MONITORING KONDISI MESIN KAPAL TUG BOAT MAIDEN LUCKY 2 X 1800 HP DENGAN MENGGUNAKAN PENGUKURAN GETARAN Taufik Fajar Nugroho, Henman Nugroho
Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
[email protected]
ABSTRACT Thesis on monitoring the condition of the engine tug boat Maiden Lucky 2 x 1800 hp using vibration measurements aiming to determine the condition of the engine tug boat Maiden Lucky with comparing the result of vibration measurements and temperature of the exhaust gas on a machine with the condition of lubricating oil used. The proses of monitoring the condition of the engine tug boat Maiden Lucky performed by direct measurement of vibration on the machine during operation and sampling used lubricating oil to be tested in the laboratory. The measurement result show that the vibration machine and exhaust gas temperatures of each cylinder has increased. This is same with increase value for vibration on the measurement of the second stage compared to first stage in almost all measurement points. While the result of testing of the lubricating oil shows that the lubricant had to be replaced. This is evidenced by adecrease in some parameters of the lubricant which already exceeds the exposure limits, such as the decline of the value of TBN,Viscosity, and index viscosity. Replacement of lubricant to the engine had to be done so as not to cause demage to the component machine because lubricants was not able to function properly as it should. If the lubricant used is not replaced it will cause friction between the components that could lead to greater wear and tear on the components and the corrosive to the engine because the lubricant is not able to neutralize the acidity in the engine.
PENDAHULUAN Pada umumnya getaran kapal berasal dari main engine. Semua main engine di produksi dan di desain agar tingkat getarannya rendah sehinggga tidak mengganggu abk dan para penumpang kapal. Akan tetapi selama pengoperasiannya semakin lama, maka tingkat getaran juga akan semakin tinggi, hal ini disebabkan karena beberapa hal yang diantaranya yaitu kelelahan bahan, keausan, dan deformasi, sehingga kejadian – kejadian tersebut dapat menaikkan besar celah antara bagian – bagian yang rapat dan keretakan material.
KEY WORDS: Vibration, Machinery, TB. Maiden Lucky, lubricant, exhaust gas, testing, measurement, wear and tear.
TINJAUAN PUSTAKA
Getaran sendiri tentunya suatu hal yg tidak diharapkan muncul dalam sebuah sistem kerja , hal ini dikarenakan tidak lain getaran tentunya akan membawa dampak negatif terhadap komponen maupun pekerja yang ada disana. Getaran yang berlebih tentunya akan berpengaruh terhadap performa maupun umur kekuatan dari suatu komponen yang ada. Pengukuran getaran merupakan kegiatan yang paling umum dilakukan dalam perawatan prediktif. Perawatan prediktif berbasis sinyal getaran memiliki beberapa kekurangan, salah satunya adalah ketidaktahanan sensor getaran terhadap temperatur yang tinggi.Untuk itu penelitiian ini dilakukan tidak hanya mengambil data tentang getaran akan tetapi data getaran yang di dapat nantinya dibandingkan dengan kondisi temperature gas buang serta kondisi dari pada pelumas yang digunakan.
