PENGARUH TERAPI MEDITASI TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA REMAJA DI PANTI ASUHAN PANCASILA YAYASAN SPMAA (SUMBER PENDIDIKAN MENTAL AGAMA ALLAH) DESA TURI KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN
Moh. Saifudin, Moch. RenggoTubagus B.P
ABSTRAK
Kecemasan merupakan suatu respon yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan dapat menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman. Berdasarkan survey awal yang dilakukan penulis pada remaja di Panti Asuhan Pancasila SPMAA (Sumber Pendidikan Mental Agama Allah) Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan dengan menggunakan skala HRS-A (Hamilton Rating Scale Anxiety) lebih dari sebagian remaja mengalami kecemasan sedang. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh terapi meditasi terhadap penurunan tingkat kecemasan pada remaja. Metode penelitian ini adalah Pra Eksperimen One-group Pra-Post test design. Metode Sampling yang digunakan adalah Total Sampling. Sampel yang diambil sebanyak 37 remaja yaitu remaja yang mengalami kecemasan pada bulan Oktober 2013 sampai bulan Maret 2014. Data penelitian ini diambil dengan pengumpulan data yang didapat dari lembar kuesioner yang dibagikan pada responden. Setelah ditabulasi data yang ada dianalisis dengan menggunakan Uji Wilcoxon sing rank test dengan penarikan kesimpulan jika P sign < 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 37 remaja didapatkan 13 remaja (35,1 %) mengalami tingkat kecemasan dalam batas normal, 20 remaja (54,1 %) mengalami kecemasan ringan, 4 remaja (10,8 %) mengalami kecemasan sedang dan tidak satu pun remaja mengalami kecemasan berat. Sedangkan dari hasil pengujian statistik diperoleh hasil ada pengaruh terapi meditasi terhadap penurunan tingkat kecemasan pada remaja dengan tingkat signifikansi 0,000 (p < 0,05). Kesimpulan hasil penelitian ini ada pengaruh terapi meditasi terhadap penurunan tingkat kecemasan pada remaja Di Panti Asuhan Pancasila SPMAA Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. Kata Kunci : Terapi Meditasi, Tingkat Kecemasan Pada Remaja
ABSTRACT
Anxiousness is a respond of a threat, but anxiousness can be abnormal if the level of it is not appropriate with threat propotion. based on beginning survey that the writer did on adolescent in Panti Asuhan Pancasila SPMAA (Sumber Pendidikan Mental Agama Allah) in Turi village Turi Sub district Lamongan regency with using HRS-A scale (hamilton Rating scale anxiety) many of adolescent experience medium level of anxiousness. the purpose of this research is to analyze the effect of meditation therapy on decreasing level of adolescent anxiousness. This research method is Pre-Experiment One-Group Pre-Post Test Design. The sampling method is using Total Sampling. The sample is taken by 37 adolescent, they are adolescent that having anxiousness on October 2013 until march 2014. this research data is taken by collecting data that have analyze with test of Wilcoxon Sing Rank Test with pulling conclusion that P sign < 0,05. The result of the research show that 37 adolescent is obtained that 13 adolescent (35,1%) having anxiousness level in normal limit, 20 adolescent (54,1%) having low level of anxiousness, 4 adolescent (10,8%) having medium anxiousness and none of adolescent having high level of anxious. whereas based on result of statistic test is obtained that there is effect of meditation therapy on decreasing level of anxious on adolescent with signification level 0,000 (p<0,05). Conclusion of this research is there is effect of meditation therapy on decreasing adolescent anxious level in Panti Asuhan Pancasila SPMAA Turi Village Turi Subdistrict Lamongan Regency. Keyword : Meditation Therapy , Level of Anxiousness on Adolescent
PENDAHULUAN Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Banyak sekali istilah yang digunakan dalam menyebut masa ini, ada masa pubertas, puberty dari bahasa Inggris, dan puberteit dari bahasa Belanda. Pada masa transisi ini kondisi psikologis maupun cara berpikirnya cenderung tidak stabil dan banyak mengalami goncangan, dikarenakan masih belum bisa menemukan prinsip yang benar dalam hidupnya. Remaja cenderung suka mencoba hal baru, dalam arti di usia ini remaja masih mencari jati dirinya. Pada masa ini remaja akan mengalami banyak masalah yang dapat menyababkan kecemasan pada remaja (Notoatmodjo, 2007). Remaja atau adolescence adalah periode perkembangan selama di mana individu mengalami perubahan dari masa kanak–kanak
menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13– 20 tahun. Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan remaja adalah seseorang yang berusia 10–19 tahun (WHO, 2012). Remaja adalah berusia 11–20 tahun yang dibagi menjadi 3 tahap remaja awal 11–13 tahun, remaja tengah 14–16 tahun, dan remaja akhir 17-20 tahun (Soetjingsih, 2004). Istilah adolescence biasanya menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas menunjukkan titik di mana reproduksi mungkin dapat terjadi. Perubahan hormonal pubertas mengakibatkan perubahan penampilan pada orang muda dan perkembangan mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis dan berhadapan dengan abstraksi (Potter & Perry, 2005). Undang-undang No.4 tahun 1979, mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah.Masa remaja sangat identik dihubungkan dengan masalah kecemasan akibat dari masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa.
