Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 205-217
Tersedia Online di http://pasca.um.ac.id/conferences/index.php/snbk ISSN 2579-9908
MODEL PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MENCEGAH PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA SISWA DI KABUPATEN PANGKEP Hasbahuddin STIKIP Andi Matappa Pangkep E-mail:
[email protected] ABSTRAK Pendidikan merupakan hal terpenting untuk membentuk kepribadian dan karakter manusia. Pendidikan itu tidak selalu berasal dari pendidikan formal seperti sekolah atau perguruan tinggi. Pendidikan informal dan non formal pun memiliki peran yang sama untuk membentuk kepribadian, terutama anak atau peserta didik. Pendidikan merupakan hal terpenting untuk membentuk kepribadian dan karakter manusia. Kenyataannya terdapat berbagai ketimpangan dan perilaku buruk yang muncul di kalangan pelajar. Salah satu yang paling meresahkan adalah penyalahgunaan narkoba. Penyalahgunaan narkoba adalah kecenderungan penggunaan suatu zat yang dapat mempengaruhi fungsi tubuh manusia berupa obat-obatan yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia tanpa petunjuk dokter, tanpa indikasi, dan tidak bertujuan medis. Peran Guru BK diharapkan dapat mencegah kecenderungan penyalahgunaan narkoba dengan memberikan layanan informasi yang memadai untuk menanamkan nilai karakter pada diri siswa. Layanan informasi yang memuat pengembangan diri diharapkan dapat mengembangkan karakter siswa sehingga kecenderungan penyalahgunaan narkoba dapat dicegah. Pendidikan karakter adalah usaha sadar manusia untuk mengembangkan keseluruhan dimensi kehidupan baik dari dalam maupun dari luar dirinnya agar bertanggung jawab atas dirinya sendiri berdasarkan nilai-nilai moral yang ada. Model pendidikan karakter yang digunakan adalah model diluar pengajaran dalam hal ini model pengembangan diri. Metode yang digunakan pada pelaksanaan pendidikan karakter ini adalah (1) metode percakapan/ aktif learning dan (2) metode inspiring session (cerita & keteladanan). Melalui model pendidikan karakter ini diharapkan kepada seluruh guru dan pemerhati pendidikan, hendaknya dapat bekerjasama dengan konselor dalam menangani masalah-masalah siswa khusunya untuk kecenderungan penyalahgunaan narkoba pada siswa melalui pelaksanaan pendidikan karakter, sehingga masalah-masalah yang dialami oleh siswa dapat tertangani secara tepat, cepat dan bijaksana. Kata Kunci: pendidikan karakter, penyalahgunaan narkoba
informal dan pendidikan non formal yang
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal terpenting
selama ini berjalan terpisah satu dengan yang
untuk membentuk kepribadian dan karakter
lainnya. Mereka tidak saling mendukung
manusia. Pendidikan itu tidak selalu berasal
untuk peningkatan pembentukan kepribadian
dari pendidikan formal seperti sekolah atau
peserta didik. Setiap lembaga pendidikan
perguruan tinggi. Pendidikan informal dan
tersebut berjalan masing-masing sehingga
non formal pun memiliki peran yang sama
yang terjadi sekarang adalah pembentukan
untuk membentuk kepribadian, terutama anak
pribadi
atau peserta didik. Memperhatikan ketiga
misalnya anak bersikap baik di rumah, namun
jenis pendidikan di atas, ada kecenderungan
ketika keluar rumah atau berada di sekolah ia
bahwa
melakukan perkelahian antarpelajar, bergaul
pendidikan
formal,
pendidikan 205
peserta
didik
menjadi
parsial,
206 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 205-217
tidak sewajarnya. Sikap-sikap seperti ini
yang menyimpang seperti penggunaan obat
merupakan
terlarang (Indiyah, 2005).
bagian
dari
penyimpangan
moralitas dan prilaku sosial pelajar (Suyanto dan Hisyam, 2000: 194).