Pengertian Getaran Getaran dapat didefinisikan sebagai "perubahan siklus dalam posisi objek ketika bergerak bergantian ke satu sisi dan ke sisi lainnya dari beberapa acuan atau datum posisi "(Macinante, 1984). Getaran juga bisa didefinisikaan sebagai gerak periodik atau yang berulang setelah interval waktu tertentu (Mobley, 1999). Jumlah gerakan
bolak-balik yang terjadi tiap satuan waktu dinamakan frekuensi dan diukur dalam hertz(Hz) (Measuring Vibration, BrÜl & KjÆr). Ditinjau dari gaya penggerak terjadinya getaran, dikenal dua macam getaran yaitu getaran bebas dan getaran getaran paksa. Getaran bebas terjadi bila sistem mekanis dimulai dengan Gaya awal, lalu dibiarkan bergetar secara bebas. Contoh getaran seperti ini adalah memukul garpu tala dan membiarkannya bergetar, atau bandul yang ditarik dari keadaan setimbang lalu dilepaskan. Getaran paksa terjadi bila gaya bolak-balik atau gerakan diterapkan pada sistem mekanis. Contohnya adalah getaran gedung pada saat gempa bumi. Getaran juga dibagi berdasarkan redamannya, yaitu getaran tanpa redaman (undamped) dan getaran dengan redaman (damped). Getaran tanpa redaman pada dasarnya teoritik sifatnya, artinya dalam kenyataannya hampir tak pernah dijumpai getaran yang tak mempunyai redaman sama sekali. Adanya redaman pada sistem yang bergetar menyebabkan energinya makin lama makin sedikit dan pada akhirnya habis. Ini ditandai dengan berhentinya proses getaran. Getaran Bebas (Free Vibration) Pada getaran bebas, sistem bergetar karena adanya gaya konservatif (misalnya gaya gravitasi atau gaya elastik), artinya sistem bergetar karena gaya-gaya yang ada pada dirinya sendiri dan bukan karena ada gaya luar (eksternal). Gaya yang bekerja adalah gaya pegas, gesekan dan berat massa. Akibat adanya gesekan, getaran hilang sesuai dengan waktu. Getaran ini disebut dengan getaran bebas (free vibration) atau kadangkala disebut dengan transient.Getaran bebas terjadi misalnya pada gerak bandul, ataupun pada getaran balok yang elastis. Getaran Paksa Getaran paksa adalah getaran yang terjadi karena rangsangan gaya luar, jika rangsangan 3 tersebut berosilasi maka sistem dipaksa untuk bergetar pada frekuensi rangsangan. Jika frekuensi rangsangan sama dengan salah satu frekuensi natural sistem, maka akan didapat keadaan resonansi dan osilasi besar yang berbahaya mungkin terjadi. Bila gaya luar, biasanya F (t) = Fo sin t atau Fo cos t, bekerja pada sistem selama gerakan getarannya, diterminologikan sebagai getaran paksa (forced vibration). Pada getaran paksa, sistem cenderung bergetar pada frekuensi sendiri disamping mengikuti frekuensi
gaya eksitasi. Dengan adanya gesekan, bagian gerakan yang ditahan oleh gaya eksitasi sinusoida secara perlahan hilang. Dengan demikian sistem akan bergetar pada frekuensi gaya eksitasi dengan mengabaikan kondisi awal atau frekuensi pribadi sistem. Bagian getaran yang berlanjut terus tersebut disebut getaran keadaan steadi (tunak) atau respon sistem. Respon keadaan steadi selalu dibutuhkan dalam analisa getaran karena efek sinambungnya. Getaran paksa biasanya terjadi pada getaran pondasi karena mesin yang bertumpu di atasnya bergetar. Getaran Pada Mesin Getaran pada mesin disebabkan gaya pemindahan yang dihasilkan dari berbagai gaya yang tidak seimbang yang bekerja dalam mesin. Kalau semua gaya dalam sebuah mesin mempunyai besar dan arah yang tetap, mesin dapat diseimbangkan dengan mudah. Tetapi gaya didalam sebuah mesin berubah besar dan arahnya, sehingga sulit untuk menyeimbangkannya. Masalah penyeimbangan gaya yang berubah-ubah ini juga dipersulit oleh gaya bolak-balik dari bagian tertentu. Oleh karenanya, getaran mesin dapat terjadi karena gaya putar yang tidak seimbang, gaya bolak-balik yang tidak seimbang, dan perubahan dalam tekanan gas, gaya kelembaman dan momen puntir. Kalau gaya yang berubah-ubah dalam mesin ini terjadinya pada kecepatan yang sama dengan getaran frekuensi pribadi dari struktur mesin atau salah satu bagiannya, maka hasil keadaan resonansi dapat memperbesar amplitudo getran sampai sedemikian besar sehingga akan terjadi kerusakan yang gawat. Biasanya, frekwensi pribadi dari struktur mesin dan bagian mesin jauh lebih tinggi daripada frekuensi dari gaya yang tidak seimbang dalam mesin yang mungkin terjadi dalam keadaan operasi normal.Adapun bagianbagian mesin yang cenderung untuk menghasilkan getaran serentak, atau “pick-up vibration”, adalah batang torak, roda gigi, crank shaft, pegas katup, poros engkol dan penyangga mesin. Getaran mesin sebagai suatu keseluruhan, yang hanya di perhitungkan kalau struktur yang mendukung mesin adalah fleksibel, hal tersebut dapat oleh jenis perpindahan yang menyebabkan nya yaitu: 1. Kocokan (shacking) – disebabkan oleh gaya vertical atau horizontal yang berayunayun yang cenderung untuk menggerakan mesin naik turun atau kearah samping. 2. Goyangan (rokcing) – disebabkan oleh
