MOTIVASI BEKERJA PADA CHEF PRIA Kirana Faradita Fakultas Psikologi, Universitas Ahmad Dahlan Jalan kapas no 9 Semaki, Yogyakarta ABSTRACT This study aims to find the motivation to work on male chef. This study was conducted in Jakarta. Respondents in the study were two men who worked in the culinary field in Jakarta. The research method that was used is a qualitative research method with the type of case study. Data was collected by semistructured interviews and observations with the respondents. The results showed that the respondents have a high motivation to be a chef. The interest of the respondent to be chef there since childhood as a hobby cook and cook often see family members. Growing both more serious and learn more about the culinary world with the path in vocational education and hospitality majors diploma cookery. After graduation they worked as a chef at one of the food companies in Jakarta. Opportunities as chef considerable and substantial income to be one of the factors that influence both the desire to work as a chef. Keywords : work motivation and chef.
ABSTRAK Belakangan istilah chef semakin populer karena semakin banyaknya peluang pekerjaan dan banyaknya tayangan-tayangan yang memperlihatkan keahlian chef dalam memasak. Chef merupakan pekerjaan sebagai juru masak dan pekerjaan ini kebanyakan didominasi oleh pria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi bekerja pada chef pria. Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta. Responden dalam penelitian ini adalah dua pria yang bekerja di bidang kuliner di Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan tipe studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara semi terstruktur dan hasil observasi terhadap responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para responden memiliki motivasi yang tinggi untuk bisa menjadi chef. Ketertarikan atau minat responden menjadi chef sudah ada sejak kecil karena hobi memasak dan sering melihat anggota keluarga memasak. Beranjak dewasa keduanya lebih serius dan belajar lebih banyak tentang dunia kuliner dengan menempuh jalur pendidikan di SMK dan D3 perhotelan jurusan tata boga. Setelah lulus keduanya bekerja sebagai chef di salah satu perusahaan makanan di Jakarta. Peluang pekerejaan sebagai chef yang cukup banyak dan penghasilan yang cukup
besar menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keinginan kedua bekerja sebagai chef. Kata Kunci : Motivasi Bekerja, Chef Pria. PENDAHULUAN Setiap manusia pastilah mempunyai keinginan untuk maju dan mengembangkan kemampuan mereka disegala bidang yang mereka tekuni. Dalam setiap pekerjaan yang dilakukan membutuhkan motivasi dikarenakan setiap pekerjaan yang dilakukan membutuhkan ketrampilan dan kemampuan. Motivasi menjadi faktor penting yang ada pada diri setiap orang, mulai dari memotivasi diri mereka sendiri maupun memotivasi orang lain. Setiap orang harus memiliki motivasi dalam bekerja untuk dapat mencapai suatu keberhasilan dan tujuan tertentu (Gomes, dalam Anoraga, 2005). Pada umumnya memasak merupakan perkerjaan yang sering dilakukan oleh wanita atau ibu rumah tangga. Namun kini tidak jarang kita liat ada pria yang memasak tidak hanya memasak untuk diri sendiri tapi ada juga yang sudah menjadikan memasak sebagai suatu profesi. Keahlian di bidang memasak sering di sebut dengan chef atau juru masak. Kata ‘chef‘ berasal dari istilah dalam bahasa Perancis chef de cuisine yang berarti kitchen director atau orang yang mengepalai dapur (Ulung, 2010). Seorang chef mengatur segala sesuatu yang terjadi di dapur mulai dari penentuan menu, kreasi masakan, pemilihan bahanbahan, persiapan memasak, hingga hasil akhir masakan dengan standart yang tinggi. Pekerjaan sabagai chef banyak dilakukan oleh pria walaupun pada umumnya wanita atau ibu rumah tangga yang sering memasak dirumah. Banyak pria yang menekuni pekerjaan sebagai chef di restoran, hotel berbintang, maupun di perusahan-perusahan ternama. Zaman seperti sekarang ini semakin banyak pria yang menekunin pekerjaan sebagai chef atau juru masak. Bekerja menjadi chef