metode penelitian dan deskripsi hasil penelitian. Saran-saran yang diperoleh dari validator di tiap tahap diterima ataupun ditolak dengan mempertimbangkan kesesuaian modul dengan kebutuhan siswa dan standar BSNP yang telah ditentukan. Terdapat beberapa saran yang ditolak karena dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan siswa dalam pembelajaran. Setelah melalui beberapa tahap penilaian/validasi dan pengujian, modul yang telah direvisi kemudian diuji coba luas ke siswa kelas 7B di SMP Negeri 4 Pracimantoro. Sebelum pembelajaran menggunakan modul, dilakukan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Setelah siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 138
belajar dengan menggunakan modul, siswa diberi posttest untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa setelah belajar menggunakan modul. Skor penilaian pretest dan posttest dicari gain score atau peningkatannya. Selain itu diminta memberikan tanggapan terhadap penggunaan modul tersebut. Berdasarkan hasil angket, diperoleh respon siswa yang sangat baik. Hampir semua siswa kelas 7B di SMP Negeri 4 Pracimantoro merasa mudah dalam memahami isi dan bahasa dalam modul, dan tertarik menggunakan modul IPA Terpadu SMP/MTs dengan model PBL tema Air Sehat untuk belajar. Nur cit Trianto (2011: 72) Piaget yakin bahwa pengalamanpengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Selain itu, ia berkeyakinan bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi, berdiskusi, membantu memperjelas pemikiran, yang pada akhirnya membuat pemikiran itu menjadi lebih logis. Rusman (2011: 232) berpendapat bahwa pedagogi pembelajaran berbasis masalah membantu untuk menunjukkan dan memperjelas cara berpikir serta kekayaan dari struktur dan proses pengetahuan yang terlibat di dalamnya. PBL mengoptimalkan tujuan, kebutuhan, motivasi yang mengarahkan suatu proses belajar yang merancang berbagai macam kognisi pemecahan masalah. Tan (2009) mengemukakan
bahwa pada prinsipnya PBL
ditekankan untuk meningkatkan dan memperbaiki cara belajar dengan tujuan untuk menguatkan konsep dalam situasi nyata, mengembangkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 139
keterampilan berpikir tingkat tinggi, keterampilan memecahkan masalah, meningkatkan keaktifan belajar siswa, mengembangkan keterampilan membuat keputusan, menggali informasi, meningkatkan percaya diri, tanggung jawab, kerjasama dan komunikasi. Selanjutnya Tan (2009) menyebutkan PBL lebih dari sekedar lingkungan yang efektif untuk mempelajari pengetahuan tertentu. Tetapi dapat membantu siswa membangun keterampilan sepanjang hidupnya dalam memecahkan masalah, kerjasama tim, dan berkomunikasi. Dari pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa PBL dapat melibatkan
siswa
dalam
proses
pengetahuan
yang
menonjolkan
kemampuan penalaran siswa. Selain itu, proses lainnya, seperti diskusi, berdebat, berbagi, dan mengajar satu sama lain, menciptakan kondisi bagi siswa untuk mengalami lingkungan yang kondusif untuk meningkatkan hasil belajar. Siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis, terutama keterampilan penalaran melalui proses interaksi, refleksi, dan umpan balik dalam pemecahan masalah atau dalam proses penilaian formatif. Efektivitas penggunaan modul IPA Terpadu SMP/MTs dengan model PBL tema Air Sehat dapat dilihat berdasarkan nilai aspek pengetahuan,
sikap,
dan
keterampilan.