gaya horizontal berayun-ayun yang bekerja diatas titik berat mesin yang cenderungutuk mengoyang mesin di sekitar garis yang melalui titik beratnya. 3. Jungkitan (pitching) – disebabkan oleh pasangan gaya (kopel) vertical yang cenderung untuk menaik-turunkan ujung mesin. 4. Simpangan (yawing)- disebabjan oleh kopel horizontal yang cenderung untuk menyimpangkan mesin menyilang atau mengerakan mesin ke kiri- kanan. 5. Getaran puntiran – disebabkan oleh reaksi momen puntir berayun-ayun yang cenderung memilih poros engkol selama berputar. Dari defenisi di atas akan dapat dilihat bahwah kecocokan disebabkan olehgaya bolakbalik yang tidak seimbang dan komponen vertical atau horizontal dari gaya sentrifugal yang tidak seimbang, sedangkan jungkitan disebabkan oleh kopel tidak seimbang yang dihasilkan oleh semua gaya tersebut. Goyangan atau getaran utama disebabkan oleh variasi dalam komponen horizontal dari reaksi torak atau atau dorongan samping (S) seperti terlihat pada gambar disebabkan oleh perubahan dalam tekanan gas, gaya kelembaban, da reaksi beban. Simpang terjadi disebakan oleh kopel tidak seimbang yang dihasilkan oleh komponen horizontal dari gaya sentrifugal dalam mesin vertical dan komponen horizontal dari gaya bolak-balik dalam mesin. Sehingga mesin yang menghasilkan momen poros yang besar memberikan momen reaksi yang sama besar pada penyangga mesin, landasan mesin misalnya pada sasis atau badan kendaraan bermotor,atau pada lantai untuk mesin stasioner. Jika penyangga mesin terlalu kaku atau lunak, maka reaksi terhadap momen putar akan terjadi langsung pada landasan. Bagaimana pun juga landasan mesin akan bergetar.
Gambar Arah perpindahan yang menyebabkan getaran
Type-Type Pengukuran Getaran Ada tiga dasar yang menjadi parameter dalam melakukan pengukuran getaran yaitu : 1. 2. 3.
Displacement Velocity Acceleration
a. Displacement (Simpangan Getaran) Displacement adalah ukuran dari pada jumlah gerakan dari pada massa suatu benda, dimana hal ini menunjukkan sejauh manabenda bergerak maju mundur (bolak-balik) pada saat mengalami vibrasi. Displacement adalah perubahaan tempat atau posisi dari pada suatu objek atau benda meju suatu titik pusat (dalam hal ini massa benda berada dalam posisi netral). Besarnya gaya daripada Displacement dapat diketahui dari amplitude yang dihasilkan. Makin tinggi amplitude yang ditunjukkan,makin keras atau tinggi pula vibrasi yang dihasilkan. Displacement atau perpindahan dari suatu benda dapat dijukkan dalam satuaan mil (dimana mil = 0,001 inc) atau dalam micron (dimana 1 micron = 0,001 mm) Displacement biasanya sangat berguna pada batas frekuensi kurang dari 600 CPM (10 Hz). Frekuensi ini harus digunakan selama terjadi displacement untuk mengefaluasi gejala vibrasi. Pada keadaan biasa, dimana vibrasi pada 1 x RPM adalah 2 millis (25,4 micron PK)tapi hal ini belum memberikan komfirmasi yang cukup untuk menentukan apakah vibrasi pada tingkatan 2 mil,hal ini merupakan kondisi yang baik atau buruk, sebagai contoh, vibrasi 2 mils PK-PK pada 3600 CPM adalah lebih berbahaya dibandingkan dengan vibrasi 2 mils PK – PK pada 300 CPM. b.Velocity (kecepatan getaran) Velocity addalah jumlah waktu yang dibutuhkan pada saat terjadi displacement (dalam hal kecepatan). Velocity adalah satu indikator yang paling baik untuk mengetahui masalah vibrasi (contohnya unbalance, misaligment, mecanical loosess, dan kerusakan bearing atau bearing defect) pada mesin berkecepatan sedang. Velocity adalah ukuran kecepatan suatu benda pada saat bergerak atau bergetar selama berisolasi. Kecepatan suatu benda adalah nol pada batas yang lebih tinggi atau lebih rendah,dimulai pada saat berhenti pada suatu titik sebelum berubah arah dan mulai untuk bergerak kearah berlawanan. Velocity dapat ditunjukkan dalam suatu inch per second (in/sec) atau milimeter per secon (mm/sec) Velocity disisi lain tidak sepenuhnya mempunyai frekuensi yang bergantung pada batas sekitar 600 sampai 120000 CPM (10 sampai 2000 Hz) dan pada dasarnya hanya merupakan satu pilihan ketika batas frekuensi berada pada 300 sampai 300000 CPM (5 sampai 500 Hz).
