Msheekha Berwajah Ganda? NO:40/GNI/A/Pel.Umum/III/2015
Oleh, Archbishop Mar Tulmay, D.Min Diterjemahkan oleh, Abouna Mar Nicholas, CKC
Gereja Nasrani Indonesia (GNI) Keuskupan Nasrani Katolik Ortodoks Rasuli Kudus dan Satu
NO:40/GNI/A/Pel.Umum/III/2015
Gereja Nasrani telah menembus dengan diam-diam kedalam peradaban Bangsa-bangsa Asia, menancapkan pengaruh keagamaannya dan budaya hidup masyarakat, di mana bangsa-bangsa ini masih berada dalam bayangan Kerajaan-kerajaan dan dominasi peradaban Asia. Keagamaan ini tidak datang melalui usaha sponsorisasi perdagangan dan kekuatan angkatan bersenjata kolonialis. Pengalaman komunitas-komunitas pengikut Y’shua Msheekha - Nasrani ini dihormati oleh kesaksian ekumenis kontemporer. Y’shua Msheekha sang Maran pertama sekali dibawa dan diperkenalkan oleh Shaliakh Mar Thoma Ehoda (Thomas), Mar Addai, Mar Mari dan Shliakh Andreas dengan wajah penuh “shalom” (damai sejahtera) tidak ada tersirat sedikitpun wajah garang yang siap menerkam. Rasul-rasul orang Yahudi ini, bangsa Israel datang ke Asia (Mesopotamia, India, Cina, Tibet, Afghanistan, Burma, Indonesia, Malaya atau Asia Tenggara, Korea dan Jepang) di abad pertama Masehi, mulai tahun 50-an. Dan khusus ke Cina tahun 86 Masehi. Mereka para misionaris adalah orang-orang Asia, konsep berpikir paradigma Asia, berbudaya Asia dan beragama Asia, perasaannya juga “cita rasa Asia” yang mementingkan perdamaian. Ketika “Kristus” datang kembali oleh misionaris-misionaris bangsa Barat yang kolonialis (Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris), misi itu berwajah ganas sebagai Pasukan Salib (Crusader) dan Penguasa bengis yang menindas bangsa-bangsa Asia yang tak mengenal Maran, penyembah berhala dan musyrik dibawah pengayoman misi-misi Gereja Roma Katolik (abad 18 hingga sekarang Protestantisme dengan ribuan sektenya itu), mereka datang ke Asia membonceng kekuatan kolonialis dan perdagangan bangsa Portugis dan Spanyol. Wajah keagamaan sisi lain dari Kristus ini diproteksi oleh kekuatan bersenjata kolonial – promotor kapitalisme bangsa Barat dan agen peradaban bangsa Barat. Orang Asia mengamati “Wajah Kristus” yang satu ini sebagai “bermuka ganda”, mempersekutukan dirinya dengan kuasa kekuatan bangsa Barat penjajah, baik itu kekuasaan Kerajaan Inggris, kolonialisme bangsa Belanda atau kekuasaan neo-kolonial bangsa Amerika. Kristus yang satu ini seharusnya tidak memperkenalkan dirinya dengan alat-alat kekuasaan yang berada dalam cengkeraman kuku kekuasaan kolonialis Page 2- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO:40/GNI/A/Pel.Umum/III/2015
tidak juga seharusnya membonceng kekuasaan ekonomi kapitalis Barat yang eksploitatif. Kristus ini hanya berminat dalam keselamatan jiwa-jiwa individu, melalui reformasi sosial menurut model kemasyarakatan bangsa Barat dan pencerahan kebudayaan menggantikan budaya-budaya bangsa Asia dengan peradaban Barat dan kemurahan hati paternalistik bagi kaum miskin. Kristus versi dari misi-misi orang-orang Protestan merupakan produk budaya masyarakat kelas-menengah Barat; Pemikiran tentang sosok Kristus dan pengajaran-Nya dari Teologi Barat telah ditawan oleh budaya ini selama berabada-abad. Kristus yang semacam ini seharus tidak boleh datang diantara orang-orang Asia yang sedang berjuang dan menderita. Kemudian ada muncul keinginan untuk menjadikan Kristus orang pribumi (indigenous Christ) dengan hidung pesek dan pakaian ala Timur (Oriental) sebagai suatu reaksi nasionalis melawan kolonialis Barat menjadi semakin berkobar. Banyak perdebatan telah terjadi di meja pertemuan perihal isu “mempribumikan Injil” (indigenization of the Gospel) dan perihal keotentikan Kristus orang pribumi. Apakah kapitulasi tradisi budaya mempribumikan orang sudah merupakan kebutuhan pembaharuan yang radikal? Apakah itu merupakan bentuk akomodasi lainnya terhadap kekuasaan nasionalisme politis yang mendesak? Atau itu adalah merupakan suatu pembebasan Kristus dari jubah budaya dan dominasi ideologi bangsa Barat (Westernisasi dalam paradigma Greco-Roman)? Pertanyaan ini masih tetap menjadi perdebatan dan harus dijawab. Kehadiran Kristus dalam gerakan ekumenis telah memiliki manifestasi-manifestasi berbeda. Cangkang dan topeng dari Kristus yang dikonstruk (dibangun) dibawah era kolonialis masa lalu telah runtuh berantakan, meskipun begitu sisa-sisanya masih tetap kokoh berpengaruh tak teruntuhkan hingga kini.