dan
data
statistik
BNNP
Sulawesi selatan tahun 2016 dapat dilihat
Oleh karena itu, ke depan dalam rangka membangun
Berdasarkan
melakukan
penguatan
pada table berikut: Tabel 1. Data Statistik BNNP Sulawesi Selatan Tahun 2016
peserta didik perlu mensinergiskan ketiga komponen lembaga pendidikan. Upaya yang
Tahun No
Uraian
dapat dilakukan salah satunya adalah pendidik dan orangtua berkumpul bersama mencoba
Penyalahgu naan narkoba kelompok coba pakai Penyalahgu naan narkoba kelompok teratur pakai Penyalahgu naan narkoba kelompok Pecandu bukan suntik Penyalahgu naan narkoba kelompok Pecandu suntik
1.
memahami gejala-gejala anak pada fase negatif,
yang
meliputi
keinginan
untuk
2.
menyendiri, kurang kemauan untuk bekerja, mengalami kejenuhan, ada rasa kegelisahan, ada
pertentangan
sosial,
ada
3.
kepekaan
emosional, kurang percaya diri, mulai timbul minat pada lawan jenis, adanya perasaan malu
4.
yang berlebihan, dan kesukaan berkhayal (Mappiare dalam Suyanto dan Hisyam, 2000: 186-87). Dengan mempelajari gejala-gejala
Jumlah
2011
2012
2013
2014
2015
30.48 5
32.5 25
35.3 56
38.2 67
41.2 59
19.73 3
20.6 06
22.0 00
23.4 44
24.9 35
39.70 4
40.9 77
43.3 14
45.7 45
48.2 67
9.404
9.74 1
10.3 29
10.9 39
11.5 71
99.32 6
103. 849
110. 999
118. 395
126. 032
negatif yang dimiliki anak remaja pada umumnya, orangtua dan pendidik akan dapat
Banyak
pihak
yang
menanggapi
menyadari dan melakukan upaya perbaikan
fenomena diatas. Kritik terhadap sistem
perlakuan sikap terhadap anak dalam proses
pendidikan
pendidikan formal, non formal dan informal.
dilayangkan. Pendidikan kita dinilai terlalu
Hal tersebut di atas, tidak sejalan dengan dunia
pendidikan
akhir-akhir
ini
yang
dan
pembelajaran
pun
menonjolkan sisi kognisi tetapi minus emosi dan
moral.
Sebagian
bahkan
menilai
digoncangkan oleh fenomena yang tidak
pendidian Indonesia terkesan mekanistik, full
menggembirakan. Berbagai peristiwa yang
hafalan dan mematikan kreativitas siswa.
muncul dan memberikan pengaruh pada
Kondisi ini tentu mencemaskan berbagai
kehidupan peserta didik dalam hal perilaku
pihak, apalagi melihat dari pendapat Lickona (2003) bahwa terdapat sepuluh tanda perilaku
Hasbahuddin, Model Pendidikan Karakter... 207
manusia yang menunjukkan arah kehancuran
diharapkan dapat mengembangkan karakter
suatu
meningkatnya
siswa
remaja;
penyalahgunaan narkoba dapat di cegah.
bangsa,
kekerasan
yaitu
di
(1)
kalangan
(2)
ketidakjujuran yang membudaya; (3) semakin
Upaya
sehingga
untuk
kecenderungan
mengembangkan
dan
tingginya rasa tidak hormat kepada orang tua,
menanamkan nilai karakter siswa, dibutuhkan
guru dan figure pemimpin; (4) pengaruh peer
suatu model layanan yang tepat untuk
group terhadap tindakan kekerasan; (5)
mengembangkan diri siswa dengan basis
meningkatnya kecurigaan dan kebencian; (6)
pendidikan
penggunaan
(7)
kecenderungan penyalahgunaan narkoba pada
penurunan etos kerja; (8) menurunnya rasa
siswa, maka penulis menyusun sebuah model
tanggung jawab individu dan warga Negara;
pendidikan
(9) meningkatnya perilaku merusak diri; (10)
kecenderungan penyalahgunaan narkoba pada
semakin kaburnya pedoman moral.
siswa di Kabupaten Pangkep.
