MODUL ENTRAPMENT SYNDROME 1. Definisi
Entrapment syndrome adalah suatu kondisi di mana saraf melewati ruang terbatas ditekan dan menimbulkan gejala penekanan saraf tepi. Yang paling umum dari kondisi ini adalah sindrom carpal tunnel.
2. Waktu
TAHAP I TAHAP II S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 PROGRAM MAGISTER ( Beban dihitung dengan SKS >=40SKS ) Program Magister Tesis Neurologi Program Profesi Bedah Pogram Bedah Dasar Saraf Program Bedah Saraf Dasar PROGRAM KEPROFESIAN( Beban dihitung berdasarkan Kompetensi ) GOLONGAN PENYAKIT & LOKALISASI KRANIAL KONGENITAL ICD 10 - Bab XVII SPINAL
S8
TAHAP III S9 S10 S11
INEKSI ICD 10 - Bab I Kranium
NEOPLASMA ICD 10 - Bab II
Supratentorial Infratentorial Spinal Saraf Tepi
TRAUMA ICD 10 - Bab XIX
DEGENERASI ICD 10 - Bab VI & XIII VASKULER ICD 10 - Bab IX FUNGSIONAL ICD 10 - Bab VI & XXI
Kranial Spinal Saraf Tepi Spinal Saraf Tepi Intrakranial Spinal
Pendidikan spesialisasi bedah saraf terdiri dari 3 tahap, yaitu : 1. Tahap Pengayaan (tahap I): a. Lama pendidikan 2 semester, yaitu semester 3 s/d 4. Peserta didik diberi ilmu-ilmu dasar maupun bedah saraf dasar. Dalam tahap ini dapat dipergunakan untuk mengambil program magister. b. Peserta didik dalam tahap ini disebut Residen I, yaitu di akhir masa pendidikan tahap I residen baru mencapai Kompetensi tingkat I. Residen
sudah harus mengenal kelainan bedah saraf, khususnya semua jenis trauma dan 10 jenis kasus penyakit terbanyak. 2. Tahap Magang (tahap II) : a. Lama pendidikan 1 semester, yaitu pada semester 5. Peserta didik mulai dilatih melakukan tindakan bedah saraf. b. Peserta didik dalam tahap ini disebut Residen II, yaitu di ahir masa pendidikan tahap II residen telah mencapai Kompetensi tingkat II. Residen sudah harus mampu menangani secara mandiri kasus-kasus gawat darurat bedah saraf, serta mampu mengenal dan merujuk dengan benar kasus-kasus bedah saraf non-emergensi. Minimal 2 operasi. 3. Tahap Mandiri (tahap III) : a. Lama pendidikan 6semester, yaitu dari semester 6 s/d 11. Peserta didik menyelesaikan pendidikan sampai kompetensi bedah saraf dasar. b. Peserta didik dalam tahap ini disebut Residen III, yaitu di ahir masa pendidikan tahap III residen telah mencapai kompetensi tingkat III. Residen sudah harus mampu menangani kasus gawat darurat bedah saraf maupun kasus-kasus bedah saraf yang tergolong kompetensi bedah saraf dasar. Minimal 3 operasi. Kompetensi bedah saraf dasar : 1. Semua jenis penyakit yang diajarkan dalam masa pendidikan sampai mencapai tingkat mandiri (residen boleh mengerjakan operasi sendiri, dengan tetap dalam pengawasan konsulen) 2. Tehnik operasi yang diajarkan sebagai target ahir pendidikan adalah terbatas pada tindakan operasi konvensional yang termasuk dalam Indeks Kesulitan 1 dan 2; tehnik operasi sulit yang membutuhkan kemampuan motoris lebih tinggi dan/ataupun membutuhkan alat-alat operasi canggih, termasuk dalam Indeks Kesulitan 3 dan 4, diajarkan hanya maksimal sampai tingkat magang. Tindakan operasi dalam kelompok ini merupakan kelanjutan pendidikan yang masuk dalam CPD. TAHA PI
ICD 10
JENIS PENYAKIT
TAHAP II
IK 1
TAHAP III
IK 2
IK IK 3 4
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 G M G M G P Degeneratif
Spinal Degenerasi diskus intervertebral
M 51
Lumbal
M51.9
Servikal
M 50.9
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kanal Stenosis .
