Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
MODEL TRACKING DAN TRACING PADA SISTEM TRACEABILITY RANTAI PASOK MINUMAN SARI APEL Dwi Iryaning Handayani Jurusan Teknik Industri Universitas Panca Marga Probolinggo Jalan Yos Sudarso 107 Pabean Dringu Probolinggo 67271
[email protected] ABSTRAK Produsen produk makan dan minuman perlu memiliki catatan dan dokumentasi informasi mulai dari bahan baku, proses pengolahan, penyimpanan, pemasaran hingga konsumen. Hal ini agar dapat ditelusuri riwayat asal maupun rantai distribusinya dengan mudah. Di dalam melakukan penelusuran (traceability) tidak terlepas dari tracking dan tracing untuk mengetahui riwayat dari suatu produk sehingga apabila terjadi suatu permasalahan selama produk pangan tersebut didistribusikan dapat segera ditelusuri kembali asal-usul bahan yang digunakan dan dapat dengan mudah diketahui sumber yang menyebabkan permasalahan terjadi. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk membuat model tracking dan tracing pada sistem traceability. Dalam menyusun model tracking dan tracing seluruh faktor yang terlibat dalam proses bisnis minuman sari apel digunakan sebagai acuan. Yang mana tahapan yang dilakukan dalam menyusun model tracking dan tracing yaitu: 1) identifikasi aktivitas yang terkait dengan traceability, 2) mengidentifikasi dan memberikan variabel produk pada setiap lokasi, 3) mengambil dan merekam data traceability, 4) model tracking dan tracing . Teknologi yang dibutuhkan dalam melakukan tracking dan tracing terdapat pada penerimaan bahan baku, proses produksi, distribusi, packing dan labeling, pengemasan dan labeling. Model tracking dan tracing merupakan sistem yang dilengkapi dengan komponen pendukung proses distribusi dengan data yang akurat, terpercaya, berguna, dan cepat dengan memberikan informasi posisi barang atau sarana moda transportasinya. Kata kunci: Traceability, Tracking dan Tracing
PENDAHULUAN Struktur rantai pasok makanan merupakan sebuah rantai di mana perusahaan merencanakan, mengatur dan mengontrol proses yang diperlukan untuk mengubah bahan baku awal menjadi produk jadi (Min Yu dan Nagurney, 2012). Pada setiap struktur rantai pasok pada sebuah produk akan berbeda struktur rantai pasoknya, hal ini menunjukkan bahwa perbedaan jenis produk maka aliran rantai pasoknya juga berbeda (Rabade dan Alfaro, 2006), perbedaan rantai pasok makanan tergantung dari produk akhir yang dihasilkan. Rantai pasok pada industri makanan menjadi perhatian penting oleh pemerintah akhir-akhir ini. Hal ini di picu oleh kepedulian masyarakat terhadap makanan yang aman seiring meningkatnya kejadian kontaminasi makanan serta pemalsuan produk yang terjadi (Bourlakis dan Weightman, 2004) sehingga masyarakat semakin memperhatikan kandungan apa yang hendak dikonsumsi. Oleh karena itu dalam menagani krisis kemanan pangan dibutuhkan suatu sistem dalam memberikan informasi pergerakan pangan mulai dari hulu ke hilir. Salah satu sistem yang dapat digunakan adalah sistem traceability, dimana sistem ini mampu menelusuri pergerakan produk dan memproses informasi melalui link dalam rantai pasok untuk tracking, ISBN : 978-602-97491-9-9 A-26-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
tracing (T&T) dalam lingkungan produksi dan distribusi (Verdenius, 2006). Begitu juga dengan Kelepouris et al. (2007) membedakan tipe dari traceability menjadi 2 yaitu: backward traceability dan forward traceability. Backward traceability adalah kemampuan untuk mengidentifikasi asal unit tertentu dalam rantai pasokan dengan mengacu pada informasi mulai dari hulu. Sedangkan forward traceability adalah kemampuan untuk menemukan lokasi dari produk dengan satu atau beberapa kriteria dari setiap titik poin pada rantai pasok. Begitu juga dengan Dwiyatno (2009) menyatakan bahwa pada dasarnya implementasi sistem Traceability mencakup 2 kegiatan pokok, yaitu tracking dan tracing. Tracking merupakan metode penelusuran suatu produk pada tahap pasca produksi (downstream information). Sedangkan tracing merupakan cara menelusuri riwayat asal suatu produk sehingga juga dikenal dengan upstream information. Pada prinsipnya tracking dan tracing dalam menjamin kemanan pangan berpedoman pada empat prinsip utama yaitu: (1) product identification, (2) data to trace; (3) product routing; dan (4) traceability tools. ( Regattieri et al, 2007). Dengan adanya tracking dan tracing dapat menelusuri produk dari tahap produksi, distribusi dan instalasi serta dapat diketahui informasi yang berkaitan dengan produk misalnya bagian produk, spesifikasi produk, status produk. Selain itu Fungsi tracking and tracing dapat membantu konsumen maupun produsen untuk mengetahui asal usul pemasok mereka serta bagaimana cara para pemasok dalam menangani produk. Apabila terjadi hal-hal yang tidak di inginkan selama produk beredar dipasar seperti keracunan yang disebabkan oleh produk tersebut dapat diketahui lebih awal dan dengan mudah, cepat ditemukan sumber keracunan tersebut serta asal asul permasalahan yang terjadi. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk membuat model tracking dan tracing pada sistem traceability untuk megatasi masalah kemanan pangan. METODE Tahapan yang dilakukan dalam menyusun model tracking dan tracing yaitu: 1) identifikasi aktivitas yang terkait dengan traceability, 2) mengidentifikasi dan memberikan variabel produk pada setiap lokasi, 3) mengambil dan merekam data traceability, 4) model tracking dan tracing . Tahap I. Identifikasi aktivitas yang terkait dengan traceability Identifikasi aktivitas pada tahap ini dilakukan pada struktur rantai pasok minuman sari apel yang terdiri dari supplier, manufactur, distributor dan konsumen. dengan cara mengidentifikasi aktivitas rantai pasok yang terkait dengan traceability yaitu suatu aktivitas yang dapat di identifikasi dalam memberikan informasi dari aktivitas tersebut. Tahap II.Mengidentifikasi dan memberikan variabel produk pada setiap lokasi. Identifikasi merupakan tahap awal dalam mendapatkan akses data histori dengan memberikan ID pada setiap komponen bahan baku, mesin proses produksi, sumberdaya manusia. Identifikasi dibedakan menjadi identifkasi lokasi, identifikasi serial, identifikasi produk, identifikasi lot, identifikasi across product hierarchies. Tahap III. Mengambil dan merekam data traceability Tahap ini dilakukan pengambilan data yang terkait dengan traceability pada minuman sari apel mulai dari pemasok apel pabrik sampai dengan konsumen. Pemasok adalah awal dari mata rantai yang terjadi atau disebut juga hulu rantai pasok. Pabrik merupakan tempat dimana aktivitas proses produksi berlangsung dalam menghasilkan produk minuman sari apel. ISBN : 978-602-97491-9-9 A-26-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Tahap IV. Model tracking dan tracing . Pada tahap ini berkaitan dengan model tracking dan tracing dalam sistem traceability HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Rantai Pasok Minuman Sari Apel Rantai pasok minuman sari apel terdiri dari, supplier atau pengepul, pabrik, Konsumen. Aktivitas pada rantai pasok minuman sari apel ini mulai dari hulu hingga hilir akan berjalan secara optimal apabila seluruh komponen terlibat (Ketchen dan Hult, 2007). Dalam menyusun model tracking dan tracing seluruh komponen yang terlibat dalam proses bisnis komoditi harus digunakan sebagai acuan (Dwi Yatno, 2009). Dengan kata lain, suatu model tracking dan tracing harus mampu menerjemahkan seluruh proses yang sederhana hingga yang sangat kompleks ke dalam keputusan-keputusan operasi.
Gambar 1. Struktur Rantai Pasok Minuman Sari Apel
Identifikasi Aktivitas Yang Terkait Dengan Traceability Aktivitas rantai pasok yang terkait dengan traceability mulai dari penerimaan bahan baku, proses pembuatan produk dan distribusi. Aktivitas yang di lakukan petani hanya pengiriman apel ke supplier sesuai dengan hasil panen petani. Sedangkan supplier mengumpulkan buah apel dari para petani untuk dikirim ke pabrik, aktivitas yang di lakukan supplier sebelum mengirim buah apel ke pabrik yaitu; pengemasan, labeling. Return ke supplier apabila apel tidak sesuai dengan standar kualitas yang diinginkan pabrik. Penelitian ini mengidentifikasi aktivitas suplier dan pabrik yang melakukan proses produksi hal ini ditunjukan pada tabel 1. Keterkaitan aktivitas traceability di indikasikan dengan adanya identifikasi ID pada setiap komponen bahan baku, mesin proses produksi, sumberdaya manusia. Sehingga yang dimaksud dengan aktivitas rantai pasok yang terkait dengan traceability yaitu suatu aktivitas yang dapat diidentifikasi dalam memberikan informasi dari aktivitas tersebut. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi data produk dan material dari setiap proses apabila terjadi suatu kejadian yang berkaitan dengan produk dan keamanan pangan.
