v TUGAS AKHIR – MS141501
MODEL PERHITUNGAN SKALA INVESTASI PERALATAN BONGKAR MUAT : STUDI KASUS PELABUHAN PROBOLINGGO
Hendra Darma N.R.P. 4411 100 031 Dosen Pembimbing Irwan Tri Yunianto, ST., M.T. Christino Boyke S.P., ST., M.T.
Departemen Teknik Transportasi Laut Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2017
TUGAS AKHIR – MS141501
MODEL PERHITUNGAN SKALA INVESTASI PERALATAN BONGKAR MUAT : STUDI KASUS PELABUHAN PROBOLINGGO
Hendra Darma N.R.P. 4411 100 031 Dosen Pembimbing Irwan Tri Yunianto, S.T., M.T. Christino Boyke S.P., ST., M.T.
Departemen Teknik Transportasi Laut Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2017
FINAL PROJECT – MS141501
MODEL OF CALCULATION FOR INVESTMENT SCALE OF LOADING AND UNLOADING EQUIPMENT : CASE STUDY OF PROBOLINGGO PORT
Hendra Darma N.R.P. 4411 100 031
Supervisor Irwan Tri Yunianto, S.T., M.T. Christino Boyke S.P., S.T., M.T.
Marine Transport Enginering Departement Faculty of Marine Technology Sepuluh Nopember Institute of Technologi Surabaya 2017
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR (MS – 141501) MODEL PERHITUNGAN SKALA INVESTASI PERALATAN BONGKAR MUAT : STUDI KASUS PELABUHAN PROBOLINGGO TUGAS AKHIR
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik pada Program S1 Departemen Teknik Transportasi Laut Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Oleh: HENDRA DARMA N.R.P. 4411 100 031
Disetujui oleh Dosen Pembimbing Tugas Akhir Dosen Pembimbing 1
Dosen Pembimbing 2
Irwan Tri Yunianto, S.T., M.T. NIP.19810605 201504 1 002
Christino Boyke S.P., S.T., M.T. NIP.19831030 201504 1 000
SURABAYA, JANUARI 2017
i
LEMBAR REVISI Model Perhitungan Skala Investasi Peralatan Bongkar Muat : Studi Kasus Pelabuhan Probolinggo TUGAS AKHIR Telah direvisi sesuai dengan hasil Ujian Tugas Akhir Tanggal 16 Januari 2017 Program S1 Departemen Teknik Transportasi Laut Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Oleh: Hendra Darma N.R.P. 4411 100 031
Disetujui oleh Tim Penguji Ujian Tugas Akhir: 1.
Ir. Tri Achmadi, Ph.D
2.
Dr. Ing. Setyo Nugroho.
3.
Hasan Iqbal Nur, S.T., M.T
Disetujui oleh Dosen Pembimbing Tugas Akhir: 1.
Irwan Tri Yunianto, S.T., M.T.
2.
Christino Boyke S.P., S.T., M.T...
SURABAYA, 23 Januari 2017
ii
Dipersembahkan untuk kamu. Iya kamu.
iii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke Hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas Berkah dan RahmatNya, Tugas Akhir dengan Judul “Model Perhitungan Skala Investasi Peralatan Bongkar Muat : Studi Kasus Pelabuhan Probolinggo” ini dapat diselesaikan dengan baik. Terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Ibu Mamik S. yang selalu mendukung dan mendoakan penulis hingga mampu menyelesaikan Tugas Akhir. Bapak Ir. Gonot Hendrasmono selaku penyokong dana dan pemberi dukungan penulis selama proses perkuliahan serta penyusunan Tugas Akhir. Serta Aditya Darma yang selalu memberi dukungan moril pada penulis. 2. Bapak Irwan Tri Yunianto, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing 1 yang telah dengan sabar membimbing dan memberikan masukan kepada penulis selama dalam proses penyusunan Tugas Akhir. 3. Bapak Christino Boyke S.P., S.T., M.T. selaku dosen pembimbing 2 yang telah dengan sabar membimbing dan memberikan masukan kepada penulis selama dalam proses penyusunan Tugas Akhir. 4. Kawan seperjuangan penulis selama penyusunan Tugas Akhir di Laboratorium Telematika Transportasi Laut Yoga, Cuplis, Udin, Sulthon, Satya, Kobo, Gugun, Ayik, Iman, Terima kasih. 5. Kawan seperjuangan penulis yang telah mendahului, Latama S.T., Adien S.T., Iwan S.T., Putra S.T., yang selalu memberi dukungan moril. 6. Kinanti Prameswari Putri, yang selalu menjadi mood booster penulis selama penyusunan Tugas Akhir 7. Serta semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Sehingga agar torehan catatan ini dapat lebih bermanfaat, sangat diharapkan adanya saran dan kritik yang membangun. Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan nilai manfaat yang lebih bagi semua pihak. Surabaya, 10 Januari 2017 Penulis
iv
Model Perhitungan Skala Investasi Peralatan Bongkar Muat Studi Kasus : Pelabuhan Probolinggo
Nama
: Hendra Darma
N.R.P.
: 4411 100 031
Jurusan / Fakultas Kelautan
: Teknik Transportasi Laut / Teknologi
Dosen Pembimbing
: Irwan Tri Yunianto, S.T., M.T. Christino Boyke S.P., S.T., M.T.
ABSTRAK Badan Usaha Pelabuhan (BUP) Probolinggo perlu menyediakan peralatan penunjang kegiatan bongkar muat di pelabuhan. Dimana peralatan penunjang bongkar muat merupakan bagian penting yang harus ada di pelabuhan. perhitungan skala investasi dilakukan sebelum BUP menentukan investasi peralatan penunjang kegiatan bongkar muat di pelabuhan, agar investasi yang dilakukan oleh BUP merupakan investasi yang paling optimal. Pada kondisi eksisting Pelabuhan Probolinggo untuk jenis alat excavator opsi beli merupakan opsi pengadaan alat dengan unit cost paling rendah yaitu sebesar 21.124 rupiah / ton. Sedangkan untuk jenis alat Harbour Mobile Crane opsi sewa merupakan opsi pengadaan alat dengan unit cost paling rendah. Pada Saat arus muatan di pelabuhan lebih kecil dari 150.000 ton / tahun maka 1 excavator dengan opsi sewa merupakan opsi pengadaan alat bongkar muat yang memiliki unit cost terendah. Dengan unit cost sebesar 25.163 rupiah / ton. Saat arus muatan di pelabuhan 500.000 ton / tahun – 650.000 ton / tahun maka 2 excavator dengan opsi beli dan 1 excavator dengan opsi sewa merupakan opsi pengadaan alat bongkar muat yang memiliki unit cost terendah. Dengan unit cost maksimum sebesar 19.683 rupiah / ton dan minimum 17.557 rupiah / ton. Saat arus muatan di pelabuhan 900.000 ton / tahun - 1.000.000 ton / tahun maka 4 excavator dengan opsi beli merupakan opsi pengadaan alat bongkar muat yang memiliki unit cost terendah. Dengan unit cost maksimum sebesar 15.970 rupiah / ton dan minimum 14.746 rupiah / ton. Kata Kunci : Pelabuhan, Alat bongkar muat, Investasi v
Model Of Calculation For Investment Scale Of Loading And Unloading Equipment : Case Study Of Probolinggo Port Name
: Hendra Darma
Student Number
: 4411 100 031
Departement/Faculty Marine Technology
: Marine Transport Enginering / Faculty of
Supervisor
: Irwan Tri Yunianto, S.T., M.T. Christino Boyke S.P., S.T., M.T.
ABSTRACT Badan Usaha Pelabuhan (BUP) Probolinggo need to provide supporting equipment loading and unloading activities at the port. Where the supporting equipment loading and unloading is an important part that should be there at port. calculation of the scale of investment made before BUP determining investment support equipment loading and unloading activities at the port, so that the investment made by BUP is the most optimal investment. In the existing condition of the Port of Probolinggo for type excavator tool purchase option is an option with the procurement of the lowest unit cost in the amount of 21 124 rupiah / ton. As for the types of tools Harbour Mobile Crane lease option is an option with the procurement of the lowest unit cost. At The cargo flows in the port smaller than 150,000 ton / year, the first excavator with a lease option is an option of loading and unloading equipment procurement has the lowest unit cost. With the unit cost of 25 163 rupiah / ton. When the flow of cargo at the port of 500,000 ton / year - 650,000 ton / year, then 2 excavator with a purchase option and one excavator with a lease option is an option of loading and unloading equipment procurement has the lowest unit cost. With the unit cost to a maximum of 19 683 rupiah / ton and a minimum of 17,557 rupiah / ton. When the flow of cargo at the port of 900,000 ton / year - 1,000,000 ton / year, then 4 excavator with an option to buy an option of loading and unloading equipment procurement has the lowest unit cost. With the unit cost to a maximum of 15 970 rupiah / ton and a minimum of 14 746 rupiah / ton. Key Word : Port, Loading Unloading equipment, Investment
vi
vii
DAFTAR ISI LEMBAR REVISI ................................................................................................ ii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv ABSTRAK ............................................................................................................. v ABSTRACT .......................................................................................................... vi DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi DAFTAR TABEL................................................................................................ xii BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 1.1
Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2
Perumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3
Batasan Masalah ....................................................................................... 2
1.4
Tujuan ....................................................................................................... 2
1.5
Manfaat ..................................................................................................... 2
1.6
Hipotesis ................................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5 2.1
Pelabuhan ................................................................................................. 5
2.1.1
Pengertian Pelabuhan ........................................................................ 5
2.1.2
Fungsi Pelabuhan .............................................................................. 6
2.1.3
Fasilitas Pelabuhan ............................................................................ 7
2.2
Terminal Barang Curah ( Bulk Cargo Terminal ) .................................... 9
2.3
Peralatan Penunjang Bongkar Muat ....................................................... 10
2.3.1
Perlengkapan Alat Bantu Bongkar Muat Pada Kapal ..................... 10
2.3.2
Perlengkapan Alat Bantu Bongkar Muat Pelabuhan....................... 11
2.3.3
Produktivitas Kerja Untuk Bongkar Muat ...................................... 12
2.4
Kargo ...................................................................................................... 12
2.5
Penanganan Muatan................................................................................ 14
2.6
Komponen Biaya (Cost) ......................................................................... 15
2.6.1
Biaya modal (capital cost) ............................................................... 15
2.6.2
Biaya operasional (operational cost) ............................................... 16
2.6.3
Biaya per Satua Unit (unit cost) ...................................................... 17
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 19
viii
3.1
Metode Pengumpulan Data .................................................................... 20
3.2
Metode Pengerjaan Penelitian ................................................................ 20
3.2.1
Tahap Latar Belakang ..................................................................... 20
3.2.2
Tahap Identifikasi ............................................................................... 20
3.2.3
Tahap Analisis .................................................................................... 21
3.3
Metode Perhitungan................................................................................ 22
3.3.1
Perhitungan Biaya Total (Total Cost) ................................................. 22
BAB 4 GAMBARAN UMUM ............................................................................ 23 4.1
Kabupaten Probolinggo .......................................................................... 23
4.2
Kota Probolinggo.................................................................................... 26
4.3
Pelabuhan Probolinggo ........................................................................... 28
4.4
Failitas Pelabuhan Proboliggo ................................................................ 30
4.4.1
Dermaga .......................................................................................... 30
4.4.2
Lapangan Penumpukan ................................................................... 31
4.5
Arus Barang ............................................................................................ 31
4.5.1 4.6
Muatan............................................................................................. 32
Penanganan Muatan................................................................................ 34
4.6.1
Penanganan Menggunakan Excavator ............................................ 34
4.6.2
Penanganan Menggunakan HMC ................................................... 36
4.7
Peralatan Bongkar Muat ......................................................................... 37
4.7.1
Excavator......................................................................................... 37
4.7.2
Harbour Mobile Crane .................................................................... 40
4.7.3
Dump Truck .................................................................................... 41
BAB 5 ANALISIS SKALA INVESTASI .......................................................... 43 5.1
Muatan .................................................................................................... 43
5.1.1
Arus Muatan .................................................................................... 43
5.1.2
Jenis Muatan.................................................................................... 44
5.1.3
Arus Batu Bara ................................................................................ 45
5.2
Peralatan Bongkar Muat ......................................................................... 46
5.2.1
Excavator......................................................................................... 46
5.2.2
Harbour Mobile Crane .................................................................... 46
5.2.3
Dump Truck .................................................................................... 47
ix
5.2.4
Penentuan Jumlah Truk ................................................................... 47
5.2.5
Penentuan Jumlah Alat .................................................................... 48
5.3
Perhitungan Biaya .................................................................................. 49
5.3.1
