Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016
MODEL PEMILIHAN MODA KERETA REL LISTRIK DENGAN JALAN TOL JAKARTA – BANDARA SOEKARNO-HATTA Kevin Harrison1 dan Najid2 1
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. Let. Jend S. Parman No.1 Jakarta 11440 Email:
[email protected] 2 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. Let. Jend S. Parman No.1 Jakarta 11440 Email:
[email protected] ABSTRAK Bandara Soekarno-Hatta yang berada di Tangerang, Banten adalah bandara komersial yang menjadi prasarana bagi warga Jakarta. Saat ini akses yang menghubungkan Jakarta dengan bandara Soekarno-Hatta adalah jalan Tol dan jalan non Tol. Bertambahnya jumlah penerbangan dan kapasitas bandara Soekarno-Hatta mengakibatkan kemacetan pada akses jalan Tol Jakartabandara Soekaro-Hatta yang didominasi oleh pengguna mobil pribadi. Penyediaan jalur Kereta Rel Listrik (KRL) yang menghubungkan Jakarta dengan bandara Soekarno-hatta diharapkan dapat mengurai kepadatan lalu lintas pada akses jalan Tol Jakarta – bandara Soekarno-Hatta. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik pelayanan KRL dari stasiun Gambir ke bandara Soekarno-Hatta, mengetahui karakteristik pelayanan mobil pribadi di jalan Tol Jakarta – bandara Soekarno-Hatta dan, membuat model pemilihan moda KRL terhadap jalan Tol. Untuk mengetahui itu maka dilakukan analisis choice model dengan menggunakan tiga variabel yaitu biaya, waktu tempuh, dan waktu tunggu. Analisis dilakukan dengan stated preference method dan menggunakan regresi linier dengan bantuan perangkat lunak SPSS versi 23. Dari data yang didapat 60% responden menggunakan mobil pribadi dan 48% membutuhkan waktu 30 – 60 menit untuk melakukan perjalanan dari Jakarta ke bandara Soekarno-Hatta. Dari hasil analisis didapat model pilihan untuk menggunakan KRL dipengaruhi oleh harga, waktu tempuh dan, waktu tunggu, dengan persamaan regresi : Y = 4.271 – 0.503 X1 – 0.254 X2 – 0.051 X3. Koefisien determinasi sebesar 57,1% artinya, kemampuan variabel bebas dalam memprediksi nilai variabel terikat sebesar 57,1%. Kata kunci: Kereta Bandara, Pemilihan moda, Mobil pribadi
1. PENDAHULUAN Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota Negara Republik Indonesia, menjadi pusat kegiatan ekonomi negara. Banyaknya kegiatan di Jakata menyebabkan masalah transportasi diantaranya adalah kemacetan lalu lintas di jalan. Masalah kemacetan bukan hanya terjadi di dalam Jakarta, tetapi juga di jalan penghubung Jakarta dengan daerah penyokong yaitu, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Kemacetan yang terjadi dan terus bertambah mendorong pemerintah untuk terus memperbaiki dan menambah prasarana dan praprasarana transportasi. Pembangunan prasarana dan praprasarana dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kendaraan umum dan kendaraan pribadi. Peningkatan pelayanan transportasi termasuk peningkatan pelayanan antara simpul - simpul transportasi baik terminal, stasiun, pelabuhan, dan bandar udara. Akhir-akhir ini perjalanan dengan menggunakan moda transportasi udara semakin tinggi, dengan demikian perjalanan ke dan dari bandar udara semakin tinggi sehingga dapat menurunkan pelayanan jalan yang menghubungi bandar udara tersebut. Mengingat bandar udara terkait dengan kegiatan pariwisata
TS-40
Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016 dan jadwal penerbangan di bandar udara sangat ketat maka pelayanan jalanan yang menghubungkan bandar udara tersebut perlu mendapat perhatian ekstra dari pemerintah. Bandar udara (bandara) adalah kawasan yang digunakan sebagai tempat pesawat mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi. Bandara Soekarno-Hatta adalah bandara yang berada di Tangerang, Banten. Bandara Soekarno-Hatta dikelola oleh PT Angkasa Pura II. Bandara ini merupakan pintu masuk ke Jakarta karena merupakan salah satu bandara yang dapat diakses dari Jakarta. Bukan hanya untuk Jakarta, tetapi bandara Soekarno-Hatta menjadi prasarana bagi warga Jabodetabek. Seiring dengan bertambahnya kapasitas bandara Soekarno-Hatta, permintaan perjalanan pada akses penghubung bandara dengan Jakarta akan bertambah. Sampai saat ini Tol Jakarta – bandara Soekarno-Hatta menjadi satu-satunya akses yang menghubungkan bandara dengan Jakarta. Sedangkan akses penghubung antar kota Jabodetabek terdapat jalan dan