Menyikapi komitmen kekuatan-kekuatan kaum nasionalis bagi pembangunan bangsa melalui revolusi, sang Kristus ini masih tetap bersekutu dengan orang-orang Barat. Para Revolusionis, baik itu kaum kubu nasionalis dan sosialis, menolak Dia sebagai antirevolusi. Gereja-gereja telah menyaksikan Kristus yang transenden atas proses revolusi di Asia. Kristus tidak berkarya dengan cara revolusi untuk memenuhi aspirasi-aspirasi masyarakat Asia, tetapi agaknya Dia terikat pada ethos individualistik dan spiritualistik dari kaum kelas menengah liberal di Asia, sama seperti yang terjadi di masyarakat Barat. Revolusi di Cina, Vietnam dan Korea memandang sosok Kristus sebagai musuh kebebasan nasional karena sosok Wajah Kristus yang diwartakan berasal dari formulasi bangsa Barat yang suka menjajah dan menindas bangsa lain, khususnya bangsa Asia. Meskipun mereka berjuang bagi revolusi bahu-membahu dan bergandengan tangan dengan kaum Kristen revolusionis, tetap saja mereka menolak untuk mengakui revolusi Kristus, yang tak mampu merevolusi revolusi itu sendiri. Kristus harus dibebaskan dari wajah garang tangan kolonialis yang tangan kanannya memegang senjata dan tangan kiri dengan Alkitab bagi pencapaian 3 G (Gold: Emas, Page 3- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO:40/GNI/A/Pel.Umum/III/2015
Glory:Kemuliaan dan Gospel: Injil). Bangsa-bangsa Barat kapitalis dan penjajah telah sukses menancapkan kuku kolonialismenya di bangsa-bangsa Asia. Revolusi fisik telah berakhir, berganti dengan penjajahan kapitalisme ekonomi dan agama Kristen versi budaya westernisasi telah menina-bobokkan bangsa-bangsa Asia dibalik kedok keagamaan. Agama Kristen adalah sebagai agen distribusi pengaruh pemikiran, budaya, agama, politik, ekonomi, liberalisasi dari bangsa-bangsa Barat (Eropa-Amerika). Bangsa Asia harus dibebaskan dari cengkeraman bangsa-bangsa ini, termasuk dalam bidang keagamaan! Bukankah agama Kristen itu berasal dari Asia (Timur Tengah atau Israel)? Mengapa kita bangsa Asia berkiblat kepada keagamaan bangsa Barat?
Orang-orang Asia seharusnya sadar dan harus menghargai kehormatan identitas dirinya sebagai bangsa Asia. Agama itu muncul dari Timur. Ke Timur-lah kita seharusnya berkiblat, bukan justru sebaliknya. Begitulah agama Kristen itu asal-usulnya di Asia (Yerusalem) kemudian diboyong oleh Rasul Paulus ke Eropa, sementara di belahan wilayah Timur yang begitu luas Kekristenan Yahudi itu diboyong oleh Rasulrasul lainnya. Di Eropa (Barat) agama Kristen Yahudi diformulasi, diwesternisasikan dan dikemas dalam tradisi budaya bangsa-bangsa Barat sehingga karakter dan nilai-nilai keagamaan Timur telah lenyap digantikan dengan keagamaan paganisme Barat lewat lembaga gerejawi dan ahli-ahli teologia. Di Barat kekristenan itu sudah korup, rusak dan mati sejak tahun 318 Masehi di tangan Paus Sylvester I dan kaisar Konstantinus (kekaisaran Romawi); sejak Konsili 325 Masehi Kekristenan resmi berpisah dengan Agama Yudaisme Mesianik dibawah pimpinan Gereja Yerusalem yang tetap menjaga kemurnian ajaran-ajaran Maran Y’shua Msheekha hingga sekarang. Agama Kristen ditangan bangsa-bangsa yang berpikir secara persfektif Greco-Roman (Gereja Roma Katolik berserta variannya; Anglikanisme dan Katolik Lama. Gereja-gereja Ortodoks Timur Alur Besar dan Kecil, dan sekte-sekte Protestantisme; klasik, radikal dan sempalan) telah “rusak”, “agama yang korup” dan telah menjadi agama-agama hasil formulasi konsensus tradisi manusia. Agama Kekristenan yang semacam inilah yang diekspor ke Negara-negara Asia. Pada hal, Kekristenan Timur sudah ada lebih dahulu mendominasi wilayah Timur, tetapi dengan kekuatan senjata bangsa-bangsa Barat mereka semua diberangus digantikan dengan Kekristenan Barat. Tidak heran jika banyak orang Asia menolak Kekristenan, karena Kristus yang mereka lihat adalah “wajah bengis” berbau mesiu dan menjajah bangsa-bangsa Asia.