Komponen Biaya Sewa ................................................................... 49
5.3.2
Komponen Biaya Beli ..................................................................... 50
5.4
Perbandingan Unit Cost .......................................................................... 52
5.5
Perbandingan Grafik Unit Cost .............................................................. 52
5.5.1
Skenario I ........................................................................................ 53
5.5.2
Skenario II ....................................................................................... 54
5.5.3
Skenario III...................................................................................... 56
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 59 6.1 Kesimpulan ................................................................................................. 59 6.2 Saran ............................................................................................................ 61 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 63 LAMPIRAN ......................................................................................................... 65
x
DAFTAR GAMBAR Gambar 3-1 Diagram Alir Penelitian .................................................................... 19 Gambar 4-1 Peta Kab. Probolinggo ...................................................................... 23 Gambar 4-2 Peta Kota Probolinggo ...................................................................... 27 Gambar 4-3 Peta Pelabuhan Probolinggo ............................................................. 30 Gambar 4-4 Denah Pelabuhan probolinggo .......................................................... 31 Gambar 4-5 Grafik Arus Muatan (RIP Probolinggo) ........................................... 32 Gambar 4-6 Grafik Jenis Muatan (RIP Probolinggo) ........................................... 33 Gambar 4-7 Proses Penanganan Muatan Menggunakan Excavator ..................... 34 Gambar 4-8 Prosses Penanganan Muatan Menggunakan HMC ........................... 36 Gambar 4-9 Excavator .......................................................................................... 38 Gambar 4-10 Harbour mobile Crane..................................................................... 40 Gambar 4-11 Dump Truck .................................................................................... 41 Gambar 5-1 Grafik Arus Muatan (RIP Probolinggo) ........................................... 43 Gambar 5-2 Grafik Penglompokan Jenis Muatan (RIP Probolinggo) .................. 44 Gambar 5-3 Grafik Arus Batu Bara ...................................................................... 45 Gambar 5-4 Penentuan Jumlah Alat ..................................................................... 48 Gambar 5-5 Skenario I .......................................................................................... 53 Gambar 5-6 Skenario 2 ......................................................................................... 54 Gambar 5-7 Skenario 3 ......................................................................................... 56
xi
DAFTAR TABEL Tabel 4-1 Ukuran Dermaga Pelabuhan Probolinggo ............................................ 31 Tabel 4-2 Spesifikasi Excavator............................................................................ 39 Tabel 4-3 Spesifikai Mobile Crane ....................................................................... 40 Tabel 4-4 Spesifikasi Dump Truck ....................................................................... 42 Tabel 5-1 Data Muatan Pelabuhan Probolinggo (RIP Probolinggo) .................... 44 Tabel 5-2 Spesifikasi Excavator............................................................................ 46 Tabel 5-3 Harbour Mobile Crane .......................................................................... 46 Tabel 5-4 Spesifikasi Dump Truck ....................................................................... 47 Tabel 5-5 Jumlah Truck ........................................................................................ 47 Tabel 5-6 Biaya Sewa ........................................................................................... 49 Tabel 5-7 Biaya Beli Excavator ............................................................................ 50 Tabel 5-8 Biaya Beli HMC ................................................................................... 51 Tabel 5-9 Unit Cost ............................................................................................... 52
xii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau peraiaran dengan
batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi. (UU No.17 Tahun 2008) Peran pelabuhan adalah tempat distribusi, produksi, dan konsolidasi muatan atau barang seperti yang sudah diatur dalam UU No.17 Tahun 2008 tentang pelayaran. Untuk memenuhi peran tersebut Badan Usha Pelabuhan (BUP) perlu menyediakan peralatan penunjang kegiatan bongkar muat di pelabuhan. Dimana peralatan penunjang bongkar muat merupakan bagian penting yang harus ada di pelabuhan. Untuk penyediaan peralatan penunjang kegiatan bongkar muat di pelabuhan dibutuhkan opsi pengadaan peralatan untuk menunjang operasional di pelabuhan. Untuk menentukan opsi tersebut diperlukan analisis perhitungan skala investasi sebelum BUP menentukan investasi peralatan penunjang kegiatan bongkar muat di pelabuhan, agar investasi yang dilakukan oleh BUP merupakan investasi yang paling optimal. Dalam penelitian ini, tim penulis akan mengangkat Pelabuhan Probolinggo (baru), dikarenakan Probolinggo (baru) merupakan pelabuhan baru yang dikelolah oleh BUMD yang pertama di Indonesia. Dimana muatan yang dilayani di pelabuhan tersebut masih sedikit, sehingga diperlukan analisis investasi peralatan bongkar muat untuk menentukan model pengadaan alat bongkar muat yang sesuai untuk BUP Probolinggo.
1
1.2
Perumusan Masalah
Perumusan Masalah dalam penulisan Tugas Akhir adalah sebagai berikut: a. Bagaimana Analisis pengadaan Peralatan bongkar muat dengan opsi beli dan opsi sewa? b. Seberapa besar pengaruh arus muatan terhadap skala kepemilikan alat bongkar muat? c. Bagaimana skenario pengadaan peralatan bongkar muat sesuai kondisi arus muatan? 1.3
Batasan Masalah
Batasan masalah yang digunakan dalam Tugas Akhir ini agar dapat terfokus dan tidak menyimpang dengan tujuan yang diinginkan adalah : a. Pelabuhan Probolinggo (baru) merupakan pelubahan yang dijadikan sebagai studi kasus pada tugas akhir ini. b. Mutan batu bara merupakan jenis muatan yang menjadi bahan analisis tugas akhir ini. c. Tugas akhir ini menganalisis peralatan penunjang kegiatan bongkar muat dipelabuhan 1.4
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagaiberikut: a. Mengetahui opsi pengadaan alat bongkar muat yang sesuai. b. Mengetahui pengaruharus muatan terhadap skala kepemilikan alat bongkar muat. c. Mengetahui skenario – skenario pengadaan peralatan bongkar muat. 1.5
Manfaat
Manfaat dari penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai gambaran skala investasi pengadaan peralatan penunjang bongkar muat yang dapat digunakan oleh Badan Usaha Pelabuhan untuk pengadaan peralatan penunjang bongkar muat sebuah pelabuhan.
2
1.6
Hipotesis
Pada saat muatan kecil maka opsi pengadaan yang sesuai untuk Pelabuhan Probolinggo adalah menggunakan opsi sewa. Sedangkan saat utilitas alat tinggi maka opsi pengadaan alat yang sesuai adalah dengan menggunakan opsi beli.
3
4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan 2.1.1
Pengertian Pelabuhan Menurut Undang-Undang No 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran dan
Republik Indonesia No. 61 Tahun 2009, pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi.
Menurut Triatmodjo (1992) pelabuhan (port) merupakan suatu daerah perairan yang terlindung dari gelombang dan digunakan sebagai tempat berlabuhnya kapal maupun kendaraan air lainnya yang berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan penumpang, barang maupun hewan, reparasi, pengisian bahan bakar dan lain sebagainya yang dilengkapi dengan dermaga tempat menambatkan kapal, crane untuk bongkar muat barang, gudang transit, serta tempat penyimpanan barang dalam waktu yang lebih lama. Selain itu, pelabuhan merupakan pintu gerbang serta pemelancar hubungan antar daerah, pulau bahkan benua maupun antar bangsa yang dapat memajukan daerah belakangnya atau juga dikenal dengan daerah pengaruh. Daerah belakang ini merupakan daerah yang mempunyai hubungan kepentingan ekonomi, sosial, maupun untuk kepentingan pertahanan yang dikenal dengan pangkalan militer angkatan laut.
Pelabuhan dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu pelabuhan umum dan pelabuhan khusus. Pelabuhan umum adalah pelabuhan yang digunakan untuk melayani kepentingan umum, contohnya : Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta, Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya, dan Pelabuhan Makassar di Makassar. Selain itu, juga terdapat pelabuhan khusus yang dioperasikan untuk kepentingan
5
sendiri guna menunjang kegiatan tertentu, contohnya : pelabuhan milik Pertamina, milik Pabrik Semen Gresik, dan milik Pabrik Baja Krakatau Steel. 2.1.2
Fungsi Pelabuhan Sebagaimana pengertian sistem pelabuhan menurut PP No 11 tahun 1983,
maka pelabuhan mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut : Interface, yaitu pelabuhan sebagai tempat pertemuan dua moda/sistem transportasi darat dan laut sehingga pelabuhan harus dapat menyediakan berbagai fasilitas dan pelayanan jasa yang dibutuhkan untuk perpindahan barang/penumpang ke angkutan darat atau sebaliknya. Link (mata rantai) yaitu pelabuhan merupakan mata rantai dari sistem transportasi, sehingga pelabuhan sangat mempengaruhi kegiatan transportasi keseluruhan. Gateway, yaitu pelabuhan berfungsi sebagai pintu gerbang dari suatu negara/daerah, sehingga dapat memegang peranan penting bagi perekonomian suatu negara atau daerah. Industri entity, yaitu perkembangan industri yang berorientasi kepada ekspor dari suatu negara atau daerah.
Disamping itu, pelabuhan juga sebagai terminal pengangkutan, yang dapat dibagi dalam beberapa fungsi berikut: 1. Fungsi pelayanan dan pemangkalan kapal, seperti: Bantuan kepada kapal yang masuk, meninggalkan dan berolah gerak di pelabuhan. a. Perlindungan kapal dari ombak selama berlabuh dan tambat. b. Pelayanan untuk pengisian bahan bakar, perbekalan dan sebagainya. c. Pemeliharaan dan perbaikan kapal. 2. Fungsi pelayanan kapal penumpang, seperti: a. Penyediaan prasarana dan sarana bagi penumpang selama menunggu
kapal
keberangkatannya.
6
dan
melakukan
aktivitas
persiapan
b. Penyediaan sarana yang dapat memberikan kenyamanan, penyediaan makanan dan keperluan penumpang. 3. Fungsi penanganan barang, seperti : a. Penyediaan prasarana dan sarana untuk penyimpanan sementara, pengepakan, penimbunan barang, konsentrasi muatan dalam kelompok yang berukuran ekonomis untuk diangkut. b. Bongkar muat barang dari dan ke kapal dan penanganan barang di darat. c. Penjagaan keamanan barang. 4. Fungsi pemrosesan dokumen dan lain-lain, seperti : a. Penyelenggaraan dokumen kapal oleh syahbandar. b. Penyelenggaraan dokumen pabean, muatan kapal laut dan dokumen lainnya. c. Penjualan dan pemeriksaan tiket penumpang. d. Penyelesaian dokumen imigrasi penumpang untuk pelayaran luar negeri. 2.1.3
Fasilitas Pelabuhan Fasilitas pelabuhan dibagi berdasarkan kriteria kebutuhan yaitu fasilitas
pokok dan fasilitas penunjang yang diatur pula dalam PP No. 61 tahun 2009. Kriteria fasilitas pelabuhan tersebuat antara lain : 1. Fasilitas pokok meliputi : a. Alur pelayaran b. Perairan tempat labuh c. Kolam pelabuhan untuk untuk kebutuhan sandar dan oleh gerak kapal. d. Perairan tempat alih alih muat kapal e. Perairan untuk kapal yang mengangkut bahan/barang berbahaya dan beracun (B3) f. Perairan untuk kegiatan karantina g. Perairan alur penghubung interpelabuhanPerairan pandu h. Perairan untuk kapal pemerintah
7
2. Fasilitas penunjang meliputi : a. Perairan untuk pengembangan pelabuhan jangka panjang b. Perairan untuk fasilitas pembangunan dan pemeliharaan kapal c. Perairan tempat uji coba kapal (percobaan berlayar) d. Perairan tempat kapal mati e. Perairan untuk keperluan darurat f. Perairan untuk kegiatan kepariwisataan g. Perhotelan. Keputusan Menteri Perhubungan nomor 52 tahun 2004 tentang penyelenggaraan
pelabuhan
penyeberangan
menetapkan
fasilitas-fasilitas
pelabuhan berdasarkan kebutuhan lahan daratan dan perairan dalam rencana induk pelabuhan penyeberangan. 1. Fasilitas darat dan dasar perhitungan kebutuhan daratan untuk kegiatan pelayanan jasa/operasional langsung a. Areal gedung terminal (A) = a1 + a2 + a3 + a4 + a5 b. Areal parkir kendaraan penyeberang (A) = a * n * N * x * y c. Areal parkir kendaraan antar– jemput ( A ) = a * n1 * N * x * y * z * ⅟ n2 d. Areal fasilitas bahan bakar (berdasarkan jumlah kebutuhan BBM per hari) e. Areal fasilitas air bersih (berdasarkan jumlah kebutuhan air bersih per hari) f. Areal generator (didasarkan pada standar kebutuhan ruang untuk fasilitas listrik seluas150m2) g. Areal terminal angkutan umum dan parkir (berdasarkan daya tampung mobil yang masukdan berhenti di terminal) h. Areal fasilitas peribadatan (berdasarkan kebutuhan ruang untuk fasilitas umum danfasilitas sosial untuk fasilitas 250 penduduk pendukung yaitu seluas 60m2)
8
i. Areal fasilitas kesehatan (berdasarkan kebutuhan ruang untuk fasilitas umum dan fasilitassosial untuk fasilitas 250 penduduk pendukung yaitu seluas 60m2) 2. Fasilitas perairan dan dasar kebutuhan lahan perairan untuk kegiatan pelayanan jasa/operasional langsung a. Panjang dermaga A ≥ 1,3L b. Areal untuk sandar kapal A = 1,8L * 1,5L c. Areal kolam pelabuhan d. Lebar alur pelayaran W = 9B + 30 meter e. Areal tempal labuh kapal A=N*
* R2
f. Areal keperluan darurat g. Areal percobaan berlayar h. Areal fasilitas pembangunan dan pemeliharaan kapal
2.2 Terminal Barang Curah ( Bulk Cargo Terminal ) Muatan Curah dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu : 1. Muatan lepas yang berupa hasil tambang seperti batu bara, biji besi, bouxit dan hasil pertanian seperti beras, gula, jagung dan sebagainya; 2. Muatan cair yang diangkut dalam kapal tangki seperti minyak bumi, minyak kelapa sawit, bahan kimi cair dan sebagainya.
