Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009 “Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi” ISBN No. 978-979-98808-2-6
PEMILIHAN ALTERNATIF PERBAIKAN KINERJA LINGKUNGAN SEKTOR INDUSTRI POTENSIAL DI JAWA TIMUR DENGAN METODE ECONOMIC INPUT-OUTPUT LIFE-CYCLE ASSESSMENT (EIO-LCA) DAN ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP)
Moses L. Singgih , Evanindya Hennytasari, Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email:
[email protected] ,
[email protected] ;
Abstrak Sektor industri merupakan sektor yang mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perekonomian dan lingkungan. Sektor industri di Jawa Timur adalah sektor yang menyumbangkan output terbesar bagi perekonomian Jawa Timur. Output yang besar tentu saja diikuti dengan pemakaian sumber daya alam dan pembuangan ke lingkungan yang besar pula. Penelitian ini menggunakan keterkaitan antarsektor untuk menentukan sektor industri potensial di Jawa Timur. Untuk mengetahui dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh sektor industri potensial selama siklus hidupnya digunakan metode EIO-LCA. Selain itu, juga menggunakan metode ANP untuk memilih alternatif perbaikan yang digunakan untuk mengurangi dampak lingkungan dari siklus sektor industri potensial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sektor industri potensial adalah sektor kertas dan karton serta sektor industri barang dari logam. Kategori dampak ecotoxicity water acute merupakan kontributor terbesar dari total dampak lingkungan, dan juga sektor industri minyak dan gas bumi merupakan kontributor proses terbesar untuk sektor industri potensial. Rekomendasi perbaikan untuk mengurangi dampak ecotoxicity water acute dari unit proses minyak dan gas bumi adalah pollution prevention and control. Kata kunci: Alternatif Perbaikan Kinerja Lingkungan, Analytic Network Process, Economic Input-Output Life-Cycle Assessment, Sektor Industri Potensial Jawa Timur.
103
Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009 “Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi” ISBN No. 978-979-98808-2-6
1.
(BOD) dalam air harusnya tidak boleh melebihi 2 mg/liter, tetapi konsentrat BOD di Kali Surabaya justru mencapai 5 mg/liter. Sedangkan limbah cair industri yang dibuang ke Kali Surabaya yang berasal dari 48 industri memiliki beban BOD 74,48 ton/hari. Secara fisik, daya tampung untuk limbah yang masuk ke Kali Surabaya yakni 60 ton/hari. Pertumbuhan industri yang sangat pesat berpotensi menjadi penyebab terakumulasinya limbah cair di lingkungan. Limbah cair yang belum dikelola dengan baik menyebabkan kualitas lingkungan perairan sungai atau sumber air menurun. Kemajuan industrialisasi yang tidak diiringi dengan penerapan teknologi bersih akan memberikan dampak negatif pada lingkungan. Untuk mengatasi berbagai isu lingkungan, sektor industri harus melakukan penilaian untuk mengukur kinerja lingkungannya dengan cara menganalisa dampak lingkungan sepanjang siklus dari sektor industri tersebut, mulai dari pengambilan sumber daya alam sampai pembuangan akhir. Dari analisa dampak lingkungan tersebut bisa direkomendasikan alternatif untuk mengurangi dampak lingkungan di sepanjang siklus dari sektor industri di Jawa Timur.