.
5
3
1
2
3
4
Spondilolistesis
Saraf Perifer
5
.
entrapment syndrome
2
KETERANGAN
3
Tingkat Pengayaan, dalam periode ini Tingkat Kognitif harus dapat mencapai 6 (K6) Tingkap Magang, dalam periode ini disamping K6, Psikhomotor harus mencapai 2 (P2) dan Afektif mencapai 3 (A3) Tingkat Mandiri semua Kategori Bloom harus mencapai maksimal, K6, P5, A5
S : Semester
G : Magang
M : Mandiri
3. Tujuan Umum
K : Kognitif
: A : Afektif
P : Psikhomotor
Setelah menyelesaikan modul entrapment syndromepeserta didik diharapkan mampu mengenali penyakit entrapment syndrome, mampu mengobati penyakit
entrapment syndrome yang diajarkan sampai level mandiri serta mampu mengatasi kegawatan akut penyakit entrapment syndrome.
4. Tujuan Khusus
1. Mampu menerangkan insidensi, patogenesis, dan sitogenesis penyakit entrapment syndrome. 2. Mengetahui neuroanatomi, dan neurofisiologi susunan saraf dan pembungkusnya. 3. Mengetahui dasar-dasar pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan tambahan (neuroradiologi, patologi dan patofisiologi dalam menegakkan penyakit entrapment syndrome). 4. Mengetahui pengobatan berbagai jenis penyakit entrapment syndrome. 5. Mampu menentukan perubahan neurofisiologi karena penyakitentrapment syndrome. 6. Mampu menentukan lokasi penyakit entrapment syndrome. 7. Mampu melakukan pemeriksaan klinis neurologik untuk menegakkan diagnosa penyakit entrapment syndrome. 8. Mampu mengetahui diagnosa banding penyakit entrapment syndrome. 9. Mampu melakukan pemeriksaan tambahan (neuroradiologi) dalam menegakkan penyakit entrapment syndrome). 10. Mampu melakukan pengobatan medikamentosa penyakit entrapment syndrome. 11. Mampu melakukan tindakan operasi pada penyakit entrapment syndrome. 12. Mampu mengatasi tindakan pertolongan pertama pada entrapment syndrome. 13. Mengenali penyulit tindakan bedah pada penyakit entrapment syndrome. 14. Mengetahui tindak lanjut yang diperlukan.