Terminal muatan curah harus dilengkapi dengan fasilitas penyimpanan muatan. Tipe fasilitas penyimpanan tergantung pada jenis muatan, yang bisa berupa lapangan untuk mengangkut muatan, tangki – tangki untuk minyak, silo atau gudang untuk material yang memerlukan perlindungan terhadap cuaca, atau lapangan terbuka untuk menimbun batu bara, biji besi dan bauxit.
9
Barang curah padat bisa berupa barang tambang seperti batubara, pasir besi, bauxite, material kontruksi seperti semen, pasir, batu, kerikil, atau produk pertanian seperti beras, jagung, dan gandum. Terminal untuk barang curah hasil tambang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu terminal untuk pemuatan dan pembongkaran. Operasi pemuatan muatan jancok curah ke kapal (eksport) berbeda dengan pembongkaran muatan dari kapal (import). Terminal pemuatan berada di daerah penghasil barang tambang yang mengirim muatan ke daerah yang membutuhkan. ( Triatmodjo 1992 )
2.3 Peralatan Penunjang Bongkar Muat Alat bantu bongkar muat diartikan sebagai alat bantu yang dapat di pakai untuk kelancaran kegiatan membongkar barang dari kapal ke darat atau sebaliknya. Dengan adanya alat bantu bongkar-muat yang sesuai dengan jenis barang yang akan di bongkar atau di muat maka kinerja akan lebih efektif dan efesien. 2.3.1
Perlengkapan Alat Bantu Bongkar Muat Pada Kapal Kapal di lengkapi dengan beberapa alat yang berfungsi untuk membantu
dalam mempermudah kegiatan bongkar-muat dan juga menamin keselamatan dari barang yang di angkutnya. Adapun beberapa alat bantu yang di maksud adalah: 1.
Ramp door Alat ini umumnya terdapat pada kapal jenis RORO (roll on roll out ),
merupakan jenis kapal yang diperuntukan untuk mengangkut berbagai jenis kendaraan. Fungsinya sebagai jembatan penghubung antara dermaga dan kapal. Ramp door umumnya terletak pada haluan/buritan kapal. 2.
Crane kapal ( Ship Gear ) Letaknya di bagian tengah kapal dan berfungsi untuk mengangkat kargo
dari palka kapal kemudian di pindahkan ke dermaga. Lengan dari crane harus panjang guna mempermudah memindahkan barang dari palka ke dermaga.
10
Sistem pada crane kapal serupa dengan crane pada umumnya yaitu menggunakan kabel baja, motor penggerak, dan berbagai ukuran pully sebagai pemindah daya nya. 3.
Hook Crane Hook crane terletak pada ujung kabel crane, fungsinya untuk di kaitkan pada
beban atau muatan. 4.
Jala- jala kapal Berfungsi dalam kegatan bongkar-muat Bag cargo, Box cargo, dan
sebagainya. Jala tersebut di hamparkan kemudian kargo di letakan di atas jala – jala. Lalu jala- jala tersebut di tutup dan di kaitkan pada hook crane. 5.
Spreader Guna meningkatkan produktifitas bongkar – muat, spreader tersedia dengan
berbagai kegunaan yaitu sprader untuk petikemas, spreader beam untuk general cargo, dan clamp untuk curah kering. Dengan menggunakan spreader kecepatan bongkar muat akan meningkat namun pada hakekatnya penggunaan spreader harus sesuai SWL (safety working load) pada setiap crane. 2.3.2 1.
Perlengkapan Alat Bantu Bongkar Muat Pelabuhan Harbour Mobile Crane Adalah alat bongkar-muat yang berbentuk truck yang menggendong crane
pada punggungnya, alat ini di gunakan untuk melakukan kegiatan bongkar – muat barang berupa container, bag cargo, maupun curah kering. 2.
Excavator Alat berat yang biasa digunakan dalam industri konstruksi, pertanian dan
pelabuhan. Mempunyai belalai yang terdiri dari dua tungkai, yang terdekat dengan body disebut boom dan yang mempunyai bucket (ember keruk) disebut dipper. Di pelabuhan excavator digunakan sebagai alat bantu bongkar muat muatan curah kering. 3.
Gantry crane
11
Kegiatan bongkar muat akan lebih cepat di banding menggunakan mobile crane maupun crane kapal, karena gantry crane sanggup untuk mengangkut 2 s/d 4 container ukuran 20 feet sekaligus. 4.
Level luffing gantry crane Alat ini berbentuk seperti crane kapal, lamun terletak di dermaga. Beberapa
menggunakan rel atau roda sebagai sarana berpindah tempat, alat ini dgunakan untuk berbagai jenis kargo seperti container, bag cargo maupun crane kering ( dengan penambahan alat tertentu ). 2.3.3
Produktivitas Kerja Untuk Bongkar Muat Produktivitas berarti kemampuan menghasilkan sesuatu. Sedangkan kerja
berarti kegiatan melakukan sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah mata pencahrian (Poerwadarminta, 1984 : 70). Produktivitas kerja adalah kemampuan menghasilkan suatu kerja yang lebih banyak daripada ukuran biasa yang telah umum. (The Liang Gie,1981 : 3).
Pengertian produktivitas pada dasarnya mencakup sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan di hari lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari baik dari hari ini (Sinungan, 1985 : 12). Secara teknis produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil yang dicapai (out put) dengan keseluruhan sumber daya yang diperlukan (in put). Produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran tenaga kerja persatuan waktu (Riyanto, 1986 : 22).
Produktivitas kerja untuk bongkar/muat tergantung pada istem penanganan yang dilakuukan terhadap masing – masing jenis muatan. Produktivitas kerja di suatu pelabuhan berbeda dengan pelabuhan lainnya, yang tergantung pada peralatan bongkar muat dan keterampilan tenaga kerja. ( triatmodjo 1992 ).
2.4 Kargo Kargo (dalam istilah transportasi mengacu pada freight) adalah barang atau produk yang ditransportasikan, umumnya untuk kepentingan komersial, dengan
12
menggunakan kapal laut atau pesawat. Walaupun kata "Kargo" pada masa kini juga diasosiasikan dengan barang yang diangkut dengan kereta antar-moda transportasi, mobil bak terbuka, ataupun truk.
Muatan kapal (kargo) merupakan objek dari pengangkutan dalam sistem transportasi laut, dengan mengangkut muatan sebuah perusahaan pelayaran niaga dapat memperoleh pendapatan dalam bentuk uang tambang (freight) yang sangat menentukan dalam kelangsungan hidup perusahaan dan membiayai kegiatan dipelabuhan.
Muatan kapal
laut dikelompokkan atau dibedakan menurut beberapa
pengelompokan sesuai dengan jenis pengapalan, jenis kemasan, dan sifat muatan 1. Pengelompokan muatan berdasarkan jenis pengapalan 1)
Muatan Sejenis (Homogenous Cargo) Adalah semua muatan yang dikapalkan secara bersamaan dalam
suatu kompartemen atau palka dan tidak dicampur dengan muatan lain tanpa adanya penyekat muatan dan dimuat secara curah maupun dengan kemasan tertentu. 2)
Muatan campuran (Heterogenous Cargo) Muatan ini terdiri dari berbagai jenis dan sebagian besar
menggunakan kemasan atau dalam bentuk satuan unit (bag, pallet, drum) disebut juga dengan muatan general cargo. 2. Pengelompokan muatan berdasarkan jenis kemasannya 1)
Muatan unitized Yaitu muatan dalam unit-unit dan terdiri dari beberapa jenis muatan dan
digabung dengan menggunakan pallet, bag, karton, karung atau pembungkus lainnya sehingga dapat disusun dengan menggunakan pengikat. 2)
Muatan curah (bulk cargo) Muatan curah adalah muatan yang diangkut melalui laut dalam jumlah besar. Pengertian Muatan Curah menurut Sudjatmiko (67)
13
adalah “Muatan Curah (bulk cargo) adalah muatan yang terdiri dari suatu muatan yang tidak dikemas yang dikapalkan sekaligus dalam jumlah besar”. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa muatan Bulk cargo ini tidak menggunakan pembungkus dan dimuat kedalam ruangan palka kapal tanpa menggunakan kemasan dan pada umumnya dimuat dalam jumlah banyak dan homogen. Muatan curah dibagi menjadi: •
Muatan Curah Kering Merupakan muatan curah padat dalam bentuk biji-bijian, serbuk, bubuk,
butiran
dan
sebagainya
yang
dalam
pembuatan/pembongkaran dilakukan dengan mencurahkan muatan ke dalam palka dengan menggunakan alat-alat khusus. Contoh muatan curah kering antara lain biji gandum, kedelai, jagung, pasir, semen, klinker, soda dan sebagainya. •
Muatan Curah Cair (liquid bulk cargo) Yaitu muatan curah yang berbentuk cairan yang diangkut dengan menggunakan kapal-kapal khusus yang disebut kapal tanker. Contoh muatan curah cair ini adalah bahan bakar, crude palm oil (CPO), produk kimia cair dan sebagainya.
•
Muatan curah gas
Yaitu muatan curah dalam bentuk gas yang dimampatkan, contohnya gas alam (LPG). 3) Muatan Peti Kemas Yaitu muatan berupa wadah yang dari baja, besi, aluminium yang digunakan untuk menyimpan atau menghimpun barang. (Maritime World, 2011)
2.5 Penanganan Muatan Di pelabuhan terjadi perpindahan moda transportasi, yaitu dari angkutan laut ke angkutan darat dan sebaliknya. Agar perpindahan tersebut dapat berjalan dengan lancar diperlukan kegiatan bongkar muat barang dari kapal ke dermaga atau
14
sebaliknya. Perpindahan jenis angkutan tersebut harus dapat berjalan dengan lancer, aman dan efektif. Untuk itu, diperlukan penanganan muatan yang dilakukan oleh para pekerja dengan menggunakan peralatan yang tersedia di pelabuhan. Jenis peralatan tergantung pada jenis muatan yang ditangani. Jenis muatan dapat dikelompokkan dalam bentuk 1) muatan umum (general cargo), 2) muatan curah dan 3) muatan peti kemas. Penanganan muatan setelah dibongkar dari kapal dapat dilakukan dengan cara berikut : 1.
Barang-barang dapat langsung diangkut ke tempat tujuan dengan menggunakan angkutan darat (truk, kereta api).
2.
Disimpan di gudang pelabuhan (gudang lini I dan II).
3.
Disimpan di lapangan penumpukan terbuka.
4.
Barang-barang disimpan sementara di pelabuhan untuk selanjutnya diangkut kembali dengan menggunakan kapal lain menuju lokasi tujuan akhir. (Triatmodjo, 2009)
2.6 Komponen Biaya (Cost) 2.6.1
Biaya modal (capital cost)
Capital cost adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan pelabuhan untuk pengadaan fasilitas pelabuhan dan pembangunan pelabuhan. Pengadaan alat bongkar muat dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya adalah: a. Pelaratan bongkar muat baru Pengadaan jenis ini adalah dengan membeli alat bongkar muat baru yang dimulai dari nol. Biaya yang dikeluarkan akan sangat besar, namun peralatan bongkar muat yang didapatkan juga baru. Karena membeli baru, maka dibutuhkan biaya yang besar untuk mengadakan. b. Peralatan bongkar muat bekas Pengadaan peralatan bongkar muat bekas merupakan cara yang lebih cepat untuk dilakukan. Pengadaan ini dilakukan dengan membeli peralatan bongkar muat dari pihak lain yang sebelumnya sudah pernah digunakan.
15
Biaya yang dikeluarkan lebih sedikit, namun umur ekonomis peralatan bongkar muat sudah berkurang dan sudah harus melakukan perawatan. c. Sewa peralatan bongkar muat Sewa merupakan salah satu cara dalam pengadaan peralatan bongkar muat. Sewa peralatan bongkar muat dilakukan dengan melakukan perjanjian sewa alat dengan pemilik peralatan bongkar muat untuk menggunakan alatnya dengan membayar biaya sewa sesuai dengan perjanjian.
