MOTIVASI PERAWAT TERHADAP ASUHAN KEPERAWATAN DI RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU Zulkarnain STIKes Bhakti Husada Bengkulu Jl.Kinibalu 8 Kebun Tebeng Bengkulu Telp (0736) 23422 email :
[email protected] ABSTRACT One effort to improve nursing care in the hospital is to provide motivation or direction (Pre Conference) to nurse. Initial survey conducted by research hers know the motivations of nurses at RS. Dr. M. Yunus based on interviews with question naires to nurses and nursing observation showed that motivation could be quite it is known from 10 nursing status of the patients, only 3 complete nursing and other nursing 7 where documentin complete askep not be completely and implementation performance of nurses who still prefer not to carry out nursing properly or not write implementation actions that have been performed, the intervention only for administration of drugs button action. This study aims to determine the relationship of the Pre Conference with the motivation of nurses in performing nursing care in RS.Dr.M.Yunus Bengkulu. This research is a descriptive analytic cross sectional approach. The study population was all nurses in thein patient department and sampling techniques using "Accidental Sampling". The data used are primary data and secondary data question naire instrument derived from training, medical records, data fromthe fieldsof nursing and in patient. Univariate and bivariate analysis with the Chi-Square test statistic. The results show edal most half of respondents (43.8%) Pre Conference was not good and most of the respondents (51.3%) had no motivation neither. With the value of ρvalue =0.003, OR=4.531(p <0.05) pre-conference concluded that there isa relation ship with then urse work motivation. Suggested reading materiall in the library can be and to other researchers and feed in to the hospitals and nurses in improving motivation and performance through better pre conference. Keywords : motivation, nursing care PENDAHULUAN
kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan yang diberikannya berdasarkan pendekatan bio-psikososial-spiritual dan dilaksanakan selama 24 jam secara berkesinambungan (Depkes RI, 2007). Permasalahan yang sudah sejak dulu melekat pada pelayanan
Pelayanan kesehatan yang baik dan berkualitas tidak terlepas dari peran tenaga medis dan non medis, salah satu diantaranya adalah tenaga perawat. Tenaga perawat mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan
14
keperawatan adalah tugas sehari-hari perawat hanya sebagai suatu rutinitas. Perawat yang mempunyai motivasi tinggi dalam melaksanakan asuhan keperawatan mempunyai arti penting dalam upaya peningkatan mutu pelayanan. Mutu merupakan fokus sentral dari upaya pelayanan kesehatan dan kebutuhan dasar yang diperlukan bagi setiap orang (Nursalam, 2011) Masalah kinerja perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan masih belum optimal. Persepsi kinerja perawat di rumah sakit pemerintah dalam kategori baik hanya sebesar 49,5% sementara sisanya kategori kurang 50,5% dengan karakteristik populasi: latar belakang pendidikan adalah DIII keperawatan (82,5%), rata-rata lama kerja di rumah sakit lebih dari6 tahun, serta sebagian besar usia perawat adalah 27–29 tahun (usia produktif). Hal ini menunjukan bahwa rata-rata kinerja perawat di rumah sakit tersebut masih relatif rendah meskipun dengan karakteristik individu perawat yang cukup optimal dari aspek usia, pendidikan, serta alam kerja. Kinerja perawat dengan kategori baik hanya sebesar 56,9% (rumah sakit swasta) dan 44,8% (rumah sakit pemerintah) (Firdaus, 2010) Kualitas pelayanan perawat harus selalu ditingkatkan sehingga upaya pelayanan kesehatan dapat mencapai hasil yang optimal. Salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan di rumah sakit yaitu dengan memberikan motivasi atau pengarahan (Pre Conference) kepada perawat. Perawat yang termotivasi akan menghasilkan penampilan kerja yang