Kereta Rel Listrik (KRL). Tetapi, KRL belum dapat melayani perjalanan Jakarta – bandara Soekarno-Hatta padahal, Jakarta dan bandara merupakan perjalanan di Jabodetabek. Salah satu moda transportasi angkutan umum yang melayani perjalanan di Jabodetabek adalah Commuter (KRL Jabodetabek), yang dikelola oleh PT KAI Commuter Jabodetabek. KRL berencana meningkatkan pelayanannya dengan membuat jalur baru yang menghubungkan Jakarta dengan Bandara Soekarno-Hatta. Dari Bandara Soekarno-Hatta akan terhubung dengan Stasiun KRL Gambir. Menurut Direktur Utama PT KAI Edi Sukmoro, waktu tempuh kereta Bandara Soekarno-Hatta memakan waktu sekitar 58 menit, lebih efisien dari waktu tempuh melalui Tol Jakarta – Bandara Soekarno-Hatta. Sebagai ibukota, perjalanan di Jakarta bukan hanya dilakukan oleh warga Jakarta, tetapi juga dari Jabodetabek. KRL sebagai angkutan massal regional mempunyai peran yang penting dalam mendukung pelayanan transportasi di kota Jakarta. Adanya rencana pengoperasian KRL dari stasiun Gambir (Jakarta) ke bandara Soekarno-Hatta perlu dianalisis sejauh mana persaingan pelayanan KRL tersebut dengan pelayanan jalan Tol antara Jakarta dengan bandara SoekarnoHatta. Dengan banyaknya pemilihan moda transportasi sangat membantu serta memudahkan masyarakat untuk memilih jenis moda transportasi yang di gunakan. Baik dari segi waktu tempuh, tarif, keamanan, kenyamanan, dan akses yang mudah. Hal tersebut juga dapat menurunkan penggunaan jumlah mobil pribadi yang ada di Jabodetabek . Seberapa besar pengaruh dalam pemilihan moda KRL yang dapat mempengaruhi perubahan minat penggunaan dari angkutan pribadi beralih kepada angkutan massal? Tujuan Penulisan Menunjukkan karakteristik pelayanan KRL dari stasiun Gambir ke bandara Soekarno-Hatta dan pelayanan mobil pribadi di jalan Tol Jakarta – bandara Soekarno-Hatta serta, model pemilihan moda KRL terhadap jalan tol. 2. TINJAUAN PUSTAKA Umum Transportasi adalah kebutuhan turunan (derived demand) akibat aktivitasekonomi, sosial, dan lainnya (Tamin, 1992). Hal ini berarti transportasi bukanlah tujuan akhir,tapi merupakan suatu TS-41
Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016 alat untuk mencapai maksud lain dan sebagai akibat adanyapemenuhan kebutuhan karena keberadaan kegiatan manusia dan timbul daripermintaan atas jalan.Seiring dengan perkembangan zaman, ditemukan kendaraan bermotor yang dapat memenuhi kebutuhan manusia yang semakin kompleks. Seiring dengan perkembangan zaman, ditemukan kendaraan bermotor yang dapat memenuhi kebutuhan manusia yang semakin kompleks. Secara alamiah, manusia ingin memiliki kendaraan bermotor pribadi agar kebutuhan transportasi dapat dipenuhi dengan mudah. Hal ini tentunya menimbulkan masalah di kota besar seperti Jakarta. Jakarta sebagai ibukota Negara menciptakan kebutuhan kegiatan ekonomi yang lebih besar dibandingkan dengan kota lainnya. Dampak yang ditimbulkan akibat tingginya kegiatan tersebut adalah berupa polusi udara akibat gas hasil pembuangan dari kendaraan bermotor dan, kapasitas jalan yang tidak dapat menampung volume kendaraan (Tamin, 1992). Sebagaimana disampaikan di atas, transportasi merupakan kebutuhan turunan dari kebutuhan beraktifitas, oleh karena itu transportasi diselenggarakan dengan tujuan: 1. Mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan, teratur. 2. Memadukan transportasi lainnya dalam suatu kesatuan sistem transportasi nasional. 3. Menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan untuk menunjang pemerataan pertumbuhan dan stabilitas serta sebagai pendorong, penggerak dan penunjang pembangunan nasional. Masalah Transportasi Semakin tingginya pertumbuhan penduduk dan fenomena urbanisasi yang terjadi di Jakarta, menyebabkan meningkatnya jumlah perjalanan. Di kota-kota maju, angkutan umum sudah menjadi pilihan utama dalam melakukan perjalanan. Tetapi di Jakarta, kesadaran akan penggunaan kendaraan umum masih rendah. Hal ini juga disebabkan oleh pelayanan angkutan umum yang masih buruk di Jakarta. Bandara Soekarno-Hatta adalah bandara yang melayani penerbangan komersial internasional dan domestik. Bandara Soekarno-Hatta sendiri tidak terletak di Jakarta secara administratif, tetapi di Tangerang, Banten. Hal ini menuntut akses yang baik dari Jakarta ke bandara Soekarno-Hatta, dan sebaliknya. Bertambahnya jumlah