c. Acceleration(percepatan getaran) Acceleration adalah jumlah waktu yang diperlukan pada saat terjadi velocity. Acceleration adalah parameter yang sangat penting dalam analisis mesin-mesin yang berputar (rotation equipment)dan sangat berguna sekali dalam mendeteksi kerusakan bearing dan masalah pada gearbox berkecepatan tinggi lebih cepat dan lebih awal. Acceleration diartikan sebagai perubahan dari velocity yang di ukur dalam satuan gravitasi. Pada posisi permukaan laut 1,0g = 32,2 ft/sec2 yang ekuivalen dengan 386,087 in/sec atau 9806,65 mm/sec, harga yang digunakan untuk menyatakan akselerasi dari gravitasi (percepatan grafitasi)dalam satuan Inggris dan Metric (dimana in/sec/sec biasanya ditunjukkan sebagai in sec2
Pengumpulan Data
Pada tahapan ini akan dilakukan penentuan kapal sekaligus mencatat data yang dibutuhkan Data yang dipakai yaitu data pengukuran getaran pada kapal tug boat Maiden Lucky : 1. Nama Kapal : TB. MAIDEN LUCKY 2. Tempat Pendaftaran : BELAWAN 3. Tahun/tempat Pembuatan : 2001 / JEPANG 4. Bahan utama kapal : BAJA 6. Type Kapal : Z. PELLER HARBOUR TUG 7. Klasifikasi : BKI 8. Bendera : INDONESIA 9. Pemilik : PT. WARUNA NUSA SENTANA
Ukuran Utama 1. Length over all (LOA) : 32 m 2. Length between perpendicular : 28,81m 3. Breadth :9 m 4. Depth : 3,78 m 5. Draft :3m 6. Jumlah geladak : satu 7. Jumlah baling – baling : 2 8. GT : 306 9. NT : 92 10. Jumlah ABK : 12 orang 11. Vs : 13 knot
Mesin Utama 1. Merk : NIIGATA 6L 25 CXE 2. Daya mesin : 2 x 1800 hp 4. Jumlah Mesin : 2 5. R.P.M : 750 Mesin Bantu 1. Yanmar 6 CXAL-TNX 125 Ps Propeller 1. Niigata ZP – 2A x 2 set
METODOLOGI Diagram Alir Pengerjaan
3.3.