Pendahuluan
Kepedulian pada lingkungan hidup termasuk tantangan global, tidak hanya menyoroti masalah pencemaran saja yang diakibatkan dari proses produksi dan pembuangan produk, tetapi juga dampak lingkungan di sepanjang siklus dari produk, jasa, maupun sektor perekonomian. Banyak pakar sepakat bahwa untuk benar-benar memahami dampak lingkungan dari, seluruh siklus produk, jasa maupun sektor perekonomian tersebut harus dievaluasi secara seksama. Inilah yang disebut sebagai Life-Cycle Assessment (LCA). LCA secara umum merupakan metode untuk mengidentifikasikan dan menghitung penggunaan energi, penggunaan sumber daya alam, dan pembuangan pada lingkungan, serta mengevaluasi dan menerapkan kemungkinan perbaikan lingkungan. Dampak-dampak lingkungan yang diakibatkan oleh proses produksi suatu produk, jasa maupun sektor perekonomian dengan berjalannya waktu dapat dikompensasi atau diimbangi dengan usia pakai yang panjang, manfaat yang besar dari digunakannya produk, jasa maupun sektor perekonomian tersebut serta dampak lingkungan yang rendah atas penggunaannya. Propinsi Jawa Timur termasuk salah satu sentra industri di Indonesia. Sektor industri merupakan sektor yang mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perekonomian dan lingkungan. Berdasarkan tabel input-output Jawa Timur tahun 2006, sektor industri merupakan sektor yang menyumbangkan output terbesar bagi perekonomian, yaitu 30% dari total output di Jawa Timur. Output yang besar tentu saja diikuti dengan pemakaian sumber daya alam, pemakaian energi, dan pembuangan ke lingkungan yang besar pula. Sektor industri turut menyumbang 30% pencemaran air melalui limbah cair ke sungai. Kualitas air Kali Surabaya sudah tidak lagi memenuhi baku mutu air dimana kandungan Biological Oxigen Demand
2.
Penelaahan Studi
1.1 Analisa Input-Output Nazara (1997) dan Millier et al. (1985) menyatakan bahwa analisis input-output merupakan usaha untuk memasukkan fenomena keseimbangan umum dalam analisis empiris sisi produksi. Keseimbangan didasarkan arus transaksi antarpelaku perekonomian. Tabel input-output menyediakan sebuah kerangka yang baik untuk mengukur dan menelusuri aliran interindustri dari input dan output diantara beberapa sektor dalam perekonomian (Miller et. al., 1985)
Tabel 1. Kerangka Tabel Input-Output
104
Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009 “Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi” ISBN No. 978-979-98808-2-6
2
Alokasi output secara keseluruhan dituliskan pada persamaan (1) n
¦x j 1
ij
Fi
Xi Mi
vi
untuk i = 1,2.......... (6)
(1) Apabila aij = xij/Xj (aij = koefisien teknologi) atau xij = aijXj, maka persamaan (1) dapat disubstitusikan menjadi persamaan (2).
dimana: TBLj = total backward linkage untuk sektor j bij = elemen matriks kebalikan Leontief baris ke i, kolom ke j TFLi = total forward linkage untuk sektor i = elemen matriks kebalikan Leontief baris bij ke i, kolom ke j = koefisien variasi backward linkage vj untuk sektor j = koefisien variasi forward linkage untuk vi sektor i n = jumlah sektor Sektor unggulan didefinisikan sebagai sektor yang memiliki TBLj dan TFLi melebihi satu satuan, serta vj dan vi relatif rendah.
X = (I í A)í1 F ............ (2)
(I í A) X = F atau 1.1.1
Analisis Sektor Potensial Identifikasi sektor potensial (key sektor) didasarkan atas besarnya keterkaitan antarsektor baik ke depan atau ke belakang dan ditunjukkan oleh koefisien variasi dari masingmasing sektor (BPS, 2007). Analisis mengenai keterkaitan antarindustri (interindustrial linkage analysis) pada dasarnya melihat dampak terhadap output dan kenyataan bahwa pada dasarnya sektor-sektor industri dalam perekonomian tersebut saling mempengaruhi (Amir dkk., 2005). Backward linkage digunakan untuk melihat keterkaitan antara suatu sektor dengan sektor input yang telah digunakan dalam proses produksi (Amir dkk., 2005).
1.2 Life-Cycle Assessment (LCA) LCA merupakan evaluasi dari dampak teknologi, ekonomi dan lingkungan yang relevan dari proses, produk atau sektor perekonomian sepanjang siklus hidup (Schempf, 1999 dan Curran, 1996).