bahasa
yang
buruk;
Pemerhati dan pelaku pendidikan telah mencoba membenahi sistem pendidikan dan kurikulum
karakter
karakter
untuk
mencegah
untuk
mencegah
PEMBAHASAN Narkoba
dengan menawarkan berbagai
Dalam istilah sederhana NAPZA berarti
solusi. Salah satunya dengan pendidikan
zat apapun juga apabila dimasukkan keda1am
berbasis karakter. Pendidikan karakter di
tubuh manusia, dapat mengubah fungsi fisik
dalam kurikulum sekolah dengan lingkungan
dan/atau psikologis. NAPZA psikotropika
pembelajaran
menjadikan
berpengaruh terhadap system pusat syaraf
kekuatan yang harus diberikan kepada siswa,
(otak dan tulang belakang) yang dapat
khususnya siswa sekolah menengah sebagai
mempengaruhi
wadah pembentukan perilaku. Hal ini sejalan
kesadaran seseorang.
yang
kondusif
dengan pemikiran Campbell (2005) bahwa pengaruh-pengaruh
lingkungan
dipandang
relevan dalam pembentukan perilaku siswa. Peran
Guru
BK
diharapkan
dapat
perasaan,
persepsi
dan
Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisintetis
yang
dapat
mencegah kecenderungan penyalahgunaan
menyebabkan penurunan atau perubahan
narkoba tersebut dengan memberikan layanan
kesadaran,
informasi yang memadai untuk menanamkan
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
nilai karakter pada diri siswa. Layanan
menimbulkan ketergantungan.
informasi yang memuat pengembangan diri
hilangnya
rasa,
mengurangi
208 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 205-217
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan
penyalahgunaan kecenderungan
mengenai
pengertian
narkoba
Meskipun
demikian,
(personality)
baik
maupun
kepribadian
karekter
berwujud
adalah
tingkah laku yang ditunjukkan ke lingkungan
penggunaan suatu zat yang
sosial. Keduanya relativ permanen menuntun,
dapat mempengaruhi fungsi tubuh manusia
mengarahkan
berupa obat-obatan yang dimasukkan ke
aktivitas individu.
dalam tubuh manusia tanpa petunjuk dokter,
dan
mengorganisasikan
Selain itu dalam panduan pendidikan
tanpa indikasi, dan tidak bertujuan medis.
budaya
dan
Pendidikan Karakter
KEMENDIKNAS
karakter (2010:
bangsa
3)
dinyatakan
Karakter meliputi sikap seperti keinginan
bahwa karakter adalah watak, tabiat, akhlak,
untuk melakukan hal yangterbaik, kapasitas
atau kepribadian seseorang yang terbentuk
intelektual seperti berfikir kritis dan alasan
dari hasil internalisasi berbagai kebajikan
moral, perilaku seperti berkata jujur dan
(virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai
bertanggungjawab, mempertahankan prinsip-
landasan
prinsip
bersikap, dan bertindak.
moral
dalam
situasi
penuh
ketidakadilan, kecakapan interpersonal dan
untuk
cara
Selanjutnya
pandang,
berpikir,
Lickona
(2003)
emosional yang memungkinkan seseorang
mengemukakan bahwa karakter berkaitan
berinteraksi secara efektif dalam berbagai
dengan konsep moral (moral knowing), sikap
keadaan dan komitmen untuk berkontribusi
moral (moral feeling) dan perilaku moral
dengan
(moral
komunitas
dan
masyarakatnya.
behavior).
Berdasarkan
ketiga
Karakteristik adalah realisasi perkembangan
komponen tersebut dapat dinyatakan bahwa
positif sebagai individu (intelektual, social,
karakter
emosional
yang
pengetahuan tentang kebaikan, keinginan
berkarakter baik adalah seseorang yang
untuk berbuat baik dan melakukan perbuatan
berusaha
kebaikan.
dan
etika).
melakukan
Individu
hal
yang
terbaik
(Battistich,2008). Karakter
baik
Lickona
didukung
(2003)
oleh
selanjutnya
menguraikan bahwa konsep moral memiliki (2006:8)
komponen kesadaran moral, pengetahuan
diartikan sebagai gambaran tingkah laku yang
moral, pandangan ke depan, penalaran moral,
menonjolkan nilai benarsalah, baik-buruk,
pengambilan keputusan dan pengetahuan diri.
baik
implisit.