khususnya bagi seorang pria pasti tidak mudah, banyak anggapan yang memandang sebelah mata pekerjaan sebagai chef atau juru masak karena dianggap pekerjaan yang sepele dan pekerjaan sebagai chef tidak jauh berbeda dengan pekerjaan memasak yang biasa dilakukan oleh wanita atau ibu rumah tangga, namun kenyataannya pekerjaan sebagai chef banyak ditekuni oleh pria. Chef atau tukang masak pria yang lebih mendominasi untuk bekerja dibidang kuliner ini dapat kita lihat tidak hanya direstoran dan perhotelan, namun pedagang makanan kaki lima pun kebanyakan yang memasak adalah pria. Dunia kuliner memang tidak bisa dipisahkan dari sosok seorang chef yang memasak dengan keahlian dan kreativitas dalam memasak dan menyajikan makanan. Zaman sekarang ini semakin banyak pria yang memilih bekerja sebagai chef. Meskipun demikian kegiatan memasak di rumah tetap di lakukan oleh wanita. Pada umumnya wanitalah yang memasak di dapur sebagai ibu rumah tangga, namun seiring dengan perkembangan zaman dan pola berfikir yang semakin modern memasak tidak hanya menjadi kegiatan untuk menyiapkan hidangan di rumah tetapi menjadi kegiatan menyajikan hidangan bagi para tamu
di hotel dan restoran-restoran. Banyak hotel dan restoran memperkerjakan juru masak profesional atau chef untuk menyajikan dan menyiapkan hidangan bagi para tamu. Masakan yang disajikan tidak hanya masakan tradisonal tetapi juga masakan western. Disamping itu motivasi bekerja bagi sejumlah orang pada umumnya mencakup rasa aman dan penghasilan yang layak. Herzberg (Winoto, 2008) mengatakan suatu teori motivasi kerja yang didasarkan pada asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan kebutuhan-kebutuhan. Selain itu ada beberapa aspek yang berpengaruh terhadap motivasi bekerja pada individu, diantaranya rasa aman dalam bekerja, mendapatkan penghargaan atas prestasi kerja dan perlakuan yang adil. Pada dasarnya motivasi individu bekerja dapat memacu kreatifitas dan ketrampilannya di bidang yang di tekuninya. Hal ini akan meningkatkan kinerja di setiap pekerjaan yang dilakukan dan akan berdampak dengan kemajuan skill pada individu tersebut. Dengan demikian permasalahan yang dapat disimpulkan dari uraian diatas, bahwa motivasi bekerja pada seseorang dapat berpengaruh pada hasil pekerjaan yang dilakukan, ada yang bermula dari hobi menjadi pekerjaan yang mampu menghasilkan uang dan ada juga yang berkeinginan untuk membuktikan bahwa pria juga bisa memasak dan menjadi chef yang profesional dengan bekerja di hotel, restoran dan perusahanan atau adanya keinginan menjadi chef karena ingin bisa memasak dan yang tidak hanya sekedar bisa menikamti makanan, tetapi juga bisa memasak dengan tahu bagaimana proses membuat dan mengolah makanan untuk disajikan menjadi hidangan yang menarik dan bisa dinikmati. Pengertian Motivasi Bekerja Motivasi berasal dari kata dalam bahasa latin yaitu “movere” yang berarti bergerak atau “to move” yang artinya berpindah (Winoto, 2008). Bergerak atau berpindah merupakan salah satu kegiatan setiap individu untuk melakukan aktivitas. Dalam keseharian banyak aktivitas yang bisa dilakukan individu di dalam dan diluar ruangan sesuai dengan jenis pekerjaan yang dijalani. Motif diartikan sebagai suatu kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang menyebabkan organisme itu bertindak yang atau berbuat (Walgito, 2004). Dorongan ini tertuju kepada suatu tujuan tertentu, misalnya melakukan aktivitas untuk mendapatkan hasil dari pekerjaan yang dilakukan, namun ada pula perbuatan yang tidak didorong oleh motif, dimana perbuatan itu berlangsung secara otomatis. Purwanto (2002) menyebutkan fungsi dari motif adalah sebagai berikut: a. Motif itu mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Motif itu berfungsi sebagai penggerak atau motor pendorong yang memberikan energi (kekuatan) pada seseorang untuk melakukan suatu tugas. b. Motif itu menentukan arah perbuatan, yakni kearah perwujudan suatu tujuan atau cita–cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu. Semakin jelas tujuan itu, semakin jelas pula terbentangnya jalan yang harus ditempuh.