Analisis
data
dilakukan
menggunakan gain score untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa dan paired sample t-test (aspek pengetahuan), aspek sikap dan keterampilan menggunakan uji kruskal wallis (non-parametrik), dan one way anova (parametrik) menggunakan SPSS versi 18.00. Perbedaan hasil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 140
belajar siswa menggunakan gain score dari aspek pengetahuan, sikap (sikap sosial), dan keterampilan (keterampilan dan portofolio) berturutturut yaitu 0,45 dengan kriteria peningkatan sedang; 0,76 dengan kriteria peningkatan tinggi; dan 0,58 dengan kriteria peningkatan sedang. Adapun perbedaan hasil belajar pengetahuan siswa menggunakan paired sample ttes diperoleh sig. 0,000 yang mempunyai arti terdapat perbedaan hasil belajar yang sangat signifikan antara pembelajaran sebelum dan sesudah menggunakan modul IPA Terpadu SMP/MTs dengan model PBL tema Air Sehat. Perbedaan hasil belajar sikap (sikap sosial) siswa menggunakan uji Kruskal Wallis diperoleh sig. 0,001 yaitu terdapat perbedaan yang signifikan. Perbedaan hasil belajar keterampilan (keterampilan) siswa menggunakan uji Kruskal Wallis diperoleh sig. 0,001 yaitu terdapat perbedaan yang signifikan. Kemudian hasil belajar keterampilan (portofolio) diuji menggunakan One Way Anava (Anava satu jalan) diperoleh sig. 0,000 yaitu terdapat perbedaan yang signifikan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa modul IPA Terpadu SMP/MTs dengan model PBL tema Air Sehat efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
4. Tahap Penyebaran (Disseminate) Pada tahap disseminate semua (lima) guru memberikan komentar yang positif terhadap modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model PBL tema Air Sehat. Skor total semua item respon guru terhadap modul adalah 96,00. Skor
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 141
maksimal respon guru terhadap modul adalah 100. Persentase skor respon guru terhadap modul adalah 96% dengan kriteria “sangat layak”. Kesulitan terjadi pada tahap penyebaran ini karena sekolah yang dilakukan penyebaran tidak seluruhnya dilakukan analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan hanya dilakukan di salah satu sekolah yaitu di SMP Negeri 4 Pracimantoro, dengan pertimbangan uji coba kecil dan uji coba luas dilakukan di sekolah ini. Sedangkan empat sekolah lainnya tidak dilakukan analisis kebutuhan. Karena alasan pelaksaan analisis kebutuhan tersebut, maka respon guru yang menyangkut indikator kebutuhan pembuatan modul menjadi kurang tepat. Walaupun semua guru memberikan skor penilaian dengan kategori sangat layak, namun masih terdapat komentar yang tidak sesuai analisis kebutuhan.
C. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah: 1. Keterbatasan wahtu penelitian karena akan memasuki UAS, sehingga pembelajaran dilakukan agar benar-benar tepat waktu namun tidak memgurangi aspek pembelajaran. 2. Keterbatasan kegiatan belajar (eksperimen). Dalam kegiatan belajar, alat dan bahan yang mudah didapat disediakan oleh siswa. Ketersediaannya cenderung kurang/tidak cukup untuk melakukan eksperimen. Beberapa eksperimen menggunakan alat dan bahan yang seadanya sehingga hasilnya tidak terlalu memuaskan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 142
3. Pembelajaran menggunakan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model PBL tema Air Sehat baru pertama kali dilakukan, sehingga siswa cenderung canggung. 4. Penyebaran modul hanya dilakukan terhadap 5 guru yang mengajar IPA kelas 7 di 5 SMP wilayah kecamatan Bumiayu. 5. Sekolah yang digunakan untuk tahap penyebaran tidak seluruhnya dilakukan analisis kebutuhan untuk mengembangkan modul.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan Setelah dilakukan penelitian, analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Prosedur pengembangan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning (PBL) tema Air Sehat menggunakan model 4D. Prosedur pelaksanaan meliputi: tahap tahap pendefinisian (define), tahap perencanaan (design), tahap pengembangan (develop), dan tahap penyebaran (disseminate). Validasi ahli pada tahap pengembangan dilakukan 2 kali agar hasil yang diperoleh lebih baik. Tahap penyebaran hanya dilakukan pada guru IPA di 5 sekolah untuk dinilai kelayakannya, sedangkan penyebarluasan dan penggunaan dalam pembelajaran belum dilaksanakan karena keterbatasan penelitian. 2. Kelayakan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning (PBL) tema Air Sehat yang dikembangkan termasuk dalam kategori sangat layak, yaitu dari skor uji validasi sebesar 47,20 dengan kriteria sangat layak. Skor tahap uji coba kecil, uji coba luas, dan penyebaran masing-masing yaitu 66,20 dengan kriteria layak; 89,90 dengan kriteria sangat layak; dan 96,00 dengan kriteria sangat layak. 3. Modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning (PBL) tema Air Sehat efektif meningkatkan hasil belajar siswa dengan hasil gain
commit to user 143
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 144
score aspek pengetahuan 0,54 menunjukkan kategori sedang; aspek sikap 0,76 menunjukkan kategori tinggi; dan aspek keterampilan 0,58 menunjukkan kategori sedang.