Kemudian sikap moral memiliki komponen
Karakter berbeda dengan kepribadian, karena
kata hati, rasa percaya diri, empati, cinta,
pengertian kepribadian dibebaskan dari nilai.
kebaikan, pengendalian diri dan kerendahan
secara
menurut
yang
eksplisit
Alwisol
maupun
Hasbahuddin, Model Pendidikan Karakter... 209
diri. Sedangkan perilaku moral terdiri dari
relasional
antarpribadi
dengan
berbagai
komponen moral dimiliki seseorang akan
macam pribadi dengan berbagai macam
membentuk karakter yang baik atau tangguh
dimensi, baik dari dalam maupun dari luar
atau unggul.
dirinya, agar pribadi itu semakin bertanggung jawab atas pertumbuhan dirinya sendiri Konsep
sebagai pribadi dan perkembangan orang lain
moral
dalam hidup mereka berdasarkan nilai-nilai moral Sikap moral
Perilaku moral
yang
Selanjutnya pendidikan karakter menurut (Gunawan, 2012: 24) “segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter
pendidikan
sebagai
kemartabatan
manusia (Koesoema, 2012: 57)
Gambar 1. Keterkaitan antara ketiga komponen moral dalam rangka pembentukan karakter yang baik menurut Lickona
Posisi
menghargai
pemberi
peserta
membentuk
didik
watak
dan yang
membantu mencakup
masukan pengetahuan tentang moral dan
keteladanan perilaku, cara berbicara, toleransi
kebaikan kepada peserta didiknya, jelas
dan berbagai hal terkait lainnya.
menjadi rujukan penting untuk pembentukan
Berdasarkan uraian para ahli tersebut di
karakter siswa yang diharapkan. Dan salah
atas,
satu program pendidikan yang disusun untuk
pengaplikasian nilai moral (pengetahuan dan
itu adalah Bimbingan dan Konseling yang
perasaan), baik secara eksplisit maupun secara
bertujuan untuk mendorong lahirnya peserta
inplisit dalam dalam bentuk tingkah laku.
didik yang berperilaku baik. Siswa yang
Sedangkan pendidikan karakter adalah usaha
tumbuh dalam karakter yang baik, maka
sadar
melakukan
dan
keseluruhan dimensi kehidupan baik dari
cenderung memiliki tujuan hidup. Hal ini
dalam maupun dari luar dirinnya agar
sesuai dengan pendapat Battistich (2008)
bertanggung
bahwa pendidikan karakter yang efektif akan
berdasarkan nilai-nilai moral yang ada.
ditemukan di sekolah yang memungkinkan
Tujuan Pendidikan Karakter
sesuatu
dengan
benar
semua peserta didik menunjukkan potensi
maka
pengertian
manusia
untuk
jawab
atas
karakter
adalah
mengembangkan
dirinya
sendiri
Tujuan pendidikan budaya dan karakter
mereka untuk mencapai tujuan yang sangat
bangsa (KEMENDIKNAS, 2010) yaitu:
penting.
1) Mengembangkan
Usaha
sadar
mengembangkan
manusia
keseluruhan
untuk dinamika
potensi
kalbu/nurani/
afektif peserta didik sebagai manusia dan
210 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 205-217
warganegara yang memiliki nilai-nilai
berperilaku baik; ini bagi peserta didik
budaya dan karakter bangsa;
yang telah memiliki sikap dan perilaku
2) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;
bangsa; 2) Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam
3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa; 4) Mengembangkan
yang mencerminkan budaya dan karakter
pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat; dan 3) Penyaring:
kemampuan
untuk
menyaring
budaya
peserta
bangsa sendiri dan budaya bangsa lain
didik menjadi manusia yang mandiri,
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya
kreatif, berwawasan kebangsaan; dan
dan karakter bangsa yang bermartabat.
5) Mengembangkan lingkungan kehidupan
Dari uraian tersebut di atas, maka fungsi
sekolah sebagai lingkungan belajar yang
pendidikan karakter adalah mengembangkan
aman,
jujur,
penuh
kreativitas
dan
potensi
persahabatan,
serta
dengan
rasa
pendidikan, dan menyaring budaya yang
kebangsaan
yang
tinggi
dan
penuh
kekuatan (dignity).
dengan
memperbaiki
karakter
bangsa
kiprah
yang
bermartabat.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka tujuan
sesuai
manusia,
pendidikan
karakter
Nilai Karakter Bangsa
adalah
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam
mengembangkan seluruh potensi individu
pendidikan budaya dan karakter bangsa
melalui
(KEMENDIKNAS, 2010) diidentifikasi dari
pengembangan
nilai
religious,
kepemimpinan, tanggung jawab, mandiri,
sumber-sumber berikut ini.
kreatif,
1) Agama: masyarakat Indonesia adalah
berwawasan
lingkungan,
amanah,
kebangsaan, jujur,
peduli
kreatif
dan
masyarakat beragama. Oleh karena itu,
bersahabat untuk diterapkan dalam bentuk
kehidupan individu, masyarakat, dan
perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
bangsa selalu didasari pada ajaran agama
Fungsi Pendidikan Karakter
dan
Fungsi pendidikan budaya dan karakter
kepercayaannya.