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-26-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Tabel 1 Aktivitas rantai pasok yang terkait dengan traceability Pelaku
Aktivitas
Pemasok
Penerimaan dan penyortiran buah apel Mengumpulkan dan mengepak buah apel Memberikan label Pengiriman ke pabrik Penerimaan bahan baku dari pemasok
Pabrik
Pembongkaran dan Inspeksi bahan baku Pencucian dan membuang biji Penghancuran dan diperas Pengemasan dan labeling Heating, pendinginan dan penyaringan Pengemasan dan pencucian Labeling produk jadi Dikemas dalam karton Persiapan pengiriman produk jadi
Mengidentifikasi dan memberikan variabel produk pada setiap lokasi. Identifikasi merupakan tahap awal dalam mendapatkan akses data histori, lokasi. Identifikasi dibedakan menjadi identifkasi lokasi, identifikasi serial, identifikasi produk, identifikasi lot, identifikasi across product hierarchies. Sebagian besar rantai pasok, menelusuri dan melacak hasil produksinya. Manajemen identifikasi dalam lingkungan produksi pada suatu aktivitas diperlukan dalam memberikan keterangan untuk sistem traceability. Gambar 1 Menunjukkan identifikasi ID yang dalam membangun traking dan tracing dalam aktivitas produksi.
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-26-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Gambar 1. Identifikasi ID yang dalam membangun traking dan tracing dalam aktivitas produksi.
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-26-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Gambar 2. Tracking Dan Tracing ISBN : 978-602-97491-9-9 A-26-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Mengambil dan merekam data traceability Hasil identifikasi informasi traceability pada minuman sari apel merupakan hasil penelitian yang ditunjukkan pada Tabel 2. Informasi traceability dituangkan dengan menggunakan teknik property table, yang mana dalam melakukan analisa terhadap informasi traceability dilakukan secara detail untuk setiap komponen. Hal in agar memudahkan dalam melakukan tracing dan tracking apabila terjadi suatu kejadian yang tidak diinginkan. Terdapat lima komponen pada teknik property table yang terdiri dari komponen aktivitas traceability, informasi, teknologi, unit organisasi dan juga jenis unit alirannya. Tabel 2 Identifikasi Informasi Traceability Aktivitas Penerimaan dan Penyortiran
Mengumpulkan dan mengepak buah apel Pengiriman ke pabrik pengolahan Pemeriksaan level stok sari buah dan level stok produk minuman sari buah Penerimaan material dari pemasok
Pembongkaran dan inspeksi bahan baku
Penyimpanan Bahan baku
Penyimpanan sari buah
Mengeluarkan sari buah dalam gudang untuk memulai aktivitas proses Proses produksi
Inspeksi kualitas produk minuman sari buah Labeling
Informasi Kode Area lahan dan Petani Tanggal Panen Kualitas Buah ukuran (besar dan kecil size, jumlah, jenis apel, identitas pengirim (pemasok) size, jumlah, jenis apel, identitas pengirim (pemasok) jumlah bahan baku yang tersedia jumlah produk yang tersedia
Teknologi Database Management System
Organisasi Suplier
Penelusuran bahan baku
Database Management System Database Management System Database Management System
Suplier
bahan baku
Suplier
bahan baku
Departemen pengadaan
Bahan baku Produk
nama kode pemasok tanggal terima kondisi bahan baku jenis Apel identitas Pengirim size jenis Apel kondisi bahan baku Tanggal simpan Nama kode pemasok Kondisi bahan baku Jenis Apel Kode suplier Tanggal waktu peras Kelompok kerja Batas waktu pemakaian Tanggal waktu peras Kode supplier Kelompok kerja
Database Management System
Departemen pengadaan
bahan baku
Departemen logistik
Kualitas bakan baku
Database Management System
Departemen produksi
Bahan baku
Barcode
Departemen produksi
Produk setengah jadi
Barcode
Departemen produksi
Produk setengah jadi
Tingkat suhu Komposisi gula, pewarna dan pengawet Nama operator Warna Rasa
-
Departemen Produksi
Produk
-
Departemen produksi
Produk
Tanggal dan waktu produksi Komposisi zat Suhu proses produksi dan nama operator
barcode
Departemen produksi
Identitas bahan baku
-