baik yang secara langsung berdampak pada klien sebagai penerima asuhan keperawatan (Nursalam, 2011). Motivasi dapat diukur dengan menggunakan faktor internal dan eksternal yang ada dalam pekerjaan. Teori motivasi terdiri dari dua faktor yaitu motivasi terdiri atas motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik meliputi penghargaan atau reward, tanggung jawab kerja, otonomi kerja dan kesempatan berkembang sedangkan motivasi ekstrinsik meliputi keamanan kerja, kondisi kerja, penerimaan gaji, kebijakan perusahaan, hubungan dengan rekan kerja dan hubungan dengan supervisor. Upaya untuk meningkatkan motivasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu metode secara langsung dan metode tidak langsung. Metode secara langsung dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan dan kepuasan untuk meningkatkan motivasi kerja seperti memberikan bonus, pemberian hadiah, memberikan pujian, memberikan penghargaan (sertifikat, surat keputusan), dan lain sebagainya (Purbadi, 2006) Metode tidak langsung dapat dilakukan dengan memberikan karyawan berupa fasilitas atau sarana-sarana penunjang kerja atau kelancaran tugas, misalnya memberikan ruang kerja yang nyaman, kursi kerja yang empuk, tersedianya alat komunikasi, dan sebagainya. Memberikan reward atau punishment oleh atasan kepada bawahan juga dapat dipandang sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi kerja. Hal ini memiliki kelemahan karena tidak setiap
16
pekerja mempunyai ambisi yang sama, persaingan yang berlebihan juga dapat merusak organisasi. Usaha-usaha untuk mendapatkan reward sering dianggap sebagai penekanan dan bila bawahan terlalu ditekan akan timbul frustasi, dilakukan hanya sekedar untuk menghindari hukuman, tekanan yang terlalu banyak akibatnya bawahan akan melawan bahkan sabotase dan tindakan merusak (Aswat, 2007). Peningkatan motivasi dan kepuasan kerja pegawai dapat dilakukan dengan meningkatkan hubungan antara atasan dan bawahan. Meningkatkan hubungan antara atasan dan bawahan dapat dilakukan dengan melakukan pertemuan internal (pre coference). Pre Conferencemerupakan salah satu kegiatan untuk memberikan masukan atau menuangkan ide dan penyampaian keluhan atau masalah yang dilakukan setiap hari atau seminggu sekali sebelum memulai kerja (Sulaiman, 2011). Pre Conference bertujuan untuk melakukan evaluasi apa yang dilakukan kemarin dan tindak lanjut yang harus dilakukan, mempersiapkan yang harus ditindaklanjuti hari ini dan rencana kedepannya. Pre Conference membantu menyelesaikan masalah dengan mencarikan solusi yang tepat bagi tiap masalah melalui komunikasi yang positif. Komunikasi yang positif merupakan motivasi bagi karyawan dengan menciptakan suasana yang kondusif agar rekan-rekan tidak merasakan bahwa pekerjaan yang dilakukan merupakan beban tetapi melakukan pekerjaan dengan senang hati dan tujuan akhir tercapai (PPNI, 2010).
Metode Pre Conference sebelum dikaji terhadap motivasi perawat. Perawat yang termotivasi akan menampilkan kinerja yang optimal sehingga menghasilkan penampilan kerja yang baik yang secara langsung berdampak pada klien sebagai penerima asuhan keperawatan. Melalui kegiatan Pre Conferenceyang dilakukan secara rutin dengan komunikasi yang positif dari atasan ke bawahan diharapkan akan timbul motivasi untuk bekerja dengan giat sehingga tujuan akhir tercapai (Potter & Perry, 2005). Studi pendahuluan di ketahui Pre Conference di RSUD Dr. M. Yunus mulai dilaksanakan sejak tahun 2004 dan sampai saat ini belum pernah ada evaluasi terkait dengan pelaksanaan dan hasil dari kegiatan Pre Conference tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan komite etik keperawatan RSUD Dr.M.Yunus diperoleh data bahwa permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan Pre Conference di setiap ruang keperawatan berbeda dengan prosedur yang sudah ditetapkan di RSUD Dr. M.Yunus. Pre Conference di RSUD Dr. M.Yunus sudah menjadi prosedur tetap yang dilakukan di pagi hari sebelum dimulainya pergantian tugas jaga antara shift malam ke shift pagi. Pre Conference ini dilakukan pada semua ruang rawat inap atau instalasi yang ada kaitannya dengan pelayanan keperawatan yang bertujuan tercapainya pemberian askep yang optimal dan tepat, memberikan motivasi dan reinforcement kepada staf yang dilakukan oleh kepala ruangan.
17
METODELOGI PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode penelitian ini adalah deskripsi yang bersifat analitik serta menggunakan rancangan cross sectional. Rancangan cross sectional adalah variabel independen dan dependen di observasi atau di ukur dalam waktu yang bersamaan. Dimana pada penelitian ini variabel independen adalah Pre Conference dan variabel dependennya adalah motivasi perawat (Notoatmodjo, 2010).
