KEANEKARAGAMAN JENIS JAMUR MAKRO DI HUTAN LINDUNG GUNUNG LUMUT Djumali Mardji1 dan Massofian Noor2 1
2
Laboratorium Perlindungan Hutan Fahutan Unmul. Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Samarinda
ABSTRACT. Mushrooms Diversity in Gunung Lumut Protection Forest. This research was aimed at identifying mushrooms diversity in Gunung Lumut Protection Forest (GLPF). There were 118 species of mushrooms found in three locations of GLPF. The amount of mushrooms species found in Mului forest were the most, followed by in Lumut and the fewest were in Rantau Layung forests, where in Mului forest there were more mushrooms species growing in soil than in dead wood and trees. This results indicated that in the habitat with lighter damage were growing more soil mushrooms than in the heavier one, where the damage of Rantau Layung forest was heavier than the others two forests. The distribution of each mushroom species was different. Some of them could be found from foot until the top of Gunung Lumut, but the others were only clustered in a certain places, where their hosts and substrates were suitable. In the three locations, most of mushrooms growing in soil were mycorrhizal, while mushrooms of litter decomposer were very few. Some edible, non edible and medicinal mushrooms were also found. There were many nontoxic mushrooms, but because of likely not delicious and their fruitbodies were hard or tough, hence they were only served as food by animal living in the forest. Kata kunci: keanekaragaman, jamur makro, mikoriza, habitat, Gunung Lumut
Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) terletak di Kabupaten Paser, sekitar 90 km baratdaya kota Balikpapan. Luas hutannya sekitar 42.000 ha yang didominasi oleh jenis-jenis Dipterocarpaceae. Sejak tahun 1970 HLGL telah ditebang oleh beberapa perusahaan kayu selama lebih dari satu dekade sebelum surat keputusan dari Menteri Kehutanan diterbitkan pada tahun 1983 dengan nomor 24/Kpts/Um/1983 yang menetapkan areal tersebut sebagai hutan lindung yang tidak boleh ditebang. Tetapi dalam 5 tahun terakhir penebangan tetap berlangsung dan diperburuk lagi dengan diijinkannya sejumlah perusahaan kecil di sekitar HLGL oleh Bupati. Sekarang beberapa perusahaan besar seperti PT Telaga Mas dan PT Mentari masih beroperasi di Gunung Lumut (Anonim, 2005). Haeruman (1993) melaporkan, bahwa di Indonesia diasumsikan terdapat sekitar 12.000 jenis jamur, sedangkan di dunia sekitar 47.000 jenis. Læssøe dan Lincoff (1998) menyatakan, bahwa di dunia terdapat sekitar 1,5 juta jenis jamur, sementara jenis yang telah diketahui adalah sekitar 28.700 jamur makro dan 24.000 jamur karat, jamur api (smuts) dan jamur debu (molds) serta 13.500 lichens. Struktur yang biasanya disebut jamur makro (mushroom) tidak lain adalah tubuh buah dari jamur yang termasuk kelas Macromycetes, walaupun ukuran diameter tudung beberapa jenis jamur tersebut ada yang hanya beberapa milimeter (Pace, 1998). Sesuai dengan pendapat Boyce (1961), Bigelow (1979), Nonis (1982), 143
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 2 (2), OKTOBER 2009
144
jamur makro (mushroom) terdiri dari berbagai jenis dan bentuk, seperti agaric (jamur bilah), boletus (jamur lubang), polyporus (jamur pori), hydnum (jamur bergerigi), clavaria (jamur bunga), puffball (jamur bola), earth star (jamur bintang), stink horn (jamur tanduk) dan bird's nest (jamur sarang burung). Jenis-jenis jamur yang disebutkan di atas menggambarkan keanekaragaman hayati di dalam hutan yang keberadaannya perlu diketahui, antara lain dapat dilakukan dengan penelitian untuk memastikan berapa jumlah jenis yang ada di hutan tersebut. Kondisi iklim tropis yang lembap di hutan Indonesia termasuk di HLGL adalah cocok untuk pertumbuhan berbagai jenis jamur. Tetapi bila tempat tumbuhnya rusak, maka jamur sulit untuk tumbuh, terutama yang hidupnya di tanah. Keberadaan berbagai jenis jamur di HLGL belum pernah dilaporkan. Dari tiga lokasi hutan yakni Mului, Lumut dan Rantau Layung terdapat perbedaan kondisi hutannya, di mana hutan Mului dan Lumut masih tumbuh banyak pohon dengan diameter besar, sedangkan di hutan Rantau Layung, pohon-pohon besar sangat sedikit. Perbedaan ini disebabkan oleh kegiatan penebangan di masa lampau, di mana penebangan di hutan Rantau Layung lebih intensif bila dibandingkan dengan dua lokasi lainnya. Dengan perbedaan kondisi tersebut, ada kemungkinan bahwa keanekaragaman jenis jamurnya juga berbeda. Informasi mengenai keanekaragaman jenis jamur diperlukan oleh berbagai pihak seperti pengumpul/kolektor jamur, pakar jamur, pakar biologi, pakar botani, pakar penyakit tumbuhan, pencinta flora dan masyarakat luas lainnya. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi jenis-jenis jamur makro yang ada di HLGL yang tumbuh di tanah, pohon hidup dan kayu mati, dengan karakteristik tubuh buah, ukuran, warna dan habitatnya; untuk mengetahui peranan jamur makro terhadap habitatnya, apakah sebagai simbion mikoriza, parasit, saprofit atau pelapuk kayu; untuk mengetahui manfaat jamur makro bagi manusia, seperti untuk obatobatan atau dikonsumsi sebagai makanan; untuk membandingkan keberadaan jenisjenis jamur pada kondisi hutan yang berbeda yaitu di hutan Mului, Lumut dan Rantau Layung. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL), terletak di Kabupaten Paser. Penelitian ini dipusatkan di daerah Mului (Km 57, 420500 m dpl), Lumut (5801200 m dpl) dan Rantau Layung (75–175 m dpl). Penelitian lapangan memakan waktu selama 3 minggu mulai 12 November sampai 3 Desember 2005 dan dilanjutkan dengan penelitian di laboratorium Perlindungan Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Samarinda selama 4 bulan sampai akhir Maret 2006. Jenis-jenis jamur yang dikumpulkan di hutan Mului, Lumut dan Rantau Layung adalah yang mempunyai tubuh buah relatif besar (jamur makro), sedangkan yang bertubuh buah kecil tidak diambil karena bila dikeringkan, di samping ukurannya menjadi sangat kecil dan sulit dikenali, juga sering hancur.