5. Strategi dan Metoda Pembelajaran a Pengajaran dan kuliah pengantar
kuliah tatap muka 50 menit
b Tinjauan pustaka Presentasi ilmu dasar
1x telaah kepustakaan
Presentasi kasus
1x
b Diskusi kelompok
2x50 menit, Diskusi menyangkut diagnosis, operasi dan penyulit
d Bedside teaching
6x ronde ruangan
e Bimbingan operasi Operasi magang
Minimal 2 kasus untuk selanjutnya instruksi/evaluasi post operasi
Operasi mandiri
Minimal 3 kasus sebelum dapat maju ke ujian kompetensi akhir tingkat nasional
6. Persiapan Sesi 1.
Materi kuliah pengantar berupa kisi-kisi materi yang harus dipelajari dalam mencapai kompetensi, mencakup:
a. Insidensi, patogenesis, dan sitogenesis penyakit entrapment syndrome. b. Neuroanatomi, dan neurofisiologi susunan saraf dan pembungkusnya. c. Dasar-dasar pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan tambahan (neuroradiologi, patologi dan patofisiologi dalam menegakkan penyakit entrapment syndrome). d. Pengobatan berbagai jenis penyakit entrapment syndrome. e. Perubahan neurofisiologi karena penyakit entrapment syndrome. f. Lokasi penyakit entrapment syndrome. g. Pemeriksaan klinis neurologik untuk menegakkan diagnosa penyakit entrapment syndrome. h. Diagnosa banding penyakit entrapment syndrome. i. Pemeriksaan tambahan (neuroradiologi) dalam menegakkan penyakit entrapment syndrome. j. Pengobatan medikamentosa penyakit entrapment syndrome. k. Tindakan operasi pada penyakit entrapment syndrome. l. Tindakan pertolongan pertama pada penyakit entrapment syndrome. m. Penyulit tindakan bedah pada penyakit entrapment syndrome. n. Tindak lanjut yang diperlukan 2. Audio visual 3. Lampu baca x ray
7. Referensi
1. Osborn AG, Blasser SI, Salzman KL, Katzman GL, Provenzale J, Castillo M, et all. Osborn Diagnostic Imaging. Canada : Amirsys/Elsevier. 1st ed. 2004 2. Wilkins RH, Rengachary SS. Neurosurgery. USA : Mc Graw-Hill. 2nd Ed. 1996 3. Rengachary SS, Wilkins RH. Principles of Neurosurgery. London : Mosby. 1994 4. Winn HR. Youman’s Neurological Surgery. 5th ed. USA : Saunders. 1994
8. Kompetensi Tingkat Kompetensi
Jenis Kompetensi
K a Mampu menerangkan insidensi, patogenesis, . sitogenesis penyakit entrapment syndrome.
dan
Mengetahui neuroanatomi, dan neurofisiologisusunan saraf b dan pembungkusnya.
5
5
6
c
6
d
Mengetahui pengobatan berbagai jenis penyakit entrapment syndrome.
6
e
Mampu menentukan perubahan penyakit entrapment syndrome.
6
karena
A
6
Mengetahui dasar-dasar pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan tambahan (neuroradiologi, patologi dan patofisiologi dalam menegakkan penyakit entrapment syndrome.
neurofisiologi
P
f
Mampu menentukan lokasi penyakit entrapment syndrome.
6
5
5
g
Mampu melakukan pemeriksaan klinis neurologik untuk menegakkan diagnosa penyakit entrapment syndrome.
6
5
5
h
Mampu mengetahui diagnosa banding penyakit entrapment syndrome.
6
5
5
i
Mampu melakukan pemeriksaan tambahan (neuroradiologi) dalam menegakkan penyakit entrapment syndrome.
6
5
5
j
Mampu melakukan pengobatan medikamentosa penyakit entrapment syndrome.
6
5
5
k
Mampu melakukan tindakan entrapment syndrome.
6
5
5
l
Mampu mengatasi tindakan pertolongan pertama pada penyakit entrapment syndrome.
6
5
5
m
Mengenali penyulit tindakan bedah pada penyakit entrapment syndrome.
6
5
5
6
5
5
operasi
n Mengetahui tindak lanjut yang diperlukan
pada
penyakit
9. Gambaran Umum
Entrapment syndrome adalah suatu kondisi medis di mana saraf melewati ruang terbatas ditekan dan menimbulkan gejala.Yang paling umum dari kondisi ini adalah sindrom carpal tunnel.Gejala tergantung dari saraf yang terjepit, dapat berupa rasa nyeri, mati rasa, rasa geli ataupun kelemahan otot.Tatalaksana dapat berupa terapi fisik, medikametosa ataupun pembedahan.
10. Contoh Kasus 11. Tujuan Pembelajaran
Proses, materi dan metoda pembelajaran yang telah disiapkan bertujuan untuk alih pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang terkait dengan pencapaian kompetensi dan keterampilan yang diperlukan dalam mengenali dan menatalaksana kelainan entrapment syndrome.
