Uslinawaty, Z., et. al., Biowallacea, Vol. 1 (2). Hal. 90-96, Oktober, 2014.
90
MORFOLOGI DAN TINGKAT KELIMPAHAN JENIS ROTAN DI HUTAN LINDUNG PAPALIA KABUPATEN KONAWE SELATAN Morphology And Level Of Abundance Of Rattan Papalia Protected Forest District In South Konawe 1
1
1
Zakiah Uslinawaty , Rosmarlinasiah , Asrun Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan Universitas Halu Oleo Email:
[email protected]
1
ABSTRACT The research was purposed to obtain information about the diversity of species of rattan in the Papalia Protection Forest, South Konawe. . The rattans which were found in the study area were recorded and identified based on characteristics of leafsheath morphologies. This research was conducted in the area area of Mount Forest Preseve District of Wolasi papalia Springs Village South Konawe on Wolasi July to September 2013. Research using the Systematic Strip/ line sampling (with a random start). The results of the identification of 8 species of rattan are grouped into 3 genera on spread all level both adults and young rattan cane. The genus Calamus is a genus satay with the highest number of species found in the location of research are 6 types of rattan of the total 8 species were found. Tohiti (Calamus inps) and rattan rod (Calamus zollingeri). The highest importance value index for levels rattan is a type of adult stem rattan (Calamus zollingeri) with INP value 0f 76,53 %, Keywords: Rattan, Identification, Morphology, Significance
PENDAHULUAN Rotan
Gunung
terletak
di
wilayah
jenis
palem
administrasi pemerintahan Desa Mata Wolasi
dalam
family
Kecamatan
dunia
Selatan dengan luas hutan 686,581 ha.
internasional sebagai negara yang kaya akan
Mengingat pengetahuan tentang potensi rotan
sumberdaya
selama ini masih belum maksimal begitu pula
memanjat
merupakan
Papalia
yang
Arecaceae.
termasuk
Indonesia
jenis
diakui
serta
produksi
Wolasi
Kabupaten
Konawe
rotan,Penyebaran rotan di Indonesia meliputi
mengenai jenis dan
20 Provinsi dengan total areal hutan yang
ditiap
ditumbuhi rotan seluas 9,9 juta hektar. Potensi
“Identifikasi Jenis Rotan Pada Kawasan Hutan
terbanyak terdapat di Sulawesi Tenggara 6,5
Lindung Gunung Papalia Desa Mata Wolasi
ton/ha,
Kecamatan
Kalimantan
Barat
3,85
ton/
ha,
daerah
pola penyebarannya
maka
Wolasi
Kabupaten
ton/ha dan Kalimantan Timur
mengetahui potensi pola penyebaran dari
Potensi
penyebaran
rotan
salah METODE PENELITIAN Bahan dan Alat
Kawasan hutan lindung itu sendiri mempunyai ciri khas tertentu seperti pengawetan terhadap jenis
tumbuhan,
serta
pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
guna
setiap jenis rotan di daerah tersebut.
satunya terdapat pada kawasan hutan lindung.
keanekaragaman
dilakukan
Konawe
Selatan”
(Djamal, 2012).
untuk
tentang
Sulawesi Selatan 1,95 ton/ha, Irian Jaya 1,8 1,21 ton/ha
perlu
penelitian
Salah satu kawasan hutan
lindung yang terdapat di Provinsi Sulawesi
Bahan
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah tumbuhan rotan alam yang tersebar di dalam kawasan hutan lindung Gunung
Papalia
Kecamatan Selatan.
Tenggara adalah Kawasan Hutan Lindung
Uslinawaty, Z., et. al., Biowallacea Vol. 1 (2). Hal. 91-99, Oktober, 2014.