145
Mardji dan Noor (2009). Keanekaragaman Jenis Jamur Makro
Pengumpulan jamur dilakukan secara sensus sepanjang jalur (jalan setapak) yang lebarnya 20 m (10 m kiri dan 10 m kanan dari sumbu jalur) atau kadangkadang lebih. Jalur tersebut telah ada di dalam hutan yang dibuat oleh masyarakat yang sering beraktivitas di dalam hutan seperti menebang pohon, mengumpulkan rotan, menangkap burung dan mengumpulkan hasil hutan lainnya. Jalur tersebut mengarah dari kaki gunung ke puncaknya. Jamur yang dikumpulkan adalah yang tumbuh di tanah, pohon hidup dan kayu mati. Mereka kemudian diberi label, difoto, dimasukkan di dalam kantong plastik dan dibawa ke kamp untuk diidentifikasi dan diawetkan. Pengambilan foto kadangkadang dilakukan juga di kamp setelah jamur diidentifikasi. Identifikasi jenis jamur dilakukan untuk memperoleh nama jenis dengan melihat bentuk, ukuran dan sifat hidupnya secara makroskopis, baik secara eksternal maupun internal dari tudung dan tangkainya (Breitenbach dan Kränzlin, 1991). Untuk menentukan apakah jamur berperan sebagai mikoriza, parasit, saprofit, untuk obat atau bisa dimakan, beberapa literatur yang dikarang oleh Bigelow (1979), Nonis (1982), Imazeki dkk. (1988), Jülich (1988), Bresinsky dan Besl (1990), Breitenbach dan Kränzlin (1991), Læssøe dan Lincoff (1998), Pace (1998) digunakan setelah jenis jamur diidentifikasi. Untuk mengawetkan tubuh buah jamur secara permanen, jamur dikeringkan di dalam oven yang dipanaskan dengan kompor minyak tanah sampai benar-benar kering. Setelah kering, kemudian dimasukkan di dalam kantong plastik berisi kapur barus (naphthalene) untuk mencegah kerusakan oleh organisme lain. Jamur yang telah kering dibawa dan disimpan di laboratorium Perlindungan Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Samarinda. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Jumlah jenis jamur yang ditemukan di hutan Mului adalah yang paling banyak, diikuti dengan di hutan Lumut dan yang paling sedikit adalah di hutan Rantau Layung (Tabel 1). Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan kondisi hutan sebagai habitatnya. Pada habitat yang tidak begitu rusak, lebih banyak jenis jamur yang ditemukan dibandingkan dengan di hutan yang rusak. Hutan yang tidak begitu rusak ditandai dengan masih banyaknya pohon jenis-jenis dipterokarpa yang berdiameter besar. Jadi semakin besar kerusakan habitat, semakin sedikit jenis jamur yang ditemukan, terutama jenis jamur tanah. Selain itu, perbedaan juga disebabkan oleh faktor iklim, terutama temperatur udara, kelembapan udara dan curah hujan. Bila faktor iklim tidak sesuai, maka tubuh buah jamur tidak dapat terbentuk. Di hutan Mului ditemukan 76 jenis jamur, di antaranya 45 jenis tumbuh di tanah, 29 jenis di kayu mati, 1 jenis di akar pohon mati di dalam tanah dan 1 jenis tumbuh di serasah. Sebagian besar jamur yang tumbuh di tanah adalah jamur mikoriza dan Russula foetens adalah yang paling sering ditemukan dalam kelompokkelompok kecil. Jamur yang bisa dimakan ada 18 jenis yang tumbuh di tanah, 9 jenis tumbuh di kayu mati dan 1 jenis tumbuh di serasah. Di antara jenis jamur yang bisa dimakan, 2 jenis (Auricularia auricula dan Pleurotus ostreatus) dapat dimanfaatkan
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 2 (2), OKTOBER 2009
146