HASIL Analisis univariat digunakan untuk melihat gambaran tentang distribusi frekuensi dan karakteristik masing-masing variabel, data yang ditampilkan dalam bentuk tabel dan analisa secara deskriptif. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu Pre Conference dan variabel dependennya adalah motivasi kerja perawat rawat inap di RSUD. Dr. M. Yunus Provinsi Bengkulu.
Pre Conference
Tidak Baik
Motivasi Tidak Baik N % 25 71,4
Total
Baik N % 10 28,6
N 35
% 100
45
100
Baik
16
35,6
29
Total
41
51,3
39
64,4
ρ value
0,003
OR
4,531
48,8 80 100 Tabel 1 Hubungan Pre Conference Dengan Motivasi
Hasil perhitungan statistik uji Chi-square didapatkan nilai ρ value = 0,003 dimana ρ value < 0,05. Hal ini menandakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara Pre Conference dengan motivasi kerja perawat di ruang rawat inap RSUD. Dr. M. Yunus. Hasil OR= 4,531 menunjukkan bahwa Pre Conference yang tidak baik memiliki peluang sebesar 4,531 kali terhadap pengaruh motivasi kerja perawat. Hal ini menunjukkan bahwa Pre Conference memiliki pengaruh terhadap motivasi kerja perawat.
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian analisa univariat pada 80 perawat diruang rawat inap RSUD. Dr.M. Yunus Provinsi Bengkulu diperoleh 35 perawat atau hampir sebagian (43,8%) mendapatkan Pre Conference tidak baik. Hal ini berdasarkan hasil pengamatan peneliti dimana diketahui Pre Conference di RSUD. Dr. M. Yunus Prov. Bengkulu memang sudah ada prosedur tetap pelaksanaan dan terdapat komponen-komponen yang
18
harus dilakukan saat pelaksanaan kegiatan namun dalam pelaksanaanya terdapat perbedaan antara ruang perawatan yang satu dengan yang lainnya dan komponenkomponen Pre Conference ini tidak semuanya dilakukan. Adapun komponen-komponen Pre Conference terdiri dari greeting, sharing, group activity, dan news and announcement. Greeting merupakan saat dimana terdapat kesempatan untuk menyambut satu sama lain baik melalui salam maupun berjabat tangan. Sharing membutuhkan keterampilan komunikasi yang baik dan komplek seperti memfokuskan ide dan mengajukan pertanyaan yang memperluas topik. Selama kegiatan sharing, peserta Pre Conference mendengarkan dan kemudian memiliki kesempatan untuk merespon dengan pertanyaan atau komentar. Group activity merupakan aktivitas kelompok dengan berbagai kegiatan yang membantu membangun komunitas dan memungkinkan semua orang untuk berkontribusi pada tingkat mereka sendiri. Beberapa kegiatan group activity seperti mendengarkan, mengikuti petunjuk dari pimpinan, dan menerapkan penguasaan diri. News and announcement merupakan kegiatan yang dilakukan pada akhir Pre Conference, peserta mendapatkan kesempatan untuk melihat pratinjau dari kegiatan selanjutnya dan mendapatkan beberapa pengumuman dari peserta yang lain. Hal inilah yang menjadi perbedaan dari pelaksanaan kegiatan Pre Conference yang dilakukan di setiap ruang perawatan RSUD. Dr. M. Yunus Prov. Bengkulu.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Aston et al (2005) yang menyatakan bahwa beberapa perbedaan seperti antusiame dari peserta Pre Conference, kepemimpinan saat memimpin Pre Conference, dan proses komunikasi dari pimpinan yang ditandai dengan komitmen terhadap visi dan misi tim inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan Pre Conference yang dilakukan. Pre Conference tidak baik dapat ditanggulangi dengan melakukan sosialisasi ulang tentang prosedur yang sudah ditetapkan dan supervisi langsung terhadap ruang perawatan yang masih kurang sesuai. Sharing dengan ruang perawatan yang dapat menjalankan kegiatan Pre Conference dengan baik juga diperlukan sehingga timbul persepsi yang sama tentang pelaksanaan Pre Conference di semua ruang perawatan sehingga pelaksanaan kegiatan Pre Conference di RSUD. Dr. M.Yunus Prov. Bengkulu menjadi semakin baik. Hasil penelitian ini senada dengan Aston (2005) dimana Pre Conference merupakan kegiatan yang dilakukan setiap pagi di rumah sakit untuk mengevaluasi pengalaman dan persepsi anggota tim keperawatan dan medis terhadap masalah kesehatan yang terjadi pada pasien melalui komunikasi yang efektif antar anggota tim. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 80 responden, 41 perawat atau sebagian besar (51,3%) memiliki motivasi kerja yang tidak baik. Hasil pengamatan peneliti, motivasi kerja tidak baik pada peneltian ini dipengaruhi oleh karakteristik perawat itu sendiri
