MODEL SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN CERDAS MANAJEMEN RANTAI PASOK HIJAU OBAT HERBAL
MUJI YUSWANTO
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Model Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Cerdas Obat Herbal adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014 Muji Yuswanto NIM G651100414
RINGKASAN MUJI YUSWANTO. Model Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Cerdas Obat Herbal. Dibimbing oleh MARIMIN dan TOTO HARYANTO. Penggunaan tanaman tradisional sebagai obat-obatan tidak kalah di banding bahan obat kimiawi karena penggunaan bahan alami justru tidak menimbulkan efek samping yang berlebihan. Dalam Undang Undang (UU) No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan disebutkan bahwa jamu merupakan salah satu bagian yang terintegrasi dalam sistem pelayanan kesehatan nasional. Masih terbatasnya penelitian terkait rantai pasokan obat herbal melatarbelakangi penelitian ini sebagai salah satu alternatif solusi pada permasalahan yang terjadi pada proses rantai pasokan obat herbal berupa metode pengambilan keputusan dalam pengembangan obat herbal yang ramah lingkungan. Dalam tesis ini diusulkan sebuah model Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Cerdas (SPKC) dengan menggunakan metode GSCOR, FANP dan Algoritme Genetika. Pada penelitian ini dikembangkan model sistem pendukung pengambilan keputusan cerdas untuk industri obat herbal berbasis website dengan mengaplikasikan teknik green supply chain operation reference, fuzzy analytic network process dan algoritma genetika. Green supply chain operation refference digunakan untuk memodelkan dan mengukur performa kinerja rantai pasok, fuzzy analytic network proses digunakan untuk pemilihan strategi hijau yang dikembangkan kedalam faktor benefits, opportunity, cost dan risk sedangkan algoritma genetika digunakan untuk menghitung rute terpendek jalur distribusi. SPKC rantai pasok merupakan sebuah sistem penunjang keputusan yang ditingkatkan kinerjanya dengan menambahkan elemen kecerdasan buatan ke dalamnya yang terdiri atas empat bagian utama, yaitu: sistem manajemen dialog, sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis model, dan elemen kecerdasan buatan. Pada simulasi sistem diperoleh hasil untuk karbon footprint sebanyak 602 kg sementara total environment footprint sebesar 4.181kg, recycle waste material menjadi pilihan pertama pakar pada alternatif pengembangan rantai pasok hijau sementara jarak terpendek untuk jalur distribusi sejauh 1014 km. Berdasarkan pengujian load test, aplikasi berjalan baik dengan waktu rata-rata selama 9.28 detik. Hasil dari penelitian adalah sebuah aplikasi online yang dapat diakses pada situs www.herbal.biz.id dengan melakukan registrasi user terlebih dahulu. Kata kunci: algoritma genetika, fuzzy analytic network process, obat herbal, rantai pasok
SUMMARY MUJI YUSWANTO. Intelligence Decision Support System Model for Green Supply Chain Management of Herbal’s Medicine. Supervised by MARIMIN and TOTO HARYANTO. The use of traditional plants as medicine is not lost on appeal because of the use of chemical ingredients of natural ingredients it does not cause excessive side effects. In the Republic of Indonesia Law 36 of 2009 on Health stated that herbal medicine is one part that is integrated in the national health care system. Limited research related to supply chain herbal medicine into the background of this study as an alternative solution to the problems that occurred in the supply chain process of herbal medicine is a method of decision making in the development of environmentally friendly herbal remedies. In this study, the model developed intelligent decision support system for web-based herbal medicine industry by applying the techniques of Green Supply Chain Operations Reference, Fuzzy Analytic Network Process and Genetic Algorithms. Green supply chain operation reference used to model and measure the performance of supply chain, fuzzy analytic network process used for the selection of green strategies developed into factors benefits, opportunity, cost and risk while genetic algorithm is used to calculate the shortest route distribution channels. Intelligent Decision Support System (IDSS) for Managing Supply Chain is a decision support system that improved its performance by adding elements of artificial intelligence into it. IDSS of herbals medicine consists of four main parts, namely a dialogue management system, database management system, database management system models, and elements of artificial intelligence. In the system simulation results obtained for the carbon footprint as much as 602 kg while the total of 4.181kg environment footprint, recycle waste materials become the first choice of experts on the development of alternative supply chain for green while the shortest distance as far as 1014 km of distribution lines. By testing the load test, the application runs well with the average time for 9:28 seconds. Results of the study is an online application that can be accessed on the site www.herbal.biz.id with previous user registration. Keywords: fuzzy analytic network process, genetic algorithm, herbal medicine, supply chain
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
MODEL SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN CERDAS MANAJEMEN RANTAI PASOK HIJAU OBAT HERBAL
MUJI YUSWANTO
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Komputer pada Program Studi Ilmu Komputer
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Penguji : Irman Hermadi, SKom MS PhD
Judul Tesis : Model Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Cerdas Manajemen Rantai Pasok Hijau Obat Herbal Nama : Muji Yuswanto NIM : G651100414
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Prof Dr Ir Marimin, MSc Ketua
Toto Haryanto,SKom MSi Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Ilmu Komputer
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Wisnu Ananta Kusuma, ST MT
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 23-08-2014
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis berjudul ”Model Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Cerdas Obat Herbal”. Penghargaan serta rasa terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc dan Bapak Toto Haryanto, S.Kom, M.Si selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu serta memberikan saran dan bimbingannya. Bapak Dadang Syarif, Bapak Ade Sutrisno, Bapak Ondri, Bapak Syahroni dan Bapak Ambang yang telah meluangkan banyak waktu dalam proses diskusi dan pengisian kuisioner yang sangat panjang. Untuk Istri dan anaku tercinta Khusnul Khotimah, Fidela Nindya dan Bening Cetta yang telah mengorbankan waktu akhir pekan selama penulis menyelesaikan study di IPB. Seluruh rekan kerja di Kementerian Kesehatan RI yang selalu memberikan dukungan dan semangat selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf pengajar yang telah memberikan wawasan serta ilmu yang berharga selama penulis belajar di Departemen Ilmu Komputer. Rekan-rekan seperjuangan yang selalu memberikan semangat selama menempuh studi, Seluruh staf administrasi Departemen Ilmu Komputer yang selalu memberi kemudahan dalam mengurus berbagai hal berkaitan dengan perkuliahan, serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satupersatu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan menjadi salah satu bahan rujukan penelitian lainnya. Bogor, September 2014 Muji Yuswanto
i
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian 2. TINJAUAN PUSTAKA Obat Herbal Manajemen Rantai Pasok Manajemen Rantai Pasok Hijau (MRPH) Gren Supply Chain Operation Refference (GSCOR) Algoritme Genetika Fuzzy Analytic Network Process (FANP) Triangular Fuzzy Number (TFN) Sistem Pengambilan Keputusan Cerdas Akuisisi Pengetahuan Pengembangan Sistem 3. METODE Bahan Dan Alat Prosedur Analisis Data Pengujian Sistem 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Tahap Persiapan Tahap Analisa Tahap Desain Tahap Implementasi Tahap Pengujian Implikasi Manajerial 5. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA
i ii iii vi vii 1 2 3 4 4 4 5 5 8 9 10 12 12 14 15 19 19 23 24 24 24 26 26 26 27 33 43 44 47 47 47 48
ii
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Skema Rantai Pasokan (Chopra et al, 2004) 2 Extended Green Supply Chain (Beamon, 1999) 3 Skema Ruang Lingkup SCOR (Supply Chain Council) 4 Model Konsep GSCOR (Supply Chain Council, 2010) 5 Konsep GSCOR (Supply Chain Council, 2010) 6 Perbandingan Struktur Hirarki dan Jaringan (Saaty) 7 Triangular Fuzzy Number 8 Fuzzy Set 9 Hubungan Antar Sub Sistem SPK 10 Struktur Model SPK (Wren et al, 2009) 11 Siklus Hidup Pengembangan Sistem 12 Model Pendekatan Spiral (Satzinger et al. 2007) 13 Tahapan Metode Agile 14 Siklus Hidup XP (Abrahamsson et al, 2002) 15 Siklus hidup model waterfall dan XP 16 Metodologi Xtreme Programing 17 Alur diagram penelitian 18 Proses rantai pasok hijau obat herbal 19 Kerangka SPK Cerdas obat herbal 20 Use case diagram 21 DFD level 1 22 Entity Relationship Diagram SPKC 23 Halaman utama SPKC 24 Database SPKC 25 Environmental footprint proses GSCOR 26 Jaringan FANP 27 Kuisioner FANP 28 Himpunan bilangan fuzzy 29 Proses komparasi jaringan ANP 30 Ranking alternative FANP 31 Proses seleksi roulete-wheel 32 Grafik nilai fitness 33 Proses pencarian rute terpendek 34 Load testing
9 10 10 11 12 13 14 15 17 19 20 21 21 22 22 23 24 26 27 28 29 30 31 32 34 36 37 38 39 40 41 42 43 43
iii
DAFTAR TABEL Halaman 1 Penggunaan Tanaman Obat untuk Jamu Buatan Sendiri Menurut Provinsi Tahun 2010 2 Persentase Jenis Jamu yang di Konsumsi Penduduk berdasarkan Provinsi 3 Skala Perbandingan Berpasangan 4 Skala Linguistik Fuzzy ANP (Etaati et al, 2011) 5 Kartu GSCOR 6 Identifikasi elemen dan faktor FANP 7 Rekapitulasi skala linguistik FANP 8 Hasil rata rata geometris fuzzy ANP 9 Hasil defuzyfikasi dengan metode centre of grafity 10 Repesentasi kromosom penentuan rute pengiriman 11 Rute terpendek proses algoritma genetika 12 Pengujian black box SPK cerdas
6 7 14 14 33 35 37 38 39 41 42 44
iv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Lembar kuisioner Fuzzy Analytic Network Process (FANP) 2 Pembobotan antar kriteria FANP 3 Pembobotan antar klaster FANP 2 Rekapitulasi hasil proses FANP
50 54 56 58
v
DAFTAR ISTILAH
1.
AHP : Analytical Hierarchy Process Metode pengambilan keputusan Multi Criteria Decision Making (MCDM) yang diperkenalkan oleh Thomas L. Saaty
2.
ANP : Analytical Network Process metode yang mampu merepresentasikan tingkat kepentingan berbagai pihak dengan mempertimbangkan saling keterkaitan antar kriteria dan sub kriteria yang ada dan merupakan pengembangan dari AHP
3.
APICS : American Production and Inventory Control Society Komunitas profesional di bidang management operasional dan rantai pasok yang berdiri di Amerika Serikat
4.
BOCR : Benefits Opportunity Cost Risk Kriteria analisis pada metode ANP.
5.
DBMS : Database Management System Suatu sistem atau perangkat lunak yang dirancang untuk mengelola suatu basis data dan menjalankan operasi terhadap data.
6.
DSS
: Decision Support System
merupakan sistem yang dibangun untuk mendukung pengambil keputusan manajerial dalam mengambil keputusan dan sebagai model dari sekumpulan prosedur untuk melakukan pengolahan data. 7.
FANP : Fuzzy Analytical Network Process Penambahan konsep fuzzy pada pembobotan kriteria dari metode ANP.
8.
GA
: Genetic Algorithms
Algoritma yang ditemukan oleh John Holland terinspirasi dari mekanisme seleksi alam. Individu yang lebih kuat menjadi pemenang dari lingkungan yang berkompetisi. 9.
GSCOR : Green Supply Chain Operation Reference
Alat pemodelan supply chain dengan menambahkan konsep hijau yang dikembangkan oleh Logistic Management Institute sebagai alat analisa yang menggambarkan hubungan antara fungsi supply chain dengan aspek lingkungan agar tercipta peningkatan kinerja manajemen diantara keduanya dan terdiri atas process environmental, metrics dan best practice. 10. GSCM : Green Supply Chain Management Management rantai pasok yang mengintegrasikan konsep pengelolaan lingkungan dalam aktifitas sepanjang rantai pasok. 11. HTML : Hypertext Markup Language sebuah aplikasi yang digunakan untuk membuat sebuah halaman web, menampilkan berbagai informasi di dalam sebuah web browser Internet dan pemformatan hiperteks
vi sederhana yang ditulis dalam berkas format ASCII agar dapat menghasilkan tampilan yang terintegerasi. 12. IDSS
: Intelligence Decision Support System
sebuah sistem penunjang keputusan yang ditingkatkan kinerjanya dengan menambahkan elemen kecerdasan buatan ke dalamnya dengan menggunakan teknik-teknik yang muncul di bidang intelijensi buatan (Artificial Intelligent) seperti: seperti fuzzy systems, neural networks, machine learning, dan genetic algorithms. 13. LMI
: Logistic Management Institute
Organisasi publik yang bergerak pada bidang kajian logistik , akuisisi dan manajemen keuangan, manajemen infrastruktur, manajemen informasi, dan organisasi yang berdiri pada tahun 1961 di Amerika Serikat. 14. MRP
: Manajemen Rantai Pasok
upaya pengelolaan jaringan bisnis yang saling berhubungan dalam penyediaan produk dan layanan yang diperlukan oleh konsumen akhir. Suplai meliputi manajemen rantai semua gerakan dan penyimpanan bahan baku, bekerja-dalam persediaan-proses dan barang jadi dari titik asal ke titik konsumsi (rantai suplai). 15. MRPH : Manajemen Rantai Pasok Hijau Lihat penjelasan GSCM. 16. OS
: Operating System
Perangkat lunak sistem yang bertugas untuk melakukan kontrol dan manajemen perangkat keras serta operasi-operasi dasar sistem, termasuk menjalankan perangkat lunak aplikasi seperti program-program pengolah kata dan peramban web. 17. SCM
: Supply Chain Management
Lihat difinisi MRP 18. SDLC : System Development Life Cycle
Proses pembuatan dan pengubahan sistem serta model dan metodologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem-sistem tersebut. Konsep ini umumnya merujuk pada sistem komputer atau informasi. SDLC juga merupakan pola yang diambil untuk mengembangkan sistem perangkat lunak, yang terdiri dari tahaptahap: rencana(planning),analisis (analysis), desain (design), implementasi (implementation), uji coba (testing) dan pengelolaan (maintenance). 19. SCOR : Supply Chain Operation Reference
Alat pemodelan supply chain yang dikembangkan oleh Logistic Management Institute sebagai alat analisa yang menggambarkan hubungan antara fungsi supply chain dengan aspek lingkungan agar tercipta peningkatan kinerja manajemen diantara keduanya. 20. SPK : Sistem Pengambilan Keputusan Lihat penjelasan DSS
vii 21. SPKC : Sistem Pengambilan Keputusan Cerdas Lihat penjelasan IDSS 22. TFN : Triangular Fuzzy Number Bilangan fuzzy yang direpresentasikan kedalam tiga fungsi keanggotaan yaitu nilai terendah, tengah, dan nilai tertinggi. 23. UML
: Unified Modelling Language
Bahasa yang digunakan untuk menentukan, memvisualisasikan, membangun, dan mendokumentasikan suatu sistem informasi. UML dikembangkan sebagai suatu alat untuk analisis dan desain berorientasi objek. 24. WHO : World Health Organization
Salah satu badan PBB yang bertindak sebagai sebagai koordinator kesehatan umum internasional dan bermarkas di Jenewa, Swiss. 25. XP : Extreme Programing Sebuah disiplin dari pengembangan perangkat lunak yang didasari pada nilai kesederhanaan (simplicity), komunikasi (communication), umpan balik (feedback), dan keberanian (courage).
1
1.