Wolasi
Desa
Mata
Kabupaten
Wolasi Konawe
91
Morfologi Dan Tingkat Kelimpahan Jenis Rotan Di Hutan Lindung Papalia Kabupaten Konawe Selatan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: tali rafia, meteran
HASIL DAN PEMBAHASAN Morfologi Jenis Rotan di Kawasan Hutan Lindung Gunung Papalia
1,5 m dan 50 m, patok, parang, galah ukuran 3 meter, Kamera, tally sheet, alat tulis menulis, buku petunjuk identifikasi jenis rotan, Global
Populasi Dan Teknik Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah luas kawasan hutan Lindung Gunung Papalia Mata
Wolasi
Kecamatan
Wolasi
Kabupaten Konawe Selatan yaitu 686 Ha. Dengan intensitas sampling 5%, sehingga luas
metode
sampel
systematic
menggunakan
strip/line
sampling
(withrandom start) atau penarikan contoh dengan jalur berpetak, dimana penentuan jalur pertama dilakukan secara acak sedangkan jalur kedua dan seterusnya secara sistematis untuk mengetahui sebaran pertumbuhan rotan tingkat muda dan dewasa atau masak tebang. Rancangan
sampel
Berdasarkan
Tabel 1, ditemukan 8 jenis rotan yang, dimana 5 spesies memiliki
sifat tumbuh berumpun,
sedangkan 3 spesies diantaranya bersifat soliter. beberapa perbedaan morfologi mulai dari batang, warna dan tata letak daun maupun
kenampakan
duri
pada
masing-
masing jenis rotan. Dibandingkan dengan hasil
areal penelitian 34 ha. Rancangan
rotan yang ditemukan pada lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel 1.
Positioning System (GPS),
Desa
Perbedaan morfologi dari jenis-jenis
ini
diambil
karena
berdasarkan pengamatan awal rotan tumbuh tersebar dan dapat mewakili kondisi-kondisi wilayah yang ada dalam kawasan hutan. Pendekatan dengan cara ini untuk aplikasi dilapangan, misalnya jalur-jalur contoh dibuat tegak lurus pantai, momotong sungai, jalan, naik ataupun turun lereng gunung.
penelitian di Hutan Lindung Batu kapar, jenis rotan yang ditemukan lebih banyak yaitu 11 jenis, lima diantaranya adalah soliter (Kalima, T. dan Jasni, 2010). Delapan
spesies
rotan
yang
ditemukan , terdapat 5 jenis spesies yang memiliki (Calamus
sirus
diantaranya
zollingeri
rotan
batang
Becc.), rotan
cabang
(Korthalsia junghuhnii.), rotan saloso (Calamus sp.), rotan tarumpu (Calamus sp.), rotan tohiti(Calamus inops Becc.). Sirus memegang peranan penting sebagai alat bantu utama untuk memanjat, karena sirus dapat melayanglayang di udara sehingga rotan dapat dengan mudah mengaitkan ujungnya/tajuknya pada tegakan tumbuhan lain yang ada di sekitarnya.
Jumlah jalur disesuaikan dengan intensitas samplingnya. Tabel 1. Perbedaan Morfologi Jenis Rotan N o. 1.
Genus
Spesies
Calamus
Batang (C. zollingeri)
2.
Lambang (C. ornatus)
3.
Darmasi
Batang Batang berwarna hijau tua, Diameter batang 3,0 – 11,0 cm dengan panjang ruas 15 – 30 cm
Batang bulat, berwarna putih mengkilap. Diameter batang 4,0 – 7,0 cm panjang ruas 16 – 20 cm Batang bulat, diameter
Morfologi Daun Bentuk daun lonjong dengan ujung runcing, serta berselang seling pinggir daun berduri Bentuk daun memanjang dengan panjang daun ± 20 - 50 cm, berselang, warna daun hijau muda. Daun berbentuk
Uslinawaty, Z., et. al., Biowallacea Vol. 1 (2). Hal. 90-96, Oktober, 2014.
Duri Pelepah daun berduri beragam segitiga, warna kuning
Sifat Tumbuh Berumpun
Duri berwarna hitam dan bagian pangkal duri berwarna kekuningan
Berumpun
Duri agak jarang
Berumpun
92
Morfologi Dan Tingkat Kelimpahan Jenis Rotan Di Hutan Lindung Papalia Kabupaten Konawe Selatan N o.
Genus
Spesies
Batang
(C. leiocaulis)
besar bebas pelepah 2,5 – 6,0 cm.
4.
Tohiti (C. inops)
Batang bulat kuning, berdiameter bebas pelepah 2,5 – 6,5 cm
5.
Saloso (Calamus sp.)
Batang berwarna hijau muda, diameter mencapai 0,8 – 3,0 cm
6.
Calamus
Tarumpu (Calamus sp.)
Batang berwarna hijau keabuan, diameter batang 1,5 – 4,0 panjang ruas 25 – 60 cm.