Alat yang Digunakan Untuk Mengukur Getaran Input data yang digunakan yaitu langsung mengambil dari TB MAIDEN LUCKY yang akan di analisa tingkat getarannya dengan menggunakan alat vibration Tester. Adapun spesifikasi dari TV300 vibration Tester adalah sebagai berikut: a. Acceleratio : 0,1m/s2 – 392 m/s2 (peak) b. Velocity : 0,01 – 80 cm/s (RMS) c. Displacement : 0,001 – 10 mm (peak – peak) Frekuensi range a. Acceleration : 10 Hz – 200 Hz, 10 Hz – 500 Hz, 10 Hz – 1KHz, 10 Hz – 10 KHz b. Velocity : 10 Hz – 1KHz c. Displacement : 10 Hz – 500 Hz d. Accurasi : 5 % e. Temperature range : 0 – 40 0C f. Humidity range : 80 % Display screen : LCD , 320 x 200 pixels
Battery parameter : Li battery, work 20 hours continuously, carging time 12 hours Dimention : 171 mm x 78,5 mm x 28 mm Weight : 230 g
Tabel , Standart ABS Untuk Batasan Getaran
Gambar TV300 vibration tester Pengecekan Standart Standart DNV Tabel , standart DNV Untuk Material Steel
Standart ISO Sedangkan berdasarkan ISO 18016 (1995) standart getaran sebagai berikut : Tabel , Zona dan Klas Getaran Berdasarkan ISO 18016
Struktur getaran pada kapal dengan materi steel, maka getaran tidak boleh melebihi ketentuan di atas, dan jika level getaran berada di bawah kriteria yang ditetapkan, maka memberikan resiko yang kecil terhadap crack. Tabel 3.2, standart DNV Untuk Diesel Engines
Diukur pada bagian atas dan bawah blok mesin, jika > 20% dari kriteria di atas, maka diperbolehkan untuk tidak dijalankan secara terus menerus dalam kisaran kecepatan operasi. Standart ABS Dibawah ini merupakan tabel mengenai batasan – batasan mengenai nilai getaran yang tercantum pada aturan ABS pada section 7.
Hasil Pengukuran Getaran Tempat pengujian : Perairan kalbut Situbondo jawa timur Dilaksanakan : Mahasiswa ITS Disaksikan : KKM kapal TB. maiden lucky Kondisi Pengujian 1. Tanggal pengujian pertama : 17 Nopember 2011 2. Tanggal pengujian kedua : 20 Desember 2011 3. Lokasi Pengujian : Perairan Kalbut Situbondo jawa timur 4. Kecepatan : 5 knots pada 350 rpm 5. Kondisi Perairan : Perairan tenang
Data hasil pengukuran pada pengujian pertama pada jam kerja 2200 jam
Data hasil pengukuran pada pengujian kedua pada jam kerja 2302 jam
Berikut ini adalah tabel hasil pengecekan dengan standart yang digunakan.
Pengambilan Sampel dan Pengujian Minyak Pelumas a. Umum Tempat pengambilan sampel : Kapal TB. MAIDEN LUCKY Tanggal pengambilan : 17 Nopember 2011 Kondisi pengambilan : Mesin dalam Keadaan beroperasi normal Jumlah sampel : 1 botol Tempat pengujian sampel : Labinkimat, Jl. Stasiun Benteng No 11 DBAL Ujung Surabaya No. Telp / Fax 031-3292464 b. Laporan hasil pengujian Jenis material : Pelumas Medripal 412 SAE 40 Diterima tanggal : 12 Desember 2011 Selesai tanggal : 19 Desember 2011 Dasar pengujian : Surat Ketua Jurusan Teknik Sistem Perkapalan ITS Nomor 608 / 12.4.3 / LL / 2011 tanggal 09 Desember 2011 Kode sampel : 54/BBMP
Analisa Hasil Pengukuran Dengan Standart
Pengecekan hasil pengukuran getaran pada mesin induk kapal TB. MAIDEN LUCKY menggunakan beberapa standart yang berlaku seperti standart dari ABS, ISO serta DNV.
menunjukkan hasil bahwasannya pelumas sudah dalam kondisi yang tidak baik. Hal ini dibuktikan dengan turunnya beberapa nilai parameter pelumas yang sudah melebihi batas.