untuk obat. Jenis jamur yang tidak bisa dimakan ada 47 jenis, 6 jenis di antaranya adalah beracun. Di hutan Lumut ditemukan 55 jenis jamur, di antaranya 20 jenis tumbuh di tanah, 32 jenis di kayu mati, 1 jenis di akar kayu mati di dalam tanah, 1 jenis di serasah dan 1 jenis tumbuh di tanah di atas sarang rayap. Kebanyakan jenis jamur yang tumbuh di tanah adalah jamur mikoriza dan Laccaria laccata adalah jenis yang paling sering ditemukan dalam kelompok-kelompok kecil. Amauroderma sp. yang berasosiasi dengan akar pohon mati adalah yang paling banyak ditemukan di hutan tersebut dan tumbuh secara sendiri-sendiri (soliter) atau dalam kelompok-kelompok kecil. Jamur yang bisa dimakan ada 8 jenis tumbuh di tanah, 7 jenis tumbuh di kayu mati dan 1 jenis tumbuh di serasah. Jamur yang tidak bisa dimakan ada 40 jenis, 1 jenis di antaranya beracun. Di hutan Rantau Layung ditemukan 52 jenis jamur, di antaranya 15 jenis tumbuh di tanah, 32 jenis di kayu mati, 2 jenis di pohon hidup sebagai parasit, 1 jenis di akar pohon mati di dalam tanah, 1 jenis di serasah dan 1 jenis tumbuh di tanah di atas sarang rayap. Jenis jamur yang paling banyak tumbuh di tanah adalah jamur mikoriza dengan frekuensi penemuan kurang lebih sama. Di kayu mati, Ganoderma applanatum adalah yang paling banyak ditemukan tumbuh dalam kelompok-kelompok kecil atau sendirian (soliter) di batang, tonggak dan pohon mati yang masih berdiri. Jamur yang bisa dimakan berjumlah 8 jenis tumbuh di tanah, 4 jenis tumbuh di kayu mati dan 1 jenis tumbuh di serasah. Jamur yang tidak bisa dimakan ada 9 jenis, di antaranya 2 jenis memparasit pohon hidup dan 1 jenis berasosiasi dengan sarang rayap. Pada ketiga lokasi tersebut, hampir semua jenis jamur yang tumbuh di tanah adalah jamur mikoriza dan yang paling banyak ditemukan adalah di hutan Mului 44 jenis, diikuti dengan di hutan Lumut 20 jenis, sedangkan di hutan Rantau Layung hanya 14 jenis. Pada ketiga lokasi tersebut, Russula spp. adalah jamur mikoriza yang paling banyak ditemukan. Di hutan Lumut dan Rantau Layung ditemukan lebih banyak jenis jamur yang tumbuh di kayu mati daripada di tanah, yang mana Polyporus spp. adalah yang paling banyak ditemukan. Dari data penelitian dapat diketahui, bahwa jenis jamur yang tumbuh di tanah paling banyak adalah di hutan Mului, diikuti dengan di hutan Lumut dan yang paling sedikit adalah di hutan Rantau Layung. Hasil ini menunjukkan, bahwa kondisi lingkungan habitat di hutan Mului adalah lebih baik daripada di dua lokasi lainnya. Di hutan Mului masih banyak terdapat pohon-pohon dipterokarpa dengan diameter lebih dari 50 cm, sedangkan di hutan Rantau Layung pohon-pohon seperti itu sangat jarang ditemukan, melainkan hanya tunggul-tunggul lapuk sisa penebangan, sehingga dapat dikatakan, bahwa hutan Rantau Layung dalam kondisi rusak berat. Pohon-pohon dipterokarpa sangat penting bagi inang jamur mikoriza. Bila inangnya tidak sesuai untuk pertumbuhan jamur mikoriza, maka pembentukan tubuh buah jamur tidak terjadi. Di hutan Lumut, walaupun hutannya masih lebih baik daripada di hutan Mului dan Rantau Layung, tetapi cuaca yang kurang sesuai menyebabkan kurangnya pembentukan tubuh buah jenis jamur yang tumbuh di tanah., di mana di hutan Lumut, jumlah curah hujan lebih tinggi, temperatur udara lebih rendah dan
147
Mardji dan Noor (2009). Keanekaragaman Jenis Jamur Makro
kelembapan udara lebih tinggi daripada di dua lokasi lainnya. Bila terlalu banyak curah hujan, maka tubuh buah jamur sulit terbentuk, melainkan hanya miseliumnya saja yang tumbuh dengan baik di tanah. Menurut Pace (1998), pertumbuhan miselium jamur memerlukan air, sebaliknya tubuh buahnya mulai terbentuk bila kondisi untuk pertumbuhan miselium menjadi tidak sesuai dan bila persediaan air yang menjadi pelarut zat-zat makanan yang diperlukan untuk pertumbuhannya menjadi berkurang. Selanjutnya dinyatakannya, bahwa kebanyakan jenis jamur makro membentuk tubuh buah pada musim panas dan gugur, sedangkan pada musim dingin dan semi hanya sedikit. Hal ini menunjukkan, bahwa temperatur yang rendah seperti pada musim dingin dan semi menghambat pembentukan tubuh buah jamur.