n
TBL j
¦b 1
ij
i 1 n
1.2.1
Fase-Fase dalam LCA Empat fase dalam konsep LCA menurut standar ISO 14040 adalah sebagai berikut (Marriott, 2007): 1. Goal and Scope Definition Fase ini bertujuan untuk memformulasikan dan mendeskripsikan tujuan, sistem yang akan dievaluasi, batasan-batasan, dan asumsi-asumsi yang berhubungan dengan dampak di sepanjang siklus hidup dari sistem yang sedang dievaluasi. 2. Life-Cycle Inventory (LCI) atau Inventory Analysis LCI mencakup pengumpulan data dan perhitungan input dan output ke lingkungan dari sistem yang sedang dievaluasi. Fungsinya adalah menginventarisasi penggunaan sumber daya, penggunaan energi dan pelepasan ke lingkungan terkait dengan sistem yang sedang dievaluasi. 3. Impact Assessment Dampak lingkungan potensial yang signifikan dari proses/produk berdasarkan hasil LCI dievaluasi menggunakan impact assessment. Fase ini bertujuan untuk mengelompokkan dan menilai dampak lingkungan yang signifikan (Lee et. al., 2004 dan Jansen et. al., 2006). x Classification and characterization Classification adalah langkah mengidentifikasi dan mengelompokkan
..............................
n
b n¦ ¦ i 1
ij
j 1
(3) Forward linkage digunakan untuk melihat keterkaitan antara suatu sektor dengan sektor lainnya yang akan memakainya sebagai input dalam proses produksi (Amir dkk., 2005). n
TFLi
¦b 1
j 1 n
n¦ i 1
ij
..............................
n
¦b j 1
ij
(4) Koefisien variasi untuk backward dan forward linkage (BPS, 2007): 2
vj
· § 1 1 ¦ ¨ bij n ¦j bij ¸¸ n 1 j ¨© ¹ , (i, j 1,2,, n) ......... 1 ¦ bij n j
§ · 1 1 ¦ ¨ bij n ¦i bij ¸¹ ......... n 1 i © , (i, j 1,2, , n) 1 ¦ bij n i
(5)
105
Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009 “Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi” ISBN No. 978-979-98808-2-6
4.
substansi yang berasal dari LCI kedalam kategori impact yang heterogen yang telah ditentukan sebelumnya. Characterization merupakan penilaian besarnya substansi yang berkontribusi pada kategori impact. Nilai kontribusi relatif dari substansi dapat diketahui dengan mengalikan substansi yang berkontribusi pada kategori impact dengan characterization factors. x Normalization Normalization adalah prosedur yang diperlukan untuk menunjukkan kontribusi relatif dari semua kategori impact pada seluruh masalah lingkungan di suatu daerah dan dimaksudkan untuk menciptakan satuan yang seragam untuk semua kategori impact. Nilai normalization dapat diketahui dengan mengalikan nilai characterization dengan nilai “normal”, sehingga semua impact category sudah memakai unit yang sama dan bisa dibandingkan. x Weighting Weighting didapatkan dengan mengalikan kategori impact dengan weighting factor dan ditambahkan untuk mendapatkan nilai total. x Single score Single score digunakan untuk mengklasifikasikan nilai kategori impact berdasarkan aktivitas atau proses. Dari nilai single score akan terlihat aktivitas mana yang berkontribusi terhadap dampak lingkungan. Life-Cycle Interpretation Kombinasi hasil-hasil dari life-cycle inventory dan life-cycle impact assessment digunakan untuk menginterpretasikan, menarik kesimpulan dan rekomendasi yang konsisten dengan goal and scope yang telah diidentifikasikan sebelumnya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, analisa input-output telah dkombinasikan dengan LCA (Ghertner et. al., 2007). EIO-LCA menggunakan pendekatan topdown dan mencakup seluruh ekonomi sebagai batasan analisa. Kekuatan lain dari EIO-LCA adalah saling ketergantungan pada input dimodelkan sebagai sekumpulan persamaan linear. EIO-LCA menyediakan aktivitas ekonomi dengan supply chain yang lengkap dan kebutuhan hulu (upstream) yang diperlukan untuk menghasilkan barang/ jasa di dalam perekonomian (Joshi, 2000). EIO-LCA mempunyai definisi batasan yang konsisten. Bagaimanapun, pendekatan ini masih mempunyai beberapa keterbatasan. Pertama, produk, jasa atau sektor yang akan dibahas diperkirakan oleh sektor komoditi pada tabel input-output dengan mengacu pada kebutuhan input dan koefisien lingkungan, tetapi sektorsektor komoditi ini dikumpulkan (aggregate) dengan memasukkan produk-produk yang heterogen. Kedua, EIO-LCA menangkap beban lingkungan ke hulu (upstream) terkait dengan pengambilan raw material dan manufaktur, tetapi tidak berkaitan dengan penggunaan produk dan disposal (Joshi, 2000). Perhitungan EIO-LCA didasarkan pada analisa input-output yang konvensional. Di semua sektor ekonomi (direct dan indirect), beban lingkungan E berhubungan dengan vektor permintaan akhir F dapat dihitung berdasarkan matriks inverse Leontief (persamaan (2)) dan matriks koefisien beban lingkungan R dengan persamaan sebagai berikut (Paloviita, 2007):
E
R ( I A) 1 F
..............................