c. Motif itu menyeleksi perbuatan, artinya motif itu menentukan perbuatan– perbuatan mana yang harus dilakukan guna mencapai tujuan itu dengan mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu. Menurut Martoyo (2006), motivasi bekerja adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat bekerja atau kata lain dorongan semangat bekerja. Motivasi dan bekerja merupakan dua hal yang saling berkaitan. Motivasi merupakan dorongan dalam melakukan setiap kegiatan bekerja, dikarenakan tanpa motivasi seseorang tidak akan melakukan kegiatan bekerja. Winoto (2008) menyatakan motivasi kerja didefinisikan sebagai suatu kondisi yang mempengaruhi dorongan, arahan, dan pemeliharaan tingkah laku yang relevan dalam situasi pekerjaan. Dapat dilihat dari pengertian diatas bahwa dorongan dalam melakukan setiap pekerjaan mutlak di butuhkan setiap individu ini di karenakan tanpa dorongan dan motivasi individu tidak akan melakukan pekerjaan seperti yang di inginkan dan mendapatkan hasil yang maksimal. Adanya motivasi dalam bekerja bagi setiap individu dimaksudkan untuk meningkatkan hasil dari pekerjaan yang di lakukan. Macam-macam Motivasi Manusia sebagai makhluk hidup yang bersifat dinamis, senantiasa berbuat melakukan atau berkegiatan. Kegiatan tersebut ada kalanya karena pengaruh dari luar, ada pula karena dorongan dari dalam individu sendiri. Inilah yang dikatakan bahwa individu tersebut mempunyai motivasi atau dorongan. Menurut Sardiman (2001) motivasi ada 2 bentuk yaitu: a. Motivasi intrinsic, adalah motif–motif yang menjadi aktif atau berfungsi tanpa adanya rangsangan dari luar diri individu, karena di dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik merupakan faktor yang berasal dalam diri individu. Minat dan kemampuan individu terhadap suatu bidang, keinginan untuk berprestasi serta keuletan dapat dikatakan sebagai faktor dari dalam diri individu yang mempengaruhi motivasi intrinsik. b. Motivasi Estrinsik, adalah motif–motif yang aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan dari luar. Pengertian Chef Chef atau juru masak sering kita jumpai di restoran-restoran ternama, hotel-hotel berbintang maupun di perusahan bertaraf internasional. Pekerjaan sebagai chef membutuhkan keahlian dalam bidang kuliner atau memasak. Kebanyakan yang menggeluti pekerjaan ini yaitu pria, ini di karenakan pria lebih dapat konsisten dalam meracik masakan terutama untuk rasa masakan itu sendiri. Kata ‘chef‘ sendiri berasal dari istilah dalam bahasa Perancis chef de cuisine yang berarti kitchen director atau orang yang mengepalai dapur (Ulung, 2010). Melihat definisi chef adalah seseorang yang memasak secara profesional, dalam artian luar chef tidak hanya bisa memasak namun juga bertanggung jawab atas penataan dan manajeman kerja di dapur. Seorang chef mengatur segala sesuatu yang terjadi di dapur. Dari penentuan menu, kreasi masakan, pemilihan
bahan-bahan, persiapan memasak, hingga hasil akhir masakan dengan cita rasa yang berkualitas. Dalam pengertiannya chef yaitu orang yang bertugas memasak sebagai juru masak untuk mengolah suatu masakan dengan keahlian dan kreatifitas dalam memasak dan menyajiakan suatu hidangan masakan dengan cita rasa masakan yang berkualitas, pekerjaan sebagai chef banyak ditemui di restoran, hotel-hotel berbintang dan diperusahaan sebagai konsultan kuliner. Tugas-tugas Chef Menurut Ulung (2010) ada beberapa kriteria chef untuk membagi tugas dalam pekerjaan memasak yaitu : a. cook helper atau kitchen assistants yang membantu menyediakan bahan-bahan masakan. b. commis yang kerjanya hampir sama dengan kitchen assistants, tapi posisinya lebih tinggi. Setelah itu ada demi chef dan chef de partie, yang mirip supervisor, mengawasi kerja anak buah sambil turun langsung