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Tabel 1. Jenis-jenis Jamur yang Ditemukan di Hutan Mului, Lumut dan Rantau Layung A. Mului Jenis Suku Habitat Ind. Keterangan Agaricus sp.1 Agaricaceae Tanah dekat pohon Shorea 1 Mikoriza laevis Agaricus sp.2 Agaricaceae Tanah 1 Mikoriza Amanita gemmata Amanitaceae Tanah 1 Mikoriza, beracun Amanita vaginata Amanitaceae Tanah 1 Mikoriza, bisa dimakan Amanita virosa Amanitaceae Tanah dekat pohon Shorea 1 Mikoriza, beracun parvifolia Amauroderma sp. Ganodermataceae Akar pohon mati di dalam 5 Pelapuk kayu tanah Auricularia Auriculariaceae Kayu mati 1 Pelapuk kayu, bisa auricula dimakan, obat Boletus sp. Boletaceae Tanah dekat pohon 1 Mikoriza Elaeocarpus sp. Calvatia sp. Lycoperdaceae Tanah 2 Mikoriza, bisa dimakan Cantharellus Cantharellaceae Tanah dekat pohon 5 Mikoriza, bisa dimakan cibarius Duabanga mollucana, Melastoma sp. Clavaria sp. Clavariaceae Tanah 1 Mikoriza Clavulina rugosa Clavariaceae Tanah 1 Mikoriza, bisa dimakan Clavulinopsis Clavariaceae Tanah 1 Mikoriza fusiformis Clitocybe odora Tricholomataceae Tanah 1 Mikoriza, bisa dimakan Clitocybe sp.1 Tricholomataceae Tanah dekat pohon 2 Mikoriza, bisa dimakan Calophyllum sp. Clitocybe sp.2 Tricholomataceae Tanah dekat pohon 2 Mikoriza, bisa dimakan Calophyllum sp. Clitocybe sp.3 Tricholomataceae Tanah dekat pohon 2 Mikoriza Calophyllum sp. Collybia sp. Tricholomataceae Tanah 1 Mikoriza Coriolopsis sp.1 Polyporaceae Kayu mati 1 Pelapuk kayu Cortinarius Cortinariaceae Tanah 1 Mikoriza croceo-caeruleus Cortinarius Cortinariaceae Tanah 1 Mikoriza subbalaustinus Dictyophora Phallacea Tanah 1 Mikoriza, bisa dimakan multicolor Elfvingia sp. Ganodermataceae Kayu mati 1 Pelapuk kayu Fomes annosus Polyporaceae Kayu mati 1 Pelapuk kayu
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 2 (2), OKTOBER 2009
148
Tabel 1 (lanjutan) No. Jenis 25 Ganoderma applanatum 26 Ganoderma sp.1 27 Ganoderma sp.2 28 Geastrum triplex
Suku Ganodermataceae Ganodermataceae Ganodermataceae Geastraceae
29 Laccaria fraterna Hydnangiaceae 30 Laccaria laccata Hydnangiaceae
A. Mului Habitat Kayu mati
Ind. Keterangan 1 Pelapuk kayu
Kayu mati Kayu mati Tanah, humus, kayu di atas tanah Tanah Tanah dekat pohon Lytocarpus sp., Annonaceae, Shorea parvifolia, Anthocephalus Tanah
3 1 2
Pelapuk kayu Pelapuk kayu Mikoriza
1 4
Mikoriza, bisa dimakan Mikoriza, bisa dimakan
1
Mikoriza, bisa dimakan
Tanah Tanah dekat pohon Shorea parvifolia Tanah Tanah Serasah
1 2
Mikoriza, beracun Mikoriza
1 1 1
31 Laccaria pupureo-badia 32 Lactarius helvus 33 Lactarius piperatus 34 Lactarius uvidus 35 Lycoperdon sp. 36 Mycena sp.
Hydnangiaceae
37 Oxyporus sp. 38 Phellinus igniarius 39 Phylloporus pelletieri 40 Piptoporus betulinus 41 Pleurotus lignatilis 42 Pleurotus ostreatus 43 Pleurotus pulmonarius 44 Polyporus sp.1 45 Polyporus sp.2 46 Polyporus sp.19
Polyporaceae Kayu mati Hymenochaetaceae Kayu mati
2 1
Mikoriza Mikoriza, bisa dimakan Penghancur kayu, bisa dimakan Pelapuk kayu Pelapuk kayu
Boletaceae
Tanah
1
Mikoriza, beracun
Polyporaceae
Kayu mati
1
Pelapuk kayu
Pleurotaceae
Kayu mati
2
Pleurotaceae
Kayu mati
1
Pleurotaceae
Kayu mati
2
Polyporaceae Polyporaceae Polyporaceae
Kayu mati Kayu mati Kayu mati
1 1 2
47 Polyporus xanthopus 48 Ramaria stricta
Polyporaceae
Kayu mati
2
Pelapuk kayu, bisa dimakan Pelapuk kayu, bisa dimakan, obat Pelapuk kayu, bisa dimakan Pelapuk kayu Pelapuk kayu Pelapuk kayu, bisa dimakan Pelapuk kayu
Ramariaceae
Tanah dekat pohon Anthocephalus cadamba Kayu mati Kayu mati Tanah dekat pohon Shorea parvifolia Tanah dekat pohon Shorea laevis Tanah dekat pohon Annonaceae Tanah dekat pohon Lauraceae
2
Mikoriza
1 1 2
Pelapuk kayu Pelapuk kayu Mikoriza, bisa dimakan
1
Mikoriza
4
Mikoriza, bisa dimakan
1
Mikoriza, bisa dimakan