7.
Daemonorops
Cincin (D. sabut)
8.
Korthalsia
Cabang (K.junghuhnii)
Batang berwarna kehijauan, setelah kering berwarna kuning telur, diameter batang 1,0 – 3,0 cm Batangnya ramping berwarna cokelat kusam, ukuran diameter 3,0 – 6,5 cm
Sumber
Morfologi Daun
Sifat Tumbuh
Duri
panjang, dengan warna hijau hijau daun yang ditumbuhi oleh duri Daunnya berwarna hijau kusam, menyirip dan berselang
dan pada ujungnya berwarna agak kuning Pelepah dipenuhi oleh duri berwarna hitam yang rapat dan tidak beraturan Duri tampak berwarna kuning dan berukuran kecil, tidak beraturan
Daun berwarna hijau muda, menyerupai daun tohiti tetapi ukuranya lebih kecil Daun berwarna hijau kusam berselang seling tiap dua helaian daun
Duri tampak halus berwarna kecoklatan, jika terkena sinar tampak akan berwarna merah Duri berwarna coklat kehitaman
Pada pangkal Daun berwarna hijau kemudian diujung tampak kekuningan Daun berwarna hijau dengan duri tunggal tersebar
Warna duri hijau kekuningan
Soliter
Berumpun
Soliter
Berumpun
Berumpun
: Data primer setelah diolah, 2013
Komposisi Floristik Jenis Rotan di Kawasan Hutan Lindung Gunung Papalia
21,20 %.
a. Komposisi Floristik Rotan Dewasa
hasil
Tabel 2 menunjukkan
Berbeda dengan hasil penelitian
Kalima T dan Jasni, 2010, yang mendapatkan
menunjukkan
bahwa
kerapatan
rotan
yang
memiliki
nilai
relatif tertinggi adalah jenis rotan
bahwa dari 8 spesies rotan yang ditemukan di
rotan buku tinggi (Calamus ornatus var.
lokasi penelitian, jenis rotan tohiti (Calamus
celebicus Beccari)
inops) merupakan spesies yang mempunyai
Rendahnya nilai INP pada jenis rotan
jumlah individu terbanyak diantara spesies-
Saloso (Calamus sp.)mengindikasikan bahwa
spesies yang lain dikarenakan jenis rotan tohiti
jumlah populasi jenis rotan tersebut dalam
yang ditemukan dilokasi penelitian dapat
ekosistem
tumbuh pada kondisi topografi datar hingga
tersebut sangat berpotensi untuk hilang atau
berbukit
punah
(pegunungan),
walaupun.
Nilai
sangat sedikit.
jika
Sehingga jenis
diekploitasi.Oleh
karena
itu,
kerapatan realtif tertinggi pada tingkatan rotan
melindungi keberadaan jenis rotan tersebut
dewasa ditemukan pada jenis tohiti (Calamus
sangat diperlukan.
inops) dengan nilai persentase kerapatan yaitu
Tabel 2. Komposisi Floristik Rotan Dewasa
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama Jenis Batang Cabang Cincin Darmasi Lambang Saloso Tarumpu Tohiti Jumlah
Jumlah Batang 59 27 35 43 41 25 19 67 316
K (Batang/H a) 24,583 11,25 14,583 17,916 17,083 10,416 7,9167 27,916 131,6667
KR (%) 18,67 8,544 11,07 13,60 12,97 7,911 6,017 21,20 100
F 0,766 0,333 0,466 0,433 0,45 0,383 0,216 0.65 3,7
FR (%) 20,721 9,0081 12,613 11,710 12,162 10,359 5,8568 17,567 100
Uslinawaty, Z., et. al., Biowallacea Vol. 1 (2). Hal. 90-96, Oktober, 2014.
D 2 (m /Ha) 0,015 0,003 0,001 0,004 0,005 0,000 0,001 0,009 0,0412
Tingkat
DR (%)
INP (%)
37,14 7,388 3,542 10,93 14,27 1,720 2,530 22,46 100
76,538 24,941 27,231 36,249 39,408 19,991 14,399 61,239 300
Morfologi Dan Tingkat Kelimpahan Jenis Rotan Di Hutan Lindung Papalia Kabupaten Konawe Selatan Sumber : Data primer setelah diolah, 2013
93
penelitian maka dapat diketahui bahwa untuk komposisi floristik rotan muda juga terdiri dari
Keterangan : K = Kerapatan, KR = Kerapatan Relatif, F = Frekuensi, FR = Frekuensi Relatif, D = Dominansi, DR = Dominansi Relatif, INP = Indeks Nilai Penting.