Secara
politis,
kehidupan kenegaraan pun didasari pada
bangsa (KEMENDIKNAS, 2010) adalah:
nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas
1) Pengembangan:
potensi
dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai
pribadi
pendidikan budaya dan karakter bangsa
peserta
didik
pengembangan untuk
menjadi
Hasbahuddin, Model Pendidikan Karakter... 211
harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.
4) Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki
2) Pancasila: negara kesatuan Republik
setiap
warga
negara
Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip
dikembangkan
kehidupan kebangsaan dan kenegaraan
pendidikan di berbagai jenjang dan jalur.
yang
Tujuan pendidikan nasional
disebut
Pancasila.
Pancasila
oleh
Indonesia,
berbagai
satuan
memuat
terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan
berbagai nilai kemanusiaan yang harus
dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal
dimiliki warga negara Indonesia. Oleh
yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya,
karena itu, tujuan pendidikan nasional
nilai-nilai
yang
dalam
adalah sumber yang paling operasional
Pancasila
menjadi
yang
dalam pengembangan pendidikan budaya
terkandung nilai-nilai
mengatur kehidupan
politik, hukum,
ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan
dan karakter bangsa. Berdasarkan
keempat
sumber
nilai
seni. Pendidikan budaya dan karakter
tersebut di atas, teridentifikasi sejumlah nilai
bangsa bertujuan mempersiapkan peserta
untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa
didik menjadi warga negara yang lebih
(KEMENDIKNAS, 2010) sebagaimana yang
baik, yaitu warga negara yang memiliki
dijelaskan pada table berikut:
kemampuan, kemauan, dan menerapkan
Tabel 2. Nilai Pendidikan Karakter Bangsa
nilainilai Pancasila dalam kehidupannya
Nilai 1. Religius
sebagai warga negara. 3) Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak
ada
manusia
yang
hidup
bermasyarakat yang tidak didasari oleh
2. Jujur
nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar
3. Toleransi
dalam pemberian makna terhadap suatu konsep
dan
antaranggota
arti
dalam
masyarakat
komunikasi itu.
Posisi
budaya yang demikian penting dalam kehidupan
masyarakat
4. Disiplin
5. Kerja Keras
mengharuskan
budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.
6. Kreatif
Deskripsi Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaikbaiknya. Berpikir dan melakukan sesuatu
212 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 205-217
7. Mandiri
8. Demokratis
9. Rasa Ingin Tahu
10. Semangat Kebangsaan
11. Cinta Tanah Air
12. Menghargai Prestasi
13. Bersahabat/ Komuniktif 14. Cinta Damai
15. Gemar Membaca
16. Peduli Lingkungan
17. Peduli Sosial 18. Tanggungjawab
untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial
dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Dari uraian 18 karakter tersebut di atas, maka model pendidikan karakter kali ini hanya mengambil sebagian saja, antara lain (1) tanggung jawab, (2) toleransi, (3) peduli sosial,
(4)
bersahabat/komunikatif,
(5)
mandiri, dan (6) kreatif. Model Pendidikan Karakter Keberhasilan dalam menyelenggarakan dan
menanamkan
melalui
nilai-nilai
kehidupan
pendidikan karakter dapat
pula
dipengaruhi oleh cara atau pendekatan yang dipergunakan dalam menyampaikan. Menurut Suparno, dkk. (2002: 42-44) ada empat model pendekatan penyampaian pendidikan karakter. Pendekatan tersebut adalah: a) Model sebagai mata pelajaran tersendiri Dalam model pendekatan ini pendidikan karakter
dianggap
pelajaran
sebagai
tersendiri.