2.6.2
Biaya operasional (operational cost) Operational cost adalah biaya-biaya tetap yang dikeluarkan sehari-hari
untuk menjadikan alat bongkar muat selalu dalam keadaan siap beroperasi. Komponen dari biaya operasional adalah gaji operator, perawatan dan perbaikan, bahan makanan, minyak pelumas, asuransi dan administrasi. Dapat ditulisakn sebagai berikut. 𝑂𝐶 = 𝑀𝑁 + 𝐼 + 𝐴𝐷………………………………………………………...…………pers. (2)
Keterangan: OC
= Operating Cost
MN
= Maintenance and Repair
I
= Insurance
AD
= Administrasi
a) Maintenance and Repair Cost Meruapakan biaya perawatan dan perbaikan untuk mempertahankan kondisi alat bongkar muat sesuai standar perusahaan, biaya ini dibagi menjadi 2 kategori yaitu:
Perawatan rutin
Meliputi perawatan mesin induk dan mesin bantu cat, banguna atas dan pengedokan, biaya perawatan ini semakin bertambah seiring umur kapal.
Perbaikan
Adanya kerusakan bagian kapal yang harus segera diperbaiki. b) Insurance cost
16
Merupaka biaya asuransi yang dikeluarkan sehubungan dengan resiko operasional alat bongkar muat yang dilimpahkan kepada perusahaan asuransi, komponen biaya ini berbentuk pembayaran premi asuransi alat bongkar muat yang besarnya tergantung dari umur alat bongkar muat. Makin tinggi resiko yang mungkin didapatkan alat bongkar muat selama beroperasi maka semakin besar pula premi yang dikenakan. Ada dua jenis asurasi yang dipakai oeh perusahaan pelayaran terhadap kapalnya yaitu: Asuransi Kecelakaan Kerja Perlindangan terhadap badan alat bongkar muat dan permesinannya. c) Administrasi Biaya administrasi diantaranya adalah biaya untuk Bahan bakar alat bongkar muat. Biaya bahan bakar tergantung pada konsumsi dari alat bongkar muat tersebut selama beroperasi. Konsumsi bahan bakar dari lama operasi alat dan kapasitas dari tangki alat bongkar muat. Umumnya bahan bakar yang biasa digunakan adalah Solar.
2.6.3
Biaya per Satua Unit (unit cost) Biaya satuan (unit cost) adalah biaya yang dikeluarkan atau diperlukan
untuk produksi satu barang. Dalam penelitian ini produksi yang dimaksud adalah pengiriman, sehingga unit cost dalam penelitian ini adalah besar biaya (cost) yang dibutuhkan untuk mengirim satu barang (kendaraan) dari asal (origin) ke tujuan (destination). Untuk menentukan unit cost perlu diketahui total biaya-biaya (TC) yang mempengaruhi pengiriman ini. 𝑇𝐶
𝑈𝐶 = 𝑇𝑂 ………………………………………………………………………per s. (5) Keterangan: UC = unit cost TC = total cost TO = total otput (jumlah barang keseluruhan yang dibongkar/muat)
17
18
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Sebagai acuan dalam pengerjaan penelitian tugas akhir ini, diperlukan adanya kerangka berfikir atau diagram alir kinerja yang jelas agar penelitian tugas akhir bisa berjalan lancar seperti berikut :
Mulai
Througput
Volume
Operasional Pelabuhan
Jenis Muatan
Jumlah Alat Curah Kering
Jenis Alat
Beli
Unit Cost
Biaya Excavator
HMC
Sewa
Skala Investasi Peralatan Bongkar Muat Pelabuhan
Selesai
Gambar 3-1 Diagram Alir Penelitian
19
Prosedur pengerjaan tugas perencanaan transportasi ini dilakukan dengan beberapa tahapan sesuai diagram alir tersebut. 3.1
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengumpulan
data tidak langsung (sekunder). Data yang diambil berupa : 1. Kondisi eksisting Pelabuhan Proboliggo. 2. Spesifikasi alat bongkar muat yang akan digunakan. 3. Biaya sewa dan beli peralatan bongkar muat. 4. Arus barang di Pelabuhan Probolinggo.
3.2
Metode Pengerjaan Penelitian 3.2.1
Tahap Latar Belakang
Tahap latar belakang digunakan sebagai proses munculnya ide awal penelitian ini. Dengan dibantu pemahaman dan fakta-fakta terhadap permasalahan. Sehingga muncul ide studi model perhitungan skala investasi. 3.2.2
Tahap Identifikasi
Setelah menentukan permasalahan yang muncul yaitu studi penentuan lokasi, dalam tahap ini diuraikan beberapa proses identifikasi terkait permasalah dalam penelitian ini yaitu proses penanganan muatan di Pelabuhan Probolinggo. Adapun beberapa identifikasi sebagai berikut : 1.
Identifikasi Arus barang
Mengidentidikasi besarnya arus barang yang dilayani di Pelabuhan Probolinggo dengan fasilitias yang tersedia. 2.
Identifikasi Jenis Muatan
Mengidentifikasi jenis muatan yang sering dilayani di Pelabuhan Probolinggo. Sehingga dapat ditentukan jenis peralatan bongkar muat yang dapat disediakan untuk melayani muatan tersebut. 3
20
Identifikasi peralatan bongkar muat
Mengidentifikasi jenis – jenis peralatan bongkar muat yang sesuai unutuk melayani muatan curah kering.
3.2.3
Tahap Analisis
Pada tahap ini akan dianalisis produktivitas dan utilitas tiap jenis alat yang akan digunakan. Kemuadian akan dianalisis juga biaya sewa dibandingkan dengan biaya beli yang memiliki unit cost terkecil. Berikut adalah tahapan hingga keluar skala investasi: 1
Penentuan alternatif alat yang dapat melayani curah kering.
2
Penentuan arus muatan yang akan dianalisis pada tugaas akhir ini.
3
Perhitungan produktivitas masing – masing alternative alat bongkar muat. Sehingga dapat diketahui waktu yang dibutuhkan masig – masing alat untuk menyelesaikan kegiatan bongkar muat di pelabuhan dengan arus tertentu.
4
Perhitungan utilitas masing – masing alat bongkar muat. Untuk menentukan kapan kondisi pelabuhan harus menambah peralatan bongkar muat.
5
Penentuan opsi pengadaan peralatan bongkar muat. Ada dua opsi yang akan dianalisis dalam tugas akhir ini yaitu opsi sewa dan opsi beli.
6
Perhitungan biaya sewa. Pada perhitungan biaya opsi sewa hanya biaya sewa saja yang menjadi komponen biayaopsi ini. Dikarenakan tarif sewa yang ada sudah termasuk biaya BBM dan biaya operator peralatan bongkar muat.
7
Perhitungan biaya beli. Pada perhitungan biaya opsi beli ada dua komponen biaya yang akan dihitung yaitu capital cost dan operational cost.
8
Perbandingan unit cost masing – masing opsi dan masing – masing alat dengan menggunakan grafik.
21
3.3
Metode Perhitungan Dalam menyelesaikan permasalah dalam penelitian ini diperlukan metode
dalam melakukan perhitungan. Metode perhitungan yang digunakan dalam analisis penelitian ini adalah sebagai berikut : 3.3.1
Perhitungan Biaya Total (Total Cost)
Dalam menghitung biaya total dapat dilakukan dengan menjumlahkan biaya tetap (fixed cost) dengan biaya variabel (variable cost). Dalam penelitian ini biaya ini biaya tetap adalah biasa sewa alat dan biaya beli alat. Sedangkan biaya variabel terdiri dari biaya BBM dan gaji operator. Karena komponen biaya tersebut bisa ada karena adanya muatan yang diangkut (bersifat variable). Persamaan yang digunakan dalam menentukan biaya total adalah sebagai berikut : 𝑇𝐶 = 𝐹𝐶 + 𝑉𝐶 Persamaan 3-1 formula biaya total
Dengan keterangan : 𝑇𝐶
:
biaya total (total cost)
𝐹𝐶
:
biaya tetap (fixeded cost)
𝑉𝐶
:
biaya variabel (variable cost)
Untuk perhitungan biaya unit adalah menggunakan formulasi sebagai berikut : 𝑈𝐶 = 𝑇𝐶⁄𝑋 Persamaan 3-2 Formula biaya unit
Dengan keterangan :
22
𝑈𝐶
:
biaya per unit (unit cost)
𝑇𝐶
:
biaya total (total cost)
X
:
Total kargo terangkut dari pelabuhan
BAB 4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kabupaten Probolinggo Kabupaten Probolinggo adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia dengan ibu kota dan pusat pemerintahan kabupaten berada di Kraksaan. Kabupaten Probolinggo merupakan salah satu kabupaten yang terletak di wilayah Tapal Kuda, Jawa Timur. Kabupaten ini dikelilingi oleh pegunungan Tengger, Gunung Semeru, dan Gunung Argopuro. Batas wilayahnya sebelah utara berbatasan dengan Selat Madura, sebelah selatan dengan Kabupaten Lumajang dan kabupaten Malang, sebelah barat berbaatasan dengan Kabupaten Pasuruan, sebelah timur dengan Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Jember dan sebelah utara bagian tengah berbatasan dengan Kota Probolinggo.
Gambar 4-1 Peta Kab. Probolinggo Kabupaten Probolinggo mempunyai semboyan "Prasadja Ngesti Wibawa". Makna semboyan : Prasadja berarti : bersahaja, blaka, jujur, bares, dengan terus terang, Ngesti berarti : menginginkan, menciptakan, mempunyai tujuan, Wibawa berarti : mukti, luhur, mulia. "Prasadja Ngesti Wibawa" berarti : Dengan rasa tulus ikhlas (bersahaja, jujur, bares) menuju kemuliaan. Kabupaten Probolinggo juga memiliki tempat wisata yang banyak diminati Wisatawan baik dari Dalam negeri maupun luar negeri. Berikut adalah nama-nama tempat wisata yang ada di Kabupaten Probolinggo:
23
Panorama Pantai Bentar Wisata Pantai Bentar termasuk Wisata Unggulan Probolinggo. Rencananya sih akan dibangun Hotel Terapung, lengkap dengan fasilitas super komplet seperti sea aquarium, swimming pool, water sport, play ground, fish pond dan tentu manggroves forest alias hutan bakau.Keunikan Pantai Bentar, bila anda beruntung, adalah penampakan Hiu Tutul alias whale shark. Biasanya mereka menampakkan diri bulan Januari-Maret. Anda cukup melihat dari pantai. Jaraknya sekitar satu kilo dari bibir pantai.Konon si hiu sedang bermigrasi dari Laut Australia karena kalender cuaca. Gunung Bromo. Gunung Bromo (dari bahasa Sanskerta: Brahma, salah seorang Dewa Utama Hindu), merupakan gunung berapi yang masih aktif dan paling terkenal sebagai objek wisata di Jawa Timur. Sebagai sebuah objek wisata, Gunung Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif di Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang. Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.Bagi penduduk Bromo, suku Tengger, Gunung Brahma (Bromo) dipercaya sebagai gunung suci. Setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo. Upacara ini bertempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara dan dilanjutkan ke puncak Gunung Bromo. Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa. Gunung Argopuro Gunung Argopuro memiliki beberapa puncak, salah satunya adalah puncak Rengganis. Selain memiliki daya tarik khas puncak gunung, di Rengganis juga terdapat situs peninggalan jaman purbakala berupa teras berundak yang terdiri dari 3 komplek area dengan 5 bekas bangunan di dalamanya. Reruntuhan bersejarah itu dipercaya sebagai bekas reruntuhan kerajaan Dewi Rengganis. Panorama Gili Ketapang.