5
yaitu tingkat pendidikan dimana perawat di RSUD. Dr. M. Yunus terdiri dari beberapa tingkatan, ada yang SPK, DIII dan S1. Perbedaan tingkatan pendidikan ini mempengaruhi daya terima isi dari Pre Conference yang dapat mempengaruhi motivasi kerja perawat kedepannya. Lama kerja perawat juga mempengaruhi pada penelitian ini dimana perawat yang baru rasa tanggung jawabnya masih kurang atas pekerjaan yang dijalani, kurang mematuhi etika keperawatan dan tidak begitu memahami prosedur keperawatan. Hal ini sejalan dengan Sulaiman (2011), dimana peningkatan motivasi dari pimpinan ke bawahan dapat juga dilakukan dengan mengadakan pertemuan pagi secara rutin sebelum melaksanakan tugas atau pergantian shift malam ke shift pagi yaitu dengan melakukan kegiatan internal seperti Pre Conferenceatau morning report. Hasil penelitian ini senada dengan Hasibuan (2007) dimana motivasi penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktifitas kerja yang tinggi. Motivasi kerja dipengaruhi oleh faktor intrinsik yaitu meliputi keberhasilan, penghargaan, faktor pekerjaan itu sendiri, otonomi, tanggung jawab, dan kemungkinan pengembangan karier dan faktor ekstrinsik yaitu mencakup keamanan kerja, kondisi kerja, kebijakan perusahaan, gaji, status, hubungan dengan rekan kerja dan hubungan dengan supervisor. Motivasi adalah daya dorong bagi seseorang untuk memberikan
kontribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan organisasi mencapai tujuannya, dimana hal ini dapat terjadi jika tujuan pribadi anggota organisasi juga tercapai (Siagian, 2011). Hasil penelitian bivariat menunjukkan dari 80 responden, 35 perawat dengan Pre Conference tidak baik yang ditandai oleh 25 perawat atau sebagian besar (71,4%) dengan motivasi kerja tidak baik. Dari hasil pengamatan peneliti diketahui Pre Conference menjadi tidak baik dikarenakan terdapat beberapa orang komunikator dimana dalam penelitian ini yang menjadi komunikatornya adalah kepala ruangan kurang memiliki kredibilitas dan daya tarik sebagai seorang komunikator yang mampu memberikan rasa percaya dan antusiasme perawat dalam mengikuti Pre Conference yang dilaksanakan. Selain itu isi dan cara penyampaian pesan komunikator tersebut tidak menarik dan sulit dicerna oleh perawat yang mengikuti Pre Conference. Hal ini menyebabkan motivasi kerja perawat menjadi tidak baik. Adji (2011) menunjukkan bahwa tingkat pendidikan merupakan faktor yang mempunyai hubungan paling dominan dengan kinerja perawat (OR = 80,325, p < 0,05) dimana perawat yang berpendidikan SPK + DI kebidanan berpeluang mempunyai kinerja kurang baik 80,3 kali dibandingkan dengan perawat yang berpendidikan DIII keperawatan. Dan hasil penelitian Aswat (2007) menunjukkan bahwa umur memiliki hubungan yang signifikan dengan motivasi kerja dengan nilai p < 0,05. Penelitian
6
Aswat (2007) didukung hasil penelitian Handoko (2012) dimana umur antara 24 sampai dengan 35 tahun merupakan umur yang produktif kerena pertambahan umur, peningkatan umur diharapkan terjadi pertumbuhan kemampuan motorik sesuai dengan tumbuh kembangnya yang identik dengan idealisme tinggi, semangat membara dan tenaga yang prima. Pre Conference meningkatkan motivasi kerja perawat secara signifikan (p = 0,003 dan OR 4,531dengan p < 0,05). Hasil ini sesuai dengan penelitian Cinantya (2010) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti antara kegiatan Pre Conference dengan motivasi kerja perawat dengan nilai (r=0,597, p < 0,05). Aston (2005) menjelaskan bahwa melalui kegiatan Pre Conference seperti diskusi antar perawat dan tenaga kesehatan lainnya dapat meningkatkan pengalaman pribadi dan profesionalisme dalam bekerja yang nantinya mengarah pada kesehatan pasien. Pre Conference berdampak positif terhadap peningkatan motivasi kerja perawat di RSUD Dr. M.Yunus Prov. Bengkulu. Upaya untuk terus meningkatkan motivasi kerja diperlukan agar hasil yang sudah baik tidak menurun suatu saat nanti. Sistim penghargaan perlu dilakukan sebagi upaya peningkatan motivasi misalkan memberikan hadiah kepada perawat yang berprestasi, memberikan rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal, ikut serta dalam workshop atau seminar kesehatan di institusi pendidikan agar