(7) 1.3 Analytic Network Process (ANP) ANP merupakan sebuah pengembangan dari metodologi AHP (Analitical Hierarchy Process) yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan Multi Criteria Decision Making (MCDM) yang tidak dapat distrukturkan, sebab melibatkan interaksi dan ketergantungan elemen atas pada elemen bawah. ANP memodelkan sistem dengan feedback dan sistem dimana suatu level yang mungkin mendominasi maupun didominasi, baik langsung maupun tidak langsung oleh level lainnya (Saaty, 2001). Langkah-langkah yang umumnya dilakukan pada ANP ini adalah: 1. Mendefinisikan masalah 2. Mendefinisikan kriteria evaluasi 3. Mendefinisikan bobot kepentingan 4. Mendefinisikan bobot ketergantungan 5. Mendefinisikan bobot prioritas, dengan cara mengalikan bobot kepentingan dan bobot ketergantungan.
1.2.2
Economic Input-Output Life-Cycle Assessment (EIO-LCA) Mengukur dampak lingkungan secara lengkap memerlukan pengumpulan data yang tepat dan teliti. Data seperti ini tidak tersedia dalam skala ekonomi global. Sebagai alternatif, model input-output diimplementasikan pada LCA untuk mengukur energi dan emisi yang ditunjukkan oleh transaksi antarsektor ekonomi (Ghertner et. al., 2007). Menentukan batasan-batasan sistem pada LCA yang konvensional sulit dilakukan karena sektor-sektor industri mempunyai hubungan saling ketergantungan dengan sektor-sektor lainnya. Hal ini tidak memungkinkan untuk melacak secara langsung semua interaksi langsung (direct) dan tidak langsung (indirect).
106
Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009 “Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi” ISBN No. 978-979-98808-2-6
pola distribusi produksi yang dihasilkan di Propinsi Jawa Timur. Data emisi yang dikumpulkan adalah emisi udara dan air untuk sektor industri serta sektor pertambangan dan pengilangan minyak dan gas bumi (Bapedal, 2008). Data emisi yang dikumpulkan adalah tahun 2006-2008, sedangkan emisi pada tahun 2009-2010 dihitung dengan cara meramalkan (forecasting) dengan melihat pertambahan/ pengurangan jumlah industri pada tahun tersebut. Data emisi tiap tahun ini kemudian diakumulasikan untuk digunakan dalam pengolahan inventory analysis pada IO-LCA.
2.
Metodologi Penelitian Metodologi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
4.
Pengolahan Data
4.1 Penentuan Sektor Industri Potensial Sektor industri potensial didefinisikan sebagai sektor industri (no. 3 – 42) yang memiliki pure linkage (PL) > rata-rata dan nilai koefisien variasi yang rendah (v) < rata-rata v. Perhitungan tingkat keterkaitan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perhitungan Linkage
Gambar 1. Metodologi Penelitian 3.