8 jenis rotan tidak berbeda jauh dengan komposisi rotan tingkatan dewasa. Secara lengkap
hasil
analisis
data
pada
untuk
tingkatan rotan muda dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3. Komposisi Floristik Rotan Muda
b. Komposisi Floristik Rotan Muda
Tingkat
Berdasarkan dari pengamatan serta pengukuran
Nama Jenis
No 1 2 3 4 5 6 7 8
secara
langsung
di
lokasi
Jumlah Batang
K (Batang/Ha)
KR (%)
F
FR (%)
D 2 (m /Ha)
DR (%)
INP (%)
40 18 12 19 21 8 15 56 189
66,66 30 20 31,66 35 13,33 25 93,33 315
21,16 9,524 6,349 10,05 11,11 4,233 7,937 29,63 100
0,65 0,3 0,17 0,26 0,26 0,13 0,17 0,6 2,55
25,49 11,76 6,536 10,45 10,45 5,229 6,536 23,53 100
0,009 0,0026 0,009 0,003 0,0041 0,0004 0,002 0,009 0.0332
29,66 7,892 2,792 9,375 12,40 1,375 8,147 28,34 100
76,31 29,18 15,67 29,88 33,97 10,83 22,61 81,50 300
Batang Cabang Cincin Darmasi Lambang Saloso Tarumpu Tohiti Jumlah
Sumber : Data primer setelah diolah, 2013
bahwa jenis-jenis tersebutlah yang banyak
Keterangan : K = Kerapatan, KR = Kerapatan Relatif, F = Frekuensi, FR = Frekuensi Relatif, D = Dominansi, DR=Dominansi Relatif, INP= Indeks Nilai Penting, Tabel 3 juga menunjukan bahwa
ditemukan dilokasi penelitian.
terdapat 8 jenis rotan untuk tingkatan rotan muda dengan jumlah jenis yang terdapat dalam petak penelitian sebanyak 189 jenis, dengan batang/ha.
total
kerapatan
Untuk
sebesar
kerapatan
315
tertinggi
ditemukan pada jenis rotan tohiti (Calamus inops) dengan nilai kerapatan93,33batang/ha kemudian diikuti oleh jenis rotan batang (Calamus
zollingeri)
dengan
nilai
66,67
batang/Ha. Berdasarkan pembagian kriteria kerapatan menurut nilai baku mutu lingkungan (Kepmen, KLH No. 02/ 1988) maka nilai kerapatan
kedua
tergolong
pada
jenis
rotan
kriteria
tersebut kerapatan
Sedangdengan nilai kerapatan 51 – 100 individu/ha. Hal ini dapat menggambarkan
Sedangkan
untuk
nilai
kerapatan
terendah diperlihatkan oleh jenis rotan Saloso (Calamus sp.) dengan nilai kerapatan yaitu 13,33 batang/ha. Berdasarkan data tersebut maka dapat diketahui bahwa jenis rotan tersebutlah
yang
mempunyai
kemampuan
rendah dalam proses persaingan di dalam komunitas hutan, baik itu terjadi persaingan antara individu dari satu jenis maupun dari jenis lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam hal cahaya, air tanah, maupun unsur hara mineral didalam tanah. Berdasarkan tabel 3 mengenai hasil perhitungan indeks nilai penting, maka jenis rotan yang memiliki nilai INP tertinggi adalah jenis rotan tohiti (Calamus inops) dengan nilai INP 81,50%, dan batang (Calamus zollingeri) dengan nilai INP 76,31 %. Sedangkan Indeks nilai penting terendah adalah jenis rotan Saloso (Calamus sp.) dengan nilai INP 10,83 %. Rendahnya nilai INP pada jenis rotan
Uslinawaty, Z., et. al., Biowallacea Vol. 1 (2). Hal. 90-96, Oktober, 2014.