12. Metoda • Metoda Pembelajaran 1. 2. 3. 4.
Tinjauan Pustaka Diskusi Kelompok Bed side teaching Tindakan Operasi Mandiri a. Peserta didik harus erlebih dahulu melakukan asistensi operasi (magang) sampai mencapai jumlah yang ditentukan, dan kemudian
melakukan instruksi pada spesialis pembimbing. Setelah dinyatakan lulus instruksi, baru diijinkan melakukan operasi mandiri. b. Operasi mandiri oleh asisten harus selalu ada spesialis supervisor yang akan menilai keseluruhan aspek yang harus dilakukan oleh asisten terhadap pasien secara mandiri. c. Residen yang memiliki level tertinggi dalam suatu operasi harus membuat laporan operasi dengan berpedoman pada daftar tilik, selanjutnya konsulen/supervisor operasi ini akan memeriksa laporan operasi sesuai daftar tilik dan memberi nilai berdasarkan kelengkapan yang ditetapkan daam daftar tilik.
• Metoda Diagnostik
1. Pemeriksaan klinis neurologik 2. Alat bantu diagnostik a. Pemeriksaan X ray, b. EMG / EEG c. Alat neuroradiologi lain : CT Scan, MRI 3. Metoda diagnostik yang diajarkan mencakup metode diagnostik konvensional sesuai ketersediaannya di daerah perifer, tidak sematamata berorientasi pada alat-alat dianostik canggih.
13. Rangkuman
Entrapment syndrome adalah suatu kondisi medis di mana saraf melewati ruang terbatas ditekan dan menimbulkan gejala.Yang paling umum dari kondisi ini adalah sindrom carpal tunnel.Gejala tergantung dari saraf yang terjepit, dapat berupa rasa nyeri, mati rasa, rasa geli ataupun kelemahan otot.Tatalaksana dapat berupa terapi fisik, medikametosa ataupun pembedahan.
14. Evaluasi • Organisasi Evaluasi
1. Evaluasi dilaksanakan di IPDS Bedah Saraf 2. Evaluasi dilakukan minimal oleh Pembimbing di IPDS Bedah Saraf 3. Evaluasi untuk peserta PPDS Bedah Saraf dilakukan sbb a. Untuk penguasaan ilmu dasar (pengayaan) dilakukan pada ahir setiap semester b. Kemampuan menegakkan diagnosa c. Untuk penguasaan kasus dan teknis operasi dilakukan pada setiap akan dilakukan tindakan / operasi. 4. Untuk dokter spesialis bedah lain yang akan mengambil modul-modul bedah saraf tertentu untuk kepentingan penigkatan kompetensi dalam program CPD, waktu disesuaikan pada kodisi yang ada dari modul ini, dengan evaluasi dan tahap penguasaan materi yang dievaluasi sama ketentuan yang berlaku.
• Tahap Evaluasi
5. Evaluasi tahap pengayaan dilakukan setelah peseta didik menyelesaikan aspek kognitif di tahap pengayaan. 6. Evaluasi tahap magang dilakukan setelah peserta didik melakukan sejumlah tindakan operasi Sebagai Asisten I sebagai prasyarat evaluasi sesuai dengan jenis penyakit pada submodul 7. Evaluasi tahap mandiri dilakukan setelah peserta didik melakukan sejumlah tindakan operasi mandiri sebagai prasyarat evaluasi sesuai dengan jenis penyakit pada submodul
• Metode dan Materi Evaluasi
1. 2. 3. 4.
•
Ujian Tulis dan Lisan Kemampuan menegakkan diagnosa di poliklinik maupun ruang rawat Penilaian kemampuan melakukan tindakan Penilaian kemampuan penanganan penderita secara menyeluruh
Hasil Penilaian IPDS
1. Penyelesaian modul harus dapat dicapai dalam kurun waktu yang telah ditetapkan 2. Penilaian disesuaikan dengan kompetensi akhir yang harus dicapai pada setiap sub modul ( pengayaan, magang, mandiri ) 3. Kegagalan dalam 1 aspek harus diulang dalam masa selama stase di Bagian/Departemen Badah Saraf.