B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis Hasil penelitian ini memberikan gambaran desain modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model PBL yang sesuai dengan karakteristik siswa SMP melalui studi pendahuluan tentang analisis kebutuhan siswa. Modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model PBL yang sesuai dengan karakteristik belajar siswa adalah modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model PBL yang di dalamnya terdapat eksperimen-eksperimen yang menuntut kemampuan memecahkan masalah siswa. Siswa diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan pemecahan masalahnya akan tetapi tetap diberikan batasan waktu untuk mendisiplinkan belajarnya. Kegiatan eksperimen dilakukan di awal pembelajaran, sebelum siswa memahami konsep dan prinsip IPA terpadu lebih lanjut. Siswa diajak memecahkan masalah dan menemukan sendiri solusi melalui eksperimen IPA terpadu kemudian memahami konsep dengan benar melalui modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model PBL. 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian menunjukkan bahwa modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model PBL yang dikembangkan pada materi Air Sehat layak digunakan dalam pembelajaran. Selain itu, siswa memberikan respon positif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 145
terhadap modul tersebut. Modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model PBL yang dikembangkan juga efektif dalam meningkatkan hasil belajar pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa. Oleh sebab itu, untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa, modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model PBL baik digunakan sebagai media pembelajaran.
C. Saran Upaya meningkatkan hasil penelitian maka penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut. 1. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan menggunakan sampel yang lebih luas. 2. Modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning (PBL) tema Air Sehat yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat digunakan untuk kelas dan sekolah yang berbeda dalam pembelajaran IPA Terpadu SMP. 3. Pada penelitian pengembangan modul diperlukan waktu yang cukup lama sehingga diperlukan jadwal yang tepat dan efisien. 4. Pembelajaran dengan modul dalam kelas membutuhkan waktu yang cukup lama, maka pembelajaran dengan modul dapat dilanjutkan di luar kelas atau di luar jam pelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi Ali, Azita Binti. 2013. Fasa Awal: Pembentukkan Kerangka Pembinaan Modul Bahasa C Berteraskan Model Integrasi Pembelajaran Berasaskan Masalah dan Pendidikan Berteraskan Kompetensi. Disertasi Universiti Tun Hussein Onn Malaysia. Malaysia (Unpublised) Anderson. 2010. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Anonim. 2004. Module 3: Analysis (P1: Needs Analysis). Principle of Design and Management in Distance Education Anonim. 2011. Pedoman Penulisan Tugas Akhir. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Anonim. Pencemaran Air. 2009. Pencemaran Air. Artikel diambil tanggal 12 Januari 2014 dari http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/ lingkungan/305pencemaran- air Arends, Richard I. 2007. Learning To Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Grafindo Persada. BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Budiningsih, C. Asri. 2006. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: UNY Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Edisi Ketiga: Konsep-Konsep Inti. Jakarta: Penerbit Erlangga Depdiknas. 2006. Kurikulum 2004 Sekolah Menengah Pertama. Jakarta:
commit 146to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 147
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas. 2008. Penulisan Modul. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK Depdiknas. 2008. Teknik Penyusunan Modul. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Dirdjosoemarto, Soendjojo. 1996. Materi Pokok Pendidikan IPA 1. Jakarta: Universitas Terbuka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Festiana, Ike. 2013. Pengembangan Modul Fisika Berbasis Masalah pada Materi Listrik Dinamis untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA. Tesis S2 Fakultas Pascasarjana UNS. Surakarta. (Unpublished) Fogarty, R. 1991. How to Integrated The Curricula. United States of America: IRI/Skylight Publishing. Inc. Gurria, Angel. 2013. Pisa 2012 Results in Focus: What 15-uear-olds know and what they can do with what they know. OECD Hadi, Sutrisno. 2001. Metodologi Research. Yogyakarta: Penerbit Andi Hake, Richard R. 1996. Interactive-engagement versus traditional methods: A sixthousand-student survey of mechanics test data for introductory physics courses. Indiana: Departement of Physics, Indiana University Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia Hamid, Ahmad Abu. 2009. Penyusunan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Yogyakarta: UNY Hurd, Dean. 1993. Physical Science. New Jersey: Prentice Hall Jacobsen, A. David, dkk. 2009. Methods For Teaching: Metode-Metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Jauhariyah, Mukhayyarotin Niswati Rodliyatul. 2013. Pengembangan Modul Fisika Berbasis PBL pada Materi Fluida untuk Siswa Cerdas Istimewa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 148