Morfologi Dan Tingkat Kelimpahan Jenis Rotan Di Hutan Lindung Papalia Kabupaten Konawe Selatan
94
Saloso (Calamus sp.)mengindikasikan bahwa
Penyebaran atau distribusi tumbuhan
jumlah populasi jenis rotan tersebut dalam
dalam suatu populasi bisa bermacam-macam
ekosistem
mulai
sangat sedikit. Sehingga jenis
dari
tersebut sangat berpotensi untuk hilang atau
mengelompok
punah
merata,
jika
diekploitasi.Oleh
karena
itu,
hal
distribusi ataupun ini
juga
secara
acak,
distribusi
secara
terjadi
pada
jenis
melindungi keberadaan jenis rotan tersebut
tumbuhan rotan. Berdasarkan hasil penelitian
sangat diperlukan.
maka pola distribusi rotan tua yang berada di lokasi penelitian dapat dilihat melalui tabel
Pola Penyebaran Jenis Rotan di Kawasan Hutan Lindung Gunung Papalia
dibawah ini : Tabel 4. Pola Penyebaran Rotan Dewasa
a. Pola Penyebaran Rotan Dewasa No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama Jenis
2
χ
Jumlah Batang
Batang Cabang Cincin Darmasi Lambang Saloso Tarumpu Tohiti Jumlah
59 27 35 43 41 25 19 67 316
209,015 264,307 249,877 235,851 239,319 267,978 279,142 196,206
Sumber : Data primer setelah diolah, 2013 2 Keterangan : χ = Chi Square, V = Varians, Melalui pendekatan distribusi Poisson diperoleh hasil bahwa kedelapan spesies rotan yang
ditemukan
Lindung
Gunung
dalam Papalia
kawasan memiliki
hutan pola
V
Pola Distribusi
3,484 4,405 4,165 3,931 3,989 4,466 4,652 3,270
Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok
tumbuhan cenderung mengelompok, sebab tumbuhan bereproduksi dengan biji yang jatuh dekat induknya atau dengan rimpang yang menghasilkan anakan vegetatif masih dekat dengan induknya. b. Pola Penyebaran Rotan Muda
distribusi secara mengelompok, hal ini dapat diliat dari nilai varians yang didapat yaitu berkisar 3,27 – 4,65 yang menunjukkan bahwa nilai varians tersebut > 1. Terlepas dari pengaruh faktor lingkungan, hasil tersebut relevan dengan kesimpulan Barbour dalam Djufri (2002) bahwa pola distribusi spesies No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama Jenis Batang Cabang Cincin Darmasi Lambang Saloso Tarumpu Tohiti Jumlah
Jumlah Batang 40 18 12 19 21 8 15 56 189
2
χ 117,465 154,714 165,762 152,910 149,333 173,339 160,190 93,593
Tingkat
Berdasarkan dari hasil analisis yang telah dilakukan di lokasi penelitian, maka dapat diperoleh data untuk pola penyebaran rotan muda dalam kawasan. Secara lengkap hasil analisis data pola penyebaran rotan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5. Pola Penyebaran Rotan Muda V 1,958 2,579 2,763 2,548 2,489 2,889 2,669 1,559
Sumber : Data primer setelah diolah, 2013 2 Keterangan : χ = Chi Square, V = Varians,
Uslinawaty, Z., et. al., Biowallacea Vol. 1 (2). Hal. 90-96, Oktober, 2014.
Pola Distribusi Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok
Tingkat
Uslinawaty, Z., et. al., Biowallacea, Vol. 1 (2). Hal. 90-96, Oktober, 2014. Melalui model pendekatan yang sama
95
Saloso(Calamussp.),
Tarumpu
yaitu pola distribusi Poisson diperoleh hasil
(Calamussp.), dan Tohiti(Calamusinops).
bahwa spesies rotan muda yang ditemukan
2. Kerapatan tertinggi ditemukan pada jenis
Gunung
rotan tohiti (Calamus inops) dengan nilai
Papalia juga memiliki pola distribusi yang
kerapatan93,33batang/ha kemudian diikuti
sama dengan rotan tua yaitu pola distribusi
oleh jenis rotan batang (Calamus zollingeri)
secara mengelompok. Nilai varians
yang
dengan nilai 66,67 batang/Ha. Berdasarkan
didapat yaitu 1,55 – 2,88 yang menunjukan
pembagian kriteria kerapatan menurut nilai
bahwa nilai varians tersebut >1.