24
Pulau Gili Ketapang adalah pulau di Selat Madura, jaraknya delapan kilometer dari bibir pantai Probolinggo, dan dihuni oleh mayoritas Suku Madura. Pulau Gili Ketapang mempunyai luas 68 hektar, dan bisa diakses melalui Pelabuhan Tanjung Tembaga. Konon dulu Pulau Gili Ketapang menyatu dengan Pulau Jawa, dan baru memisah setelah terjadi letusan Gunung Semeru yang dahsyat. Gili artinya mengalir, Ketapang adalah nama tempat tersebut.Di Gili Ketapang kita bisa snorkeling,melihat terumbu karang yang masih jernih dan pemandangan alam laut lainnya yang masih perawan. Ranu Segaran Ranu Segaran atau Danau Segaran terletak di Desa Segaran, Kecamatan Tiris. Ranu Segaran dapat ditemput dari pusat Probolinggo selama tiga puluh menit perjalanan. Jangan cemas, sepanjang perjalanan anda disuguhi pemandangan berupa pepohonan dan rangkaian pegunungan. Anda bisa sejenak singgah di Air Panas dalam perjalanan ke Danau Segaran.Ranu Segaran muncul akibat aktivitas vulkanik alias gunung berapi. Airnya masih bening, alam sekitaranya masih perawan. Pemandangannya syahdu melenakan hati. Perlu hati-hati biar anda tidak tertidur sampai malam di tempat asri ini. Candi Jabung Candi Jabung terletak di Jabung Candi, Paiton, Probolinggo adalah Candi Hindu peninggalan kerajaan Majapahit. Meski hanya dari bata merah, candi Jabung terbukti mampu bertahan selama ratusan tahun. Menurut keagamaan, Agama Budha dalam kitab Nagarakertagama Candi Jabung di sebutkan dengan nama Bajrajinaparamitapura. Dalam kitab Nagarakertagama candi Jabung dikunjungi oleh Raja Hayam Wuruk pada lawatannya keliling Jawa Timur pada tahun 1359 Masehi. Pada kitab Pararaton disebut Sajabung yaitu tempat pemakaman Bhre Gundal salah seorang keluarga raja. Air panas Desa Tiris Air Panas Desa Tiris masih termasuk kompleks Ranu Segaran, tinggal melangkah 200 meter. Wisata Air Panas Desa Tiris masih alami, hanya ada tembok pemisah yang sangat sederhana. Belum ada sentuhan manusia yang lebih heboh. Air Panas Desa Tiris bisa kita nikmati dari dekat, dan kita bisa merasakan kehangatannya. Ada air sungai yang jernih di sampingnya, dangkal sekali, cuma
25
selutut, hingga tapak kaki kita kelihatan. Sekitar sungai adalah pepohonan yang rimbun. Dan di seberangnya adalah pemandangan alam yang asri dan bagus. Panorama Madakaripura Air terjun Madakaripura terletak di Desa Negororejo, Kecamatan Lumbang. Air terjun Madakaripura masih termasuk kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Air terjun Madakaripura berbentuk ceruk yang dikelilingi perbukitan yang meneteskan air pada seluruh bidang tebingnya, tiga di antaranya mengucur deras dan membentuk air terjun lagi.Madakaripura bisa dicapai dari Probolinggo, bisa dari Malang. Kalau dari Probolinggo kita bisa ikut bus ke arah Tongas. Bilang saja mau ke air terju Madakaripura pada pak kondektur atau sopir. Anda akan berhenti di pertigaan Tongas. Lalu naik angkot. Jangan lupa nawar biar murah. Arung Jeram Sungai Pekalen Sungai Pekalen hanya sejauh 25 kilometer dari Probolinggo. Sungai Pekalen punya pemandangan yang asoy geboy, meski ya namanya juga lokasi arung jeram, agak menantang dengan belokannya yang bertebing dan juram, batu-batu lumayan besar. Sungai Pekalen ini mengalir di tiga kecamatan, yaitu Maron, Tiris dan kecamatan Gading.
4.2 Kota Probolinggo Luas wilayah kota Probolinggo sebesar 169.616,65 Ha atau kurang lebih sekitar 1.696,17 Km2. Dengan luas sebesar itu penduduk yang berada di probolinggo sebesar 1.095.370 jiwa (data sensus th 2010). Ada beberapa suku yang berada di probolinggo yaitu suku madura, jawa, tionghoa, melayu. Untuk agama yang berada di probolinggo ada Islam, Katholik, Kristen, Hindu, dan agama lainnya. Kota probolinggo memiliki 24 kecamatan terdiri dari 325 desa dan 5 kelurahan. Kota Probolinggo di pimpin oleh seorang Bupati dan Wakil Bupati, yaitu Bupati Puput Tantriana Sari (periode 2013-2018) dan Wakil Bupatinya Drs. H. Ahmad Timbul Prihanjoko (periode 2013-2018). Kota Probolinggo secara geografis terletak pada koordinat 7 43'41'- 7 49'04' Lintang Selatan dan 113 10' - 113 15' Bujur Timur, dengan garis pantai sepanjang 7 km2 dan secara umum terletak di propinsi Jawa Timur bagian Timur berbatasan dengan kota Pasuruan dan Kabupaten Lumajang.
26
Kota transit yang dilewati oleh jalur jalan propinsi yang sangat sibuk. Kota Probolinggo terletak pada ketinggian 0 - 50m di atas permukaan air laut, dengan tanah dengan karakteristik berlereng dari luas kota secara keseluruhan.
Gambar 4-2 Peta Kota Probolinggo
Pada zaman pemerintahan Prabu Radjasanagara (Sri Nata Hayam Wuruk), Raja Majapahit yang ke IV (1350-1389), Probolinggo dikenal dengan nama “Banger”, yaitu nama sebuah sungai yang mengalir di tengah daerah. Banger merupakan pedukuhan kecil di bawah pemerintahan Akuwu di Sukodono. Nama Banger sendiri dikenal dari buku Negarakertagama yang ditulis oleh pujangga kerajaan Majapahit yang terkenal yaitu Mpu Prapanca. Dalam upaya mendekatkan diri dengan rakyatnya, maka Prabu Hayam Wuruk dengan didampingi Patih Amangku Bumi Gadjah Mada melakukan perjalanan keliling ke daerah-daerah antara lain Lumajang dan Bondowoso. Perjalanan tersebut dimaksudkan agar Sang Prabu dapat melihat sendiri bagaimana kehidupan masyarakat di pedesaan dan sekaligus melihat sejauhmana perintahnya dapat dilaksanakan oleh para
27
pembantunya. Dalam perjalanan inspeksi tersebut Prabu Hayam Wuruk singgah di desa Banger, desa Baremi, dan desa Borang. Desa tersebut sekarang ini menjadi bagian wilayah administrasi Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo (Kelurahan Sukabumi, Mangunharjo, Wiroborang). Singgahnya Prabu Hayam Wuruk di desa Baremi, Banger dan Borang, disambut masyarakat sekitar dengan penuh sukacita. Pada hari Kamis Pahing (Respati Jenar) tanggal 4 september 1359 Masehi, Prabu Hayam Wuruk memerintahkan kepada rakyat Banger agar memperluas Banger dengan membuka hutan yang ada di sekitarnya yang selanjutnya akan dijadikan sebagai pusat pemerintahan. Perintah itulah yang akhirnya menjadi landasan sejarah hari lahirnya Kota Probolinggo. Banger mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring dengan perkembangan zaman. Hal ini ternyata menarik perhatian dari Bre Wirabumi (Minakjinggo), Raja Blambangan yang berkuasa. Hingga pada akhirnya Banger dapat dikuasai oleh Bre Wirabumi. Bahkan Banger pernah menjadi kancah perang saudara antara Bre Wirabumi (Blambangan) dengan Prabu Wikramardhana (Majapahit) yang dikenal dengan “Perang Paregreg”.
4.3 Pelabuhan Probolinggo Pelabuhan Probolinggo yang lebih dikenal dengan nama Tanjung Tembaga terletak pada pesisir utara sebelah timur pulau Jawa. Pelabuhan Probolinggo secara geografis terletak pada pesisir pantai perairan selat Madura pada 7”43’97” Lintang Selatan dan 113”13’16” Bujur Timur. Yang berada di wilayah kota Probolinggo, Kelurahan Mayangan, Kecamatan Mayangan, Profinsi Jawa Timur. Tempat pelelangan ikan dan pasar ikan adalah salah satu tempat favorit yang harus dikunjungi di kota Probolinggo. Pelelangan yaitu suatu kegiatan pertemuan antara penjual & pembeli dalam satu tempat. Letaknya di sebelah utara sisi kota Probolinggo, atau biasa disebut Pelabuhan Probolinggo. Kota Probolinggo memiliki dua pelabuhan. Pelabuhuan yang pertama Pelabuhan Tanjung Tembaga adalah pelabuhan yang bersejarah, karena dahulu pada zaman penjajahan Jepang pelabuhan ini sebagai tempat pendaratan tentara Jepang dan bongkar muat keperluan penjajahan.
28
Pada perkembangannya Pelabuhan Tanjung Tembaga mengalami perubahan menjadi pelabuhan ikan, bongkar muat kapal-kapal besar, pelabuhan antar pulau serta pelabuhan transit bagi kapal-kapal dari daerah lain. Pelabuhan Tanjung Tembaga merupakan pusat pasar ikan yang menawarkan pemandangan laut tenang disekitarnya. Tempat pelelangan ikan selalu ramai dikunjungi pengunjung dan pembeli disiang hari, ketika nelayan telah kembali dari memancing. Sekitar jam 1 siang, proses pelelangan dimulai. Ikan-ikan segar dapat anda beli melalui proses penawaran. Anda akan mendapatkan harga ikan yang murah, jika para nelayan membawa hasil tangkapan yang berlimpah. Disisi lain, anda dapat ikut berpartisipasi dalam aktifitas pemancingan disekitar pelabuhan atau menyewa kapal untuk mendapatkan hasil ikan yang lebih banyak. Anda juga dapat menikmati pemandangan laut dan Pulau Gili. Di pesisir, terdapat pasar ikan yang terletak dibelakang tempat pelelangan ikan. Pasar tersebut menjual ikan segar. Anda dapat membeli dengan harga relatif murah dengan menawar terlebih dahulu. Pelabuhan Tanjung Tembaga dan Pelelangan Ikan. Masyarakat kota Probolinggo sering berwisata ke Pelabuhan Tanjung Tembaga dan Pelelangan Ikan. tetapi pemandangan dan suasana yang disajikan cukup bagus. Tarif masuk hanya dikenakan terhadap kendaraan bermotor. Untuk Sepeda Motor sebesar Rp 1000 dan Mobil Rp 2000. Tanjung Tembaga merupakan Pelabuhan yang tepatnya berada di Kota Probolinggo. Pelabuhan ini termasuk dalam jajaran pelabuhan yang besar dikarenakan banyaknya kapal-kapal dari daerah lain yang singgah di Pelabuhan Tanjung Tembaga ini. Aktivitas di Pelabuhan Tanjung Tembaga sangat padat, dimana para nelayan selalu berkumpul di Pelabuhan ini setelah melakukan penangkapan ikan. Suasana di Pelabuhan ini sangat indah, namun sayangnya oleh Pemerintah Kota Probolinggo kurang dipelihara alhasil banyak sampah disana-sini dan bau ikan yang sangat tidak sedap. Hal ini cepat mendapat respon dari Pemerintah Kota Probolinggo dengan dibangunnya Pelabuhan Tanjung Tembaga II yang berada hampir berdekatan dengan Pelabuhan Tanjung Tembaga yang utama, tujuannya yaitu dipisahkannya antara Pelabuhan I yang digunakan sebagai berlabuhnya kapal-kapal dan aktivitas
29
nelayan juga pasar ikan, sedangkan di Pelabuhan Tanjung tembaga II digunakan sebagai tempat wisata yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan lokal. Suasana di Pelabuhan Tanjung Tembaga II ternyata berbeda, suasananya lebih bersih, indah serta nyaman, dan di Pelabuhan II pun banyak orang-orang memancing. Pelabuhan Tanjung Tembaga Kota Probolinggo mempunyai daya tarik sendiri, oleh karena itu mereka sepakat akan mengadakan Lomba memancing yang diadakan tanggal 20 Maret 2010. Kebanyakan ikan yang didapat dari memancing adalah ikan Krapu dan ikan Kakap.
Gambar 4-3 Peta Pelabuhan Probolinggo
4.4 Failitas Pelabuhan Proboliggo 4.4.1 Dermaga Fasilitas Pelabuhan Probolinggo untuk dermaga didanai oleh dana APBN. sedangkan untuk Fasilitas gudang atau lapangan penumpukan didanai oleh dana APBD. Pelabuhan Probolinggo mempunyai dua buah dermaga dengan keterangan sesuai dengan ( tabel 4-1 )
30
Tabel 4-1 Ukuran Dermaga Pelabuhan Probolinggo No
Fasiltas
Ukuran
Satuan
1 Dermaga APBN 1 18.5 x 93 (-6 lws) m2 2 Dermaga APBN 2 31 x 151 (- 11 lws) m2
4.4.2 Lapangan Penumpukan Pelabuhan Probolinggo memiliki lapangan penumpukan untuk general kargo sebesar 17.000 m2 dengan jarak lapangan penumpukan menuju dermaga 1 adalah 1,17 km sedangkan jarak lapangan penumpukan menuju dermaga 2 adalah 1,58 km.
Dermaga 2 Dermaga 1
Lapangan Penumpukan
Gambar 4-4 Denah Pelabuhan probolinggo 4.5 Arus Barang Secara garis besar arus barang Pelabuhan Probolinggo, sejak mulai beroperasi pada tahun 2011 mengalami peningkatan yang cukup signifikan setiap tahunnya. Berdasarkan data yang diperoleh, arus barang Pelabuhan Probolinggo selama 4 tahun beroperasi (2011 – 2014) mencapai 931,495 ton.