Russulaceae Russulaceae Russulaceae Lycoperdaceae Tricholomataceae
49 Rigidoporus sp.1 Polyporaceae 50 Rigidoporus sp.2 Polyporaceae 51 Russula aeruginea Russulaceae 52 Russula albonigra Russulaceae 53 Russula cyanoxantha 54 Russula eburneoareolata
Russulaceae Russulaceae
149
Mardji dan Noor (2009). Keanekaragaman Jenis Jamur Makro
Tabel 1 (lanjutan) No. Jenis 55 Russula foetens
Suku Russulaceae
56 Russula fragilis 57 Russula gracillima 58 Russula grisea 59 Russula luteotacta
Russulaceae Russulaceae
60 61 62 63
A. Mului Habitat Tanah dekat pohon Cratoxyllon sp., Eugenia sp., Diospyros sp., Myristica sp., Shorea laevis, S. leprosula, S. parvifolia, Shorea sp. Tanah Tanah
Ind. Keterangan 11 Mikoriza
2 1
Mikoriza Mikoriza
1 3
Mikoriza, bisa dimakan Mikoriza, beracun
Russulaceae Russulaceae Russulaceae Sarcoscyphaceae
Tanah Tanah delkat pohon Shorea parvifolia, Elaeocarpus sp. Tanah Tanah Tanah Kayu mati
1 1 1 1
Sclerodermataceae
Tanah
3
Mikoriza, beracun Mikoriza, bisa dimakan Mikoriza Pelapuk kayu, bisa dimakan Mikoriza
Sclerodermataceae
Tanah
1
Mikoriza
Boletaceae
Tanah
1
Mikoriza
Polyporaceae Polyporaceae Polyporaceae Polyporaceae
Kayu mati Kayu mati Kayu mati Kayu mati
3 1 1 1
Pelapuk kayu Pelapuk kayu Pelapuk kayu Pelapuk kayu
Pluteaceae
Kayu mati
1
Boletaceae
Tanah
1
Pelapuk kayu, bisa dimakan Mikoriza, bisa dimakan
Xylariaceae
Kayu mati
2
Xylariaceae
Kayu mati
1
76 Xylaria sp.
Xylariaceae
Kayu mati
1
No. Jenis 1 Agaricus sp.1
Suku Agaricaceae
64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74
2 3 4 5
Russula mariae Russula olivacea Russula sp. Sarcoscypha coccinea Sclerodema citrinum Scleroderma verrucosum Strobilomyces strobilaceus Trametes sp.1 Trametes sp.2 Trametes sp.4 Tremetes gibbosa Volvariella bombycina Xerocomus chrysenteron Xylaria polymorpha Xylaria tabacina
Amanita vaginata Amauroderma sp. Auricularia auricula Calvatia sp.
Russulaceae Russulaceae
Amanitaceae
B. Lumut Habitat Tanah dekat pohon Shorea laevis Tanah
Pelapuk kayu, bisa dimakan Pelapuk kayu, bisa dimakan Pelapuk kayu
Ind. Keterangan 1 Mikoriza 2
Mikoriza, bisa dimakan
5
Pelapuk kayu
Auriculariaceae
Akar pohon mati di dalam tanah Kayu mati
1
Lycoperdaceae
Tanah
2
Pelapuk kayu, bisa dimakan, obat Mikoriza, bisa dimakan
Ganodermataceae
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 2 (2), OKTOBER 2009
150
Tabel 1 (lanjutan) No. 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Jenis Clitocybe odora Clitocybe sp.3 Cordyceps sp. Dictyophora multicolor Elfvingia sp. Fistulina hepatica Ganoderma adspersum Ganoderma applanatum Ganoderma sp.1 Ganoderma sp.2 Hymenochaete rubiginosa Ischnoderma sp. Laccaria laccata Lactarius helvus Lactarius piperatus Lactarius uvidus Lepiota ignivolvata Lycoperdon sp. Microporus sp. Mycena sp.
26 Nigrofomes sp. 27 Oudemansiella sp. 28 Phellinus igniarius 29 Pleurotus ostreatus 30 Pleurotus pulmonarius 31 Polyporus sp.1 32 Polyporus sp.2 33 Polyporus sp.3 34 Polyporus sp.4 35 Polyporus sp.5 36 Polyporus sp.6 37 Polyporus xanthopus 38 Pyrrhoderma sendaiense 39 Rigidoporus sp.1 40 Russula aeruginea
Suku Tricholomataceae Tricholomataceae Clavicipitaceae Phallacea
B. Lumut Habitat Tanah Kayu mati Tanah Tanah
Polyporaceae Fistulinaceae
Kayu mati Kayu mati
1 1
Ganodermataceae
Kayu mati
1
Pelapuk kayu Pelapuk kayu, bisa dimakan Pelapuk kayu
Ganodermataceae
Kayu mati
2
Pelapuk kayu
Ganodermataceae Ganodermataceae Hymenochaetaceae
Kayu mati Kayu mati Kayu mati
1 1 1
Pelapuk kayu Pelapuk kayu Pelapuk kayu
Hapalopilaceae Hydnangiaceae Russulaceae Russulaceae
Kayu mati Tanah Tanah Tanah
1 3 1 1
Pelapuk kayu Mikoriza, bisa dimakan Mikoriza Mikoriza
Russulaceae Agaricaceae
Tanah Tanah
1 1
Mikoriza Mikoriza
Lycoperdaceae Polyporaceae Tricholomataceae
Tanah Kayu mati Tanah, serasah
1 1 1
Polyporaceae Marasmiaceae
Kayu mati Kayu mati
1 1