Kecemasan adalah keadaan emosi yang tidak memiliki objek yang spesifik dan kondisi ini dialami secara subjektif (Hawari, 2004). Kecemasan merupakan suatu respon yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan dapat menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman (Nevid, et al, 2005). Cemas berbeda dengan rasa takut, takut merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Takut mempunyai sumber penyebab yang spesifik atau objektif yang dapat diidentifikasi secara nyata. Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan 20% dari populasi dunia menderita kecemasan dan sebanyak 48% remaja sering merasa cemas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yousefi dkk terhadap siswa SMA di Sanandaj, Iran menunjukkan bahwa 16,5% memiliki kecemasan tingkat ringan, 65% memiliki kecemasan dengan tingkat sedang dan 18,5% memiliki kecemasan dengan tingkat tinggi (Yousefi, dkk 2010). Penelitian sebelumnya menyimpulkan tingkat prevalensi seumur hidup untuk gangguan generalized anxiety disorder 4,1-6,6%, Obsessive Compulsive Disorder (OCD) 2,32,6%, Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) 1-9,3%, dan social phobia 2,6-1,3%, Rasio perempuan dibandingkan laki-laki untuk gangguan kecemasan seumur hidup adalah 3 : 2 (Yates W.R 2007). Prevalensi gangguan kecemasan pada remaja di Indonesia berkisar antara 65-78%, Prevalensi kelompok perempuan lebih tinggi dibandingkan kelompok laki-laki. Penelitian yang dilakukan pada kelompok laki-laki dan kelompok perempuan pada murid SMA dengan menggunakan skala Hamilton Anxiety Rating Scale (Ibrahim Hidayati, 2008 dikutip oleh Suwarni, 2009). Sedangkan berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti pada remaja di Panti Asuhan Pancasila SPMAA (Sumber Pendidikan Mental Agama Allah) Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan dengan menggunakan skala HRS-A (Hamilton Rating Scale Anxiety) dari 37 remaja MA Ruhul Amin yang mengalami kecemasan ringan sebanyak 25 remaja (68%), dan yang mengalami kecemasan sedang sebanyak 10 remaja (27%), sedangkan yang mengalami kecemasan berat sebanyak 2 remaja (5%). Penyebab dari kecemasan pada sisiwa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor Penyebab dari kecemasan itu diantaranya
faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Faktor predisposisi meliputi konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego, perasaan takut, dan trauma. Sedangakan faktor presipitasi meliputi ancaman terhadap integritas fisik, ancaman terhadap rasa aman (Wigyosoebroto, 1981 dikutip oleh Purba, 2009). Kecemasan dapat diatasi dengan berbagai terapi seperti terapi meditasi, hipnoterapi, terapi relaksasi, terapi tertawa dan terapi dzikir. Diantara berbagai terapi tersebut penulis tertarik untuk meneliti tentang terapi meditasi dalam mengatasi kecemasan. Metode terapi meditasi Pada zaman sekarang banyak digunakan untuk mengurangi kecemasan, stres dan depresi. Meditasi merupakan pengalihan perhatian ketingkat pemikiran yang lebih dalam hingga masuk ke tingkat pemikiran yang paling dalam dan mencapai sumber pemikiran. Meditasi merupakan pemfokusan pikiran menuju status kesadaran yang membawa nuansa ketenangan, kejelasan dan kebahagiaan (Rizki joko dan Suwono, 2009). Peneliti Harvard Herbert Benson selama 30 tahun telah meneliti tentang terapi meditasi dan mempelajari tentang akibat psikologi dari meditasi pada otak. Pembahasannya dengan melibatkan lima praktisi meditasi pada penelitiannya. Setiap praktisi diberi alat bernama MRI (Magnetic Resonan Imaging) yang mampu mendokumentasikan kerja otak, terbukti dalam penelitian ini menunjukkan kerja otak yang menjadi aktif yang berpengaruh pada metabolisme tubuh dan berdampak tenang pada seseorang (Rizki joko dan Suwono, 2009). Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh terapi meditasi terhadap penurunan tingkat kecemasan pada remaja di Panti Asuhan Pancasila SPMAA (Sumber Pendidikan Mental agama Allah) Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan”. METODOLOGI PENELITIAN Desain dalam penelitian ini adalah Pra Eksperimen dengan menggunakan desain One Group Pretest-Postest. Dalam rancangan ini, tidak ada kelompok pembanding (kontrol) tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama (pretes) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan-perubahan yang
terjadi setelah terjadi adanya eksperimen (Soekidjo Notoatmojo, 2010). Metode Sampling yang digunakan adalah Total Sampling. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah: (1) Remaja yang mempunyai umur 16-18 tahun, (2) Bersedia menandatangani lembar persetujuan untuk menjadi responden, (3) Menduduki kelas XI. Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini adalah: (1) Siswa yang mengalami Retardasi Menta, (2) Siswa yang mengalami ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), (3) Remaja yang mengalami gangguan jiwa (psikotik).
HASIL PENELITIAN 1. Data Umum 1) GambaranUmumLokasiPenelitian Penelitianinidilaksanakan di SPMAA (SumberPendidikan Mental Agama Allah) DesaTuriKecamaTuriKabupatenLamongan yang didirikanolehBapa Guru H. Muhammad Abdullah Muchtar. SPMAA berdiridiataslahandenganluaswilayah ± 1,5 Ha. SPMAA sebagaiinduklembaga yang menaungiatasPantiAsuhanPancasila, PantiWerdhadanpendidikan formal seperti PAUD, TK, Mtsdan MA. Di SPMAA saatsekitar 350 jiwa orang yang terdiridarianak-anak, remajadanlansia, SPMAA jugamemilikilayanankesehatanterdiridari 1 (satu) dokterdanpembantupetugaskesehatan. SPMAA DesaTuriberbatasandenganDesaTawangrejoda nDesaGetung di sebelahTimur, DesaSukorejodan Dusun Gembluk di sebelah Selatan, DesaKeben di sebelah Barat, DesaKemlagi di sebelah Utara. 2) KarakteristikRemajaBerdasarkanUsia Tabel 1Karakteristik Remaja Berdasarkan Usia Di Panti Asuhan Pancasila SPMAA Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Tahun 2014 Prosentase No Usia Frekuensi (%) 1 <17 tahun 29 78,4 2 18-19 tahun 8 21,6 3 >20 tahun 0 0 Jumlah
37
100
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa dari 37 remaja hampir seluruhnya berusia <17 tahun yaitu 29 remaja atau 78,4% dan tidak satu pun remaja berusia >20 tahun. 3) KarakteristikRemajaBerdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 2Karakteristik Remaja Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Panti Asuhan Pancasila SPMAA Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Tahun 2014 Prosentase No Pendididkan Frekuensi (%) 1 SMA 37 100 Jumlah 37 100 Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa dari 37 remaja seluruhnya berpendidikan SMA yaitu 37 remaja 100%. 4) KarakteristikRemajaBerdasarkanJenisKela min Tabel 3Karakteristik Remaja Berdasarkan Jenis Kelamin Di Panti Asuhan Pancasila SPMAA Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Tahun 2014 Prosentase No JenisKelamin Frekuensi (%) 1 Laki-laki 19 51,4 2 Perempuan 18 48,6 Jumlah 37 100 Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa dari 37 remaja lebih dari sebagian berjenis kelamin laki-laki yaitu 19 remaja 51,4%. 5) KarakteristikRemajaBerdasarkanKondisiL ingkungan Tabel 4Karakteristik Remaja Berdasarkan Kondisi Lingkungan Pre Intervensi Di Panti Asuhan Pancasila SPMAA Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Tahun 2014 Kondisi Prosentase No Frekuensi Lingkungan (%) 1 Nyaman 37 100 2 Tidak Nyaman 0 0 Jumlah
37
100
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa dari 37 remaja seluruhnya merasa nyaman dengan kondisi lingkungan yaitu 37 remaja atau 100%.