Banyak orang-orang Asia terpesona dengan pernak-pernik keagamaan Kristen karena mereka dihipnotis seolah-olah Kekristenan itu membawa modernisasi dan intelektualitas dan kemakmuran. Memang, metode ini dipakai oleh kolonialis sebagai sarana menarik simpati bangsa-bangsa Asia. Mereka mendirikan rumah sakit, sekolah, industri dan sebagainya. Tetapi mereka lupa bahwa semua itu justru akan memajukan bangsa-bangsa Barat itu sendiri, karena semuanya keuntungan akan mengalir ke bangsa-bangsa Barat. Bangsa-bangsa Asia tetap ketergantungan kepada bangsa-bangsa kolonialis ini. Page 4- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO:40/GNI/A/Pel.Umum/III/2015
Bukankah bangsa-bangsa Asia sudah menerima Terang Kebenaran Injil sebelum bangsa-bangsa penjajah datang? Kekristenan yang berwajah “shalom” sudah hadir di Asia sejak tahun 50-an Masehi. Kemudian diberangus oleh pasukan Portugis di abad ke15 atas perintah pejabat Roma Katolik? Ada kehilangan identitas diri bagi bangsa-bangsa Asia yang memeluk agama Barat di Asia, mereka orang Asia tetapi beragama Barat, mereka orang Asia tetapi berpikir barat, mereka orang Asia tetapi berjiwa Barat, mereka orang Asia tetapi berbudaya Barat, dll. Di manakah identitas diri kita? Bukankah ini merupakan bentuk kolonialis terselubung?
Kita patut mengacungkan jempol terhadap Negara Cina yang menolak “kebudayaan Westernisasi” dan menolak campur tangan asing dalam negaranya, karena bangsa ini tahu persis yang disebut “harga diri” dan identitas nasionalnya. Begitupun bangsabangsa Arab di Timur Tengah menolak keras “westernisasi” karena mereka tahu identitas diri mereka. Bangsa-bangsa Arab tidak pernah menolak Kekristenan, tetapi jika Kekristenan itu berasal dari bangsa-bangsa Barat maka mereka akan antikekristenan Barat, sebab Kekristenan Barat adalah pintu gerbang agen-agen Westernisasi dan kolonialisasi. Persoalannya bukan terletak pada Kebenaran Agama, tetapi ekses dibalik Kekristenan Barat itu yang menjadi masalah dikemudian hari. Bangsa-bangsa Asia akan tetap tertindas…!
Kita sebagai bangsa Asia seharusnya beragama Kristen Asia yang masih tetap eksis di muka bumi ini, yakni “Agama Nasrani” yang berasal dari Gereja Mula-mula-Yerusalem, Gereja Msheekha (Kristus) Satu-satunya di bumi. Gereja ini sudah hadir di Asia sejak zaman kuno dan sudah sempat menjadi agama umum di Asia sejak tahun 86 Masehi hingga abad ke-15, setelah agama Islam tersebar ke Asia, Agama Nasrani mulai dipreteli oleh berbagai intrik penganiayaan, kemudian oleh senjata kolonialis Portugis di KeralaIndia, di abad ke-15. Sejak itu hingga sekarang Nasrani berkembang dibawah tanah hingga abad ke-19. Di abad ke-20 terjadi pergerakan Iman Rasuliah Asli ini kembali kepermukaan di Asia dan sudah merambah ke benua Eropa dan Amerika. Agama Nasrani ini sejak masa dihimpit oleh berbagai tangan besi kekuasaan lokal, mereka selalu berganti-ganti nama demi keselamatan diri mereka. Inilah Agama satu-satunya di muka bumi yang tidak pernah berjabat tangan dan tidak pernah berkolaborasi dengan kekuasaan duniawi, prinsipnya “berikan apa yang Maran punya dan berikan apa yang kaisar punya.” Agama Nasrani Yahudi ini asli berkembang dari satu orang ke orang lain, dari desa ke desa lain dan seterusnya, Agama Sejati ini tidak pernah didukung oleh kerajaan manapun di bumi ini, justru agama ini yang paling dibenci dan dikambinghitamkan. Namun, Maran telah berjanji…”alam maut tidak akan bisa menguasainya” (Mattai 16:18). Wajah Y”shua sang Msheekha yang ada pada Nasrani adalah wajah shalom, wajah Timur dan berbudaya Timur, ekspresi Timur dan bercita rasa Timur dan Kebenaran itu datangnya dari Timur. Terang terbit dari Timur dan kegelapan datangnya dari Barat! Page 5- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO:40/GNI/A/Pel.Umum/III/2015
- Rangkuman ini dikutip dari “Christ's Solidarity with the People for New Life” (Solidaritas Kristus bersama Masyarakat bagi Hidup Baru). _________________________________
UNTUK KALANGAN SENDIRI!!! Untuk memperbanyak MATERI PENGAJARAN GNI ini dipersilahkan untuk meminta izin tertulis:
[email protected] 0813.19190730 021.70403378 www.nasraniindonesia.org
Page 6- Copyright GEREJA NASRANI INDONESIA 2015