Hymenochaetaceae
Kayu mati
1
Mikoriza Pelapuk kayu Penghancur serasah, bisa dimakan Pelapuk kayu Pelapuk kayu, bisa dimakan Pelapuk kayu
Pleurotaceae
Kayu mati
2
Pleurotaceae
Kayu mati
1
Polyporaceae Polyporaceae Polyporaceae Polyporaceae Polyporaceae Polyporaceae Polyporaceae
Kayu mati Kayu mati Kayu mati Kayu mati Kayu mati Kayu mati Kayu mati
1 1 1 1 1 1 1
Pelapuk kayu, bisa dimakan Pelapuk kayu, bisa dimakan Pelapuk kayu Pelapuk kayu Pelapuk kayu Pelapuk kayu Pelapuk kayu Pelapuk kayu Pelapuk kayu
Polyporaceae
Kayu mati
1
Pelapuk kayu
Polyporaceae Russulaceae
Kayu mati Tanah
1 1
Pelapuk kayu Mikoriza, bisa dimakan
Ind. 1 1 1 1
Keterangan Mikoriza, bisa dimakan Mikoriza Penghancur serasah Mikoriza, bisa dimakan
151
Mardji dan Noor (2009). Keanekaragaman Jenis Jamur Makro
Tabel 1 (lanjutan) No. Jenis 41 Russula albonigra 42 Russula betularum 43 Russula cyanoxantha 44 Russula eburneoareolata 45 Russula fragilis 46 Russula mariae 47 Sarcoscypha coccinea 48 Scleroderma verrucosum 49 Stereum sp.1 50 Termitomyces sp. 51 Trametes gibbosa 52 Trametes sp.4 53 Trametes sp.5 54 Trametes sp.6 55 Xylaria polymorpha
No. Jenis 1 Agaricus sp.1 2 Amanita gemmata 3 Amauroderma sp. 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Calvatia sp. Clavaria rosea Clavulinopsis helvola Clitocybe odora Clitocybe sp.1 Collybia sp. Coriolopsis sp.1 Coriolopsis sp.2 Daedaleopsis confragosa Fomes annosus Ganoderma applanatum Ganoderma carnosum Ganoderma sp.3 Laccaria fraterna Laccaria laccata Lepiota sp. Meruliopsis taxicola Mycena sp.
Suku Russulaceae Russulaceae Russulaceae
B. Lumut Habitat Tanah Tanah Tanah
Russulaceae
Tanah
1
Mikoriza, bisa dimakan
Russulaceae Russulaceae Sarcoscyphaceae
Tanah Tanah Kayu mati
1 1 1
Mikoriza Mikoriza, beracun Pelapuk kayu, bisa dimakan
Lycoperdaceae
Tanah
1
Mikoriza
Stereaceae Termitomycetaceae Polyporaceae Polyporaceae Polyporaceae Polyporaceae Sphaeriaceae
Kayu mati Tanah, sarang rayap Kayu mati Kayu mati Kayu mati Kayu mati Kayu mati
1 1 1 2 1 1 2
Pelapuk kayu Berasosiasi dengan rayap Pelapuk kayu Pelapuk kayu Pelapuk kayu Pelapuk kayu Pelapuk kayu, bisa dimakan
C. Rantau Layung Suku Habitat Agaricaceae Tanah Amanitaceae Tanah Ganodermataceae Akar pohon mati di tanah Lycoperdaceae Tanah Clavariaceae Tanah Clavulinaceae Kayu mati
Ind. Keterangan 1 Mikoriza 1 Mikoriza 1 Mikoriza, bisa dimakan
Ind. Keterangan 1 Mikoriza 1 Mikoriza, bisa dimakan 3 Pelapuk kayu 1 1 1
Mikoriza, bisa dimakan Mikoriza, bisa dimakan Pelapuk kayu
Tanah Tanah Tanah Kayu mati Pohon hidup Pohon kecil yang hidup Kayu mati Kayu mati
1 1 1 1 2 1
Mikoriza, bisa dimakan Mikoriza Mikoriza Pelapuk kayu Parasit pada pohon Parasit pada pohon kecil
1 4
Pelapuk kayu Pelapuk kayu
1
Pelapuk kayu
Ganodermataceae Hydnangiaceae Hydnangiaceae Agaricaceae Meruliaceae
Kayu mati Octomeles sumatrana Kayu mati Tanah Tanah Tanah Kayu mati
1 1 1 1 1
Pelapuk kayu Mikoriza, bisa dimakan Mikoriza, bisa dimakan Mikoriza Pelapuk kayu
Tricholomataceae
Serasah
1
Penghancur serasah, bisa dimakan
Tricholomataceae Tricholomataceae Tricholomataceae Polyporaceae Polyporaceae Polyporaceae Polyporaceae Ganodermataceae Ganodermataceae
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 2 (2), OKTOBER 2009
152
Tabel 1 (lanjutan) No. 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
Jenis Nigrofomes sp. Phellinus igniarius Polyporus schweinitzii Polyporus sp.4 Polyporus sp.5 Polyporus sp.6 Stereum ostrea Polyporus sp.7 Polyporus sp.8 Polyporus sp.9 Polyporus sp.10 Polyporus sp.11 Polyporus sp.12 Polyporus sp.13 Polyporus sp.14 Polyporus sp.15 Polyporus sp.16 Polyporus sp.17 Polyporus sp.18 Polyporus xanthopus Pyrrhoderma sendaiense Ramaria sp. Ramaria stricta Rigidoporus sp.1 Russula eburneoareolata Russula olivacea Sarcoscypha coccinea Stereum sp.2 Termitomyces sp.