Berbakat Istimewa (CIBI). Tesis S2 Fakultas Pascasarjana UNS. Surakarta (Unpublished) Kampen, P., Banahan C., Kelly, M ., McLoughlin E., & O’Leary E. 2004. Teaching a single physics module through Problem Based Learning in a lecture-based curriculum. American Assosiation of Physics Teachers [DOI: 10. 1119/1.1645280] Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan Kurniawan, Deni. 2011. Pembelajaran Terpadu: Teori, Praktik dan Penilaian. Bandung: CV. Pustaka Cendekia Utama Lestari, Ni nyoman Sri. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Fisika bagi siswa Kelas VII SMP. Program Studi Teknologi Pembelajaran Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. (Unpublised) Mahmud. 2011. Kumpulan Makalah. (Online) tersedia: http://goo.gl/wpZwIk. Di unduh pada tanggal 23 Januari 2014 Neo, Mai., & Neo, Tse-Kian. 2008. Using the Web in The Problem-Based Learning Enviroment: Its Impact on Student Learning. Int’l J of Instructional media, 35 (2): 195-207 Permendiknas No 42 Tahun. 2007. Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BNSP Prastowo, Andi. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press Prawiro, Ruslan H. 1988. Ekologi Lingkungan Pencemaran. Semarang: Penerbit Satya Wacana Purwanto, M. Ngalim. 2009. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: penerbit Rosda Purwanto, Rahadi, A, dan Lasmono, S. 2007. Pengembangan Modul. Jakarta: Pustekom Depdiknas Pusat Kurikulum. 2006. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu SMP/MTs. Jakarta: Balitbang Depdiknas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 149
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Sardiman A.M 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta Rajawali Pers. Shen, P.D., Lee, T.H., & Tsai, C.W. 2007. Applying Web-Enabled Problem-Based Learning and Self-Regulated Learning to Enhance Computing Skills of Taiwan’s Vocational Students: a Quasi-Experimental Study of a ShortTerm Module. Electronic Journal of e-Learning. 5(2): 147-156 Smaldino, Sharon E., et al. 2011. Instructional Technology & Media For Learning. Jakarta: Kencana Suardana, LN. 2006. Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pendekatan Kooperatif Berbantuan Modul untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Mahasiswa pada Perkuliahan Kimia Fisika I. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, 4: 751-764. ISSN 0215-8250 Sudjana, Nana. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV Sinar Baru Sugihartno dkk. 2007. Psikologi Pendidikan.Yogyakarta : UNY-Press. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta Sujanem, R., Suwindra, I.N.P., & Tika, I.K,. 2009. Pengembangan Modul Fisika Kontekstual Interaktif Berbasis Web untuk Siswa Kelas 1 SMA. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, 42 (2). 97-104 Sulistyani, Anggraeni Mashinta. 2012. Perbedaan Penerapan Model Problem Based Learning dan Cooperative Learning Tipe Group Investigation dalam Meningkatkan Keterampilan Observasi dan Kamampuan Kognitif Siswa pada Pembelajaran IPA Terpadu Tema Pencemaran Air. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Suparno, Paul. 2013. Metodologi Pembelajaran Fisika Kontruktivistik dan Menyenangkan. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma Tan, Oon Seng. 2003. Problem-Based Learning Inovation :Using Problems to Power Learning in the 21st Century. Singapore: Seng Lee Press
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 150
Tan, Oon Seng. 2009. Problem Based Learning and Creativity. Singapore: Cengange Learning Asia Pte Ltd Thiagarajan, S., Sammel, D, S., and Sammel, M. I., 1974. Instructional Development For Training Theacers of Exceptional Children. Leaderdship Training Institute/ Special Education, Minnesota: University of Minnesota, Minneapolis. TIMSS. 2011. The Third International Mathematics and Science Study-Repeat 2011. Jakarta: Pusat Pengujian Balitbang Depdiknas Tracey, Rebeca. 2005. Teaching Introductory Thermal Physics through Problem Based Learning. Tesis Master of Science School of Physical Sciences Dublin City University. (Unpublised) Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. Trihendri, C. 2010. Step by Step SPSS 18-Analisis Data Statistik. Yogyakarta: Penerbit Andi Uno, Hamzah B, dkk. 2008. Desain Pembelajaran. Bandung: Publishing Wardhana, Wisnu Arya. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi Offset Wijaya, IR. 2000. Statistika Non Parametik (Aplikasi Program SPSS). Bandung: Alfabeta. Winataputra, Udin S. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka Wiyadi. 2013. Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis Masalah dengan Tema Otot di SMP Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2012/2013. Tesis S2 Fakultas Pascasarjana UNS. Surakarta (Unpublished) Yulaelawati, Ella. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Penerbit Pakar Raya
commit to user