penerbangan dan kapasitas bandara Soekarno-Hatta, ditambah dengan meningkatnya kemacetan di tol dalam kota mengakibatkan kemacetan pada akses jalan Tol Jakarta-bandara Soekarno-Hatta. Penyediaan jalur KRL yang menghubungkan Jakarta dengan bandara Soekarno-Hatta diharapkan dapat mengurai kepadatan lalu lintas pada akses jalan Tol Jakarta - bandara Soekarno-Hatta dan mempersingkat waktu tempuh perjalanan ke bandara Soekarno-Hatta. Pemilihan Moda Pemilihan moda adalah salah satu bagian dari proses Travel Demand Modelling yang memegang peranan penting dari angkutan umum dalam kebijakan transportasi (Widiarta, 2010). Hal ini terkait dengan penyediaan prasarana angkutan dan juga praprasarana jalan yang diperlukan untuk terjadinya proses pergerakan dengan tersedianya moda yang ada. Pemilihan moda dapat didefinisikan sebagai pembagian dari perjalanan yang dilakukan oleh pelaku perjalanan kedalam moda yang tersedia dengan berbagai faktor yang mempengaruhi. TS-42
Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016 Sedangkan model pemilihan moda merupakan model yang menggambarkan perilaku pelaku perjalanan dalam memilih moda yang digunakan. Faktor-faktor yang mendasari pemilihan moda akan sangat bervariasi antara individu yang satu dengan yang lain. Model pemilihan moda pada awalnya berasal dari data yang didapatkan langsung dari observasi karakteristik perjalanan atau dari survei karakteristik lapangan secara langsung. Perbandingan dari alternatif yang diterima dan ditolak dari pilihan perjalanan menggambarkan sifat dari pelaku perjalanan tersebut. Dengan menggunakan metode statistik yang tepat, fungsi utilitas dari pelaku perjalanan dapat digambarkan dengan baik. Pemilihan moda sangat sulit dimodelkan walaupun hanya melibatkan dua jenis moda (angkutan umum dan pribadi). Hal ini disebabkan oleh banyaknya faktor yang sulit dikuantifikasikan, misalnya kenyamanan, keamanan, keandalan dan ketersediaan kendaraan pada saat diperlukan. Faktor yang dapat berpengaruh terhadap penggunaan moda dapat dikelompokkan dari sisi ciri pengguna jalan, ciri pergerakan, ciri fasilitas moda, ciri kota atau zona. Pemilihan moda yang baik harus mempertimbangkan semua faktor yang ada pada ciri-ciri tersebut. Model pemilihan moda transportasi merupakan bagian yang sangat penting dari model klasik perencanaan transportasi. Hal ini disebabkan oleh karena pemilihan moda menjadi kunci yang memainkan peranan angkutan umum dalam pembuatan kebijakan Transportasi. Model dalam pemilihan moda sangat bervariasi, tergantung kepada tujuan perencanaan transportasi. Setiap moda angkutan dianalisis secara terpisah selama tahapan proses pemodelan, dan perubahan sosio-ekonomi sangat mempengaruhi proses pemilihan moda. Setiap moda dianggap bersaing dalam merebut pangsa penumpang, sehingga atribut penentu dari jenis pergerakan menjadi faktor utama yang mempengaruhi pemilihan moda. Stated Preference Method Stated Preference Method adalah teknik pemgumpulan data dengan cara memberikan responden pilihan dengan pernyataan yang ditetapkan oleh penelti. Pilihan yang diberikan berupa peryataan yang disediakan oleh peneliti. Metode ini banyak digunakan dalam sektor transportasi karena, membantu responden untuk menentukan moda transportasi yang akan dipilih. Pada transportasi, Stated Preference Method mengundang banyak perhatian di Inggris dari tahun 1979. Stated Preference Method banyak digunakan pada bidang transportasi, karena metode ini sangat mengutamakan selisih waktu, bukan situasi lalu lintas. Berbagai metode Stated Preference terdapat pada banyak variasi nama metode. Metode yang paling baik antara lain: Conjoint Analysis, Functional Measurement, Trade-off Analysis dan, The Transfer Price Method. Tiga metode pertama dari yang disebutkan mengarah pada pendekatan tunggal yang menggunakan prosedur desain eksperimen dengan membentuk pilihan transportasi dari responden. Metode keempat, The Transfer Price Method, lebih sedikit digunakan. 3. METODE PENELITIAN Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Metode wawancara dengan kuesioner sebagai pedomannya. 2. Studi literatur atau kepustakaan, dengan berbagai macam sumber, seperti buku, jurnal ilmiah, dan lain-lain yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. TS-43
Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016 3. 4.