Pengumpulan Data Data yang dipergunakan adalah data tabel input-output perekonomian dan data emisi industri Propinsi Jawa Timur serta kuesioner pembobotan untuk pemilihan alternatif perbaikan kinerja lingkungan. Tabel input-output yang digunakan adalah Tabel Input-Output Propinsi Jawa Timur tahun 2006 (BPS, 2007), dimana 110 sektor diaggregasi menjadi 49 sektor. Aggregasi dilakukan untuk menggabungkan sektor-sektor selain sektor industri, sehingga memudahkan untuk perhitungan linkage. Tabel ini menyediakan informasi yang lengkap dan menyeluruh tentang struktur penggunaan barang dan jasa di masing-masing sektor serta
Sektor industri potensial di Propinsi Jawa Timur adalah sektor kertas dan karton serta sektor industri barang dari logam. Sektor industri
107
Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009 “Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi” ISBN No. 978-979-98808-2-6
potensial ini kemudian diidentifikasikan dan dihitung seberapa besar dampak lingkungan yang ditimbulkan dengan menggunakan metode EIO-LCA. 4.2 Economic Input-Output Life-Cycle Assessment (EIO-LCA) Pengolahan EIO-LCA mengunakan software SimaPro 7.1, dimana fasenya adalah process inventory dan impact assessment. 4.2.1
Process Inventory Process inventory berhubungan dengan penggunaan material dan pelepasan emisi ke lingkungan disepanjang siklus dari sektor industri potensial. Penggunaan material yang berupa koefisien produksi (a) dihitung berdasarkan input sektor produksi (tabel inputoutput) per rupiah output. Sedangkan pelepasan emisi yang berupa koefisien beban lingkungan (R) dilakukan dengan menghitung beban lingkungan (emisi) per rupiah output. Hasil dari perhitungan inventory dapat dilihat pada Tabel 3.
4.2.2
Impact Assessment
x
Characterisation Langkah pertama adalah mengelompokkan substansi dari inventory result berdasarkan dampak lingkungan yang ditimbulkan ke dalam kategori dampak yang sudah didefinisikan sebelumnya. Langkah selanjutnya adalah mendefinisikan characterization factor. Kontribusi relatif dari substansi dapat diketahui dengan mengalikan substansi yang berkontribusi pada kategori dampak dengan characterization factors. Hasil characterization dapat dilihat pada Gambar 2 dan Tabel 4. Grafik batang warna merah menunjukkan nilai characterization per rupiah kertas dan karton, sedangkan grafik batang warna hijau menunjukkan nilai characterization per rupiah barang dari logam.
Tabel 3. Inventory Result
Gambar 2. Grafik Characterization Tabel 4. Nilai Characterization
Tabel 3. Inventory Result (lanjutan)
108
Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009 “Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi” ISBN No. 978-979-98808-2-6
x
Normalization Normalization adalah prosedur yang diperlukan untuk menunjukkan kontribusi relatif dari semua kategori dampak pada seluruh masalah lingkungan di suatu daerah. Nilai normalization dapat diketahui dengan mengalikan indikator kategori dampak (nilai characterization) dengan nilai “normal”. Hasil normalization dapat dilihat pada Gambar 3 dan Tabel 5. Grafik batang warna merah menunjukkan nilai normalization per rupiah kertas dan karton, sedangkan grafik batang warna hijau menunjukkan nilai normalization per rupiah barang dari logam.
Tabel 6. Nilai Weighting
x
Single Score Single score digunakan untuk mengklasifikasikan nilai kategori dampak berdasarkan proses. Hasil single score dapat dilihat pada Gambar 5 dan Tabel 7. Grafik batang sebelah kiri menunjukkan nilai single score per rupiah kertas dan karton, sedangkan grafik batang sebelah kanan menunjukkan nilai single score per rupiah barang dari logam.
Gambar 3. Grafik Normalization Tabel 5. Nilai Normalization
Gambar 5. Grafik Single Score Tabel 7. Nilai Single Score
x
Weighting Weighting didapatkan dengan mengalikan kategori dampak dengan weighting factor dan ditambahkan untuk mendapatkan nilai total. Hasil weighting dapat dilihat pada Gambar 4 dan Tabel 6. Grafik batang warna merah menunjukkan nilai weighting per rupiah kertas dan karton, sedangkan grafik batang warna hijau menunjukkan nilai weighting per rupiah barang dari logam. 4.2.3
Process Contribution Process contribution menunjukkan besarnya kontribusi dampak dari unit-unit proses pada sektor industri potensial, dilihat dari indikator single score. Tabel 8 menunjukkan kontribusi masing-masing unit proses terhadap unit proses kertas dan karton serta unit proses barang dari logam. Tabel 8. Process Contribution
Gambar 4. Grafik Weighting
109
Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009 “Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi” ISBN No. 978-979-98808-2-6
adalah unit proses minyak dan gas bumi dan kategori dampak ecotoxicity water acute. Penentuan prioritas alternatif perbaikan lingkungan didasarkan pada beberapa kriteria. Kriteria-kriteria ini didapatkan melalui brainstrorming dengan pihak Badan Penanggulangan Dampak Lingkungan Propinsi Jawa Timur. Pada Tabel 9 dijelaskan mengenai kluster dan kriteria yang dipakai untuk menentukan alternatif perbaikan lingkungan. Gambar 8 menunjukkan hubungan network antar kluster.