bekerja, tapi juga memberi laporan ke atas. c. sous chef yang bertanggung jawab pada resep-resep. d. executive chef yang bertanggung jawab pada semua urusan di dapur. Jasa seorang chef banyak digunakan di hotel-hotel maupun di restoranrestoran untuk menyiapkan hidangan dan meracik menu masakan baru untuk variasi menu masakan yang tidak hanya itu-itu saja. Keahlian seorang chef juga dibutuhkan demi mengembangkan dunia kuliner dengan menciptakan masakanmasakan baru dengan cita rasa yang tinggi. Namun tidak jarang ada chef yang bekerja di perusahan. Motivasi Menjadi Chef Pria Bekerja merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Aktivitas bekerja dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan guna memenuhi kebutuhan khususnya kebutuhan fisiologis. Dalam melakukan aktivitas bekerja setiap individu membutuhkan motivasi untuk tetap semangat dalam melakukan pekerjaan. Robbins (2003) mendefinisikan motivasi sebagai proses yang ikut menentukan intensitas, arah, dan ketekunan individu dalam usaha. Motivasi kerja adalah segala sesuatu yang menimbulkan gairah, hasrat, keinginan dan energi dari dalam diri seseorang yang mempengaruhi dan mengarahkan serta memelihara perilakunya untuk mencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan lingkup kerja (Mansyur & Lukman, 2005). Menurut kebutuhan diri sendiri atau kebutuhan umum, maka dapat dikatakan bahwa orang bekerja itu untuk mempertahankan eksistensi diri sendiri dan keluarganya. Pada umumnya alasan pria bekerja dilatarbelakangi oleh posisinya sebagai tulang punggung bagi keluarga. Berkaitan dengan hal tersebut bekerja bagi pria merupakan aktivitas yang tujuan utamanya adalah memnuhi kebutuhan sehari-hari keluarga. Tuntutan dan harapan terhadap kedudukan pria dalam keluarga menyebabkan pria memiliki motivasi yang tinggi di setiap pekerjaan yang dilakukan. Hal ini sejalan dengan pendapat Herzberg (Winoto, 2008) yang mengusulkan suatu teori motivasi bekerja yang didasarkan pada asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan kebutuhan-kebutuhan tertentu. Pekerjaan bagi setiap
individu merupakan kebutuhan dalam memenuhi kegiatan namun bagi pria, bekerja merupakan kegiatan dalam mendapatkan hasil dalam artian bekerja untuk memenuhi kebutuhan dan kewajiban dalam mencari nafkah bagi yang sudah berkeluarga. Arifin, dkk (2003) menyatakan bahwa motivasi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu input dan konteks pekerjaan. Input individu meliputi kemampuan, pengetahuan, watak, emosi dan suasana hati. Sedangkan konteks pekerjaan mencakup lingkungan fisik, rancangan tugas dan budaya. Dari pengertian diatas dapat dilihat bahwa dalam menumbuhkan motivasi bekerja setiap individu tidak hanya dilihat input individu melainkan juga rancangan tugas dan budaya yang terkandung didalam kegiatan bekerja itu sendiri. Hambatan-hambatan Selama menjadi Chef Bekerja sebagai chef tidak semudah yang dibayangkan kebanyakan orang. Bekerja sebagai chef juga ada tahapannya, orang yang baru saja lulus menempuh pendidikan dibidang kuliner belum tentu bisa langsung bekerja sebagai chef dan memasak di restoran, hotel dan perusahan, biasanya mereka akan memulainya dari nol dengan melakukan tugas memotong sayuran atau mencuci piring. Menurut Pambudi (2011) chef adalah profesi yang membutuhkan proses untuk pencapaiannya bahkan bisa puluhan tahun untuk mencapainnya. Menjalankan pekerjaan sebagai chef lebih banyak menghabiskan waktunya di dapur untuk mengolah dan menyajikan menu masakan bagi pelanggan. Dapur merupakan ruang kerja bagi chef untuk memasak, dapur sebagai tempat bekerja para chef tidak seperti dapur di rumah pada umumnya. Melakukan aktifitas seharihari di dapur tidaklah mudah, banyak kendala yang harus dihadapi mulai