31
Berikut merupakan grafik arus barang Pelabuhan Probolinggo pada tahun 2011 – 2014 :
Gambar 4-5 Grafik Arus Muatan (RIP Probolinggo) Berdasarkan gambar 4-1 di atas, pada tahun 2011 rus barang Pelabuhan Probolinggo adalah sebesar 25.200 ton, kemudian mengalami kenaikan 6 kali lipat pada tahun 2012 menjadi 167,515 ton. Pada tahun 2013 arus barang Pelabuhan Probolinggo mencapai 455.963 ton, jumlah tersebut tercatat sebagai arus barang tertinggi Pelabuhan Probolinggo selama periode operasi 2011 – 2014. Tahun 2104 terjadi penurunan arus barang sebesar 32% dari tahun sebelumnya menjadi 311.741 ton.
4.5.1 Muatan Muatan yang ditangani di Pelabuhan Probolinggo dari tahun 2011 – 2014 meliputi curah cair, general cargo, dan curah kering. Dimana prosentase muatan tersebut selama 2011 - 2014 adalah curah cair 2% sebesar 22.656 ton, general cargo 3% sebesar 28.116 ton, dan curah kering 95% sebesar 880.723 ton. Sesuai dengan grafik 4 – 2.
32
Gambar 4-6 Grafik Jenis Muatan (RIP Probolinggo)
Curah kering merupakan muatan yang ditangani di Pelabuhan Probolinggo dengan prosentase tertinggi. Maka dari itu pada tugas akhir ini penulis memfokuskan untuk menganalisa muatan curah kering pada Pelabuhan Probolinggo
33
4.6 Penanganan Muatan 4.6.1 Penanganan Menggunakan Excavator Setiap pelabuhan memiliki skema penanganan muatan yang berbeda – beda. Pelabuhan Probolinggo juga memiliki skema penanganan muatan sendiri. Berikut adalah skema penanganan muatan di Pelabuhan Probolinggo.
Gambar 4-7 Proses Penanganan Muatan Menggunakan Excavator
34
Gambar 4 – 7 menjelaskan proses penanganan muatan curah kering di Pelabuhan Probolinggo, berikut penjelasan untuk proses penanganan muatan di Pelabuhan Probolinggo.
Setelah tongkang sandar di dermaga BUP Probolinggo menyiapkan peralatan bongkar muat beserta akses – akses untuk peralatan bongkar muat.
Setelah akses dan peralatan bongkar muat siap maka proses bongkar di dermaga dapat dilakukan. Saat ini alat bongkar muat yang digunakan adalah excavator dengan alat bantu untuk memindahkan muatan dari dermaga ke lapangan penumpukan berupa dump truk.
Setelah dump truck terisi penuh maka muatan akan di bawa ke lapangan penumpukan.
Setelah muatan dibongkar di lapangan penumpukan dump truck kembali ke dermaga
Proses ini berlangsung hingga muatan pada tongkang habis.
35
4.6.2 Penanganan Menggunakan HMC Pada jenis alat bongkar muat HMC sekema penanganan muatan batu bara tidak jauh berbeda dengan jenis alat excavator. Berikut adalah gambaran skema penanganan batu bara menggunakan HMC.
Gambar 4-8 Prosses Penanganan Muatan Menggunakan HMC
Gambar 4 – 8 menjelaskan proses penanganan muatan curah kering menggunakan HMC, berikut penjelasan untuk proses penanganan muatan menggunakan HMC:.
36
Setelah tongkang sandar di dermaga menyiapkan peralatan bongkar muat beserta akses – akses untuk peralatan bongkar muat seperti Hopper.
Setelah akses dan peralatan bongkar muat siap maka proses bongkar di dermaga dapat dilakukan. dengan alat bantu untuk memindahkan muatan dari HMC ke Truck digunakan hopper. Sedangkan
dari
dermaga
ke
lapangan
penumpukan
menggunakan dump truk.
Setelah dump truck terisi penuh maka muatan akan di bawa ke lapangan penumpukan.
Setelah muatan dibongkar di lapangan penumpukan dump truck kembali ke dermaga. 4.7 Peralatan Bongkar Muat Untuk melaksanakan kegiatan bongkar muat curah kering di pelabuhan dibutuhkan alat bantu bongkar muat antara lain Dump Truk, Excavator, Harbour Mobile Crane. 4.7.1 Excavator Excavator (ekskavator) adalah alat berat yang yang terdiri dari beberapa bagian yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri. Alat berat yang biasanya didominasi warna kuning tersebut terdiri dari bahu (boom), lengan arm), keranjang atau alat keruk (bucket), kabin dan tracker. Kabin berada di atas tracker yang hadir dilengkap dengan roda rantai.
37
Gambar 4-9 Excavator
Pada umumnya alat berat ekskavator digerakkan dengan tenaga hidrolis mesin diesel dan berjalan di atas kaki roda rantai. ekskavator dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam pekerjaan berat. ekskavator tidak hanya digunakan untuk pekerjaan berat di darat tetapi juga di atas air. Di Indonesia alat berat ekskavator populer disebut beko atau bego. Fungsi utama alat berat ekskavator yakni untuk memudahkan pekerjaan akskavasi atau penggalian. Berikut ini beberapa fungsi atau manfaat penggunaan dari alat berat excavator:
38
Proyek pengerukan sungai
Pembuatan sloping atau kemiringan
Pembuatan loading atau dumptuck
Pemecahan batu
Pertambangan khususnya pertambangan pit terbuka
Penghancuran bangunan
Pekerjaan kehutanan
Perataan tanah
Penggalian lubang, parit, atau pondasi suatu bangunan
Pemotongan semang
Penanganan material
Pemasangan batang pondasi
dan sebagainya
masing-masing bagian dari ekskavator memiliki fungsi penting diantaranya yaitu: Bahu : merupakan bagian tuas utama yang digunakan untuk menggerakan lengan ekskavator naik dan turun. Agar bahu bisa bergerak sempurna ada bagian yang namanya boom cylinder. Lengan : berfungsi untuk mengayunkan keranjang atau bucket naik dan turun. Adapun arm cylinder ada untuk menggerakkan lengan ekskavator. Keranjang : berfungsi mengeruk tanah dengan bucket cylinder untuk menggerakkannya. Kabin : merupakan tempat untuk mengendalikan alat berat excavator. Tracker menjadi roda atau kaki berantai bagi ekskavator agar bisa berpindah tempat. Excavator yang akan digunakan dalam tugas akhir ini memiliki kapasitas bucket sebesar 3 m3 dengan produktivitas / jam sebesar 29 ton. Konsumsi bahan bakar excavator yang dibutuhkan / jam ± 20 liter. Biaya excavator dengan opsi sewa sudah termasuk operator beserata bahan bakar sendiri per jamnya sebesar Rp 425.000.- sedangkan untuk biaya excavator jika menggunakan opsi beli adalah sebesar Rp 1.300.000,-. Sesuai tabel 4 – 2. Tabel 4-2 Spesifikasi Excavator Harga Beli Harga Sewa * Produktivitass Alat Konsumsi Bahan Bakar
Excavator Rp Rp
1,300,000,000.00 425,000.00 / Jam 29 Ton / Jam 20 Liter / Jam
39
4.7.2 Harbour Mobile Crane Harbour mobile crane (HMC) adalah sebuah jenis alat berat yang terdiri dari kerangka bahu (boom) dilengkapi tali penarik (wayroof) dan digerakkan oleh mesin di atas roda ban yang bisa berpindah-pindah di sekitar area pelabuhan. Mobile crane terbesar di Indonesia saat ini adalah type Liebherr LHM420 yang bertugas di pelabuhan untuk operasi pembongkaran kapal barang seperti kontener dan barang curah atau kargo lainnya. Crane raksasa ini berdiri di atas 64 roda yang masing-masing roda bisa berputar lebih dari 180 derajat.
Gambar 4-10 Harbour mobile Crane Harbour Mobile Crane yang akan digunakan dalam tugas akhir ini memiliki kapasitas bucket sebesar 11 m3 dengan produktivitas / jam sebesar 220 ton. Konsumsi bahan bakar Harbour Mobile Crane yang dibutuhkan / jam ± 21 liter. Biaya Harbour Mobile Crane dengan opsi sewa sudah termasuk operator beserata bahan bakar sendiri per jamnya sebesar Rp 2.430.555,- sedangkan untuk biaya Harbour Mobile Crane jika menggunakan opsi beli adalah sebesar Rp 9.740.250.000,-. Sesuai tablel 4 – 3. Tabel 4-3 Spesifikai Mobile Crane Harga Beli Harga Sewa * Produktivitas Alat Konsumsi Bahan Bakar
40
Harbour Mobile Crane Rp Rp
9,740,250,000.00 2,430,555.56 / Jam 220 Ton / Jam 21 Liter / Jam
4.7.3 Dump Truck Dump truck (dump truk) adalah truk yang isinya dapat dikosongkan tanpa penanganan. Dump truk biasa digunakan untuk mengangkut barang semacam pasir, kerikil atau tanah untuk keperluan konstruksi. Secara umum , dump truk dilengkapi dengan bak terbuka yang dioperasikan dengan bantuan hidrolik, bagian depan dari bak itu bisa diangkat keatas sehingga memungkinkan material yang diangkut bisa melorot turun ke tempat yang diinginkan.
Gambar 4-11 Dump Truck Dump Truck yang ada di Indonesia kini sudah diproduksi banyak usaha menengah karoseri, dimana usaha industri menengah ini bermitra kerja dengan usaha industri otomotif bermesin besar. Itulah sebabnya kini semakin bertambah usaha karoseri di Indonesia seiring dengan kebutuhan moda transportasi industri. Dump truck digunakan membantu proses bongkar muat muatan dari dermaga menuju lapangan penumpukan atau sebaliknya. Dump truck yag akan digunakan dalam tugas akhir ini memiliki kapasitas bak sebesar 22 m3 dengan produktivitas terhadap excavator sebesar 25,24 ton / jam dan terhadap HMC sebesar 102,43 tom / jam. Konsumsi bahan bakar dump truck yang dibutuhkan / jam ± 4,21 liter. Biaya dump truck dengan opsi sewa sudah termasuk supir beserta bahan bakar sendiri per jamnya sebesar Rp 131.944,- sedangkan untuk
41
biaya dump truck jika menggunakan opsi beli adalah sebesar Rp 750.000.000,. Sesuai table 4 – 4. Tabel 4-4 Spesifikasi Dump Truck Dump Truck Harga Beli Rp Harga Sewa Rp Kapasitas Bak Produktifitas Dump Truck dengan alat Excavator Produktifitas Dump Truck dengan alat HMC Konsumsi Bahan Bakar
42
750,000,000.00 131,944.00 22 25.24 102.43 4.21
/ Jam Ton Ton / Jam Ton / Jam Liter / Jam
BAB 5 ANALISIS SKALA INVESTASI Dalam tugas akhir ini akan di analisis bagaimana penentuan pemilihan alat bongkar muat serta model pengadaan alat bongkar muat pada Pelabuhan Probolinggo. Model pengadaan alat bongkar muat yang akan di kaji pada tugas akhir ini adalah opsi sewa dan opsi beli. Pada tugaas akhir ini metode untuk menentukan pemilihan alat beserta model pengadaannya adalah menggunakan grafik. 5.1 Muatan 5.1.1
Arus Muatan
Arus muatan yang digunakan sebagai data awal untuk melakukan analisis pada tugas akhir ini adalah data arus muatan Pelabuhan Probolinggo dari tahun 2011 – 2014. Berikut grafik arus muatan yang dilayani di Pelabuhan Probolinggo dari tahun 2011 – 2014.
Gambar 5-1 Grafik Arus Muatan (RIP Probolinggo) Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa selama 2011 – 2013 muatan yang dilayani di Pelabuhan Probolinggo mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Kemudian pada tahun 2014 mengalami sedikit penurunan.
43
5.1.2
Jenis Muatan
Ada beberapa muatan yang dilayani di Pelabuhan Probolinggo Karena Pelabuhan Probolinggo merupakan pelabuhan General Cargo. Berikut adalah tabel muatan yang dilayani di Pelabuhan Probolinggo selama 2011 – 2014. Tabel 5-1 Data Muatan Pelabuhan Probolinggo (RIP Probolinggo) No 1 2 3 5 6 7 8 9 10
Jenis Muatan Aspal Curah Material Proyek Batu Bara BBM Beras Jagung Kayu Kertas Tepung Tapioka
Jumlah (Ton) 6,700 251,027 590,212 518 2,750 62,288 3,489 3,874 10,637
Dari tabel di atas dapat diketahui muatan yang dilayani di Pelabuhan Probolinggo. Muatan – muatan pada tabel diatas dapat dikelompokkan lagi menurut jenisnya, karena tiap jenis muatan membutuhkan cara penanganan serta fasilitas pelabuhan yang berbeda. Berikut grafik pengelompokan muatan pada tabel 5 – 1 menurut jenisnya.