4.3 Pemilihan Alternatif Terbaik Dari hasil analisa single score dan process contribution diketahui bahwa permasalahan utama yang menjadi perhatian untuk direkomendasikan prioritas perbaikan lingkungan
Gambar 8. Model Network ANP
110
Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009 “Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi” ISBN No. 978-979-98808-2-6
Tabel 9. Kluster dan Kriteria
Gambar 9. Rangking Alternatif Langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan bobot prioritas lokal pada masingmasing hubungan dengan menggunakan software Super Decision 1.6. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui bobot masingmasing elemen yang saling berhubungan. Kemudian disusun unweighted supermatriks, weighted supermatriks dan limiting supermatriks. Unweighted supermatriks merupakan bobot nilai prioritas lokal yang tidak memperhitungkan adanya perbandingan antar kluster. Weighted supermatriks merupakan bobot nilai prioritas lokal yang memperhitungkan adanya perbandingan antar kluster. Sedangkan limiting supermatriks merupakan hasil iterasi perkalian weighted supermatriks dengan dirinya sendiri hingga diperoleh nilai yang sama setiap barisnya. Dari nilai pembobotan dilakukan perangkingan tiap-tiap alternatif. Nilai pada kolom raw adalah nilai eigenvector yang dihasilkan dari limiting supermatrik. Bobot pada kolom normal adalah nilai normalisasi dari kolom raw sehingga jumlah totalnya adalah 1. Sedangkan nilai pada kolom ideal adalah nilai hasil bagi antara nilai pada kolom normal yang dibagi dengan nilai terbesar pada kolom normal, sehingga nilai terbesarnya adalah sama dengan 1. Rangking alternatif dilihat dari nilai pada kolom ideal.
Berdasarkan output Gambar 9 diketahui bahwa alternatif perbaikan lingkungan yang perlu diprioritaskan adalah pollution prevention and control, diikuti dengan alternatif recycle dan alternatif waste treatment. 5.
Analisa dan Interpretasi
5.1 Analisa Sektor Industri Potensial Berdasarkan perhitungan linkage dan koefisien variasinya (lihat Tabel 2), didapatkan bahwa sektor industri potensial di Propinsi Jawa Timur adalah sektor kertas dan karton dengan pure linkage (PL) yang lebih besar dari rata-rata, yaitu 2,02 dan koefisien variasi (v) yang rendah (sama dengan rata-rata), yaitu sebesar 0,33 dan sektor industri barang dari logam dengan pure linkage (PL) yang lebih besar dari rata-rata, yaitu 2,03 dan koefisien variasi (v) yang rendah (sama dengan rata-rata), yaitu sebesar 0,33. Sektor yang memiliki PL yang lebih besar dari rata-rata tidak hanya sektor kertas dan karton dan sektor industri barang dari logam saja, tetapi juga 3 sektor industri lainnya (v tinggi). Sektor industri potensial tidak hanya dilihat berdasarkan PL yang besar, tetapi juga berdasarkan v yang kecil. Meskipun tingkat keterkaitan sektor tersebut dengan sektor lainnya sangat tinggi, tetapi tingkat penyebaran keterkaitannya tidak merata, hanya pada beberapa sektor saja. Nilai v yang kecil menunjukkan bahwa penyebaran pemakaian suatu sektor sebagai input sektor lainnya dan sebaliknya adalah merata dalam seluruh sektor perekonomian. Sektor kertas dan karton memiliki TBLj yang lebih rendah dibandingkan dengan 5 sektor lainnya, tetapi sektor kertas dan karton memiliki TFLi yang tinggi dibandingkan dengan sektor
111
Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009 “Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi” ISBN No. 978-979-98808-2-6
dampak lingkungan disepanjang siklus sektor industri potensial.