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-26-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Penyimpanan produk minuman sari apel di gudang Persiapan pengiriman produk jadi Pengiriman produk ke distributor
Kode katagori Tanggal dan waktu produksi Jenis Produk Jenis produk Tujuan pengiriman Tanggal pengiriman Jenis alat angkut Nama pengiriman Tanggal pengiriman Jumlah yang dikirim Tujuan pengiriman
Database Management System Database Management System Database Management System
Departemen Gudang
Produk
Departemen Gudang
Produk
Depertemen Gudang
Produk
Model Tracking dan Tracing Sistem tracking dan tracing GS1 adalah yang paling banyak digunakan sebagai sistem pengkode dalam sistem traceability. Hal ini dikarenakan pada sistem tracking dan tracing GSI memberikan kode produksi, sistem penanda GS1 juga dapat memberikan informasi lain seperti tanggal kadaluarsa, nomer seri, kode lokasi, dan nomer lot/ batch. Sistem penanda GS1 mencakup 3 komponen, yaitu: 1) Nomor identitas yang meliputi Global Trade Item Number (GTIN) untuk menelusuri sebuah produk, Global Location Number (GLN) untuk menelusuri lokasi distribusi, Serial Shipping Container Number (SSCC) berfungsi menelusuri riwayat pengiriman, dan Global Returnable Asset Identifier (GRAI) dapat menelusuri riwayat pelayanan/komplain; 2) Data carriers guna memvisualisasikan nomor-nomor identitas di atas, baik dalam bentuk data fisik (barcode) maupun elektronik (RFID), 3) Jaringan informasi elektronik, yang memudahkan komunikasi antara riwayat distribusi produk dengan informasi secara elektronik, sebagai contoh Electronic Data Interchange/EDI (Schwagele, 2005; GS1, 2012).
Gambar 3. Traceability data management (CIES, The Food Business Forum, 2005).
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-26-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
KESIMPULAN Terdapat 2 aspek dalam sistem traceability yaitu tracking dan tracing yang berfungsi sebagai alat dalam merekam jejak produksi dari suatu produk. Sistem traceability akan optimal apabila dalam mendokumentasikan perjalanan produk dilakukan dengan baik dan diterapkan mulai dari hulu hingga hilir. Teknologi yang dibutuhkan dalam melakukan tracking dan tracing terdapat pada penerimaan bahan baku, proses produksi, distribusi, packing dan labeling, pengemasan dan labeling. Model tracking dan tracing merupakan sistem yang dilengkapi dengan komponen pendukung proses distribusi dengan data yang akurat, terpercaya, berguna, dan cepat dengan memberikan informasi posisi barang atau sarana moda transportasinya. DAFTAR PUSTAKA Alfaro, J dan Rabade, L., (2009), Traceability as a strategic tool to improve inventory management, A case study in the food industry. International Journal of Production Economic, 118 (1), 104-110. Boulakis, M.A., Weightman (2004), Food Supply Chain Management,Blackwell Publishing Ltd. CIES,The Food Business Forum, (2005), Implementasi traceability in the food supply chain, available at: www.ciesnet.com. (accessed 25 November 2011). Dwiyitno (2009), Implementasi sistem ketelusuran pada produk perikanan, jurnal squalen vol 4 no 3 Desember GS1. 2007. Specification for the identification and traceability of meat and meat products. GS1 Belgium & Luxembourg. www.gs1belu.org. Accessed on November, 2011. Kelepouris, T., K. Pramatari, Doukidis, G., (2007), RFID-enabled traceability in the food supply chain. Industrial Management & Data Systems 107(2), 183 - 200. Ketchen, D.J., and Hult, G.T., 2007, Bridging Organization Theory And Supply Chain Management: The Case Of Best Value Supply Chains, Journal of Operations Management, 25: pp. 573–580 Regattieri, A., Gamberi, M., & Manzini, R. (2007). Traceability of food products : General framework and experimental evidence. Journal of Food Engineering, 81, 347-356. Schwagele, F. 2005. Ketertelusuran from a European perspective. Meat Science. 71. 164–173. Verdenius,F.(2006), Using Traceability System to Optimise Business Performance, Woodhead Publishing Limited and CRC Press LLC. Yu and Anna Nagurney (2012), Competitive Food Supply Chain Networks with Application to Fresh Produce.
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-26-9