baku mutu lingkungan (Kepmen, KLH No.
dalam
kawasan
hutan
Lindung
Faktor fisiografi merupakan salah satu
02/ 1988) maka nilai kerapatan kedua jenis
faktor yang berkaitan dengan persebaran
rotan tersebut
tumbuhan yaitu berkaitan dengan ketinggian
kerapatan Sedang
tempat. Hal ini dapat dilihat melalui gejala
3. Melalui
tergolong pada kriteria
pendekatan
distribusi
Poisson
gradien thermometrik, di mana suhu udara
dapat diketahui bahwa pola penyebaran
akan mengalami penurunan setiap wilayah
rotan memiliki pola distribusi mengelompok,
naik 100 meter dari permukaan laut. Adanya
dengan nilai varians mulai dari 1,55 – 4,65.
penurunan terhadap
suhu
ini
sangat
pola
berpengaruh
persebaran
jenis
SARAN
tumbuhan.Sebab organisme baik tumbuhan
Penelitian lanjutan mengenai jenis-
maupun hewan, memiliki keterbatasan daya
jenis pohon sebagai indikator keberadaan
adaptasi
rotan
terhadap
suhu
lingkungan
di
diperlukan
sebagai
tindakan
sekitarnya.Faktor inilah yang menyebabkan
mengkonservasi jenis rotan yang mempunyai
sehingga kebanyakan rotan yang dijumpai di
cirus sebagai alat pemanjat pada pohon jenis
lokasi penelitian tersebut dapat tumbuh subur
tertentu.
terutama dataran rendah (dengan topografi datar) di daerah yang lembab seperti dekat DAFTAR PUSTAKA
dengan pinggiran sungai.
KESIMPULAN 1. Jenis-jenis tumbuhan rotan yang terdapat dalam kawasan Hutan Lindung Gunung Papalia Desa Mata Wolasi, terdiri dari 3 genus
(Calamus,
Khorthalsia)
Daemonorops,
dan
Batang(Calamus
8
spesies
zollingeri),
dan yaitu
Cabang
(Korthalsiajunghuhnii),
Cincin
(Daemonoropssabut),
Darmasi
(Calamusleiocaulis), Lambang(Calamusornatus),
Fatmawati, W.S.E. 2008.Skripsi : Identifikasi Jenis Rotan Pada Ekosistem Hutan Kecamatan Landono. Universitas Halu Oleo. Kendari.(skripsi) Fandeli. C. Kaharuddin, Mukhlison. 2004. Perhutanan Kota. Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada Bulaksumur. Jogjakarta. Ferianita dan Melati, F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta. Gunawan, H dan Wijaya, A. 2007. Potensi Rotan Di Hutan Lambusango (Buletin Lambusango Lestari). BauBau. Kalima, T. 2004. Identifikasi Beberapa Spesies Korthalsia di Hutan Labanan, Berau, Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Pusat
Uslinawaty, Z., et. al., Biowallacea Vol. 1 (2). Hal. 91-99, Oktober, 2014.
Morfologi Dan Tingkat Kelimpahan Jenis Rotan Di Hutan Lindung Papalia Kabupaten Konawe Selatan Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. Kalmia T. dan Ratih D., 2007.Atlas rotan Indonesia.Departemen Kehutanan dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor. Kalima T. dan Jasni 2010. Tingkat Kelimpahan Populasi Spesies Rotan Di Hutan Lindung Batu Kapar, Gorontalo Utara. Jurnal penelitian Hutan dan Konservasi Alam 8 ( 4 ) : 439-450 Maulana, S. 2010. Pola Penyebaran Dan Daerah Sebaran Tumbuhan. Laporan penelitian, Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh. Rachman dan Jasni. 2006. Rotan Sumberdaya, Sifat dan Pemanfaatannya. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.IPB. Bogor. Sanusi, D. 2012. Rotan Kekayaan Belantara Indonesia. Brilian Internasional. Surabaya. Simyapen, A. 2007. Skripsi :Potensi Jenis Rotan Pada Kawasan Hutan Pulau Meosmangguandi Kepulauan Padaido Atas Kabupaten Biak Numfor. Universitas Negeri Papua. Manokwari.
Uslinawaty, Z., et. al., Biowallacea Vol. 1 (2). Hal. 90-96, Oktober, 2014.
96