suatu
Oleh
mata
karenanya
pendidikan karakter memiliki kedudukan yang sama dan diperlakukan sama seperti pelajaran atau bidang studi lain. Dalam hal ini guru bidang studi pendidikan karakter harus mempersiapkan kurikulum,
dan
mengembangkan
mengembangkan
silabus,
membuat Rancangan Proses Pembelajaran (RPP),
metodologi
evaluasi pendidikan
pembelajaran,
pembelajaran. karakter
dalam jadwal pelajaran
dan
Konsekuensinya
harus
dirancangkan
Hasbahuddin, Model Pendidikan Karakter... 213
secara terstruktur. Kelebihan dari pendekatan
setiap bidang studi. Dampaknya siswa akan
ini antara lain materi yang disampaikan
lebih terbiasa dengan nilai-nilai yang sudah
menjadi lebih terencana matang/terfokus,
diterapkan dalam berbagai seting. Sedangkan
materi yang telah disampaikan lebih terukur.
sisi kelemahannya adalah pemahaman dan
Sedangkan kelemahan pendekatan ini adalah
persepsi tentang nilai yang akan ditanamkan
sangat tergantung pada tuntutan kurikulum,
harus jelas dan sama bagi semua guru.
kemudian
tersebut
Namun, menjamin kesamaan bagi setiap guru
seolah-olah hanya menjadi tanggung jawab
adalah hal yang tidak mudah, hal ini
satu orang guru semata, demikian pula
mengingat latar belakang setiap guru yang
dampak yang muncul pendidikan karakter
berbeda-beda. Di samping itu, jika terjadi
hanya
perbedaan penafsiran nilai-nilai di antara guru
penanaman
menyentuh
nilai-nilai
aspek
kognitif,
tidak
menyentuh internalisasi nilai tersebut.
sendiri akan menjadikan siswa justru bingung.
b) Model terintegrasi dalam semua bidang
c) Model di luar pengajaran.
studi
Penanaman
Pendekatan
kedua
pendidikan
dalam
karakter dapat juga ditanamkan di luar
menyampaikan pendidikan karakter adalah
kegiatan pembelajaran formal. Pendekatan ini
disampaikan secara terintegrasi dalam setiap
lebih
bidang pelajaran, dan oleh karena itu menjadi
penanaman nilai melalui suatu kegiatan untuk
tanggunmg jawab semua guru (Washington,
dibahas dan kemudian dibahas nilai-nilai
et.all, 2008 ). Dalam konteks ini setiap guru
hidupnya. Model kegiatan demikian dapat
dapat memilih materi pendidikan karakter
dilaksanakan oleh guru sekolah yang sampiri
yang sesuai dengan tema atau pokok bahasan
tugas tersebut atau dipercayakan kepada
bidang studi. Melalui model terintegrasi ini
lemabaga
maka setiap guru adalah pengajar pendidikan
Kelebihan pendekatan ini adalah siswa akan
karakter tanpa kecuali. Keunggulan model
mendapatkan pengalaman secara langsung
terintegrasi pada setiapbidang studi antara lain
dan konkrit. Sedangkan kelemahannya adalah
setiap guru ikut bertanggung jawab akan
tidak ada dalam struktur yang tetap dalam
penanaman nilai-nilai hidup kepada semua
kerangka pendidikan dan pengajaran di
siswa, di samping itu pemahaman akan nilai-
sekolah, sehingga akan membutuhkan waktu
nilai pendidikan karakter cenderung tidak
yang lebih lama dan biaya yang lebih banyak.
bersifat
yang
nilai-nilai
informatif-kognitif,
melainkan
bersifat aplikatif sesuai dengan konteks pada
mengutamakan
lain
untuk
pengolahan
dan
melaksanakannya.