pengetahuan dan keterampilan menjadi bertambah yang berdampak pula pada informasi yang disampaikan saat Pre Conference. Hasil penelitian ini sesuai dengan penyataan Aston et al (2005) bahwa secara keseluruhan dari Pre Conference yang dilakukan di rumah sakit ini untuk meningkatkan pengalaman pribadi dan profesionalisme yang mengarah pada pelayanan kesehatan pasien sehingga secara otomatis Pre Conference di RSUD. Dr. M. Yunus Prov. Bengkulu berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja perawat. Upaya peningkatan Pre Conference ini perlu dilakukan yaitu dengan mengikuti seiring perkembangan ilmu pengetahuan yang ada yaitu dengan mengikuti workshop, pelatihan, seminar oleh pakar kesehatan serta melalui pendidikan formal. Hal diharapkan dapat meningkatkan otonomi kerja dan tanggung jawab kerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan seiring dengan pengetahuan yang didapat dari workshop, seminar, dan pendidikan formal. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Ada hubungan antara Pre Conference dengan motivasi kerja perawat di RSUD. Dr. M.Yunus Bengkulu berpengaruh signifikan. SARAN Kepada pihak Rumah Sakit hendaknya meningkatkan kinerja perawat dimana dalam hal ini adalah
7
motivasi kerja perawat dengan melaksanakan Pre Conference lebih baik lagi. Bagi Responden Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi perawat mengenai pelaksanaan Pre Conference dan motivasi kerja perawat sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja dalam memberikan asuhan keperawatan di rumah sakit.
Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Handoko. 2012. Motivasi daya penggerak tingkah laku. Yogyakarta. Kanisius. Hasibuan. 2007. Organisasi & motivasi (Dasar peningkatan produktivitas). Jakarta . PT Bumi Aksara. Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam. 2011. Proses dan dokumentasi keperawatan: Konsep dan praktik. Jakarta: Salemba Medika. PPNI. 2010. Standar profesi dan kode etik perawat Indonesia. Jakarta : PPNI Purbadi. 2006. Analisis faktor lingkungan dan individu yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja perawat (studi kasus instalasi rawat inap Rumah sakit Annisa Cikarang). Tesis Institut Teknologi Bandung. Potter. 2005. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4. Alih Bahasa: Yasmin Asih dkk; Editor: Devi Yuliani, Monica Ester. Jakarta: EGC. Siagian. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara Sulaiman, A. 2011. Analisis differensiasi kepuasan kerja melalui hierarki kebutuhan maslow (studi kasus pegawai negeri sipil dan non pegawai negeri sipil rumah sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor).
DAFTAR PUSTAKA Adji. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja perawt di ruang rawat inap RSU Raden Mattaher Jambi tahun 2002. Tesis Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, tidak dipublikasikan. Aston, 2005. Faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja perawat di unit rawat inap RSUD Puri Husada Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Riau. Aswat, B. 2007. Faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja perawat di unit rawat inap RSUD Puri Husada Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Riau. Tesis Program Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depkes RI, 2007. Indikator Kinerja Rumah Sakit, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Jakarta. Firdaus. 2010. Analisis komparatif kinerja perawat ruang rawat inap di RS swasta (suaka insani) dan RS pemerintah (Ulin) kota Banjarmasin. Tesis Program
8