52 Xylaria polymorpha ind. = individu
C. Rantau Layung Suku Habitat Polyporaceae Kayu mati Hymenochaetaceae Kayu mati Polyporaceae Kayu mati Polyporaceae Kayu mati Polyporaceae Kayu mati Polyporaceae Kayu mati Polyporaceae Kayu mati Polyporaceae Kayu mati Polyporaceae Kayu mati Polyporaceae Kayu mati Polyporaceae Kayu mati Polyporaceae Kayu mati Polyporaceae Kayu mati Polyporaceae Kayu mati Polyporaceae Kayu mati Polyporaceae Kayu mati Polyporaceae Kayu mati Polyporaceae Kayu mati Polyporaceae Kayu mati Polyporaceae Kayu mati Polyporaceae Kayu mati
Ind. 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1
Keterangan Pelapuk kayu Pelapuk kayu Pelapuk kayu Pelapuk kayu Pelapuk kayu Pelapuk kayu Pelapuk kayu Pelapuk kayu Pelapuk kayu Pelapuk kayu Pelapuk kayu Pelapuk kayu Pelapuk kayu Pelapuk kayu Pelapuk kayu Pelapuk kayu Pelapuk kayu Pelapuk kayu Pelapuk kayu, bisa dimakan Pelapuk kayu Pelapuk kayu
Ramariaceae Ramariaceae Polyporaceae Russulaceae
Tanah Tanah Kayu mati Tanah
1 1 2 1
Mikoriza Mikoriza Pelapuk kayu Mikoriza, bisa dimakan
Russulaceae Sarcoscyphaceae Stereaceae Termitomycetaceae
Tanah Kayu mati Kayu mati Tanah, sarang rayap Kayu mati
1 1 1 1
Mikoriza, bisa dimakan Pelapuk kayu, bisa dimakan Pelapuk kayu Berasosiasi dengan rayap
1
Pelapuk kayu, bisa dimakan
Sphaeriaceae
Jülich (1988) melaporkan, bahwa di Kalimantan Timur (Bukit Soeharto, Wanariset di Samboja dan International Timber Cooperation of Indonesia, ITCI di Kenangan) ditemukan 60 jenis jamur mikoriza, beberapa di antaranya mempunyai kebutuhan ekologis yang sempit, sedangkan lainnya mempunyai inang yang banyak dan dapat beradaptasi pada habitat yang basah maupun kering. Di HLGL, penyebaran setiap jenis jamur berbeda-beda, beberapa di antaranya tersebar dari kaki gunung dan masih dapat ditemukan di puncaknya seperti Amauroderma sp., Cantharellus cibarius, Ganoderma spp., Laccaria laccata dan Russula cyanoxantha. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan adaptasi mereka sangat tinggi dan didukung oleh substrat, inang dan faktor iklim yang sesuai. Sementara jenis-jenis lainnya hanya tumbuh pada tempat-tempat tertentu khususnya di bawah pohon yang berdiameter besar untuk jenis jamur yang tumbuh di tanah, sedangkan yang tumbuh di kayu mati dapat ditemukan pada jenis-jenis kayu tertentu, contohnya seperti
153
Mardji dan Noor (2009). Keanekaragaman Jenis Jamur Makro
Ganoderma carnosum hanya ditemukan pada kayu Octomeles sumatrana. Tetapi kebanyakan kayu yang telah mati sudah tidak dapat dikenali nama jenisnya, karena tidak mempunyai daun, kulit, getah dan tanda-tanda pengenal lainnya. Ada beberapa jenis jamur yang telah dikenal masyarakat setempat maupun masyarakat luas bisa dimakan dan telah dibudidayakan dalam skala luas, seperti Auricularia auricula dan Pleurotus ostreatus, sedangkan jenis lainnya masih secara insidentil dikonsumsi oleh masyarakat setempat bila mereka menemukannya di dalam hutan. Jenis jamur yang dikumpulkan yang benar-benar diketahui beracun adalah Amanita gemmata, A. virosa, Lactarius helvus, Phylloporus pelletieri, Russula luteotacta dan R. mairei, sedangkan jenis lainnya tidak beracun dan tidak bisa dimakan karena tubuh buahnya kenyal, keras berkayu atau tidak enak, sehingga hanya menjadi makanan binatang yang hidup di dalam hutan seperti serangga, kumbang, semut, bekicot dan sebagainya. Menurut Bigelow (1979), Pace (1998), nama “destroying angel” atau "death angel" biasa digunakan untuk Amanita virosa, karena bila tertelan dapat menyebabkan kematian. Jenis jamur yang bisa dimanfaatkan untuk obat adalah Auricularia auricula dan Pleurotus ostreatus. Ciri-ciri yang umum dari jenis jamur yang beracun menurut Suriawiria (1993) adalah seperti di bawah ini, tetapi tidak semua benar, karena beberapa jenis jamur yang mempunyai tanda-tanda sama dengan yang disebutkan di bawah ini ternyata tidak beracun. a. Jenis jamur yang beracun biasanya mempunyai warna mencolok seperti merah darah, hitam legam, biru tua atau warna lainnya. b. Berbau tidak enak seperti bau telur busuk atau berbau ammoniak. c. Mempunyai cincin (annulus) dan atau cawan (volva). d. Tumbuh di tempat-tempat kotor seperti di sampah, kotoran binatang, tetapi dalam budidaya jamur kompos sering digunakan kotoran binatang untuk meningkatkan produksi. e. Bila kontak dengan besi (baja atau perak), besi tersebut berubah warna menjadi biru atau hitam. f. Warnanya berubah dengan cepat dari putih ke warna gelap bila dimasak atau dipanaskan. g. Bila dimasak bersama nasi, warna nasi tersebut berubah menjadi gelap. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Jumlah jamur yang ditemukan di HLGL adalah 118 jenis. Jumlah jenis jamur yang ditemukan di hutan Mului adalah yang paling banyak, diikuti dengan di hutan Lumut dan yang paling sedikit adalah di hutan Rantau Layung, di mana di hutan Mului lebih banyak jamur yang tumbuh di tanah daripada di kayu mati. Hasil ini menunjukkan, bahwa di habitat dengan kerusakan ringan, jenis jamur tanah tumbuh lebih banyak daripada di habitat yang rusak berat, di mana kerusakan habitat di hutan Rantau Layung lebih berat daripada di kedua hutan lainnya. Selain itu,
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 2 (2), OKTOBER 2009
154
perbedaan juga disebabkan oleh faktor iklim, bila faktor iklim tidak sesuai, maka tubuh buah jamur tidak dapat terbentuk. Penyebaran setiap jenis jamur berbeda-beda, beberapa jenis dapat ditemukan dari kaki gunung sampai ke puncaknya, tetapi jenis lainnya hanya mengelompok di tempat-tempat tertentu, di mana inang dan substratnya sesuai. Di tiga lokasi tersebut, kebanyakan jenis jamur yang tumbuh di tanah adalah jamur mikoriza, sedangkan jamur penghancur serasah sangat sedikit. Beberapa jenis jamur yang bisa dimakan juga ditemukan, mereka adalah: Amanita vaginata, Auricularia auricula, Calvatia sp., Cantharellus cibarius, Clavulina rugosa, Clitocybe infundibuliformis, C. odora, Clitocybe sp.1, Clitocybe sp.2, Dictyophora multicolor, Laccaria fraterna, L. laccata, L. purpureo-badia, Lycoperdon sp., Pleurotus spp., Polyporus sp.18, Russula cyanoxantha, R. eburneoareolata, R. grisea, R. olivacea, Sarcoscypha coccinea, Volvariella bombycina, Xylaria polymorpha dan X. tabacina. Jenis jamur yang beracun adalah Amanita gemmata, A. virosa, Lactarius helvus, Phylloporus pelletieri, Russula luteotacta dan R. mairei. Banyak jenis jamur yang tidak beracun, tetapi karena rasanya tidak enak dan tubuh buahnya keras atau kenyal, maka mereka hanya menjadi makanan binatang yang hidup di hutan. Jenis jamur yang bisa dimanfaatkan untuk obat adalah Auricularia auricula dan Pleurotus ostreatus. Saran HLGL perlu dipertahankan kelestariannya untuk menjaga keanekaragaman flora termasuk jenis-jenis jamur agar tidak semakin berkurang. Perlu untuk mengupayakan budidaya jenis jamur yang bisa dimakan dan untuk obat yang melibatkan masyarakat setempat. Untuk keperluan inokulasi pada semai yang akan ditanam di lapangan terutama jenis-jenis tanaman yang dalam hidupnya memerlukan simbiosis dengan jamur, maka jamur mikoriza yang ada di HLGL dapat dimanfaatkan. Perlu dilakukan penelitian dengan mengunjungi areal yang lebih luas secara periodik seperti di musim hujan dan kemarau untuk memperoleh keanekaragaman jenis jamur yang lebih banyak. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2005. Gunung Lumut Biodiversity Assessment November – December 2005. TBI Indonesia Programme (MoF – Tropenbos Kalimantan Programme), Balikpapan 76100. 24 h. Bigelow, H.E. 1979. Mushroom Pocket Field Guide. Macmillan Publishing Co. Inc., New York. 117 h. Boyce, J.S. 1961. Forest Pathology. Third Edition. McGraw-Hill Book Company, Inc., New York. 572 h. Breitenbach, J. and F. Kränzlin. 1991. Fungi of Switzerland. Vol. 3. Boletes and Agarics. Mykologia Lucerne, Switzerland. 361 h. Bresinsky, A. and H. Besl. 1990. A Colour Atlas of Poisonous Fungi. Wolfe Publishing Ltd., London. 295 h.
155
Mardji dan Noor (2009). Keanekaragaman Jenis Jamur Makro
Haeruman, H. 1993. Biodiversity. Action Plan for Indonesia. Ministry of National Development Planning. National Development Planning Agency, Jakarta. 141 h. Imazeki, R.; Y. Otani and T. Hongo. 1988. Nihon No Kinoko. Yama-kei Publishers Co. Ltd., Tokyo. 623 h. Jülich, W. 1988. Dipterocarpaceae and Mycorrhizae. Special Issue, GFG Report of Mulawarman University 9: 103 h. Læssøe, T. and G. Lincoff. 1998. Mushrooms. Dorling Kindersley Ltd., London. 304 h. Nonis, U. 1982. Mushrooms and Toadstools. A Colour Field Guide. David & Charles, London. 229 h. Pace, G. 1998. Mushrooms of the World. Firefly Books Ltd., Spain. 310 h. Suriawiria, U. 1993. Pengantar untuk Mengenal dan Menanam Jamur. Penerbit Angkasa, Bandung. 210 h.