214 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 205-217
d) Model gabungan.
perspektif ini maka konselor sekolah dituntut
Model gabungan adalah menggabungkan
untuk dapat menyampaikan informasi serta
antara model terintegrasi dan model di luar
mengajak
dan
memberikan
penghayatan
pelajaran secara bersama. Model ini dapat
secara langsung tentang berbagai informasi
dilaksanakan dalam kerja sama dengan tim
nilai-nilai karakter.
baik oleh guru maupun dalam kerja sama
Dari uraian model tersebut di atas, maka
dengan pihak luar sekolah. Kelebihan model
model pendidikan karakter yang digunakan
ini adalah semua guru terlibat, di samping itu
yang yaitu model pengajaran yang merujuk
guru dapat belajar dari pihak luar untuk
pada strategi sebagaimana dijelaskan oleh
mengembangkan
Newman
menerima
diri
informasi
dan
siswa.
tentang
Siswa
nilai-nilai
dan
mengemukakan
Logan empat
sekaligus juga diperkuat dengan pengalaman
pembelajaran, yaitu:
melalui
1) Mengidentifikasi
kegiatankegiatan
yang
terencana
dengan baik. Mengingat
(Makmun,
2003)
unsur
dan
strategi
menetapkan
spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) pendidikan
karakter
dan sasaran (target) yang harus dicapai,
merupakan salah satu fungsi dari pendidikan
dengan mempertimbangkan aspirasi dan
nasional maka sepatutnya pendidikan karakter
selera masyarakat yang memerlukannya.
ada pada setiap materi pelajaran. Oleh karena
2) Mempertimbangkan dan memilih jalan
itu, pendekatan secara terintegrasi merupakan
pendekatan utama (basic way) yang paling
pendekatan minimal yang harus dilaksanakan
efektif untuk mencapai sasaran.
semua tenaga pendidik sesuai dengan konteks
3) Mempertimbangkan
tugas masing-masing di sekolah, termasuk
langkah-langkah
dalam hal ini adalah konselor sekolah.
dtempuh sejak titik awal sampai dengan
Namun, bukan berati bahwa pendekatan yang
sasaran.
paling sesuai adalah dengan model integratif.
dan
(steps)
4) Mempertimbangkan
menetapkan yang
dan
akan
menetapkan
Pendekatan gabungan tentu akan lebih baik
tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran
lagi, karena siswa bukan hanya mendapatkan
(standard) untuk mengukur dan menilai
informasi semata melainkan juga siswa
taraf keberhasilan (achievement) usaha.
menggali
Selanjutnya
nilai-nilai
pendidikan
karakter
menurut
Kemp
(dalam
melalui kegiatan secara kontekstual sehingga
Senjaya, 2008) dikemukanan bahwa strategi
penghayatan siswa lebih mendalam dan tentu
pembelajaran
saja lebih menggembirakan siswa. Dari
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
adalah
suatu
kegiatan
Hasbahuddin, Model Pendidikan Karakter... 215
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
guru BK. Kelebihan pendekatan ini adalah
secara efektif dan efisien.
bahwa siswa akan mendapatkan penglaman
Selain itu Model Pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
secara langsung dan konkrit. Metode Pelaksanaan Pendidikan Karakter Menurut (Saleh, 2012: 12) ada 7 langkah
disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata
dalam
lain, model pembelajaran merupakan bungkus
Membangun ketajaman visi, 2) Membangun
atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
kompetensi
metode, dan teknik pembelajaran. Berkenaan
efektif, 4) Melatih kepedulian sosial, 5)
dengan model pembelajaran, Bruce dan Weil
Menjadi terdepan, 6) Bersikap profesional, 7)
(2000) mengetengahkan 4 (empat) kelompok
Kembangkan diri dan jadi pemimpin diri
model
sendiri.
pembelajaran,
interaksi
sosial;
(2)
yaitu:
(1)
model
model
pengolahan
membangun
diri,
Selanjutnya
karakter
yaitu:
3) Menciptakan
(Koesoema,
2012:
1)
hidup
70)
informasi; (3) model personal-humanistik;
menyatakan bahwa metode efektif sebagai
dan (4) model modifikasi tingkah laku.
sarana untuk mencapai tujuan pendidikan
Lebih lanjut Bruce dan Weil (2000: 135136)
mensyaratkan
antara
lain:
1)
Menyerambah
pembelajaran
keseluruh kehidupan sekolah, 2) Prioritas
memilki karakter yaitu (1) memiliki sintaks,
nilai dan keutamaan, 3) Mengembangkan tiga
(2) mermiliki sistem sosial, (3) memiliki
dimensi pengolahan hidup, 4) Pengembangan
prinsip
sistem
organisasi dan manajemen, 5) Pengembangan
pendukung, (5) memiliki dampak belajar
kultur sekolah yang menumbuhkan (caring
langsung.