15. Instrumen Penilaian
Instrumen penilaian dari setiap kegiatan berupa evaluasi yang dilakukan pada setiap tahap pendidikan, intrumen yang dipakai adalah : 1 Kemampuan Inform Concent
Instruksi & Bimbingan
2 Penilaian Ilmiah a. Teori & Penyakit
Diskusi dan Ujian
b. Instrument & Penyakit
Diskusi dan Ujian
3 Penilaian Kecakapan
Poliklinik, Bedside teaching & Kamar Operasi
4 Penilaian Rehabilitasi
16. Penuntun Belajar
1. Kisi-kisi materi dan buku referensi 2. Kisi-kisi materi kelainan entrapment syndrome. : a. Insidensi, patogenesis, dan sitogenesis penyakit entrapment syndrome. b. Neuroanatomi, dan neurofisiologisusunan saraf dan pembungkusnya. c. Dasar-dasar pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan tambahan (neuroradiologi, patologi dan patofisiologi dalam menegakkan penyakit entrapment syndrome). d. Pengobatan berbagai jenis penyakit entrapment syndrome. e. Perubahan neurofisiologi karena penyakit entrapment syndrome. f. Lokasi penyakit entrapment syndrome. g. Pemeriksaan klinis neurologik untuk menegakkan diagnosa penyakit entrapment syndrome. h. Diagnosa banding penyakit entrapment syndrome. i. Pemeriksaan tambahan (neuroradiologi) dalam menegakkan penyakit entrapment syndrome. j. Pengobatan medikamentosa penyakit entrapment syndrome. k. Tindakan operasi pada penyakit entrapment syndrome. l. Tindakan pertolongan pertama pada penyakit entrapment syndrome. m. Penyulit tindakan bedah pada penyakit entrapment syndrome. n. Tindak lanjut yang diperlukan
17. Daftar Tilik RINCIAN DAFTAR TILIK Menentukan indikasi bedah saraf (pliklinik) 1
Uraian tentang keluhan / gejala utama
2
Cara datang (sendiri / rujukan)
3
Kelengkapan riwayat penyakit * Alasan pertama kali (bila pernah berobat) dan sekarang membawa ke dokter * Pengobatan dan tindakan yang pernah diberikan(tempat, waktu, oleh, siapa), serta hasilnya
4
Deskripsi keadaan kulit * Daerah yang akan dioperasi * Bekas luka operasi (bila pernah operasi)dan lokalisasi
5
Deskripsi kelainan saraf yang dijumpai
6
Pemeriksaan penunjang * X-Ray, CT scan, MRI * Laboratorium darah
7
Hasil konsultasi persiapan operasi
8
Catatan status gizi
9
Obat-obatan yang masih diberikan
10 Inform consent * Kelainan yang dijumpai * Apa yang dilakukan, lama perawatan, biaya yang dibutuhkan * Peraturan rumah sakit untuk pasien maupun keluarga / penunggu * Prognose penyakit dan apa yang perlu dilakukan setelah pulang 11 Surat pengantar rawat inap * Lampiran daftar tilik * Instruksi untuk perawat * Nama konsulen dan asisten Admission 1
Kelengkapan administrasi
2
Kelengkapan dokumen sesuai daftar tilik poliklinik * Status poliklinik * Hasil pemeriksaan neuroradiologi * Hasil pemeriksaan laboratorium
ADA TA TL L
* Hasil konsultasi persiapan operasi 3
Buat status Medical Record
4
Cek ulang hasil pemeriksaan di poliklinik * Riwayat penyakit * Deskripsi keadaan kulit * Hasil pemeriksaan klinis neurologis * Status gizi
5
Buat rencana perawatan * Instruksi perawatan dan pengobatan
Persiapan Operasi 1
Assesment rencana tindakan, operator dan asisten
2
Persiapan alat
3
Konsul toleransi operasi
4
Buat daftar operasi