dari panasnya ruang hingga bau berbagai jenis masakan yang bercampur serta sirkulasi udara yang kurang baik bisa membuat dapur terasa panas dan pengap. Kondisi dapur wajib menjadi perhatian utama sebagai tempat kerja chef dengan mobilitas yang tinggi untuk ditata lebih efisien dan penempatan peralatan memasak yang mudah untuk dijangkau. Selain itu dibutuhkan tenaga dan stamina yang baik karena memasak di industri jauh berbeda dengan memasak di rumah karena mobilitas tinggi, ketepatan waktu, serta kemampuan menaklukkan peralatan di dapur profesional yang beratnya bisa sampai pulihan kilo merupakan beberapa hal yang harus dihadapi setiap harinya (Ulung, 2010). Pemilihan bahan-bahan dasar untuk mengolah masakan juga wajib di perhatikan karena pemilihan bahan yang baik dapat mempengaruhi cita rasa setiap masakan yang diolah. Bahan-bahan yang digunakan haruslah dalam kondisi yang baik tidak rusak ataupun busuk. Selain itu ruang tempat penyimpanan bahan masakan harus dijaga suhunya agar bahan masakan yang disimpan tetap dalam kondisi baik dan tidak rusak. Pekerjaan sebagai chef juga rawan dengan insiden atau kecelakan yang terjadi secara tidak sengaja misalkan saja terkena tumpahan minyak panas dan luka bakar karena tersambar api. Oleh karena itu chef diwajibkan menggunakan pakaian khusus untuk mencegah terjadi kecelakan serius di tempat kerja. Selain itu jika tangan chef terluka sebaiknya menggunakan perban dengan warna biru ini
dimaksudkan jika terjatuh ke dalam masakan dapat mudah terlihat dan diidentifikasi. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah observasi dan wawancara, yaitu : 1. Wawancara Metode wawancara yang di gunakan adalah wawancara semi terstruktur, yaitu suatu jenis wawancara yang pelaksanaannya ada guide, ada pedoman tetapi pertanyaan yang akan ditanyakan secara semu yaitu disesuaikan dengan kondisi (Moelong, 2005). Hasil dari wawancara tersebut merupakan suatu peleporan subyektif tentang seseorang terhadap lingkungannya dan terhadap dirinya sendiri. Teknik wawancara juga mempelajari atau memperoleh sesuatu hal, dimana salah satu akan menjadi pengendali dalam percakapan (pewawancara), dan yang lainnya sebagai sumber yang menjadi informan. 2. Observasi Observasi dilakukan untuk mengevaluasi hasil dari wawancara dengan tujuan agar hasil yang didapatkan sesuai dengan jawaban dan perilaku-perilaku yang ditunjukan. Kegiatan observasi diartikan sebagai kegiatan dengan melakukan pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan ( Sarwono, 2006). Selain itu juga observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengungkap informasi yang mungkin tidak bisa didapatkan dari proses wawancara. Metode observasi dilakukan bersamaan dengan wawancara mengingat kedua metode ini saling mendukung dalam mendapatkan data yang diingat. Metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi juga dapat mengungkap data yang bersifat non verbal, antara lain seperti ekspresi wajah, gerak tubuh, volume atau intonasi suara responden dan kondisi responden dalam kesehariannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pekerjaan sebagai chef dipilih kedua subyek dikarenakan sudah lama tertarik dan berkeinginan terjun didunia kuliner. Hobi memasak sejak kecil dan terbiasa melihat anggota keluarga memasak membuat kedua subyek ingin belajar dan bekerja dibidang kuliner. Juru masak atau chef dinilai merupakan pekerjaan yang cukup menyenangkan dan sangat menantang bagi kedua subyek ini dikarenakan perkerjaan yang tidak ada batasannya justru membuat kedua subyek tertantang untuk terus berkreasi, berinovasi dan terus berkreatifitas tanpa batas, semua ide dan kreatifitas yang kedua subyek miliki dapat diwujudkan dengan berekspresi menciptakan menu masakan yang baru.