Gambar 5-2 Grafik Penglompokan Jenis Muatan (RIP Probolinggo)
44
Dari grafik di atas diketahui bahwa muatan yang paling sering dilayani di Pelabuhan Probolinggo adalah jenis muatan curah kering, dimana selama 2011 – 2014 95% muatan yang dilayani di Pelabuhan Probolinggo adalah jenis muatan curah kering Dari keterangan tabel 5-1 bahwa muatan yang paling sering dilayani di Pelabuhan Probolinggo selama tahun 2011 – 2014 adalah batu bara maka penulis menjadikan muatan batu bara sebagai fokusan jenis muatan dalam penilitian tugas akhir ini. 5.1.3
Arus Batu Bara
Batu bara merupakan muatan yang paling sering dilayani di Pelabuhan Probolinggo, maka pada tugas akhir ini batu bara menjadi fokusan muatan yang akan dianalisis oleh penulis. Berikut grafik arus batu bara di Pelabuhan Probolinggo selama 2011 – 2014.
Gambar 5-3 Grafik Arus Batu Bara Dari grafik di atas dapat diketahui arus muatan batu bara dari tahun 2011 – 2014 dimana pada tahun 2013 – 2014 arus batu bara mulai stabil dengan jumlah muatan sebesar ± 200.000 ton.
45
5.2 Peralatan Bongkar Muat Dalam tugas akhir ini akan dibandingkan 2 jenis peralatan bongkar muat yaitu Excvator dan Harbour Mobile Crane. Excavator dan Harbour Mobile Carane dalah alat bantu bongkar muat yang di gunakan untuk melayani muatan curah keraing di Pelabuhan. Berikut akan di jelaskan spesifikasi kedua alat tersebut. 5.2.1
Excavator
Excavator yang akan dianalisa pada tugas akhir ini memiliki produktivitas sebesar 29 ton / jam. Biaya pengadaan alat dengan opsi sewa sebesar Rp 425.000,-/ jam sedangan pengadaan dengan opsi beli sebesar Rp 1.300.000,-. Kebutuhan bahan bakar Excavator ± 20 liter / jam. * Harga sewa sudah termasuk bahan bakar dan operator. Tabel 5-2 Spesifikasi Excavator Excavator Rp Rp
Harga Beli Harga Sewa * Produktivitass Alat Konsumsi Bahan Bakar *Harga sewa sudah termasuk BBM dan Operator
5.2.2
1,300,000,000.00 425,000.00 / Jam 29 Ton / Jam 20 Liter / Jam
Harbour Mobile Crane
Harbour Mobile Crane yang akan dianalisa pada tugas akhir ini memiliki produktivitas sebesar 220 ton / jam. Biaya pengadaan alat dengan opsi sewa sebesar Rp 2.430.555,- / jam sedangan pengadaan dengan opsi beli sebesar Rp 9.740.250.000,-. Kebutuhan bahan bakar HMC ± 21 liter / jam. * Harga sewa sudah termasuk bahan bakar dan operator.
Tabel 5-3 Harbour Mobile Crane Harbour Mobile Crane Harga Beli Rp Harga Sewa * Rp Produktivitas Alat Konsumsi Bahan Bakar *Harga sewa sudah termasuk BBM dan Operator
46
9,740,250,000.00 2,430,555.56 / Jam 220 Ton / Jam 21 Liter / Jam
5.2.3
Dump Truck
Dump Truck yang akan dianlisa pada tugas akhir ini memiliki kapasitas bak sebear 22 ton, dengan produktivitas dari dermaga ke lapangan penumpukan terhadap excavator sebesar 25,24 ton / jam sedangkan terhadap HMC sebesar 102,43 ton / jam. Biaya pengadaan alat dengan opsi sewa sebesar Rp 131.944,/ jam sedangan pengadaan dengan opsi beli sebesar Rp 750.000.000,-. Kebutuhan bahan bakar Dump truck ± 4.21 liter / jam. *Harga sewa sudah termasuk bahan bakar dan supir Tabel 5-4 Spesifikasi Dump Truck Dump Truck Harga Beli Rp Harga Sewa Rp Kapasitas Bak Produktifitas Dump Truck dengan alat Excavator Produktifitas Dump Truck dengan alat HMC Konsumsi Bahan Bakar
5.2.4
750,000,000.00 131,944.00 22 25.24 102.43 4.21
/ Jam Ton Ton / Jam Ton / Jam Liter / Jam
Penentuan Jumlah Truk
Dump truk digunakan untuk membantu proses bongkar muat dari dermaga menuju lapangan penumpukan dan dari lapangan penumpukan menuju dermaga. Jumlah dump truk yang dibutuhkan untuk masing – masing jenis alat berbeda – beda tergantung dari produktivitas alat tersebut. Tabel 5-5 Jumlah Truck Jumlah Alat
Produktivitas Alat (ton / jam )
Jumlah truck untuk tiap alat
Excavator HMC Dump Truk Exc Dump Truk HMC Excavator 1 29 220 25.24 102.43 2 2 58 440 50.48 204.86 3 3 87 75.73 307.29 4 4 116 100.97 409.72 5 5 146 126.21 512.15 6 6 151.45 7 176.70 8 201.94 9 227.18
HMC 3 5
Dari table tersebut dapat diketahui jumlah truk untuk masing – masing jenis alat serta jumlah truk untuk tiap banyaknya masing – masing alat. Berikut adalah kebutuhan dump truck tiap alat :
47
Keterangan Tabel Excavator
HMC
1 Excavator
: 2 Dump Truk
1 HMC
: 3 Dump Truk
2 Excavator
: 3 Dump Truk
2 HMC
: 5 Dump Truk
3 Excavator
: 4 Dump Truk
4 Excavator
: 5 Dump Truk
5 Excavator
: 6 Dump Truk
5.2.5
Penentuan Jumlah Alat
Penentuan jumlah alat bongkar muat di Pelabuhan Probolinggo ditentukan berdasarkan beasarnya muatan yang akan ditangani di Pelabuhan Probolinggo. Banyaknya jumlah alat bongkar muat dapat diketahui dari seberapa besar muatan yang mampu ditangani oleh alat tersebut dalam satu tahun.
Gambar 5-4 Penentuan Jumlah Alat Dari grafik diatas dapat diketahui jumlah alat yang diperlukan untuk setiap kondisi arus muatan. Berikut adalah keterangan dari grafik diatas.
48
Keterangan Excavator
2 HMC
100 rb - 250 rb ton
: 1 unit
300 rb - 500 rb ton
: 2 unit
550 rb - 750 rb ton
: 3 unit
800 rb - 1 jt ton
: 4 unit
100 rb - 1 Jt
:
1 unit
5.3 Perhitungan Biaya Dalam tugas akhir ini akan dibandingkan dua model / opsi pengadaan peralatan bongkar muat yaitu pengadaan dengan opsi sewa dan pengadaan dengan opsi beli. Tiap masing – masing opsi pengadaan memiliki komponen biaya yang berbeda. Maka akan dihitung unit cost masing – masing opsi pengadaan peralatan bongkar muat untuk dibandingkan opsi mana yang memiliki unit cost paling minimum. Metode yang akan digunakan untuk membandingkan unit cost adalah metode perbandingan grafik. Berikut akan dijelaskan komponen biaya pada masing – masing opsi pengadaan peralatan bongkar muat. 5.3.1
Komponen Biaya Sewa
Opsi sewa merupakan salah satu opsi pengadaan peralatan bongkar muat yang akan dikaji dalam tugas akhir ini. Pada opsi sewa komponen biaya yang akan dihitung hanya biaya sewa peralatan bongkar muat, dikarenakan tarif sewa peralatan bongkar muat sudah termasuk biaya operator serta bahan bakar alat. Biaya sewa dihitung berdasarkan lama pemakaian alat sehingga semakin lama pemakaian alat akan semakin mahal biaya sewa yang harus dikeluarkan. Tabel 5-6 Biaya Sewa Excavator Sewa Arus Muatan / tahun Jumlah Produktifitas / jam Jam Kerja Alat / tahun Biaya Sewa Alat Jumlah Dump Truck BBM Dump Truck / Jam Harga Sewa Dump Truck Biaya BBM Total Unit Cost
Rp
Rp Rp Rp Rp
HMC Sewa
200,000 ton 1 unit 29 ton 6,873 jam 2,920,962,199.31 2 unit 4.21 Liter 1,813,663,230.24 298,027,491.41 5,032,652,920.96
Arus Muatan / tahun Jumlah Produktifitas / jam Jam Kerja Alat / tahun Biaya Sewa Alat Jumlah Dump Truck BBM Dump Truck / Jam Harga Sewa Dump Truck Biaya BBM Total
25,163.26 / unit Unit Cost
Rp
Rp Rp Rp Rp
200,000 ton 1 unit 220 ton 909 jam 2,209,595,959.60 3 unit 4.21 Liter 359,847,272.73 59,131,363.64 2,628,574,595.96 13,142.87 / unit
49
Dari tabel tersebut dapat diketahui besarnya biaya yang harus diketluarkan untuk masing – masing alat juka menggunakan opsi sewa. 5.3.2
Komponen Biaya Beli
Opsi beli merupakan salah satu opsi pengadaan peralatan bongkar muat yang akan dikaji dalam tugas akhir ini. Pada opsi beli komponen biaya yang akan dikaji cukup kompleks. Komponen biaya untuk opsi beli antara lain adalah capital cost dan operasional cost. Tabel 5-7 Biaya Beli Excavator
Excavator Beli Arus Muatan / Tahun Jumlah Produktifitas / jam Waktu Bongkar / tahun
200,000 1 29 6,873
ton unit ton jam
Operasional Cost Jumlah Operator Gaji Operator / tahun Jumlah Supir Dump Truck Gaji Supir Dump Truck / tahun Asuransi Perawatan Biaya BBM Excavator Biaya BBM Dump Truck
2 orang Rp
96,000,000.00 4 orang
Rp
153,600,000.00 1% 2% 1,127,147,766.32 298,027,491.41
Rp Rp Kapital Cost Excavator Biaya investasi Rp 1,300,000,000.00 Pinjaman Rp 1,300,000,000.00 Bunga Pinjaman 10% Masa Pinjaman (Tenor) (tahun) 5 Grace Period (tahun) 0 Pembayaran (N kali/ tahun) 1 Angsuran per thn (342,936,725.03) Umur ekonomis (tahun) 15 Nilai Akhir bangunan (Book Value) 0 Depresiasi Rp 86,666,666.67 Kapital Cost Dump Truck Biaya investasi Rp 1,500,000,000.00 Pinjaman Rp 1,500,000,000.00 Bunga Pinjaman 10%
50
Masa Pinjaman (Tenor) (tahun) Grace Period (tahun) Pembayaran (N kali/ tahun) Angsuran per thn
5 0 1 (395,696,221.19)
Umur ekonomis (tahun)
15
Nilai Akhir bangunan (Book Value) Depresiasi Total Biaya Unit cost
0 Rp Rp Rp
100,000,000.00 4,224,809,051.88 21,124.05
/ unit
Dari tabel tersebut dapaat diketahui besarnya biaya yang di perlukan untuk pengadaan Excavator dengan opsi beli. Tabel 5-8 Biaya Beli HMC HMC Beli Arus Muatan / Tahun Jumlah Produktifitas / jam Waktu Bongkar / tahun
200,000 1 220 909
ton unit ton jam
Operasional Cost Jumlah Operator Gaji Operator / tahun Jumlah Supir Dump Truck Gaji Supir Dump Truck / tahun Asuransi Perawatan Biaya BBM HMC Biaya BBM Dump Truck
2 orang Rp
144,000,000.00 6 orang
Rp
Rp Rp Kapital Cost HMC Rp Rp
230,400,000.00 1% 2% 156,545,454.55 59,131,363.64
Biaya investasi 9,740,250,000.00 Pinjaman 9,740,250,000.00 Bunga Pinjaman 10% Masa Pinjaman (Tenor) (tahun) 5 Grace Period (tahun) 1 Pembayaran (N kali/ tahun) 1 Angsuran per thn (3,211,816,765.39) Umur ekonomis (tahun) 15 Nilai Akhir bangunan (Book Value) 0 Depresiasi Rp 649,350,000.00 Kapital Cost Dump Truck Biaya investasi Rp 2,250,000,000.00
51
Pinjaman Bunga Pinjaman Masa Pinjaman (Tenor) (tahun) Grace Period (tahun) Pembayaran (N kali/ tahun) Angsuran per thn Umur ekonomis (tahun) Nilai Akhir bangunan (Book Value) Depresiasi Total Biaya Unit Cost
Rp
Rp Rp Rp
2,250,000,000.00 10% 5 0 1 (593,544,331.79) 15 0 150,000,000.00 7,736,995,415.36 38,684.98 / unit
Dari tabel tersebut dapaat diketahui besarnya biaya yang di perlukan untuk pengadaan Haarbour Mobile Crane dengan opsi beli.