Pra Bedah 1
Konsul anestesi
2
Asisten lapor pada operator
3
Persiapan menjelang operasi * Pasang infus * Cuci daerah yang akan dioperasi dengan sabun * Puasa * Klisma menjelang ke kamar operasi * Cek kelengkapan status * Cek dokumen pendukung
Kamar operasi 1
Dokumen yang disertakan bersama pasien
2
Keadaan pasien * Terpasang infus * Persiapan pasien
3
Dilakukan narkose umum
4
Dipasang kateter
5
Posisi pasien diatur sesuai standar
6
Dipasang blanket pemanas
7
Persiapan daerah operasi * Cuci ulang dengan sabun * Dibuat marking
* Tindakan a/antiseptik * Dilakukan penyuntikan anestesi lokal 8
Persiapan alat
Tindakan operasi 1
Memasang Navigasi Intra Operatif
2
Insisi kulit pada sendi karpiradialis secara mikroskopis
3
Dicari retinakolum fleksorum/ ligamentum karpitranversum, dilakukan dekompresi
4
Nervus medianus diidentifikasi hingga bebas dari proksimal ke distal
5
Luka operasi ditutup lapis demi lapis
6
Dressing luka
7
Dipasang backslab untuk memfiksasi persendian
8
Jumlah perdarahan tercatat
9
Jumlah urin tercatat
10 Jumlah kasa yang dipakai tercatat 11 Jumlah dan jenis instrumen sesuai prosedur dicatat 12 Keadaan pasien pasca bedah dievaluasi Pasca Bedah 1
Dokumentasi * Status dan hasil pemeriksaan penunjang dari OK diterima lengkap * Laporan operasi * Laporan anestesi
2
Catatan perawatan * Pemantauan luka operasi * Pemantauan efek samping * Pemantauan KU rutin * Catatan pengobatan
Pemulangan 1
Catatan keadaan pasien
2
Inform consent pada yang merawat
3
Jadwal kontrol dan konsultasi
4
Kelengkapan status dan diagnosa
5
Catatan administrasi & keuangan
18. Materi Baku Definisi
Entrapment syndrome adalah suatu kondisi medis di mana saraf melewati ruang terbatas ditekan dan menimbulkan gejala. Yang paling umum dari kondisi ini adalah sindrom carpal tunnel. Epidemiologi
Carpal tunnel syndrome dapat meneyrang siapa saja, namun prevalensi tertinggi terjadi pada perempuan dengan perbandingan 3:1 terhadap laki-laki. Insiden terjadi pada usia 45-60 tahun dan hanya 10% yang terjadi pada usia 30 tahun. Gejala klinis Gejala klinis yang terjadi berupa nyeri dan parestesia dan bahkan kebas pada jari tangan. Gejala tersebut dapat diperberat jika melakukan pekerjaan yang sama berulang kali. Diagnosis Diagnosis ditegakan berdasarkan peemriksaan klinis dan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain electrophysiological test atau nerve conduction test. Tatalaksana Tatalaksana yangd apat dilakukan adalah analgetika untuk menghilangkan nyeri dan release entrapment saraf tepi dengan cara operasi. 19. Algoritme
20. Kepustakaan
1. Osborn AG, Blasser SI, Salzman KL, Katzman GL, Provenzale J, Castillo M, et all. Osborn Diagnostic Imaging. Canada : Amirsys/Elsevier. 1st ed. 2004 2. Wilkins RH, Rengachary SS. Neurosurgery. USA : Mc Graw-Hill. 2nd Ed. 1996 3. Rengachary SS, Wilkins RH. Principles of Neurosurgery. London : Mosby. 1994 4. Winn HR. Youman’s Neurological Surgery. 5th ed. USA : Saunders. 1994
21. Presentasi
Materi presentasi disesuaikan dengan penyakit entrapment syndrome.
22. Model
Model pembelajaran bisa menggunakan diseksi kadaver.