industri tersebut. Begitu pula dengan sektor industri barang dari logam memiliki TFLi yang lebih rendah dibandingkan dengan 4 sektor lainnya, tetapi sektor kertas dan karton memiliki TBLj yang tinggi dibandingkan dengan sektor industri tersebut. Karena tidak adanya sektor industri yang memiliki nilai TBLj dan TFLi yang nilai keduanya lebih besar dari rata-rata, maka digunakanlah PL untuk melihat keterkaitan berdasarkan pada backward linkage maupun forward linkage, dimana sektor industri potensial memiliki PL diatas rata-rata pure linkage seluruh sektor.
5.3 Pemilihan Alternatif Terbaik Permasalahan untuk mengurangi dampak lingkungan disepanjang siklus unit proses kertas dan karton serta unit proses barang dari logam, terutama ecotoxicity water acute dari unit proses minyak dan gas bumi diprioritaskan pada pollution prevention and control. Alternatif ini merupakan tahapan sebelum dilakukan recycle dan waste treatment, sehingga sebelum dilakukan recycle dan waste treatment, waste/ pencemaran air yang menyebabkan dampak ecotoxicity water acute dapat dikurangi secara efektif. Dengan menerapkan pollution prevention and control pada unit proses yang mengkontribusikan dampak paling besar pada unit proses kertas dan karton serta unit proses barang dari logam diharapkan bisa mengurangi dampak lingkungan ecotoxicity water acute, dimana kategori dampak ini memberikan kontribusi terbesar pada hasil indikator kategori dampak.
5.2 Analisa EIO-LCA Batasan pada penelitian ini adalah interaksi antara sektor-sektor industri. Batasan ini ditentukan karena adanya keterbatasan data emisi. Data emisi yang didapatkan dari instansi terkait, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Propinsi Jawa Timur, hanya berupa data emisi air dan emisi udara untuk sektorsektor industri. 5.2.1
Analisa Inventory Penelitian ini hanya membahas process inventory pada proses produksi saja. Untuk fase transportasi, penggunaan dan disposal tidak dibahas karena adanya keterbatasan data.
6.
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah kategori dampak untuk sektor industri potensial (sektor kertas dan karton serta sektor industri barang dari logam) adalah ecotoxicity water acute yaitu 47,6% dari total indikator untuk masing-masing sektor industri potensial, unit proses minyak dan gas bumi merupakan kontributor proses terbesar yaitu sebesar 99,6% dari total proses untuk unit proses kertas dan karton dan 99,4% dari total proses untuk unit proses barang dari logam, dan prioritas utama untuk mereduksi dampak lingkungan adalah pollution prevention and control dengan nilai ideal 1. Implementasi model input-output pada LCA membantu memudahkan pengumpulan data kebutuhan input dari sektorsektor perekonomian yang tersedia secara lengkap pada tabel input-output. Metode ini juga memungkinkan untuk melacak secara langsung semua interaksi langsung (direct) dan tidak langsung (indirect) antarsektor. Saran untuk pengembangan penelitian ini adalah mengambil batasan yang lebih luas yaitu seluruh sektor perekonomian dan sektor perekonomian makro perlu dilakukan disaggregasi ke sektor yang lebih spesifik untuk mengatasi produk yang heterogen.