Data Khusus Karakteristik Tingkat KecemasanRemaja Pre Eksperimen Tabel5Karakteristik Remaja Berdasarkan Tingkat Kecemasan Pre Intervensi Di Panti Asuhan Pancasila SPMAA Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Tahun 2014 Tingkat Prosentase No Frekuensi Kecemasan (%) 1 Normal 0 0 2 Ringan 30 81,1 3 Sedang 6 16,2 4 Berat 1 2,7 Jumlah 37 100 Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa dari 37 remaja hampir seluruhnya yaitu 30 remaja atau 81,1% mengalami kecemasan ringan, sebagian kecil remaja yaitu 6 remaja atau 16,2% mengalami kecemasan sedang dan 1 remaja atau 2,7% mengalami kecemasan berat. 2) Karakteristik Tingkat KecemasanRemaja Post Eksperimen Tabel 6Karakteristik Remaja Berdasarkan Tingkat Kecemasan Post Intervensi Di Panti Asuhan Pancasila SPMAA Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Tahun 2014 Tingkat Prosentase No Frekuensi Kecemasan (%) 1 Normal 13 35,1 2 Ringan 20 54,1 3 Sedang 4 10,8 4 Berat 0 0 Jumlah 37 100 Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa dari 37 remaja hampir sebagian yaitu 13 remaja atau 35,1% tingkat kecemasannya normal, lebih darih sebagian yaitu 20 remaja atau 54,1% mengalami kecemasan ringan dan sebagian kecil remaja yaitu 4 remaja atau 10,8% mengalami kecemasan sedang.
Kecamatan Lamongan
2. 1)
Pengaruh Pre dan Post EksperimenTerapiMeditasiTerhadapPenu runan Tingkat KecemasanPadaRemaja Di PantiAsuhanPancasila SPMAA DesaTuriKecamatanTuriKabupatenLamo nganTahun 2014 Tabel 7 Tabel Silang Pengaruh Pre dan Post Eksperimen Terapi Meditasi Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Remaja Di Panti Asuhan Pancasila SPMAA Desa Turi 3)
Turi
Kabupaten
Karakteristik Tingkat Pre Post No Kecemasa Eksperimen Eksoerimen n Freku Prosent Freku Prosent ensi ase (%) ensi ase (%) 1 Normal 0 0 13 35,1 2 Ringan 30 81,1 20 54,1 3 Sedang 6 16,2 4 10,8 4 Berat 1 2,7 0 0 Jumlah 37 100 37 100 Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa dari 37 remaja pre eksperimen menunjukkan hampir seluruhnya yaitu 30 remaja atau 30 remaja atau 81,1% mengalami kecemasan ringan, sebagian kecil yaitu 6 remaja atau 16,2% mengalami kecemasan sedang dan 1 remaja atau 2,7% mengalami kecemasan berat. Data post eksperiman menunjukkan lebih dari sebagian remaja yaitu 20 remaja atau 54,1% mengalami kecemasan ringan, hampir sebagian remaja yaitu 13 remaja atau 35,1% menunjukkan kecemasan normal dan sebagian kecil remaja yaitu 4 remaja atau 10,8% mengalami kecemasan sedang. PEMBAHASAN 1)
Tingkat kecemasanpadaremajasebelumdiberiterapi meditasi di PantiAsuhanPancasila SPMAA DesaTuriKecamatanTuriKabupatenLamo ngan Berdasarkan tabel 5 menunjukkan hampir seluruh remaja mengalami kecemasan ringan di dapatkan 30 remaja atau 81,1%, sebagian kecil mengalami kecemasan sedang di dapatkan 6 remaja atau 16,2% dan mengalami kecemasan berat di dapatkan 1 remaja atau 2,7%. Faktor yang mempengaruhi kecemasan antara lain: 1) Usia merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan yang baru, semakin bertambahnya umur akan mencapai usia reproduksi. 2) Tingkat pendidikan juga merupakan hal penting dalam menghadapi masalah. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin banyak pengalaman hidup yang dilaluinya, sehingga akan lebih siap dan mampu dalam menghadapi masalah yang terjadi dan tidak mengalami kecemasan dalam
menghadapi suatu masalah. 3) Pengetahuan termasuk hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Suatu penginderaan terjadi melalaui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. 4) Perbedaan jenis juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi respon kecemasan. Wanita lebih mudah untuk merasa cemas dibandingkan dengan laki-laki (Wangmuba, 2009). Remaja akhir berumur 16-20 tahun. Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal yaitu: (1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek. (2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman- pengalaman baru. (3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. (4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. (5) Tumbuh ”dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (Sarwono, 2010). Berdasarkan fakta dan teori yang ada tentang kecemasan yang dialami remaja dapat dikarenakan faktor bertambahnya usia karena semakin bertambahnya usia remaja semakin tinggi mekanisme koping yang dimiliki remaja karena pada tahap remaja akhir sudah terbentuk identitas diri. Tingkat pendidikan juga berhubungan dengan tingkat pengetahuan. Tingkat pengetahuan berawal dari hasil tahu. semakin tinggi rasa ingin tahu atau pengetahuan yang dimiliki oleh seorang remaja maka semakin tinggi resiko untuk mengalami kecemasan, begitu juga sebaliknya. Jenis kelamin juga mempengaruhi respon kecemasan, wanita lebih cenderung mudah untuk merasa cemas dibandingkan dengan laki-laki. Kecemasan juga dapat terjadi karena faktor konflik emosional pada diri remaja, penolakan atas apa yang sudah terjadi pada diri remaja, frustasi atas kegagalan yang dialami remaja, tugas perkembangan yang tidak sesuai pada diri remaja dalam keluarga dan juga keadaan biologis remaja akhir. 2) Tingkat kecemasanpadaremajasetelahdiberiterapi meditasi di PantiAsuhanPancasila SPMAA DesaTuriKecamatanTuriKabupatenLamo ngan
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan lebih dari sebagian remaja mengalami kecemasan ringan yaitu 20 remaja atau 54,1%, hampir sebagian remaja mengalami penurunan kecemasan menjadi normal yaitu 13 remaja atau 35,1% dan sebagian kecil mengalami kecemasan sedang yaitu 4 remaja atau 10,8%. Menurut Rizki Joko dan Suwono, 2009 Seni meditasi pemberdayaan diri sangat bermanfaat memberikan kesembuhan bagi mereka yang rutin melakukan praktik meditasi. Selain itu, terjadi perubahan pada fisik yang lebih baik, yaitu adanya proses positif saat melakukan praktik meditasi. Terdapat bermacam-macam terapi meditasi diantanya adalah meditasi rileksasi, meditasi psikosomatik, meditasi otak, meditasi somo psikis, meditasi iso bionik, meditasi daya tarik, meditasi kanker, meditasi asma dan meditasi diet (Rizki Joko dan Suwono, 2009). Meditasi rileksasi dapat dilakukan dengan sikap yang hampir sama dengan meditasi pernafasan, hanya saja telapak tangan terbuka ke atas. Manfaat dari meditasi rileksasi adalah membuat seseorang menjadi lebih rilek dan segar. Meditasi ini dilakukan pada saat ketika seseorang sedang ada masalah atau dalam keadaan emosi, marah, tidak percaya diri, gelisah, bingung, bimbang, berduka, sedih dan lain-lain yang berkaitan dengan hal emosional. Aplikasi teknik meditasi rileksasi dilakukan dengan pernafasan yang sangat halus dan perlahan selam 15 menit. Adapun teknik pernafasan yang dilakukan saat melakukan meditasi rileksasi, yaitu mata terpejam, menggunakan pernafasan perut (Rizki Joko dan Suwono, 2009). Salah satu cara dalam menurunkan kecemasan pada remaja dapat dilakukan terapi meditasi. Terapi meditasi sangat baik untuk kesehatan juga untuk menurunkan tingkat kecemasan. Terapi meditasi terdapat berbagai macam jenis diataranya meditasi rileksasi, meditasi psikosomatik, meditasi otak, meditasi somo psikis, meditasi iso bionik, meditasi daya tarik, meditasi kanker, meditasi asma dan meditasi diet. Meditasi yang baik untuk menurunkan kecemasan khususnya pada remaja adalah dengan melakukan meditasi rileksasi, karena dengan melakukan terapi meditasi rileksasi suatu kecemasan akan dapat diminimalisir atau bahkan hilang dan membuat seseorang menjadi rilek dan lebih tenang. Tetapi karena terbatasnya kemampuan yang