Analisa Hasil Pengukuran Getaran dan Temperatur dengan Pengujian Pelumas Dari data pengukuran getaran pada mesin induk kapal TB. MAIDEN LUCKY dapat kita ketahui bahwasannya nilai amplitudo getaran semakin meningkat. Hal ini dibuktikan pada pengukuran getaran pada tahap kedua tepatnya tanggal 20 Desember 2011 dengan jam putar kerja mesin 2302 jam jika kita bandingkan dengan pengukuran getaran pada tahap pertama yaitu tepatnya tanggal 17 Nopember 2011 dengan jam putar kerja mesin 2200 jam hampir di semua titik pengukuran nilai amplitudo getarannya mengalami peningkatan. Hal ini akan berdampak kurang baik pada kondisi mesin melihat pada masing masing temperature gas buang silinder juga mengalami peningkatan. Pada pengecekan hasil pengukuran getaran dengan beberapa standart yang digunakan dapat kita lihat bahwasannya nilai getarannya masih memenuhi standart yang ditentukan. Berdasarkan hasil pengujian pelumas mesin kapal TB. MAIDEN LUCKY jenis Medripal 412 SAE 40 pada Labinkimat Jl. Stasiun Benteng No 11 DBAL Surabaya
Pada hasil pengujian pelumas kita ketahui bahwasannya nilai dari parameter TBN (Total Base Number) nya sudah mengalami penurunan yang sangat besar yaitu dari 15 mgr KOH/gr dari spesifikasi teknis yang direcomendasikan turun menjadi 2 mgr KOH/ gr. TBN ( Total Base Number) atau angka basa total sendiri menunjukkan kemampuan suatu pelumas dalam deterjensi dan dispersansi serta kemampuan menetralisir asam hasil oksidasi dari pelumas. Semakin besar nilai dari TBN maka semakin besar pula kemampuan pelumas dalam deterjensi dan dispersansi serta penetralan keasaman hasil dari oksidasinya. Pelumas harus mengandung deterjen untuk melawan atau menetralkan asam- asam akibat reaksi hasil pembakaran bahan bakar yaitu SO3, SO2 dengan H2O yang masuk ke ruang karter menjadi H2SO4, kemudian bercampur dengan pelumas. Asam ini bersifat korosif dan dapat memakan logam dari komponen bagian mesin,. Apabila nilai dari TBN suatu pelumas sudah mengalami penurunan, hal ini menandakan bahwa nilai ketahanan pelumas sudah berkurang, akibatnya lama kelamaan bisa menimbulkan korosif pada komponen mesin. Salah satu fungsi dari pelumas ialah untuk mengurangi gesekan yang terjadi pada dua komponen mesin. Lapisan pelumas akan mengalir diantara permukaan kedua komponen, dimana lapisan atas molekul pelumas akan menempel pada bagian atas komponen sedangkan lapisan bawah molekul pelumas akan menempel pada bagian bawah komponen, sehingga saat komponen bergerak lapisan dalam molekul pelumas akan bergerak di antara molekul yang lain sehingga dapat mengurangi gesekan diantara kedua permukaan komponen. Viskositas pelumas dipengaruhi oleh suhunya. Pada suhu tinggi viscositas minyak pelumas tidak boleh terlalu rendah karena lapisan pelumas yang berada diantara dua komponen mesin yang bergerak akan sobek dan terjadilah kontak antara komponen tersebut sehingga bisa meninbulkan terjadinya keausan. Pada hasil pengujian viscositas pelumas pada kondisi 1000C nilai viscositasnya turun hingga sekitar 50% yaitu dari specisikasi teknis sebesar 15,17 cst menjadi 9,75 cst. Hal ini tidak diperbolehkan
karena toleransi penurunan sebesar 25 – 35 % sesuai dengan klasifikasi viskositas pelumas berdasarkan SAE dimana untuk SAE 40 nilai minimumnya sebesar 12,5 cst. Viscositas index adalah ukuran perubahan kekentalan pelumas terhadap temperatur. Viscositas pelumas akan menurun apabila temperatur naik dan viscositas pelumas akan turun apabila temperatur turun. Apabila pelumas memiliki index viscositas yang rendah maka pelumas tersebut akan cepat berubah kekentalannya dengan adanya perubahan temperatur. Sehingga akan mengganggu pelumasan atau pelumasannya mengalami kegagalan. Apabila nilai index viscositasnya tinggi berarti viscositas pelumas tersebut tidak mudah berubah sehingga pelumasannya akan berjalan dengan baik. Pada hasil pengujian nilai Viscositas index nya mengalami penurunan dari nilai spesifikasi teknis sebesar 98 menjadi 64. Hal ini berarti penurunan nilai viscositas indexnya mencapai 34%, untuk peubahan nilai ambang batasnya sendiri biasnya hanya 20 – 25 % sehinnga dapat dikatakan bahwa hasil yang ditunjukkan pada pengujian sudah melebihi nilai ambang batasnya. Untuk hasil pengujian terkait dengan nilai flash pointnya, menunjukkan bahwa nilainya juga sudah mengalami penurunan dari 2700C menjadi 2200C. Hal ini menunjukkan bahwa nilainya masih memenuhi akan tetapi sudah diambang batas. Berdasarkan data data yang diperoleh dari proses pengujian minyak pelumas tersebut, dapat dinyatakan bahwa pelumas mesin suadah dalam kondisi yang tidak bagus. Hal ini ditunjukkan dengan turunnya beberapa parameter pelumas yang melebihi dari yang diperbolehkan atau dengan kata lain pelumas sudah harus diganti karena sudah tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Dengan kondisi demikian kondisi mesin masih bisa dikatakan baik karena getaran yang ditimbulkan masih memenuhi standart, akan tetapi memungkinkan kondisi mesinnya menjadi tidak baik apabila pelumas yang sudah menurun parameternya masih di paksakan untuk digunakan.