Menganalisis data yang diperoleh dari wawancara dengan alat kuesioner. Membuat model pemilihan moda antara KRL dan Jalan Tol Jakarta-Bandara SoekarnoHatta.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pengumpulan dan Analisis Data Pada penelitian ini data-data diperoleh dari kuisioner responden yang disebar kepada warga DKI Jakarta yang melakukan perjalanan ke bandara Soekarno-Hatta pada bulan April 2016 sampai Mei 2016 tentang pemilihan moda transportasi antara Kereta Rel Listrik (KRL) dengan mobil pribadi. Responden dihadapkan dengan pilihan menggunakan mobil pribadi untuk melakukan perjalanan dari stasiun KRL Gambir dengan biaya Rp. 100.000,- (Seratus Ribu Rupiah) dan waktu tempuh selama 60 menit atau, menggunakan KRL dengan variasi harga, waktu tempuh dan, waktu tunggu seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Variasi pilihan responden untuk moda KRL Data responden yang diambil sebanyak 50 orang. Kesulitan dalam pengumpulan data ini adalah keterbatasan pengetahuan responden mengenai jarak dan waktu tempuh, sehingga beberapa responden tidak dapat mengisi kuisioner dengan akurat. Lokasi pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Bandara Soekarno-Hatta : 30 responden 2. Stasiun KRL Gambir : 20 responden
TS-44
Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016 Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Jakarta, 23-24 Agustus 2016 Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan program SPSS kemudian, dilakukan regresi linier melalui persamaan sebagai berikut: (1) 𝒀 = 𝒂 + 𝒃𝟏. 𝑿𝟏 + 𝒃𝟐. 𝑿𝟐 + ⋯ + 𝒃𝒏. 𝑿𝒏 dengan Y = variabel terikat, a = konstanta model, bn = koefisien, Xn = variabel bebas Hasil Analisis Data Hasil model terbaik dari analisis regresi disampaikan berikut ini: (2) 𝒀 = 𝟒. 𝟐𝟕𝟏 − 𝟎. 𝟓𝟎𝟑 𝑿𝟏 − 𝟎. 𝟐𝟓𝟒 𝑿𝟐 − 𝟎. 𝟎𝟓𝟏 𝑿𝟑 denganY = pemilihan moda KRL untuk melakukan perjalanan dari Jakarta ke bandara SoekarnoHatta, X1 = selisih biaya, X2 = selisih waktu tempuh, X3 = selisih waktu tempuh Dari hasil analisis resgresi linier model tersebut diperoleh R2 = 57.1% artinya, kemampuan variabel bebas dalam memprediksi nilai variabel terikat sebesar 57.1%. Nilai signifikan F adalah 0.000, yang menunjukan bahwa nilai variabel bebas cukup mempengaruhi secara signifikan dan serempak terhadapkeinginan masyarakat menggunakan KRL. 5. KESIMPULAN 1. Dari data yang didapat, 60% responden menggunakan mobil pribadi melakukan perjalanan ke bandara Soekarno-Hatta. 2. Dari data responden yang menggunakan mobil pribadi untuk melakukan perjalanan ke bandara Soekarno-Hatta, 43% tidak memilih KRL, 40% memilih KRL, dan 17% ragu-ragu. 3. Dari data yang didapat, 48% responden memerlukan waktu 30 – 60 menit untuk melakukan perjalanan ke Bandara Soekarno-Hatta. 4. Nilai R2 dari hasil analisis data menggunakan SPSS sebesar 57.1%. Nilai ini sudah ideal karena lebih besar dari 55%, mengingat pada kasus ini sulit didapatkan nilai koefisien determinasi dengan analisis regresi linear. DAFTAR PUSTAKA Ashtakala, B. and Murthy, A. (1987). “Modal Split Analysis Using Logit Models”. Journal of Transportation Engineering, Vol. 5, 502-519 Kroes, EP and Sheldon, EJ. (1988). Stated Preference Method: An Introduction. University of Bath, Bath. Tamin, OZ. (1992). “Pemecahan Kemacetan Lalu Lintas Kota Besar”. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, no.4, 10-17 Widiarta, IBP. (1997). “Analisis Pemilihan Moda Transportasi Untuk Perjalanan Kerja”. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, Vol. 8 no.3, 11-18
TS-45