dimiliki peneliti dan keterbatasan waktu di tempat penelitian yang membuat penelitian tidak dapat berjalan secara maksimal. Namun keterbatasan itu tidak menganggu proses penelitian dan mengurangi hasil pencapaian penelitian. 3) Penurunantingkatkecemasanpadaremajase belumdansesudahdiberiterapimeditasi di PantiAsuhanPancasila SPMAA DesaTuriKecamatanTuriKabupatenLamo ngan Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa dari 37 remaja pre eksperimen menunjukkan hampir seluruhnya yaitu 30 remaja atau 30 remaja atau 81,1% mengalami kecemasan ringan, sebagian kecil yaitu 6 remaja atau 16,2% mengalami kecemasan sedang dan 1 remaja atau 2,7% mengalami kecemasan berat. Data post eksperiman menunjukkan lebih dari sebagian remaja yaitu 20 remaja atau 54,1% mengalami kecemasan ringan, hampir sebagian remaja yaitu 13 remaja atau 35,1% menunjukkan kecemasan normal dan sebagian kecil remaja yaitu 4 remaja atau 10,8% mengalami kecemasan sedang. Peneliti Harvard Herbert Benson selama 30 tahun telah meneliti tentang terapi meditasi dan mempelajari tentang akibat psikologi dari meditasi pada otak. Pembahasannya dengan melibatkan lima praktisi meditasi pada penelitiannya. Setiap praktisi diberi alat bernama MRI (Magnetic Resonan Imaging) yang mampu mendokumentasikan kerja otak, terbukti dalam penelitian ini menunjukkan kerja otak yang menjadi aktif yang berpengaruh pada metabolisme tubuh dan berdampak tenang pada seseorang (Rizki joko dan Suwono, 2009). Penelitian lain menunjukan bahwa kadar melantonin yang lebih tinggi diketemukan pada orang-orang yang rutin melakukan meditasi. Kadar melantonin ini bermanfaat untuk membuat orang menjadi lebih senang dan bila kekurangan dapat menyebabkan gangguan tidur dan mengalami kecemasan (Iskandar, 2008). Berdasarkan data fakta diatas menunjukkan bahwa terapi meditasi bermanfaat dalam mengatasi tingkat kecemasan bila dilakukan dengan rutin dan niat yang benar. Terapi meditasi dapat menstimulasi kerja otak menjadi aktif dan membuat seseorang menjadi lebih tenang. Jika seseorang melakukan meditasi secara rutin
akan meningkatkan kadar melantonin dalam tubuh yang berdampak seseorang menjadi lebih senang dan apabila mengalami kekurangan akan mudah mengalami kecemasan dan gangguan tidur. KESIMPULAN DAN SARAN 1.
Kesimpulan
1) Sebelumdiberikanperlakuanatau
pre intervensihampirseluruhremajamengalami kecemasanringandansebagiankecilmengal amikecemasansedangdankecemasanberat. 2) Sesudahdiberikanperlakuanatau post intervensihampirsebagianremajamengala mipenurunantingkatkecemasan. 3) Terdapatpengaruh terapimeditasi terhadap penurunan tingkat kecemasanpadaremajasehingga H1 diterimaartinyaadapengaruhterapimeditasi terhadappenurunantingkatkecemaanpadar emaja di PantiAsuhanPancasila SPMAA DesaTuriKecamatanTuriKabupatenLamo ngan. 2. Saran 1) ManfaatTeoritis (1) BagiInstitusiAkademis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan sarana penambah wawasan sekaligus sebagai ilmu pengetahuan bagi perkembangan ilmu keperawatan khususnya dalam hal pelaksanaan metode meditasi dalam menurunkan tingkat kecemasan pada remaja yang dapat disosialisasikan dikalangan institusi keperawatan. (2) BagiPeneliti Yang Akan Datang Dari hasil penelitian ini menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan khususnya ilmu keperawatan untuk dapat diteliti lebih lanjut dalam hal pengaruh terapi meditasi terhadap kenakalan pada remaja. 2) ManfaatPraktis (1) BagiTempatPenelitian Supaya menjadi masukan dan dapat diaplikasikan dalam kegiatan yang ada di Panti Asuhan Pancasila Yayasan SPMAA Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan.