Kesimpulan Pada penelitian mengenai monitoring kondisi mesin kapal tug boat Maiden Lucky 2 x 1800 hp dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut : 1). Hasil pengukuran getaran pada mesin mengalami kenaikan, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya nilai amplitudo getaran pada pengukuran kedua jika dibandingkan dengan pengukuran pertama hampir di semua titik pengukurannya 2). Peningkatan besarnya getaran juga di ikuti dengan bertambah besarnya nilai gas buang dari masing – masing silinder mesin 3.) Pengecekan hasil pengukuran getaran menunjukkan nilai getarannya memang masih memenuhi standart akan tetapi terdapat indikasi peningkatan nilai getarannya. 4). Turunnya beberapa parameter pelumas pada saat pengujian di laboratorium menunjukkan bahwa pelumas sudah menurun fungsinya karena penurunan nilainya melebihi batas yang diperbolehkan 5). Menurunnya kualitas dari pelumas bisa menimbulkan kerusakan pada mesin karena ketidakmampuan pelumas dalam menjalankan fungsinya akan mengakibatkan gesekan antar komponen mesin semakin besar dan bisa meninbulkan keausan pada komponen. Saran 1). Meskipun hasil pengukuran getaran masih memenuhi standart, akan tetapi dengan menurunnya beberapa parameter dari pelumas sehingga memungkinkan pelumas akan mengalami penurunan fungsinya maka di sarankan untuk segera mengganti pelumas. Hal ini di karenakan dengan menurunnya fungsi pelumas di khawatirkan apabila tetap digunakan akan mengakibatkan kerusakan komponen pada mesin yang nantinya dapat meninbulkan getaran yg lebih besar lagi serta keausan pada komponen. 2). Melakukan pengecekan pada komponen – komponen mesin apakah sudah terjadi keausan karena pelumas sudah tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. 3). Pada tugas akhir ini pengukuran dilakukan pada kondisi free running, maka untuk memperoleh data yang lebih detail bisa dilakukan pengukuran pada kondisi berbeban atau pada saat kapal tug boat membantu proses mooring dan unmooring.
DAFTAR PUSTAKA ABS. 2006 . ABS Ship Vibration ABS Plaza. Houston, USA DNV. 2011. Guide for Vibration Class. DNV Plaza Houston , N orwegia Ariana,
Made, Getaran Permesinan Kapal, Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Aminy, Yusran Ahmad. 2010. Analisis Spektrum Getaran pada Kerusakan Bantalan Rol dengan Variasi Pembebanan. Palembang: Jurusan Teknik Mesin Universitas Hasanuddin Rivai, anton.2011. Kebocoran minyak pelumas di ruang bakar, http://antonrivai.blogspot.com/2011/11/ke bocoran-minyak-pelumas-di-ruangbakar.html Aditya.2010. Sekilas Mengenai TBN oil : Universitas Sumatera Utara Basilio. R. 2006. Proses Pengujian Pelumas. Surabaya: teknik kimia ITATS Imron, A. 1994. Getaran Kapal 1. Catatan Kuliah. Fakultas Teknologi Kelautan, Jurusan Teknik Perkapalan. ITS Ramadhan, Rahmat. 2009. Pengukuran Getaran, http://vibrasi.wordpress.com/2009/03/13/bab-ivpengukuran-getaran/ Mobley, R keith. 1999. Root Cause Failure Analisys. British: Library of Congress Cataloging-in-Publication Data Munn,
Holger. 2001. Ship Germanischer LIoyd:Hanburg
Vibration.