PENDAHULUAN
Kesadaran konsumen terhadap produk pengobatan yang aman dan bersumber dari tumbuhan semakin tinggi dengan banyaknya konsumsi produk pengobatan herbal di Indonesia akhir akhir ini. Produk obat herbal Indonesia yang sebenarnya sudah cukup dikenal di mancanegara belum memiliki standar mutu bahan baku nasional yang juga diakui internasional. Dampaknya, para pelaku industri jamu yang mayoritas merupakan usaha kecil, tidak sanggup bersaing dengan sejumlah negara yang sudah memiliki standar mutu internasional (http://www.nyonyameneer.com/showNews.php?id=228 diakses pada tanggal 27 Februari 2012 pukul 19.00). Potensi pengembangan obat herbal di Indonesia sangat menjanjikan jika melihat kekayaan tumbuhan yang ada. Perilaku minum jamu yang sudah berlangsung turun temurun dengan beberapa metode penyajian seperti jamu rebusan atau rajangan yang diolah sederhana. Seiring dengan kemajuan teknologi yang mengikuti perubahan pola hidup sehat dan seimbang, jamu semakin banyak berkembang mengikuti dengan variasi bentuk seperti cairan, serbuk, kapsul dan rebusan yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Jamu sebagai obat tradisional asli Indonesia saat ini belum diperlakukan sejajar dengan obat-obatan medis karena masih sedikit penelitian yang menghasilkan produk yang teruji khasiatnya. Selama jamu belum terintegrasi dengan sistem kesehatan formal di Indonesia, jamu belum bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Penggunaan tanaman tradisional sebagai obat-obatan tidak kalah di banding bahan obat kimiawi bahkan tidak menimbulkan efek samping yang berlebihan (Badan Pengawas Obat dan Makanan/BPOM). Dalam Undang-Undang (UU) No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan disebutkan bahwa jamu merupakan salah satu bagian yang terintegrasi dalam sistem pelayanan kesehatan nasional. Hampir sebanyak 60 persen (59,12%) penduduk Indonesia mengonsumsi jamu dan hampir seluruh pemakainya (95,6%) merasakan jamu berkhasiat meningkatkan kesehatan (Riset Kesehatan Dasar Kemenkes RI 2010). Di samping kendala persyaratan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) dari BPOM, masalah pengelolaan limbah industri dan masalah lain yang timbul akibat proses rantai pasok obat herbal juga harus dijadikan pertimbangan mengingat industri obat herbal mempunyai sumber bahan baku dari alam dan persyaratan industri yang ramah lingkungan (konsep hijau) menjadi nilai lebih dalam persaingan global mengingat para aktor masih bekerja sendiri-sendiri dan lemahnya standarisasi hasil dari masing-masing proses. Hal ini terjadi karena lemahnya komunikasi di antara petani sebagai pemasok dan industri akibat ketidaksamaan tujuan dan belum terbangun kepercayaan (Adiarni 2007). Tingginya minat dan konsumsi obat herbal menjadi peluang bagi pelaku industri obat herbal untuk mengembangkan usahanya dengan sistem manajemen industri yang lebih modern mengingat peluang produk obat herbal untuk pangsa pasar export sangat terbuka dimasa mendatang. Pengambil keputusan harus merencanakan sistem manajemen rantai pasok dengan baik untuk menjamin kualitas dan ketersediaan produk yang dibuat sampai ketangan konsumen. Menurut Purnomo (2013) Perkembangan industri dan kepedulian konsumen terhadap lingkungan hidup yang semakin meningkat serta isu tentang konsep industri yang
2
berwawasan lingkungan telah memaksa industri melakukan penyesuaian dengan konsep green industries dalam setiap proses bisnisnya, yang kemudian berkembang menjadi Green Supply Chain Management (GrSCM) selanjutnya dipergunakan istilah Manajemen Rantai Pasok Hijau (MRPH). Pemanfaatan teknologi informasi menjadi salah satu media promosi dalam pengembangan obat tradisional yang sesuai dengan standar dan memenuhi uji klinik (obat herbal) yang ditetapkan baik nasional maupun internasional untuk dapat bersaing dengan produk negara lain. Kepastian ketersediaan bahan baku, proses produksi yang baik dan berwawasan lingkungan serta pasokan obat herbal harus terpenuhi. Manajemen rantai pasokan merupakan mekanisme pengelolaan rantai pasokan untuk mengoptimalkan nilai-nilai yang terdapat di sepanjang rantai pasokan dengan cara mengoptimalkan aliran barang, aliran informasi, dan aliran uang di dalam rantai pasokan agar produk yang sampai ke konsumen dapat memberikan kepuasan dalam hal ketepatan waktu pengiriman, kualitas barang, dan harga yang terjangkau, sehingga pada akhirnya akan memberikan keuntungan yang maksimal kepada seluruh anggota yang terlibat dalam rantai pasokan (Chopra dan Meindl 2004; Apaiah dan Hendrix 2004). Terkait isu lingkungan Supply Chain Council mengembangkan sebuah model SCM yang dikombinasikan dengan konsep hijau sebagai Green Supply Chain Management (GSCM) dan menambahkannya dalam tools Supply Chain Operations Reference (SCOR) dikenal dengan Green Supply Chain Operation Reference (GSCOR) (Logistic Management Institute /LMI, 2010). Dengan semakin bertambahnya masalah dampak lingkungan, MRPH mendapat perhatian khusus pada konstruksi industri. Pelacakan dan pengawasan efek lingkungan penting untuk dilaksanakan oleh seluruh anggota yang terlibat dalam MRPH (Srivastava 2007). Dalam thesis ini diusulkan sebuah model Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Cerdas (SPKC) obat herbal dengan menggunakan metode pendekatan GSCOR, Fuzzy Analytic Network Proces (FANP) dan Algoritme Genetika. Latar Belakang
Industri obat herbal di Indonesia mayoritas masih berupa industri kecil atau home industry yang masih menerapkan proses tradisional dalam memproduksi produk obat herbal. Tuntutan modernisasi dan regulasi terhadap industri obat herbal harus dipahami oleh pelaku industri supaya dapat bersaing dengan pasar internasional. Bahan baku yang bersumber dari alam hendaknya mempertimbangkan keberlangsungan ketersediaannya. Konsep industri berwawasan lingkungan menjadi syarat utama untuk menjaga ketersediaan dan pelestarian lingkungan yang akhirnya memberikan jaminan ketersediaan bahan baku tersebut. Terkait isu lingkungan, Supply Chain Council mengembangkan sebuah model rantai pasok hijau dengan menambahkan elemen pengelolaan dampak lingkungan berupa GSCOR (LMI 2010). Dengan semakin bertambahnya masalah dampak lingkungan, MRPH mendapat perhatian khusus pada konstruksi industri. Pelacakan dan pengawasan efek lingkungan penting untuk dilaksanakan oleh seluruh anggota yang terlibat dalam MRPH (Srivastava 2007). Penelitian terkait masalah rantai pasok pada industri obat herbal pernah dilakukan oleh Adiarni (2007) yang menerapkan konsep jaringan sebagai
3
pendekatan manajemen rantai pasok dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan analisis Benefit, Oportunity, Cost, dan Resiko (BOCR). Selain dengan metode AHP BOCR banyak penelitian di bidang rantai pasok seperti yang dilakukan oleh Cheng dan Law (2011) dan Kang et al. (2011). Jika dibandingkan dengan metodologi AHP, Analytic Network Process (ANP) memiliki beberapa kelebihan diantaranya komparasi yang lebih obyektif, prediksi yang lebih akurat, dan hasil yang lebih stabil dan handal (Etaati et al. 2011). Selain dengan metode AHP dan BOCR banyak penelitian di bidang rantai pasokan sperti yang dilakukan oleh Cheng et al. (2011) membuat kerangka kerja untuk monitor konstruksi SCM berbasis website dengan pendekatan GSCOR. Thipparat (2011) melakukan evaluasi konstruksi green supply chain management dengan metode Fuzzy AHP. Selain AHP terdapat metode ANP yang memiliki banyak kelebihan, seperti komparasi yang lebih obyektif, prediksi yang lebih akurat, serta hasil yang lebih stabil dan handal. Untuk mengakomodasi tingkat kekaburan (Fuzzines) dari variabel linguistik di tambahkan konsep fuzzy seperti penelitian yang dilakukan oleh Tuzkaya et al. (2009) dan Kang et al. (2011). Dari penelitian-penelitian tersebut masih mengacu kepada industri manufaktur terutama pemilihan supplier. Metode Analytic Network Proces (ANP) dan Fuzzy Analytic Network Process (FANP) dalam manajemen rantai pasok banyak digunakan para peneliti sebelumnya (Etaati 2011) penelitian yang terkait dengan supplier selection dan manajemen strategis dilakukan oleh beberapa buyuzkozan et al. (2011), Efendigil et al. (2009), dan Chen et al. (2009). Beberapa penelitian menggunakan software Superdecision untuk melakukan perhitungan dan analisa data. Masih terbatasnya penelitian rantai pasok obat herbal menjadi salah satu pertimbangan untuk melakukan penelitian ini sebagai upaya memberikan satu alternatif solusi pada permasalahan yang terjadi pada proses rantai pasokan obat herbal berupa metode pengambilan keputusan yang tepat dalam perancangan sebuah GSCM Obat Herbal. Dalam tesis ini diusulkan sebuah model SPKC dengan menggunakan metode GSCOR, FANP dan Algoritme Genetika diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap keberlangsungan ketersediaan obat herbal dan pelestarian lingkungan. Perumusan Masalah
Industri obat herbal di Indonesia mayoritas masih berupa industri kecil atau home industry yang masih menerapkan proses tradisional dalam memproduksi produk obat herbal. Tuntutan modernisasi dan regulasi terhadap industri obat herbal harus dipahami oleh pelaku industri supaya dapat bersaing dengan pasar internasional. Bahan baku yang bersumber dari alam hendaknya mempertimbangkan keberlangsungan ketersediaannya. Konsep industri berwawasan lingkungan menjadi syarat utama untuk menjaga ketersediaan dan pelestarian lingkungan yang dapat memberikan jaminan ketersediaan bahan baku tersebut. SPKC obat herbal diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap keberlangsungan ketersediaan obat herbal dan pelestarian lingkungan.
4
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk membangun sebuah SPKC obat herbal sebagai media pendukung bagi pengambil kebijakan dalam pengembangan industri obat herbal terutama pada proses manajemen rantai pasok yang ramah lingkungan. Adapun tujuan khusus antara lain: Menerapkan GSCOR, mengukur performa rantai pasok, menerapkan teknik Fuzzy ANP, dan menerapkan algoritme genetika untuk optimasi rute terpendek. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan oleh pengambil kebijakan, peneliti dan mahasiswa yang tertarik pada masalah rantai pasok serta pengembangan SPKC terutama yang berbasis ramah lingkungan yang selanjutnya dapat dikembangkan pada masalah rantai pasok lainnya terutama pada penerapan teknik fuzzy ANP dan algoritme genetika. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini berupa sistem aplikasi berbasis website dengan menggunakan teknik GSCOR untuk pemodelan dan pengukuran kinerja rantai pasok beserta dampak lingkungan pada proses rantai pasok, Fuzzy Analytic Network Process (FANP) untuk mendapatkan alternatif pada pelaksanaan MRPH. Algoritme genetika untuk optimasi pada praktik MRPH dalam hal ini mencari rute terpendek jalur distribusi.
5
2.
TINJAUAN PUSTAKA Obat Herbal
Obat herbal dikenal sebagai obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian(galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang digunakan untuk pengobatan dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (Peraturan Menteri Kesehatan No.3 tahun 2010). Dalam konteks penggunaan obat tradisional atau obat herbal yang terus meningkat, World Health Organization (WHO) menggaris bawahi tentang pentingnya suatu kerangka kerja (framework) untuk aksi bersama antara WHO dan negara anggota. Kerangka kerja tersebut bertujuan agar obat tradisional/herbal dapat berperan makin besar dalam mengurangi angka kematian dan kesakitan terutama di kalangan masyarakat yang tidak mampu dengan strategi yang mencakup empat tujuan utama yaitu (Sampurno, 2011): 1. Mengintegrasikan secara tepat obat tradisional dalam sistem pelayanan kesehatan nasional dengan mengembangkan dan melaksanakan kebijakan nasional obat tradisional dengan berbagai programnya. 2. Meningkatkan keamanan (safety), khasiat dan mutu dengan memperkuat knowledge-base obat tradisional dan regulasi dan standar jaminan mutu (quality assurance standard). 3. Meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan obat tradisional terutama untuk masyarakat yang tidak mampu. 4. Mempromosikan penggunaan obat tradisional secara tepat oleh tenaga profesional medik maupun oleh konsumen. Obat herbal Indonesia pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu: (1) Jamu; (2) Obat Herbal Terstandar; dan (3) Fitofarmaka. Jamu sebagai warisan budaya bangsa perlu terus dikembangkan dan dilestarikan dengan fokus utama pada aspek mutu dan keamanannya. Khasiat jamu sebagai obat herbal selama ini didasarkan pengalaman empirik yang telah berlangsung dalam kurun waktu yang sangat lama (Sampurno 2011). Obat bahan alam merupakan obat yang menggunakan bahan baku dari alam (tumbuhan dan hewan). Obat bahan alam dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Jamu (Empirical based herbal medicine) adalah obat bahan alam yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut dan digunakan secara tradisional. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan uji klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris saja. Obat herbal terstandar (Scientific based herbal medicine) yaitu obat bahan alam yang disajikan dari ekstrak atau penyaringan bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan mahal, serta ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine) merupakan bentuk obat bahan alam dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya telah terstandar serta ditunjang oleh bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia.
6
Tanaman obat yang paling banyak digunakan adalah jahe (50,36%), diikuti kencur (48,77%), temulawak (39,65%), meniran (13,93%) dan pace (11,17%). Selain tanaman obat di atas, sebanyak 72,51 persen menggunakan tanaman obat jenis lain. Persentase penggunaan temulawak terbanyak di Provinsi Nusa Tenggara Barat (85,00%) dan terendah di Bali (3,76%); penggunaan jahe terbanyak di Provinsi Nusa Tenggara Barat (82,10%) dan terendah di Bali (8,36%); penggunaan kencur terbanyak di Provinsi Kalimantan Selatan (78,64%) dan terendah di Bali (8,05%); penggunaan meniran terbanyak di Kepulauan Riau (28,75%) dan terendah di Sulawesi Tenggara (3,18%); penggunaan pace terbanyak di Provinsi Nusa Tenggara Barat (20,92%) dan terendah di Sulawesi Barat (0,81%) (Riskesdas, Kemenkes 2010) lihat Tabel 1. Tabel 1 Penggunaan tanaman obat untuk jamu buatan sendiri menurut provinsi Tahun 2010
Sumber : Badan Litbang Kementerian Kesehatan RI
Selain mengkonsumsi jamu buatan sendiri, cukup banyak penduduk yang yang memperoleh jamu yang sudah beredar di pasaran. Tabel 2 menggambarkan bahwa bentuk sediaan jamu yang paling disukai adalah bentuk cairan (55,3%), diikuti seduh/serbuk (44,1%), rebusan/rajangan (20,3%), dan persentase terendah adalah bentuk kapsul/pil/tablet (11,6%). Ketersediaan bahan baku untuk pembuatan jamu tradisional di Indonesia cukup melimpah. Hasil riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebutkan bahwa Indonesia memiliki 30.000 spesies tanaman obat dari total
7
40.000 spesies yang ada di di seluruh dunia. Walaupun Indonesia baru memanfaatkan sekitar 180 spesies sebagai bahan baku obat bahan alam dari sekitar 950 spesies yang berkhasiat sebagai obat. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa dari segi ketersediaan bahan baku, industri jamu tradisional tidak memiliki ketergantungan import. (Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Bank Indonesia) Tabel 2 Persentase jenis jamu yang di konsumsi penduduk berdasarkan Provinsi Tahun 2010
Sumber : Badan Litbang Kementerian Kesehatan RI
Selain untuk konsumsi nasional, jamu tradisional juga berpotensi untuk di ekspor. Negara tujuan ekspor, menurut data Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat bahan alam Indonesia (GP Jamu), yaitu Malaysia, Korea Selatan, Filipina, Vietnam, Hongkong, Taiwan, Afrika Selatan, Nigeria, Arab Saudi, Timur Tengah, Rusia dan Cile. Ekspor jamu tradisional tersebut sebagian besar masih dilakukan oleh industri jamu yang cukup besar. Sekitar tahun 1900-an, pabrik-pabrik jamu besar mulai berdiri di Indonesia seperti Jamu Jago, Mustika Ratu, Nyonya Meneer, Leo, Sido Muncul, Jamu Simona, Jamu Borobudur, Jamu Dami, Jamu Air Mancur, Jamu Pusaka Ambon, Jamu Bukit Mentjos, dan Tenaga Tani Farma (Aceh). Sedangkan di Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah, industri kecil jamu tradisional mulai berdiri sejak tahun 1970-an dan terus berkembang di tahun 1980-an
8
Manajemen Rantai Pasok
Manajemen Rantai Pasok (MRP) adalah upaya pengelolaan jaringan bisnis yang saling berhubungan dalam penyediaan produk dan layanan yang diperlukan oleh konsumen akhir. Suplai meliputi manajemen rantai semua gerakan dan penyimpanan bahan baku, bekerja-dalam persediaan-proses dan barang jadi dari titik asal ke titik konsumsi (rantai suplai). definisi lain yang disediakan oleh Kamus American Production and Inventory Control Society (APICS) ketika mendefinisikan MRP sebagai perencanaan desain, pengendalian pelaksanaan, dan monitoring kegiatan rantai pasokan dengan tujuan untuk menciptakan nilai bersih, membangun infrastruktur yang kompetitif, meningkatkan logistik di seluruh dunia, sinkronisasi pasokan dengan permintaan dan mengukur kinerja secara global. Terdapat pola dasar untuk manajemen rantai pasokan. Setiap rantai pasokan mempunya rantai yang unik untuk memenuhi tuntutan pasar dan tantangan operasi namun masalah isu rantai pasokan pada dasarnya sama dalam setiap kasus. Perusahaan dalam rantai pasokan harus membuat keputusan individual dan kolektif dalam lima bidang: 1. Produksi—Produk apa yang diinginkan pasar? Berapa banyak yang harus diproduksi dan kapan? Kegiatan ini meliputi pembuatan jadwal produksi yang memperhitungkan kapasitas pabrik, menyeimbangkan beban kerja, kontrol kualitas, dan pemeliharaan peralatan. 2. Persediaan—Apa yang seharusnya tersedia pada setiap tahap dalam rantai pasokan? Berapa banyak persediaan bahan baku, barang setengah jadi, atau barang jadi? Tujuan utama dari persediaan adalah sebagai penyangga terhadap ketidakpastian dalam rantai pasokan. Namun menjadi mahal, jadi berapa stok yang optimal dan titik reorder poin? 3. Lokasi—Di mana sebaiknya fasilitas untuk produksi dan penyimpanan persediaan berada? Di mana lokasi yang paling efisien terkait biaya untuk produksi dan untuk penyimpanan persediaan? Jika fasilitas yang ada dapat digunakan atau yang baru dibangun? Setelah keputusan ini dibuat selanjutnya menentukan jalur yang mungkin tersedia untuk produk untuk pengiriman ke konsumen akhir. 4. Transportasi—Bagaimana seharusnya persediaan dipindahkan dari satu lokasi rantai pasok yang lain? Angkutan udara dan pengiriman truk umumnya cepat dan handal tetapi mahal. Pengiriman melalui laut atau kereta api jauh lebih murah tetapi biasanya melibatkan waktu transit lebih lama dan lebih banyak ketidakpastian. Ketidakpastian ini harus dikompensasikan dengan tingkat yang lebih tinggi terhadap stok persediaan. Pemilihan moda transportasi yang lebih baik? 5. Informasi—Berapa banyak data harus dikumpulkan dan berapa banyak informasi yang harus dibagi? Informasi yang tepat waktu dan akurat membuat koordinasi yang lebih baik dan membuat keputusan yang lebih baik. Dengan informasi yang baik, orang dapat membuat keputusan yang efektif tentang apa yang harus diproduksi dan berapa banyak dan tempat untuk mencari pasokan dan bagaimana cara terbaik untuk transportasi itu. Menurut Chopra et al. (2004) Rantai pasok merupakan mekanisme penyediaan produk sampai kepada konsumen akhir yang melibatkan pemasok,
9
produsen, distributor, dan pengecer. Oleh sebab itu pengelolaan yang baik atas aliran informasi, aliran barang, dan aliran keuangan yang terjadi di antara anggota rantai pasokan memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan efisiensi rantai pasokan. Rantai pasokan yang efisien dapat memberikan kepuasan kepada konsumen dalam hal ketepatan waktu pengiriman, kualitas barang, dan harga yang terjangkau, sehingga pada akhirnya mampu memberikan keuntungan kepada seluruh anggota yang terlibat dalam rantai pasokan seperti terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Skema Rantai Pasokan (Chopra et al. 2004) Manajemen Rantai Pasok Hijau (MRPH)
Michigan State University’s Manufacturing Research Institute (MRC) Amerika Serikat mengusulkan konsep Green Supply Chain Management (GSCM) di 1996, ketika mereka melakukan penelitian "manufaktur ramah lingkungan". Tujuan dari green supply chain adalah untuk mempertimbangkan pengaruh lingkungan dari semua produk dan proses, termasuk pengaruh lingkungan yang berasal dari barang/produk dan proses mulai dari bahan baku sampai dengan produk jadi, dan final disposal produk tersebut. Konsep green supply chain management meliputi : (1) Inbound logistik; (2) Produksi atau supply chain internal; (3) Outbound logistik. Menurut Beamon (1999) dalam Gambar 2. GSCM terintegrasi dengan semua elemen dari SCM Tradisional dan menjadi satu cara untuk membangun sebuah rangkaian semi tertutup (close loop) yang mencakup daur ulang produk dan kemasan (recycle), re use atau re manufaktur.
10
Gambar 2 Extended Green Supply Chain (Beamon 1999) Dari pendekatan siklus hidup rantai pasok hendaknya mempertimbangkan dampak pada Environmental System dan Kesehatan dari tahap perancangan melalui fase pembuangan yang dapat mendukung perancangan keputusan untuk meningkatkan kinerja dan menekan biaya operasional. Siklus hidup rantai pasok terlihat pada Gambar 4.
Gambar 3 Skema ruang lingkup SCOR (Supply Chain Council 2010) Gren Supply Chain Operation Refference (GSCOR)
Supply Chain Council memperkenalkan Supply Chain Operation Reference (SCOR) sebagai model standard untuk melakukan evaluasi, pengukuran dan pengembangan kinerja rantai pasok (Marimin dan Maghfiroh 2010) SCOR dapat
11
digunakan untuk mengukur performa rantai pasok perusahaan, menigkatkan kinerjanya, dan mengkomunikasikan kepada pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Metode SCOR merupakan metode sistematis yang mengkombinasikan elemenelemen seperti teknik bisnis, benchmarking, dan praktek terbaik (best practice) untuk diterapkan di dalam rantai pasokan. Sebagai sebuah model referensi, maka pada dasarnya model SCOR didasarkan pada tiga pilar utama, yaitu: 1. Pemodelan Proses Referensi untuk memodelkan suatu proses rantai pasokan agar lebih mudah diterjemahkan dan dianalisis 2. Pengukuran performa/kinerja rantai pasokan Referensi untuk mengukur performa suatu rantai pasokan perusahaan sebagai standar pengukuran. 3. Penerapan best practice Referensi untuk menentukan best practice yang dibutuhkan oleh perusahaan. Sedangkan Green Supply Chain Operations Reference (GSCOR) merupakan modifikasi dari model SCOR untuk menciptakan suatu alat analisis yang menggambarkan hubungan antara fungsi rantai pasokan dengan aspek lingkungan agar tercipta peningkatan kinerja manajemen diantara keduanya dan terdiri atas process environmental, metrics dan best practice Model GSCOR dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Model Konsep GSCOR (Supply Chain Council 2010) GSCOR fokus pada dampak dan pengaruh dari SCM di beberapa tahapan dari produk life cycle contoh untuk best practice: 1) Kolaborasi dengan partner dalam penanganan isu lingkungan, 2) Meminimalkan konsumsi energi dan bahan bakar 3) Meminimalkan dan memanfaatkan kembali material. Matrik pengukuran efek greening dengan melakukan footprint karbon dan lingkungan, energy cost dan unit pengiriman sedangkan untuk proses waste management dengan pengolahan limbah.