(2) BagiPemerintah Supaya menjadi masukan dan bahan evaluasi kerja bagi pemerintah dalam hal ini
adalah Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan mengenai pengaruh terapi meditasi terhadap penurunan tingkat kecemasan pada remaja di Panti Asuhan Pancasila SPMAA (Sumber Pendidikan Mental Agama Allah) Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. (3) BagiInstitusiPelayananKesehatan Supaya menjadi masukan dan bahan evaluasi kerja bagi institusi pelayanan kesehatan (Puskesmas Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan) tentang pengaruh terapi meditasi terhadap penurunan tingkat kecemasan pada remaja di Panti Asuhan Pancasila SPMAA (Sumber Pendidikan Mental Agama Allah) Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. (4) BagiSarjanaKeperawatan Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi sarjana keperawatan bahwa terapi meditasi berpengaruh terhadap penurunan tingkat kecemasan pada remaja dan dapat di aplikasikan kepada pasien. DAFTAR PUSTAKA Agustiani, Hendriati, (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Revika Aditama Andi, Mappiare, (2007). Psikologi Remaja. Malang: Usaha Nasional Carol, Wade, (2007). Psikologi. Edisi 9. Jakarta: Erlangga Deb dkk, (2010). Kecemasan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta Djiwandono, (2002). Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Gramedia Harpell, Andrews, (2012). Kecemasan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta Hawari, Dadang. (2004). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta: Gaya Baru Hidayat, Aziz Alimul. (2007). Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Mrdika Iskandar, (2008). Kecemasan Pada Remaja. Bandung: Rineka Aditama Kaplan, Saddock (2007). Ilmu kedokteran jiwa darurat. (edisi 3), Alih bahasa, WM. Roan. Jakarta: Widya Medika Kholil Lur Rohman. (2005). Definisi Kecemasan.
http://google.com/definisikecemasan. Diakses: tanggal 3 November 2013. Nevid, et all. (2005). Definisi Kecemasan. http://google.com/definisikecemasan. Diakses: tanggal 3 November 2013. Nursalam, (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis Dan Intstrument Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Nursalam, (2008). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis Dan Intstrument Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Potter, Perry, (2005). Tumbuh Kembang Remaja. Bandung: Rineka Cipta Prabowo, (2007). Manfaat Meditasi. http://www.google.com/manfaatmeditasi . Diakses: tanggal 3 November 2013. Purba, (2009). Faktor Penyebab Kecemasan. http://www.google.com/faktorpenyebabk ecemasan. Diakses: tanggal 3 November 2013 Rizki Joko, Suwono, (2009). Training Meditasi Natural Stress Reduction. Edisi 1. Jakarta: PT Raja Grafindo Sarwono, Sarlito, (2010). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Soekidjo Notoatmodjo, (2007). Kesehatan Masyarakat: Ilmu Dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta Soekidjo Notoatmodjo, (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Soekidjo Notoatmodjo, (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Soetjiningsih, (2004). Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Jakarta: CV. Agung Seka Stuart Gail.W, (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC Suharsimi Arikunto, (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Suwarni, (2009). Kecemasan Remaja. http://suwarni.com. Diakses: tanggal 1 November 2013. T. Mattesion, (2006). Devinisi Meditasi. http://google.com/devinisimeditasi. Diakses: tanggal 3 November 2013 Wangmuba, (2009). Faktor-faktor Penyebab Kecemasan. http://wangmuba.com. Diakses: tanggal 1 November 2013.
Widyastuti, (2009). Ciri-ciri Perkembangan. http://widyastuti.com. Diakses: tanggal 2 November 2013. Yates W.R, (2007). Prevalensi Kecemasan. http://www.prevalensikecemasan.com. Diakses: tanggal 31 Oktober 2013. Yousofi, dkk, (2010). Kecemasan Remaja. Jakarta: PT Rineka Cipta