5.2.2
Analisa Impact Assessment Dari single score diketahui bahwa kategori dampak yang paling potensial adalah ecotoxicity water acute sebesar 4,54E-05 Pt (47.6% dari total dampak) untuk unit proses kertas dan karton serta 0,00015 Pt (47.6% dari total dampak) untuk unit proses barang dari logam). Ecotoxicity water acute bersifat toxicity, persistency dan bioconcentration. Ecotoxicity water acute memberikan kontribusi terbesar pada hasil indikator kategori dampak dan dianggap sebagai permasalahan utama yang harus dilakukan perbaikan. 5.2.3
Process Network dan Process Contribution Dari process network dan process contribution dapat diketahui proses mana yang yang memberikan kontribusi terbesar pada hasil indikator kategori dampak (single score) yang dianggap sebagai permasalahan utama yang harus diberikan perbaikan. Sektor yang memberikan kontribusi proses terbesar adalah sektor minyak dan gas bumi, yaitu sebesar 9,51E-05 Pt (99,6% dari total proses) untuk unit proses kertas dan karton serta 0,0003 Pt (99,4% dari total proses) untuk unit proses barang dari logam. Minyak, gas dan panas bumi dianggap sebagai permasalahan utama yang harus diberikan perbaikan untuk dapat mengurangi
7. Daftar Pustaka: Amir, Hidayat dan Riphat, Singgih. 2005. “Analisis Sektor Unggulan Untuk Evaluasi Kebijakan Pembangunan Jawa Timur Menggunakan Tabel Input-Output 1994 dan
112
Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya ,29 Oktober 2009 “Menuju Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya saing, dan Berotonomi” ISBN No. 978-979-98808-2-6
14040 Series. Commitee on Trade and Investment. Marriott, Joe. 2007. An Electricity-focused Economic Input-Output Model: Life Cycle Assessment and Policy Implications of Future Electricity Generation Scenearios. Dissertation, Civil and Environmental Engineering, Carnegie Mellon University, Pittsburgh. Miller, Ronald E. and Blair, Peter D. 1985. InputOutput Analysis: Foundations and Extensions, Prentice Hall Inc., New Jersey. Miller, Ronald E. and Blair, Peter D. 1985. InputOutput Analysis: Foundations and Extensions, Prentice Hall Inc., New Jersey. Nazara, Suahasil. 1997. Analisis Input-Output. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Paloviita, Ari. 2003. “Using Input-Output LifeCycle Assessment in Measuring Product Group Eco-Efficiency in The Finnish Forest Sektor”. Corporate Environmental Management, School of Business and Economics, University of Jyväskylä, Finland. Saaty, Thomas. 2001. Decision Making With Dependence And Feedback : The Analytic Network Process. RWS Publication, Pittsburgh. Schempf, Noellette Conway. 1999. “Case Study: Economic Input-Output Life-Cycle Assessment of Asphalt versus Steel Reinforced Concrete for Pavement Construction”. Posner Hall. Carnegie Mellon University, Pittsburgh.
2000”. Jurnal Keuangan dan Moneter, Departemen Keuangan RI. Edisi Desember 2005. Bapedal Jawa Timur. 2008. Pemantauan Air Limbah dan Udara Industri 2006-2007 dan 2008 Kuarter I. Badan Penanggulangan Dampak Lingkungan Propinsi Jawa Timur. Bapedal Jawa Timur. 2008. Pengujian Kualitas Lingkungan Sektor Pertambangan Minyak, Gas dan panas Bumi 2006-2007. Badan Penanggulangan Dampak Lingkungan Propinsi Jawa Timur. BPS dan Bappeprov Jawa Timur. 2007. Tabel Input-Output Provinsi Jawa Timur 2006. Badan Perencanaan Pembangunan dan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. Curran, Mary Ann. 1996. Environmental LifeCycle Assessment. McGraw-Hill, New York. Ghertner, D. Asher dan Fripp, Matthias. 2007. “Trading Away Damage: Quantifying Environmental Leakage Through Consumption-Based Life-Cycle Analysis”. Ecological Economics, 63, 563 – 577. Jansen, Bart and Gerlo, Joeri. 2006. “Worldwide Environmental Impacts of Consumption and Production in Flanders: Feasibility of an Environmental Input-Output Model for Flanders”. Study Commissioned by the Flemish Environment Agency, Environmental Reporting Unit. MIRA/2006/11. Joshi, Satish. 2000. “Product Environmental Life-Cycle Assessment Using Input-Output Techniques”. Journal of Industrial Ecology, Volume 3, Number 2 & 3, 95 – 120. Lee, Kun Mo and Inaba, Atsushi. 2004. Life Cycle Assessment: Best Practices of ISO
113