12
Gambar 5 Konsep GSCOR (Supply Chain Council 2010) Algoritme Genetika
Algoritme genetika yang ditemukan oleh John Holland terinspirasi dari mekanisme seleksi alam. Individu yang lebih kuat menjadi pemenang dari lingkungan yang berkompetisi. Konsep dasar Algoritme genetika relatif mudah dipahami, karena komponen-komponen pembentuknya mencerminkan kehidupan di alam, seperti contohnya mekanisme seleksi, pindah silang, mutasi, dan lain-lain. Algoritme genetika berusaha menerapkan pemahaman tentang evolusi alamiah biologis untuk tugas-tugas pemecahan-masalah (problem solving). Pendekatan yang diambil oleh algoritme ini adalah dengan menggabungkan secara acak berbagai pilihan solusi terbaik di dalam suatu kumpulan untuk mendapatkan generasi solusi terbaik berikutnya yaitu pada suatu kondisi yang memaksimalkan kecocokannya atau lazim disebut fitness. Generasi ini merepresentasikan perbaikan-perbaikan pada populasi awalnya. Dengan melakukan proses ini secara berulang sehingga dapat mensimulasikan proses evolusioner. Fuzzy Analytic Network Process (FANP)
Teori himpunan fuzzy dikembangkan oleh Prof. Dr. Lotfi Zadeh pada tahun 1960-an. Logika fuzzy adalah suatu metode yang tepat untuk memetakan suatu ruang input ke dalam suatu ruang output. Zadeh berpendapat bahwa logika benar dan salah dari logika Boolean tidak dapat mengatasi masalah gradasi yang berada pada dunia nyata. Untuk mengatasi masalah gradasi yang tidak terhingga tersebut, Zadeh mengembangkan sebuah himpunan fuzzy. Tidak seperti logika Boolean, logika fuzzy mempunyai nilai yang kontinyu. Fuzzy dinyatakan dalam derajat dari suatu keanggotaan dan derajat dari kebenaran. Oleh sebab itu sesuatu dapat dikatakan sebagian benar dan sebagian salah pada waktu yang sama. Metode Analytic Network Process (ANP) adalah salah satu metode yang mampu merepresentasikan tingkat kepentingan berbagai pihak dengan mempertimbangkan saling keterkaitan antar kriteria dan sub kriteria yang ada. Model ini merupakan pengembangan dari Analytical Hierarchi Process (AHP)
13
sehingga kompleksitas ANP lebih tinggi dibanding metode AHP. ANP menggunakan jaringan tanpa harus menetapkan level-level hirarki pada AHP, yang merupakan titik awal ANP. Metode ANP mampu memperbaiki kelemahan AHP berupa kemampuan mengakomodasi keterkaitan antar kriteria atau alternatif (Saaty 1999). Ada dua kontrol yang perlu diperhatikan didalam memodelkan sistem yang hendak diketahui bobotnya. Kontrol pertama adalah kontrol hirarki yang menunjukkan keterkaitan kriteria dan sub kriterianya. Pada kontrol ini tidak membutuhkan struktur hierarki seperti pada metode AHP. Kontrol lainnya adalah kontrol keterkaitan yang menunjukkan adanya saling keterkaitan antar kriteria atau kluster
Gambar 6 Perbandingan Struktur Hirarki dan Jaringan (Saaty 2006) Saaty menetapkan skala kuantitatif 1 sampai dengan 9 untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen terhadap elemen lainnya seperti terlihat pada Tabel 3.
14
Nilai Kepentingan 1 3 5 7 9 2,4,6,8 Kebalikan
Tabel 3 Skala Perbandingan Berpasangan Keterangan Kedua elemen sama penting Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen lainnya Elemen yang satu esensial/sangat penting daripada elemen yang lain Satu Elemen jelas lebih penting daripada elemen yang lain Satu elemen mutlak paling penting diantara semua elemen Nilai-nilai antara dua pertimbangan yang berdekatan Jika untuk aktivasi I mendapat satu angka disbanding dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya disbanding dengan i
Beberapa penelitian pada Fuzzy ANP mengacu kepada tiga Skala Linguistik yang dikembangkan yaitu Cheng, Kahraman dan Saaty (etaati et al. 2011) seperti terlihat pada Tabel 4. Tabel 4 Skala Linguistik Fuzzy ANP (Etaati et al. 2011) Jumlah Fuzzy Set variabel Cheng (Cheng dan Yang (0,0,0.25);(0,0.25,0.5);(0,25,0,5,0,75);(0.5,0. 1999) 75,1);(0.75,1,1) Kahraman (Kahraman (1,1,1);(0.5,1,1.5);(1,1.5,2);(1.5,2,2.5);(2,2.5, et. al. 2003) 3);(2.5,3,3.5) Saaty (Saaty 1980) (1,1,1);(2,3,4);(4,5,6);(6,7,8);(8,9,10) Pembuat Skala
Triangular Fuzzy Number (TFN) Skala linguistik di representasikan kedalam Triangular Fuzzy Number yang di notasikan dengan M = (a,b.c), dengan a < b < c dan dinyatakan bahwa M = "Mendekati b"
Gambar 7 Triangular Fuzzy Number Untuk selanjutnya didefinisikan sebagai berikut
15
0 µ (x,a,b,c) = (x-a): (b-a) (c-x): (c-b) 0
untuk x
c
(1)
Lebih lanjut dalam contoh jika seorang pakar memberi penilaian pada kriteria A sama dengan delapan yang berarti "baik". dari penilaian ini dapat di buat TFNs M8="mendekati 8" = (7,8,9) di representasikan sebagai
0 µ (x,a,b,c) = (x-a): (b-a) (c-x): (c-b) 0
untuk x<7 untuk 7< x < 8 untuk 8< x <9 untuk x > 9
(2)
fungsi di atas kemungkinan kriteria A diberi bobot delapan adalah µM8 (8)= 1, kemungkinan kriteria A diberi rating yang lebih rendah, misalkan tujuh setengah adalah µM7 (7.5)= lima puluh persen, sedangkan untuk rating lebih tinggi misalkan delapan setengah adalah µM7 (8,5)= lima puluh persen. Ranking tingkat kepentingan dengan skala 1-9 dapat di representasikan menjadi fuzzy set M1='mendekati satu" sampai dengan M9 = "mendekati sembilan" di gambarkan pada Gambar 8 berikut
Gambar 8 Fuzzy Set Sistem Pengambilan Keputusan Cerdas
Menurut Turban et al. (2007) Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan sistem yang dibangun untuk mendukung pengambil keputusan manajerial dalam mengambil keputusan. SPK sebagai model dari sekumpulan
16
prosedur untuk melakukan pengolahan data dengan tujuan membantu manajer dalam pembuatan keputusan spesifik dan akan berhasil jika sistem tersebut sederhana dan mudah digunakan, mudah melakukan pengawasan, mudah melakukan adaptasi terhadap perubahan lingkungan dan mudah melakukan kegiatan komunikasi dengan berbagai entiti. Menurut Kent dan Morton (1978), tujuan dari Sistem Penunjang Keputusan adalah membantu para pengambil keputusan dalam menyeleksi kriteria untuk proses pengambilan yang pada umumnya bersifat semi struktural (Turban et al. 2007). Sifat ini berarti adanya kemampuan untuk menyelaraskan keputusan struktural dengan penilaian yang bersifat subyektif dari masing-masing struktural. Sistem ini hanya membantu dalam proses pengambilan keputusan, keputusan terakhir tetap berada ditangan para pengambil keputusan. Teknik pengambilan keputusan ini dikembangkan hanya untuk meningkatkan efektifitas dalam proses pengambilan keputusan. Efektifitas yang dimaksud mencakup pada identifikasi dari apa yang harus dilakukan dan menjamin bahwa kriteria yang kemudian dipilih adalah relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sebuah aplikasi sistem pendukung keputusan disusun dari sub system sebagai berikut: 1. Sub Sistem Manajemen Data Sub system yang terdiri atas data yang relevan disebut sebagai Database Management System (DBMS) 2. Sub Sistem Manajemen Model Biasanya terdiri atas paket perangkat lunak yang berisi model-model financial, statistic, manajemen ilmu pengetahuan, atau model kuantitatif lain yang menyediakan kemampuan analisa sistem dan manajemen perangkat lunak yang relevan. 3. Sub Sistem Antar Muka User Sub sistem yang digunakan sebagai alat komunikasi antara user dengan SPK 4. Sub Sistem Manajemen Berbasis Pengetahuan Sub sistem tambahan yang berperan sebagai penyedia kecerdasan untuk mendukung para pembuat keputusan. Hubungan antar sub system SPK dapat dilihat pada Gambar 9 berikut ini
17
Gambar 9 Hubungan Antar Sub Sistem SPK Menurut Marimin (2010), Sistem Penunjang Keputusan (SPK) adalah pendekatan secara sistematis dalam menentukan teknologi ilmiah yang tepat dalam mengambil keputusan. SPK juga merupakan konsep spesifik dengan menghubungkan sistem informasi terkomputerisasi dimana penggunanya yaitu para pengambil keputusan sehingga terciptanya keoptimalan dalam pengambilan keputusan. Karakterisasi pokok yang melandasi teknik sistem penunjang keputusan yaitu: 1. Interaksi langsung antara komputer dengan pengambil keputusan 2. Adanya dukungan menyeluruh (holistik) dari keputusan bertahap berganda 3. Suatu sintesa dari konsep yang diambil dari berbagai bidang antara lain ilmu komputer, ilmu sistem, psikologi, ilmu manajemen, dan intelejensi buatan 4. Mempunyai kemampuan aditif terhadap perubahan kondisi dan kemampuan berevolusi menuju sistem yang lebih bermanfaat Sebuah SPKC dikembangkan untuk membantu pengambil keputusan selama fase dari pengambilan keputusan dengan mengintegrasikan alat pemodelan dan pengetahuan manusia untuk membantu proses pengambilan keputusan di mana ketidakpastian atau informasi yang tidak lengkap ada dan dimana keputusan yang melibatkan risiko harus dilakukan dengan menggunakan penilaian manusia dan preferensi. SPKC digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan tidak untuk menggantikan tugas pembuat keputusan yang memberikan kontrol penuh kepada user mengenai informasi akuisisi, evaluasi dan membuat keputusan akhir. SPKC adalah sistem interaktif, fleksibel, mudah beradaptasi dan secara khusus dikembangkan untuk mendukung solusi dari masalah manajemen non-terstruktur untuk meningkatkan pengambilan keputusan (Quintero et al. 2005). SPKC untuk Mengelola Rantai Pasok merupakan sebuah sistem penunjang keputusan yang ditingkatkan kinerjanya dengan menambahkan elemen kecerdasan
18
buatan ke dalamnya (Chopra dan Meindl 2001). Menurut Dhar dan Stein (1997) SPKC terdiri dari empat bagian utama, yaitu sistem manajemen dialog, sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis model, dan elemen kecerdasan buatan yang menggunakan teknik-teknik yang muncul di bidang intelijensi buatan (Artificial Intelligent) seperti: seperti fuzzy systems, neural networks, machine learning, dan genetic algorithms. Tujuannya adalah untuk membantu user dalam mengakses, menampilkan, memahami, serta memanipulasi data secara lebih cepat dan mudah untuk membantunya dalam mengambil keputusan. Sehingga dengan sistem penunjang keputusan cerdas dapat digunakan untuk membuat keputusan yang optimal dengan pendekatan kemampuan belajar dan kemampuan penalaran sebuah sistem serta kemampuan beralasan dalam memilih solusi sebagaimana yang dilakukan oleh seorang pakar dalam membuat keputusan sehingga dapat diperoleh solusi yang efektif dan konsisten. Menurut Wren et al. (2009) struktur sistem pendukung keputusan cerdas dapat digambarkan sebagai diagram input, proses dan output, dimana input sistem terdiri dari sub-sistem data base, sub-sistem model base dan dan sub-sistem knowledge base. Proses sistem terdiri dari sub-sistem organisasi input, sub-sistem strukturisasi permasalahan dan sub-sistem simulasi keadaan serta penentuan solusi terbaik. Output dari sistem pendukung keputusan cerdas berupa laporan solusi, dampak dari peramalan input dan rekomendasi keputusan beserta saran dan penjelasan dampaknya. Poses input output ini mempunyai umpan balik untuk mendapatkan solusi optimal dalam membuat rekomendasi keputusan yang efektif dan efisien sebagaimana dapat diperlihatkan pada Gambar 10.
Gambar 10 Struktur Model SPK (Wren et al. 2009)
19
Akuisisi pengetahuan
Menurut Turban et al. (2005) akuisisi pengetahuan adalah akumulasi, transfer, dan transformasi keahlian pemecahan masalah dari pakar atau sumber pengetahuan terdokumentasi ke program komputer, untuk membangun atau memperluas basisi pengetahuan. Sumber potensial pengetahuan antara lain pakar manusia, buku teks, dokumen multimedia, database (publik atau privat), laporan riset khusus, dan informasi yang terdapat dalam website. Akuisisi pengetahuan dari pakar melibatkan identifikasi pengetahuan, merepresentasikan pengetahuan dalam format yang sesuai, menyusun pengetahuan, dan mentransfer pengetahuan ke dalam sistem. Metode akuisisi pengetahuan diklasifikasikan kedalam tiga kategori (Turban et al. 2005): 1. Metode Manual Terdiri atas beberapa jenis wawancara (terstruktur, semi terstruktur, dan tidak terstruktur) 2. Metode Semiotomatis Dibagi kedalam dua kategori yang bertujuan mendukung pakar dengan memungkinkan mereka membangun basis pengetahuan dengan sedikit atau tanpa bantuan dari knowledge engineer, dan yang ditujukan untuk membantu knowledge engineer dengan memungkinkan mereka mengekskusi tugas yang diperlukan secara lebih efisien atau efektif. 3. Metode Otomatis Dalam metode ini peranan pakar manusia diminimalisasi misalnya metode induksi yang menghasikan aturan dari sekumpulan kasus yang sudah diketahui, dapat diterapkan untuk membangun basis pengetahuan. Pengembangan Sistem
Sistem adalah kumpulan objek seperti orang, sumber daya, konsep, dan prosedur yang saling berhubungan satu sama lain untuk suatu tujuan (Turban et al. 2005). Sebuah sistem mempunyai bagian input, proses dan output dan terdiri atas beberapa komponen yang saling berinteraksi, dan saling bekerja sama membentuk satu kesatuan dan mempunyai subsistem atau bagian-bagian dari sistem. Setiap subsistem membawa sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan berpengaruh terhadap sistem secara keseluruhan. Pengembangan sistem merupakan suatu pendekatan yang baik dan berurutan untuk membuat suatu sistem dan diperlukan suatu metodologi terstruktur untuk pengembangan sistem sebagai siklus hidup pengembangan sistem atau System Development Live Cicle (SDLC) yang terdiri dari empat fase pokok yaitu perencanaan, analisis, desain dan implementasi.
20
Gambar 11 Siklus Hidup Pengembangan Sistem Pada Gambar 11 dijelaskan empat langkah dalam struktur SDLC yang dikenal dengan model waterfall yang memiliki kencederungan bergerak kebawah, tetapi apabila diperlukan dapat bergerak kembali ke sebuah langkah sebelumnya (Turban et al. 2005). Terdapat dua pendekatan utama dalam methode pengembangan sistem yaitu metode predictive dan adaptive (Satzinger et al. 2007). metode predictive merupakan methode tradisional yang dalam proses pengembangan mengikuti proses yang sudah direncanakan terlebih dahulu sedangkan methode adaptive dilakukan lebih flexible tidak terpaku seperti halnya methode tradisional dengan pendekatan waterfall tetapi dengan pendekatan spiral seperti pada Gambar 12.
Gambar 12 Model Pendekatan Spiral (Satzinger et al. 2007) Trend pengembangan sistem saat ini bergeser ke model pengembangan sistem yang lebih flexible, mempunyai sifat adaptive terhadap perubahan dan melibatkan
21
sedikit anggota dalam team pengembangan. Salah satu model yang populer adalah metode agile dengan tahapan sepertipada Gambar 13.
Gambar 13 Tahapan Metode Agile Metode tradisional mengedepankan proses tradisional yang biasa digunakan dalam pengembangan sistem yang ditentukan oleh perencanaan yang linear, analisa, rancangan, pengujian dan implementasi yang terikat oleh dokumentasi. Ada beberapa kekurangan pada pendekatan klasik seperti masalah tidak akan teridentifikasi hingga proses pengujian dan akan memakan biaya yang tidak sedikit untuk memperbaiki. Metodologi pengembangan tradisional tidak begitu sesuai untuk diterapkan pada pengembangan web yang cepat berubah dan lebih dinamis serta pengembangan klasik yang terlalu restriktif dan kurang fleksibel untuk perubahan akan menghambat evolusi dari suatu web, model Agile dan metodologi Extreme Programming (XP) merupakan metodologi yang ringan dan fleksibel terhadap perubahan. Menurut Abrahamsson et.al (2002) Siklus hidup XP terdiri dari lima fase yaitu fase eksplorasi, perencanaan, iterasi untuk publikasi, produksi, perawatan dan rilis akhir dalam Gambar 14.
Gambar 14 Siklus Hidup XP (Abrahamsson et al. 2002)
22
Menurut Mutlu (2008), perbedaan siklus hidup pengembangan sistem pada metode waterfall dan Xtreme Programming terlihat pada Gambar 15.
Gambar 15 Siklus hidup model waterfall dan XP (Mutlu 2008)
Pada metode XP, tiga prinsip utama suksesnya sebuah sistem adalah pengujian terus menerus, coding sederhana yang dilakukan oleh pasangan pengembang, dan interaksi yang erat dengan user akhir untuk membangun sistem yang sangat cepat. Setelah proses perencanaan, selanjutnya melakukan analisis, desain, dan pelaksanaan iterative (Dennis et al. 2005). Seperti Gambar 16.
Gambar 16 Metodologi Xtreme Programing (Dennis et al. 2005)
Pengujian dan coding yang efisien adalah inti untuk XP. Bahkan, setiap hari kode diuji dan ditempatkan ke dalam lingkungan pengujian integratif. Jika terdapat bug, kode ini diperbaiki sampai benar-benar bebas dari kesalahan. XP sangat bergantung pada refactoring yang merupakan langkah untuk merestrukturisasi kode untuk tetap sederhana.
23
3.
METODE
Pengembangan sistem menggunakan metode Extreme Programming (Dennis et al. 2005) kemudian menambahkan tahap pengujian setelah implementasi untuk memastikan sistem berjalan seperti yang diinginkan seperti pada Gambar 17.
Gambar 17 Alur diagram penelitian Penelitian di mulai dari tahap perencanaan untuk melakukan identifikasi dampak yang timbul pada pelaksanaan rantai pasok obat herbal melalui diskusi dan
24
wawancara dengan pakar terkait obat herbal. Pada tahap analisa diharapkan dapat diperoleh sebuah dokumen skema rantai pasok, kuisioner dan objek optimasi GA dengan terlebih dahulu mempelajari dampak rantai pasok, kriteria FANP dan optimasi. Pada tahap desian dilakukan rancangan model sistem, menentukan sumber daya yang dibutuhkan dan teknologi yang mendukung, serta menentukan teknik yang mungkin bisa diterapkan, dilanjutkan tahap implementasi, dan diakhiri dengan pengujian serta release akhir.
Bahan dan Alat
Bahan penelitian ini terdiri atas kuesioner dan wawancara untuk menggali sumber pengetahuan dari pakar, domain website dan hosting, aplikasi pengembangan sistem berupa web developer, text editor, PHP, MySQL dan Apache serta filezile untuk upload dan download file dari localhost ke hosting, superdecision dan Astah untuk Unified Modelling Language (UML). Prosedur Analisis Data Format kuisioner diberikan kepada pakar yang sudah ditentukan dengan dua alternatif pengisian yaitu: online melalui aplikasi website dan offline dengan pengisian pada lembar kertas yang dicetak. Untuk proses FANP hasil rekapitulasi dilakukan pada aplikasi website dan proses report dilakukan pada aplikasi superdecision oleh administrator. Pada menu GSCOR dan algoritme genetika, user melakukan pengisian dan proses komputasi langsung pada aplikasi SPKC. Pengujian sistem Dengan metode extreme programming, pengujian sistem dilakukan setiap proses iterasi tiap modul selesai dibuat dan ditekankan pada fungsi dan kode program yang dapat menentukan apakah aplikasi tersebut sudah layak atau belum untuk diluncurkan kepada semua user. Pengujian akhir dilakukan dengan metode Kota (2005) tanpa melakukan tahap security testing karena sistem yang dibangun diletakan pada perusahaan penyedia (hosting). Terdapat 10 langkah dalam pengujian aplikasi berbasis WEB diantaranya adalah : 1. Menentukan Sasaran Pengujian (Objective) Sebelum melakukan sebuah pengujian kita harus menentukan beberapa sasaran pengujian, agar pengujian yang akan dilakukan terarah. Sehingga seorang penguji dapat menentukan beberapa prioritas pengujian dalam sebuah pengujian aplikasi. 2. Menentukan Proses dan Pelaporan Pengujian Dengan menentukan proses pengujian dan susunan pelaporan pengujian, maka setiap anggota dalam sebuah tim penguji akan mengerti aliran dari sebuah proses pengujian. 3. Memantau Hasil Pengujian (Tracking Results) Ketika kita sudah memulai sebuah proses pengujian aplikasi, kita akan menemukan beberapa error, bug, defect, dan sebagainya. Sehingga tim
25
penguji membutuhkan cara untuk menyimpan, mengorganisir dan mendistribusikan informasi tersebut kepada semua anggota tim penguji. Tim juga akan membutuhkan cara untuk menjaga tim agar tetap mendapat informasi status dari sebuah proses pengujian. Oleh karena itu, dalam sebuah pengujian dibutuhkan pemantauan hasil (tracking results). 4. Menentukan Area Pengujian (Environment Test) Menentukan area pengujian di sini diartikan sebagai pembagian wilayah kerja dari sebuah tim, misalkan sebuah tim penguji dibagi menjadi tiga area pengujian yaitu Web server, database server, dan application server. 5. Pengujian Kegunaan Aplikasi (Usability Testing) Dalam tahap usability test ini kita akan mencoba meneliti tiga aspek yang berkaitan dengan user’s experience apakah web application tersebut memiliki desain antarmuka yang konsisten, seberapa mudahkah navigasi dari web application tersebut, apakah feedback yang diberikan web application tersebut sesuai dengan keinginan user. 6. Pengujian Unit (Unit Testing) Unit testing ini merupakan pengujian yang hanya fokus pada beberapa bagian kecil dari fungsionalitas web application. Misalnya menguji kebenaran dari penyimpanan data setelah user menekan tombol “submit”. 7. Pengujian Kode HTML Pengujian kode HTML ini bertujuan untuk menguji apakah aplikasi tersebut dapat dijalankan pada bermacam-macam browser, resolusi layar dan OS yang berbeda. Pengujian ini dapat dilakukan melalui http://validator.w3.org. 8. Load Testing Pengujian ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa lamakah sebuah halaman web application di-load kedalam browser milik user. Pada umumnya, sebuah halaman dapat di-load kurang dari 15 detik. 9. User Acceptance Testing Dengan melakukan pengujian ini, tim akan mengetahui apakah web application tersebut sudah memiliki fungsi yang sesuai dengan keinginan user atau belum. Pengujian ini dapat dilakukan dengan menguji aplikasi versi Beta. 10. Pengujian Keamanan (Security Testing) Tahap ini merupakan tahap akhir yang penting untuk mengetahui apakah web application tersebut sudah memiliki sistem keamanan yang baik atau belum. Kita juga harus menguji apakah web application tersebut aman terhadap serangan dari dalam maupun luar sistem.
26
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tahap persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan diskusi dengan pakar yang terkait dengan pengembangan obat herbal. Diskusi dilakukan untuk mendapatkan gambaran sebuah struktur rantai pasok obat herbal dengan mempelajari aliran material, proses rantai pasok secara keseluruhan, proses hijau yang bisa diterapkan ke dalam proses rantai pasok yang ditampilkan dalam tahap analisa Gambar 18. Dari diskusi ini juga disepakati untuk kuisioner FANP dengan empat alternatif pilihan untuk pelaksanaan konsep hijau dari rantai pasok dengan analisa faktor BOCR. Dengan kriteria sebanyak 10 elemen yang terbagi atas 4 klaster. Adapun untuk proses optimasi algoritme genetika disepakati untuk mengoptimalkan jarak dengan simulasi 7 kota di pulau jawa dengan menghitung rute terpendek untuk jalur distribusi produk. Tahap Analisa Struktur rantai pasok hijau obat herbal digambarkan pada model rantai pasok yang ada pada industri obat herbal dengan menambahkan aspek pengelolaan lingkungan seperti pada Gambar 18.
Gambar 18 Proses rantai pasok hijau obat herbal
Konsep MRPH mengadopsi model GSCOR yang di perkenalkan supply chain council dalam perhitungan performa MRPH melalui proses carbon footprint dan
27
total environmental footprint. Pada praktek MRPH dilakukan pembobotan terhadap alternatif recycle waste material, reduce energy consumption, reduce waste material dan waste water management menggunakan teknik FANP. Untuk mendukung konsep MRPH terhadap konsumsi energi dibuat model algoritme genetika untuk mencari jarak terpendek dari jalur distribusi barang yang ahirnya dapat meminimalkan pemakaian bahan bakar. Proses rantai pasok yang digambarkan merupakan proses yang berjalan pada industri modern yang melakukan kontrol, perencanaan dan proses dengan baik. Gambaran proses tersebut dapat dijadikan model bagi industri kecil dan menengah untuk mengembangkan proses industri modern.
Tahap Desain
Sistem yang dikembangkan berupa aplikasi berbasis website yang terbagi atas administrator dan user non administrator. Administrator sebagai pihak yang dapat melakukan modifikasi, perubahan dan manipulasi data sementara user lainnya sebagai pihak yang mempunyai keterbatasan akses data sesuai dengan tingkatan yang ditentukan oleh administrator dalam hal ini terbagi pada user GSCOR, FANP dan algoritme genetika. Komponen utama pada model SPKC terbagi menjadi empat yaitu: sistem manajemen basis model, sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis pengetahuan dan sistem manajemen basis dialog seperti terlihat pada Gambar 19.
Gambar 19 Kerangka SPKC obat herbal
28
Pembatasan user dilakukan untuk membagi menjadi tiga diharapkan dapat diperoleh data dan informasi yang dibutuhkan pada masing masing sub sistem. Banyaknya jumlah pertanyaan pada kuisioner FANP juga menjadi pertimbangan dalam hal ini user lebih fokus dalam pengisian form yang ada seperti terlihat pada use case diagram Gambar 20.
Gambar 20 use case diagram Dari use case digambarkan bahwa user di batasi untuk sistem menu yang berbeda. Administrator melakukan update form dan kuisioner yang harus diisi oleh user yang sudah ditentukan untuk selanjutnya melakukan proses rekapitulasi dan membuat report dari proses yang dilakukan oleh masing-masing user seperti terlihat pada Data Flow Diagram (DFD) Level 1 Gambar 21.
29
Gambar 21 DFD level 1 Sistem manajemen basis data dibutuhkan untuk proses input kedalam sistem pendukung pengambilan keputusan cerdas yang dikembangkan. Menu proses GSCOR membutuhkan data proses rantai pasok hijau, data konsumsi energi serta data emisi dan limbah yang diolah pada menu yang ada di website seperti pada sub bab implementasi GSCOR. Data identifikasi kriteria, klaster dan alternatif serta data nilai crisp jaringan ANP yang sudah diolah dengan software superdecision digunakan pada proses FANP sedangkan data lokasi distribusi dan data jarak antar lokasi distribusi di butuhkan untuk menentukan rute terbaik jalur distribusi pada menu algoritme genetika. Konsep perancangan database dapat dilihat pada Entity Relationship Diagram (ERD) Gambar 22.
30
Gambar 22 Entity Relationship Diagram Sistem manajemen basis model terdiri atas model proses rantai pasok hijau, model perhitungan total environment footprint, model ranking alternatif praktek rantai pasok hijau serta model perhitungan total jarak tempuh pada optimasi algoritme genetika. Sistem manajemen basis pengetahuan dibutuhkan untuk proses implementasi proses perhitungan dan pengolahan yang dilakukan oleh sistem yang terdiri atas proses rantai pasok hijau, dampak yang timbul pada proses rantai pasok, kriteria dan alternatif penerapan rantai pasok hijau, inferensi fuzzy dan jarak dan rute. Pada sub sistem ini dibutuhkan referensi pengetahuan yang bisa diambil dari pakar dan sumber pengetahuan lainnya seperti buku, jurnal dan internet. Sistem pengolahan terpusat yang dimaksud adalah sistem yang diproses pada satu komputer server untuk memudahkan proses. Sistem manajemen dialog merupakan prosedur akses dari user ke server. Administrator melakukan manajemen user dengan membuat user previlages, manajemen konten, database dan operasional sistem keseluruhan. User dibuat dalam 3 level atau bagian yaitu: user GSCOR yang hanya dapat melakukan akses kedalam menu GSCOR, user
31
FANP untuk proses FANP saja, dan user algoritme genetika untuk proses algoritme genetika. Adapun administrator beperan sebagai super user yang dapat melakukan akses ke semua menu yang ada. Desain SPKC dibuat berbasis website dengan platform bahasa pemrograman berbasis PHP dan MySQL. Contoh tampilan halaman utama bisa dilihat pada Gambar 23.
Gambar 23 Halaman utama SPKC Aplikasi di letakan di localhost terlebih dahulu kemudian di bagikan ke publik melalui domain www.herbal.biz.id. Database dibangun dengan MySQL seperti pada Gambar 24.
32
Gambar 24 Database SPKC obat herbal
Aplikasi berbasis website memberikan keuntungan bagi user dalam hal kemudahan dan kecepatan akses. Penentuan bahasa pemrograman dengan PHP dan MySQL karena aplikasi ini mudah diperoleh dan tidak berbayar yang dapat diunduh dalam satu paket aplikasi seperti xampp.
33
Tahap Implementasi
1. Implementasi GSCOR
Perhitungan carbon footprint dan total environmental footprint mengadopsi penelitian Cheng dan Law (2011) dengan penyesuaian pada model GSCOR menggunakan parameter baku mutu udara ambien nasional (PP No. 41 tahun 1999), kriteria kualitas air (PP No. 20 tahun 1990). Beberapa parameter ditentukan diformulasikan kedalam persamaan untuk melakukan perhitungan carbon footprint dan total environment footprint seperti berikut ini: CF TEF
= TCM2.3+ TCM2.4 = pencemaran udara+limbah air+limbah padat (1-% recycle limbah padat)
(1) (2)
Untuk CF TEF TCM2.3 TCM2.4
= Carbon Footprint = Total environment footprint = Total carbon yang terpakai pada proses masspro dan test = Total carbon yang terpakai pada proses packing
Pada proses GSCOR diperoleh hasil carbon footprint sebanyak 602kg. Sementara untuk total environmental footprint sebanyak 4.181 kg sesuai dengan isian yang dilakukan oleh responden adapun benchmark SCOR yang diisi oleh responden terlihat bahwa salah satu perusahaan obat herbal dapat memenuhi pesanan sempurna sebesar 75% dengan waktu pemenuhan order selama 30 hari, perusahaan bisa menentukan target pemenuhan pesanan sebesar 15% bisa dilihat dari kolom requirement gap seperti ditunjukan pada kartu GSCOR pada Tabel 5.
Tabel 5 Kartu GSCOR
E xternal
Performance atribut/category Suply Chain Delivery Reliability Suply Chain responsivenes
Internal
Supply Chain Cost
Performance matriks (Level 1) Performa pengiriman Item persediaan produk Pemenuhan order sempurna Waktu pemenuhan order Fleksibilitas rantai pasok Penyesuaian rantai pasok atas Penyesuaian rantai pasok bawah Biaya pokok produksi Biaya rantai pasok
Actual Advantage Superior
Requirement Oportunity Gap
50% 60% 75% 30 25 25% 0% 40% 20%
75% 75% 80% 15 12 50% 0% 20% 15%
90% 90% 90% 10 7 100% 0% 10% 5%
-40% -30% -15% -20 -18 -75% 0% -30% -15%
Biaya proses klaim produk
10%
7.5%
1.5%
-8.5%
Pengolahan limbah cair Persentase daur ulang limbah padat Persentase penggunaan limbah kembali
10% 50% 10%
75% 75% 25%
90% 90% 30%
-80% -40% -20%
60
30
15
-45
Supply Chain Asset Management Efficiency Siklus Cash to Cash
34
Dari tabel kartu GSCOR juga terlihat bahwa perusahaan mengalokasikan biaya rantai pasok sebesar 20% dari total harga jual yang ditentukan sedangkan penyesuaian rantai pasok sebesar 25%. Pada atribut supply chain cost terlihat bahwa pengolahan limbah cair baru mencapai 10% masih bisa ditingkatkan sebesar 80% , daur ulang limbah padat baru mencapai 50% sementara penggunaan limbah kembali baru mencapai 10% masih bisa ditingkatkan 20%. Hasil carbon footprint terkait proses produksi obat herbal menjadi sumber informasi banyaknya volume limbah yang dihasilkan dalam di sepanjang proses rantai pasok yang terjadi. Pada proses ini menghasilkan limbah karbon sebesar 602 kg dan untuk limbah cair, limbah padat setelah dikurangi recycle sebanyak 4.181 kg seperti terlihat pada Gambar 25.
Gambar 25 Environmental footprint proses GSCOR
2. Implementasi FANP
Implementasi pada teknik FANP dimulai dengan identifikasi elemen dan faktor yang terkait dengan pengembangan rantai pasok, menentukan control kriteria, klaster, elemen pada setiap klaster, dan alternatif pada semua jaringan faktor Benefit, Oportunity, Cost dan Risk (BOCR) seperti pada Tabel 6.
35
BOCR
Tabel 6 Identifikasi elemen dan faktor FANP Control Criteria Clusters Elements in Clusters Ekonomi
Finansial
Benefits
1. Harga Produk 2. Kualitas Produk
Environment
Teknologi
Operasional 3. Pemanfaatan Limbah Teknologi
Oportunities
4. Penerapan Teknologi Ramah Lingkungan 5. Inovasi Produk
Environment Operasional 6. Environmental Management System
Costs
Risks
Ekonomi
Environment
Finansial
7. Biaya Pengolahan Limbah
Finansial
8. Investasi Teknologi Ramah Lingkungan
Dampak
9. Dampak Lingkungan 10. Dampak sosial Recycle waste material
All Networks
Alternatif
Reduce energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water Managemen
Setelah proses identifikasi dilanjutkan dengan pembuatan jaringan pada aplikasi superdecision berdasarkan tabel identifikasi elemen dan faktor FANP sebelumnya seperti pada Gambar 26.
36
Gambar 26 Jaringan FANP
Proses selanjutnya adalah menentukan kuisioner atau lembar penilaian yang nantinya diisi oleh responden atau pakar, lembar kuisioner dibuat langsung dihalaman website untuk mempermudah dan mempercepat pengisian dan dokumentasi seperti pada Gambar 27. Row
Absolutely
Very Very Strong Weak Equal Weak Strong Absolutely Strong Strong
Column
Finansial
Operasional
Finansial
Teknologi
Finansial
Dampak
Operasional
Teknologi
Operasional
Dampak
Teknologi
Dampak Gambar 27 Kuisioner FANP
Kuisioner dibuat sesuai dengan jaringan ANP yang sudah ditentukan pada software superdecision yang selanjutnya dilakukan rekapitulasi skala linguistik dan mentransformasikan kedalam bilangan fuzzy triangular (Kang 2012) dengan himpunan bilangan fuzzy seperti pada Gambar 28 berikut.
37
Equal
1
Weak
2
3
Strong
4
5
Very Strong Absolute
6
7
8
9
Gambar 28 Himpunan bilangan fuzzy Dari responden yang mengisi kuisioner diambil empat responden terakhir yang melakukan pengisian yang selanjutnya dilakukan rekapitulasi untuk bilangan fuzzy seperti pada Tabel 7. Tabel 7 Rekapitulasi skala linguistik FANP
Responden Row 1 2 3 4 Column cabcabcabcab Attribute Kriteria : Harga Produk Reduce Energy Consumption 1 1 3 1 1 3 1 1 3 1 3 5 Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption 1 1 3 1 3 5 1 3 5 1 3 5 Reuse Waste Material Reduce Energy Consumption 1 1 3 3 5 7 1 1 3 1 3 5 Waste Water management Recycle Waste Material 1 1 3 1 3 5 1 3 5 1 3 5 Reuse Waste Material Recycle Waste Material 1 1 3 1 1 3 1 1 3 1 3 5 Waste Water management Waste Water management 1 1 3 1 3 5 1 3 5 1 3 5 Reuse Waste Material Setelah rekapitulasi diperoleh selanjutnya menggabungkan masing-masing nilai batas bawah (C), nilai tengah (A), dan batas atas (B) dari ketiga kuesioner menjadi masing-masing satu nilai batas bawah (C), nilai tengah (A), dan batas atas (B) untuk tiap perbandingan berpasangan dengan menggunakan rumus rata-rata geometris. C= √ 1 A= √ 1 B= √ 1
2 2 2
3 ….. 3 ….. 3 …..
Sehingga diperoleh hasil rata rata seperti pada Tabel 8 berikut
(1) (2) (3)
38
Tabel 8 Hasil rata rata geometris fuzzy ANP
Rata - Rata Alternatif II c a b Pertanyaan 1 - Attribute Kriteria : Harga Produk Reduce Energy Consumption 1.000 1.130 1.725 Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption 1.000 1.442 1.932 Reuse Waste Material Reduce Energy Consumption 1.130 1.351 1.895 Waste Water management Recycle Waste Material 1.000 1.442 1.932 Reuse Waste Material Recycle Waste Material 1.000 1.130 1.725 Waste Water management Waste Water management 1.000 1.442 1.932 Reuse Waste Material Pertanyaan 2 - Attribute Kriteria : Kualitas Produk Reduce Energy Consumption 1.130 1.526 1.775 Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reuse Waste Material Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Waste Water management Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Reuse Waste Material Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Waste Water management Waste Water management 1.000 1.277 1.616 Reuse Waste Material Pertanyaan 3 - Attribute Kriteria : Pemanfaatan Limbah Kembali Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reuse Waste Material Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Waste Water management Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Reuse Waste Material Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Waste Water management Waste Water management 1.000 1.277 1.616 Reuse Waste Material Alternatif I
Proses selanjutnya adalah defuzzyfikasi dengan metode center of gravity (COG). Dari tiga nilai dari bilangan fuzzy triangular (C, A, B) yang sudah diratarata geometris, dirubah menjadi satu nilai crisp dengan rumus sebagai berikut:
COG =
Sehingga diperoleh hasil seperti pada Tabel 9
(4)
39
Tabel 9 Hasil defuzyfikasi dengan metode centre of grafity
Harga Produk
Recycle Waste Material
Reduce Energy Consumption
Reuse Waste Material
Waste Water management
Recycle Waste Material
1
0.778
1.458
1.285
Reduce Energy Consumption
1.285
1
1.458
1.459
Reuse Waste Material
0.686
0.686
1
0.686
Waste Water management
0.778
0.685
1.458
1
Proses defuzyfikasi dilakukan terhadap seluruh elemen yang ada di jaringan ANP, selanjutnya lakukan proses komparasi pada aplikasi superdecision dengan memasukan nila hasil proses defuzyfikasi yang terdapat pada file spk.sdmod pada sub menu komparasi matrix seperti pada Gambar 29.
Gambar 29 Proses komparasi jaringan ANP Ranking alternatif dengan formula BO/CR dihasilkan untuk recycle waste material menjadi peringkat pertama dari pilihan responden dengan bobot 0.299 seperti terlihat pada Gambar 30.
40
Gambar 30 Ranking alternatif FANP Elemen, jaringan dan alternatif dapat disesuaikan dengan permasalahan yang berkembang pada proses rantai pasok yang terjadi pada masing-masing perusahaan yang tentunya memiliki karakter yang berbeda baik jenis maupun kondisi lingkungan perusahaan serta regulasi pemerintah daerah setempat. Aplikasi yang dikembangkan sangat memungkinkan user untuk melakukan penyesuaian tersebut. Konsep fuzzy semakin mempermudah pakar atau penentu kebijakan yang pada awalnya kurang suka dengan parameter angka dalam melakukan penilaian atau judgment pada kuisioner.
3. Implementasi Algoritme Genetika
Persoalan penentuan rute pengiriman terpendek di lakukan proses optimasi menggunakan algoritme genetika. Fungsi fitness dalam algoritme genetika adalah total jarak tempuh rute pengiriman dalam Model Rute Pengiriman (Arkeman dan Dharma 2013) seperti pada formula (5) berikut: TJRK= ∑
,
,
(5)
Untuk: TJRK n X i Lokasi Xi
= Total Jarak Tempuh = Jumlah lokasi pengiriman = Himpunan bilangan dengan kombinasi n! = Bilangan ke-i pada himpunan X = Menunjukkan Lokasi ke-X
Representasi kromosom yang digunakan pada penelitian ini adalah path representation chromosome di mana setiap gen dalam kromosom tidak boleh bernilai sama dan satu kromosom terdiri atas tujuh gen yang mewakili tujuh kota seperti pada Tabel 10.
41
Tabel 10 Repesentasi kromosom penentuan rute pengiriman
Jakarta Bandung Tangerang Yogyakarta Solo A B C D E
Semarang F
Surabaya G
Seleksi kromosom pada pencarian rute terpendek yang diinginkan adalah kromosom dengan nilai fitness lebih kecil yang mempunyai probabilitas untuk terpilih kembali lebih besar maka digunakan inverse seperti pada formula berikut Q[i] =
(6)
Untuk Q[i] = Kromosom ke i Sedangkan probabilitas kromosom Q dapat di formulasikan dengan P[i] =
(7) Untuk total adalah total fitness dari kromosom Q
Proses seleksi roulete-wheel digunakan untuk membangkitkan nilai acak R antara 0-1. Jika R[k] < C[k] maka kromosom ke-k akan dijadikan induk, selain itu pilih kromosom ke-k sebagi induk apabila C[k-1] < R[k] < C[k]. karena jumlah kromosom sebanyak tujuh maka roulete-wheel akan diputar sebanyak tujuh kali. Pada Gambar 31 berikut merupakan proses seleksi untuk generasi pertama:
Kromosom 1 B-A-G-E-C-D-F
Probabilitas 0.32
2 A-G-E-F-B-C-D
0.29
3 B-F-C-E-D-A-G
0.18
4 G-F-B-E-A-D-C
0.15
5 D-E-C-G-B-F-A
0.03
6 D-C-F-G-B-E-A 7 B-A-G-E-C-D-F
0.02 0.01
Keterangan: A = Jakarta B = Bandung C = Tangerang D = Yogyakarta
Gambar 31 Proses seleksi roulete-wheel
E = Solo F = Semarang G = Surabaya
42
Crossover atau pindah silang dilakukan dengan metode order crossover yaitu melakukan pertukaran dengan tetap menjaga urutan kota yang bukan bagian dari kromosom tersebut. Kromosom induk dipilih secara acak yang dipengaruhi oleh parameter crossover probability (pc) dalam hal ini ditentukan = 25% Proses mutasi menggunakan metode swapping mutation untuk jumlah kromosom yang mengalami mutasi dalam satu populasi dilakukan dengan menukar gen yang dipilih secara acak dengan gen sesudahnya dan jika gen tersebut berada di akhir dari sebuah kromosom akan ditukar dengan gen yang pertama. Kriteria berhenti ditentukan apabila dalam beberapa generasi berturut-turut diperoleh nilai fitness terendah dan tidak berubah atau akan berhenti pada nilai generasi yang kita tentukan misalnya n generasi. Memanfaatkan script PHP algoritme genetika dari Thomas Hunter yang bisa diunduh di thomashunter.name/examples/geneticalgorithm/geneticalgorithm.zip dengan proses seleksi roulete-wheel dengan melakukan modifikasi pada jumlah node dan memasukan nama kota yang diinginkan. Percobaan dilakukan dengan populasi 100, generasi 50 dan elitism 30 diperoleh jarak distribusi terpendek sejauh 1.014KM dari Surabaya diakhiri kota tangerang pada generasi ke 26 seperti terlihat pada Tabel 11. Tabel 11 Rute terpendek proses algoritme genetika
Surabaya Solo G E
Yogyakarta Semarang Bandung Jakarta Tangerang D F B A C
Nilai fitness pada generasi ke 26 stabil di angka 1014 sehingga dinyatakan bahwa pada generasi ini diperoleh nilai maksimal seperti pada Gambar 32.
Nilai Fitnes 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526 Fit
Gambar 32 Grafik nilai fitnes Pentingnya perencanaan yang matang dalam proses rantai pasok menuntut pembuat keputusan untuk melakukan perhitungan yang cermat. Banyak aspek yang harus diperhitungkan dari sisi ekonomi, cost, lingkungan, ketersediaan bahan baku, kemudahan akses, risiko investasi dan aspek lainnya dalam memulai bisnis obat herbal. Dalam proses optimasi diharapkan dapat memberikan satu solusi untuk
43
perencanaan basis produksi dan distribusi barang ke lokasi pemasaran. Penentuan lokasi awal produksi dan jalur distribusi selanjutnya seperti pada Gambar 33. Cities Jakarta Bandung Tangerang Yogyakarta
Jakarta Bandung Tangerang Yogyakarta Solo Semarang Surabaya 150 33 548 580 479 790 0 0
177
396
472
372
683
0
575
608
506
817
0
65
131
328
0
114
263
0
310
Solo Semarang Surabaya
0
Gambar 33 Proses pencarian rute terpendek Dari proses algoritme genetika dan pertimbangan faktor pendukung lainnya dapat ditentukan Kota mana yang cocok dijadikan sebagai basis produksi dan kemudian menentukan jalur distribusi selanjutnya. Jarak terpendek jalur distribusi memberikan keuntungan dalam efisiensi waktu pengiriman dan biaya bahan bakar atau transportasi yang pada ahirnya dapat meminimalkan biaya rantai pasok. Tahap Pengujian
Pengujian sistem menggunakan parameter yang diperkenalkan oleh Kota (2005) dengan memanfaatkan online load performance test yang bisa dijalankan melalui www.neusestar.biz yang mencakup parameter objective, proses dan pelaporan pengujian, tracking results, environment test, usability testing, unit testing, load testing, dan user acceptance testing. Hasil pengujian ini dapat dilihat pada Gambar 34.
Gambar 34 Load testing
44
Pada pengujian kode HTML memanfaatkan aplikasi yang ada pada situs www.w3.org untuk proses validasi script Hyper Text Markup Language (HTML) dan diperoleh hasil yang baik dengan melakukan perbaikan script yang disarankan. Sistem aplikasi juga berjalan dengan baik pada Internet Explorer 11, Mozilla Firefox 4.33 dan Google Chrome 33.0.1750.154. Adapun security testing tidak dilakukan karena penyedia hosting dan domain memberikan support untuk security sistem. Black box testing dilakukan untuk memastikan bahwa sistem berjalan sesuai dengan yang diharapkan dengan deskripsi menunjukan bagian atau menu yang dilakukan pengujian. Adapun parameter hasil merupakan tolok ukur berfungsinya menu yang diuji sedangkan aktual merupakan hasil pengujian sesuai atau tidak dengan parameter. Hasil aktual dengan status ok menunjukan menu berjalan dengan baik seperti terlihat pada Tabel 12 berikut ini. Tabel 12 Pengujian black box SPKC
ID Deskripsi Test 1. Mengakses www.herbal.biz.id 2. Memilih menu home 3. Masuk halaman login
4. Mengakses halaman registrasi user 5. Mengakses menu about 6. Mengakses menu article 7. Mengakses menu contact us 8. Mengakses menu search
9. Mengakses menu Green SCOR 10. Mengakses sub menu model SCOR 11. Mengakses sub menu form dan report model SCOR 12. Mengakses sub menu logout Green SCOR 13. Mengakses menu Fuzzy ANP
Parameter Hasil Tampilan halaman utama dengan menu yang tersedia Tampilan halaman utama Login bisa diakses oleh user yang terdaftar. jika tidak muncul pesan user tidak terdaftar Muncul form registrasi dan button submit Muncul text gambaran website SPKC Muncul artikel yang ditulis oleh administrator Muncul form untuk pengisian kontak ke administrator website Menu search akan ditampilkan setelah user teregistrasi atau sudah login Muncul halaman utama menu Green SCOR Muncul pilihan hirarki, mapping model dan best practice Muncul report environmental footprint dan create process Tampilan kembali ke halaman utama Tampilan halaman utama menu Fuzzy ANP
Aktual ok ok ok
ok ok ok ok ok ok ok ok ok ok
45
ID Deskripsi Parameter Hasil Aktual Test 14. Mengakses sub menu Muncul pilihan kuisioner kuisioner Fuzzy ANP Benefits, Cost, Opportunity dan ok Risk 15. Mengakses sub menu Muncul pilihan hasil rekapitulasi Fuzzy ANP rekapitulasi untuk Benefits, ok Cost, Opportunity dan Risk 16. Mengakses sub menu statistic Muncul pilihan report, dan info ok Fuzzy ANP responden 17. Mengakses sub menu hasil Muncul pilihan hasil untuk pengolahan Fuzzy ANP Benefits, Cost, Opportunity dan ok Risk 18. Mengakses sub menu logout Tampilan kembali ke halaman ok Fuzzy ANP utama SPKC 19. Mengakses menu algoritme Tampilan menuju halaman ok genetika utama algoritme genetika 20. Mengakses sub menu rute Halaman menampilkan form ok algoritme genetika rute 21. Mengisi form rute pada menu Form dapat diisi dengan baik ok Algoritme genetika 22. Menekan tombol calculate Proses perhitungan jarak shortest route pada sub menu terpendek berjalan baik sampai ok muncul solusi terpendek route 23. Mengakses menu logout Tampilan menuju halaman ok menu algoritme genetika utama SPKC 24. Mengakses halaman Tampilan menuju halaman administrator SPKC utama administrator SPKC ok http://herbal.biz.id/admin 25. Mengakses sub menu content Tampilan menuju menu add dan ok manage news/berita 26. Mengakses sub menu add Tampilan menuju halaman penambahan berita dan pilihan news ok katagori berita (latest news, about dan article) 27. Menekan tombol simpan News/berita tersimpan kedalam ok news/berita menu content 28. Menekan tombol edit atau Fungsi edit dan delete berjalan ok delete news/berita dengan baik 29. Mengakses menu GSCOR Tampil pilihan sub menu pada halaman administrator content home untuk update ok menu GSCOR 30. Mengakses menu Fuzzy ANP Tampil pilihan untuk pada halaman administrator mengupdate kuisioner fuzzy ok ANP
46
ID Deskripsi Test 31. Mengakses sub menu kuisioner Fuzzy ANP pada halaman administrator 32. Mengakses menu algoritme genetika pada halaman administrator 33. Mengakses menu upload report pada halaman administrator 34. Mengakses menu logout pada halaman administrator
Parameter Hasil
Aktual
Tampil pilihan manage kuisioner dan add kuisioner
ok
Tampil halaman manage rute kota dan update nama kota
ok
Halaman menuju pilihan manage upload report fuzzy ANP, dan update report Tampilan menuju halaman login administrator
ok ok
Implikasi Manajerial
Sistem yang dikembangkan sangat bermanfaat bagi penulis dan instansi tempat penulis bekerja yang bisa diterapkan untuk masalah yang berhubungan dengan teknik pengambilan keputusan. Proses FANP digunakan untuk menentukan alternatif terbaik yang paling mudah untuk dilaksanakan pada proses yang melibatkan beberapa pakar atau pengambil kebijakan. Metode pengembangan sistem dapat dijadikan rujukan untuk pengembangan sistem berbasis website yang banyak dikembangkan di Kementerian Kesehatan RI.
47
5.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Pada penelitian ini berhasil dibangun sebuah Model SPKC yang diterapkan pada industri obat herbal. Model SPKC bisa dimanfaatkan untuk jenis industri yang lain dengan melakukan perubahan modul pada aplikasi sesuai kebutuhan pada menu administrator. Aplikasi SPKC obat herbal memuat metode untuk praktik MRPH dan pengukuran kinerja pengelolaan dampak lingkungan pada menu GSCOR. Menu FANP memberikan alternatif pemilihan praktik terbaik untuk meminimalkan dampak lingkungan akibat proses rantai pasok. Adapun pemilihan lokasi serta jalur distribusi terpendek berhasil diterapkan pada menu algoritme genetika. Aplikasi SPKC dibangun berbasis website sehingga menjadi salah satu pilihan untuk kolaborasi antar stakeholder terkait manajemen rantai pasok. Saran
Saran tindak lanjut pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Pada model GSCOR footprint baru dilakukan pada proses make bisa dilanjutkan terhadap proses rantai pasok yang lain. 2. Perlu di teliti lebih lanjut korelasi kepentingan pada proses FANP dengan melibatkan pakar dan pemerhati rantai pasok lebih banyak lagi. 3. Terbuka kemungkinan untuk mengembangkan aplikasi tanpa software Superdecision. 4. Pada proses optimasi bisa ditambahkan parameter yang lain seperti jumlah bahan bakar yang habis terpakai atau menggunakan Multy Objective Genetic Algorithms (MOGA) atau algoritme optimasi lainnya.
48
DAFTAR PUSTAKA Abrahamsson P, Salo O, Ronkainen J, Warsta J. 2002. Agile software development methods. VTT: Publications 478. Adiarni N, 2007. Rekayasa sistem rantai pasokan bahan baku berbasis jaringan pada agroindustri farmasi [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (ID). Apaiah RK, Hendrix EMT. 2005. Design of a supply chain network for pea based novel protein foods. Journal of Food Engineering. 70(2005): 383-391. Beamon BM. 1999. Designing the green supply chain. Logistics Information Management, 12(4): 332-342. Buyukozkan G, Ertay T, Kahraman C, dan Ruan D. 2004. Determining the importance weights for the design requirements in the house of quality using the fuzzy analytic network approach. International Journal of Intelligent Systems. 19: 443–461.doi: 10.1002/int.20006. Cheng JCP, Law KH. 2011. A web service framework for environmental and carbon footprint monitoring in construction supply chains [artikel]. Stanford University, California (US). Chen WK, Sui GJ, Tang DL. 2011. A fuzzy intelligent decision support system for typhoon disaster management. IEEE International Conference on Fuzzy Systems. June 27-30, Taipei, Taiwan. Chopra S, Meindl P. 2001. Supply chain management: strategy, planning, and operation. Prentice Hall. New Jersey (US). Dennis A, Wixom B, Tegarden D. 2005 Systems Analysis and Design with UML Version 2.0 An Object Oriented Approach, Edisi 2. Wiley (US). Dhar V, Stein R. 1997 Intelligent decision Support Methods: the Science of Knowledge Work. Prentice Hall. New Jersey (US). Efendigil T, Onut S, Kahraman C. 2009. A decision support system for demand forecasting with artificial neural networks and neuro-fuzzy models: A comparative analysis. International Journal of Expert Systems with Applications 36: 6697–6707. doi:10.1016/j.eswa.2008.08.058 Etaati L, Nezhad SS, Abyaneh PMM. 2011. Fuzzy analytical network process: an overview on methods. American Journal of Scientific Research. 41: 01-114. [KLH] Kementerian Lingkungan Hidup. 1999. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Jakarta (ID): KLH. [KLH] Kementerian Lingkungan Hidup. 1999. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta (ID): KLH. Kahraman C, Ertay T, Buyukozkan G. 2004. A fuzzy optimization model for QFD planning process using analytic network approach, European Journal of Operational Research. 16: 0877-899.doi:10.1016/j.ejor.2004.09.016. Kang HY, Hung MC, Pearn WL, Lee AH, Kang MS. 2011. An integrated multi criteria decision making model for evaluating wind farm performance. Journal Energies 4: 2002-2026.doi:10.3390/en4112002 Kang HY, Lee AH, Chang CC, Kang MS. 2012. A model for selecting technologies in new product development. Hindawi Publishing Corporation. Article ID 358129.doi:10.1155/2012/35819
49
[Kemenkes] Kementerian Kesehatan, 2011, Riset kesehatan dasar tahun 2010. Kota K. 2014. Testing your web Application a Quick 10-Step Guide [internet]. [diacu 2014 Februari 30]. Tersedia dari: http://www.adminitrack.com/articles/Testing YourWebApps.aspx.
Supply Chain Council Inc, 2008, Supply Chain Operation Reference Model V.9. Marimin. 2005. Teori dan Aplikasi Sistem Pakar dalam Teknologi Manajerial. Edisi 2, Bogor: IPB Press. Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta : Grasindo. Marimin, Maghfiroh N. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor: IPB Press. Mutlu. 2008. Quality life cycle of object oriented software development in extreme programming [Thesis]. Turki: Izmir Institute of Technology (TR). Quintero A, Konare D, Pierre S. (2005) Prototyping an intelligent decision support system for improving urban infrastructures management. European Journal of Operational Research. 162 (3), 654–672. Sampurno. 2011. Obat Herbal dalam Prespektif Medik dan Bisnis [Internet]. [diacu 2011 januari 02]. Tersedia dari: http://mot.farmasi.ugm.ac.id/files/ 13OBAT%20HERBAL_Sampurno.pdf . Satzinger JW, Jackson RB, Burd SD. 2007. System Analysis and Design in Changing World. Edisi 4, Canada: Thomson Course Technology. Srivastava K. 2007. Green supply-chain management: A state of the art literature review. International Journal of Management Reviews, 9(1): 53–80. doi: 10.1111/j.1468-2370.2007.00202.x Saaty TL, Vargas LG. 2006. Decision Making With The Analytic Network Process Economic, Political, Social And Technological Applications With Benefits, Opportunities, Costs And Risks. (US): Springer. Suharjito. 2011. Pemodelan sistem pendukung pengambilan keputusan cerdas manajemen risiko rantai pasok produk komoditi jagung [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (ID). Thipparat T. 2011. Evaluation of Construction Green Supply Chain Management. International Conference on Inovation, Management and Service. Vol.14 (2011). IACSIT Press (SG). Turban E dan Aaronson J. 2007. Decision Support System and Intelligence System, Edisi 7. New Jersey: Prentice Hall. Tuzkaya G, Ozgen A, Ozgen D, Tuzkaya UR. 2009. Environmental performance evaluation of suppliers: a hybrid fuzzy multi criteria decision approach. International Journal Environmental Science and Technology. 6(3): 477-490. Wren GP, Mora M, Forgionne G, Gupta J. 2009. An integrative evaluation framework for intelligent decision support systems. European Journal of Operations Research. June 16, 195 (3), 642-652. Wu CR dan Chang CW. 2008. A fuzzy ANP-based approach to evaluate medical organizational performance. Information and Management Sciences. 19(1): 5374. Zhu Q, Sarkis J, Lai KH. 2008. Green supply chain management implications for closing the loop. Transportation Research Part E, 44: 1-18.
50
Lampiran 1 Lembar kuisioner Fuzzy Analytic Network Process (FANP)
Bagian I Pembobotan Alternatif Keterangan Skala linguistic yang digunakan : - Equal
: Kedua alternatif sama pentingnya.
- Weak
: Alternatif I sedikit lebih penting dari alternatif II.
- Strong
: Alternatif I cukup lebih penting dibandingkan dengan alternatif II.
- Very Strong
: Alternatif I jelas lebih penting dibandingkan dengan alternatif II.
- Absolutely
: Alternatif I mutlak lebih penting dibandingkan dengan alternatif II.
Petunjuk Pengisian : Berikan penilaian Anda dengan cara memberi satu buah tanda cek (V) di salah satu kolom penilaian yang telah disediakan pada pasangan alternatif setiap baris. - Alternatif I
:
Row
- Alternatif II
:
Column
Pertanyaan 1 : Attribute Kriteria : Harga Produk Row
Absolutely
Very Strong
Strong Weak Equal Weak Strong
Very Strong
Absolutely
Column
Reduce Energy Consumption
Recycle Waste Material
Reduce Energy Consumption
Reuse Waste Material
Reduce Energy Consumption
Waste Water management
Recycle Waste Material
Reuse Waste Material
Recycle Waste Material
Waste Water management
Waste Water management
Reuse Waste Material
Pertanyaan 2 : Attribute Kriteria : Kualitas Produk Row
Absolutely
Very Strong
Strong Weak Equal Weak Strong
Very Strong
Absolutely
Column
Reduce Energy Consumption
Recycle Waste Material
Reduce Energy Consumption
Reuse Waste Material
Reduce Energy Consumption
Waste Water management
Recycle Waste Material
Reuse Waste Material
Recycle Waste Material
Waste Water management
51 Waste Water management
Reuse Waste Material
Pertanyaan 3 : Attribute Kriteria : Pemanfaatan Limbah Kembali Row
Absolutely
Very Strong
Strong Weak Equal Weak Strong
Very Strong
Absolutely
Column
Reduce Energy Consumption
Recycle Waste Material
Reduce Energy Consumption
Reuse Waste Material
Reduce Energy Consumption
Waste Water management
Recycle Waste Material
Reuse Waste Material
Recycle Waste Material
Waste Water management
Waste Water management
Reuse Waste Material
Pertanyaan 4 : Attribute Kriteria : Teknologi Ramah Lingkungan Row
Absolutely
Very Strong
Strong Weak Equal Weak Strong
Very Strong
Absolutely
Column
Reduce Energy Consumption
Recycle Waste Material
Reduce Energy Consumption
Reuse Waste Material
Reduce Energy Consumption
Waste Water management
Recycle Waste Material
Reuse Waste Material
Recycle Waste Material
Waste Water management
Waste Water management
Reuse Waste Material
Pertanyaan 5 : Attribute Kriteria : Inovasi Produk Row
Absolutely
Very Strong
Strong Weak Equal Weak Strong
Very Strong
Absolutely
Column
Reduce Energy Consumption
Recycle Waste Material
Reduce Energy Consumption
Reuse Waste Material
Reduce Energy Consumption
Waste Water management
Recycle Waste Material
Reuse Waste Material
Recycle Waste Material
Waste Water management
Waste Water management
Reuse Waste Material
52 Pertanyaan 6 : Attribute Kriteria : EMS Row
Absolutely
Very Strong
Strong Weak Equal Weak Strong
Very Strong
Absolutely
Column
Reduce Energy Consumption
Recycle Waste Material
Reduce Energy Consumption
Reuse Waste Material
Reduce Energy Consumption
Waste Water management
Recycle Waste Material
Reuse Waste Material
Recycle Waste Material
Waste Water management
Waste Water management
Reuse Waste Material
Pertanyaan 7 : Attribute Kriteria : Biaya Pengelolaan Limbah Row
Absolutely
Very Strong
Strong Weak Equal Weak Strong
Very Strong
Absolutely
Column
Reduce Energy Consumption
Recycle Waste Material
Reduce Energy Consumption
Reuse Waste Material
Reduce Energy Consumption
Waste Water management
Recycle Waste Material
Reuse Waste Material
Recycle Waste Material
Waste Water management
Waste Water management
Reuse Waste Material
Pertanyaan 8 : Attribute Kriteria : Dampak Lingkungan Row
Absolutely
Very Strong
Strong Weak Equal Weak Strong
Very Strong
Absolutely
Column
Reduce Energy Consumption
Recycle Waste Material
Reduce Energy Consumption
Reuse Waste Material
Reduce Energy Consumption
Waste Water management
Recycle Waste Material
Reuse Waste Material
Recycle Waste Material
Waste Water management
Waste Water management
Reuse Waste Material
53 Pertanyaan 9 : Attribute Kriteria : Dampak Sosial Row
Absolutely
Very Strong
Strong Weak Equal Weak Strong
Very Strong
Absolutely
Column
Reduce Energy Consumption
Recycle Waste Material
Reduce Energy Consumption
Reuse Waste Material
Reduce Energy Consumption
Waste Water management
Recycle Waste Material
Reuse Waste Material
Recycle Waste Material
Waste Water management
Waste Water management
Reuse Waste Material
54
Lampiran 2 Pembobotan antar kriteria FANP
Bagian II Pembobotan Antar Kriteria Keterangan Skala linguistic yang digunakan : - Equal
: Kedua kriteria sama pentingnya.
- Weak
: Kriteria I sedikit lebih penting dari kriteria II.
- Strong
: Kriteria I cukup lebih penting dibandingkan dengan kriteria II.
- Very Strong
: Kriteria I jelas lebih penting dibandingkan dengan kriteria II.
- Absolutely
: Kriteria I mutlak lebih penting dibandingkan dengan kriteria II.
Petunjuk Pengisian : Berikan penilaian Anda dengan cara memberi satu buah tanda cek (V) di salah satu kolom penilaian yang telah disediakan pada pasangan kriteria setiap baris. - Kriteria I
:
Row
- Kriteria II
:
Column
Pertanyaan 1 : Attribute Kriteria : Elemen Harga Produk Row
Absolutely Very Strong Strong
Weak
Equal
Weak
Strong Very Strong Absolutely
Column
Harga Produk
Kualitas Produk
Harga Produk
Pengelolaan Limbah
Kualitas Produk
Pengelolaan Limbah
Pertanyaan 2 : Attribute Kriteria : Elemen Kualitas Produk Row
Absolutely Very Strong Strong
Weak
Equal
Weak
Strong Very Strong Absolutely
Column
Kualitas Produk
Inovasi Produk
Kualitas Produk
Pengelolaan Limbah
Inovasi Produk
Pengelolaan Limbah
Pertanyaan 3 : Attribute Kriteria : Elemen Pemanfaatan Limbah Kembali Row
Absolutely Very Strong Strong
Weak
Equal
Weak
Strong Very Strong Absolutely
Column
Inovasi Produk
EMS
Inovasi Produk
Pengelolaan Limbah
EMS
Pengelolaan Limbah
55
Pertanyaan 4 : Attribute Kriteria : Elemen Teknologi Ramah Lingkungan Row
Absolutely
Very Strong
Strong Weak Equal Weak Strong
Very Strong
Absolutely
Column
Biaya Pengelolaan Limbah
Pengelolaan Limbah
Pertanyaan 5 : Attribute Kriteria : Elemen Inovasi Produk Row
Absolutely
Very Strong
Strong
Weak
Equal
Weak
Strong
Very Strong
Absolutely
Column Inovasi Produk
EMS
Pertanyaan 6 : Attribute Kriteria : Elemen EMS Row
Absolutely
Very Strong
Strong
Weak
Equal
Weak
Strong
Very Strong
Absolutely
Column Inovasi Produk
Kualitas Produk
Pertanyaan 7 : Attribute Kriteria : Elemen Biaya Pengelolaan Limbah Row
Absolutely Very Strong Strong Weak
Equal
Weak Strong Very Strong Absolutely
Column
Kualitas Produk
EMS
Kualitas Produk
Dampak Lingkungan
Kualitas Produk
Pengelolaan Limbah
EMS
Dampak Lingkungan
EMS
Pengelolaan Limbah
Dampak Lingkungan
Pengelolaan Limbah
Pertanyaan 8 : Attribute Kriteria : Elemen Dampak Lingkungan Row
Absolutely Very Strong Strong
Weak
Equal
Weak
Strong Very Strong Absolutely
Column
Dampak Sosial
Inovasi Produk
Dampak Sosial
Pengelolaan Limbah
Inovasi Produk
Pengelolaan Limbah
Pertanyaan 9 : Attribute Kriteria : Elemen Dampak Sosial Row EMS
Absolutely
Very Strong
Strong
Weak
Equal
Weak
Strong
Very Strong
Absolutely
Column Pengelolaan Limbah
56
Lampiran 3 Pembobotan antar klaster FANP Bagian III Pembobotan Antar Klaster Keterangan Skala linguistic yang digunakan : - Equal
: Kedua klaster sama pentingnya.
- Weak
: Klaster I sedikit lebih penting dari klaster II.
- Strong
: Klaster I cukup lebih penting dibandingkan dengan klaster II.
- Very Strong
: Klaster I jelas lebih penting dibandingkan dengan klaster II.
- Absolutely
: Klaster I mutlak lebih penting dibandingkan dengan klaster II.
Petunjuk Pengisian : Berikan penilaian Anda dengan cara memberi satu buah tanda cek (V) di salah satu kolom penilaian yang telah disediakan pada pasangan klaster setiap baris. - Klaster I
:
Row
- Klaster II
:
Column
Pertanyaan 1 : Attribute Kriteria : Klaster Finansial Row
Absolutely
Very Strong
Strong
Weak
Equal
Weak
Strong
Very Strong
Absolutely
Column
Finansial
Operasional
Finansial
Teknologi
Finansial
Dampak
Operasional
Teknologi
Operasional
Dampak
Teknologi
Dampak
Pertanyaan 2 : Attribute Kriteria : Klaster Operasional Row
Absolutely
Very Strong
Strong
Weak
Equal
Weak
Strong
Very Strong
Absolutely
Column
Finansial
Operasional
Finansial
Teknologi
Finansial
Dampak
57
Operasional
Teknologi
Operasional
Dampak
Teknologi
Dampak
Pertanyaan 3 : Attribute Kriteria : Klaster Teknologi Row
Absolutely
Very Strong
Strong
Weak
Equal
Weak
Strong
Very Strong
Absolutely
Column
Finansial
Operasional
Finansial
Teknologi
Operasional
Teknologi
Pertanyaan 4 : Attribute Kriteria : Klaster Dampak Row Finansial
Absolutely
Very Strong
Strong
Weak
Equal
Weak
Strong
Very Strong
Absolutely
Column Operasional
58
Lampiran 4 Rekapitulasi hasil proses FANP Rekapitulasi -> Benefits REKAP HASIL RATA-RATA GEOMETRIS Bagian I ( Kuisioner Pembobotan Alternatif ) Alternatif I
Rata - Rata
c
a
b
Pertanyaan 1 - Attribute Kriteria : Harga Produk Reduce Energy Consumption 1.000 1.130 1.725 Reduce Energy Consumption 1.000 1.442 1.932 Reduce Energy Consumption 1.130 1.351 1.895 Recycle Waste Material 1.000 1.442 1.932 Recycle Waste Material 1.000 1.130 1.725 Waste Water management 1.000 1.442 1.932 Pertanyaan 2 - Attribute Kriteria : Kualitas Produk Reduce Energy Consumption 1.130 1.526 1.775 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Waste Water management 1.000 1.277 1.616 Pertanyaan 3 - Attribute Kriteria : Pemanfaatan Limbah Kembali Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Waste Water management 1.000 1.277 1.616 Pertanyaan 4 - Attribute Kriteria : Teknologi Ramah Lingkungan Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Waste Water management 1.000 1.277 1.616 Pertanyaan 5 - Attribute Kriteria : Inovasi Produk Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Waste Water management 1.000 1.277 1.616 Pertanyaan 6 - Attribute Kriteria : EMS Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Waste Water management 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Pertanyaan 7 - Attribute Kriteria : Biaya Pengelolaan Limbah Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616
Alternatif II
Recycle Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Recycle Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Recycle Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Recycle Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Recycle Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Recycle Waste Material Reuse Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Recycle Waste Material Reuse Waste Material
59 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 Recycle Waste Material 1.000 1.277 Recycle Waste Material 1.000 1.277 Waste Water management 1.000 1.277 Pertanyaan 8 - Attribute Kriteria : Dampak Lingkungan Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 Recycle Waste Material 1.000 1.277 Recycle Waste Material 1.000 1.277 Waste Water management 1.000 1.277 Pertanyaan 9 - Attribute Kriteria : Dampak Sosial Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 Recycle Waste Material 1.000 1.277 Recycle Waste Material 1.000 1.277 Waste Water management 1.000 1.277
1.616 1.616 1.616 1.616
Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material
1.616 1.616 1.616 1.616 1.616 1.616
Recycle Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material
1.616 1.616 1.616 1.616 1.616 1.616
Recycle Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material
Bagian II ( Kuisioner Pembobotan Antar Kriteria ) Kriteria I
Rata - Rata
c
a
b
Pertanyaan 10 - Attribute Kriteria : Elemen Harga Produk Harga Produk 1.196 1.241 1.841 Harga Produk 1.130 1.725 2.123 Kualitas Produk 1.000 1.130 1.725 Pertanyaan 11 - Attribute Kriteria : Elemen Kualitas Produk Kualitas Produk 1.000 1.130 1.725 Kualitas Produk 1.130 1.725 2.123 Inovasi Produk 1.629 2.045 2.375 Pertanyaan 12 - Attribute Kriteria : Elemen Pemanfaatan Limbah Kembali Inovasi Produk 1.629 2.045 2.375 Inovasi Produk 1.629 2.045 2.375 EMS 1.629 2.045 2.375 Pertanyaan 13 - Attribute Kriteria : Elemen Teknologi Ramah Lingkungan Biaya Pengelolaan Limbah 1.629 2.045 2.375 Pertanyaan 14 - Attribute Kriteria : Elemen Inovasi Produk EMS 1.629 2.045 2.375 Pertanyaan 15 - Attribute Kriteria : Elemen EMS Kualitas Produk 1.629 2.045 2.375 Pertanyaan 16 - Attribute Kriteria : Elemen Biaya Pengelolaan Limbah Kualitas Produk 1.629 2.045 2.375 Kualitas Produk 1.629 2.045 2.375 Kualitas Produk 1.629 2.045 2.375 EMS 1.629 2.045 2.375 EMS 1.629 2.045 2.375 Dampak Lingkungan 1.629 2.045 2.375 Pertanyaan 17 - Attribute Kriteria : Elemen Dampak Lingkungan Dampak Sosial 1.629 2.045 2.375 Dampak Sosial 1.629 2.045 2.375 Inovasi Produk 1.629 2.045 2.375 Pertanyaan 18 - Attribute Kriteria : Elemen Dampak Sosial EMS 1.629 2.045 2.375
Kriteria II
Kualitas Produk Pengelolaan Limbah Pengelolaan Limbah Inovasi Produk Pengelolaan Limbah Pengelolaan Limbah EMS Pengelolaan Limbah Pengelolaan Limbah Pengelolaan Limbah Inovasi Produk Inovasi Produk EMS Dampak Lingkungan Pengelolaan Limbah Dampak Lingkungan Pengelolaan Limbah Pengelolaan Limbah Inovasi Produk Pengelolaan Limbah Pengelolaan Limbah Pengelolaan Limbah
60 Bagian III ( Kuisioner Pembobotan Antar Klaster ) Rata - Rata
Klaster I
c
a
Pertanyaan 19 - Attribute Kriteria : Klaster Finansial Finansial 1.000 1.000 Finansial 1.000 1.316 Finansial 1.000 1.316 Operasional 1.000 1.316 Operasional 1.000 1.000 Teknologi 1.000 1.000 Pertanyaan 20 - Attribute Kriteria : Klaster Operasional Finansial 1.000 1.000 Finansial 1.316 1.495 Finansial 1.000 1.316 Operasional 1.000 1.000 Operasional 1.000 1.316 Teknologi 1.316 1.495 Pertanyaan 21 - Attribute Kriteria : Klaster Teknologi Finansial 1.316 1.495 Finansial 1.316 1.495 Operasional 1.316 1.495 Pertanyaan 22 - Attribute Kriteria : Klaster Dampak Finansial 1.316 1.495
Klaster II
b 3.000 3.409 3.409 3.409 3.000 3.000
Operasional Teknologi Dampak Dampak Teknologi Dampak
3.000 3.708 3.409 3.000 3.409 3.708
Operasional Teknologi Dampak Teknologi Dampak Dampak
3.708 3.708 3.708
Operasional Teknologi Teknologi
3.708
Operasional
Rekapitulasi -> Cost REKAP HASIL RATA-RATA GEOMETRIS Bagian I ( Kuisioner Pembobotan Alternatif ) Alternatif I
Rata - Rata
c
a
b
Pertanyaan 1 - Attribute Kriteria : Harga Produk Reduce Energy Consumption 1.000 1.130 1.725 Reduce Energy Consumption 1.000 1.442 1.932 Reduce Energy Consumption 1.130 1.351 1.895 Recycle Waste Material 1.000 1.442 1.932 Recycle Waste Material 1.000 1.130 1.725 Waste Water management 1.000 1.442 1.932 Pertanyaan 2 - Attribute Kriteria : Kualitas Produk Reduce Energy Consumption 1.130 1.526 1.775 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Waste Water management 1.000 1.277 1.616 Pertanyaan 3 - Attribute Kriteria : Pemanfaatan Limbah Kembali Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Waste Water management 1.000 1.277 1.616 Pertanyaan 4 - Attribute Kriteria : Teknologi Ramah Lingkungan
Alternatif II
Recycle Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Recycle Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Recycle Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material
61 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Waste Water management 1.000 1.277 1.616 Pertanyaan 5 - Attribute Kriteria : Inovasi Produk Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Waste Water management 1.000 1.277 1.616 Pertanyaan 6 - Attribute Kriteria : EMS Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Waste Water management 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Pertanyaan 7 - Attribute Kriteria : Biaya Pengelolaan Limbah Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Waste Water management 1.000 1.277 1.616 Pertanyaan 8 - Attribute Kriteria : Dampak Lingkungan Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Waste Water management 1.000 1.277 1.616 Pertanyaan 9 - Attribute Kriteria : Dampak Sosial Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Waste Water management 1.000 1.277 1.616
Recycle Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Recycle Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Recycle Waste Material Reuse Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Recycle Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Recycle Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Recycle Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material
Bagian II ( Kuisioner Pembobotan Antar Kriteria ) Kriteria I
Rata - Rata
c
a
b
Pertanyaan 10 - Attribute Kriteria : Elemen Harga Produk Harga Produk 1.196 1.241 1.841 Harga Produk 1.130 1.725 2.123 Kualitas Produk 1.000 1.130 1.725 Pertanyaan 11 - Attribute Kriteria : Elemen Kualitas Produk Kualitas Produk 1.000 1.130 1.725 Kualitas Produk 1.130 1.725 2.123 Inovasi Produk 1.629 2.045 2.375 Pertanyaan 12 - Attribute Kriteria : Elemen Pemanfaatan Limbah Kembali
Kriteria II
Kualitas Produk Pengelolaan Limbah Pengelolaan Limbah Inovasi Produk Pengelolaan Limbah Pengelolaan Limbah
62 Inovasi Produk 1.629 2.045 2.375 Inovasi Produk 1.629 2.045 2.375 EMS 1.629 2.045 2.375 Pertanyaan 13 - Attribute Kriteria : Elemen Teknologi Ramah Lingkungan Biaya Pengelolaan Limbah 1.629 2.045 2.375 Pertanyaan 14 - Attribute Kriteria : Elemen Inovasi Produk EMS 1.629 2.045 2.375 Pertanyaan 15 - Attribute Kriteria : Elemen EMS Kualitas Produk 1.629 2.045 2.375 Pertanyaan 16 - Attribute Kriteria : Elemen Biaya Pengelolaan Limbah Kualitas Produk 1.629 2.045 2.375 Kualitas Produk 1.629 2.045 2.375 Kualitas Produk 1.629 2.045 2.375 EMS 1.629 2.045 2.375 EMS 1.629 2.045 2.375 Dampak Lingkungan 1.629 2.045 2.375 Pertanyaan 17 - Attribute Kriteria : Elemen Dampak Lingkungan Dampak Sosial 1.629 2.045 2.375 Dampak Sosial 1.629 2.045 2.375 Inovasi Produk 1.629 2.045 2.375 Pertanyaan 18 - Attribute Kriteria : Elemen Dampak Sosial EMS 1.629 2.045 2.375
EMS Pengelolaan Limbah Pengelolaan Limbah Pengelolaan Limbah Inovasi Produk Inovasi Produk EMS Dampak Lingkungan Pengelolaan Limbah Dampak Lingkungan Pengelolaan Limbah Pengelolaan Limbah Inovasi Produk Pengelolaan Limbah Pengelolaan Limbah Pengelolaan Limbah
Bagian III ( Kuisioner Pembobotan Antar Klaster ) Klaster I
Rata - Rata
c
a
Pertanyaan 19 - Attribute Kriteria : Klaster Finansial Finansial 1.000 1.000 Finansial 1.000 1.316 Finansial 1.000 1.316 Operasional 1.000 1.316 Operasional 1.000 1.000 Teknologi 1.000 1.000 Pertanyaan 20 - Attribute Kriteria : Klaster Operasional Finansial 1.000 1.000 Finansial 1.316 1.495 Finansial 1.000 1.316 Operasional 1.000 1.000 Operasional 1.000 1.316 Teknologi 1.316 1.495 Pertanyaan 21 - Attribute Kriteria : Klaster Teknologi Finansial 1.316 1.495 Finansial 1.316 1.495 Operasional 1.316 1.495 Pertanyaan 22 - Attribute Kriteria : Klaster Dampak Finansial 1.316 1.495
b
Klaster II
3.000 3.409 3.409 3.409 3.000 3.000
Operasional Teknologi Dampak Dampak Teknologi Dampak
3.000 3.708 3.409 3.000 3.409 3.708
Operasional Teknologi Dampak Teknologi Dampak Dampak
3.708 3.708 3.708
Operasional Teknologi Teknologi
3.708
Operasional
63
Rekapitulasi -> Opporunity REKAP HASIL RATA-RATA GEOMETRIS Bagian I ( Kuisioner Pembobotan Alternatif ) Alternatif I
Rata - Rata
c
a
b
Pertanyaan 1 - Attribute Kriteria : Harga Produk Reduce Energy Consumption 1.000 1.130 1.725 Reduce Energy Consumption 1.000 1.442 1.932 Reduce Energy Consumption 1.130 1.351 1.895 Recycle Waste Material 1.000 1.442 1.932 Recycle Waste Material 1.000 1.130 1.725 Waste Water management 1.000 1.442 1.932 Pertanyaan 2 - Attribute Kriteria : Kualitas Produk Reduce Energy Consumption 1.130 1.526 1.775 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Waste Water management 1.000 1.277 1.616 Pertanyaan 3 - Attribute Kriteria : Pemanfaatan Limbah Kembali Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Waste Water management 1.000 1.277 1.616 Pertanyaan 4 - Attribute Kriteria : Teknologi Ramah Lingkungan Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Waste Water management 1.000 1.277 1.616 Pertanyaan 5 - Attribute Kriteria : Inovasi Produk Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Waste Water management 1.000 1.277 1.616 Pertanyaan 6 - Attribute Kriteria : EMS Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Waste Water management 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Pertanyaan 7 - Attribute Kriteria : Biaya Pengelolaan Limbah Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616
Alternatif II
Recycle Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Recycle Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Recycle Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Recycle Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Recycle Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Recycle Waste Material Reuse Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Recycle Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material
64 Recycle Waste Material 1.000 1.277 Waste Water management 1.000 1.277 Pertanyaan 8 - Attribute Kriteria : Dampak Lingkungan Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 Recycle Waste Material 1.000 1.277 Recycle Waste Material 1.000 1.277 Waste Water management 1.000 1.277 Pertanyaan 9 - Attribute Kriteria : Dampak Sosial Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 Recycle Waste Material 1.000 1.277 Recycle Waste Material 1.000 1.277 Waste Water management 1.000 1.277
1.616 1.616
Waste Water management Reuse Waste Material
1.616 1.616 1.616 1.616 1.616 1.616
Recycle Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material
1.616 1.616 1.616 1.616 1.616 1.616
Recycle Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material
Bagian II ( Kuisioner Pembobotan Antar Kriteria ) Kriteria I
Rata - Rata
c
a
b
Pertanyaan 10 - Attribute Kriteria : Elemen Harga Produk Harga Produk 1.196 1.241 1.841 Harga Produk 1.130 1.725 2.123 Kualitas Produk 1.000 1.130 1.725 Pertanyaan 11 - Attribute Kriteria : Elemen Kualitas Produk Kualitas Produk 1.000 1.130 1.725 Kualitas Produk 1.130 1.725 2.123 Inovasi Produk 1.629 2.045 2.375 Pertanyaan 12 - Attribute Kriteria : Elemen Pemanfaatan Limbah Kembali Inovasi Produk 1.629 2.045 2.375 Inovasi Produk 1.629 2.045 2.375 EMS 1.629 2.045 2.375 Pertanyaan 13 - Attribute Kriteria : Elemen Teknologi Ramah Lingkungan Biaya Pengelolaan Limbah 1.629 2.045 2.375 Pertanyaan 14 - Attribute Kriteria : Elemen Inovasi Produk EMS 1.629 2.045 2.375 Pertanyaan 15 - Attribute Kriteria : Elemen EMS Kualitas Produk 1.629 2.045 2.375 Pertanyaan 16 - Attribute Kriteria : Elemen Biaya Pengelolaan Limbah Kualitas Produk 1.629 2.045 2.375 Kualitas Produk 1.629 2.045 2.375 Kualitas Produk 1.629 2.045 2.375 EMS 1.629 2.045 2.375 EMS 1.629 2.045 2.375 Dampak Lingkungan 1.629 2.045 2.375 Pertanyaan 17 - Attribute Kriteria : Elemen Dampak Lingkungan Dampak Sosial 1.629 2.045 2.375 Dampak Sosial 1.629 2.045 2.375 Inovasi Produk 1.629 2.045 2.375 Pertanyaan 18 - Attribute Kriteria : Elemen Dampak Sosial EMS 1.629 2.045 2.375
Bagian III ( Kuisioner Pembobotan Antar Klaster )
Kriteria II
Kualitas Produk Pengelolaan Limbah Pengelolaan Limbah Inovasi Produk Pengelolaan Limbah Pengelolaan Limbah EMS Pengelolaan Limbah Pengelolaan Limbah Pengelolaan Limbah Inovasi Produk Inovasi Produk EMS Dampak Lingkungan Pengelolaan Limbah Dampak Lingkungan Pengelolaan Limbah Pengelolaan Limbah Inovasi Produk Pengelolaan Limbah Pengelolaan Limbah Pengelolaan Limbah
65 Rata - Rata
Klaster I
c
a
Pertanyaan 19 - Attribute Kriteria : Klaster Finansial Finansial 1.000 1.000 Finansial 1.000 1.316 Finansial 1.000 1.316 Operasional 1.000 1.316 Operasional 1.000 1.000 Teknologi 1.000 1.000 Pertanyaan 20 - Attribute Kriteria : Klaster Operasional Finansial 1.000 1.000 Finansial 1.316 1.495 Finansial 1.000 1.316 Operasional 1.000 1.000 Operasional 1.000 1.316 Teknologi 1.316 1.495 Pertanyaan 21 - Attribute Kriteria : Klaster Teknologi Finansial 1.316 1.495 Finansial 1.316 1.495 Operasional 1.316 1.495 Pertanyaan 22 - Attribute Kriteria : Klaster Dampak Finansial 1.316 1.495
Klaster II
b 3.000 3.409 3.409 3.409 3.000 3.000
Operasional Teknologi Dampak Dampak Teknologi Dampak
3.000 3.708 3.409 3.000 3.409 3.708
Operasional Teknologi Dampak Teknologi Dampak Dampak
3.708 3.708 3.708
Operasional Teknologi Teknologi
3.708
Operasional
Rekapitulasi -> Risk REKAP HASIL RATA-RATA GEOMETRIS Bagian I ( Kuisioner Pembobotan Alternatif ) Alternatif I
Rata - Rata
c
a
b
Pertanyaan 1 - Attribute Kriteria : Harga Produk Reduce Energy Consumption 1.000 1.130 1.725 Reduce Energy Consumption 1.000 1.442 1.932 Reduce Energy Consumption 1.130 1.351 1.895 Recycle Waste Material 1.000 1.442 1.932 Recycle Waste Material 1.000 1.130 1.725 Waste Water management 1.000 1.442 1.932 Pertanyaan 2 - Attribute Kriteria : Kualitas Produk Reduce Energy Consumption 1.130 1.526 1.775 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Waste Water management 1.000 1.277 1.616 Pertanyaan 3 - Attribute Kriteria : Pemanfaatan Limbah Kembali Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Waste Water management 1.000 1.277 1.616 Pertanyaan 4 - Attribute Kriteria : Teknologi Ramah Lingkungan Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616
Alternatif II
Recycle Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Recycle Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Recycle Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Recycle Waste Material Reuse Waste Material
66 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Waste Water management 1.000 1.277 1.616 Pertanyaan 5 - Attribute Kriteria : Inovasi Produk Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Waste Water management 1.000 1.277 1.616 Pertanyaan 6 - Attribute Kriteria : EMS Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Waste Water management 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Pertanyaan 7 - Attribute Kriteria : Biaya Pengelolaan Limbah Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Waste Water management 1.000 1.277 1.616 Pertanyaan 8 - Attribute Kriteria : Dampak Lingkungan Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Waste Water management 1.000 1.277 1.616 Pertanyaan 9 - Attribute Kriteria : Dampak Sosial Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Reduce Energy Consumption 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Recycle Waste Material 1.000 1.277 1.616 Waste Water management 1.000 1.277 1.616
Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Recycle Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Recycle Waste Material Reuse Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Recycle Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Recycle Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Recycle Waste Material Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material Waste Water management Reuse Waste Material
Bagian II ( Kuisioner Pembobotan Antar Kriteria ) Kriteria I
Rata - Rata
c
a
b
Pertanyaan 10 - Attribute Kriteria : Elemen Harga Produk Harga Produk 1.196 1.241 1.841 Harga Produk 1.130 1.725 2.123 Kualitas Produk 1.000 1.130 1.725 Pertanyaan 11 - Attribute Kriteria : Elemen Kualitas Produk Kualitas Produk 1.000 1.130 1.725 Kualitas Produk 1.130 1.725 2.123 Inovasi Produk 1.629 2.045 2.375 Pertanyaan 12 - Attribute Kriteria : Elemen Pemanfaatan Limbah Kembali Inovasi Produk 1.629 2.045 2.375 Inovasi Produk 1.629 2.045 2.375 EMS 1.629 2.045 2.375
Kriteria II
Kualitas Produk Pengelolaan Limbah Pengelolaan Limbah Inovasi Produk Pengelolaan Limbah Pengelolaan Limbah EMS Pengelolaan Limbah Pengelolaan Limbah
67 Pertanyaan 13 - Attribute Kriteria : Elemen Teknologi Ramah Lingkungan Biaya Pengelolaan Limbah 1.629 2.045 2.375 Pertanyaan 14 - Attribute Kriteria : Elemen Inovasi Produk EMS 1.629 2.045 2.375 Pertanyaan 15 - Attribute Kriteria : Elemen EMS Kualitas Produk 1.629 2.045 2.375 Pertanyaan 16 - Attribute Kriteria : Elemen Biaya Pengelolaan Limbah Kualitas Produk 1.629 2.045 2.375 Kualitas Produk 1.629 2.045 2.375 Kualitas Produk 1.629 2.045 2.375 EMS 1.629 2.045 2.375 EMS 1.629 2.045 2.375 Dampak Lingkungan 1.629 2.045 2.375 Pertanyaan 17 - Attribute Kriteria : Elemen Dampak Lingkungan Dampak Sosial 1.629 2.045 2.375 Dampak Sosial 1.629 2.045 2.375 Inovasi Produk 1.629 2.045 2.375 Pertanyaan 18 - Attribute Kriteria : Elemen Dampak Sosial EMS 1.629 2.045 2.375
Pengelolaan Limbah Inovasi Produk Inovasi Produk EMS Dampak Lingkungan Pengelolaan Limbah Dampak Lingkungan Pengelolaan Limbah Pengelolaan Limbah Inovasi Produk Pengelolaan Limbah Pengelolaan Limbah Pengelolaan Limbah
Bagian III ( Kuisioner Pembobotan Antar Klaster ) Rata - Rata
Klaster I
c
a
Klaster II
b
Pertanyaan 19 - Attribute Kriteria : Klaster Finansial Finansial 1.000 1.000 Finansial 1.000 1.316 Finansial 1.000 1.316 Operasional 1.000 1.316 Operasional 1.000 1.000 Teknologi 1.000 1.000 Pertanyaan 20 - Attribute Kriteria : Klaster Operasional Finansial 1.000 1.000 Finansial 1.316 1.495 Finansial 1.000 1.316 Operasional 1.000 1.000 Operasional 1.000 1.316 Teknologi 1.316 1.495 Pertanyaan 21 - Attribute Kriteria : Klaster Teknologi Finansial 1.316 1.495 Finansial 1.316 1.495 Operasional 1.316 1.495 Pertanyaan 22 - Attribute Kriteria : Klaster Dampak Finansial 1.316 1.495
3.000 3.409 3.409 3.409 3.000 3.000
Operasional Teknologi Dampak Dampak Teknologi Dampak
3.000 3.708 3.409 3.000 3.409 3.708
Operasional Teknologi Dampak Teknologi Dampak Dampak
3.708 3.708 3.708
Operasional Teknologi Teknologi
3.708
Operasional
Hasil Pengolahan -> Benefits -> Defuzzyfikasi Table 1.1 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Harga Produk terhadap alternatif Harga Produk Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.778
Reuse Waste Material 1.458
Waste Water management 1.285
1.285
1
1.458
1.459
0.686
0.686
1
0.686
68 Waste Water management
0.778
0.685
1.458
1
Table 1.2 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Kualitas Produk terhadap alternatif Kualitas Produk Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.677
Reuse Waste Material 1.298
Waste Water management 1.298
1.477
1
1.298
1.298
0.770
0.770
1
0.770
0.770
0.770
1.298
1
Table 1.3 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Pemanfaatan Limbah Kembali terhadap alternatif Pemanfaatan Limbah Kembali Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.770
Reuse Waste Material 1.298
Waste Water management 1.298
1.298
1
1.298
1.298
0.770
0.770
1
0.770
0.770
0.770
1.298
1
Table 1.4 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Teknologi Ramah Lingkungan terhadap alternatif Teknologi Ramah Lingkungan Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.770
Reuse Waste Material 1.298
Waste Water management 1.298
1.298
1
1.298
1.298
0.770
0.770
1
0.770
0.770
0.770
1.298
1
Table 1.5 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Inovasi Produk terhadap alternatif Inovasi Produk Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.770
Reuse Waste Material 1.298
Waste Water management 1.298
1.298
1
1.298
1.298
0.770
0.770
1
0.770
0.770
0.770
1.298
1
69
Table 1.6 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria EMS terhadap alternatif EMS Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.770
Reuse Waste Material 1.298
Waste Water management 1.298
1.298
1
1.298
1.298
0.770
0.770
1
0.770
0.770
0.770
1.298
1
Table 1.7 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Biaya Pengelolaan Limbah terhadap alternatif Biaya Pengelolaan Limbah Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.770
Reuse Waste Material 1.298
Waste Water management 1.298
1.298
1
1.298
1.298
0.770
0.770
1
0.770
0.770
0.770
1.298
1
Table 1.8 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Dampak Lingkungan terhadap alternatif Dampak Lingkungan Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.770
Reuse Waste Material 1.298
Waste Water management 1.298
1.298
1
1.298
1.298
0.770
0.770
1
0.770
0.770
0.770
1.298
1
Table 1.9 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Dampak Sosial terhadap alternatif Dampak Sosial Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.770
Reuse Waste Material 1.298
Waste Water management 1.298
1.298
1
1.298
1.298
0.770
0.770
1
0.770
0.770
0.770
1.298
1
Table 2.1 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen Harga Produk Elemen Harga Produk Harga Produk Kualitas Produk
Harga Produk 1 0.701
Kualitas Produk 1.426 1
Pengelolaan Limbah 1.659 1.285
70 Pengelolaan Limbah
0.603
0.778
1
Table 2.2 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen Kualitas Produk Elemen Kualitas Produk Inovasi Produk Kualitas Produk Pengelolaan Limbah
Inovasi Produk 1 1.285 0.496
Kualitas Produk 0.778 1 0.603
Pengelolaan Limbah 2.016 1.659 1
Table 2.3 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen Pemanfaatan Limbah Kembali Elemen Pemanfaatan Limbah Kembali EMS Inovasi Produk Pengelolaan Limbah
EMS 1 2.016 0.496
Inovasi Produk 0.496 1 0.496
Pengelolaan Limbah 2.016 2.016 1
Table 2.4 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen Teknologi Ramah Lingkungan Elemen Teknologi Ramah Lingkungan Biaya Pengelolaan Limbah Pengelolaan Limbah
Biaya Pengelolaan Limbah 1 0.496
Pengelolaan Limbah 2.016 1
Table 2.5 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen Inovasi Produk Elemen Inovasi Produk EMS Inovasi Produk
EMS 1 0.496
Inovasi Produk 2.016 1
Table 2.6 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen EMS Elemen EMS Inovasi Produk Kualitas Produk
Inovasi Produk 1 2.016
Kualitas Produk 0.496 1
Table 2.7 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen Biaya Pengelolaan Limbah Elemen Biaya Pengelolaan Limbah Dampak Lingkungan EMS Kualitas Produk Pengelolaan Limbah
Dampak Lingkungan 1 2.016 2.016 0.496
EMS Kualitas Produk Pengelolaan Limbah 0.496 0.496 2.016 1 0.496 2.016 2.016 1 2.016 0.496 0.496 1
Table 2.8 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen Dampak Lingkungan
71 Elemen Dampak Lingkungan Dampak Sosial Inovasi Produk Pengelolaan Limbah
Dampak Sosial 1 0.496 0.496
Inovasi Produk 2.016 1 0.496
Pengelolaan Limbah 2.016 2.016 1
Table 2.9 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen Dampak Sosial Elemen Dampak Sosial EMS Pengelolaan Limbah
EMS 1 0.496
Pengelolaan Limbah 2.016 1
Table 3.1 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh klaster Klaster Finansial Klaster Finansial Dampak Finansial Operasional Teknologi
Dampak 1 1.908 1.908 1.667
Finansial 0.524 1 0.600 0.524
Operasional 0.524 1.667 1 0.600
Teknologi 0.600 1.908 1.667 1
Table 3.2 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh klaster Klaster Operasional Klaster Operasional Dampak Finansial Operasional Teknologi
Dampak 1 1.908 1.908 2.173
Finansial 0.524 1 0.600 0.460
Operasional 0.524 1.667 1 0.600
Teknologi 0.460 2.173 1.667 1
Table 3.3 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh klaster Klaster Teknologi Klaster Teknologi Finansial Operasional Teknologi
Finansial 1 0.460 0.460
Operasional 2.173 1 0.460
Teknologi 2.173 2.173 1
Table 3.4 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh klaster Klaster Dampak Klaster Dampak Finansial Operasional
Finansial 1 0.460
Operasional 2.173 1
Hasil Pengolahan -> Cost -> Defuzzyfikasi Table 1.1 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Harga Produk terhadap alternatif Harga Produk
Recycle Waste Material
Reduce Energy Consumption
Reuse Waste Material
Waste Water management
72 Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
1
0.778
1.458
1.285
1.285
1
1.458
1.459
0.686
0.686
1
0.686
0.778
0.685
1.458
1
Table 1.2 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Kualitas Produk terhadap alternatif Kualitas Produk Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.677
Reuse Waste Material 1.298
Waste Water management 1.298
1.477
1
1.298
1.298
0.770
0.770
1
0.770
0.770
0.770
1.298
1
Table 1.3 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Pemanfaatan Limbah Kembali terhadap alternatif Pemanfaatan Limbah Kembali Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.770
Reuse Waste Material 1.298
Waste Water management 1.298
1.298
1
1.298
1.298
0.770
0.770
1
0.770
0.770
0.770
1.298
1
Table 1.4 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Teknologi Ramah Lingkungan terhadap alternatif Teknologi Ramah Lingkungan Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.770
Reuse Waste Material 1.298
Waste Water management 1.298
1.298
1
1.298
1.298
0.770
0.770
1
0.770
0.770
0.770
1.298
1
Table 1.5 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Inovasi Produk terhadap alternatif Inovasi Produk Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.770
Reuse Waste Material 1.298
Waste Water management 1.298
1.298
1
1.298
1.298
0.770
0.770
1
0.770
0.770
0.770
1.298
1
73
Table 1.6 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria EMS terhadap alternatif EMS Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.770
Reuse Waste Material 1.298
Waste Water management 1.298
1.298
1
1.298
1.298
0.770
0.770
1
0.770
0.770
0.770
1.298
1
Table 1.7 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Biaya Pengelolaan Limbah terhadap alternatif Biaya Pengelolaan Limbah Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.770
Reuse Waste Material 1.298
Waste Water management 1.298
1.298
1
1.298
1.298
0.770
0.770
1
0.770
0.770
0.770
1.298
1
Table 1.8 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Dampak Lingkungan terhadap alternatif Dampak Lingkungan Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.770
Reuse Waste Material 1.298
Waste Water management 1.298
1.298
1
1.298
1.298
0.770
0.770
1
0.770
0.770
0.770
1.298
1
Table 1.9 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Dampak Sosial terhadap alternatif Dampak Sosial Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.770
Reuse Waste Material 1.298
Waste Water management 1.298
1.298
1
1.298
1.298
0.770
0.770
1
0.770
0.770
0.770
1.298
1
Table 2.1 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen Harga Produk Elemen Harga Produk Harga Produk Kualitas Produk
Harga Produk 1 0.701
Kualitas Produk 1.426 1
Pengelolaan Limbah 1.659 1.285
74 Pengelolaan Limbah
0.603
0.778
1
Table 2.2 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen Kualitas Produk Elemen Kualitas Produk Inovasi Produk Kualitas Produk Pengelolaan Limbah
Inovasi Produk 1 1.285 0.496
Kualitas Produk 0.778 1 0.603
Pengelolaan Limbah 2.016 1.659 1
Table 2.3 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen Pemanfaatan Limbah Kembali Elemen Pemanfaatan Limbah Kembali EMS Inovasi Produk Pengelolaan Limbah
EMS 1 2.016 0.496
Inovasi Produk 0.496 1 0.496
Pengelolaan Limbah 2.016 2.016 1
Table 2.4 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen Teknologi Ramah Lingkungan Elemen Teknologi Ramah Lingkungan Biaya Pengelolaan Limbah Pengelolaan Limbah
Biaya Pengelolaan Limbah 1 0.496
Pengelolaan Limbah 2.016 1
Table 2.5 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen Inovasi Produk Elemen Inovasi Produk EMS Inovasi Produk
EMS 1 0.496
Inovasi Produk 2.016 1
Table 2.6 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen EMS Elemen EMS Inovasi Produk Kualitas Produk
Inovasi Produk 1 2.016
Kualitas Produk 0.496 1
Table 2.7 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen Biaya Pengelolaan Limbah Elemen Biaya Pengelolaan Limbah Dampak Lingkungan EMS Kualitas Produk Pengelolaan Limbah
Dampak Lingkungan 1 2.016 2.016 0.496
EMS Kualitas Produk Pengelolaan Limbah 0.496 0.496 2.016 1 0.496 2.016 2.016 1 2.016 0.496 0.496 1
Table 2.8 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen Dampak Lingkungan
75 Elemen Dampak Lingkungan Dampak Sosial Inovasi Produk Pengelolaan Limbah
Dampak Sosial 1 0.496 0.496
Inovasi Produk 2.016 1 0.496
Pengelolaan Limbah 2.016 2.016 1
Table 2.9 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen Dampak Sosial Elemen Dampak Sosial EMS Pengelolaan Limbah
EMS 1 0.496
Pengelolaan Limbah 2.016 1
Table 3.1 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh klaster Klaster Finansial Klaster Finansial Dampak Finansial Operasional Teknologi
Dampak 1 1.908 1.908 1.667
Finansial 0.524 1 0.600 0.524
Operasional 0.524 1.667 1 0.600
Teknologi 0.600 1.908 1.667 1
Table 3.2 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh klaster Klaster Operasional Klaster Operasional Dampak Finansial Operasional Teknologi
Dampak 1 1.908 1.908 2.173
Finansial 0.524 1 0.600 0.460
Operasional 0.524 1.667 1 0.600
Teknologi 0.460 2.173 1.667 1
Table 3.3 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh klaster Klaster Teknologi Klaster Teknologi Finansial Operasional Teknologi
Finansial 1 0.460 0.460
Operasional 2.173 1 0.460
Teknologi 2.173 2.173 1
Table 3.4 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh klaster Klaster Dampak Klaster Dampak Finansial Operasional
Finansial 1 0.460
Operasional 2.173 1
Hasil Pengolahan -> Opporunity -> Defuzzyfikasi Table 1.1 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Harga Produk terhadap alternatif
76
Harga Produk Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.778
Reuse Waste Material 1.458
Waste Water management 1.285
1.285
1
1.458
1.459
0.686
0.686
1
0.686
0.778
0.685
1.458
1
Table 1.2 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Kualitas Produk terhadap alternatif Kualitas Produk Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.677
Reuse Waste Material 1.298
Waste Water management 1.298
1.477
1
1.298
1.298
0.770
0.770
1
0.770
0.770
0.770
1.298
1
Table 1.3 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Pemanfaatan Limbah Kembali terhadap alternatif Pemanfaatan Limbah Kembali Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.770
Reuse Waste Material 1.298
Waste Water management 1.298
1.298
1
1.298
1.298
0.770
0.770
1
0.770
0.770
0.770
1.298
1
Table 1.4 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Teknologi Ramah Lingkungan terhadap alternatif Teknologi Ramah Lingkungan Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.770
Reuse Waste Material 1.298
Waste Water management 1.298
1.298
1
1.298
1.298
0.770
0.770
1
0.770
0.770
0.770
1.298
1
Table 1.5 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Inovasi Produk terhadap alternatif Inovasi Produk Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.770
Reuse Waste Material 1.298
Waste Water management 1.298
1.298
1
1.298
1.298
0.770
0.770
1
0.770
77 Waste Water management
0.770
0.770
1.298
1
Table 1.6 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria EMS terhadap alternatif EMS Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.770
Reuse Waste Material 1.298
Waste Water management 1.298
1.298
1
1.298
1.298
0.770
0.770
1
0.770
0.770
0.770
1.298
1
Table 1.7 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Biaya Pengelolaan Limbah terhadap alternatif Biaya Pengelolaan Limbah Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.770
Reuse Waste Material 1.298
Waste Water management 1.298
1.298
1
1.298
1.298
0.770
0.770
1
0.770
0.770
0.770
1.298
1
Table 1.8 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Dampak Lingkungan terhadap alternatif Dampak Lingkungan Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.770
Reuse Waste Material 1.298
Waste Water management 1.298
1.298
1
1.298
1.298
0.770
0.770
1
0.770
0.770
0.770
1.298
1
Table 1.9 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Dampak Sosial terhadap alternatif Dampak Sosial Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.770
Reuse Waste Material 1.298
Waste Water management 1.298
1.298
1
1.298
1.298
0.770
0.770
1
0.770
78 Waste Water management
0.770
0.770
1.298
1
Table 2.1 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen Harga Produk Elemen Harga Produk Harga Produk Kualitas Produk Pengelolaan Limbah
Harga Produk 1 0.701 0.603
Kualitas Produk 1.426 1 0.778
Pengelolaan Limbah 1.659 1.285 1
Table 2.2 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen Kualitas Produk Elemen Kualitas Produk Inovasi Produk Kualitas Produk Pengelolaan Limbah
Inovasi Produk 1 1.285 0.496
Kualitas Produk 0.778 1 0.603
Pengelolaan Limbah 2.016 1.659 1
Table 2.3 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen Pemanfaatan Limbah Kembali Elemen Pemanfaatan Limbah Kembali EMS Inovasi Produk Pengelolaan Limbah
EMS 1 2.016 0.496
Inovasi Produk 0.496 1 0.496
Pengelolaan Limbah 2.016 2.016 1
Table 2.4 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen Teknologi Ramah Lingkungan Elemen Teknologi Ramah Lingkungan Biaya Pengelolaan Limbah Pengelolaan Limbah
Biaya Pengelolaan Limbah 1 0.496
Pengelolaan Limbah 2.016 1
Table 2.5 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen Inovasi Produk Elemen Inovasi Produk EMS Inovasi Produk
EMS 1 0.496
Inovasi Produk 2.016 1
Table 2.6 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen EMS Elemen EMS Inovasi Produk Kualitas Produk
Inovasi Produk 1 2.016
Kualitas Produk 0.496 1
Table 2.7 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen Biaya Pengelolaan Limbah Elemen Biaya Pengelolaan Limbah Dampak Lingkungan EMS Kualitas Produk Pengelolaan Limbah Dampak Lingkungan 1 0.496 0.496 2.016
79 EMS Kualitas Produk Pengelolaan Limbah
2.016 2.016 0.496
1 2.016 0.496
0.496 1 0.496
2.016 2.016 1
Table 2.8 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen Dampak Lingkungan Elemen Dampak Lingkungan Dampak Sosial Inovasi Produk Pengelolaan Limbah
Dampak Sosial 1 0.496 0.496
Inovasi Produk 2.016 1 0.496
Pengelolaan Limbah 2.016 2.016 1
Table 2.9 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen Dampak Sosial Elemen Dampak Sosial EMS Pengelolaan Limbah
EMS 1 0.496
Pengelolaan Limbah 2.016 1
Table 3.1 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh klaster Klaster Finansial Klaster Finansial Dampak Finansial Operasional Teknologi
Dampak 1 1.908 1.908 1.667
Finansial 0.524 1 0.600 0.524
Operasional 0.524 1.667 1 0.600
Teknologi 0.600 1.908 1.667 1
Table 3.2 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh klaster Klaster Operasional Klaster Operasional Dampak Finansial Operasional Teknologi
Dampak 1 1.908 1.908 2.173
Finansial 0.524 1 0.600 0.460
Operasional 0.524 1.667 1 0.600
Teknologi 0.460 2.173 1.667 1
Table 3.3 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh klaster Klaster Teknologi Klaster Teknologi Finansial Operasional Teknologi
Finansial 1 0.460 0.460
Operasional 2.173 1 0.460
Teknologi 2.173 2.173 1
80
Table 3.4 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh klaster Klaster Dampak Klaster Dampak Finansial Operasional
Finansial 1 0.460
Operasional 2.173 1
Hasil Pengolahan -> Risk -> Defuzzyfikasi Table 1.1 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Harga Produk terhadap alternatif Harga Produk Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.778
Reuse Waste Material 1.458
Waste Water management 1.285
1.285
1
1.458
1.459
0.686
0.686
1
0.686
0.778
0.685
1.458
1
Table 1.2 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Kualitas Produk terhadap alternatif Kualitas Produk Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.677
Reuse Waste Material 1.298
Waste Water management 1.298
1.477
1
1.298
1.298
0.770
0.770
1
0.770
0.770
0.770
1.298
1
Table 1.3 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Pemanfaatan Limbah Kembali terhadap alternatif Pemanfaatan Limbah Kembali Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.770
Reuse Waste Material 1.298
Waste Water management 1.298
1.298
1
1.298
1.298
0.770
0.770
1
0.770
0.770
0.770
1.298
1
Table 1.4 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Teknologi Ramah Lingkungan terhadap alternatif
81 Teknologi Ramah Lingkungan Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.770
Reuse Waste Material 1.298
Waste Water management 1.298
1.298
1
1.298
1.298
0.770
0.770
1
0.770
0.770
0.770
1.298
1
Table 1.5 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Inovasi Produk terhadap alternatif Inovasi Produk Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.770
Reuse Waste Material 1.298
Waste Water management 1.298
1.298
1
1.298
1.298
0.770
0.770
1
0.770
0.770
0.770
1.298
1
Table 1.6 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria EMS terhadap alternatif EMS Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.770
Reuse Waste Material 1.298
Waste Water management 1.298
1.298
1
1.298
1.298
0.770
0.770
1
0.770
0.770
0.770
1.298
1
Table 1.7 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Biaya Pengelolaan Limbah terhadap alternatif Biaya Pengelolaan Limbah Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.770
Reuse Waste Material 1.298
Waste Water management 1.298
1.298
1
1.298
1.298
0.770
0.770
1
0.770
0.770
0.770
1.298
1
Table 1.8 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Dampak Lingkungan terhadap alternatif
82
Dampak Lingkungan Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.770
Reuse Waste Material 1.298
Waste Water management 1.298
1.298
1
1.298
1.298
0.770
0.770
1
0.770
0.770
0.770
1.298
1
Table 1.9 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Dampak Sosial terhadap alternatif Dampak Sosial Recycle Waste Material Reduce Energy Consumption Reuse Waste Material Waste Water management
Recycle Waste Material 1
Reduce Energy Consumption 0.770
Reuse Waste Material 1.298
Waste Water management 1.298
1.298
1
1.298
1.298
0.770
0.770
1
0.770
0.770
0.770
1.298
1
Table 2.1 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen Harga Produk Elemen Harga Produk Harga Produk Kualitas Produk Pengelolaan Limbah
Harga Produk 1 0.701 0.603
Kualitas Produk 1.426 1 0.778
Pengelolaan Limbah 1.659 1.285 1
Table 2.2 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen Kualitas Produk Elemen Kualitas Produk Inovasi Produk Kualitas Produk Pengelolaan Limbah
Inovasi Produk 1 1.285 0.496
Kualitas Produk 0.778 1 0.603
Pengelolaan Limbah 2.016 1.659 1
Table 2.3 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen Pemanfaatan Limbah Kembali Elemen Pemanfaatan Limbah Kembali EMS Inovasi Produk Pengelolaan Limbah
EMS 1 2.016 0.496
Inovasi Produk 0.496 1 0.496
Pengelolaan Limbah 2.016 2.016 1
Table 2.4 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen Teknologi Ramah Lingkungan
83 Elemen Teknologi Ramah Lingkungan Biaya Pengelolaan Limbah Pengelolaan Limbah
Biaya Pengelolaan Limbah 1 0.496
Pengelolaan Limbah 2.016 1
Table 2.5 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen Inovasi Produk Elemen Inovasi Produk EMS Inovasi Produk
EMS 1 0.496
Inovasi Produk 2.016 1
Table 2.6 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen EMS Elemen EMS Inovasi Produk Kualitas Produk
Inovasi Produk 1 2.016
Kualitas Produk 0.496 1
Table 2.7 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen Biaya Pengelolaan Limbah Elemen Biaya Pengelolaan Limbah Dampak Lingkungan EMS Kualitas Produk Pengelolaan Limbah
Dampak Lingkungan 1 2.016 2.016 0.496
EMS Kualitas Produk Pengelolaan Limbah 0.496 0.496 2.016 1 0.496 2.016 2.016 1 2.016 0.496 0.496 1
Table 2.8 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen Dampak Lingkungan Elemen Dampak Lingkungan Dampak Sosial Inovasi Produk Pengelolaan Limbah
Dampak Sosial 1 0.496 0.496
Inovasi Produk 2.016 1 0.496
Pengelolaan Limbah 2.016 2.016 1
Table 2.9 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh kriteria Elemen Dampak Sosial Elemen Dampak Sosial EMS Pengelolaan Limbah
EMS 1 0.496
Pengelolaan Limbah 2.016 1
Table 3.1 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh klaster Klaster Finansial Klaster Finansial Dampak Finansial Operasional
Dampak 1 1.908 1.908
Finansial 0.524 1 0.600
Operasional 0.524 1.667 1
Teknologi 0.600 1.908 1.667
84 Teknologi
1.667
0.524
0.600
1
Table 3.2 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh klaster Klaster Operasional Klaster Operasional Dampak Finansial Operasional Teknologi
Dampak 1 1.908 1.908 2.173
Finansial 0.524 1 0.600 0.460
Operasional 0.524 1.667 1 0.600
Teknologi 0.460 2.173 1.667 1
Table 3.3 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh klaster Klaster Teknologi Klaster Teknologi Finansial Operasional Teknologi
Finansial 1 0.460 0.460
Operasional 2.173 1 0.460
Teknologi 2.173 2.173 1
Table 3.4 : Matriks perbandingan berpasangan pengaruh klaster Klaster Dampak Klaster Dampak Finansial Operasional
Finansial 1 0.460
Operasional 2.173 1
85
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kebumen pada tanggal 5 Mei 1976 merupakan anak ke empat dari empat bersaudara dari pasangan Alm. Madsukir dan Yutiah. Penulis menempuh pendidikan dari SD hingga SLTA di Kebumen Jawa Tengah. Sedangkan pendidikan Sarjana ditempuh di Universitas Respati Indonesia Jakarta jurusan teknik informatika dari tahun 1996 – 2001. Selama masa kuliah, penulis bekerja di Astra Group Jakarta sampai dengan tahun 2007. Tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan Pascasarjana di Institut Pertanian Bogor jurusan Ilmu Komputer sampai sekarang. Saat ini penulis bekerja di Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada bagian Program dan Informasi.