Selain itu pandangan kedua subyek tentang chef yaitu merupakan suatu profesi pekerjaan yang keren dan masih jarang peminatnya diwaktu itu. Daya tarik bekerja dibidang kuliner semakin besar disaat kedua subyek menempuh pendidikan dan masih sedikit minat terhadap dunia kuliner saat itu menjadikan peluang yang besar bagi kedua subyek untuk bisa mendapatkan pekerjaan sebagai chef yang masih jarang peminatnya dan drngan penghasilan chef yang dinilai cukup besar. Bekerja sebagai chef banyak menghabiskan waktunya di dapur karena dapur merupakan ruang kerja bagi chef untuk mengolah berbagai jenis makanan. Aktivitas kerja didapur yang tinggi dapat menyebabkan sirkulasi udara tidak berfungsi dengan baik hingga menyebabkan ruangan menjadi panas dan pengap akibat terperangkapnya udara dalam ruang yang tidak tersaring keluar melalui ventilasi atau alat penyaring udara. Buruknya sirkulasi udara didapur dapat mempengaruhi kinerja chef karena dapat menyebabkan batuk-batuk, bersin-bersin dan berkeringat. Selain itu tuntutan jam kerja yang mengharuskan chef memasak setiap saat bisa berakibat buruk bagi kesehatan dikarenakan kurangnya waktu istirahat. Pekerjaan memasak bagi chef mungkin hal yang biasa dilakukan tetapi banyaknya jenis masakan yang dimasak dengan kerterbatasan waktu mengharuskan berkerja dengan cepat, mulai dengan menyiapkan bahan, peralatan masak hingga proses memasaknya. Waktu yang terbatas dan kurang hati-hati bisa menyebabkan terjadi hal yang tidak diinginkan seperti jari terpotong oleh pisau, terkena minyak panas dan kulit terbakar karena bersentuhan dengan api atau peralatan memasak yang sudah dipanaskan. Kecelakaan kerja seperti itu juga bisa berakibat tidak fokus dengan apa yang sedang dikerjakan hingga membuat pekerjaan menjadi lebih lama dan masakan yang di masak tidak tepat waktu dalam penyajiannya. Komunikasi yang kurang dan ada permasalahan di lingkungan kerja juga menjadi salah satu penghambat aktivitas kerja di dapur. Ruang dapur yang terlalu bising dengan aktivitas memasak dan bunyi-bunyi peralatan memasak bisa menjadi penghambat dalam komunikasi dengan rekan kerja karena suara subyek terhalang oleh bunyi-bunyi peralatan memasak. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan motivasi yang mendorong individu untuk menjadi chef terdiri dari motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari diri individu meliputi minat yang tinggi pada dunia kuliner, pendidikan di dunia kuliner, keinginan untuk berkreasi dan mengembangkan diri di dunia kuliner dan pekerjaan sebagai chef dinilai cukup menantang dan fleksibel. Motivasi ekstrinsik yaitu adanya rangsangan dari luar meliputi jenjang karir sebagai chef yang menari dan penghasilan yang cukup besar. Hambatan yang terjadi meliputi hambatan intrinsik dan ekstrinsik. Hambatan intrinsik meliputi suasana hati, kecermatan dan ketelitian dalam
bekerja, kemampuan untuk menguasai ruang kerja dan daya tahan tubuh yang menurun akibat pekerjaan yang menguras tenaga. Hambatan ekstrinsik meliputi kurangnya komunikasi dengan atasan dan rekan kerja, kondisi dapur yang bising dan banyaknya aktivitas yang dilakukan, buruknya manajeman waktu karena tuntutan kerja yang tinggi, bahan atau materi pekerjaan yang tidak sesuai dan tidak layak digunakan, dan kecelakaan kerja yang terjadi akibat faktor kelalaian. Pustaka Acuan Anoraga, P. (2005). Psikologi kerja. Jakarta: Rineka Cipta. Arifin, R. Amirullah & Fauriah, S. (2003). Perilaku organisasi. Malang: Bayumedia. Mansyur, Y. A & Lukman. (2005). Pengambilan keputusan dalam organisasi ditinjau dari motivasi kerja dan tingkat pendidikan. Jurnal Intelektual. Vol.3.no.1 Martoyo, S. (2006). Manajemen sumber daya manusia. Yogjakarta: Andi Offset. Moelong, Lexy. J. (2005). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Pambudi, N. 2011. http://mirepoix-nadhisa.blogspot.com/2011/07/chef.html Purwanto, M. (2002). Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Robbins, P. (2003). Perilaku organisasi. (terjemahan). Jakarta: Gramedia. Sardiman, A. M. (2007). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Ulung, G. (2010). How to be a chef. Jakarta: Gramedia. Walgito, B. (2004). Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: Andi Offset Winoto, P. & Graito, I. (2008). Analisis interaksi motivasi kerja karyawan perusahaan keluarga X dan kepemimpinan generasi penerus yang dipersiapkan karyawan. Jurnal Psikologi Sosial. Depok: LPSP3.