5.4 Perbandingan Unit Cost Setelah didapatkan total biaya tiap jenis alat dan tiap opsi pengadaan perlu diketahui unit cost untuk membandingkan biaya penanganan muatan per tonnya. Unit cost sendiri dapat di dapatkan dari total biaya dibagi arus muatan. Tabel 5-9 Unit Cost Excavator HMC Beli Sewa Beli Sewa Rp 21,124.05 Rp 25,163.26 Rp 38,684.98 Rp 13,142.87
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa untuk muatan 200.000 ton / tahun opsi pengadaan alat yang memiliki biaya paling murah per tonnya adalah opsi beli untuk excavator dan opsi sewa untuk HMC. 5.5 Perbandingan Grafik Unit Cost Pada tugas akhir ini akan dibandingkan unit cost dari tiap alat dan tiap opsi pengadaan alat. Perbandingan unit cost akan di lakukan dengan metode analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas akan dilakukan pada unit cost terhadap arus muatan. Berikut adalah asil perbandingan dari tiap skenario
52
5.5.1
Skenario I
Skenario I merupakan perhitungan investasi dari masing – masing alat bongkar muat baik Excavator maupun Harbour Mobile Crane serta perhitungan investasi dari masing – masing opsi pengadaan tiap alat bongkar muat baik opsi sewa maupun opsi beli
Gambar 5-5 Skenario I Grafik 5 - 3 Skenario I. merupakan perbandingan unit cost opsi sewa dan opsi beli masing – masing jenis alat bongkar muat terhadap arus barang di pelabuhan. Adapun penjelasan grafik tersebut adalah sebagai berikut : Excavator = Untuk perbandingan 1 Excavator. Saat arus muatan < 150.000 ton maka opsi sewa merupakan opsi pengadaan alat bongkar muat yang memiliki unit cost paling rendah. Sedangkan saat arus muatan >150.000 ton maka opsi beli lah yang memiliki unit cost lebih rendah. Pada kondisi ini kemampuan maksimal 1 excavator menangani muatan adalah pada arus muatan 250.000 ton.
Harbour Mobile Crane = Untuk perbandingan 1 Harbour Mobile Crane. Saat arus muatan < 650.000 ton maka opsi sewa merupakan opsi pengadaan alat bongkar muat yang memiliki unit cost paling rendah. Sedangkan saat arus
53
muatan >650.000 ton maka opsi beli lah yang memiliki unit cost lebih rendah. Pada kondisi ini kemampuan maksimal 1 Harbour Mobile Crane menangani muatan adalah pada arus muatan 1.700.000 ton. 5.5.2
Skenario II
Sekenario II merupakan perhitungan investasi dari Excavator serta perhitungan investasi dari masing – masing opsi pengadaan tiap alat bongkar muat baik opsi sewa maupun opsi beli.
Gambar 5-6 Skenario 2
Grafik 5-4. Skenario II adalah sekenario dimana alat bongkar muat yang digunakan lebih dari satu alat. Grafik tersebut menunjukkan perbandigan unit cost dari setiap alat bongkar muat serta opsi pengadaan perlatan bongkar muat, baik opsi sewa maupun opsi beli. Adapun penjelasan grafik diatas adalah sebagai berikut :
150.000 ton = Saat arus muatan di pelabuhan < 150.000 ton maka 1 Excavator dengan opsi sewa merupakan opsi pengadaan alat bongkar muat yang memiliki unit cost terendah. Dengan unit cost sebesar Rp. 25.163,-.
54
250.000 ton = Saat arus muatan di pelabuhan sebesar 150.000 ton – 250.000 ton maka 1 Excavator dengan opsi beli merupakan opsi pengadaan alat bongkar muat yang memiliki unit cost terendah. Dengan unit cost maksimum sebesar Rp. 21.124,- dan minimum sebesar Rp. 17.648,-.
400.000 ton = Saat arus muatan di pelabuhan 250.000 ton - 400.000 ton maka 1 Excavator dengan opsi beli dan 1 Excavator dengan sistem sewa merupakan opsi pengadaan alat bongkar muat yang memiliki unit cost terendah. Dengan unit cost maksimum sebesar Rp. 21.578,- dan minimum sebesar Rp. 20.393,-.
500.000 ton = Saat arus muatan di pelabuhan 400.000 ton - 500.000 ton maka 2 Excavator dengan opsi beli merupakan opsi pengadaan alat bongkar muat yang memiliki unit cost terendah. Dengan unit cost maksimum sebesar Rp. 19.562,- dan minimum Rp. 16.097,-.
650.000 ton = Saat arus muatan di pelabuhan 500.000 ton – 650.000 ton maka 2 Excavator dengan opsi beli dan 1 Excavator dengan opsi sewa merupakan opsi pengadaan alat bongkar muat yang memiliki unit cost terendah. Dengan unit cost maksimum sebesar Rp. 19.683,- dan minimum Rp. 17.557,-.
750.000 ton = Saat arus muatan di pelabuhan 650.000 ton - 750.000 ton maka 3 Excavator dengan opsi beli merupakan opsi pengadaan alat bongkar muat yang memiliki unit cost terendah. Dengan unit cost maksimum sebesar Rp. 17.077,- dan minimum Rp. 15.198,-.
900.000 = Saat arus muatan di pelabuhan 800.000 ton - 900.000 ton maka 3 Excavator dengan opsi beli dan 1 Excavator dengan opsi sewa merupakan opsi
55
pengadaan alat bongkar muat yang memiliki unit cost terendah. Dengan unit cost maksimum sebesar Rp. 16.039,- dan minimum Rp. 16.294,-.
1.000.000 ton = Saat arus muatan di pelabuhan 900.000 ton - 1.000.000 ton maka 4 Excavator dengan opsi beli merupakan opsi pengadaan alat bongkar muat yang memiliki unit cost terendah. Dengan unit cost maksimum sebesar Rp. 15.970,- dan minimum Rp. 14.746,-.
5.5.3 Skenario III Dalam melakukan perbandingan unit cost dapaat juga di tambahkan komponen biaya ya itu opportunity cost untuk pemilihan jenis alat. Opportunity cost sendiri merupakan biaya dari waktu yang hilang dikarenakan lamanya proses bongkar muat. Komponen ini didapatkan dari selisih waktu antara Excavator dan Harbour Mobile Crane, jumlah barang yang belum ditangani, nilai barang yang belum ditangani, suku bunga. Berikut grafik perbandingan dari unit cost yang ditambahkan opportunity cost.
Gambar 5-7 Skenario 3 Pada grafik 5 – 5 skenario 3 dapat di lihat garis putus – putus dimana garis pada grafik tersebut menunjukkan nilai unit cost yang sudah termasuk opportunity cost. Dari tabel tersebut terlihat pada garis utuh berwarna hijai dan biru yang menunjukkan unit cost maasing – masing alat sebelum dimasukkan
56
perhitungan opportunity cost, terlihat bahwa Excavator selalu memiliki unit cost yang lebih kecil dari pada Harbour Mobile Crane, sedangkan pada garis putus – putus dapat diketahui bahwa saat muatan < 200.000 ton maka unit cost pada excavator lebih kecil dari pada Harbour Mobile Crane. Sedangkan pada muatan > 200.000 ton Harbour Mobile Crane memiliki nili unit cost yang lebih kecil.
57
58
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1
Pada kondisi eksisting biaya yang harus dikeluarkan BUP untuk pengadaan alat adalah. a. Excavator dengan opsi sewa sebesar Rp 5.032.652.920,b. Excavator dengan opsi beli sebesar Rp 4.224.809.051,c. HMC dengan opsi sewa sebesar Rp 2.628.574.595,d. HMC dengan opsi beli sebesar Rp 7.736.995.415,-
2
Analisis pengadaan peralatan bongkar muat sebagai berikut : 1. Skenario I merupakan perhitungan investasi dari masing – masing alat bongkar muat baik Excavator maupun Harbour Mobile Crane serta perhitungan investasi dari masing – masing opsi pengadaan tiap alat bongkar muat baik opsi sewa maupun opsi beli a. Untuk pengadaan 1 Excavator Saat arus muatan di pelabuhan < 150.000 ton maka opsi sewa merupakan opsi pengadaan alat bongkar muat yang memiliki unit cost paling rendah. Sedangkan saat arus muatan 150.000 ton - 250.000 ton maka opsi beli merupakan opsi pengadaan alat yang memiliki unit cost lebih rendah. b. Untuk pengadaan 1 Harbour Mobile Crane. Saat arus muatan di pelabuhan < 650.000 ton maka opsi sewa merupakan opsi pengadaan alat bongkar muat yang memiliki unit cost paling rendah. Sedangkan saat arus muatan 650.000 ton - 1.700.000 ton maka opsi beli merupakan opsi pengadaan alat yang memiliki unit cost lebih rendah. 2. Skenario II merupakan perhitungan investasi dari Excavator serta perhitungan investasi dari masing – masing opsi pengadaan tiap alat bongkar muat baik opsi sewa maupun opsi beli.
59
a. Saat arus muatan di pelabuhan < 150.000 ton maka 1 Excavator dengan opsi sewa merupakan opsi pengadaan alat bongkar muat yang memiliki unit cost terendah. b. Saat arus muatan di pelabuhan sebesar 150.000 ton - 250.000 ton maka 1 Excavator dengan opsi beli merupakan opsi pengadaan alat bongkar muat yang memiliki unit cost terendah. c. Saat arus muatan di pelabuhan 250.000 ton - 400.000 ton maka 1 Excavator dengan opsi beli dan 1 Excavator dengan sistem sewa merupakan opsi pengadaan alat bongkar muat yang memiliki unit cost terendah. d. Saat arus muatan di pelabuhan 400.000 ton - 500.000 ton maka 2 Excavator dengan opsi beli merupakan opsi pengadaan alat bongkar muat yang memiliki unit cost terendah. e. Saat arus muatan di pelabuhan 500.000 ton – 650.000 ton maka 2 Excavator dengan opsi beli dan 1 Excavator dengan opsi sewa merupakan opsi pengadaan alat bongkar muat yang memiliki unit cost terendah. f. Saat arus muatan di pelabuhan 650.000 ton - 750.000 ton maka 3 Excavator dengan opsi beli merupakan opsi pengadaan alat bongkar muat yang memiliki unit cost terendah. g. Saat arus muatan di pelabuhan 800.000 ton - 900.000 ton maka 3 Excavator dengan opsi beli dan 1 Excavator dengan opsi sewa merupakan opsi pengadaan alat bongkar muat yang memiliki unit cost terendah. h. Saat arus muatan di pelabuhan 900.000 ton - 1.000.000 ton maka 4 Excavator dengan opsi beli merupakan opsi pengadaan alat bongkar muat yang memiliki unit cost terendah. 3. Skenario III a. Saat muatan < 200.000 ton maka unit cost pada excavator lebih kecil dari pada Harbour Mobile Crane. Sedangkan pada muatan > 200.000 ton Harbour Mobile Crane memiliki nili unit cost yang lebih kecil.
60
6.2 Saran Saran untuk penelitian selajutnya adalah : 1. Menentukan proyeksi arus muatan di Pelabuhan Probolinggo agar dapat diketahui kapan kondisi pada perhitungan tugas akhir ini dapat diberlakukan. 2. Melakukan analisis kelayakan investasi pada perhitungan tugas akhir ini.
61
62
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2017. http://www.bps.go.id/ (diakses januari 2017, 11). Maritime World. 2011. http://www.maritimeworld.web.id/2011/04/pengertianmuatan.html (diakses September 16, 2016). Oktaviani, Nina. Analisis Hubungan Antara Fasilitas dan Peralatan Pelabuhan dengan Daya Lalu (Throughput), Studi Kasus : Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Surabaya: Bidang Studi Transportasi Laut Jurusan Teknik Perkapalan FTK-ITS, 2015. Triatmodjo, Bambang. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset, 2009. Tukan, Marcus. Pengembangan Pelabuhan Berbasis Model Ekonomi Wilayah Kepulauan. Disertasi, Surabaya: Program Doktor Bidang Keahlian Teknik Transportasi Kelautan FTK-ITS, 2013. Velsink, H. Port and Terminals. Delft. Netherlands, 2012.
63
64
LAMPIRAN 1. Data Muatan 2. Data Pelabuhan 3. Data Alat Bongkar Muat 4. Perhitungan Biaya 5. Analisis Sensitivitas
65
BIODATA PENULIS Nama lengkap penulis adalah Hendra Darma, dilahirkan di Surabaya, Jawa Timur pada tanggal 15 Juni 1993. Penulis adalah anak sulung dari 2 bersaudara. Orang tua penulis Ayahanda Ir. Gonot Hendrasmono dan Ibunda Mamik Srikandi. Penulis telah menempuh pendidikan formal dimulai dari TK Tunas Pertiwi Rungkut, Surabaya, SDN Penjaringan Sari II, Surabaya 1999 2005 , SMPN 6 Surabaya 2005- 2008, berlanjut ke SMAN 4 Surabaya 2008-2011, dan pada tahun 2011 Penulis diterima di Jurusan Transportasi Laut, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember dengan NRP 4411.100.031. Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi, menjabat sebagai staff Departemen Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa (2012/2013) dan berlanjut sebagai Kepala Divisi Kaderisasi Mahasiswa Jurusan Transportasi Laut di tahun kepengurusan setelahnya. Bagi pembaca yang ingin menghubungi penulis bisa melalui alamat email:
[email protected].