community),
reaksi,
model
karakter
(4)
memiliki
Dari uraian para ahli tersebut di atas, maka
model
pendidikan
karakter
6)
Eksplisit,
direncanakan,
terpadu, 7) Pertumbuhan motivasi individu, 8)
yang
Pengembangan profesional, 9) Kerja sama
digunakan adalah model diluar pengajaran
dengan banyak pihak, 10) Terintegrasi dalam
dalam hal ini model pengembangan diri.
kurikulum, 11) Memberikan ruang bagi
Pengembangan
diri
siswa
merupakan
tindakan, 12) Kepemimpinan pendidikan
tanggungjawab
guru
BK
sekolah.
karakter, 13) Sistem evaluasi berkesinam-
di
Pelaksanaan model ini lebih mengutamakan pengolahan
dan
penanaman
bungan.
nilai-nilai
Selain itu, metode pendidikan karakter
karakter melalui kegiatan tersendiri yang
yang di rumuskan oleh (Gunawan, 2012: 88)
dilakukan oleh petugas tertentu dalam hal ini
yaitu: 1) Metode percakapan, 2) Metode
216 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 205-217
cerita, 3) Metode perumpamaan, 4) Metode keteladanan, 5) Metode pembiasaan, 6) Metode janji dan ancaman. Dari
uraian
Saran Kepada seluruh guru dan pemerhati pendidikan, hendaknya dapat bekerjasama
metode
pelaksanaan
dengan konselor dalam menangani masalah-
pendidikan karakter tersebut di atas, maka
masalah
metode yang digunakan pada pelaksanaan
kecenderungan penyalahgunaan narkoba pada
pendidikan karakter ini adalah (1) metode
siswa
percakapan/aktif learning dan (2) metode
karakter, sehingga masalah-masalah yang
inspiring session (cerita & keteladanan).
dialami oleh siswa dapat tertangani secara
PENUTUP
tepat, cepat dan bijaksana.
Kesimpulan
DAFTAR RUJUKAN
Penyalahgunaan
narkoba
adalah
kecenderungan penggunaan suatu zat yang dapat mempengaruhi fungsi tubuh manusia berupa obat-obatan yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia tanpa petunjuk dokter, tanpa indikasi, dan tidak bertujuan medis. Pendidikan karakter adalah usaha sadar manusia untuk mengembangkan keseluruhan dimensi kehidupan baik dari dalam maupun dari luar dirinnya agar bertanggung jawab atas dirinya sendiri berdasarkan nilai-nilai moral yang ada. Model
pendidikan
karakter
yang
digunakan adalah model diluar pengajaran dalam hal ini model pengembangan diri. Metode yang digunakan pada pelaksanaan pendidikan karakter ini adalah (1) metode percakapan/aktif learning dan (2) metode inspiring session (cerita & keteladanan)
siswa
melalui
khusunya
pelaksanaan
untuk
pendidikan
Alwisol. 2006 .Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Battistich,Voctor.2008. Character Education, Prevention and Poditive Youth Development. Illnois: University Of Missouri. BNNP Sulawesi Selatan. 2016 (on line, diakses13 Maret 2017) Bruce. Et al. 2000. Models of Teaching. 6th Ed. Allyn & Bacon: London Gunawan, H. 2012. Pendidikan Karakter “Konsep dan Implementasi”. Bandung: Alfabeta Indiyah. 2005. Faktor-faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA: Studi Kasus Pada Narapidana Di lp klas ii/a Wirogunan Yogyakarta. Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 4 No. I September 2005 : 87 – 104 (on line) Kementerian Pendidian Nasional. 2010. Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2015. Edisi revisi Koesoema, A. D. 2012. Pendidikan Karakter ”Utuh dan Menyeluruh”. Yogyakarta: Kanisius Lickona. 2003. CEP`s Eleven Principles of Effecive Character Education. Washington: Character Education Partnership. Makmun, A. S. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja.
Hasbahuddin, Model Pendidikan Karakter... 217
Saleh, M. 2012. Pendidikan Karakter Untuk Generasi Bangsa. Jakarta: Erlangga Senjaya, W.. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Suparno, dkk. 2002. Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah.Yogyakarta: Kanisius Suyanto & Hisyam, D. 2000. Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium III: Refleksi dan Reformasi. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa